• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengembangkan Media Pembelajaran 210

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mengembangkan Media Pembelajaran 210"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Tujuan Pembelajaran

Bab ini bertujuan untuk membantu anda dalam memilih, mengembangkan dan menggunakan media untuk pembelajaran sejarah. Setelah mempelajari bab ini, diharapkan anda dapat:

a. Menjelaskan konsep dasar media pembelajaran; b. Menjelaskan peranan media dalam pembelajaran;

c. Menjelaskan prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran; d. Menjelaskan prosedur pemanfaatan media pembelajaran.

Deskripsi

Ragam media sangat variatif. Peran media dalam belajar dan pembelajaran sangat besar, demikian pula dalam pembelajaran sejarah. Media memiliki hubungan yang erat dengan strategi pembelajaran, karena merupakan salah satu komponennya. Bab ini akan mengantarkan anda untuk memahami tentang berbagai jenis media. Dengan memahami bahasan ini, anda akan dapat memilih, menyusun dan menggunakan media dengan benar, sehingga pembelajaran anda akan berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, efisien dan menyenangkan.

(3)

Media Pembelajaran

Istilah media secara harfiah berasal dari bahasa latin yang berarti antara atau perantara. Artinya sesuatu yang dapat membawa informasi antara sumber dan penerima. Media adalah saluran komunikasi. Tujuan dari media adalah memfasilitasi komunikasi (Heinich, et al., 2002).

Pengertian media menurut Assosiation of Education and Communication Technology adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gagne (1970) berpendapat bahwa media adalah berbagai jenis komponen yang terdapat dalam lingkungan peserta didik serta merangsang peserta didik untuk belajar. National Education Association/NEA, mengartikan media adalah bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Media, teknologi, dan belajar memiliki hubungan yang sangat erat. Media adalah pembawa informasi antara sumber dan penerima. Teknologi adalah penggunaan sistematis dari ilmu atau organisasi pengetahuan untuk tugas praktis. Belajar adalah perkembangan dari pengetahuan, ketrampilan, sikap baru sebagai hasil interaksi individu dengan informasi atau lingkungan. Kaitannya dengan tujuan untuk optimalisasi proses dan hasil belajar, teknologi dan media memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting.

Belajar sejarah pada hakekatnya adalah mempelajari peristiwa pada masa lampau. Langkah terbaik mempelajari sejarah adalah dengan menghadirkan peristiwa sejarah kehadapan siswa, sehingga siswa dapat mengambil makna dan manfaat setelah mempelajarinya. Namun hal ini sangat tidak mungkin dilakukan karena peristiwa sejarah bersifat sekali terjadi (einmalig) dan tidak terulang lagi. Untuk mempelajari suatu peristiwa yang hanya sekali terjadi dan tidak mungkin diulang lagi membutuhkan media yang sangat tepat dalam penyajiannya, sehingga guru mampu memvisualisasikan peristiwa sejarah di hadapan siswa.

Dalam proses perolehan belajar sejarah, media diharapkan dapat memudahkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Aspek kognitif, media yang dipilih harus dapat membawa peserta didik dapat mengamati peristiwa–peristiwa bersejarah dan merekam kejadian terkini. Aspek afektif, melalui dokumentasi peristiwa penting peserta didik akan lebih mudah mengambil makna dari proses belajarnya. Sedangkan Pengembangan aspek psikomotorik media dilakukan dengan mendemonstrasikan sesuatu hal yang dapat meningkatkan kepekaan motorik siswa.

Penggunaan media akan efektif jika pernacang dan pendidik memahami konsep-konsep utama dalam belajar dan pembelajaran. Ada beberapa perbedaan perspektif tentang bagaimana orang belajar. Masing-masing memiliki pandangan yang unik. Media dapat memainkan peranan penting untuk menyamakan persepsi

Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan atau informasi antara sumber dan penerima. Penggunaan media akan efektif bila perancang & pendidik memahami konsep utama dalam belajar & pembelajaran.

(4)

tersebut. Untuk mempermudah bahasan, berikut akan disajikan secara berurut-turut mengenai landasan-landasan media pembelajaran, integrasi media dan teknologi pembelajaran, penggolongan media pembelajaran, peranan media dalam pembelajaran, serta prinsip-prinsip dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran.

Peranan Media dalam Pembelajaran

Dalam rangka memilih dan menggunakan media agar sesuai dengan karakteristik dan pengalaman peserta didik, maka perlu diperhatikan kerucut pengalaman Edgar Dale.

Gambar 8.2 Peran Media dalam Pembelajaran

Media pembelajaran yang menyajikan pengalaman konkrit membantu dan memfasilitasi peserta didik mempelajari konsep abstrak. Dalam kerucut pengalaman Dale kita mulai dari peserta didik sebagai peserta dalam pengalaman aktual, kemudian pindah pada peserta didik sebagai pengamat peristiwa aktual. Untuk peserta didik sebagai pengamat dan peristiwa ditampilkan melalui beberapa media, dan akhirnya peserta didik mengamati simbol-simbol yang mempresentasikan peristiwa. Dale berpendapat peserta didik mendapat keuntungan menggunakan aktivitas pembelajaran abstrak untuk meningkatkan kemampuan membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata. Kerucut pengalaman Dale, meskipun menyederhanakan hubungan yang komplek, pada prakteknya memandu dalam menganalisis karakteristik metode pemilihan media pembelajaran, agar bermakna.

Ahli psikologi Jerome Bruner, bekerja dari perspektif yang berbeda, menemukan skema deskriptif untuk memberi nama aktivitas pembelajaran yang paralel dengan Dale. Dalam perkembangan teori pembelajarannya, Bruner mengajukan bahwa pembelajaran seharusnya merupakan proses dari pengalaman enaktif (langsung) menuju pengalaman yang disajikan secara ikonik (seperti: manfaat gambar dan videotape) ke representasi simbolik (penggunaan kata-kata).

Peranan media dalam pembelajaran langsung sebagai alat bantu, sedangkan dalam pembelajaran mandiri sebagai sumber belajar.

(5)

Media memiliki banyak peranan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung, media digunakan sebagai alat bantu. Sedangkan dalam pembelajaran mandiri, media berfungsi sebagai sumber belajar. Berikut disajikan peranan media dalam berbagai pendekatan pembelajaran.

Pendidik–Pembelajaran Langsung. Secara umum penggunaan media dalam situasi pembelajaran langsung bertujuan untuk menghidupkan suasana kelas. Media pembelajaran didesain untuk mempertinggi dan mempromosikan belajar serta mendukung pembelajaran berbasis pendidik. Advance organizer dapat menjadi alat yang efektif untuk memastikan bahwa peranan media layak sebagai bagian yang sangat mendukung pembelajaran.

Pendidik–Pembelajaran Mandiri. Media dapat digunakan secara efektif dalam pendidikan formal dimana pendidik tidak dapat bekerja bersama-sama dengan peserta didik. Media sering dipaketkan dengan syarat: tujuan, petunjuk pencapaian tujuan, bahan telah diberikan, evaluasi dilakukan secara mandiri. Dalam hal tertentu pendidik dapat melayani konsultasi melalui telephone. Pembelajaran kooperatif memiliki hubungan yang dekat dengan pembelajaran mandiri. Peserta didik bekerja secara kelompok atau berkolaborasi pembelajar dalam proyek belajar. Kegunaan dari perencanaan pembelajaran mandiri adalah memberi kesempatan pada pendidik untuk mendiagnose dan mengoreksi problem peserta didik, konsultasi dengan individu peserta didik dan mengajar satu persatu dalam kelompok kecil.

Tidak berarti teknologi pembelajaran dapat dan harus menggantikan posisi pendidik, tetapi media dapat membantu pendidik untuk menjadi manajer yang kreatif selama proses belajar. Sekarang banyak sumber yang dapat digunakan untuk proses belajar jarak jauh.

Media Portofolio. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan peserta didik yang mengilustrasikan pertumbuhannya pada waktu tertentu. Portofolio sering meliputi beberapa benda hasil produksi peserta didik, video, atau presentasi audio visual. Kemampuan peserta didik untuk menggunakan sumber penelitian multimedia dan menyiapkan presentasi yang menggambarkan pengalaman mereka sendiri dalam memahami suatu topik dapat direfleksikan melalui media.

Media dan Metode Pembelajaran

Media merupakan bagian dari metode pembelajaran. Secara tradisional metode pembelajaran telah dideskripsikan sebagai ”bentuk presentasi” seperti perkuliahan dan diskusi. Metode adalah prosedur dari pembelajaran yang dipilih untuk menolong peserta didik untuk mencapai tujuan atau internalisasi isi atau pesan. Media adalah pembawa informasi antara sumber dan penerima.

Dalam subbab berikut ini kami akan mendeskripsikan 10 kategori dari metode pembelajaran. Masing-masing merepresentasikan keluarga dari metode, yang memiliki perbedaan dalam teknik dan prosedur spesifik. Kategori umum dari

Media merupakan bagian dari metode pembelajaran

(6)

metode adalah presentasi, demonstrasi, diskusi, latihan dan praktek, tutorial, belajar kelompok, permainan, simulasi, penemuan dan pemecahan masalah.

Presentasi dalam metode presentasi nara sumber bercerita, mendramatisasi atau penyebaran informasi lainnya kepada peserta didik. Komunikasi satu arah dikontrol oleh nara sumber, dengan tanpa respon segera dari peserta didik. Sumber mungkin berupa buku teks, audiotape, videotape, film, pembelajar, dll. Membaca buku, mendengarkan audiotape, melihat videotape, dan memperhatikan pembelajar adalah contoh dari metode presentasi.

Demonstrasi. Dalam metode ini peserta didik melihat kenyataan atau contoh kehidupan dari keahlian atau prosedur yang harus dipelajari. Demonstrasi mungkin direkam atau dimainkan kembali dengan menggunakan media seperti video. Jika interaksi dua arah atau peserta didik berlatih dengan menginginkan umpan balik, pembelajar atau tutor diperlukan.

Diskusi. Adalah pertukaran ide atau pendapat antar peserta didik atau antara peserta didik dengan pembelajar. Ini mungkin dapat digunakan dalam tahap pembelajaran/ proses belajar dalam kelompok kecil atau kelompok besar. Ini sangat berguna untuk menilai pengetahuan, ketrampilan dan sikap dari sekelompok peserta didik sebelum menyelesaikan tujuan pembelajaran, khususnya pada kelompok yang belum dikenal oleh pembelajar sebelumnya. Dalam kontek ini diskusi dapat membantu pembelajar membangun jenis laporan dengan atau tanpa kelompok yang membantu belajar kolaborasi atau kooperatif.

Latihan dan Praktek. Dalam latihan dan praktek peserta didik melakukan proses melalui seperangkat desain untuk meningkatkan kelancaran mereka dalam mendapatkan ketrampilan baru. Penggunaan metode ini mengasumsikan bahwa peserta didik telah menerima pembelajaran tentang konsep, prinsip dan prosedur yang akan dipraktekkan. Agar efektif latihan dan praktek memerlukan umpan balik berupa penguatan dan pengulangan kesalahan.

Latihan dan praktek pada umumnya digunakan untuk belajar matematika, bahasa asing dan membangun kosa kata. Format media dan sistem penyampaian khusus seperti pembelajaran di laboratorium, pembelajaran berbasis komputer sangat cocok untuk diterapkan. Audio kaset Juga efektif digunakan untuk latihan dan praktek dalam ejaan, aritmatik, dan pembelajaran bahasa.

Tutorial. Tutorial sering dilakukan seseorang pada satu orang dan sering digunakan untuk mengajar ketrampilan dasar, seperti membaca dan aritmatika. Perencanaan tutorial meliputi intruktur- terhadap- peserta didik (misal: dialog Socratik), peserta didik - terhadap – peserta didik (seperti: pentutoran atau pentutoran terprogram), komputer – untuk – peserta didik (seperti: tutorial software komputer-terpandu), dan print – untuk – peserta didik (seperti: branching programmed instruction).

Cooperative Learning. Peserta didik dapat belajar secara kooperatif tidak hanya dengan diskusi tentang teks dan tayangan media tetapi juga dengan memproduksi media. Sebagai contoh, desain dan produksi suatu video atau satu set slide seperti proyek kurikulum menyajikan satu kesempatan untuk pembelajaran kooperatif. Pembelajar harus menjadi satu partner kerja dengan peserta didik dalam situasi pembelajaran tersebut.

(7)

Game. Permaian (game) memerlukan satu lingkungan permainan penuh yang mana peserta didik mengikuti aturan-aturan yang diberikan seperti mereka wajib atau harus melakukan satu tujuan menantang. Hal ini meruapakan satu bentuk teknik pemotivasian tinggi, khususnya untuk konten yang membosankan dan pengulangan. Permainan mungkin terdiri dari satu atau kelompok peserta didik. Permainan sering meminta peserta didik untuk memecahkan masalah atau mendemonstrasikan penguasaan konten khusus tingkat tinggi untuk akurasi dan efisiensi.

Simulasi. Dalam simulasi peserta didik menampilkan satu versi situasi kehidupan nyata. Hal ini memungkinkan praktek nyata tanpa resiko di dalamnya. Simulasi mungkin meliputi dialog peserta, manipulasi bahan dan peralatan, atau interaksi dengan komputer.

Penemuan. Metode penemuan digunakan sebagai induksi, penyelidikan, pendekatan belajar; Dia menyajikan mesalah untuk dipecahkan dengan percobaan. Media pembelajaran dapat membantu memperkenalkan penemuan atau penyelidikan. Contoh, videotape atau videodisk pembelajaran penemuan dalam ilmu sains. Peserta didik melihat video untuk mengobservasi hubungan yang ditampilkan. Kemudian menemukan prinsip untuk menerangkan hubungan tersebut.

Pemecahan Masalah. Pemecahan masalah meliputi penempatan peserta didik dalam peran aktif dengan dikonfrontasikan pada situasi nyata. Peserta didik pada awalnya memiliki pengetahuan yang terbatas. Tetapi melalui kelompok kolaborasi dan konsultasi mereka mengembangkan, menerangkan dan mempertahankan solusi atau posisi dari masalah. Dia menggunakan realitas, yang dipresentasikan dengan media. Sebagai bagian dari pemecahan masalah peserta didik pergi ke perpustakaan atau mengakses internet. Hasil dari analisis yang mendalam, kerangka masalah, pemecahan masalah, dan ketrampilan berfikir kritis, dapat digunakan oleh peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata. Di samping itu ketrampilan bekerjasama dan berkelompok sangat penting untuk dunia kerja.

Pemilihan Media dalam Pembelajaran

Proses pemilihan media ada tiga tahap yang perlu dilalui yaitu:

1. Menetapkan metode yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. 2. Menentukan format media yang sesuai dengan metode

3. Memilih, modifikasi atau desain materi baru sesuai format yang telah ditentukan (Heinich, 2002:62).

Menetapkan Metode

Prinsip utama dalam menetapkan metode adalah tidak adanya satu metode yang mampu memenuhi suatu tujuan. Sehingga penggunaan berbagai metode dapat dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Misal: metode simulasi diawal pelajaran, metode drill saat pemberian materi dan metode evaluasi diakhir pelajaran.

(8)

Menentukan Format Media

Beberapa hal yang sering menjadi kendala dalam menentukan format yaitu: 1) Terlalu banyaknya jenis media yang tersedia.

2) Karakteristik peserta didik yang bervariasi. 3) Banyaknya tujuan yang akan dicapai.

Variasi Media yang Banyak. Pemecahan masalah atau kendala dalam menentukan format media yang akan dipakai: umumnya digunakan check list atau bentuk diagram alir (flow chart). Penggunaan sarana ini disebut model pemilihan media. Pada model pemilihan media beberapa hal yang menjadi pertimbangan dikategorikan dalam check list. Situasi pembelajaran yang dimaksud meliputi pembelajaran yang akan dilakukan dalam kelompok besar, kelompok kecil ataukah belajar mandiri.

Variasi peserta didik. Beberapa karakteristik audience yang akan menggunakan media tersebut meliputi: audience yang suka membaca, audience yang tidak menyukai membaca, atau audience yang hanya ingin mendengar saja.

Tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai tergolong pada kawasan: kognitif, afektif, psikomotorik, ataukah ketrampilan interpersonal atau hubungan sosial.

Memilih, Modifikasi, Desain Media Baru

Pemilihan materi yang akan disajikan lewat media merupakan tanggung jawab pembelajar. Menurut penelitian, 90-95% waktu di kelas dihabiskan untuk penggunaan materi ini. Ada tiga alternatif penggunaan materi yaitu:

Memilih Materi yang Sudah Ada

Langkah ini dilakukan jika materi yang sudah ada sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, penggunaan alternatif ini memiliki keuntungan hemat biaya dan waktu. Adapun langkah-langkah memilih materi yang sudah ada adalah sebagai berikut: Survey sumber. Di Amerika Serikat, pencarian sumber materi bisa dilakukan melalui organisasi NICEM (National Information Center for Educational Media) dan NISCEM (National Information Center for Special Education Materials). Pada kedua organisasi ini tersimpan katalog media pembelajaran. Sedangkan di Indonesia pencarian sumber materi dapat dilakukan melalui internet dan mengunjungi perpustakaan untuk melihat koleksi materi media pembelajaran.

Kriteria pemilihan. Setelah materi dan media dipilih maka beberapa pertanyaan yang bisa diajukan untuk menentukan kriteria:

(9)

1. Apakah tujuan materi yang dipilih sama dengan tujuan pembelajaran yang akan diberikan?

2. Apakah peserta didik memiliki prasyarat yang cukup untuk materi tersebut? 3. Apakah materi dan informasi terbaru dan akurat?

4. Apakah materi dapat membangkitkan semangat dan mengundang ketertarikan peserta didik?

5. Apakah materi melibatkan peserta didik secara aktif ? 6. Apakah secara teknis berkualitas ?

7. Apakah materi bebas dari tujuan-tujuan lain seperti promosi, iklan, dan kampanye ?

8. Apakah pembuat materi menyediakan data tentang uji coba materi tersebut sebelumnya?

Modifikasi Materi

Modifikasi materi dapat dilakukan terhadap materi yang sudah ada sebelumnya. Modifikasi dapat dilakukan dengan syarat jika materi yang sudah ada tidak sesuai dengan tujuan dan memungkinkan dilakukan perubahan/modifikasi. Contoh modifikasi yang dapat dilakukan adalah:

1. Mengganti narasi bahasa asing menjadi bahasa Indonesia.

2. Mengganti narasi gambar bergerak dari suatu topik menjadi narasi yang sesuai dengan topik yang akan disajikan.

3. Menghentikan tayangan, menyelingi dengan diskusi dan melanjutkan tayangan kembali.

Hal yang perlu menjadi perhatian dalam melakukan modifikasi materi adalah hak cipta atau hak paten produk sebelumnya.

Desain Materi Baru

Jika ketersediaan materi sebelumnya tidak sesuai dengan tujuan maupun harapan audience dan tidak mungkin melakukan modifikasi maka penyaji membuat desain materi baru. Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan:

1. Apakah tujuan materi yang dipilih sama dengan tujuan pembelajaran yang akan diberikan?

2. Apakah peserta didik memiliki prasyarat yang cukup untuk materi tersebut? 3. Apakah materi dan informasi terbaru dan akurat?

4. Apakah materi dapat membangkitkan semangat dan mengundang ketertarikan peserta didik?

5. Apakah materi melibatkan peserta didik secara aktif ? 6. Apakah secara teknis berkualitas ?

7. Apakah materi bebas dari tujuan-tujuan lain seperti promosi, iklan, dan kampanye ?

8. Apakah pembuat materi menyediakan data tentang uji coba materi tersebut sebelumnya?

(10)

Selain ketiga pertimbangan tersebut di atas, proses pembuatan media juga harus menggunakan beberapa tahapan. Berikut bagan proses pengembangan media:

Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran

Pemanfaatan media dalam pembelajaran, akan dikaji dari aspek pola pemanfaatan dan strategi pemanfaatan.

Pola pemanfaatan

Ada beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan pola-pola pemanfaatan yang dapat dilakukan.

Pemanfaatan Media dalam Situasi Kelas

Dalam setting ini media pembelajaran dimanfaatkan untuk mencapai tujuan tertentu. Pemanfaatannyapun dipadukan dengan proses pembelajaran dalam kelas. Dalam konteks ini pembelajar harus memperhatikan tujuan yang akan dicapai, materi pembelajaran yang mendukung tujuan, serta strategi pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan.

Pemanfaatan Media di Luar Situasi Kelas

Pemanfatan media di luar kelas dapat dibedakan dalam dua kelompok utama. Pemanfaatan Secara Bebas. Media digunakan tanpa dikontrol/ diawasi. Pembuat program media mendistribusikan pada masyarakat, baik dengan cara diperjual belikan aau didistribusikan secara bebas. Hal ini dilakukan dengan harapan media tersebut dimanfaatkan orang dan cukup efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Pemakai media menggunakannya sesuai dengan tujuan masing-masing. Pemakai tidak dituntut untuk mencapai level pemahaman tertentu. Mereka juga tidak diharapkan memberikan umpan balik. Contoh: pemakaian kaset pelajaran Bahasa Inggris, pemanfaatan program siaran radio pendidikan.

(11)

Pemanfaatan Media Secara Terkontrol. Media digunakan dalam suatu rangkaian kegiatan yang diatur secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila merupakan media pembelajaran, peserta didik diorganisasikan dengan baik. Mereka dapat menggunakan media secara teratur, berkesinambungan dan menggunakan pola-pola belajar tertentu. Hasil belajar mereka dievaluasi secara teratur. Contoh: Pemanfatan radio pendidikan untuk penataran guru.

Pemanfaatan Media Secara Perorangan, Kelompok atau Massal. Media yang dimanfaatkan secara perorangan, biasanya dilengkapi dengan petunjuk pemanfatan yang jelas, sehingga orang dapat menggunakan secara mandiri. Media yang dimanfaatkan scara kelompok, dapat berupa kelompok kecil dengan anggota 2 sampai 8 orang, atau kelompok besar, dengan anggota 9 sampai 40 orang. Media yang digunakan secara berkelompok juga disertai buku petunjuk, yang ditujukan pada tutor, pimpinan kelompok atau pembelajar. Media yang dimanfaatkan secara massal biasanya disiarkan melalui radio, televisi, atau dignakan dalam ruang besar yang luas. Untuk mempermudah penggunaan media massal, sebaiknya para peserta diberikan bahan tercetak sebelumnya. Agar peserta dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti program media tersebut.

Tugas

Media pembelajaran merupakan bagian dari metode pembelajaran. Bagi pembelajaran sejarah media memegang peranan yang sangat penting. Setelah anda mempelajari konsep media, prinsip pemilihan, penggunaan dan prosedur pemanfaatan media, anda akan dapat memilih dan menggunakan media yang efektif untuk pembelajaran sejarah. Untuk mengetahui pemahaman anda silahkan anda memilih ragam media yang sesuai dengan indikator anda. Prosedur telaahnya menggunakan format yang disediakan di bawah ini. Bila anda mengalami kesulitan silahkan membuka kembali buku anda atau silahkan bertanya kepada dosem pengambu mata kuliah. Selamat bekerja, semoga berhasil!

(12)
(13)
(14)

Rujukan

Brooks, J.G, & Brooks, M., 1993. The Case of Constructivist Classrooms Association for Supervision and Curriculum Development. Virginia:

Alexandria.

Budiningsih, Asri. C. 2007. Strategi Pembelajaran Konstruktivisme. Makalah Workshop Audit Pembelajaran bagi “Pool of Auditor” Oleh BPM Unej. Degeng, I Nyoman Sudana, Prof. Dr, 2006. Bahan Kuliah Teknologi Pembelajaran

PPS UM. Tidak Diterbitkan.

Dick, W. & Carey, L. Carey, J. 2001. The Systematic Design of Instruction. (5th

ed.). New York: Wesley Educational Publishers Inc.

Gagne, E.D., 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Toronto: Little, Brown and Company.

Heinich, R., Molenda, M., Russell, J.D., & Smaldino, S.E (2002) Instructional media and technologies for learning. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education, Inc.

Jonassen, D.H. 1990. Objectivism Versus Constructivism. Do We Need a New Philosophical Paradigm? ERT & D, Vol 29, No 3, pp 5-14

Perkins, D.N. 1991. What Constructivism Demands of The Learner. Educational Technology. Vol. 33, No 9, pp. 19-21

Slavin, Robert E. 2000. Educational Psychology Theory and Practice. Boston, allyn and Bacon: Johns Hopkins University

Botha, J., Westhuizen, D., & Swardt, E.D. 2005. Towards Appropriate

Metodologies to Research Interactive Learning: Using a Design Experiment to Assess a Learning Programme for Complex. International Journal of

Education and Development using ICT, (Online), Vol. 1, No. 2, (http://ijedict.dec.uwi.edu/index.php.)

Chambers, D.P., & Stacey, K. 2005. Developing and Using Multimedia Effectively for Undergraduate Teacher Education. Australasian Journal of Educational Technology, (Online), Vol. 21, No. 2,

(http://www.ascilite.org.au/ajet/ajet21/ajet21.html).

Fowler, B. 1996. Critical Thinking Across the Curriculum Project, (Online), (http://kcmetro.edu/longview/lvhome.htm diakses 3 Februari 2004).

Gokhale, A.A. 1995. Collaborative Learning Enhances Critical Thinking. Journal of Technology Education, Digital Library and Archieves, (Online), Vol. 7,No. 1, (http://www.scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE diakses 12 November 2005).

Gambar

Gambar 8.2  Peran Media dalam Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Pada komunikasi probadi kita saat ini, aturan yang kita gunakan untuk berkomunikasi melalui satu media, seperti panggilan telepon, tidak memerlukan protokol yang sama

Pada bagian konsideran Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menyebutkan bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini

Prinsip kerjan pompa hidram merupakan peroses perubahan energi kinetis aliran air menjadi tekanan dinamik dan sebagai akibatnya menimbulakan palu air sehingga terjadi

kemajuan proses kreatif pengarang. Untuk itu, dalam melakukan kritik, kritikus seringkali harus meramu teori-teori baru. Teori-teori sastra baru yang seperti inilah

oleh suatu produk sangat bergantung dari bahan baku (buah) yang digunakan untuk pembuatannya, ditambah lagi konsentrasi gum arab paling tinggi pada perlakuan P 1

Obwohl die meisten Studierenden gedruckte Bücher präferieren, sind trotzdem viele der Meinung, dass mit der Zeit diese immer weniger und E-Books immer mehr benutzt werden.. In ein

BS 7799 terdiri dari dua bagian, yaitu: The Code of Practice for Information Security Management (Part 1) dan The Specification for Information Security Management

Setelah Kerajaan Tumapel memiliki raja yang dipimpin oleh Ken Arok, Perang antara Kerajaan Kediri dengan Kerajaan Tumapel pun terjadi.. Perang antara kedua