• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIAH PUSPITA ANWAR / AET - PEMULIAAN TANAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DIAH PUSPITA ANWAR / AET - PEMULIAAN TANAMAN"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

SELEKSI INDIVIDUTERPILIH DALAM BARISAN TERBAIK BERDASARKAN KARAKTER UMURGENJAH DAN PRODUKSI TINGGI PADA GENERASI F4

KEDELAI (Glycine max L. Merr)

SKRIPSI

OLEH :

DIAH PUSPITA ANWAR / 130301029 AET - PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SELEKSI INDIVIDUTERPILIH DALAM BARISAN TERBAIK BERDASARKAN KARAKTER UMURGENJAH DAN PRODUKSI TINGGI PADA GENERASI F4

KEDELAI (Glycine max L. Merr)

SKRIPSI

OLEH :

DIAH PUSPITA ANWAR / 130301029 AET - PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul :Seleksi Individu Terpilih Dalam Barisan Terbaik Berdasarkan Karakter Umur Genjah dan Produksi Tinggi Pada Generasi F4

Nama : Diah Puspita Anwar

Kedelai (Glycine max L.Merr).

NIM : 130301029

Program Studi : Agroekoteknologi Minat : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP. MP.Ir. Eva Sartini Bayu, MP.

Mengetahui

Ketua Program Studi Agroekoteknologi Dr. Ir. Sarifuddin, MP.

(4)

ABSTRACT

DIAH PUSPITA ANWAR : Individual Selection row in the best row based on the character of time early ripening and high production crossed F4 Soybean.

Supervised by DIANA SOFIAH HANAFIAH AND EVA SARTINI BAYU. The research aimed to get elected individual the best row based on the character of time early ripening and high production of F4 soybean. The research was conducted at experimental field of college of Agriculture USU in March 2017 - August 2017. The parameters observed were : the days of flowering, the time of harvested, the plant height, the number of primary branches,the number seeds per plant, the weight of 100 seeds. The result showed that there were nineteen sample of genotype that have the character of time early ripening and high production Soybean plant F4 each row of the best result of crossed.

Keywords: F4, soybean, high production, selection, time early ripening

(5)

ABSTRAK

DIAH PUSPITA ANWAR : Seleksi Individu Terpilih Dalam Barisan Terbaik Berdasarkan Karakter Umur Genjah dan Produksi Tinggi Pada generasi F4 Kedelai(Glycine max L. Merrill)., dibimbing oleh Diana Sofia Hanafiah dan Eva Sartini Bayu. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan individu dalam barisan terbaik Berdasarkan Karakter Umur Genjah dan Produksi Tinggi Persilangan Kedelai (Glycine max L. Merrill). Pada generasi F4. Penelitian dilaksanakan di lahan Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara USU (± 25 m dpl). dimulai dari Maret 2017 sampai Juli 2017. Parameter yang diamati adalah umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sembilan belas sampel genotipe yang memiliki karakter umur genjah dan produksi tinggi tanaman kedelai generasi F4 masing-masing barisan terbaik hasil persilangan.

Kata kunci: F4, kedelai, produksi tinggi, seleksi, umur genjah

(6)

RIWAYAT HIDUP

Diah Puspita Anwar, lahir di Ramunia pada tanggal 26 Agustus 1995, anak dari Bapak Arif Anwar da Ibu Eli Suriani. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SD N 022 Jaya Mukti Dumai-Riau pada tahun 2007, SMP N 3 Dumai-Riau lulus pada tahun 2010, SMA N 1 Dumai-Riau lulus pada tahun 2013 dan pada tahun yang sama penulis terdaftar masuk ke Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama perkulihan, penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan antara lain organisasi Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi. Penulis juga aktif menjadi asisten Laboratorium Klimatologi dan Ekologi Tanaman pada tahun 2015.

Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Supra Matra Abadi, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli- Agustus 2016.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Seleksi Individu Terpilih Dalam Barisan Terbaik Berdasarkan Karakter Umur Genjah dan Produksi Tinggi Pada generasi F4

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr.Diana Sofiah Hanafiah, SP. MP dan ibu Ir.Eva Sartini Bayu, MP. Selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. Terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta yang telah memberikan segala dukungan serta menjadi semangat dalam penyelesaian skripsi ini. Serta kepada Iqbal Maha Tasya dan teman-teman Agroekoteknologi 2013 yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Kedelai (Glycine max L. Merrill).” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dimasa mendatang.

Medan, Agustus 2017

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesa Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5

Syarat Tumbuh ... 7

Iklim ... 7

Tanah ... 8

Persilangan ... 9

Seleksi ... 9

Keragaman Genotipe Dan Fenotipe ... 11

Heritabilitas ... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian... 14

PELAKSANAAN PENELITIAN Seleksi Benih ... 18

Persiapan Lahan ... 18

Penanaman ... 18

Pemupukan ... 18

Pemeliharaan Tanaman ... 18

Penyiraman ... 18

Penyiangan ... 18

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 19

Panen ... 19

Peubah Amatan ... 19

(9)

Umur Berbunga (HST) ... 19

Tinggi Tanaman (cm) ... 19

Jumlah Cabang (cabang) ... 20

Umur Panen (HST) ... 20

Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)... 20

Jumlah Biji per Tanaman (biji) ... 20

Bobot Biji per Tanaman (g) ... 20

Bobot 100 Biji (g) ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21

Pembahasan ... 34

KKESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 40

Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... ...41

LAMPIRAN ... ...44

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hlm.

1. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F (DXG-49) dengan Tetua Betina (Detam 2) ... 21 2. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F (DXG-49) dengan Tetua Jantan (Grobogan) ... 22 3. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F (DXG-50) dengan Tetua Betina (Detam 2) ... 22 4. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F (DXG-50) dengan Tetua Jantan (Grobogan) ... 23 5. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F (DXG-80) dengan Tetua Betina (Detam 2) ... 23 6. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F (DXG-80) dengan Tetua Jantan (Grobogan) ... 24 7. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F (DXG-13) dengan Tetua Betina (Detam 2) ... 25 8. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F (DXG-13) dengan Tetua Jantan (Grobogan) ... 25 9. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F (DXG-24) dengan Tetua Betina (Detam-2) ... 26 10. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F (DXG-24) dengan Tetua Jantan (Grobogan) ... 27 11. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F (DXG-22) dengan Tetua Betina (Detam-2) ... 27 12. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F (DXG-22) dengan Tetua Jantan (Grobogan) ... 28 13. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F (DXG-5) dengan Tetua Betina (Detam-2) ... 29 14. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F (DXG-5) dengan Tetua Jantan (Grobogan) ... 29 15. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F (DXG-4) dengan Tetua Betina (Detam-2) ... 30

(11)

16. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F (DXG-4) dengan Tetua Jantan (Grobogan) ... 30

17. Variabilitas genetik (σ2g), koefisien keragaman genetik (KKG) dan heritabilitas pada generasi F4 hasil persilangan ... 31

18. Sampel Nomor Tanaman Terpilih Ditinjau Dari Barisan Terbaik ... 33

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hlm.

1. Deskripsi Varietas Detam ... 42

2. Deskripsi Varietas Grobogan ... 43

3. Bagan Lahan Penelitian ... 46

4. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 47

5. Data Pengamatan Karakter Agronomi F4(DxG 49) 6. Data Pengamatan Karakter Agronomi F ... 48

4(DxG 50) 7. Data Pengamatan Karakter Agronomi F ... 50

4(DxG 80) 8. Data Pengamatan Karakter Agronomi F ... 52

4(DxG 13) 9. Data Pengamatan Karakter Agronomi F ... 54

4(DxG 24) 10. Data Pengamatan Karakter Agronomi F ... 56

4(DxG 22) 11. Data Pengamatan Karakter Agronomi F ... 58

4(DxG 5) 12. Data Pengamatan Karakter Agronomi F ... 60

4(DxG 4) 13. Data Pengamatan Karakter Agronomi Tetua Betina (Detam-2) ... 64

... 62

14. Data Pengamatan Karakter Agronomi Tetua Jantan (Grobogan) ... 66

15. Data Pengmatan Sampel Terpilih Turunan F4(DxG 49) 16. Data Pengmatan Sampel Terpilih Turunan F ... 68

4(DxG 50) 17. Data Pengmatan Sampel Terpilih Turunan F ... 69

4(DxG 80) 18. Data Pengmatan Sampel Terpilih Turunan F ... 70

4(DxG 13) 19. Data Pengmatan Sampel Terpilih Turunan F ... 71

4(DxG 24) 20. Data Pengmatan Sampel Terpilih Turunan F ... 72

4(DxG 22) 21. Data Pengmatan Sampel Terpilih Turunan F ... 73

4(DxG 5) 22. Data Pengmatan Sampel Terpilih Turunan F ... 74

4(DxG 4) ... 75

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kedelai adalah komoditas kacang-kacangan yang kaya akan protein dan dan minyak, sekitar 20 % minyak dan 30 % protein terkandung pada bijinya.

Kedelai merupakan komoditas pangan utama setelah padi yang perlu mendapat perhatian. Kedelai merupakan bahan pangan yang terpenting yang dapat diolah menjadi makanan yang bergizi (Wirnas, et al., 2012).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi kedelai tahun 2014 mengalami peningkatan 22,3 persen atau sebesar 173.960 ton menjadi 953.960 ton biji kering dibandingkan tahun 2013 yang hanya mencapai 779.990 ton. Namun angka ini masih kalah dibandingkan impor kedelai yang dilakukan Indonesia pada tahun 2014. Pada Januari 2014 per satu bulan, Indonesia mengimpor kedelai sebanyak 694 ton. Sedangkan hingga Agutus 2014, angka impor kedelai Indonesia sudah mencapai 1,58 juta ton. Kenaikan produksi kedelai tahun 2014 yang relatif tinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh dan Sulawesi Selatan. Sedangkan di Yogyakarta, Banten, Papua, Maluku Utata dan Kalimantan Tengah terjadi penurunan produksi kedelai(BPS, 2015).

Produksi kedelai tahun 2015 sebanyak 963,18 ribu ton biji kering, meningkat sebanyak 8,19 ribu ton (0,86 persen) dibandingkan tahun 2014.

Peningkatan produksi kedelai tersebut terjadi di luar Pulau Jawa sebanyak 30,50 ribu ton, sementara di Pulau Jawa terjadi penurunan produksi sebanyak 22,31 ribu ton. Peningkatan produksi kedelai terjadi karena kenaikan produktivitas sebesar 0,17 kuintal/hektar (1,10 persen), meskipun luas panen mengalami penurunan seluas 1,59 ribu hektar (0,26 persen)(BPS, 2016).

(14)

Permintaan kebutuhan kedelai yang tinggi dapat dipenuhi dengan peningkatan produksi hasil varietas kedelai yang ditanam. Perbaikan varietas kedelai menjadi varietas unggul dapat diperoleh melalui pemuliaan tanaman dengan melakukan perbaikan daya hasil dan adaptasi tanaman. Perakitan varietas baru memerlukan populasi dasar yang memiliki keragaman genetik yang tinggi.

Keragaman genetik kedelai di Indonesia rendah, sehingga perlu upaya peningkatan keragaman genetik tanaman. Upaya peningkatan keragaman genetik kedelai dapat dilakukan melalui introduksi, persilangan, transformasi genetik dan mutasi (Arsyad et al., 2007).

Di Indonesia, kedelai hitam tidak sepopuler kedelai berkulit biji kuning karena kurang cepatnya perakitan dan pelepasan varietas kedelai hitam dibandingkan dengan kedelai berkulit biji kuning (kedelai kuning) sehingga sentra produksi kedelai hitam tergeser dan digantikan oleh kedelai kuning. Di Indonesia industry utama kedelai hitam adalah untuk bahan baku kecap. Keunggulan sebagai bahan baku kecap adalah meningkatkan kualitas warna kecap menjadi coklat hitam. Kecap dari kedelai hitam tidak hanya memiliki kandungna pigmen hitam yang terdapat pada kulit biji. Untuk memperkuat penyediaan kedelai hitam, pada tahun 2008, Badan Litbang Pertanian melepas varietas Detam 2 yang memiliki ukuran biji sedang, kandungan protein mencapai 45,58% dan menjadi varietas kedelai hitam dengan kandungan protein sangat tinggi, sekaligus galur bersangkutan agak tahan kekeringan (Adie dan Krisnawati, 2012).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Arifianto (2015), hasil persilangan yang lebih berpotensi dalam memperbaiki sifat umur berbunga adalah persilangan benih kedelai antara varietas Detam-II dengan Grobogan, sedangkan

(15)

untuk sifat jumlah biji dan polong berbiji 3 dan jumlah polong berisi adalah hasil persilangan benih kedelai varietas Anjasmoro dengan Detam-II.

Berdasarkan penelitian Pulungan (2016), diketahui bahwa keturunan F2

Berdasarkan penelitian Sinaga (2016), diketahui bahwa diperolehdelapan individu terpilih pada turunan F

hasil persilangan G4 (♀ Grobogan X ♂ Detam II) diperoleh bahwa parameter yang mempunyai kriteria heritabilitas tinggi yaitu jumlah polong berisi per tanaman (0,52) , dan jumlah biji pertanaman memiliki kriteria heritabilitas sedang.

Populasi tanaman dengan sifat-sifat heritabilitas tinggi memungkinkan dilakukan seleksi.

3 yang berumur genjah dan berproduksi tinggi.

Berdasarkan nilai duga heritabilitas pada generasi F3 memiliki nilai heritabilitas tinggi yaitu karakter umur berbunga, jumlah polong berbiji 3, jumlah biji pertanaman yang sangat memungkinkan untuk dijadikan karakter seleksi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai seleksi individu terpilih dalam barisan terbaik berdasarkan karakter umur genjah dan produksi tinggi pada generasi F4

Tujuan Penelitian

hasil persilangan antara varietas Detam 2(♂) dengan Grobogan (♀) untuk mengetahui seleksi umur genjah serta produksinya.

Untuk mendapatkan individu terpilih dalam barisan terbaik berdasarkan karakter umur genjah dan produksi tinggi kedelai pada generasi F4

Hipotesis Penelitian

hasil persilangan Detam-2 denganGrobogan.

(16)

Diduga terdapat individu terpilih dalam barisan terbaik berdasarkan karakter umur genjah dan produksi tinggi tanaman kedelai (Glycine max L. Merr) pada generasi F4

Kegunaan Penelitian

hasil persilangan Detam 2 dengan grobogan.

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Menurut Steenis (2005), tanaman kedelai (Glycine max L. Merr.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Class : Dicotyledoneae, Ordo : Polypetales, Familia : Leguminosae, Genus : Glycine, Species: Glycine max L. Merr.

Tanaman kedelai memiliki sistem perakaran yang tersusun atas akar tunggang yang terbentuk dari calon akar (radicula), sejumlah akar sekunder yang terdapat pada empat barisan yang melekat sepanjang akar tunggang, dan cabang akar sekunder atau disebut juga akar tersier, serta cabang akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Akar tunggang dapat mencapai kedalaman 200 cm, tergantung jarak tanam yang mempengaruhi perakaran tanaman(Adie dan Krisnawita, 2007).

Tanaman kedelai berbatang pendek (30 cm), memiliki 3-6 percabangan.

Cabang akan muncul di batang tanaman dan jumlah cabang tergantung dari varietas dan kondisi tanah. Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga (Jenabiyan, et al., 2014).

Daun kedelai hampir seluruhnya trifoliat (menjari tiga) dan jarang sekali mempunyai empat atau lima jari daun. Bentuk daun tanaman kedelai bervariasi,

(18)

yakni oval dan lanceolate, tetapi praktisnya, diistilahkan dengan berdaun lebar (broad leaf) dan berdaun sempit (narrow leaf). Kedelai berdaun sempit lebih banyakditanami oleh petani dibandingkan tanaman kedelai berdaun lebar, walaupun dari aspek penyerapan sinar matahari, tanaman kedelai berdaun lebar menyerap sinar matahari lebih banyak daripada yang berdaun sempit. Namun keunggulan tanaman kedelai berdaun sempit adalah sinar matahari akan lebih mudah menerobos di antara kanopi daun sehingga memacu pembentukan bunga (Adisarwanto, 2007).

Kedelai memiliki bunga sempurna (hermaphrodite), yakni setiap kuntum bunga terdapat putik dan benang sari, dan bertipe penyerbukan sendiri. Bunga mekar pada pagi hari sekitar pukul 08.00-09.00. Faktor yang mempengaruhi umur keluarnya bunga adalah varietas, suhu, dan lama penyinaran. Periode berbunga berlangsung selama 3 hingga 5 minggu. Bunga pertama muncul pada buku ke-5 atau buku di atasnya. Bunga muncul berkelompok yang terdiri dari 2 sampai 35 kuntum bunga. Tidak semua bunga berhasil membentuk polong, sekitar 20-80%

bunga gugur (Adie dan Krisnawati, 2007).

Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnyabunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentukpada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 110 buah dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini kemudian diikuti oleh perubahan warna polong (Irwan, 2006).

(19)

Menurut Sumarno et al., (2007) biji merupakan komponen morfologikedelai yang bernilai ekonomis,yang ada di Indonesia berkriteria lonjong.Pengelompokan ukuran biji kedelaiberbeda disetiap negara, di Indonesia kedelaidikelompokkan menurut ukuran. Untuk ukuran besar (berat > 14 g/100 biji),sedang (10-14 g/100 biji), dan kecil (< 10 g/100 biji). Biji kedelai terbagi menjadidua bagian utama, yaitu kulit biji dan embrio. Pada kulit biji terdapat bagian yangdisebut pusar (hilum) yang berwarna coklat, hitam atau putih. Pada ujung hitamterdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat prosespembentukan biji.

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung.

Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab (Prihatman, 2000).

Kedelai adalah tanaman cuaca panas cocok untuk pertumbuhan sepanjang tahun di sebagian besar daerah tropis. Suhu minimal 150 C diperlukan untuk berkecambah benih dan rata-rata suhu 20-250 C untuk tumbuh tanaman. Kedelai memerlukan setidaknya moderat kelembaban tanah untuk berkecambah dan bibit untuk menjadi mapan, tetapi membutuhkan kering cuaca untuk produksi biji kering (perhatikan bahwa segar, biji hijau untuk konsumsi langsung dapat diproduksi selama musim hujan). Kedelai menderita jika tanah tergenang air.

Tanaman kedelai dapat menahan kekeringan yang cukup (Martin, 1998).

(20)

Kedelai menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya, terutama pada saat pengisian biji. Curah hujan yang optimal untuk budidaya kedelai adalah 100-200 mm/bulan, sedangkan tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan (Herawati, 2009).

Tanah

Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai harus ditanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir(Irwan, 2006).

Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8–7, namunpada tanah dengan pH 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh baik. Tanah – tanahyang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah –tanah podzolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa,pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organic atau kompos dalam jumlah yang cukup (Hidayat, 1985).

Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namundemikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal,kedelai harus ditanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir. Hal ini tidak hanya terkait dengan ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan faktor lingkungan tumbuh yang lain (Prasastyawati dan Rumawas, 1980).

Persilangan

Persilangan antara dua galur murni menghasilkan suatu hibrida F1 yang secara genetik seragam. Variabilitas fenotif dalam F1 juga asalnya adalah

(21)

nongenetik.Pada pembentukan generasi F2 kombinasi-kombinasi gen dipertukarkan dan berbagi dalam kombinasi-kombinasi baru pada individu- individu F2. Secara umum terlihat generasi F2 lebih beragam dari F1

Jika simpangan baku (σ) makin besar, kurvanya normalnya makin rendah(platikurtik) dan untuk simpangan baku (σ) makin kecil, kurvanya makin tinggi (leptokurtik). Beberapa bagian untuk distribusi normal umum dengan rata- rata μdan simpangan baku σ dengan mudah dapat ditentukan (Sudjana, 1992).

(Stansfield, 1991).

Usaha memperoleh varietas baru melalui persilangan antar individu merupakan salah satu metode untuk dapat memperbesar variabilitas genetik. Dari persilangan tersebut akan memperbanyak pilihan dalam kombinasi baru dari gen- gen yang diturunkan dari kedua tetuanya . Penelitian mengenai pewarisan karakter kuantitatif memerlukan perluasan dari suatu individu menjadi populasi yang terdiri atas banyak keturunan danmemerlukan pengukuran (Masruroh et al., 2009).

Seleksi

Pada mulanya kegiatan pemuliaan tanaman merupakan perpaduan seni danilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana memperbaiki genotipe tanamandalam populasi sehingga lebih bermanfaat bagi manusia. Pemuliaan tanaman padamulanya hanya didasarkan pada seni saja, yaitu pemilihan dalam populasi tanaman didasarkan atas perasaan, keterampilan, kemampuan serta petunjuk yang terlihat pada tanaman. Pemuliaan tanaman pada akhirnya dikembangkan sebagai suatu teknologi yang merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang lebih bermanfaat bagi manusia. Seleksi yang artinya memilih

(22)

dilakukan pada setiap tahap program pemuliaan, seperti: memilih plasma nutfah yang akan dijadikan tetua, memilih metode pemuliaan yang tepat, memilih genotipe yang akan diuji, memilih metode pengujian yang tepat, dan memilih galur yang akan dilepas sebagai varietas (Pradnyawatiet al., 2009).

Seleksi berdasarkan data analisis kuantitatif yang berpedoman pada nilai keragaman genotipik, keragaman fenotipik, heritabilitas, korelasi genotipik dan korelasi fenotipik. Untuk memperkecil kekeliruan seleksi yang didasarkan pada wujud luar (fenotip) tanaman, maka perlu memperhatikan; (i) korelasi genotipik dan fenotipik antar sifat, (ii) lingkungan yang cocok untuk seleksi sifat yang diinginkan, (iii) ciri genetik sifat yang diseleksi (monogenik, oligogenik dan poligenik), (iv) cara seleksinya (langsung atau tidak langsung), dan (v) keragaman genetik (Gani, 2000).

Seleksi dapat dilakukan secara efektif pada populasi tergantung pada tempat dan waktu. Perbaikan tanaman pada dasarnya tergantung dari penyusun suatu populasi yang terdiri dari individuindividu dengan genetik berbeda. Seleksi pada umumnya dilakukan untuk memilih tanaman sebagai tetua / parental, dan mencegah tanaman lain yang berpenampilan kurang baik sebagai tetua. Strategi perbaikan populasi ini terdiri dari dua pekerjaan yang berlawanan, yaitu: a).

pengumpulan atau mempertahankan keragaman di dalam populasi, dan b). seleksi yang mengarah pada pengurangan keragaman (Pradnyawatiet al., 2009).

Keragaman Fenotipe dan Genotipe

Adanya keragaman genetik yang luas memberikan kesempatan kepada pemulia untuk dapat melakukan seleksi. Seleksi adalah suatu proses pemuliaan tanaman dan merupakan dasar seluruh perbaikan tanaman untuk mendapatkan

(23)

kultivar unggul baru. Keberhailan seleksi tergantung pada kemampuan pemulia untuk memisahkan genotipe-genotipe unggul dari genotipe yang tidak dikehendaki. Bagaimana cara membedakan antara genotipe unggul dengan genotipe yang tidak unggul atas dasar penilaian fenotipe individu atau kelompok tanaman yang dievaluasi diperlukan pertimbangan tentang besaran beberapa parmeter genetik. Beberapa besaran genetik yang dapat digunakan sebagai pertimbangan supaya seleksi efektif misalnya besaran nilai keragaman genetik, heritabilitas, pola segregasi, jumlah gen, dan aksi gen pengendali karakter yang menjadi perhatian (Barmawi, 2007).

Menurut Tamrin (2002) keragaman fenotipe yang tinggi disebabkan oleh adanya keragaman yang besar dari lingkungan dan keragaman genetik akibat segregasi. Keragaman yang teramati merupakan keragaman fenotipik yang dihasilkan karena perbedaan genotipe.

Heritabilitas

Heritabilitas merupakan suatu parameter yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu genotipe populasi tanaman dalam mewariskan karakteristik yang dimiliki. Pendugaan nilai heritabititas suatu karakter sangat terkait dengan faktor lingkungannya. Faktor genetik tidak akan mengekspresikan karakter yang diwariskan apabila faktor lingkungan tidak mendukung. Sebaliknya, sebesar apapun manipulasi yang dilakukan terhadap faktor lingkungan tidak akan mampu mewariskan suatu karakter yang diinginkan apabila gen pengendali karakter tersebut tidak ada (Karuniawan, et al., 2011)

Heritabilitas dinyatakan sebagai persentase dan merupakan bagian pengaruh genetik dari penampakan fenotif yang dapat diwariskan dari tetua

(24)

kepada turunannya. Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa varian genetik besar dan varian lingkungan kecil. Dengan makin besarnya komponen lingkungan, heritabilitas makin kecil. Dalam hal panjang tongkol, nilai heritabilitas 45%

relative tinggi dan menunjukkan bahwa seorang pemulia tanaman dapat memperoleh kemajuan dalam mencari tongkol jagung yang lebih panjang. Dalam kebanyakan program pemuliaan tanaman, tujuan dari pemuliaan tanaman meliputi lebih dari satu sifat. Sebagai tambahan terhadap panjang tongkol, pemulia tanaman mungkin juga tertarik pada ukuran biji, rasa manis dari biji, ketebalan perikarp, panjang kelobot dan sejumlah sifat-sifat lain (Crowder, 1997).

Heritabilitas menentukan keberhasilan seleksi karena heritabilitas dapat memberikan petunjuk suatu sifat lebih dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor lingkungan. Nilai heritabiilitas yang tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperanan dalam mengendalikan suatu sifat dibandingkan faktor lingkungan. Oleh karena variasi genetik dan heritabilitas suatu sifat tergantung pada faktor lingkungan, maka pengukuran variasi genetik bahan pemuliaan kedelai dan heritabilitas suatu sifat pada lingkungan tertentu seperti pada ultisol sangat penting (Suprapto et al., 2007).

Sharma (1994) mengatakan bahwa suatu karakter yang memiliki nilai heritabilitas tinggi dapat diseleksi pada generasi awal (F2 dan F3). Sebaliknya bila nilai heritabilitasnya rendah, maka karakter tersebut harus diseleksi pada generasi lanjut. Meskipun nilai heritabilitas untuk karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per tanaman tinggi, perlu diperhatikan bahwa nilai heritabilitas tersebut dalam arti luas. Nilai heritabilitas dalam arti luas mencakup pengaruh aksi gen aditif, dominasi, dan

(25)

epistasis. Jika yang lebih berperan dalam mengendalikan karakter yang bersangkutan adalah aksi gen dominans dan epistasis, maka seleksi tidak bias dilakukan pada generasi awal.

Seleksi terhadap tanaman untuk produk tinggi tidak efektif bila pengaruh lingkungan begitu besar sehingga menutupi variasi genetik dimana keragaman sifat kuantitatif yang diwariskan pada turunannya disebut heritabilitas.

Heritabilitas dapat didefenisikan sebagai proporsi keragaman yang disebabkan oleh faktor genetik terhadap keragaman fenotip dan populasi. Keragaman atau varietas dari suatu populasi disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan (Hasyim, 2005).

(26)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Juli 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai F4

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran untuk mengukur luas lahan dan mengukur tinggi tanaman, pacak sebagai penanda sampel, timbangan sebagai pengukur berat sampel dan menimbang berat pupuk, gembor untuk menyiram, handsprayer sebagai penyemprot fungisida dan insektisida dan spidol/pensil sebagai alat tulis serta alat lain yang mendukung.

hasil persilangan Grobogan (♀) dengan Detam 2 (♂). Tetua dipakai sebagai pembanding dalam penelitian ini. Pemeliharaan tanaman menggunakan pupuk Urea, pupuk TSP dan pupuk KCl untuk pemupukan dasar, fungisida untuk mengendalikan jamur, insektisida untuk mengendalikan hama, air untuk menyiram tanaman, dan label untuk memberi tanda pada perlakuan serta bahan lain yang mendukung.

Metode Penelitian

Benih kedelai yang ditanam adalah benih F4 hasil persilangan antara varietas Detam 2 (♂) dengan Grobogan (♀) . Benih F4 ditanam dalam plot baris dan diantara barisan tersebut ditanam tetuanya. Jarak tanam yang digunakan yaitu 20 x 40 cm dengan jumlah plot sebanyak 6 dan jarak antar plot 50 cm. Jumlah

(27)

tanaman seluruhnya yaitu 1400 tanaman dengan jumlah sampel 240 populasi F3

Model Analisis

, 30 tanaman populasi Detam-2 dan 30 sampel populasi grobogan.

Untuk membandingkan secara statistik karakter genotipe tanaman F4

dengan tetuanya, maka dilakukan uji t pada taraf 5% (Sudjana, 2001).

Keterangan : t.hit = nilai t hitung X1

X

= rata-rata nilai kelompok 1

2

S

= rata-rata nilai kelompok 2

12

S

= varians dari kelompok 1

22

S

= varians dari kelompok 1

2

n

= varians gabungan

1

n

= jumlah populasi kelompok 1

2

Perhitungan nilai stastik digunakan software Minitab 16.

= jumlah populasi kelompok 2

Analisi Data

• Ragam lingkungan dihitung dari ragam fenotipe tetua 1 (Detam II), dan tetua 2 (Grobogan), dengan asumsi bahwa populasi tetua 1 dan tetua 2 merupakan populasi yang seragam, maka ragam genetic dianggap nol dan ragam fenotipe dianggap merupakan pengaruh dari ragam lingkungan (Sudarka, 2015).

t.hit = |X1-X2| S

S2 = (n1- 1) S12 + (n2 – 1) S22 (n1- 1) + (n2 – 1)

Nilai Tengah (X) = ∑ 1n = 1 Xi n

(28)

• Ragam Fenotipe = 𝜎𝜎𝑓𝑓2R4 = 𝜎𝜎𝑝𝑝2

• Ragam genetik dihitung dari selisih ragam fenotipe populasi seleksi dengan ragam lingkungan hasil dugaan di atas (Stansfield, 1991).

• Koefesien Keragaman Genotipe (KKG) =

Keterangan : 𝜎𝜎P2

X = rata-rata

g = akar kuadrat varians genotype

Kriteria kemajuan genetic berdasarkan Begun dan Sobhan, (1991) yang dikutip oleh Bambang et.al (1998) adalah :

KKG < 7 : rendah KKG 7 – 14 : sedang KKG > 14 : tinggi

• Heritabilitas dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan : 𝜎𝜎𝑔𝑔2 = ragam genetik

𝜎𝜎𝑝𝑝2 = ragam fenotipe populasi seleksi 𝜎𝜎𝑒𝑒2= 𝜎𝜎𝑒𝑒2

1 + 𝜎𝜎𝑒𝑒2 2

2

𝜎𝜎𝑝𝑝2 = ∑ (Xi – X)2 n

𝜎𝜎𝑔𝑔2 = 𝜎𝜎𝑝𝑝2 - 𝜎𝜎𝑒𝑒2

�𝜎𝜎𝑔𝑔2

xx 100%

𝜎𝜎𝑝𝑝2 h2= 𝜎𝜎𝑔𝑔2

(29)

Kriteria heritabilitas menurut (Stansfield, 1991).

H > 0,50 = tinggi 0,20 < H < 0,50 = sedang H < 0,20 = rendah

• Intensitas Seleksi (i)

Intensitas Seleksi (i) adalah besaran yang menunjukkan besarnya bagian yang diseleksi dari suatu populasi sebaran normal standar, untuk seleksi sebesar 50% maka intensitas seleksinya I = 0,80.

i =

𝑥𝑥−µ

σ

Dimana, i = intensitas seleksi dimana seleksi yang dilakukan 50 % (i= 0,80) x = nilai suatu contoh parameter

µ= rataan parameter σ= standar deviasi

(30)

PELAKSANAAN PENELITIAN Seleksi Benih

Benih yang digunakan adalah benih yang memiliki ukuran normal atau tidak keriput dan busuk.

Persiapan Lahan

Areal yang dibutuhkan untuk penelitian terlebih dahulu diukur sesuai dengan kebutuhan, lalu dibersihkan gulma-gulma yang ada. Kemudian dibentuk parit sebagai drainase pada lahan dan dibuat plot dengan ukuran 9 x 3 m untuk 6 plot . Jarak antar plot 50 cm , kemudian setiap plot dicampur dengan kompos.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam pada areal tanam dengan kedalaman ± 2 cm, kemudian dimasukkan 1 benih per areal tanam dan kemudian ditutup kembali dengan topsoil.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada saat penanaman sesuai dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai yaitu 50 kg Urea/ha (0,625 g/lubang tanam), 200 kg TSP/ha (1,25 g/lubang tanam) dan 100 kg KCl/ha (0,625 g/lubang tanam).

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari hingga tanah dalam keadaan kapasitas lapang dan disesuaikan dengan kondisi tanah.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang ada

(31)

didalam areal tanam untuk menghindari persaingan dalam mendapatkanunsur hara dari dalam tanah. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan jika terjadi serangan, dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif Deltamethrin dengan konsentrasi 2 cc/liter air. Sedangkan pengendalian penyakit dengan menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb dengan dosis 2 cc/liter digunakan untuk perlakuan benih sebelum ditanam..

Panen

Panen dilakukan dengan cara memetik polong satu persatu dengan menggunakan tangan. Panen dilakukan pada tanaman yang berumur 76-85 hari sesuai dengan varietas masing-masing. Kriteria panen kedelai ditandai dengan kulit polong sudah berwarna kuning kecoklatan sebanyak 95% dan daun sudah berguguran tetapi bukan karena adanya serangan hama dan penyakit.

Peubah Amatan Umur Berbunga (hari)

Umur berbunga dilakukan dengan cara menghitung umur awal tanaman berbunga.

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman dilakukan pada akhir penelitian. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran.

(32)

Jumlah Cabang Primer (cabang)

Penghitungan jumlah cabang dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang muncul disekitar batang utama.

Umur Panen (hari)

Pengamatan umur panen dilakukan pada tanaman yang telah memenuhi kriteria panen yaitu ditandai dengan kulit polong sudah berwarna kuning kecoklatan sebanyak 95% dan daun sudah berguguran.

Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)

Pengamatan dilakukan terhadap semua polong berisi setiap tanaman dan dilakukan pada saat panen.

Jumlah Biji per Tanaman (biji)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung semua biji untuk setiap tanaman pada saat panen.

Bobot Biji Pertanaman (g)

Pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot semua biji untuk setiap tanaman pada saat panen.

Bobot 100 Biji (g)

` Pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot 100 biji kering untuk setiap tanaman pada saat panen.

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat rataan beberapa karakter genotip dengan karakter agronomi menunjukkan hasil yang berbeda untuk setiap karakter.

Hasil analisis F4DxG-49dengaan tetua betina Detam-2 menunjukkan perbedaan sangat nyata terhadap umur berbunga , umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong pertanaman, dan bobot 100 biji sedangkan karakter jumlah cabang primer dan bobot biji pertanaman menunjukkan berbeda tidak nyata. Nilai rataan karakter agronomi pada F4DxG-49

Tabel 1. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F

dengan tetua detam-2 dapat dilihat padaTabel 1.

4(DXG-49) dengan Tetua Betina (Detam-2)

Parameter

Rataan

t-value

F4 Detam

Umur Berbunga (hari) 37,86 40,16 0,00**

Umur Panen (Hari) 103,76 110,13 0,00**

Tinggi Tanaman (cm) 45,25 60,30 0,00**

Jumlah Cabang Primer (cabang) 4,33 4,70 0,45 Jumlah Polong per Tanaman (polong) 124,83 165,96 0,00**

Jumlah Biji per Tanaman (Biji) 242,21 307,13 0,00**

Bobot Biji per Tanaman (g) 37,25 38,91 0,53

Bobot 100 biji (g) 15,04 12,30 0,00**

Keterangan : * = Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t

** = Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t

Hasil analisis uji t pada F4(DXG-49) terhadap tetua jantan grobogan menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap semua karakter amatan. Nilai tengah rataan karakter agronomi F4(DXG-49) dengan tetua jantan Grobogan dapat dilihat pada Tabel 2.

(34)

Tabel 2. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F4 (DXG-4 9) terhadap Tetua Jantan (Grobogan)

Parameter

Rataan

t-value F4 Grobogan

Umur Berbunga (hari) 37,86 28,70 0,00**

Umur Panen (Hari) 103,76 82,10 0,00**

Tinggi Tanaman (cm) 45,25 37,18 0,00**

Jumlah Cabang Primer (cabang) 4,33 3,26 0,00**

Jumlah Polong per Tanaman (polong) 124,83 55,70 0,00**

Jumlah Biji per Tanaman (Biji) 242,21 32,05 0,00**

Bobot Biji per Tanaman (g) 37,25 51,37 0,00**

Bobot 100 biji (g) 15,04 20,16 0,00**

Keterangan : * = Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t

** = Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t

Hasil uji t pada Hasil analisis uji t pada F4(DXG-50) terhadap tetua betina detam-2 menunjukkan perbedaan sangat nyata terhadap semua karakter amatan.

Nilai tengah rataan karakter agronomi F4(DXG-50)

Tabel 3. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F

dengan tetua jantan detam-2 dapat dilihat pada Tabel 3.

4(GXD-50) dengan Tetua Betina (Detam-2)

Parameter

Rataan

t-value

F4 Detam

Umur Berbunga (hari) 37,03 40,16 0,00**

Umur Panen (Hari) 106,76 110,13 0,00**

Tinggi Tanaman (cm) 43,02 60,30 0,00**

Jumlah Cabang Primer (cabang) 3,70 4,70 0,00**

Jumlah Polong per Tanaman (polong) 112,96 165,96 0,00**

Jumlah Biji per Tanaman (Biji) 216,6 307,13 0,00**

Bobot Biji per Tanaman (g) 30,33 38,91 0,00**

Bobot 100 biji (g) 14,2 12,30 0,00**

Keterangan : * = Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t

** = Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t

(35)

Hasil analisis uji t pada F4(DXG-50) terhadap tetua jantan grobogan menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji per tanaman. Sedangkan jumlah cabang primer menunjukkan berbeda tidak nyata. Nilai tengah rataan karakter agronomi F4(DXG- 50)

Tabel 4. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F

dengan tetua jantan Grobogan dapat dilihat pada Tabel 4.

4 (DXG-50 )terhadap Tetua Jantan (Grobogan)

Parameter

Rataan

t-value F4 Grobogan

Umur Berbunga (hari) 37,03 28,70 0,00**

Umur Panen (Hari) 106,76 82,10 0,00**

Tinggi Tanaman (cm) 43,02 37,18 0,00**

Jumlah Cabang Primer (cabang) 3,70 3,26 0,09 Jumlah Polong per Tanaman (polong) 112,96 55,70 0,00**

Jumlah Biji per Tanaman (Biji) 216,6 32,05 0,00**

Bobot Biji per Tanaman (g) 30,33 51,37 0,00**

Bobot 100 biji (g) 14,20 20,16 0,00**

Keterangan : * = Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t

** = Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t

Hasil uji t pada Hasil analisis uji t pada F4(DXG-80) terhadap tetua betina detam-2 menunjukkan perbedaan sangat nyata terhadap semua karakter amatatan.

Nilai tengah rataan karakter agronomi F4(DXG-80)

Tabel 5. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F

dengan tetua jantan detam-2 dapat dilihat pada Tabel 5.

4(DXG-80) dengan Tetua Betina (Detam-2)

Parameter

Rataan

t-value F4 Detam-2

Umur Berbunga (hari) 38,73 40,16 0,00**

Umur Panen (Hari) 106 110,13 0,00**

(36)

Tinggi Tanaman (cm) 40,46 60,30 0,00**

Jumlah Cabang Primer (cabang) 3,5 4,70 0,04**

Jumlah Polong per Tanaman (polong) 95 165,96 0,00**

Jumlah Biji per Tanaman (Biji) 165,16, 307,13 0,00**

Bobot Biji per Tanaman (g) 24,04 38,91 0,00**

Bobot 100 biji (g) 14,08 12,30 0,00**

Keterangan : * = Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t

** = Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji

Hasil analisis uji t pada F4(DXG-80) terhadap tetua jantan (grobogan) menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap umur berbunga, umur panen, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot 100 biji per tanaman dan berbeda nyata terhadap tinggi tanaman. Hasil yang menunjukkan berbeda tidak nyata yaitu jumlah cabang primer dan bobot biji per tanaman . Nilai tengah rataan karakter agronomi F4(DXG-80)

Tabel 6. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F

dengan tetua jantan Grobogan dapat dilihat pada Tabel 6.

4 (DXG-80 ) terhadap Tetua Jantan (Grobogan)

Parameter

Rataan

t-value F4 Grobogan

Umur Berbunga (hari) 38,73 28,70 0,00**

Umur Panen (Hari) 106 82,10 0,00**

Tinggi Tanaman (cm) 40,46 37,18 0,02*

Jumlah Cabang Primer (cabang) 3,5 3,26 0,29 Jumlah Polong per Tanaman (polong) 95 55,70 0,00**

Jumlah Biji per Tanaman (Biji) 165,16, 32,05 0,00**

Bobot Biji per Tanaman (g) 24,04 51,37 0,30

Bobot 100 biji (g) 14,08 20,16 0,00**

Keterangan : * = Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t

** = Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t

Hasil analisis uji t pada F4(DXG-13) terhadap tetua betina detam-2 menunjukkan perbedaan sangat nyata terhadap semua karakter amatan. Nilai

(37)

tengah rataan karakter agronomi F4(DXG-13)

Tabel 7. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F

dengan tetua betina detam-2 dapat dilihat pada Tabel 7.

4(DXG-13) dengan Tetua Betina (Detam-2)

Parameter

Rataan

t-value F4 Detam-2

Umur Berbunga (hari) 37,83 40,16 0,00**

Umur Panen (Hari) 105,4 110,13 0,00**

Tinggi Tanaman (cm) 40,9 60,30 0,00**

Jumlah Cabang Primer (cabang) 3,6 4,70 0,00**

Jumlah Polong per Tanaman (polong) 101,9 165,96 0,00**

Jumlah Biji per Tanaman (Biji) 189,93 307,13 0,00**

Bobot Biji per Tanaman (g) 26,34 38,91 0,00**

Bobot 100 biji (g) 13,78 12,30 0,00**

Keterangan : * = Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t

** = Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji

Hasil analisis uji t pada F4(DXG-13) terhadap tetua jantan (grobogan) menunjukkan perbedaan sangat nyata terhadap umur berbunga, umur panen, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman dan bobot 100 biji dan berbeda nyata pada karakter Tinggi tanaman dan bobot biji. Hasil yang menunjukkan berbeda tidak nyata terdapat pada karakter jumlah cabang primer.

Nilai tengah rataan karakter agronomi F4(DXG-13)

Tabel 8. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F

dengan tetua jantan grobogan dapat dilihat pada Tabel 8.

4 (DXG-13 ) terhadap Tetua Jantan (Grobogan)

Parameter

Rataan

t-value F4 Grobogan

Umur Berbunga (hari) 37,83 28,70 0,00**

Umur Panen (Hari) 105,4 82,10 0,00**

Tinggi Tanaman (cm) 40,9 37,18 0,02*

Jumlah Cabang Primer (cabang) 3,6 3,26 0,20

(38)

Jumlah Polong per Tanaman (polong) 101,9 55,70 0,00**

Jumlah Biji per Tanaman (Biji) 189,93 32,05 0,00**

Bobot Biji per Tanaman (g) 26,34 51,37 0,02*

Bobot 100 biji (g) 13,78 20,16 0,00**

Keterangan : * = Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t

** = Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji

Hasil analisis uji t pada F4(DXG-24) terhadap tetua betina detam-2 menunjukkan perbedaan sangat nyata terhadap umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong pertanaman, jumlah biji per tanaman, bobot 100 biji dan jumlah cabang primer. Nilai tengah rataan karakter agronomi F4(DXG-24)

Tabel 9. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F dengan tetua betina detam-2 dapat dilihat pada Tabel 9.

4(DXG-24) dengan Tetua Betina (Detam-2)

Parameter

Rataan

t-value

F4 Detam

Umur Berbunga (hari) 38,16 40,16 0,00**

Umur Panen (Hari) 102,89 110,13 0,00**

Tinggi Tanaman (cm) 37,85 60,30 0,00**

Jumlah Cabang Primer (cabang) 3,8 4,70 0,00**

Jumlah Polong per Tanaman (polong) 100,06 165,96 0,00**

Jumlah Biji per Tanaman (Biji) 171,31 307,13 0,00**

Bobot Biji per Tanaman (g) 23,70 38,91 0,00**

Bobot 100 biji (g) 13,90 12,30 0,00**

Keterangan : * = Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t

** = Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji

Hasil analisis uji t F4(DXG-24) terhadap tetua jantan (grobogan) menunjukkan perbedaan sangat nyata terhadap karakter umur berbunga, umur panen, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot 100 biji.

Hasil yang menunjukkan berbeda tidak nyata terdapat pada karakter tinggi

(39)

tanaman dan bobot biji per tanaman. Nilai tengah rataan karakter agronomi F4

(DXG-24)

Tabel 10. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F

dengan tetua jantan grobogan dapat dilihat pada Tabel 10.

4(DXG-24 ) terhadap Tetua Jantan (Grobogan)

Parameter

Rataan

t-value F4 Grobogan

Umur Berbunga (hari) 38,16 28,70 0,00**

Umur Panen (Hari) 102,89 82,10 0,00**

Tinggi Tanaman (cm) 37,85 37,18 0,64

Jumlah Cabang Primer (cabang) 3,8 3,26 0,02*

Jumlah Polong per Tanaman (polong) 100,06 55,70 0,00**

Jumlah Biji per Tanaman (Biji) 171,31 32,05 0,00**

Bobot Biji per Tanaman (g) 23,70 51,37 0,23

Bobot 100 biji (g) 13,90 20,16 0,00**

Keterangan : * = Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t ** = Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji

Hasil uji t pada F4 (DXG-22) terhadap tetua betina detam-2 menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap umur berbunga, umur panen, jumlah cabang primer, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 biji. Nilai tengah rataan karakter agronomi F4 (DXG-22)

Tabel 11. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F dengan tetua betina detam-2 dapat dilihat pada Tabel 11.

4(DXG-22) dengan Tetua Betina (Detam-2)

Parameter

Rataan

t-value

F4 Detam

Umur Berbunga (hari) 41,06 40,16 0,00**

Umur Panen (Hari) 105,1 110,13 0,00**

Tinggi Tanaman (cm) 49,47 60,30 0,23

Jumlah Cabang Primer (cabang) 3,06 4,70 0,00**

Jumlah Polong per Tanaman (polong) 89,86 165,96 0,00**

Jumlah Biji per Tanaman (Biji) 160,96 307,13 0,00**

(40)

Bobot Biji per Tanaman (g) 23,15 38,91 0,00**

Bobot 100 biji (g) 14,35 12,30 0,00**

Keterangan : * = Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t ** = Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji

Hasil uji t pada F4 (DXG-22) terhadap tetua jantan grobogan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap umur berbunga, umur panen, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot 100 biji. Sedangakan menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang primer, dan bobot biji pertanaman. Nilai tengah rataan karakter agronomi F4 (DXG-22)

Tabel 12 . Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F dengan tetua jantan grobogan dapat dilihat pada Tabel 12.

4 (DXG-22 ) terhadap Tetua Jantan (Grobogan)

Parameter

Rataan

t-value F4 Grobogan

Umur Berbunga (hari) 41,06 28,70 0,00**

Umur Panen (Hari) 105,1 82,10 0,00**

Tinggi Tanaman (cm) 49,47 37,18 0,18

Jumlah Cabang Primer (cabang) 3,06 3,26 0,44 Jumlah Polong per Tanaman (polong) 89,86 55,70 0,00**

Jumlah Biji per Tanaman (Biji) 160,96 32,05 0,00**

Bobot Biji per Tanaman (g) 23,15 51,37 0,50

Bobot 100 biji (g) 14,35 20,16 0,00**

Keterangan :* = Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t

** = Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji

Hasil uji t pada Hasil analisis uji t pada F4(DXG-5) terhadap tetua betina detam menunjukkan perbedaan sangat nyata terhadap semua karakter amatan.

Nilai tengah rataan karakter agronomi F4(DXG-5)dengan tetua jantan detam dapat dilihat pada Tabel 13.

(41)

Tabel 13. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F4(DXG-5) dengan Tetua Betina (Detam-2)

Parameter

Rataan

t-value

F4 Detam

Umur Berbunga (hari) 36,9 40,16 0.00**

Umur Panen (Hari) 106,03 110,13 0,00**

Tinggi Tanaman (cm) 37,88 60,30 0,00**

Jumlah Cabang Primer (cabang) 3,4 4,70 0,00**

Jumlah Polong per Tanaman (polong) 89 165,96 0,00**

Jumlah Biji per Tanaman (Biji) 179,93 307,13 0,00**

Bobot Biji per Tanaman (g) 23,25 38,91 0,00**

Bobot 100 biji (g) 13,53 12,30 0,00**

Keterangan : * = Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t

** = Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t

Hasil analisis uji t pada F4(DXG-5) terhadap tetua jantan grobogan menunjukkan perbedaan sangat nyata terhadap karakter umur berbunga, umur panen, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji 100 per tanaman. Akan tetapi menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang primer dan bobot biji per tanaman. Nilai tengah rataan karakter agronomi F4(DXG-5)

Tabel 14. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F

dengan tetua jantan grobogan dapat dilihat pada Tabel 14.

4 (DXG-5 ) terhadap Tetua Jantan (Grobogan)

Parameter

Rataan

t-value F4 Grobogan

Umur Berbunga (hari) 36,9 28,70 0,000**

Umur Panen (Hari) 106,03 82,10 0,000**

Tinggi Tanaman (cm) 37,88 37,18 0,622

Jumlah Cabang Primer (cabang) 3,4 3,26 0,423

Jumlah Polong per Tanaman (polong) 89 55,70 0,000**

Jumlah Biji per Tanaman (Biji) 179,93 32,05 0,000**

Bobot Biji per Tanaman (g) 23,25 51,37 0,479

(42)

Bobot 100 biji (g) 13,53 20,16 0,000**

Keterangan : * = Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t

** = Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t

Hasil analisis uji t pada F4(DXG-4) terhadap tetua betina detam-2 menunjukkan perbedaan sangat nyata terhadap semua karakter amatan. Nilai tengah rataan karakter agronomi F4(DXG-4)

Tabel 15. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F

dengan tetua betina detam-2 dapat dilihat pada Tabel 15.

4(DXG-4) dengan Tetua Betina (Detam-2)

Parameter

Rataan

t-value

F4 Detam

Umur Berbunga (hari) 38,6 40,16 0.00**

Umur Panen (Hari) 103,20 110,13 0,00**

Tinggi Tanaman (cm) 39,55 60,30 0,00**

Jumlah Cabang Primer (cabang) 3,7 4,70 0,00**

Jumlah Polong per Tanaman (polong) 86,66 165,96 0,00**

Jumlah Biji per Tanaman (Biji) 152,56 307,13 0,00**

Bobot Biji per Tanaman (g) 22,39 38,91 0,00**

Bobot 100 biji (g) 14,93 12,30 0,00**

Keterangan : * = Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t

** = Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t

Hasil analisis uji t pada F4(DXG-4) terhadap tetua jantan grobogan menunjukkan perbedaan sangat nyata terhadap karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji per tanaman Akan tetapi menunjukkan berbeda nyata terhadap bobot 100 biji dan berbeda tidak nyata terhadap jumlah cabang primer. Nilai tengah rataan karakter agronomi F4(DXG-4)

Tabel 16. Nilai Tengah Rataan Karakter Agronomi F

dengan tetua jantan grobogan dapat dilihat pada Tabel 16.

4 (DXG-4 ) terhadap Tetua Jantan (Grobogan)

(43)

Parameter

Karakter

t-value F4 Grobogan

Umur Berbunga (hari) 38,6 28,70 0,00**

Umur Panen (Hari) 103,20 82,10 0,00**

Tinggi Tanaman (cm) 39,55 37,18 0,00**

Jumlah Cabang Primer (cabang) 3,7 3,26 0,18 Jumlah Polong per Tanaman (polong) 86,66 55,70 0,01**

Jumlah Biji per Tanaman (Biji) 152,56 32,05 0,00**

Bobot Biji per Tanaman (g) 22,39 51,37 0,00**

Bobot 100 biji (g) 14,93 20,16 0,02*

Keterangan : * = Berbeda nyata terhadap populasi tetua pada taraf 5% berdasarkan uji t

** = Berbeda sangat nyata terhadap populasi tetua pada taraf 1% berdasarkan uji t

KKG dan h

Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi F

2

4 hasil persilangan Detam- 2 x Grobogan memiliki koefisien keragaman genetik yang bervariasi. Karakter yang meiliki nilai KKG sedang sampai tinggi terdapat pada karakter tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji pertanaman hampir diseluruh populasi tanaman F4. Nilai heritabilitas karakter dengan kriteria sedang sampai tinggi terdapat pada karakter umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji per tanaman hampir diseluruh populasi tanaman F4. Variabilitas genetik (σ2g), koefisien keragaman genetik (KKG) dan heritabilitas pada genersai F4

Tabel 17. Variabilitas genetik (σ

hasil persilangandapat dilihat pada Tabel 17.

2g), koefisien keragaman genetik (KKG) dan heritabilitas pada generasi F4

Karakter

hasil persilangan.

σ2g h2 KKG (%) Ket F4(DxG 49)

Umur Berbunga (Hari) 1,66 0,81(T) 3,41 Rendah

Umur Panen (Hari) 31,01 0,95(T) 5,36 Rendah

(44)

Tinggi Tanaman (cm) 16,87 0,52(T) 9,07 Sedang Jumlah Cabang Primer (Cabang) 1,08 0,67(T) 24,02 Tinggi Jumlah Polong / Tanaman (Polong) 491,25 0,46(S) 17,75 Tinggi Jumlah Biji / Tanaman (Biji) 5208,41 0,76(T) 29,10 Tinggi Bobot Biji / Tanaman (g) 72,04 0,68(T) 22,78 Tinggi

Bobot 100 biji (g) 8,72 0,93(T) 19,63 Tinggi

F4(DxG 50)

Umur Berbunga (Hari) 0,13 0,25 0,98 Rendah

Umur Panen (Hari) 2,95 0,68 1,61 Rendah

Tinggi Tanaman (cm) 15,10 0,49 9,03 Sedang

Jumlah Cabang Primer (Cabang) 0,51 0,49 19,48 Tinggi Jumlah Polong / Tanaman (Polong) 191,14 0,25 12,28 Sedang Jumlah Biji / Tanaman (Biji) 751,55 0,32 12,65 Sedang Bobot Biji / Tanaman (g) 57,31 0,63 24,95 Tinggi

Bobot 100 biji (g) 0,00 0,01 0,65 Rendah

F4(DxG 80)

Umur Berbunga (Hari) 0,64 0,62 2,07 Rendah

Umur Panen (Hari) 0,22 0,13 0,44 Rendah

Tinggi Tanaman (cm) 23,08 0,59 11,87 Sedang

Jumlah Cabang Primer (Cabang) 0,97 0,64 27,61 Tinggi Jumlah Polong / Tanaman (Polong) 241,52 0,30 16,35 Tinggi Jumlah Biji / Tanaman (Biji) 997,52 0,39 19,12 Tinggi Bobot Biji / Tanaman (g) 54,05 0,61 30,57 Tinggi

Bobot 100 biji (g) 0,79 0,58 6,32 Rendah

F4(DxG 13)

Umur Berbunga (Hari) 0,45 0,54 1,77 Rendah

Umur Panen (Hari) 2,60 0,65 1,53 Rendah

Tinggi Tanaman (cm) 40,64 0,72 15,58 Sedang

Jumlah Cabang Primer (Cabang) 0,61 0,54 21,86 Tinggi Jumlah Polong / Tanaman (Polong) 155,83 0,21 12,24 Tinggi Jumlah Biji / Tanaman (Biji) 2496,68 0,61 26,30 Tinggi Bobot Biji / Tanaman (g) 48,57 0,59 26,46 Tinggi

Bobot 100 biji (g) 0,21 0,27 3,33 Rendah

F4(DxG 24)

Umur Berbunga (Hari) 0,65 0,63 2,12 Rendah

Umur Panen (Hari) 0,05 0,04 0,23 Rendah

Tinggi Tanaman (cm) 22,50 0,59 12,53 Sedang

Jumlah Cabang Primer (Cabang) 0,69 0,57 21,60 Tinggi Jumlah Polong / Tanaman (Polong) 142,68 0,20 11,93 Sedang Jumlah Biji / Tanaman (Biji) 4,99 0,00 1,30 Rendah Bobot Biji / Tanaman (g) 1,22 0,03 4,67 Rendah

(45)

Bobot 100 biji (g) 0,08 0,12 2,04 Rendah

F4(DxG 22)

Umur Berbunga (Hari) 0,71 0,65 2,06 Rendah

Umur Panen (Hari) 0,10 0,04 0,31 Rendah

Tinggi Tanaman (cm) 2374,33 0,99 98,48 Tinggi Jumlah Cabang Primer (Cabang) 0,57 0,52 24,70 Tinggi Jumlah Polong / Tanaman (Polong) 48,67 0,08 7,76 Sedang Jumlah Biji / Tanaman (Biji) 1055,89 0,40 20,18 Tinggi Bobot Biji / Tanaman (g) 26,44 0,44 22,21 Tinggi

Bobot 100 biji (g) 0,08 0,13 2,03 Rendah

F4(DxG 5)

Umur Berbunga (Hari) 4,33 0,91 5,63 Rendah

Umur Panen (Hari) 0,12 0,34 0,08 Rendah

Tinggi Tanaman (cm) 19,00 0,55 11,50 Sedang

Jumlah Cabang Primer (Cabang) 0,42 0,44 18,74 Tinggi Jumlah Polong / Tanaman (Polong) 268,48 0,32 18,41 Tinggi Jumlah Biji / Tanaman (Biji) 2054,61 0,56 26,51 Tinggi Bobot Biji / Tanaman (g) 31,02 0,48 23,95 Tinggi

Bobot 100 biji (g) 0,10 0,15 2,34 Rendah

F4(DxG 4)

Umur Berbunga (Hari) 0,83 0,68 2,36 Rendah

Umur Panen (Hari) 0,30 0,18 0,53 Rendah

Tinggi Tanaman (cm) 8,96 0,36 7,56 Tinggi

Jumlah Cabang Primer (Cabang) 0,03 0,06 5,20 Rendah Jumlah Polong / Tanaman (Polong) 32,09 0,05 6,53 Rendah Jumlah Biji / Tanaman (Biji) 0,94 0,00 0,63 Rendah Bobot Biji / Tanaman (g) 0,11 0,00 1,50 Rendah

Bobot 100 biji (g) 0,09 0,14 2,07 Rendah

Keterangan, (T) Tinggi, (S) Sedang. (R) Rendah

Berdasarkan 240 sampel tanaman yang diseleksi dengan indeks seleksi 50%, diperoleh 19 tanaman yang terpilih dan diseleksi berdasarkan umur berbunga dan bobot biji per tanaman pada populasi F4. Pada Tabel 18 dapat dilihat sampel nomor tanaman terpilih di ditinjau dari barisan terbaik berdasarkan karakter umur genjah dan produksi tinggi dari populasi F

Tabel 18. Sampel nomor tanaman terpilih ditinjau dari barisan terbaik berdasarkan karakter umur genjah dan produksi tinggi dari populasi F

4.

Sampel Terpilih

4

Umur Berbunga (Hari) Bobot Biji per Tanaman (g)

(46)

F4DxG-50-34-5 36 41,1

F4DxG-4-13-3 36 33,8

F4DxG-49-19-3 37 58,6

F4DxG-49-18-2 37 48,4

F4DxG-50-33-3 37 43.4

F4DxG-13-4-1 37 55,6

F4DxG-13-49-2

F4DxG-24-8-2

F4DxG-24-5-2

37 37 37

44,5 36,2 38

F4DxG-5-29-4 37 40,7

F4DxG-5-36-5 37 46,3

F4DxG-80-50-4 38 32,1

F4DxG-80-48-3 38 42,3

F4DxG-4-2-4 38 38.5

F4DxG-49-7-5 39 53,4

F4DxG-49-4-1 39 48,8

F4DxG-22-6-1 39 29,8

F4DxG-22-8-2 40 43,4

Jumlah 19 Tanaman Terpilih

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa umur berbunga pada populasi F4 berbeda sangat nyata terhadap tetua betina (Detam-2) dan tetua jantan (Grobogan). Umur berbunga tetua betian (Detam-2) lebih lama dibandingkan dengan populasi F4 dan tetua betian (Grobogan). Populasi tetua jantan memiliki rataan umur berbunga terlama, yaitu 40,16 hari sementara populasi F4 memiliki rataan umur berbunga 38,27 hari dan tetua betina memiliki rataan umur berbunga 28,7 hari. Selain dipengaruhi oleh faktor genetic umur berbunga juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan sehingga perlu sangat diperhatikan syarat tumbuh untuk mendukung optimalnya potensi genetik tanaman yang diseleksi. Hal ini sesuai dengan literatur Adie dan Krisnawati (2007) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi umur keluarnya bunga adalah varietas, suhu, dan lama penyinaran.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa umur panen pada populasi F4berbeda sangat nyata terhadap kedua tetua. Populasi umur panen tetua

(47)

betina (Detam-2) memiliki rataan umur panen 103,20 hari. Populasi tetua jantan (Grobogan) memiliki umur panen tercepat yaitu 82,1 hari. Populasi F4(DXG-49)

memiliki umur panen 103,76 hari, F4(DXG-50) 106,76 hari, F4(DXG-80) 106 hari, F4(DXG-13) 105,4 hari, F4(DXG-24) 102,93 hari, F4(DXG-22) 105,1 hari, F4(DXG-5) 105,56 hari F4(DXG-4) 103,20 hari. Umur panen kedelai sangat dipengaruhi oleh varietas.

Oleh karena itu diharapkan terdapat keturunan hasil persilangan kedelai Detam-2 x Grobogan yang memiliki umur panen cepat seperti tetuanya.Hal ini sesuai dengan literatur Poehlman (2006)yang menyatakan bahwa kedelai mengalami kematangan pada umur 100-150 hari tergantung varietas, cuaca, dan lokasi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada populasi F4(DxG-49), F4(DxG-50), F4(DxG-4). F4(DxG-80), F4(DxG-13), F4(DxG-24), F4(DxG-5) menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap tetua betina (Detam-2). F4(DxG-80),

F4(DxG-13) berbeda nyata terhadap tetua jantan (grobogan). SedangkanF4(DxG-24), F4(DxG-5) menunjukkan berbeda nyata terhadap tetua jantan (grobogan) dan F4(DxG- 22) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap kedua tetua. Varietas Detam-2 dan Grobogan menunjukkan adanya kenaikan pertumbuhan tinggi tanaman. Tinggi rendahnya tanaman kedelai yang mendominasi karakter tinggi tanaman F4 merupakan pengaruh dari genetik dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan literatur Falconer dan Mackay (1996) yang menyatakan bahwa ekspresi karakter tinggi tanaman bersifat poligenik dan dipengaruhi oleh faktor non- genetik (lingkungan).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah cabang primer pada populasi F4(DxG-50), F4(DxG-80), F4(DxG-13), F4(DxG-22), F4(DxG-5), F4(DxG-5)

menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap tetua betina (Detam-2) dan

Referensi

Dokumen terkait

meningkatkan aktivitas siswa dengan model PBL cukup. Artinya, semua langkah-langkah dalam pembelajaran cukup terlaksana dengan baik. Keberhasilan siswa dilihat dari

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran ganda ibu rumah tangga dalam menigkatkan kesejateraan keluarga di desa Allude kecamatan Kalongan kabupaten

Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Malang jumlahnya terbatas, sosialisasi dan pelatihan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) bagi istri nelayan hanya

Penelitian ini memberikan hasil yang tidak sama atau berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Chien-Hsiung Lin (2013) yang menyatakan citra merek

c) fungsi Akuntansi dan Seksi Pembukuan Pelaporan; d) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan dan Penagihan; dan e) arsip. 2) Selanjutnya setelah SSPD dan bukti setoran bank/slip

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan metode AHP dan IKB dengan software visual basic 6.0 diperoleh kondisi Puskesmas Sukoharjo dalam keadan baik beberapa kerusakan