• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Keuangan Daerah Sebagai Pemoderasi Pengaruh Dana Bagi Hasil Dan Belanja Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Keuangan Daerah Sebagai Pemoderasi Pengaruh Dana Bagi Hasil Dan Belanja Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Bali."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA KEUANGAN DAERAH SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH DANA BAGI HASIL DAN BELANJA LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI

SKRIPSI

Oleh :

DESAK PUTU DWI PUSPANINGSIH NIM: 1215351042

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

i

KINERJA KEUANGAN DAERAH SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH DANA BAGI HASIL DAN BELANJA LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI

SKRIPSI

Oleh :

DESAK PUTU DWI PUSPANINGSIH NIM: 1215351042

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar

(3)

ii

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh pembimbing, serta diuji pada tanggal:

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua : Dr. Dra. Gayatri, M.Si., Ak ...

2. Sekretaris : Dra. I Ketut Lely Aryani. M. M.Si., Ak ...

3. Anggota : Dr. Ni Putu Sri Harta Mimba, SE., M.Si., Ph. D ...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing

(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 23 Februari 2016

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “ Kinerja Keuangan Daerah sebagai Pemoderasi Pengaruh Dana Bagi Hasil dan Belanja Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2009-2013” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Bapak Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Dr.A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Drs. Ketut Suardhika Natha, M.Si selaku Ketua Program Ekstensi dan Drs. I Made Jember, M.Si selaku Sekretaris Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana beserta staf.

5. Ibu Ni Gusti Putu Wirawati, SE., M.Si selaku Koordinator Jurusan Akuntansi Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

(6)

v

7. Ibu Dra. I Ketut Lely Aryani. M. M.Si., Ak selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam memberikan bimbingan serta selalu memberikan masukan dan saran sehingga skripsi ini terselesaikan.

8. Ibu Dr. Ni Putu Sri Harta Mimba, SE., M.Si., Ph. D selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

9. Ibu Dr. Dra. Gayatri, M.Si., Ak selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

10.Keluarga tercinta yang selalu memberikan bimbingan,arahan,motivasi,dan dukungan moril maupun materi yang tiada henti-hentinya.

11.Sahabat-sahabat tercinta, teman-teman dan teman-teman seperjuangan yang selama ini selalu bersedia berbagi suka duka, memotivasi,membantu,dan memberi masukkan/saran.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga membutuhkan perbaikan-perbaikan ke depannya. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Denpasar, Februari 2016

(7)

vi

Judul : Kinerja Keuangan Daerah sebagai Pemoderasi Pengaruh Dana Bagi Hasil dan Belanja Langsung terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Bali 2009-2013

Nama : Desak Putu Dwi Puspaningsih NIM : 1215351042

Abstrak

Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan bagaimana sebuah Negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu mistar pengukur yang digunakan untuk melihat sekaligus meramalkan perkembangan sebuah Negara. Tinggi rendah tingkat pertumbuhan ekonomi daerah memerhatikan sumber-sumber penerimaan dan realisasi belanja, khususnya dana bagi hasil dan belanja langsung. Selanjutnya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang maksimal, maka kinerja keuangan daerah dipandang perlu, guna mengalokasian realisasi pengeluaran dengan realisasi penerimaan daerah yang efisien sehingga daerah yang bersangkutan mampu menerapkan tujuan dari otonomi daerah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris kinerja keuangan daerah sebagai pemoderasi pengaruh dana bagi hasil dan belanja langsung pada pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Bali.

Penelitian ini dilakukan pada Kabupaten/Kota Provinsi Bali. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi non partisipan. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah sampel jenuh. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Moderated Regression Analysis.

Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa dana bagi hasil berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kemudian variabel belanja langsung berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh dana bagi hasil dan belanja langsung dapat dimoderasi dengan arah positif oleh variabel kinerja keuangan daerah. Kinerja keuangan daerah dapat memperkuat pengaruh dana bagi hasil dan belanja langsung terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Bali.

(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.5 Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 11

2.1.1 Teori Keagenan... 11

2.1.2 Teori Desentralisasi Fiskal ... 12

2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi ... 14

2.1.4 Kinerja Keuangan ... 14

2.1.5 Dana Bagi Hasil ... 17

2.1.6 Belanja Langsung ... 17

2.2 Hasil Hipotesis Sebelumnya ... 18

2.3 Hipotesis Penelitian ... 20

2.3.1 Pengaruh Dana Bagi Hasil Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 20

2.3.2 Pengaruh Belanja Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 21

2.3.3 Pengaruh Dana Bagi Hasil Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pemoderasi Kinerja Keuangan Daerah ... 22

2.3.4 Pengaruh Belanja Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pemoderasi Kinerja Keuangan Daerah ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 25

3.2 Lokasi Penelitian ... 26

(9)

viii

3.4 Identifikasi Variabel ... 26

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 27

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 28

3.6.1 Jenis Data ... 28

3.6.2 Sumber Data ... 28

3.7 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel... 29

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.9 Teknik Analisis Data ... 30

3.9.1 Statistik DEskriptif ... 30

3.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 31

3.9.3 Moderated Regression Analysis (MRA)... 32

3.9.4 Koefisien Determinasi (R2) ... 33

3.9.5 Uji Parsial (t) ... 33

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian ... 35

4.1.1 Gambaran Umum Provinsi Bali ... 35

4.2 Statistik Deskriptif ... 36

4.3 Data Amatan dan Hasil Asumsi Klasik ... 38

4.3.1 Uji Normalitas ... 38

4.3.2 Uji Multikoleniaritas ... 39

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 40

4.4 Analisis Regresi Linear Berganda ... 41

4.5 Analisis Regresi Moderasi... 43

4.6 Pembahsan Hasil Penelitian ... 46

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 50

5.2 Saran ... 50

DAFTAR RUJUKAN ... 51

(10)

ix

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

1.1 PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Periode 2009-2013 ... 2

4.1 Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Bali ... 36

4.2 Hasil Statistik Deskriptif ... 37

4.3 Hasil Uji Normalitas... 39

4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 39

4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 40

4.6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 41

[image:10.595.111.514.151.392.2]
(11)

x

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1 Data Dana Bagi Hasil, Belanja Langsung, Pertumbuhan Ekonomi dan Kinerja Keuangan Daerah Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun

2007-2013... 55

2 Hasil Statistik Deskriptif ... 56

3 Hasil Uji Normalitas... 57

4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 57

5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 57

6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 58

(13)
(14)

i

(15)
(16)
(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

(18)
[image:18.595.107.519.120.287.2]

2

Tabel 1.1 PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Periode 2009-2013 (Dalam Jutaan Rupiah)

Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013

Jembrana 1.663.345 1.739.284 1.836.900 1.945.292 2.049.927 Tabanan 2.342.711 2.475.716 2.619.688 2.774.394 2.941.821 Badung 5.528.320 5.886.369 6.280.211 6.738.308 7.170.966 Gianyar 3.187.823 3.380.513 3.609.056 3.854.011 4.101.807 Klungkung 1.240.543 1.307.889 1.383.890 1.467.352 1.551.109 Bangli 1.040.363 1.092.116 1.155.899 1.225.104 1.293.885 Karangasem 1.747.169 1.836.132 1.931.439 2.042.135 2.160.734 Buleleng 3.266.343 3.457.476 3.668.884 3.907.936 4.170.207 Denpasar 5.358.246 5.710.412 6.097.167 6.535.171 6.962.611 Sumber: BPS Provinsi Bali, 2014

Tabel 1.1 mendeskripsikan bahwa tingkat PDRB Provinsi Bali tahun 2013 didominasi oleh Bali selatan, yaitu Kabupaten Badung dan Denpasar dengan angka masing-masing sebesar Rp.7.170.966,00 dan Rp.6.962.611,00. Selanjutnya PDRB terendah diperoleh Kabupaten Bangli sebesar Rp.1.293.885,00. Interpretasi tersebut menyimpulkan bahwa angka pembangunan dan kegiatan investasi lebih difokuskan pada wilayah Bali selatan, sehingga terjadi kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar Kabupaten/Kota se-Provinsi Bali.

(19)

3

kualitas kinerja keuangan yang baik, sehingga memaksimalkan pembangunan di berbagai sektor, khususnya sektor publik. Tinggi rendah pertumbuhan ekonomi sejalan dengan tinggi rendahnya tingkat pembangunan daerah. Kemudian pembangunan daerah secara berkelanjutan membutuhkan sumber penerimaan yang besar. Sumber-sumber penerimaan daerah yang berperan aktif dalam menunjang angka pembangunan berasal dari pendapatan asli daerah dan dana perimbangan.

(20)

4

dana perimbangan seperti DAU dan DAK tidak digunakan dalam penelitian ini, karena tinggi rendah DAU hanya menggambarkan ketergantungan daerah atas transfer pusat, yang artinya semakin tinggi perolehan DAU mencerminkan ketergantungan daerah akan transfer dari pusat yang semakin tinggi, sekaligus menunjukkan bahwa daerah tersebut belum mandiri secara keuangan dan begitu sebaliknya, sedangkan DAK hanya diberikan kepada daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus dari pemerintah daerah yang sesuai dengan prioritas nasional.

(21)

5

Hasil penelitian terdahulu membuktikan bahwa DBH berpengaruh positif terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi (Arifintar, 2013; Santosa, 2013; Riska dkk. 2014; Hendriwiyanto, 2015; Dewi dan Budhi, 2015). Selanjutnya dari perspektif berbeda Ronauli (2006), membuktikan bahwa DBH tidak mampu memengaruhi pertumbuhan ekonomi secara positif, pernyataan ini juga didukung oleh penelitian Husna dan Sofia (2013).

Belanja langsung adalah salah satu bagian terpenting dari belanja daerah selain belanja tidak langsung. Belanja langsung memiliki aspek lebih luas, yang terbagi atas beberapa elemen diantaranya belanja modal, belanja barang dan jasa, serta belanja pegawai. Belanja modal adalah bagian terpenting dari belanja langsung yang realisasinya difokuskan untuk pembangunan infrastruktur daerah seperti fasilitas publik guna menunjang pergerakan roda perekonomian daerah, yang nantinya berkontribusi pada angka pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan. Belanja modal diasumsikan sebagai salah satu bagian terpenting dalam belanja daerah (Kartika dan Dwirandra, 2014). Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa belanja langsung berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi (Babatunde dan Christopher, 2013; Chinweoke et al. 2014; Sumarthini dan Murjana Yasa, 2015). Selanjutnya Nworji et al. (2012), menyatakan bahwa alokasi dari anggaran belanja modal mampu

(22)

6

Selain sumber pendanaan dan realisasi belanja, pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga dapat dipengaruhi oleh kinerja keuangan daerah. Kinerja keuangan pada pemerintah daerah digunakan untuk menilai akuntabilitas dan kemampuan keuangan daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Kinerja keuangan yang baik menggambarkan bahwa suatu daerah telah berhasil menjalankan kewajiban dari pemerintah pusat melalui pelaksanaan otonomi daerah. Kinerja keuangan diukur melalui persentase hasil pembagian antara dana realisasi dengan jumlah dana yang dianggarkan. Kualitas kinerja keuangan juga menunjukkan bagaimana daerah merealisasikan dana yang dianggarkan secara efektif dan efisien.

Inkonsistensi hasil penelitian terdahulu menarik perhatian peneliti untuk kembali menguji pengaruh dana bagi hasil dan belanja langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dengan kinerja keuangan daerah sebagai pemoderasi guna mengkonfirmasi hasil riset terdahulu. Penelitian ini mereplikasi penelitian dari Putra (2015), perbedaannya terletak pada penggunaan dana bagi hasil dan belanja langsung sebagai variabel independen.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah.

1) Apakah Dana Bagi Hasil berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali?

(23)

7

3) Apakah Kinerja Keuangan Daerah memoderasi (meningkatkan) pengaruh Dana Bagi Hasil pada pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali?

4) Apakah Kinerja Keuangan Daerah memoderasi (meningkatkan) pengaruh Belanja Langsung pada pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah.

1) Untuk mengetahui pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) pada pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Bali.

2) Untuk mengetahui pengaruh Belanja Langsung pada Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Bali.

3) Untuk mengetahui kinerja keuangan daerah memoderasi (meningkatkan) pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) pada pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Bali.

4) Untuk mengetahui kinerja keuangan daerah memoderasi (meningkatkan) pengaruh Belanja Langsung pada pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Bali.

1.4 Kegunaan Penelitian

(24)

8 1) Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kemampuan kinerja keuangan daerah memoderasi (meningkatkan) pengaruh DBH dan Belanja Langsung terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Selanjutnya penelitian ini juga bertujuan untuk membuktikan apakah teori keagenan dan desentralisasi fiskal mampu mewadahi hubungan antara variabel penelitian, khususnya Kinerja Keuangan Daerah dalam memoderasi pengaruh DBH dan Belanja Langsung terhadap Pertumbuhan Ekonomi

2) Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sekaligus referensi kepada pemerintah daerah dalam mempertimbangkan strategi yang tepat guna menggali sumber-sumber penerimaan daerah dan langkah-langkah efektif dalam merealisasikan anggaran belanja daerah.

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya dan disusun secara sistematis serta terperinci untuk memberikan gambaran dan mempermudah pembahasan. Sistematika dari masing-masing bab dapat diperinci sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan

(25)

9

Bab II Kajian Pustaka Dan Hipotesis Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang mendukung dan berhubungan dengan masalah yang akan dibahas digunakan sebagai pedoman dalam pemecahan masalah dalam laporan ini penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang terkait yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini serta disajikan hipotesis atau dugaan sementara atas pokok permasalahan yang diangkat sesuai dengan landasan teori yang ada.

Bab III Metode Penelitian

Dalam bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.

Bab IV Data Dan Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini akan menyajikan gambaran umum wilayah, perkembangan, dan data serta menguraikan pembahasan yang berkaitan dengan pengujian pengaruh memperkuat maupun memperlemah variabel dana bagi hasil, belanja langsung, kinerja keuangan daerah dan pertumbuhan ekonomi. Bab V Simpulan Dan Saran

(26)

10

(27)

1 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan di dalam teori keagenan terdapat hubungan yang diibaratkan sebagai sebuah kontrak yang mana satu atau lebih prinsipal menyewa orang lain dalam hal ini disebut agen, untuk melakukan beberapa jasa demi kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Permasalahan hubungan keagenan mengakibatkan dua permasalahan yaitu.

1) Terjadinya informasi asimetris (information asymmetry), dimana agen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dari prinsipal. Menurut Ahmad et al. (2012) menyatakan bahwa asimetri informasi berkaitan dengan efektivitas arus informasi dan interaksi antara prinsipal dan agen dalam melakukan tugas tertentu.

(28)

2

untuk mengatur secara mandiri segala urusan pemerintahan di daerahnya, sehingga sebagai konsekuensi dari pelimpahan wewenang tersebut, pemerintah pusat menurunkan dana perimbangan, berupa dana bagi hasil, dana alokasi umum dan khusus yang tujuannya adalah membantu pemerintah daerah baik dalam mendanai kebutuhan pemerintahan sehari-hari maupun memberi pelayanan publik yang lebih baik kepada masyarakat.

2.1.2 Teori Desentralisasi Fiskal

(29)

3

Menurut Mardiasmo (dalam Putra, 2015) desentralisasi fiskal menuntut tiap-tiap daerah mempunyai kemandirian keuangan yang tinggi dengan mencari alternatif sumber pembiayaan pembangunan tanpa mengurangi harapan masih adanya bantuan dari pemerintah pusat. Desentralisasi fiskal memberikan struktur insentif yang lebih besar bagi pemerintah untuk menjadi lebih efisien dalam mengalokasikan sumber daya fiskal, namun itu tidak selalu mengarah pada pertumbuhan yang kuat karena meningkatnya kesenjangan antar daerah terutama ditingkat kapasitas pembangunan dan sumber daya (Tirtosuharto, 2010).

Desentralisasi fiskal dapat dibedakan sesuai dengan independensi tingkat pengambilan keputusan. Pertama, dekonsentrasi berarti penyebaran tanggung jawab dalam pemerintah pusat untuk kantor cabang regional atau unit administrasi lokal. Kedua, delegasi mengacu pada situasi dimana pemerintah daerah bertindak sebagai agen untuk pemerintah pusat, melaksanakan fungsi-fungsi tertentu atas nama pusat. Ketiga, devolusi mengacu pada situasi dimana tidak hanya pelaksanaan tetapi juga kewenangan untuk memutuskan apa yang dilakukan adalah di tangan pemerintah daerah (Bird dan Vaillancourt, 1998:3).

(30)

4

memperbaiki kesejahteraan sosial masyarakat Indonesia dan mendukung stabilitas ekonomi makro (Alm et al. 2004:137).

2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah (Sukirno, 2010:9). Hasan (2012) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan parameter dari suatu kegiatan pembangunan, hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi dapat mengukur tingkat perkembangan aktivitas pada sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Pertumbuhan perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) suatu daerah.

PDRB merupakan jumlah nilai output bersih perekonmian yang ditimbulkan dari seluruh kegiatan ekonomi di daerah tertentu, biasanya dihitung dalam satu tahun. PDRB biasanya digunakan untuk mengukur total nilai barang dan jasa yang dihasilkan pada suatu daerah atau lokal. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah dihitung dengan PDRB harga konstan. Menurut Rahardja dan Manurung (2008:131) penghitungan pertumbuhan ekonomi bertujuan untuk melihat apakah kondisi perekonomian suatu daerah makin membaik.

2.1.4 Kinerja Keuangan

(31)

5

suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran (Julitawati, 2012). Bentuk keuangan tersebut berupa rasio keuangan yang terbentuk dari unsur Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah berupa perhitungan APBD. Terkait dengan pentingnya kinerja, maka yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja berfungsi untuk menilai sukses atau tidaknya suatu organisasi, program, atau kegiatan. Pengukuran kinerja diperlukan untuk menilai tingkat besarnya penyimpangan antara kinerja aktual dengan kinerja yang diharapkan.

(32)

6

bagaimana perubahan yang terjadi pada komposisi atau pun struktur APBD (Halim, 2007).

Daya serap anggaran dalam konteks belanja barang dan jasa berpengaruh signifikan pada angka pertumbuhan ekonomi. Hal ini menuntut daerah untuk mengelola tingkat pengeluarannya agar mencapai target pembangunan. Namun kenyataan di lapangan anggaran tidak sampai terserap 100% dengan asumsi tetap dapat memenuhi setidaknya sekitar 80% hingga 90%.

(33)

7 2.1.5 Dana Bagi Hasil

Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU No.33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah). DBH yang berasal dari pemerintah terdiri dari dua jenis, yaitu DBH pajak dan DBH bukan pajak (sumber daya alam). Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian Gugus (2013) dan Santosa (2013). DBH merupakan sumber pendapatan daerah yang cukup potensial dan merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah yang bukan berasal dari PAD selain DAU dan DAK. Secara teoritis pertumbuhan ekonomi suatu daerah membutuhkan jumlah dana yang besar, untuk itu segenap penerimaan daerah baik PAD, DBH maupun pendapatan lain yang sah diprioritaskan untuk mendanai belanja daerah untuk keperluan sektor publik, yang nantinya akan menunjang roda perekonomian dan memaksimalkan angka PDRB tiap tahun. Berlandaskan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa DBH berperan aktif dalam memaksimalkan pertumbuhan ekonomi daerah.

2.1.6 Belanja Langsung

(34)

8 1) Belanja Pegawai

Belanja pegawai adalah belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dimana pekerjaan tersebut berkaitan dengan pembentukan modal.

2) Belanja Barang dan Jasa

Belanja barang dan jasa adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan.

3) Belanja Modal

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aktiva tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.Untuk mengetahui apakah suatu belanja dapat dimasukkan sebagai belanja modal atau tidak, maka perlu diketahui definisi aset tetap atau aset lainnya dan kriteria kapitalisasi aset tetap.

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

(35)

9

independen dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependen, sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan PAD, DAU, dan DAK sebagai variabel independen. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian (Pujiati, 2008; Santosa, 2013; Riska, dkk. 2014; Dewi dan Budhi, 2015). Simpulan yang dapat ditarik adalah dana bagi hasil merupakan salah satu indikator penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya Dewi dan Budhi (2015) dalam penelitiannya membuktikan bahwa dana bagi hasil dan belanja langsung berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Pernyataan ini sekaligus didukung oleh penelitian Adi (2006), Bose dan Osborn (2007), Chude dan Chude (2013), yang menyatakan bahwa belanja modal pemerintah (bagian dari belanja langsung) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Persamaan penelitian Dewi dan Budhi (2015) dengan penelitian ini adalah penggunaan dana bagi hasil sebagai variabel independen, sedangkan perbedaannya terletak dari penggunaan PAD sebagai variabel independen dan belanja langsung sebagai variabel intervening. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat ditarik simpulan bahwa belanja langsung adalah salah satu indikator penting yang mendeskripsikan realisasi pengeluaran (belanja pemerintah) yang menstimulasi angka pertumbuhan ekonomi.

(36)

10

operasional dan rasio keserasian belanja modal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pemerintah daerah. Selanjutnya hasil penelitian yang senada oleh Ani dan Dwirandra (2014), menyebutkan bahwa kinerja keuangan yang terdiri dari rasio kemandirian berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Persamaan penelitian Hamzah (2008) dan Kawa (2011) dengan penelitian ini adalah menguji pengaruh kinerja keuangan pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, sedangkan perbedaannya adalah penggunaan rasio efektivitas PAD dan penggunaan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel intervening. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian terdahulu adalah kinerja keuangan mampu dijadikan sebagai tolak ukur dalam menentukan tinggi rendahnya angka pertumbuhan ekonomi daerah.

2.3 Hipotesis Penelitian

(37)

11

H1: Dana Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Bali.

2.3.2 Pengaruh Belanja Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Syarat fundamental untuk pembangunan ekonomi adalah tingkat pengadaan modal pembangunan yang seimbang dengan pertambahan penduduk. Bertambahnya infrastruktur dan perbaikannya oleh pemerintah daerah diharapkan akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah, sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi setara dengan pengorbanan berupa belanja langsung yang besar, begitu pula sebaliknya. Dapat disimpulkan bahwa belanja langsung berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Adi (2006) menyatakan bahwa bagian dari belanja langsung yaitu belanja modal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan kata lain jika pengeluaran pembangunan meningkat maka pertumbuhan ekonomi meningkat dan begitu sebaliknya.

(38)

12

ekonomi. Berdasarkan penelitian tersebut, maka dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut.

H2: Belanja Langsung berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Bali.

2.3.3 Pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) pada Pertumbuhan Ekonomi yang di Moderasi oleh Kinerja Keuangan Daerah

Dana Bagi Hasil adalah turunan dari dana perimbangan sekaligus sumber penerimaan potensial selain PAD yang diterima daerah melalui transfer dana dari pusat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Penerimaan (DBH) diharapkan mampu berjalan secara maksimal dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah. Salah satu indikator yang mewadahi antara jumlah penerimaan di lapangan dapat dilihat melalui kinerja keuangannya. Menurut Sumarjo (2010) intergovernmental revenue (penerimaan dari transfer pusat ke daerah) berpengaruh terhadap kinerja

keuangan daerah. Selanjutnya Hamzah (2008) membuktikan bahwa kinerja keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

(39)

13

kinerja keuangan mampu meningkatkan pengaruh PAD terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan penelitian tersebut, maka dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut.

H3: Kinerja keuangan daerah memoderasi (meningkatkan) pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) pada pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Bali.

2.3.4 Pengaruh Belanja Langsung pada Pertumbuhan Ekonomi yang di Moderasi oleh Kinerja Keuangan Daerah

Belanja langsung adalah salah satu konsumsi daerah selain belanja tidak langsung yang difokuskan pada pembangunan fasilitas publik guna menunjang keberlangsungan roda perekonomian daerah yang nantinya berperan dalam menentukan tinggi rendah angka pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi belanja langsung maka tingkat pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat dan begitu sebaliknya.

(40)

14

terhadap pertumbuhan ekonomi daerah melalui rasio efisiensi, dengan cara menghitung besarnya realisasi pengeluaran atas total realisasi penerimaan (Hamzah, 2010: Kawa, 2011). Berdasarkan penelitian tersebut, maka dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut.

Gambar

Tabel
Tabel 1.1 PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Periode 2009-2013 (Dalam Jutaan Rupiah)

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Konselor / Pendamping Anak Jalanan agar dalam memberikan suatu layanan bimbingan dan konseling pada anak jalanan usia sekolah dasar lebih dapat menempatkan dirinya

untuk mengatasi hambatan yang dilakukan oleh pihak Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, antara lain, menerapkan prinsip kehati-hatian seperti melakukan BI Checking

Informan 1 Untuk jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Parsoburan ini masih kurang dan belum sesuai dengan jabatan fungsional, dan puskesmas juga belum memiliki

Anwar Hadir, 2005, Pemahaman Dan Penerapan ISO/IEC 17025 : 2005 Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium.. Kalibrasi , PT Gramedia Pustaka

Tabel informasi penyedia dana berisi data lembaga/bank yang menyediakan fasilitas keuangan untuk mendukung usaha pengelolaan lahan hutan rakyat yang terbaik yang tersedia di

Sebagai kemungkinan lain, atau jika larut dalam air, menyerap dengan memakai bahan kering yang tidak giat dan masukkan ke wadah bahan buangan yang tepat.. Buang melalui kontraktor

Untuk memberikan penjelasan terhadap permasalahan di atas dipaparkan beberapa pertanyaan yaitu 1) Apa ide atau gagasan pembaruan desa yang.. ditawarkan hingga di

Namun ROA juga dapat berpengaruh terhadap dividend payout ratio dengan asumsi bahwa meningkatnya dividen yang dibagi kepada pemegang saham akan menurunkan laba ditahan yang