PENGARUH KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN DI PAUD TERHADAP PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK
3-5 TAHUN
Oleh : Ernawati
STIKES Karya Husada Semarang
ABSTRACT
Background: The development of children toddler one of which is social behavior (personal social) associated with the ability to independently own smell like wearing, go to the toilet alone, socialize and interact with their environment. Social personal development toddler age children are not all up more than 25% of children experiencing developmental delays toddler as lack of independence of the child, and can not berkomunikai smoothly. Developmental delay can be influenced by various factors, especially stimulation. One form of stimulation is the development of early childhood education.
Objective: To determine the effect of early childhood education in the social development of children 3-5 years of personal
Methods: The study design was a survey of analytical, cross-sectional approach. The population in this study were all children aged 3-5 years in Randusari Boyolali, samples were taken with a total sampling with a sample of 42 respondents. Analysis of the data using univariate and bivariate analysis using chi square.
The results: Children aged 3-5 years most do not follow ECD. Children's personal social development that follows most of the early childhood education in the appropriate category. Social personal development Children who do not follow the majority of early childhood education in the category is not appropriate. There's learning in early childhood influences on the development of children 3-5 years of personal social.
Conclusion: There is an effect of learning in early childhood on the development of children 3-5 years of personal social. Recommended for posyandu posyandu to increase service delivery in order to provide developmental stimulation in infants and involving parents and volunteers to be trained to know pentingga stimulation in children.
Keywords: Learning in early childhood education, personal social development.
Bibliography 22 (2001-2010)
Abstrak
Latar Belakang: Perkembangan anak toddler salah satunya adalah perilaku sosial (personal sosial) yang berhubungan dengan kemampuan mandiri seperti memakai bau sendiri, pergi ke toilet sendiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Perkembangan personal sosial anak usia toddler tidak semuanya maksimal lebih dari 25%
anak toddler mengalami keterlambatan perkembangan seperti kurangnya kemandirian anak, dan tidak bisa berkomunikai dengan lancar. Keterlambatan perkembangan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama stimulasi. Salah satu bentuk stimulasi perkembangan adalah pendidikan PAUD.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui pengaruh pendidikan di PAUD terhadap perkembangan personal sosial anak 3-5 tahun
Metode Penelitian : Desain penelitian ini adalah survey analitik, pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia 3-5 tahun di Randusari Boyolali, sampel diambil dengan total sampling dengan jumlah sampel 42 responden.
Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan chi square.
Hasil penelitian : Anak usia 3-5 tahun sebagian besar tidak mengikuti PAUD.
Perkembangan personal sosial Anak yang mengikuti pendidikan PAUD sebagian besar dalam kategori sesuai. Perkembangan personal sosial Anak yang tidak mengikuti pendidikan PAUD sebagian besar dalam kategori tidak sesuai. Ada pengaruh pembelajaran di PAUD terhadap perkembangan personal sosial anak 3-5 tahun.
Kesimpulan : Ada pengaruh pembelajaran di PAUD terhadap perkembangan personal sosial anak 3-5 tahun. Direkomendasikan untuk posyandu agar peningkatan pelaksanaan pelayanan posyandu dalam rangka memberikan stimulasi perkembangan pada balita serta melibatkan orangtua dan kader untuk di latih agar dapat mengetahui pentingga stimulasi pada anak.
Kata Kunci : Pembelajaran di PAUD, Perkembangan personal sosial.
Daftar Pustaka 22 (2001-2010)
PENDAHULUAN
Perkembangan (development) menurut Soetjiningsih (2010) adalah bertambahnya kemampuan (skill). Dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang individu, dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa, dan tahapan ini merupakan masa ideal untuk mempelajari berbagai keterampilan (Hurlock, 2005:157).
Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan antara lain gizi, lingkungan dan stimulasi perkembangan (Soetiningsih, 2007:32).
Stimulasi adalah salah satu faktor eksternal yang sangat penting dalam menentukan perkembangan dan kecerdasan anak. Anak yang mendapatkan stimulasi yang baik dan terarah akan dapat berkembang cepat dari pada anak yang kurang atau yang tidak mendapatkan stimulasi. Stimulasi sesuai dengan kebutuhan anak sangat diperlukan sebagai dasar untuk memilih strategi yang efektif untuk pendampingan proses perkembangan anak (Hurlock, 2005:96).
Sekarang ini stimulasi perkembangan anak telah banyak dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan didirikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak semaksimal mungkin sehingga anak mampu menghadapi tantangan masa depan di era globalisasi. Namun sampai sekarang ini
masih banyak anak yang belum mengikuti PAUD (Santi, 2009).
Berdasarkan laporan Kemendiknas jumlah PAUD di Indonesia tahun 2012 mencapai 5,9 juta PAUD formal dan 14 juta PAUD non formal. Dengan jumlah balita di Indonesia 30,3 Juta Jiwa. Sedangkan jumlah balita di Jawa tengah pada tahun 2010 adalah 3.417.369 dengan jumlah balita yang mengikuti PAUD 2.120.069 dari hal tersebut terlihat angka partisipasi PAUD 62,04% (Kemendiknas, 2012).
Sedangkan indikator kegiatan stimulasi, deteksi dini dan intervensi perkembangan balita pada tahun 2010 diharapkan 90% balita dan anak prasekolah terjangkau oleh kegiatan stimulasi.
Sedangkan cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita pra sekolah tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 36,66%
menurun dibanding tahun 2006 sebesar 53,44%. Hal tersebut menunjukkan masih kurangnya stimulasi perkembangan khususnya dari orang tua serta masih kurangnya mnat orang tua mengikutkan anak dalam proses pendidikan dan pengajaran secara dini hal ini dibuktikan dengan sedikitnya jumlah anak yang mengikuti PAUD (DepKes, 2010).
Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2012) cakupan pelayanan kesehatan balita dalam deteksi dini tumbuh kembang balita adalah 73,52%, untuk Provinsi Jawa Tengah 82,86%. Dengan jumlah balita yang mengalami gangguan tumbuh kembang di Indonesia 43,8% untuk provinsi Jawa Tengah 25,3% (DepKes RI, 2012). Menurut Soetjiningsih (2007:5) perkembangan
seorang anak dipengaruhi oleh beberapa faktor bak internal atau eksternal. Faktor internal seperti keadaan fisik anak, status gizi atau kelainan yang mungkin muncul pada anak. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan dan stimulasi perkembangan.
Perkembangan anak 3-5 tahun ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif yang lebih besar.
Perkembangan ketrampilan motorik, kognitif dan sosial yang cepat membolehkan anak untuk berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri sendiri seperti makan, berpakaian dan eliminasi. (Suherman, 2010).
Berdasarkan Soetjiningsih (2007:6) salah satu perkembangan kemampuan anak 3-5 tahun adalah perilaku sosial (personal sosial). Perilaku sosial (personal sosial) adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri seperti memakai baju sendiri, pergi ke toilet sendiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut DepKes RI dalam buku pedoman stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak (2005 : 49) menyatakan bahwa perkembangan sosial anak adalah proses perubahan yang berlangsung secara terus menerus menuju kedewasaan yang memerlukan adanya komunikasi dengan masyarakat.
Perkembangan sosial bagi anak sangat diperlukan karena anak merupakan manusia yang tumbuh dan berkembang yang akan hidup di tengah-tengah masyarakat.
Perkembangan personal sosial anak usia 3-5 tahun tidak semuanya maksimal karena masih banyak ditemukan anak usia 3-5
tahun dengan keterlambatan perkembangan.
Lebih dari 25% anak toddler mengalami keterlambatan perkembangan seperti kurangnya kemandirian anak (tidak dapat berpakaian sendiri, tidak berhasil dalam kemampuan toileting), tidak bisa berkomunikai dengan lancar dimana anak tidak mampu menyebutkan namanya sendiri sehingga anak cenderung pasif dan tidak dapat mengembangkan kemampuannya.
Salah satu hal yang menghambat kemandirian anak adalah kebiasaan anak yang masih sangat tergantung pada orang tua (Suherman, 2010).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Dukuh Randusari Boyolali pada bulan Januari 2014, hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada 10 ibu yang memiliki anak 3-5 tahun. 6 ibu tidak mengikutkan anaknya di PAUD, dimana 2 ibu dengan anak umur 2,5 tahun mengatakan bahwa anaknya belum dapat makan sendiri, belum dapat melepas baju sendiri dimana ibu mengatakan bahwa dirinya tidak tahu apa yang harus diajarkan pada anaknya pada umur tersebut sehingga tidak memberikan stimulasi perkembangan pada anak, 2 anak yang berumur 2 tahun belum dapat makan sendiri, dimana ibu mengatakan kurang memiliki waktu dengan anak karena bekerja sehingga kurang dapat merangsang perkembangan anak. Sedangkan 2 anak lainnya umur 3 tahun telah dapat memakai pakaian sendiri, telah dapat sikat gigi dan makan sendiri. Sedangkan 4 ibu yang mengikutkan anaknya di PAUD 3 ibu mengatakan bahwa anaknya yang berumur 2 tahun telah dapat sikat gigi dengan bantuan dan makan sendiri sedangkan 1 anak yang
berumur 2 tahun belum dapat menyebutkan nama temannya, belum dapat makan sendiri.
Hal diatas menunjukkan bahwa pendidikan PAUD memberikan dampak positif terhadap perkembangan personal sosial anak, dimana anak yang mengikuti pendidikan PAUD cenderung lebih banyak bersosialisasi dan mendapatkan pelajaran yang positif sehingga berdampak pada perkembangan anak. Dari gambaran ini peneliti tertarik untuk meneliti tentang
”Pengaruh pendidikan di PAUD terhadap perkembangan personal sosial anak 3-5 tahun”.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah survey analitik yaitu penelitian untuk mengetahui hubungan variabel bebas dan variabel terikat melalui observasi langsung terhadap subyek penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
anak usia 3-5 tahun di Randusari Boyolali pada bulan Maret 2014 sejumlah 42 anak. . Tehnik sampling dalam penelitian ini adalah purposif sampling.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian telah dilakukan pada 32 ibu hamil Trimester III pada bulan Juni 2014, dengan tujuan untuk mengetahui hubungan prilaku body mekanik dengan
tingkat nyeri punggung pada ibu hamil trimester III.
1. Analisis Univariat
a. Keikutsertaan dalam pendidikan PAUD
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan keikutsertaan dalam pendidikan PAUD di Desa Randusari Teras Boyolali Tahun 2014
Pembelajaran di PAUD
Frekuensi Persentase (%)
Mengikuti 20 47.6
Tidak mengikuti
22 52.4
Total 42 100.0
Sumber : Data primer tahun 2014 Berdasarkan dari data tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 42 responden sebagian besar tidak mengikuti PAUD yaitu sebanyak 22 responden (52,4%).
b. Perkembangan personal sosial anak yang mengikuti PAUD Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Perkembangan personal sosial anak di Desa Randusari Teras Boyolali Tahun 2014
Sumber : Data diolah 2014 Perkembang
an personal sosial
Frekue nsi
Persentase (%)
Sesuai 17 85.0
Tidak sesuai 3 15.0
Total 20 100.0
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa terdapat responden dengan perkembangan personal sosialnya sesuai sebanyak 17 responden (85,0%)
c. Perkembangan personal sosial anak yang tidak mengikuti PAUD
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Perkembangan personal sosial anak di Desa Randusari Teras Boyolali Tahun 2014
Perkembangan personal sosial
Frek uensi
Persentase (%)
Sesuai 10 45.5
Tidak sesuai 12 54.5
Total 22 100.0
Sumber : Data diolah 2014
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa terdapat responden dengan perkembangan personal sosialnya tidak sesuai sebanyak 12 responden (54,5%) 2. Analisis Bivariat
Pengaruh keikutsertaan dalam pendidikan PAUD terhadap perkembangan personal sosial anak 3-5 tahun dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.4 Pengaruh keikutsertaan dalam pendidikan PAUD Terhadap Perkembangan Personal Sosial Anak 3-5 Tahun Di Desa Randusari Teras Boyolali Tahun 2014
Sumber : Data Primer diolah (2014) Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa responden yang tidak mengikuti pembelajar di PAUD sebagian besar perkembangan tidak sesuai yaitu
sebanyak 12 responden (54,5%).
Responden dengan kategori mengikuti pembelajar di PAUD sebagian besar perkembangan dalam kategori sesuai yaitu 17 responden (85.0%).
Hasil perhitungan dengan uji statistic chi square X2hitung = 5.517 dan probabilitas (p value) = 0,019. Dilihat dari p value = 0,019 berarti lebih kecil dari 0,05, maka artinya ada pengaruh keikutsertaan dalam pendidikan PAUD terhadap perkembangan personal sosial anak 3-5 tahun.
Pembahasan
1. Keikutsertaan Pendidikan PAUD
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengikuti PAUD, responden tersebut pernah mengikuti PAUD dikarenakan orang tua responden yang mengerti tentang manfaat PAUD, ibu yang mengerti tentang manfaat PAUD adalah ibu yang memiliki pendidikan tinggi, Keikuts
ertaa n dala m pendi dikan
PAU D
Perkembangan personal sosial
Jumlah - va lu e
X2 Sesuai Tidak
n % n % n %
Mengiku ti
17 85.0 3 15.0 20 100.
0 0.
01 9
5.51 7 Tidak
mengiku ti
10 45.5 12 54.5 22 100.
0 Jumlah 27 64.3 15 35.7 42 100.
0
sehingga ibu dapat memahami apa yang terbaik untuk anaknya. Sesuai dengan Notoadmodjo (2010:78) bahwa pengertian seseorang tentang suatu hal sangat dipengaruhi oleh pendidikan seseorang.
Berdasarkan karekteristik responden didapatkan 12 responden berpendidikan menengah dan 9 perguruan tinggi.
Anak yang tidak mengikut pendidikan PAUD di Desa Randusari Teras Boyolali besar dipengaruhi oleh faktor orang tua, dimana salah satunya adalah sosial ekonomi. Sosial ekonomi yang kurang cenderung akan menyebabkan orang tua tidak mengikutkan anaknya di PAUD karena biaya yang mahal. Sosial ekonomi dapat dilihat dari pekerjaan, berdasarkan karekteristik responden terdapat 25 responden yang hanya IRT sehingga tidak dapat menambah penghasilan keluarga.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Anik Eryani, 2009 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang stimulasi dengan perkembangan motorik kasar anak usia 1-3 tahun, dimana menyatakan ahwa ibu dengan pengetahuan tinggi akan memberikan stimulasi lebih kepada anaknya, dimana untuk sekarangan ini selah satu stimulasi adalah mengikutkan
anaknya di PAUD. Pengetahuan ibu dapat dipengaruhi pendidikan dan pekerjaan ibu.
2. Perkembangan Personal Sosial Anak Usia 3-5 Tahun yang Mengikuti PAUD
Penelitian ini juga menunjukkan perkembangan anak usia 3-5 sesuai.
Perkembangan anak di Desa Randusari Teras Boyolali sesuai karena telah dapat mengikuti tugas perkembangan sesuai umur dimana pada umur 3 tahun saat dilakukan tes perkembangan personal sosial anak telah dapat mengenakan sepatu sendiri. Pada umur 3 tahun 6 bulan anak telah dapat mengenakan sepatu sendiri, cuci tangan dan mengeringkan tangan setelah makan, serta main petak umpet dan anak dapat mengenakan celana dan kemeja termasuk mengancingkan kemeja tanpa bantuan. Serta pada umur 4 tahun anak telah dapat cuci tangan dan mengeringkan tangan setelah makan, serta main petak umpet dan anak dapat mengenakan celana dan kemeja termasuk mengancingkan kemeja dan ikat pinggang tanpa bantuan.Menurut Soejiningsih (2005) perkembangan
(Development) adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan.
Perkembangan anak dipengaruhi oleh banyak hal yaitu stimulasi,
genetik, penyakit dan status gizi.
Seseorang anak memiliki perkembangan normal besar dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya stimuasi. Pemberian stimulasi anak sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu, ibu yang memiliki pengetahuan tinggi cenderung akan lebih memperhatikan stimulasi perkembngan untuk anaknya, pengetahuan seseorang besar dipengaruhi oleh pendidikan.
Berdasarkan karekteristik responden terdapat 12 responden berpendidikan menengah dan 9 responden perguruan tinggi. Salah satu bentuk stimulasi perkembangan adalah pendidikan
PAUD. Perkembangan
(Development) adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari
proses pematangan
(Soetjiningsih,2005:8).
Perkembangan tidak normal akan menyebabkan anak mengalami keterlambatan yang berkelanjutnya sehingga tidak mampu menyesuaikan diri dengan teman sebayanya (Hurlock, 2005:138).
Penelitian di desa Randusari juga menunjukkan bahwa terdapat 2 anak yang umur 3 tahun yang mengikuti PAUD tetapi belum dapat memakai sepatu sendiri, serta 1 anak umur 4 tahun yang
mengikuti PAUD belum bisa mengancingkan kemeja sendiri. Hal ini dapat dikarenakan tidak maksimalnya pembelajaran yang diperoleh anak dikarenakan anak yang jarang masuk PAUD.
Informasi ini diperoleh dari hasil absensi anak dimana anak tersebut jarang masuk ke PAUD.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rista Aprilia (2009) yang berjudul hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah di Kelurahan
Tinjomoyo Kecamatan
Banyumanik Semarang dimana ada hubungan yang signifikan antara Pendidikan anak Usia Dini (PAUD) dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah (p value=0,000). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menentukan perkembangan kognitif anak usia prasekolah.
3. Perkembangan Personal Sosial Anak Usia 3-5 Tahun yang Tidak Mengikuti PAUD Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang tidak mengikuti PAUD perkembangan personal sosialnya tidak sesuai.
Perkembangn personal sosial anak tidak normal dikarenakan saat diadakan tes perkembangan didapatkan 8 anak usia 3 tahun yang belum dapat memakai sepatu sendiri. Hal ini dikarenakan balita yang kurang dalam stimulasi
perkembangannya. Perkembangan anak yang tidak sesuai dikarenakan ibu yang tidak mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sehingga ibu berusaha mengoptimalkan perkembangan anaknya. Sesuai dengan teori Soejiningsih (2005:67) Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh banyak hal yaitu stimulasi, genetik, penyakit dan status gizi. Pengetahuan ibu tentang suatu hal berhubungan dengan pendidikan seseorang. Sesuai dengan Notoadmodjo (2010:78) pengetahuan seseorang tentang suatu hal sangat dipengaruhi oleh pendidikan formal seseorang.
Berdasarkan karekteristik responden terdapat 15 responden berpendidikan dasar sehingga ibu kurang mengerti tentang pemberian stimulasi perkembangan pada anak.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Alwi (2010) yang menyatakan bahwa orang tua adalah faktor yang paling dominan dalam kemajuan tumbuh kembang anak.
Serta sisanya 4 anak umur 4 tahun yang rata-rata belum dapat mengancingkan kemaja dan memakai ikat pinggang sendiri. Hal ini juga dikarenakan balita yang kurang dalam stimulasi perkembangannya. Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh banyak salah satunya adalah stimulasi.
Berdasarkan karekteristik responden terdapat 15 responden
orang tua anak yaitu ibu bekerja swasta dalam hal ini ibu akan memiliki waktu yang kurang untuk memberikan stimulasi kepada anaknya sehingga anak tidakmendapatkan stimulasi perkembangan yang cukup.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Anik Eryani, 2009 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang stimulasi dengan perkembangan motorik kasar anak usia 1-3 tahun, dimana menyatakan ahwa ibu dengan pengetahuan tinggi akan memberikan stimulasi lebih kepada anaknya. Pengetahuan ibu dapat dipengaruhi pendidikan dan pekerjaan ibu.
4. Pengaruh keikutsertaan pembelajaran di PAUD terhadap perkembangan personal sosial anak 3-5 tahun Hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan kategori mengikuti pembelajar di PAUD sebagian besar perkembangan personal sosialnya dalam kategori sesuai serta responden yang tidak mengikuti pembelajar di PAUD sebagian besar perkembangan tidak normal. Hal ini dikarenakan saat belajar di PAUD anak diberikan stimulasi perkembangan terutama personal sosial yaitu dalam bersosialisasi dan kemandirian anak. Hal ini sesuai dengan teori bahwa PAUD adalah jenjang
pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang di tujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang di lakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Dalam PAUD anak diajarkan beberapa hal yang merupakan suatu bentuk stimulasi sehingga perkembangan anak menjadi normal. Serta bila anak tidak
mendapatkan stmulasi
perkembangan dengan baik, perkembangan anak menjadi tidak sesuai karena perkembangan otak yang tidak maksimal.
Hasil perhitungan dengan uji statistic chi square X2hitung = 5.517 dan probabilitas (p value) = 0,019. Dilihat dari p value = 0,019 berarti lebih kecil dari 0,05, maka artinya ada pengaruh pembelajaran di PAUD terhadap perkembangan personal sosial anak 3-5 tahun.
Selain itu penelitian ini didukung oleh penelitian Mitawati (2009) yang berjudul Hubungan pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak usia 3-24 bulan dan didapatkan hasil Ada hubungan yang signifikan antara stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak usia 3-24 bulan.
Responden yang tidak mengikuti PAUD yang perkembangan personal sosialnya sesuai yaitu 10 responden. Responden ini memiliki perkembangan personal sosial normal dikarenakan ibu yang selalu
memberikan stimulasi
perkembangan dirumah tanpa mengikuti PAUD perkembangan anak menjadi normal. Hal ini didukung oleh teori Soejiningsih (2005:46) bahwa salah satu yang menentukan perkembangan anak adalah pemberian stimulasi perkembangan, dimana orang tua memiliki pendidikan tinggi dilihat dari karekteristik responden terdapat 9 responden berpendidik tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian Megayanti (2012) tentang Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Perkembangan Bahasa Dengan Perkembangan Bahasa Pada Anak Prasekolah (3-5 Tahun) Di Tk Handayani Xii Muncang Kabupaten Pemalang, dimana ddapatkan hasil bahwa asil uji chi square antara tingkat pendidikan dengan perkembangan bahasa menunjukan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan perkembangan bahasa pada anak prasekolah 3-5 tahun di TK Handayani XII Muncang Kabupaten pemalang
Selanjutnya 3 responden yang
mengikuti PAUD
perkembangannya tidak sesuai. Hal ini dapat dikarenakan responden yang jarang masuk saat PAUD sehingga stimulasi di PAUD tidak maksimal dan perkembangan anak tidak normal. Hasil informasi dari guru PAUD dan absensi yang ada didapatkan bahwa anak tersebut jarang masuk dalam PAUD sehingga jarang terjadi interaksi antara anak dan guru di sekolah.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan pendidikan anak usia dini dengan perkembangan personal sosial anak 2-4 tahun.
Dimana anak yang mengikuti PAUD cenderung memiliki perkembangan personal sosial yang normal. Hal ini mendukung penelitian Rista Aprilia (2009) yang berjudul hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah di Kelurahan
Tinjomoyo Kecamatan
Banyumanik Semarang dimana ada hubungan yang signifikan antara Pendidikan anak Usia Dini (PAUD) dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah (p value=0,000). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menentukan perkembangan kognitif anak usia prasekolah.
PENUTUP A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Anak usia 3-5 tahun sebagian besar tidak mengikuti PAUD
2. Perkembangan personal sosial Anak yang mengikuti pendidikan PAUD di Desa Randusari Boyolali sebagian besar dalam kategori sesuai.
3. Perkembangan personal sosial Anak yang tidak mengikuti pendidikan PAUD sebagian besar dalam kategori tidak sesuai.
4. Ada pengaruh pembelajaran di PAUD terhadap perkembangan personal sosial anak 3-5 tahun.
B. Saran
Berdasarkan pelaksanan dan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
Bagi Petugas Kesehatan
Untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu balita tentang perkembangan sehingga dapat menstimulasi dan memantau perkembangan anaknya. Serta memberikan stimulasi perkembangan kepada anak yang perkembangannya tidak sesuai dan melibatkan kader.
Bagi Posyandu Desa Randusari, Teras, Boyolali
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan terhadap peningkatan pelaksanaan pelayanan posyandu dalam rangka memberikan stimulasi perkembangan pada balita serta melibatkan orangtua dan kader untuk di
latih agar dapat mengetahui pentingga stimulasi pada anak.
Bagi Peneliti Selanjutnya.
Agar dapat dijadikan masukan dalam penelitian serupa dan dapat lebih memperdalam penelitian yang sudah ada, dengan metode atau variabel lain yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Muliaji. 2011. Kebutuhan dasar anak.
from: www.InfoBalita.com. Diakses tanggal: 1 April 2014
Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
DepKes RI. 2005. Buku pedoman Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: DepKes RI DepKes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2010. From:
http://www.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 20 Maret 2014.
Hurlock, EB. 2005.Perkembangan Anak, Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Kemendiknas. 2012. Pendidikan Anak Usia Dini. from: www.Kemendiknas.com.
Diakses tanggal: 2 April 2014
Noorlaila. 2009. Pendidikan Anak Usia Dinifrom: www. Kemendiknas.com. . Diakses tanggal: 1 April 2013
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Santi. 2009. Pendidikan Anak.. from:
www.TanyaDokter.com. Diakses tanggal: 1 April 2013
Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Anak, Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta:EGC
Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Anak, Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta:EGC
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: alfabeta
Tracy. 2004. Mendidik dan Mengasuh Anak Balita Anda. Jakarta: EGC