BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil PenelitianParameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter, jumlah daun, berat basah akar, berat basah pucuk, berat basah total, berat kering akar, berat kering pucuk, berat kering total, nisbah pucuk akar, kadar air tanaman, jumlah stomata, pH genangan, pengamatan hama dan penyakit dalam kondisi tergenang dan tidak tergenang. Pemeriksaan kolonisasi fungi mikoriza pada akar bibit longkida dilakukan pada akhir penelitian. Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam
Parameter Tergenang Tidak Tergenang
Mikoriza NPK Mikoriza NPK
Pertumbuhan tinggi * tn tn tn
Pertumbuhan diameter * tn tn tn
Jumlah daun tn tn tn tn
Berat basah akar tn tn tn tn
Berat basah pucuk tn tn * tn
Berat basah total tn tn * tn
Berat kering akar tn tn * tn
Berat kering pucuk tn tn * tn
Berat Kering total tn tn * tn
Nisbah pucuk akar tn tn tn tn
Kadar air tanaman tn tn tn tn
Keterangan: *= Berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5% , tn= tidak nyata
Hasil sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman longkida pada kondisi tergenang maupun tidak tergenang. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa pada parameter pertumbuhan tinggi dan pertumbuhan diameter, yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman longkida adalah perlakuan pemberian mikoriza pada kondisi yang tergenang. Sedangkan pemberian pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman longkida. Pada kondisi tidak tergenang, perlakuan tidak mempengaruhi parameter pertumbuhan, namun mempengaruhi berat basah pucuk, berat basah total, berat kering akar, berat kering pucuk, dan berat kering total.
4.1.1 Pertumbuhan Longkida Pada Kondisi Tergenang
Hasil sidik ragam (Tabel 1) menunjukan bahwa pada kondisi tergenang, perlakuan mikoriza berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman longkida. Sedangkan perlakuan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan longkida. Pertumbuhan tinggi, diameter dan jumlah daun setiap minggu dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil sidik ragam pertumbuhan longkida setiap minggu pada kondisi tergenang
Parameter Minggu ke-2 Minggu ke-4 Minggu ke-6 Minggu ke-8
Tinggi * * * tn
Diameter * * * *
Jumlah Daun tn tn tn tn
Keterangan: *= Berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5% , tn= tidak nyata 4.1.1.1 Pertumbuhan Tinggi
Hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukan bahwa perlakuan pada kondisi tergenang memberikan pengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman longkida. Untuk mengetahui perlakuan yang terbaik, maka dilakukan uji Duncan. Tabel 3 Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tinggi longkida pada kondisi
tergenang
Perlakuan Tinggi (cm) Peningkatan Terhadap Kontrol (%)
Kontrol 9,03b 0,00
Mikoriza 11,31a 25,25
NPK 8,78b -2,77
Keterangan : Huruf yang sama dibelakang angka menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada taraf uji F 0,05
Hasil uji Duncan pada Tabel 3 menunjukan bahwa masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman longkida pada kondisi tergenang. Pemberian mikoriza menghasilkan rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman longkida sebesar 11,31 cm dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kontrol menghasilkan rata-rata pertumbuhan tinggi sebesar 9,03 cm sedangkan pemberian pupuk NPK menghasilkan rata-rata pertumbuhan tinggi sebesar 8,78 cm. Tabel 3 juga menunjukan bahwa perlakuan mikoriza memberikan peningkatan terhadap kontrol tertinggi jika dibandingkan dengan pemberian pupuk NPK yaitu sebesar 25,25%.
G n m D T K t m D p P m Gambar 6 Hasi nyata terhad minggu ke-Duncan. Tabel 4 H lo Perlakua Kontrol Mikoriz NPK Keterangan : Gam tergenang se minggu sek Duncan (Tab pada minggu Peningkatan minggu ke-6 Kon Mik NPK T ing gi ( cm ) Diagram p kondisi terg l sidik ragam dap pertumbu -6, untuk m Hasil uji Du ongkida seti an Min a : Huruf yang berbeda ny mbar 6 menya etiap pengam kali selama bel 4), perla u ke-4 dan m n tinggi pad 6 sebesar 12, Ming ntrol 1 oriza 1 K 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 peningkatan genang m pada Tabe uhan tinggi mengetahui p uncan penga iap minggu p nggu ke-2 1,19a 1,49a 0,53b g sama dibe yata pada taraf
ajikan pertum matan. Penga 8 minggu akuan mikori minggu ke-6 a minggu k ,36 cm. gu ke 2 M ,19 ,49 ,53 pertumbuha el 2 menunju longkida pad perlakuan y aruh perlaku pada kondisi Tin Minggu ke-4 3,58b 5,28a 2,62b elakang angk f uji F 0,05 mbuhan ting amatan pertu (5 kali pen iza mengalam 6 jika diband ke-4 adalah Minggu ke 4 3,58 5,28 2,62 an tinggi ta ukan bahwa p da minggu k yang terbaik uan terhada i tergenang nggi (cm) 4 Minggu 8,03 12,36 8,9 ka menunjuka ggi tanaman umbuhan tin ngukuran). mi peningka dingkan den 5,28 cm, pe Minggu ke 8,03 12,36 8,91 anaman long perlakuan be ke-2, minggu k, maka dila ap pertumbu ke-6 Min 3b 6a 1b an pengaruh longkida pa nggi dilakuk Berdasarkan atan tinggi ya ngan kontrol eningkatan t 6 Minggu 11,3 16,2 15,7 gkida pada erpengaruh u ke- 4 dan akukan uji uhan tinggi nggu ke-8 11,35a 16,28a 15,73a yang tidak ada kondisi kan setiap 2 n hasil uji ang terbaik l dan NPK. tinggi pada u ke 8 35 28 73
4.1.1.2 Pertumbuhan Diameter
Hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukan bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter tanaman longkida pada kondisi tergenang. Untuk mengetahui perlakuan yang terbaik maka dilakukan uji Duncan. Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap diameter tanaman
longkida pada kondisi tergenang
Perlakuan Diameter (cm) Peningkatan Terhadap Kontrol (%)
Kontrol 0,29b 0,00
Mikoriza 0,34a 17,24
NPK 0,31ab 6,89
Keterangan : Huruf yang sama dibelakang angka menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada taraf uji F 0,05
Hasil uji Duncan pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian mikoriza menghasilkan rata-rata diameter sebesar 0,34 cm, pupuk NPK menghasilkan rata-rata diameter sebesar 0,31 cm, dan kontrol menghasilkan rata-rata diameter yaitu 0,29 cm. Pada Tabel diatas menunjukan bahwa pemberian mikoriza tidak berbeda nyata terhadap pemberian pupuk NPK tetapi berbeda nyata dengan kontrol.
Hasil sidik ragam pada Tabel 2 menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter longkida setiap minggu, untuk mengetahui perlakuan yang terbaik, maka dilakukan uji Duncan.
Tabel 6 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan diameter longkida setiap minggu pada kondisi tergenang
Perlakuan Diameter (cm)
Minggu ke-2 Minggu ke-4 Minggu ke-6 Minggu ke-8
Kontrol 0,03c 0,08b 0,12b 0,18b
Mikoriza 0,07a 0,16a 0,24a 0,32a
NPK 0,05b 0,13a 0,22a 0,30a
Keterangan : Huruf yang sama dibelakang angka menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada taraf uji F 0,05
Gambar 7 menyajikan pertumbuhan diameter tanaman longkida pada kondisi tergenang setiap pengamatan. Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 6), perlakuan mikoriza memiliki peningkatan pertumbuhan diameter yang terbaik pada minggu ke-2 jika dibandingkan dengan perlakuan NPK dan kontrol. Peningkatan diameter longkida perlakuan mikoriza pada pengukuran minggu ke-2 adalah 0,07 cm.
G 4 p p k m m d j d m k Gambar 7 4.1.1.3 Pertu Pada pupuk NPK pertumbuhan Gam kondisi terge menunjukan setiap ming minggu ke-6 daun adalah jumlah daun daun menga minggu ke-6 ke-8 terjadi Kon Mik NPK 0 0 0 0 0 0 0 0 Diameter (cm) Diagram pe kondisi terg umbuhan Jum a hasil sidik K dan mikori n jumlah dau mbar 8 meny enang setiap n bahwa per ggunya. Jum 6 yaitu seba sebanyak -1 n pada kond alami penur 6 terjadi pen penurunan j Ming ntrol 0 koriza 0 K 0 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 eningkatan p genang mlah Daun ragam (Tab za tidak ber un tanaman yajikan pertu p pengamata rlakuan tida mlah daun t anyak -2 hel 1 helai. Perla disi tergena runan pada nurunan jum umlah daun ggu ke 2 M 0,03 0,07 0,05 pertumbuhan el 1) menun rpengaruh ny longkida pa umbuhan jum an. Berdasark ak berpenga tanaman kon
lai, dan pad akuan mikor ang, sedangk minggu ke-mlah daun se sebanyak -2 Minggu ke 4 0,08 0,16 0,13 n diameter ta njukan bahw yata pada tar
da kondisi te mlah daun ta kan hasil sid aruh nyata t ntrol menga da minggu k riza tidak me kan pada pe -4 yaitu seb banyak -3 h 2 helai. Minggu k 0,12 0,24 0,22 anaman long a perlakuan raf uji F 0,0 ergenang. anaman long dik ragam pa terhadap jum alami penur ke-8 penurun enyebabkan erlakuan NP banyak -1 h helai, dan pa ke 6 Mingg 0 0 0 gkida pada pemberian 05 terhadap gkida pada ada Tabel 2 mlah daun runan pada nan jumlah penurunan PK, jumlah helai, pada ada minggu gu ke 8 ,18 ,32 ,30
G 4 d p G Gambar 8 4.1.1.4 Bera Hasi dan NPK tid pada kondis Gambar 9 Kon Miko NPK Jumlah Dau n (h elai) Terge Berat
Basah Akar (gram
) Diagram pe pada kondi at Basah Aka l sidik raga dak berpeng i tergenang. Diagram ra kondisi terg Ming ntrol oriza K -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 K enang eningkatan isi tergenang ar (BBA) am pada Tab aruh nyata p ata-rata bera genang ggu ke 2 M 1 2 0 Kontrol 1,55 pertumbuha g bel 1 menun pada taraf uj at basah aka Minggu ke 4 0 1 -1 Mikoriz 2,75 an jumlah da njukan bahw ji F 0,05 terh ar (BBA) ta Minggu k -2 0 -3 za aun tanaman wa perlakuan hadap berat anaman long ke 6 Ming NPK 3,25 n longkida n mikoriza basah akar gkida pada ggu ke 8 -1 1 -2
4 d p G 4 d ( G 4.1.1.5 Bera Hasi dan NPK ti pucuk (BBP Gambar 10 4.1.1.5 Bera Hasi dan NPK tid (BBT) pada Gambar 11 Terg Berat Basah Puc u k (gra m ) 1 1 1 BB BB Berat Basah Total (gram ) at Basah Puc l sidik raga idak berpen P) pada kond Diagram ra kondisi terg at Basah Tota l sidik raga dak berpeng kondisi terg Diagram r kondisi ter 0 1 2 3 4 5 6 7 8 K genang 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 Kon BP 3, BA 1, uk (BBP) am pada Tab garuh nyata disi tergenang ata-rata bera genang al (BBT) am pada Tab aruh nyata p genang. rata-rata ber rgenang Kontrol 3,93 ntrol ,93 ,55 bel 1 menun a pada taraf g. at basah puc bel 1 menun pada taraf uj
rat basah tot Mikoriz 5,25 Mikoriza 5,25 2,75 njukan bahw f uji F 0,05 cuk (BBP) ta njukan bahw i F 0,05 terh tal (BBT) ta za N 7 3 wa perlakuan terhadap b anaman long wa perlakuan hadap berat anaman long NPK 7,75 NPK 7,75 3,25 n mikoriza berat basah gkida pada n mikoriza basah total gkida pada
4 d ( G 4 d p G 4.1.1.6 Bera Hasi dan NPK tid (BKA) pada Gambar 12 4.1.1.7 Bera Hasi dan NPK ti pucuk (BKP Gambar 13 Ter Ber at Ker ing Ak ar (g ram) Terge Bera t Ker ing Puc uk ( gra m ) at Kering Ak l sidik raga dak berpenga a kondisi terg Diagram r kondisi ter at Kering Puc l sidik raga idak berpeng P) pada kond Diagram ra kondisi terg 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 rgenang 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 K enang kar (BKA) am pada Tab aruh nyata p genang. ata-rata bera rgenang cuk (BKP) am pada Tab garuh nyata disi tergenan ata-rata bera genang Kontrol 0,25 Kontrol 0,71 bel 1 menun pada taraf uji
at kering ak bel 1 menun a pada taraf g. at kering puc Mikor 0,39 Mikoriz 0,73 njukan bahw i F 0,05 terh kar (BKA) ta njukan bahw f uji F 0,05 cuk (BKP) t riza 9 za wa perlakuan hadap berat k anaman long wa perlakuan terhadap be tanaman lon NPK 0,41 NPK 1,04 n mikoriza kering akar gkida pada n mikoriza erat kering gkida pada
4 d t G 4 m t G 4.1.1.8 Bera Hasi dan NPK tid tergenang. Gambar 14 4.1.1.9 Nisb Hasi mikoriza da tanaman lon Gambar 15 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 BK BK Berat Kering Total (gram ) Ter N isb ah Puc u k Ak ar (%) at Kering Tot l sidik raga dak berpenga Diagram r kondisi ter bah Pucuk Ak l sidik raga an pupuk NP ngkida pada k Diagram ra kondisi terg 0 2 4 6 8 1 2 4 6 8 2 Kon KP 0,7 KA 0,2 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 genang tal (BKT) am pada Tab aruh nyata t rata-rata bera rgenang kar (NPA) am (Tabel PK tidak be kondisi terge ata-rata nisb genang ntrol 71 25 Kontrol 2,58 bel 1 menun erhadap bera at kering tot 1) menunju erpengaruh n enang. bah pucuk ak Mikoriza 0,73 0,39 Mikoriz 2,38 njukan bahw at kering tot tal (BKT) ta ukan bahwa nyata terhad kar (NPA) t za wa perlakuan tal (BKT) pa anaman long perlakuan dap nisbah p anaman long NPK 1,04 0,41 NPK 2,63 n mikoriza ada kondisi gkida pada pemberian pucuk akar gkida pada
4 m l G 4 t b t t j T K 4 n 4.1.1.10 Ka Hasi mikoriza da longkida pad Gambar 16 4.1.2 Pert Hasi tergenang, p berat basah tanaman lon terhadap pa jumlah daun Tabel 7 H tid Parameter Tinggi Diameter Jumlah Da Keterangan: * 4.1.2.1 Pertu Berd nyata terhad Terg Kad ar Air T an am an (% )
adar Air Tan l sidik raga an pupuk NP da kondisi te Diagram ra kondisi terg umbuhan T l sidik rag perlakuan m total, berat ngkida. Sed arameter per n longkida se asil sidik ra dak tergenan Mingg aun *= Berbeda n umbuhan Tin dasarkan sidi dap pertumb 82 83 84 85 86 87 88 K enang aman am (Tabel PK tidak be ergenang. ata-rata kada genang Tanaman Lo am (Tabel mikoriza ber t kering aka dangkan perl rtumbuhan etiap minggu agam pertum ng gu ke-2 M * * tn nyata menurut nggi ik ragam (Ta buhan tingg Kontrol 86,55 1) menunju erpengaruh n ar air tanam ongkida pad 1) menunj rpengaruh ny ar, berat ker
lakuan pupu longkida. P u dapat dilih mbuhan long Minggu ke-4 * tn tn t uji F pada ta abel 1), perl gi pada kon Mikoriz 86,88 ukan bahwa nyata terhad man (KAT) t da Kondisi ukan bahw yata terhada ring pucuk uk NPK tid Pertumbuhan at pada Tabe gkida setiap Minggu tn tn tn araf 5% , tn= t akuan tidak ndisi tidak t za perlakuan dap kadar a anaman long Tidak Terg a pada kon ap berat bas dan berat k dak berpeng n tinggi, dia el 7. minggu pa ke-6 Min tidak nyata memberikan tergenang. G NPK 85,25 pemberian ir tanaman gkida pada genang ndisi tidak sah pucuk, kering total aruh nyata ameter dan ada kondisi nggu ke-8 tn tn tn n pengaruh Gambar 17
m p G n m T K d d 4 n menyajikan pengamatan selama 8 mi Gambar 17 Hasi nyata terhad mengetahui Tabel 8 H lo Perlakua Kontrol Mikoriz NPK Keterangan : Pada dengan perl dengan pem 4.1.2.2 Pertu Berd nyata terhad Kon Mik NPK T ingg i (c m ) pertumbuha n. Pengamata nggu. Diagram p kondisi tid l sidik ragam dap pertumb perlakuan y Hasil uji Du ongkida seti an Mi a : Huruf yang berbeda ny a Tabel 8 m lakuan miko mberian NPK umbuhan Di dasarkan has dap pertumb Ming ntrol 2 koriza 3 K 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 an tinggi tan an pertumbu peningkatan dak tergenan m pada Tabe buhan tinggi yang terbaik, uncan penga iap minggu p inggu ke-2 2,63b 3,94a 1,28c g sama dibe yata pada taraf menunjukan b
oriza memil K dan kontrol
ameter sil sidik rag buhan diame ggu ke 2 M 2,63 3,94 1,28 naman longk uhan tinggi n pertumbuh ng el 7 menunju i pada ming maka dilaku aruh perlaku pada kondisi Tin Minggu ke 4,78ab 5,88a 2,93b elakang angk f uji F 0,05 bahwa pada liki peningk l yaitu sebes gam (Tabel eter pada ko Minggu ke 4 4,78 5,88 2,93 kida pada ko dilakukan s han tinggi ta ukan bahwa p ggu ke-2 dan ukan uji Dun uan terhada i tidak tergen nggi (cm) e-4 Mingg 5,7 6,9 4,2 ka menunjuka minggu ke katan yang t ar 3,94 cm. 1), perlaku ondisi tidak Minggu k 5,77 6,59 4,28 ondisi tergen setiap 2 min anaman long perlakuan be n minggu k ncan. ap pertumbu nang gu ke-6 Mi 77a 95a 28a an pengaruh -2 pertumbu terbaik, berb uan tidak be tergenang. G ke 6 Mingg 7, 8, 6, nang setiap nggu sekali gkida pada erpengaruh e-4. Untuk uhan tinggi inggu ke-8 7,15a 8,53a 6,16a yang tidak uhan tinggi beda nyata erpengaruh Gambar 18 gu ke 8 ,15 ,53 ,16
m G n p T K p m menyajikan setiap penga Gambar 18 Hasi nyata terhad perlakuan ya Tabel 9 Ha lo Perlakua Kontrol Mikoriza NPK Keterangan : Pada pada minggu mikoriza ya Kon Mik NPK 0 0 0 0 0 0 Diameter (cm) pertumbuh amatan. Diagram pe kondisi tida l sidik ragam dap pertumb ang terbaik, asil uji Dun ongkida setia an Mi : Huruf yang berbeda ny a Tabel 9 m u ke-2 adala aitu sebesar Ming ntrol 0 koriza 0 K 0 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 an diameter eningkatan p ak tergenang m pada Tabe buhan diam maka dilaku ncan pengaru ap minggu pa nggu ke-2 0,04a 0,06a 0,01b g sama dibe yata pada taraf menunjukan b ah sebesar 0 0,06 cm. S ggu ke 2 M 0,04 0,06 0,01 r tanaman pertumbuhan g el 7 menunju meter pada
ukan uji Dun uh perlakuan ada kondisi t Diam Minggu ke 0,12a 0,11a 0,08a elakang angk f uji F 0,05 bahwa penin 0,04 cm tidak Sedangkan p Minggu ke 4 0,12 0,11 0,08 longkida pa n diameter t ukan bahwa p minggu ke-ncan. n terhadap p tidak tergena meter (cm) e-4 Minggu 0,1 0,1 0,0 ka menunjuka ngkatan diam k berbeda n perlakuan NP Minggu ke 0,17 0,16 0,09 ada kondisi tanaman lon perlakuan be -2. Untuk m pertumbuha ang u ke-6 Min 7a 6a 09a an pengaruh meter tanam nyata dengan PK pada mi e 6 Mingg 0,1 0,2 0,1 tergenang gkida pada erpengaruh mengetahui n diameter nggu ke-8 0,19a 0,21a 0,11a yang tidak man kontrol n perlakuan inggu ke-2 gu ke 8 19 21 11
m p 4 p d G p p 4 N k memiliki pe perlakuan m 4.1.2.3 Pertu Pada pupuk NPK daun tanama Gambar 19 Hasi perlakuan m pertumbuhan 4.1.2.4 Bera Hasil NPK tidak b kondisi terge Kon Mik NPK Jumlah da un (h elai) eningkatan mikoriza dan umbuhan jum a hasil sidik K dan mikori an longkida p Diagram p pada kond l sidik rag mikoriza da n jumlah dau at Basah Aka sidik ragam berpengaruh enang. Gamb Ming ntrol koriza K 0 1 2 3 4 5 6 7 diameter ya kontrol yaitu mlah daun ragam (Tab za tidak ber pada kondis peningkatan disi tidak terg gam setiap an pemberia un longkida ar (BBA) m pada Tabel nyata pada mbar 20 menu ggu ke 2 M 2 2 3 ang paling u sebesar 0,0 el 1) menun rpengaruh ny si tergenang. pertumbuha genang minggu pa an NPK tid pada kondis 1 menunjuk taraf uji F 0 unjukan bera Minggu ke 4 2 4 4 buruk jika 01 cm. njukan bahw yata terhadap an jumlah d ada Tabel 7 dak berpen si tidak terge kan bahwa p ,05 terhadap at basah akar Minggu k 4 5 4 dibandingk a perlakuan p pertumbuh daun tanama 7 menunjuk garuh nyata enang. perlakuan mi p berat basah r setiap perla ke 6 Mingg kan dengan pemberian han jumlah an longkida kan bahwa a terhadap ikoriza dan h akar pada akuan. gu ke 8 6 6 6
G 4 m p y T K b P N b Gambar 20 4.1.2.5 Bera Hasi mikoriza dan pada kondis yang terbaik Tabel 10 Perlak Kontro Mikor NPK Keterangan : Pada berbeda nya Perlakuan m NPK memil basah pucuk Tidak T B era t B as ah Akar (gra m ) Diagram r kondisi tid at Basah Puc l sidik ragam n pupuk NPK si tidak terge k dilakukan u Hasil uji D tanaman lon kuan ol riza : Huruf yang berbeda ny a Tabel 10 m ata dengan ko mikoriza mem liki berat ba k yang paling 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Tergenang rata-rata ber dak tergenan cuk (BBP) m pada Tab K memberik enang, pada uji lanjut Du Duncan peng ngkida pada Berat Ba (gr 6 15 10 g sama dibe yata pada taraf menunjukan ontrol, namu miliki berat b asah pucuk g buruk yaitu Kontrol 1,55 rat basah ak ng bel 1 menunj kan pengaruh taraf uji F 0 uncan. garuh perlak kondisi tidak sah Pucuk ram) ,00b ,25a ,50ab elakang angk f uji F 0,05 bahwa bera un tidak berb basah pucuk sebesar 10, u sebesar 6,0 Miko 3,2 kar (BBA) ta jukan bahwa h nyata terha 0,05. Untuk kuan terhad k tergenang Pen ka menunjuka at basah puc beda nyata d k sebesar 15,2 ,50 gram. K 00 gram. oriza 25 anaman long a perlakuan adap berat ba mengetahui ap berat ba ingkatan Terh Kontrol (%) 0,00 154,17 75,00 an pengaruh uk perlakua dengan perlak 25 gram dan Kontrol mem NPK 2,75 gkida pada pemberian asah pucuk i perlakuan asah pucuk hadap ) yang tidak an mikoriza kuan NPK. n perlakuan miliki berat
4.1.2.6 Berat Basah Total (BBT)
Hasil sidik ragam menunjukan bahwa, pemberian mikoriza dan pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap berat basah total pada kondisi tidak tergenang. Untuk mengetahui perlakuan yang terbaik dilakukan uji lanjut Duncan.
Tabel 11 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap berat basah total tanaman longkida pada kondisi tidak tergenang
Perlakuan Berat Basah Total (gram) Peningkatan Terhadap Kontrol (%) Kontrol 7,50b 0,00 Mikoriza 18,25a 143,33 NPK 13,25ab 76,67
Keterangan : Huruf yang sama dibelakang angka menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada taraf uji F 0,05
Pada Tabel 11 menunjukan bahwa berat basah total perlakuan mikoriza berbeda nyata dengan kontrol, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan NPK. Perlakuan mikoriza memiliki berat basah total sebesar 18,25 gram dan perlakuan NPK memiliki berat basah total sebesar 13,25 gram. Kontrol memiliki berat basah pucuk yang paling buruk yaitu sebesar 7,50 gram.
4.1.2.7 Berat Kering Akar (BKA)
Hasil sidik ragam menunjukan bahwa, pemberian mikoriza dan pupuk NPK memberikan pengaruh nyata terhadap berat kering akar pada kondisi tidak tergenang. Untuk mengetahui perlakuan yang terbaik dilakukan uji lanjut Duncan. Tabel 12 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap berat kering akar
tanaman longkida pada kondisi tidak tergenang Perlakuan Berat Kering Akar
(gram) Peningkatan Terhadap Kontrol (%) Kontrol 0,16b 0,00 Mikoriza 0,46a 187,50 NPK 0,33ab 106,25
Keterangan : Huruf yang sama dibelakang angka menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada taraf uji F 0,05
Pada Tabel 12 dapat diketahui bahwa pemberian mikoriza tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk NPK, namun pemberian mikoriza berbeda nyata dengan kontrol. Perlakuan mikoriza memiliki rata-rata berat kering akar sebesar 0,46 gram, longkida dengan pemberian pupuk NPK memiliki rata-rata sebesar
0,33 gram. Sedangkan kontrol memiliki rata-rata terburuk jika dibandingkan dengan perlakuan lain yaitu sebesar 0,16 gram.
4.1.2.8 Berat Kering Pucuk (BKP)
Berdasarkan hasil sidik ragam pada Tabel 1, perlakuan pemberian mikoriza dan NPK memberikan pengaruh nyata nyata terhadap berat kering pucuk pada kondisi tidak tergenang, pada taraf uji F 0,05. Dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui perlakuan yang terbaik.
Tabel 13 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap berat kering pucuk tanaman longkida pada kondisi tidak tergenang
Perlakuan Berat Kering Pucuk (gram) Peningkatan Terhadap Kontrol (%)
Kontrol 0,59b 0,00
Mikoriza 1,62a 174,57
NPK 1,09ab 84,75
Keterangan : Huruf yang sama dibelakang angka menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada taraf uji F 0,05
Pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa pemberian mikoriza tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk NPK, tetapi pemberian mikoriza berbeda nyata dengan kontrol. Kontrol menghasilkan rata-rata berat kering pucuk terendah jika dibandingkan dengan perlakuan mikoriza yaitu 0,59 gram. Sedangkan mikoriza memiliki rata-rata yang lebih besar dari pada kontrol yaitu 1,62 gram, pemberian pupuk NPK menghasilkan rata-rata berat kering pucuk sebesar 1,09 gram.
4.1.2.9 Berat Kering Total (BKT)
Hasil sidik ragam (Tabel 1) menunjukan bahwa perlakuan mikoriza dan pupuk NPK memberikan pengaruh nyata terhadap berat kering total tanaman longkida pada kondisi tidak tergenang. Untuk mengetahui perlakuan yang terbaik maka dilakukan uji Duncan.
Tabel 14 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap berat kering total tanaman longkida pada kondisi tidak tergenang
Perlakuan Berat Kering Total (gram) Peningkatan Terhadap Kontrol (%) Kontrol 0,76b 0,00 Mikoriza 2,08a 173,68 NPK 1,42ab 86,84
Keterangan : Huruf yang sama dibelakang angka menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada taraf uji F 0,05
m N m m j b 4 m t G 4 m k Pemb mikoriza tid NPK mengh memiliki ra memiliki rat juga menunj berat kering 4.1.2.10 N Hasi mikoriza da tanaman lon Gambar 21 4.1.2.11 Ka Hasi mikoriza da kadar air tan Tidak N isb ah Pu cuk Ak ar (%) berian miko dak berbeda hasilkan rat ata-rata pali ta-rata palin jukan pemb total sebesa Nisbah Pucuk l sidik raga an pupuk NP ngkida pada k Diagram ra kondisi tida adar Air Tan
l sidik raga n pupuk NP naman longk 0 1 2 3 4 5 k Tergenang oriza berbed nyata deng ta-rata berat ng tinggi y ng kecil diba erian mikor ar 173,68% d k Akar (NPA am (Tabel PK tidak be kondisi terge ata-rata nisb ak tergenang aman (KAT am (Tabel PK tidak ber kida pada kon
Kontrol 4,46 da nyata de gan pemberia t kering tot yaitu sebesa andingkan l iza dan pup dan 86,84% A) 1) menunju erpengaruh n enang. bah pucuk ak g T) 1) menunju rpengaruh ny ndisi tidak te Mik 3 engan kontr an pupuk N tal sebesar ar 2,08 gram ainnya yaitu uk NPK me terhadap kon ukan bahwa nyata terhad kar (NPA) t ukan bahwa yata pada tar ergenang. koriza 3,55 rol. Tetapi NPK. Pember 1,42 gram. m, sedangk u 0,75 gram emberikan p ntrol. perlakuan dap nisbah p anaman long perlakuan raf uji F 0,0 NPK 3,69 pemberian rian pupuk . Mikoriza kan kontrol m. Tabel 14 peningkatan pemberian pucuk akar gkida pada pemberian 05 terhadap
G 4 d p d G p d Gambar 22 4.1.3 pH Ai Peng dengan kon pengamatan dapat dilihat Gambar 23 D Ga perlakuan p dibandingka Tidak Kad ar Air (%) Kon Mik NPK pH G en ang an Diagram ra kondisi tid ir Genangan gukuran pH ndisi tergen n). Setiap mi t pada Gamb Diagram ken ambar 23 m pemberian m an dengan p 85 86 87 88 89 90 k Tergenang Mingg 0 ntrol 6,9 koriza 6,9 K 6,9 0 2 4 6 8 10 ata-rata kada dak tergenan n air genanga nang. Pengu inggu air ge bar 23. naikan pH ai menunjukan mikoriza me perlakuan la Kontrol 89,67 gu ke 0 Ming 2 91 91 91 6 ar air tanam ng an hanya di ukuran dilak enangan men ir genangan bahwa air emiliki ken in yaitu 1,8 Mik 88 ggu ke 2 Ming 8 8 8 8 6 6 man (KAT) t i lakukan p kukan 2 m ngalami pen setiap penga genangan p naikan pH y 88, pada per koriza 8,59 ggu ke 4 Min 8,16 8 8,5 8 6,53 7 anaman long ada tanaman minggu seka ningkatan pH amatan pada tanam yang lebih rlakuan kon NPK 88,97 nggu ke 6 Min 8,49 8,66 7,33 gkida pada n longkida ali (5 kali H air yang man dengan besar jika ntrol terjadi nggu ke 8 8,68 8,79 7,51
k N y 4 t l T 4 t G kenaikan pH NPK menga yaitu sebesa 4.1.4 Jumla Pada tergenang l longkida pad Tabel 15 Ke 4.1.5 Hama Ham tergenang d Gambar 24 d Gam G H sebesar 1, alami kenaik ar 0,60. ah Stomata a Tabel 9 me lebih banya da kondisi ti erapatan Sto Kondisi Tergenan Tidak Te a dan Penya ma dan peny dan tidak ter
dan 25. mbar 24 Lon Gambar 25 L 77, sedangk kan pH yang enunjukan b ak jika diba idak tergenan omata ng ergenang kit yakit yang te rgenang ada ngkida terken Logkida terk kan pH air g g lebih keci ahwa stoma andingkan d ng. erlihat pada alah kutu pu na hama dala kena hama d genangan de il dibanding ata tanaman l dengan jum Kerapa 302 278 tanaman lo utih seperti am kondisi t dalam kondis engan perlak gkan perlaku longkida pad mlah stomata atan Stomata 2,55 /mm2 8,66 /mm2 ongkida dala yang ditunj tidak tergena si tergenang kuan pupuk uan lainnya da keadaan a tanaman am kondisi jukan pada ang
4 h a p V G G 4.1.6 Kolon Infek hifa atau sa akar tanama perlakuan m Vesikel Gambar 26 Gambar 27 nisasi Fungi ksi akar dap lah satu dia an longkida mikoriza. Akar longk (perbesara Akar lon tergenang Mikoriza A pat ditunjuka antaranya. G a dalam kon kida yang te an 400 kali) ngkida yang g (perbesara Arbuskula (F an dengan a Gambar 26 d ndisi tergen erkena infek g terkena in an 400 kali) FMA) pada adanya arbus dan 27 menu nang dan tid
ksi FMA da nfeksi FMA a Akar skula, vesike unjukan adan dak tergenan alam kondisi Vesi A dalam kon el, struktur nya infeksi ng dengan i tergenang ikel ndisi tidak
4.2 Pembahasan
Longkida merupakan tanaman yang belum banyak dikenal oleh masyarakat. Longkida disebut sebagai tanaman perintis, biasanya hidup di sepanjang sungai ataupun dekat sungai, hal ini menunjukan bahwa longkida merupakan tanaman yang tahan terhadap genangan. Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan dengan memberikan perlakuan penggenangan pada tanaman longkida serta memberi perlakuan mikoriza dan pupuk NPK. Penelitian ini sangat penting dilakukan karena bertujuan untuk mengetahui budidaya pertumbuhan longkida.
Pertumbuhan bibit longkida diukur berdasarkan parameter tertentu, parameter yang diamati pada penelitian ini antara lain pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter, jumlah daun, berat basah akar, berat basah pucuk, berat basah total, berat basah akar, berat basah pucuk, berat basah total, berat kering akar, berat kering pucuk, berat kering total, nisbah pucuk akar, kadar air tanaman, jumlah stomata, pH genangan, dan kolonisasi FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada akar. Karena secara teknis sulit untuk dilakukan, maka penelitian dipisahkan secara sub penelitian dimana sub penelitian tersebut adalah perlakuan pada kondisi tergenang dan perlakuan pada kondisi tidak tergenang.
Berdasarkan hasil sidik ragam pada Tabel 1, penggenangan, perlakuan mikoriza, dan pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh nyata yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan bibit longkida. Pemberian mikoriza bertujuan untuk membantu penyerapan unsur hara dari dalam media tanam sedangkan pemberian pupuk diharapkan dapat menstimulir pertumbuhan pucuk tanaman. Penggenangan tanaman dimaksudkan untuk membandingkan apakah pengaruh pertumbuhan tanaman akan sama atau menjadi lebih baik dari pada pertumbuhan tanaman dalam kondisi tidak tergenang. Menurut Islami dan Utomo (1995) tanaman dapat tumbuh serta mampu memberi hasil baik jika tumbuh pada tanah yang cukup kuat menunjang tegaknya tanaman, tidak mempunyai lapisan penghambat perkembangan akar, aerasi baik, kemasaman disekitar netral, tidak mempunyai kelarutan garam yang tinggi, cukup tersedia unsur hara dan air dalam kondisi seimbang.
4.2.1 Pertumbuhan Longkida pada Kondisi Tergenang
Variabel tinggi merupakan parameter yang paling mudah diukur sebagai indikator terhadap pengaruh pemberian perlakuan maupun pengaruhnya terhadap interaksi luar dari lingkungan. Pada penelitian yang telah dilaksanakan, dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman longkida pada kondisi tergenang. Dengan demikian, pada kasus ini menunjukan bahwa longkida merupakan tanaman yang tahan terhadap genangan meskipun air genangan berada dalam kondisi tidak mengalir. Tanaman longkida tumbuh lurus dengan perakaran yang tumbuh secara dinamis, adaptasi ini membantu tanaman untuk dapat bertahan dalam kondisi tergenang. Akar dapat bergerak secara bebas dalam mencari makanan dan oksigen. Kondisi lingkungan yang mendukung seperti faktor cahaya mengoptimalkan semua unsur hara yang diperoleh untuk aktif bekerja. Sifat batang yang dibungkus gabus dapat menyimpan air dengan baik. Air mutlak dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup untuk pertumbuhan. Demikian pula tanaman, air sangat dibutuhkan untuk penguapan (evaporasi), transpirasi dan aktivitas metabolisme tanaman. Tanaman hanya dapat tumbuh optimal dan memberikan hasil yang tinggi bila kebutuhan airnya dapat dipenuhi dalam jumlah dan waktu yang tepat (Doorenbos dan Pruitt 1977 dalam Asep 2008).
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari parameter pertumbuhan yang diamati, terdapat 2 parameter menunjukan adanya pengaruh nyata pada pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan tinggi dan pertumbuhan diameter pada kondisi tergenang. Secara teori, pemberian mikoriza memberikan hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan tidak diberi mikoriza. Dengan meningkatnya kapasitas penyerapan hara dan air terutama penyerapan unsur hara makro dan beberapa unsur hara mikro menyebabkan status nutrisi tanaman tersebut menjadi meningkat atau dapat diperbaiki. Hal demikian yang menyebabkan tanaman yang bermikoriza mempunyai pertumbuhan yang lebih baik dari pada yang tidak bermikoriza (Setiadi 1989). Disamping dapat menyerap P dari konsentrasi rendah, mikoriza menghasilkan enzim fosfatase dan mengekskresikan asam-asam organik. Sehingga dapat merubah senyawa-senyawa P anorganik yang tidak tersedia
menjadi tersedia (Bolan 1991). Feil et al. (1988) dalam Harahap (2009) melaporkan bahwa kekeringan tidak menghambat pertumbuhan mikoriza namun meningkatkan perkembangan akar lateral dan setelah pembahasan kembali laju pemanjangan akar dan jumlah mikoriza meningkat dengan cepat. Teori ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian dimana tanaman longkida dengan pemberian mikoriza tumbuh lebih baik dari perlakuan lain pada kodisi tergenang. Menurut Soelaiman dan Hirata (1995) fungi mikoriza arbuskula dapat hidup dari lingkungan berdrainase baik hingga lahan-lahan yang tergenang seperti lahan sawah. Bahkan pada lingkungan yang sangat miskin atau lingkungan yang tercemar limbah berbahaya FMA masih mampu untuk berkembang.
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa pertumbuhan tinggi dengan perlakuan yang memakai mikoriza lebih baik jika dibandingkan dengan kontrol, pertumbuhan optimal terjadi dari minggu awal pengamatan hingga minggu terakhir pengamatan. Ini sesuai dengan Umar (2003) dalam Lubis (2007) yang melaporkan bahwa media bermikoriza meningkatkan pertumbuhan tinggi semai, berat kering total, top-root ratio, dan serapan P semai Eboni di persemaian. Kecepatan tinggi tanaman merupakan indikasi adanya proses fotosintesis yang efisien. Fotosintesis merupakan salah satu proses metabolisme pada tumbuhan hijau yang menghasilkan senyawa berenergi tinggi (ATP). Ketersediaan unsur hara P juga akan mempengaruhi pembentukan ATP. Asosiasi fungi mikoriza pada akar tanaman dapat meningkatkan penyerapan unsur hara terutama unsur P. Meningkatnya kandungan P dalam jaringan tanaman dapat mempercepat pembelahan sel terutama pada perkembangan jaringan meristem tanaman sehingga berakibat lebih lanjut terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter (Prayudaningsing 2007). Menurut Hardjowigeno (1989), phosfor merupakan salah satu unsur makro yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Dimana phosfor berfungsi untuk pembelahan sel, pembentukan bunga, buah dan biji, mempercepat kematangan, memperbesar perkembangan perakaran, dan juga sebagai anti bodi tanaman, metabolisme karbohidrat serta menyimpan dan memindahkan energi (siklus ATP dan ADP).
Pertumbuhan diameter pada kondisi tergenang memperlihatkan pengaruh yang nyata pada perlakuan mikoriza. Pada umumnya pertumbuhan diameter
memiliki respon yang lebih lambat, mengingat pada usia muda tanaman cenderung melakukan pertumbuhan yang cepat ke arah vertikal (Lewenussa 2009). Pada hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan pemberian mikoriza memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter pada kondisi tergenang, hal ini menunjukan bahwa pemberian mikoriza mampu menyediakan hara yang lebih bagi tanaman pada kondisi tergenang, karena menurut Hildalita (2009) pertumbuhan diameter berlangsung apabila keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, penggantian daun, pergantian akar dan tinggi telah terpenuhi.
Kondisi tergenang mengalami peningkatan pH setiap minggunya, pada Gambar 23 menunjukan bahwa penggenangan tanpa perlakuan (kontrol) memiliki pH paling tinggi di akhir pengukuran. Penggenangan menyebabkan pH yang masam menjadi meningkat, menurut Lahuddin dan Nasution (2006) penggenangan sekitar 50 hari dapat meningkatkan pH menjadi alkalin dan redoks potensial menurun pada tingkat yang rendah sehingga kondisi lingkungan kimia bersifat anaerob. Pada suasana reduktif ion-ion logam seperti Zn++, Cu++, Pb, dan Cd++ berpeluang untuk bereaksi dengan sulfida membentuk ZnS, CuS, PbS, dan CdS. Perubahan PH juga dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya faktor lingkungan, zat amoniak, kekentalan air, volume air dan sebagainya. Faktor media tanam yang digunakan serta penambahan mikoriza dan pupuk NPK juga diduga menjadi penyebab berubahnya PH air genangan. Pemberian NPK mengakibatkan penurunan pH air genangan, hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1992) bahwa sifat nitrogen (pembawa nitrogen) terutama dalam bentuk amoniak akan menambah keasaman tanah yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman. sedangkan pemberian mikoriza mengakibatkan pH air genangan menjadi lebih tinggi. Mikoriza merupakan fungi yang unsur haranya jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang lain. Dimana fungi mudah untuk berkembang pada saat tersedia banyaknya air. Mikoriza juga dapat bersinergis dengan mikroba potensial lainnya, seperti bakteri penambat N bebas dan bakteri pelarut fosfat serta bersinergis dengan jasad-jasad renik selulotik seperti Trichoderma sp. (Barea et al. 1992). Berdasarkan kemampuan tersebut, maka mikoriza dapat berfungsi meningkatkan biodiversitas mikroba potensial di sekitar perakaran tanaman. Genangan berdampak negatif terhadap ketersediaan N, tetapi ada pula keuntungan
dari timbulnya genangan yaitu peningkatan ketersediaan P, K, Ca, Si, Fe, S, Mo, Ni, Zn, Pb, Co. Rachim dkk. (1991) menyatakan bahwa pemberian pupuk organik kedalam tanah-tanah masam dapat meningkatkan pH. Hal ini juga didukung oleh Tan (1992) dalam Harahap (2010) bahwa senyawa organik yang dilepaskan oleh pupuk organik mampu meningkatkan kation-kation di dalam kompleks jerapan sehingga konsentrasi basa menjadi tinggi dan pH menjadi baik.
Tanaman yang kekurangan hara dapat terlihat dari perubahan warna daun. Warna daun pada longkida dengan pemberian pupuk NPK memiliki warna yang lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Hal ini disebabkan karena NPK memiliki unsur hara N, dimana N dapat merangsang pertumbuhan daun. Warna daun longkida tanpa pupuk NPK terlihat lebih memudar. Berdasarkan data yang didapatkan, jumlah daun pada tanaman longkida yang tergenang memiliki jumlah daun yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan tanaman longkida yang tidak tergenang. Hal ini dikarenakan genangan mempengaruhi tajuk tanaman yaitu penurunan pertumbuhan, klorosis, pemacuan penuaan, epinasti, pembentukan lentisel, penurunan akumulasi bahan kering, pembentukan aerenkim di batang, dan pengguguran daun.
Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui proses penguapan. Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi terjadi difusi air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pergerakan air di dalam tumbuhan, antara lain faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata), faktor dari luar (cahaya, suhu, kelembaban, dan angin). Tumbuhan yang efisien akan menguapkan air dalam jumlah yang lebih sedikit untuk membentuk struktur tubuhnya (bahan keringnya) dibandingkan dengan tumbuhan yang kurang efisien dalam memanfaatkan air.
Penggunaan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter maupun jumlah daun tanaman longkida, baik pada kondisi tergenang maupun tidak tergenang. Pada kondisi tanah yang cenderung subur, jika dilakukan pemupukan tanaman tersebut akan mencapai pada kondisi stagnant sehingga jika diberikan pupuk maka pertumbuhan tanaman tersebut juga sudah optimum. Selain itu, pemberian pupuk yang dilakukan dengan cara
menebarkan pupuk NPK disekitar batang tanaman kurang efektif. Pemberian pupuk akan lebih efektif melalui daun dari pada melalui media tanam. Hal ini disebabkan daun mampu menyerap pupuk sekitar 90%, sedangkan akar hanya mampu menyerap sekitar 10%. Air dan unsur hara tersebut masuk kedalam daun melalui lapisan kutikula. Pemberian pupuk pada daun sebaiknya dilakukan saat penyinaran cahaya cukup. Pada kondisi seperti ini penyerapan unsur hara akan lebih baik dibandingkan saat penyinaran berlebihan. Penyinaran berlebihan menyebabkan berkurangnya kandungan air dalam jaringan tanaman. Akibatnya, penyerapan unsur hara menjadi terlambat dan pertumbuhan tanaman menjadi tidak sehat (Iswanto 2002). Pupuk NPK yang terdiri dari unsur makro N, P, dan K dalam genangan tidak efektif digunakan, menurut Lewakabessy et al. (2003) Nitrogen yang ada di dalam tanah dapat hilang karena terjadinya peguapan, pencucian oleh air, atau terbawa bersama tanaman pada saat panen, Ketersediaan P di dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor yaitu pH tanah, aerasi, temperatur, bahan organik, dan unsur hara lain, persediaan kalium di dalam tanah dapat berkurang karena tiga hal yaitu pencucian kalium oleh air, pengambilan kalium oleh tanaman dan erosi tanah.
4.2.2 Pertumbuhan Longkida pada Kondisi Tidak Tergenang
Berat kering total merupakan indikator yang umum digunakan untuk mengetahui baik tidaknya pertumbuhan tanaman karena BKT dapat menggambarkan efisiensi proses fisiologis di dalam tanaman. Nilai berat kering total sekaligus juga menunjukan nilai biomassa suatu tanaman. Semakin besar nilai BKT maka semakin besar nilai biomassanya. Dengan semakin besarnya nilai biomassa maka akan semakin baik pula pertumbuhan bibit. Hal ini dikarenakan tanaman selama hidupnya atau selama masa tertentu membentuk biomassa yang mengakibatkan pertambahan berat dan diikuti dengan pertambahan ukuran lain yang dapat dinyatakan secara kuantitatif (Sitompul & Guritno 1995). Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan mikoriza pada kondisi tidak tergenang berpengaruh nyata terhadap berat basah pucuk, berat basah total, berat kering akar, berat kering pucuk dan berat kering total karena mikoriza mampu meningkatkan fungsi dan peranan akar dalam memanfaatkan air dan unsur hara, juga mempermudah tanaman dalam menyerap unsur hara. Mikoriza mampu
memperbaiki akar dalam meningkatkan serapan unsur hara (Santoso 1994). Mikoriza mampu menyediakan dan melepaskan unsur yang terikat atau yang terjerap pada partikel liat (Sastrahidayat et al. 2001) sehingga mampu menyediakan bahan baku yang lebih banyak dalam proses fotosintesis. Berat kering pucuk yang tinggi menunjukan bahwa biomassa pucuk tinggi, hal ini menunjukan terjadinya proses metabolisme yang besar pada bagian pucuk tanaman longkida. Menurut Harley dan Smith (1983) dalam Tuheteru (2002), bila akar bersimbiosis dengan FMA, maka akar dapat menghisap nutrisi dari dalam tanah yang jaraknya jauh dari akar lalu mengakumulasikannya serta mengirim ke jaringan lain termasuk daun. Selain itu akar tanaman yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia untuk tanaman (Rahayu dan Akbar 2003). De La Cruz (1991) melaporkan lebih banyak lagi unsur hara yang serapannya meningkat dari adanya mikoriza. Unsur-unsur hara yang meningkat penyerapannya adalah N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Mn, dan Zn. Unsur hara yang sangat meningkat adalah unsur P. Tanaman bermikoriza mampu menyerap pupuk P lebih tinggi (10–27%) dibandingkan yang tidak bermikoriza (0,4–13%). Dimana unsur P mampu merangsang pembentukan akar pada tanaman. Semakin baik atau semakin efisien proses fisiologis tanaman, maka berat kering tanaman akan semakin besar, artinya tanaman mampu menyerap unsur hara yang tersedia untuk digunakan dalam proses pertumbuhan (Salissburry dan Ross 1995).
Parameter untuk menentukan tingkat keberhasilan simbiosis FMA dengan tanaman inangnya adalah infeksi mikoriza. Akar tanaman dinyatakan terinfeksi oleh mikoriza jika ditemukan adanya vesikula, arbuskula, hifa dan spora atau salah satu diantaranya. Persentase infeksi mikoriza yang tinggi mengindikasikan bahwa struktur perakaran tanaman inang telah mengalami modifikasi oleh adanya simbiosis mutualitik antara FMA dengan akar (Anggin 2010). Pada Gambar 26 dan Gambar 27 menunjukan terdapatnya vesikel dalam infeksi mikoriza terhadap tanaman longkida dalam kondisi tergenang dan tidak tergenang. Menurut Brundrett (2003) dalam Dewi (2007), vesikel merupakan suatu struktur berbentuk lonjong atau bulat, mengandung cairan lemak, yang berfungsi sebagai organ penyimpanan makanan atau berkembang menjadi klamidospora, yang berfungsi
sebagai organ reproduksi dan struktur tahan. Vesikel selain dibentuk secara interseluler ada juga yang secara intraseluler. Pembentukan vesikel di awali dengan adanya perkembangan sitoplasma hifa yang menjadi lebih padat, multinukleat dan mengandung partikel lipid dan glikogen. Sitoplasma menjadi semakin padat melalui proses kondensasi, dan organel semakin sulit untuk dibedakan sejalan dengan akumulasi lipid selama maturasi (proses pendewasaan). Hubungan timbal balik antara mikoriza dengan tanaman mendatangkan manfaat bagi keduanya (simbiosis mutualistis). Dari data yang didapatkan bahwa perlakuan mikoriza menyebabkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini menunjukan bahwa inokulasi mikoriza terhadap tanaman longkida memiliki respon yang positif, karena menurut Solaiman dan Hirata (1995), adanya kolonisasi mikoriza tapi respon tanaman yang rendah atau tidak ada sama sekali menunjukkan bahwa mikoriza hanyalah bersifat parasit.