KELURAHAN DELI TUA TIMUR
TAHUN 2008
ARNILA AR
NIM : 075102040
K A R Y A T U L I S I L M I A H (K T I)
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN U N I V E R S I T A S S U M A T R A U T A R A
TA. 2007 – 2008
NAMA : ARNILA AR
NIM : 075102040
JUDUL KTI : GAMBARAN FAKTOR YANG MENYEBABKAN IBU TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSLUSIF DI LINGKUNGAN V KELURAHAN DELI TUA TIMUR KECAMATAN DELI TUA TAHUN 2008.
LATAR BELAKANG :
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Persentase ini menurun dengan jelas menjadi 46% pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14% pada bayi berumur 4-5 bulan.
Data yang diperoleh dari PUSKESMAS Deli Tua Timur keberhasilan ASI eksklusif sebesar 65,8% tahun 2005-2006
DESAIN PENELITIAN :
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif
Disetujui oleh :
Penguji I Penguji II
(dr.Arlinda Sari Wahyuni,M.Kes) ( Ir.dwi Lindarto,MT)
Diketahui oleh : Dosen Pembimbing
Nim : 075102040
Judul : GAMBARAN FAKTOR YANG MENYEBABKAN IBU TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI LINGKUNGAN V KELURAHAN DELI TUA TIMUR TAHUN 2008
A B S T R A K
Pemberian ASI eksklusif berarti memberikan hanya ASI saja. Ini berarti bayi tidak diberi air putih, teh, minuman ramuan, cairan lain, maupun makanan lain selama 6 bulan pertama usianya Data yang diperoleh dari PUSKESMAS Deli Tua Timur keberhasilan ASI eksklusif sebesar 65,8% tahun 2005-2006. Berdasarkan data diatas jelas bahwa angka tersebut masih dibawah dari ketetapan yang dikomitmenkan pada UU RI No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000-2004 yang mencantumkan tingkat pencapaian pemberian ASI eksklusif ibu kepada bayinya, yang harus dicapai yaitu sebesar 80%.
Penelitian ini bersifat deskriptif. Instrumen pengumpulan data yaitu berupa kuesioner tertutup berjumlah 24 pertanyaan. Jumlah populasi sebanyak 39 orang dan seluruhnya dijadikan sampel (Total Sampling). Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan table frekuensi dan persentase.
Hasil penelitian diperoleh bahwa gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ASI termasuk dalam kategori ”baik” yaitu sebanyak 53.8%, gambaran mitos-mitos termasuk dalam kategori buruk yaitu sebanyak 74.4%, dan gambaran persepsi susu formula termasuk dalam kategori buruk yaitu sebanyak 59.0%.
Assalammualaikum Wr Wb
Alhamdulillahhirabbil’Alamiin, puji dan syukur penulis hantarkan kepada
Illahi Rabbi SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambar faktor Yang Mempengaruhi Ibu Tidak Memberikan ASI Eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008” dengan tepat waktu.
Penyusunan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan sebagai persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) Tahun Ajaran 2007/2008.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi hasil yang sempurna demi masa mendatang.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. dr. Chairuddin Lubis, DTM & Sp.A(K) Selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara
2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD – KGEH Selaku Dekan fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Karya Tulis Ilmiah sehingga penulis dapat menyusun penelitian Karya Tulis Ilmiah ini dengan benar dan tepat waktu.
5. Dewi E Suza, SKp, MNS, selaku kordinator penyelenggara KTI pada Program D-IV Bidan Pendidik TA 2007/2008.
6. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, selaku penguji 1 dan Ir. Dwi Lindarto, MT, selaku penguji 2 yang berkesempatan memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Seluruh staf program D-IV Bidan Pendidik dan dosen pengajar yang telah membantu dan menyampaikan ilmunya dalam kegitan belajar mengajar serta membantu dalam penulisan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Abdul Rahman, selaku Kepala Lurah di Kelurahan DeliTua Timur dan Bidan Desa Deli Tua yang telah membantu peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penulisan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini. 9. Seluruh responden yang telah berbaik hati bersedia memberikan jawaban
dalam kuesioner yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian Karya Tulis Ilmiah dengan benar.
10.Rinaldi, SH dan Arlina Nike AN (orang tua) tercinta yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan moril dan material dengan tulus. Serta Defri, iin, dan Rizki (adik-adik) sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususnan penelitian Karya Tulis ilmiah ini dengan baik. 11.Sofyan hakim Siagian, SST (kakak) tersayang yang telah banyak
12.Seluruh teman se-angkatan di Program D-IV Bidan Pendidik yang telah banyak membantu dalam memberikan pengetahuanya dalam penyusunan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata kepada seluruh pihak (yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu) yang telah memberikan bantuannya selama ini hingga penyusunan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini diselesaikan. Kiranya penulisan ini bermanfaat bagi pembaca.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat serta taufik-Nya kepada kita semua, Amiin Ya Rabbal A’lamiin.
Medan, 04 Juli 2008 Penulis
ABSTRAK
1.3. Pertanyaan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
1.4.1. Profesi Tenaga Kesehatan ... 4
1.4.2. Lahan Penelitian ... 5
1.4.2. Peneliti Selanjutnya ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1.2. Waktu Pemberian ASI eksklusif... 8
2.1.3. Stadium ASI ... 9
2.1.4. Komposisi zat gizi dalam kolostrum,ASI ... 10
2.1.5. Manfaat pemberian ASI dan keunggulan ASI ... 14
2.1.6. Pelaksanaan mulai dan berhenti memberikan ASI ... 19
2.1.7. Syarat memberikan ASI secara efektif ... 20
2.1.8. Tips pemberian ASI ... 20
2.1.9. Cara menyusui ... 21
2.1.10. Resiko pemberian susu formula ... 22
BAB III KERANGKA KONSEP ... 23
3.1. Kerangka Konsep ... 23
3.2. Defenisi Opersional ... ... 23
BAB IV METODE PENELITIAN ... 25
4.1. Desain Penelitian ... 25
4.2. Populasi dan Sampel ... 25
4.2.1. Populasi ... 25
4.2.2. Sampel ... 26
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
4.1. Hasil penelitian ... 29
4.2. Pembahasan ... 35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
4.1. Kesimpulan ... 39
4.2. Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA
Halaman
1. Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, dan Paritas di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008...30
2. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada
Pengetahuan di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008...31 3. Tabel 5.3 Distribusi Pengetahuan Yang Menyebabkan Ibu Tidak
Memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur
Tahun 2008………..31 4. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada
Mitos-mitos di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008...32 5. Tabel 5.5 Distribusi Mitos-mitos Yang Menyebabkan Ibu Tidak
Memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur
Tahun 2008...33 6. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada
Persepsi Susu Formuladi Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008...34 7. tabel 5.7 Distribusi Persepsi Susu Formula Yang Menyebabkan Ibu
Nim : 075102040
Judul : GAMBARAN FAKTOR YANG MENYEBABKAN IBU TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI LINGKUNGAN V KELURAHAN DELI TUA TIMUR TAHUN 2008
A B S T R A K
Pemberian ASI eksklusif berarti memberikan hanya ASI saja. Ini berarti bayi tidak diberi air putih, teh, minuman ramuan, cairan lain, maupun makanan lain selama 6 bulan pertama usianya Data yang diperoleh dari PUSKESMAS Deli Tua Timur keberhasilan ASI eksklusif sebesar 65,8% tahun 2005-2006. Berdasarkan data diatas jelas bahwa angka tersebut masih dibawah dari ketetapan yang dikomitmenkan pada UU RI No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000-2004 yang mencantumkan tingkat pencapaian pemberian ASI eksklusif ibu kepada bayinya, yang harus dicapai yaitu sebesar 80%.
Penelitian ini bersifat deskriptif. Instrumen pengumpulan data yaitu berupa kuesioner tertutup berjumlah 24 pertanyaan. Jumlah populasi sebanyak 39 orang dan seluruhnya dijadikan sampel (Total Sampling). Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan table frekuensi dan persentase.
Hasil penelitian diperoleh bahwa gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ASI termasuk dalam kategori ”baik” yaitu sebanyak 53.8%, gambaran mitos-mitos termasuk dalam kategori buruk yaitu sebanyak 74.4%, dan gambaran persepsi susu formula termasuk dalam kategori buruk yaitu sebanyak 59.0%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Air Susu Ibu masih tergolong makanan terbaik bagi bayi. Sampai saat ini
belum ada makanan bayi sebaik Air Susu Ibu. Bisa jadi sampai kapan pun takkan
pernah ada. Sebuah kelebihan yang Tuhan siapkan melalui tubuh ibu. Ibu yang
seyogianya mengirimkannya bagi anak semenjak ia dilahirkan. Kemajuan
teknologi tidak akan bisa untuk menciptakan susu sesempurna seperti yang tulus
menetes dari puting susu ibu (Nadesul, 2007)
Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang
ibu yang mengasuh anaknya. Dari sudut bayi adalah hak bayi untuk mendapatkan
ASI. Kini pemberian ASI lebih digalakkan kembali oleh karena ternyata
memberikan ASI mempunyai keuntungan dan keunggulan jauh lebih besar dari
pada memberikan susu formula (Manuaba, 1999)
Hingga saat ini, penelitian yang dilakukan oleh para ahli belum
menunjukkan adanya kandungan yang lebih baik dari pada yang terkandung
didalam ASI. Tidak diragukan lagi, menyusui adalah cara memberi makan paling
baik kepada bayi ( MT Indriarti, 2007)
Tema Pekan ASI sedunia 2007 adalah mengangkat inisiasi menyusu dini,
setelah dilahirkan bayi langsung diletakkan diperut ibu sehingga bayi secara
alamiah akan mencari puting susu ibunya dan menghisap ASI. "Keberhasilan
inisiasi menyusu dini akan membantu keberhasilan menyusui secara eksklusif
meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat gencar dilakukan, tapi
kesadaran masyarakat untuk pemberian ASI di Indonesia masih memprihatinkan.
Antara tahun 1997-2002 "Cakupan ASI eksklusif 6 bulan hanya 39,5% dari
keseluruhan bayi dan hal yang sangat menyedihkan adalah gencarnya promosi
susu formula sehingga meningkatkan pemakaian susu formula, sentra Laktasi
Indonesia mencatat ada sekitar 13% bayi berusia dibawah 2 tahun yang diberi
susu formula dan 15% telah diberi makanan tambahan, selain itu faktor sosial
budaya, kurangnya pengetahuan akan pentingnya ASI, jajaran kesehatan yang
belum sepenuhnya mendukung program pemberian ASI, dan kurangnya dukungan
dari masyarakat termasuk institusi yang mempekerjakan perempuan untuk ibu
menyusui . "Akibat pemberian ASI dan pemberian makanan pendamping ASI
yang salah, maka sekitar 6,7 balita atau 27,3% dari seluruh balita di Indonesia
menderita kurang gizi. Sebanyak 1,5 juta di antaranya menderita gizi buruk”
(Hatta, 2005)
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003
pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Persentase ini
menurun dengan jelas menjadi 46% pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14% pada
bayi berumur 4-5 bulan. Sedangkan survei yang dilaksanakan pada tahun 2002
oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan
Balitbangkes dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya,
Semarang, Makasar) dan 8 prdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng,
Jatim, NTB, Sulsel), menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di
eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan
2%-13% (Judarwanto, 2006)
Data yang diperoleh dari PUSKESMAS Deli Tua Timur keberhasilan ASI
eksklusif sebesar 65,8% tahun 2005-2006. Berdasarkan data diatas jelas bahwa
angka tersebut masih dibawah dari ketetapan yang dikomitmenkan pada UU RI
No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun
2000-2004 yang mencantumkan tingkat pencapaian pemberian ASI eksklusif ibu
kepada bayinya, yang harus dicapai yaitu sebesar 80% (Hatta, 2005). Oleh karena
itu, maka penulis tertarik mengambil judul penelitian Karya Tulis Ilmiah (KTI)
tentang “Gambaran Faktor-faktor Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan
ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008”.
1.2 TUJUAN PENELITIAN
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran faktor yang
menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan
Deli Tua Timur Tahun 2008.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tidak memberikan ASI eksklusif di
Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008.
2. Mengetahui gambaran mitos-mitos yang menyebabkan ibu tidak
memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur
3. Mengetahui gambaran persepsi susu formula yang menyebabkan ibu tidak
memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur
Tahun 2008
1.3 PERTANYAAN PENELITIAN
1. Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tidak memberikan ASI eksklusif
di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008 ?
2. Bagaimanakah gambaran mitos-mitos yang menyebabkan ibu tidak
memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur
Tahun 2008 ?
3. Bagaimanakah gambaran persepsi susu formula yang menyebabkan ibu
tidak memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua
Timur Tahun 2008 ?
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1 . Profesi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
penyebab ibu tidak memberikan ASI eksklusif di lingkungan V kelurahan
Deli Tua Timur, sehingga para tenaga kesehatan yang bertugas di kelurahan
Deli Tua Timur dapat meningkatkan penyuluhan dan kegiatan positif yang
mendorong untuk keberhasilan ASI eksklusif bagi ibu-ibu di kelurahan Deli
2. Responden
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan perubahan
cara penerapan pemberian ASI yang selama ini masih kurang tepat
dikalangan ibu sehingga dikemudian waktu para ibu dapat memberikan ASI
eksklusif kepada bayi dengan benar
3. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumber
bacaan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan gambaran
faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif, sehingga
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan sesuatu
hal (Departemen Pendidikan Nasional, 2005)
Kurangnya pengetahuan tentang menyusui dari satu generasi bahkan lebih.
Banyak ibu masa kini mendapati bahwa ibu dan nenek mereka miskin
pengetahuan tentang menyusui dan tak mampu memberikan banyak dukungan
(Welford, 2001)
2.2 Mitos-mitos
Mitos adalah hal yang berhubungan dengan kepercayaan, yang timbul dari
usaha manusia yang tidak ilmiah dan tidak berdasarkan pada pengalaman yang
nyata untuk menjelaskan dunia atau alam disekitarnya yang berkembang
dimasyarakat (MS Burhami dan Hasbi Lawren. )
Mitos adalah suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar
karena telah beredar dari generasi ke generasi tentang sesuatu hal
(wikipedia.com,2008)
Menurut Hatta (2007), mitos-mitos merupakan hambatan untuk tindakan
menyusui yang normal, diantaranya :
a. Kolustrum tidak baik atau bahkan bahaya untuk bayi
c. Bayi tidak akan mendapatkan cukup makanan/cairan bila hanya diberi
kolustrum/ASI
Menurut Danuatmaja (2003) dan Franklin (1997), mitos-mitos tersebut antara lain
a. Menyusui mengubah bentuk payudara wanita
b. Menyusui menyebabkan penyusutan berat badan
c. ASI belum keluar pada hari-hari pertama sehinnga perlu ditambah susu
formula
d. Payudara saya kecil, tidak menghasilkan cukup ASI
e. ASI yang keluar pertama kali harus dibuang karena kotor
f. ASI ibu kurang gizi, kualitasnya tidak baik
g. ASI saya tidak cukup, ASI saya kering, bayi tidak cukup mendapat ASI
karena rakus/minumnya banyak
h. Bayi yang sakit memerlukan makanan / minuman yang lebih bagus dari
pada ASI
i. Bayi saya alergi terhadap Air Susu Saya
2.3 Persepsi Susu formula
Menurut Robbins (1995) persepsi adalah suatu proses dimana individu
mengorganisasi dan menginterpretasikan kesan-kesan sensori untuk memberi
makna yang ada dilingkungannya.
Susu formula bayi adalah cairan atau bubuk dengan formula tertentu yang
diberikan pada bayi dan anak-anak. Mereka berfungsi sebagai pengganti ASI.
cetak maupun secara langsung. Dalam promosi susu formula itu, selalu disebut
bahwa susu yang terbaik bagi bayi tetap adalah ASI (Air Susu Ibu), tetapi siapa
yang tidak menjadi terpengaruh dengan gambaran anak-anak yang sedemikian
lincah, giat dan tumbuh dengan bijak karena mereka meminum susu buatan atau
susu bubuk tertentu, apalagi karena masih adanya anggapan dari para ibu muda,
bahwa kalau mereka menyusukan bayi dengan ASI-nya sendiri, maka bias /
pancaran kecantikan akan berkurang. Anggapan yang salah seperti ini yang
menyatakan bahwa, menyusukan bayi sendiri dengan ASI akan menyebabkan
bagian tubuh tertentu akan menjadi kendor, cepat lisut dan akhir nantinya akan
menjadi cepat kelihatan tua (Sulaiman, 2007)
2.4 ASI eksklusif
1. Defenisi
Pemberian ASI eksklusif berarti memberikan hanya ASI saja. Ini
berarti bayi tidak diberi air putih, teh, minuman ramuan, cairan lain, maupun
makanan lain selama 6 bulan pertama usianya (Linkages, 2002)
2. Periode pemberian ASI eksklusif
Kajian WHO atas lebih dari 3000 peneliti menunjukkan pemberian
ASI selama enam bulan adalah jangka waktu yang paling optimal untuk
pemberian ASI eksklusif. ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan
bagi bayi untuk bertahan hidup pada enam bulan pertama, mulai dari
hormone , antibody, faktor kekebalan sampai oksidan. Sejalan dengan kajian
yang menetapkan perpanjangan pemberian ASI secara eksklusif dari yang
semula 4 bulan menjadi 6 bulan (Roesli, 2000)
Sementara dalam hal pemberian ASI, agama islam sesuai dengan
firman Allah SWT yang tertulis dalam QS Al-Baqarah (2):233 yang
mempunyai arti “Dan para ibu hendaklah menyusukan anak-anak mereka
selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan itu.
Dan kewajiban fihak ayah menanggung segala nafkah pakaian dan
makanan mereka dengan cara yang patut” (Ch Tirtawinata, 2006)
3. Stadium ASI
a. ASI stadium I
ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang
pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4.
Setelah persalinan komposisi kolostrum ASI setelah persalinan
mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan
disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup.
Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang
membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir
segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi sering
defekasi dan feces berwarna hitam. Kandungan tertinggi dalam
kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi bayi ketika kondisi bayi
masih sangat lemah. Total kalori dalam kolostrum hanya 58 Kal /100 ml
kolostrum (dalam bentuk cairan, pada hari pertama bayi memerlukan
lebih tinggi dibanding susu matur. Lemak kolostrum lebih banyak
mengandung kolestrol dan lisotin sehingga bayi sejak dini sudah terlatih
mengolah kolestrol.
b. ASI stadium II
ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari
ke-4 sampai hari ke-10. Komposisi protein makin rendah, sedangkan
lemak dan hidrat arang makin tinggi, dan jumlah volume ASI semakin
meningkat. Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga
kondisi fisik ibu. Oleh karena itu, yang perlu ditingkatkan adalah
kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu.
c. ASI stadium III
ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari
ke-10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus
berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan
(Sri Purwanti, 2004)
4. Komposisi zat gizi dalam kolostrum, ASI
a. Karbohidrat
Karbihdrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya
berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Karbohidrat
dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel
syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf. Selain itu
karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan factor
yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang
menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai
antibody bayi.
b. Protein
Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi dari pada ASI.
Hal ini menguntungkan bayi yang baru lahir karena dengan mendapat
sedikit kolostrum bayi sudah mendapat cukup protein yang dapat
memenuhi kebutuhan bayi pada minggu pertama. Protein dalam ASI
lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun demikian protein ASI
sangat cocok karena unsur protein didalamnya hampir seluruhnya
terserap oleh sistem pencernan bayi yaitu protein unsur whey.
Perbandingan protein unsur whey dan casein dalam ASI adalah 80:40,
sedangkan dalam PASI 20:80. Artinya protein pada PASI hanya
sepertiganya protein ASI yang dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi
dan harus membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar
diabsorpsi. Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering menderita
diare dan defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang menunjukkan
adanya makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI.
c. Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat
jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh
bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima
menit pertama isapan akan berbeda dengan 10 menit kemudian, Kadar
berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang
diperlukan. Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai
panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah
dicerna karena mengandung enzim lipase. Lemak dalam bentuk Omega
3, Omega 6, dan DHA yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan
sel-sel jaringan otak. Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim
akan mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi
akan sulit menyerap lemak PASI sehingga menyebabkan bayi lebih
mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan
perbandinganya dengan PASI yaitu: 6:1. Asam linoleat adalah jenis
asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk
memacu perkembangan sel syaraf otak bayi.
d. Mineral
ASI megandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif
rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan.
Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil
dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu.
Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi, tetapi sebagian besar
tidak dapat diserap hal ini akan memperberat kerja usu bayi serta
menganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan
bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi
tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi atau ganguan
d. Vitamin.
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi
kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir
ususnya belum mampu membentuk vitamin K (Th Irawati, 2007)
Dit.Gizi Masyarakat-Depkes RI menyebutkan :
a. Aspek Gizi.
Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi
bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan
bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup
untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus
diberikan pada bayi.
Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung
karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi
bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama
berwarna hitam kehijauan.
b. Aspek Imunologik
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup
tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri
Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat
kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan
salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak
dari pada susu sapi.
Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel
per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte
Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue
(GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated
Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,
menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini
menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan (Depkes RI, 2001)
5. Manfaat pemberian ASI dan keunggulan menyusui
a. Bagi ibu
Menurut Roesli (2003), manfaat penberian ASI yaitu :
Mencegah pendarahan paska melahirkan
Hisapan bayi pada puting susu ibu dapat mengerutkan otot-otot
saluran untuk pengeluaran ASI, hormon ini juga mengakibatkan
otot-otot polos rahim berikut pembuluh darahnya mengkerut. Efek ini
akan bekerja maksimal jika setelah melahirkan, ibu langsung mulai
yang terbuka saat melahirkan bisa dipercepat. Hal ini jelas
berdampak positif, karena perdarahan di rahim bekas proses
persalinan akan cepat terhenti. Kalau otot-otot di rahim mengkerut,
otomatis pembuluh darah yang terbuka itu akan terjepit sehingga
perdarahan akan segera berhenti.
Mencegah Kanker dan Kehamilan
Kedua manfaat ini hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui
anaknya secara eksklusif. Namun, perlu diingat fungsi kontrasepsi
ini baru efektif bila selama memberikan ASI eksklusif ibu juga
belum mengalami menstruasi. Bila memang ibu sudah
mengalaminya setelah melahirkan, maka menyusui ini tak lagi
efektif untuk mencegah kehamilan berikutnya. Jika kedua
persyaratan itu terpenuhi akan berlangsung mekanisme di mana
terjadi perubahan hormon reproduksi pada ibu yang mengakibatkan
terhentinya proses ovulasi atau pelepasan sel telur ke arah rahim.
Jika tak ada sel telur yang dilepaskan, tentunya proses pembuahan
oleh sel sperma dari pasangan tak akan bisa terjadi.
Ibu lebih cepat langsing
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih
cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada
saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada janin, juga
karena penimbunan lemak pada tubuh, cadangan lemak ini
sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses
lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai
cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak
menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti
sebelum hamil.
Tambahan lainnya :
Lebih ekonomis/murah
Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu
formula, perlengkapan menyusui, dan persiapan pembuatan minum
susuformula. Selain itu, pemberian ASI juga menghemat
pengeluaran untuk berobat bayi.
Tidak merepotkan dan hemat waktu
ASI dapat diberi segera pada bayi tanpa harus menyiapkan atau
memasak air, juga tanpa harus mencuci botol, dan tanpa menunggu
agar susu tidak terlalu panas.
Portabel dan praktis
Mudah dibawa kemana-mana (portable) sehingga saat
berpergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk minum susu
formula dan tidak perlu membawa alat listrik untuk memasak atau
menghangatkan susu. ASI selalu dalam keadaan siap untuk dapat
diberikan dimana saja dan kapan saja.
Memberi kepuasan kepada ibu
Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasa
kepuasan, kebanggaan, dan kebahagiaan yang mendalam
b. Bagi Bayi
Menurut Neilson (1995), manfaat penberian ASI yaitu :
Kolostrum memberikan bayi anda air, protein, lemak, lactose,
mineral, vitamin, dan antibodi yang akan melindungi dirinya dari
infeksi, terutama terhadap kuman yang menyebabkan gastroenteritis.
ASI benar-benar bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan.
Komposisinya juga unik bagi bayi anda serta akan bervariasi
bersamaan dengan pertumbuhannya. ASI mudah dicerna dan
langsung terserap. Kekurangan gizi, alergi, kolik, konstipasi
(sembelit), dan obesitas(kegemukan) tampaknya lebih kecil
kemungkinannya menjangkiti bayi yang diberikan ASI.
Saat-saat menyusui berkaitan dengan kenyamanan, rasa aman, dan
kebahagiaan karena bayi berhadapan wajah dengan ibu, berada dekat
dengan ibu, dan memberi banyak sentuhan kulit.
Pemberian ASI meyakinkan bayi anda bahwa ia berada dalam
perawatan seseorang yang dapat diandalkan-yaitu anda, ibunya. Pada
ibulah bayi melekatkan dirinya. Pemngalaman pertama dalam hal
mencintai dan dicintai ini adalah pengalaman sadar bagi
perkembangan emosi seorang anak.
Menurut Roesli (2000) yaitu :
ASI meningkatkan daya tahan tubuh
Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan
yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi
berkurang apabila bayi diberi ASI, karena ASI mengandung zat
kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi
bakteri, virus, parasit, dan jamur.
ASI meningkatkan kecerdasan
Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia
6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensi
kecerdasan anak yang optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrient
yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan
kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrient-nutrien khusus yang
diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal.
Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering dalam dekapan ibu karena menyusu akan
merasakan kasih sayang ibunya. Perasaan terlindungi dan disayangi
inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan
membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang
baik.
Demikianlah, pemberian ASI eksklusif akan memenuhi kebutuhan
awal bayi untuk tumbuh kembang secara optimal baik fisik, kepandaian,
6. Waktu pemberian ASI eksklusif
a. Awal Mulai Memberi ASI
Pemberian ASI diberikan paling lambat dalam 5-6 jam setelah bayi
lahir, dan upayakan agar bayi angsung disusui ibu. Isapan bayi pada
puting susu ibu, dan suara tangis sibuah hati, yang akan merangsang
keluarnya ASI (Nadesul, 2007)
b. Akhir / Berhenti Memberi ASI
Tidak ada aturan yang baku. Sebagian besar bayi diberi bubur pada
usia empat hingga enam bulan. Banyak ibu yang menganggap masa
tersebut masa yang tepat untuk menyapih bayinya dan mulai
memberinya makanan padat pertama. Namun, jika menyusui merupakan
kegiatan yang menyenangkan, ada ibu-ibu yang menyusui bayinya
hingga usia dua tahun (Kenneth dkk, 2005)
c. Jadwal Pemberian ASI
ASI keluar 5-10 menit sekali dari masing-masing payudara. Pada dua
hari pertama bayi lahir, produksi ASI belum cukup banyak, maka
menyusui cukup beberapa menit saja. Pada hari-hari berikutnya bayi
disusui setiap kalinya 15-20 menit, bergantian pada kedua payudara.
Jadwal menyusui boleh sesuka hati (on demand), tidak perlu kaku,
sekurang-kurangnya setiap 3 jam, atau kapan saja bayi meminta
(Nadesul, 2007).
Penting untuk diingat adalah jangan terlalu lama menyusui bayi
karena ini akan menyebabkan putting terluka dan infeksi /Mastitis
d. Kondisi seorang ibu harus berhenti sementara memberikan ASI
Ada beberapa kondisi dimana kami menganjurkan para ibu untuk
sementara waktu tidak menyusui. Jika anda mengalami infeksi payudara
atau putting anda luka, sebaiknya anda tidak menyusui. Obat-obatan
tertentu bisa masuk kedalam ASI dan jika anda harus minum obat,
konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter anda. Ada juga
infeksi-infeksi tertentu yang dapat ditularkan melalui ASI, misalnya hepatitis
(Kenneth dkk, 2005)
7. Syarat memberikan ASI secara efektif.
a. Pemberian ASI harus dilakukan dengan baik sehingga terjadi
keberhasilan menyusui.
b. Pemberian ASI harus dilakukan secara eksklusif paling sedikit selama 4
bulan dan lebih baik lagi jika sampai 6 bulan (Roesli, 2003)
8. Tips Pemberian ASI
a. Pemberian ASI yang baik adalah yang sesuai kebutuhan bayi. Istilahnya
on demand. Ibu harus peka terhadap waktu tepat saat pemberian ASI.
Sebelum sampai menangis, bayi sudah bisa memberikan tanda-tanda
kebutuhannya akan ASI. Antara lain, berupa gerakan-gerakan
memainkan mulut dan lidah atau memainkan tangan di mulut.
b. Jika kegagalan terjadi, ibu jangan lekas putus asa. Harus dipahami,
kegagalan biasanya disebabkan teknik dan posisi menyusui yang kurang
sebenarnya tak pernah kurang, karena produksinya akan disesuaikan
dengan kebutuhan bayi. Bahkan, ada ibu yang produksi ASI-nya bisa
sampai 2 liter per hari. Kegagalan teknis menyusui bisa terjadi, misalnya
karena bayi yang bersangkutan pernah menggunakan dot.
Bagaimanapun, cara minum ASI secara langsung dengan menggunakan
dot berbeda sekali. Dengan dot, susu sudah akan keluar walau hanya
ujungnya saja yang diisap. Sementara kalau menyusu pada ibunya, bayi
harus membuka mulut lebar-lebar. Menyusui pada ibu dengan cara
seperti mengisap dot tak akan bisa mengeluarkan ASI dengan baik.
c. Keadaan psikologis berpengaruh sangat besar. Seringkali ibu terlalu
khawatir dan takut proses menyusui itu tidak berhasil. Padahal kalau ibu
yakin dirinya dapat menyusui, tak akan ada masalah. Tak jarang juga ibu
merasa gagal karena bayinya hanya minum sedikit. Sebenarnya harus
dilihat dulu, bagaimana keadaan bayi. Sebab pada keadaan tertentu bayi
memang tidak terlalu lapar, hanya haus sedikit. Maka dalam keadaan
sperti ini tentunya bayi tidak membutuhkan banyak susu (Roesli, 2003)
9. Cara menyusui
a. Gendong bayi menghadap kearah anda lalu dekatkan mulutnya keputing
susu. Jika dia belum membuka mulutnya, sentuhlah mulutnya dengan
jari atau puting susu lalu masukkan puting susu ke mulutnya dan
b. Jika si bayi mulai menghisap, ia akan mendapatkan susu pertama yang
bening dan cair yang akan menghilangkan dahaganya. Setelah itu gerak
refleks si bayi untuk menghisap susu akan timbul, sehingga susu yang
lebih kental keluar , yang akan menghilangkan laparnya. Jika dia selesai
menghisap ASI dari satu payudara, berikan payudara sebelahnya. Ada
yang menghisap keduanya, ada yang hanya satu dan berikan ASI dari
payudara lain bila menyusui berikutnya.
Menyusui bayi adalah masalah percaya diri : Anda pasti bisa ! jika ada
masalah mintalah bantuan Bidan, PUSKESMAS terdekat, atau dokter anda
(Yelland, 2005)
10. Resiko pemberian susu formula/cairan dan makan lain
Menurut Piziali (2005) bahwa seorang bayi yang hanya diberi susu formula
memiliki ... peluang menderita … dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI
selama periode menususi :
2 sampai 7 kali Alergi-alergi, eksema
3 kali Infeksi telinga
3 kali Radang lambung
3,8 kali Radang selaput otak atau sumsum tulang belakang
2,6 sampai 5,5 kali Infeksi saluran kencing
2,4 kali Diabetes, tipe 1
2 kali Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)/Sindrom
kematian bayi mendadak
1,7 sampai 5 kali Radang paru-paru/Infeksi saluran pernafasan rendah
1,5 sampai 1,9 kali Penyakit radang usus besar
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Gambar 3.1
3.2 Desain Operasional
1. Pengetahuan yaitu segala sesuatu yang diketahui ibu tentang ASI.
Alat ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Penilaian dilihat dari kemampuan ibu dalam menjawab
beberapa 8 pertanyaan pilihan
Hasil ukur : a. Baik : Jika mendapat skor penilaian 5 – 8 poin, yaitu
5-8 soal pertanyaan dijawab responden dengan
”Benar”.
b. Kurang : Jika mendapat skor penilaian 1 – 4 poin, yaitu
1 - 4 soal pertanyaan dijawab responden
dengan ”Benar”.
Faktor Yang Menyebabkan:
- Pengetahuan - Mitos-mitos
- Persepsi Susu formula
2. Mitos-mitos yaitu suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap
benar oleh ibu yang tidak memberikan ASI eksklisif tentang ASI.
Alat ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Penilaian dilihat dari kemampuan ibu dalam menjawab
beberapa 8 pertanyaan pilihan
Hasil ukur : a. Baik : Jika mendapat skor penilaian 5 – 8 poin, yaitu
5-8 soal pertanyaan dijawab responden dengan
”Benar”.
b. Buruk : Jika mendapat skor penilaian 1 – 4 poin, yaitu 1
- 4 soal pertanyaan dijawab responden dengan
”Benar”.
3. Persepsi susu formula yaitu anggapan ibu tentang susu formula
Alat ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Penilaian dilihat dari kemampuan ibu dalam menjawab
beberapa 8 pertanyaan pilihan
Hasi ukur : a. Baik : Jika mendapat skor penilaian 5 – 8 poin, yaitu
5-8 soal pertanyaan dijawab responden dengan
”Benar”.
b. Buruk : Jika mendapat skor penilaian 1 – 4 poin, yaitu 1
- 4 soal pertanyaan dijawab responden dengan
”Benar”.
Skala pengukuran yang digunakan yaitu skala Guttman dengan interpretasi
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
4.1 DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif, bertujuan melihat gambaran faktor yang
menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif di lingkungan V kelurahan
Deli Tua Timur tahun 2008
4.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Lokasi yang dijadikan sebagai lahan penelitian ialah lingkungan V
kelurahan Deli Tua Timur Sumatera Utara tahun 2008. Alasan memilih lokasi ini :
1. Lokasi ini mudah dijangkau oleh peneliti
2. Lokasi ini merupakan lingkungan yang paling luas di kelurahan Deli Tua
Timur
3. Cakupan keberhasilan ASI eksklusif di lingkungan ini belum mencapai
80%
4.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
1. Populasi
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah setiap ibu yang
memiliki bayi baru lahir hingga berusia 6 bulan yang tidak memberikan ASI
eksklusif di Lingkungan Kelurahan Deli Tua Timur dengan jumlah populasi
2. Sampel
Sampel yang diambil oleh peneliti menggunakan teknik total sampling
yaitu berjumlah 39 responden.
4.4 PERTIMBANGAN ETIK
Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu meminta surat izin
penelitian kepada bagian pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik FK. USU
kemudian peneliti menyampaikan surat izin penelitian dari pendidikan kepada
kepala kelurahan Deli Tua Timur- Medan. Setelah mendapatkan izin dari kepala
kelurahan, maka penulis mulai melakukan penelitian dengan cara menjelaskan
tujuan penelitian lalu peneliti membagi kuesioner yang akan diisi kepada 39
responden di lingkungan V kelurahan Deli Tua Timur.
Data penelitian nantinya akan dibuat kode atau inisial sebagai identitas
responden. Data yang diperoleh semata-mata hanya digunakan demi
perkembangan ilmu pengetahuan dan tidak akan dipublikasikan pada pihak lain.
Semua data yang telah dikumpulkan peneliti akan disimpan ditempat yang aman.
Setelah tujuan penelitian dilakukan tercapai, peneliti akan memberikan laporan
hasil penelitian kepada kepala kelurahan Deli Tua Timur.
4.5 INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
kuesioner tertutup yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan berpedoman kepada
Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden penelitian, terlebih dahulu
kuesioner diuji validitas dengan rumus Perason product moment dan reliabilitas
dengan rumus Cronbach’s alpha melalui program SPSS kepada 30 responden
diluar lokasi penelitian untuk melihat sejauh mana kuesioner nantinya dapat
digunakan dalam menjaring data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Setelah uji validitas dan reabilitas maka kuesioner yang disebarkan kepada
39 responden terdiri atas :
1. Data demografi
2. Pertanyaan valid :
- 8 pertanyaan tentang pengetahuan
- 8 pertanyaan tentang mitos-mitos
- 8 pertanyaan tentang persepsi susu formula
4.6 RENCANA PENGUMPULAN DATA
Prosedur pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahap sebagai
berikut:
1. Mengajukan permohonan izin dari institusi pendidikan D-IV Bidan
Pendidik FK.USU
2. Menyerahkan permohonan izin penelitian kepada kepala kelurahan Deli Tua
Timur- Medan
3. Menjelaskan tujuan penelitian dan cara pengisian kuesioner
4. Jika responden setuju untuk ikut serta dalam penelitian, responden diminta
untuk menandatangani informed consent dan bebas menanyakan apapun
4.7 ANALISA DAN PRESENTASI DATA
Setelah semua data pada kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa data
melalui beberapa tahap sebagai berikut :
1. Memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan
bahwa semua jawaban telah diisi
2. Mengklarifikasi data dan mentabulasi data yang telah terkumpul
3. Melakukan pengolahan data dengan menggunakan bantuan komputerisasi
4. Menyajikan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah kuesioner yang berjumlah 24 pertanyaan (8 soal untuk kategori
pengetahuan, 8 soal untuk persepsi mitos-mitos dan 8 soal untuk persepsi susu
Formula) disebarkan kepada 39 responden ( ibu yang memiliki bayi hingga 6
bulan dan tidak memberikan ASI eksklusif ) di lingkungan V kelurahan Deli Tua
Timur tahun 2008 maka diperoleh hasil sebagai berikut :
5.1 HASIL
Hasil pengumpulan data karakteristik responden diperoleh bahwa mayoritas
responden berumur 17-24 tahun yaitu sebanyak 17 ibu (43.6%), pendidikan ↓
SMP dan SMA yang masing-masing sebanyak 17 ibu (43.6%), pekerjaan IRT
yaitu 21 ibu (53.8%) dan paritas < 2 orang yaitu 23 ibu (59.0%). Minoritas
responden berumur 33-40 tahun (20.5%), pendidikan perguruan tinggi yaitu 5 ibu
(12.8). perkerjaan PNS yaitu 6 ibu (15.4%) dan paritas > 4 orang yaitu 6 ibu
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, dan Paritas di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008
KARAKTERISTIK JUMLAH %
Umur 17-24 tahun 17 43.6
Perguruan Tinggi 5 12.8
Jumlah 39 100
Pekerjaan IRT 21 53.8
Wiraswasta 12 30.8
PNS 6 15.4
Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa, pertanyaan yang sebagian
besar responden menjawab dengan benar ialah pertanyaan no.3 tentang jadwal
menyusui yang baik yaitu sebanyak 29 ibu (74.4%). Sedangkan pertanyaan yang
sebagian besar responden menjawab dengan salah ialah pertanyaan no. 2 tentang
kapan sebaiknya ASI diberikan kepada bayi yaitu sebanyak 22 ibu (56.4%).
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada Pengetahuan di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008
No Pertanyaan Tentang
Jawaban
Benar Salah Frek % frek % 1 Defenisi ASI eksklusif 26 66.7 13 33.3 2 Kapan sebaiknya ASI
diberikan kepada bayi
17 43.6 22 56.4
3 Jadwal menyusui yang baik 29 77.4 10 25.6
4 Defenisi kolostrum 27 69.2 12 30.8
5 Daya tahan tubuh (Antibody) pertama kali diperoleh bayi
26 66.7 13 33.3
6 Vitamin yang tidak terkandung dalam ASI
21 53.8 18 46.2
7 Manfaat ASI bagi bayi 27 69.2 12 30.8 8 Keunggulan memberikan ASI 23 59.0 16 41.0
Gambaran pengetahuan dikategorikan dalam kategori baik dan kategori
kurang. Dari hasil penelitian terhadap 39 responden, distribusi pengetahuan
responden dalam kategori baik yaitu sebanyak 21 orang (53.8%) dan dalam
kategori kurang yaitu sebanyak 18 orang (46.2%). Secara rinci dapat dilihat pada
tabel 5.3
Tabel 5.3
Distribusi Pengetahuan Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008
Pengetahuan Jumlah Persentase
Baik 21 53.8%
Kurang 18 46.2%
2. Deskripsi Mitos-mitos
Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa, pertanyaan yang sebagian
besar responden menjawab dengan benar ialah pertanyaan no.1 tentang bayi bisa
alergi terhadap ASI yaitu sebanyak 26 ibu (66.7%). Sedangkan pertanyaan yang
sebagian besar responden menjawab dengan salah ialah pertanyaan no. 3 tentang
ASI yang pertama kali keluar merupakan ASI kotor yaitu sebanyak 28 ibu
(71.8%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada Mitos-mitos di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008
No Pertanyaan Tentang
Jawaban
3 ASI yang pertama kali keluar merupakan ASI kotor
11 28.2 28 71.8
4 Bayi tidak akan kenyang bila diberi ASI saja
19 48.7 20 51.3
5 Bayi memerlukan makanan dan minuman tambahan selain ASI
16 41.0 23 59.0
6 Bayi yang sakit memerlukan minuman jejamuan
21 53.8 18 46.2
7 Menyusui dapat mengubah bentuk payudara menjadi tidak bagus
25 64.1 14 35.9
8 Payudara kecil tidak menghasilkan cukup ASI
Gambaran mitos-mitos dikategorikan dalam kategori baik dan dalam
kategori buruk. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 39 responden, distribusi
mitos-mitos responden dalam katesori baik yaitu sebanyak 10 orang (25.6%) dan
dalam kategori buruk yaitu sebanyak 29 orang (74.4%). Secara rinci dapat dilihat
pada tabel 5.5
Tabel 5.5
Distribusi Mitos-mitos Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008
Mitos-mitos Jumlah Persentase
Baik 10 25.6%
Buruk 29 74.4%
Total 39 100%
3. Deskripsi Persepsi Susu Formula
Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa, pertanyaan yang sebagian
besar responden menjawab dengan benar ialah pertanyaan no.4 tentang
memberikan susu formula dapat menjadikan bayi tidak rewel yaitu sebanyak 27
ibu (69.2%). Sedangkan pertanyaan yang sebagian besar responden menjawab
dengan salah ialah pertanyaan no.1, 2, dan 7 tentang penggunaan susu formula
sebagai pengganti ASI dan kemudahan memberikan susu formula yaitu
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada Persepsi Susu Formuladi Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008
No Pertanyaan Tentang
Jawaban
Benar Salah Frek % frek % 1 Susu formula sebagai
pengganti ASI
0 0.00 39 100.0
2 Pengalaman memberikan susu formula
0 0.00 39 100.0
3 Keuntungan memberikan susu formula
24 61.5 15 38.5
4 Susu formula dapat
menjadikan bayi tidak rewel
27 69.2 12 30.8
5 Kandungan susu formula lebih baik dari ASI
7 Kemudahan memberikan susu formula
Gambaran persepsi susu formula dikategorikan dalam kategori baik dan
kategori buruk. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 39 responden, distribusi
perspsi susu formula responden dalam kategori baik yaitu sebanyak 16 orang
(41.0%) dan dalam kategori buruk yaitu sebanyak 23 orang (59.0%%). Secara
rinci dapat dilihat pada tabel 5.7
Tabel 5.7
Distribusi Persepsi Susu Formula Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008
Persepsi susu formula Jumlah Persentase
Baik 16 41.0%
Buruk 23 59.0%
5.2 PEMBAHASAN
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hatta (2007) bahwa permasalahan
yang mengakibatkan masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor
sosial budaya, kurangnya pengetahuan akan pentingnya ASI, jajaran kesehatan
yang belum sepenuhnya mendukung program pemberian ASI, gencarnya promosi
susu formula begitu juga institusi kesehatan yang memberikan susu formula pada
bayi-bayi yang baru lahir-akibat promosi yang sangat agresif para produsen susu
formula
.
Dilain pihak, menurut Roesli (2000) bahwa penerangan tentang susu
formula sangat bertubi-tubi, bahkan kadang terdapat iklan dan mitos-mitos yang
menyesatkan sehingga sering menghambat pemberian ASI. Hal ini tentu sangat
mempengaruhi rasa percaya diri ibu yang memberikan ASI padabayinya.
1. Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 21 orang (53.8%) dalam
kategori baik dan sebanyak 18 orang (46.2%) dalam kategori kurang. Masih
adanya ibu dengan kategori kurang dilatar belakangi oleh mayoritas para ibu
dilingkungan V kelurahan Deli Tua timur berpendidikan ↓ SMP dan SMA ,
merupakan IRT. Selain hal tersebut, masyarakat kurang ikut andil dalam segala
kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan dan banyak ibu yang
menganggap memberikan ASI ekslusif kepada bayi tidak mempengaruhi
kebutuhan zat gizi dan kesehatan bayi kelak.
Pemberian ASI eksklusif berarti hanya memberikan ASI saja. Ini berarti
lain selama 6 bulan pertama usianya (Linkages, 2002). Pemberian ASI harus
dilakukan secara eksklusif paling sedikit selama 4 bulan dan lebih baik lagi jika
sampai 6 bulan (Roesli,Utami.2003).
Menurut Welford (2001) bahwa ibu tidak memberikan ASI eksklusif
dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang menyusui dari satu generasi bahkan
lebih dan banyak ibu masa kini mendapati bahwa ibu dan nenek mereka miskin
pengetahuan tentang menyusui dan tak mampu memberikan banyak dukungan
2. Mitos-mitos
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mitos-mitos dalam kategori buruk
yaitu sebanyak 29 orang (74.4%) dan dalam katesori baik yaitu sebanyak 10 orang
(25.6%). Tingginya ibu dalam kategori buruk tersebut dikarenakan masih kuatnya
kepercayaan ibu-ibu mengenai pembeian ASI yang salah diantaranya yaitu ASI
yang pertama kali keluar merupakan ASI kotor sehingga harus dibuang, bayi
memerlukan makanan dan minuman tambahan selain ASI, menyusui dapat
merubah bentuk payudara menjadi jelek, dan lain-lain. Dilain pihak tingginya
anggka kepercayaan ibu terhadap mitos-mitos yang beredar disekitarnya adalah
pengaruh dari kurangnya pengetahuan yang dilatar belakangi oleh mayoritas para
ibu di lingkungan V kelurahan Deli tua Timur berumur 17-24 tahun yaitu
sebanyak 17 ibu (43.6%), paritas < 2 orang yaitu 23 ibu (59.0%) dan kurangnya
Menurut Sulaiman (2007) bahwa suatu informasi yang sebenarnya salah
tetapi dianggap benar dan telah beredar dari satu generasi ke generasi
(wikipedia.com,2008). Menurut Hatta (2007) bahwa kepercayaan dan mitos-mitos
yang salah merupakan hambatan untuk tindakan menyusui yang normal.
Menurut Evariny A (2008) bahwa banyaknya mitos tentang menyusui
membuat ibu menjadi kurang percaya diri untuk memberikan ASI kepada
anaknya, ketakutan yang tidak beralasan malah makin membuat ibu-ibu berhenti
menyusui dan memilih susu buatan sebagai alternatif.
3. Persepsi Susu Formula
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi susu formula dalam kategori
buruk yaitu sebanyak 23 orang (59.0%) dan dalam kategori baik yaitu sebanyak
16 ibu (41.0%). Perolehan ibu dalam kategori buruk lebih banyak dari kategoti
baik dikarenan anggapan bahwa susu formula lebih menguntungkan bagi ibu dan
bayi serta alasan tertentu yang mengatakan bayi tak bisa mendapatkan ASI, maka
susu formula memang tepat dijadikan penggantinya. sehingga banyak ibu
memberikan susu formula pada bayinya dan pemberian ASI eksklusif tidak
tercapai. Namun perlu diketahui, susu formula tidak bisa disamakan dengan ASI
karena tidak ada satu pun susu formula yang kandungan gizinya dapat menyamai
ASI. Terutama karena protein hasil olahan tubuh ibu sama sekali berbeda dari
protein olahan tubuh sapi. Tidak semua susu formula cocok dengan kebutuhan
bayi meski sudah dipilih berdasar usia. Beberapa anak tertentu ada yang alergi
Menurut Sulaiman (2007) bahwa promosi susu formula banyak dilakukan
melalui media elektronik, media cetak maupun secara langsung ke ibu di negara
kita ini. Memang dalam iklan-iklan / promosi dari susu buatan itu, selalu disebut
bahwa susu yang terbaik bagi bayi tetap adalah ASI (Air Susu Ibu) dan siapa yang
tidak menjadi terpengaruh dengan gambaran anak-anak yang sedemikian lincah,
giat dan tumbuh dengan bijak karena mereka meminum susu buatan atau susu
bubuk tertentu, apalagi karena masih adanya anggapan dari para ibu muda, bahwa
kalau mereka menyusukan bayi dengan ASI-nya sendiri, maka bias kecantikan
akan berkurang.
Menurut Roesli (2007) bahwa penerapan inisiasi dini terbentur kendala oleh
maraknya penggunaan susu formula di rumah sakit, termasuk terhadap bayi baru
lahir. Hal ini disebabkan ketidaktahuan petugas kesehatan dan gencarnya promosi
susu formula ke tempat layanan kesehatan meski melanggar kode etik pemasaran
susu formula. hal ini tentu sangat mempengaruhi rasa percaya diri ibu yang
memberikan ASI padabayinya.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Menyusui adalah pemberian sangat berharga yang dapat diberikan seorang
Ibu pada bayinya. Dalam keadaan sakit atau kurang gizi, menyusui mungkin
merupakan pemberian yang dapat menyelamatkan kehidupan bayi. Dalam
kemiskinan, menyusui mungkin merupakan pemberian satu-satunya
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya
maka penulis menarik kesimpulan bahwa faktor pengetahuan terdapat 21
responden (53.8%) dalam kategori baik dan 18 responden (46.2%) dalam kategori
buruk. Hal ini dikarenakan ibu di lingkungan V kelurahan Deli Tua Timur kurang
ikut andil dalam segala kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan
dan banyak ibu yang menganggap memberikan ASI ekslusif kepada bayi tidak
mempengaruhi kebutuhan zat gizi dan kesehatan bayi..
Kesimpulan atas faktor mitos-mitos terdapat 29 responden (74.4%) dalam
kategori buruk dan 10 responden (25.6%) dalam kategori baik. Tingginya
perolehan persentase pada ibu dalam kategori buruk dikarenakan masih kuat dan
banyaknya ibu yang menganggap benar mitos-mitos yang keliru tentang ASI di
lingkungan V kelurahan Deli Tua Timur.
Kesimpulan atas faktor persepsi susu formula terdapat 23 responden
(59.0%) dalam kategori buruk dan 16 responden (41.0%) dalam kategori baik.
Hal ini dikarenakan anggapan bahwa susu formula lebih banyak memberikan
6.2 SARAN
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan Petugas kesehatan peka dalam menilai keberhasilan
menyusui diwilayah kerjanya dan terus meningkatkan pengetahuan serta
ketrampilan untuk lebih cermat dan tanggap membantu ibu mengatasi
masalah ada di lingkungan V kelurahan deli tua Timur demi tercapainya
pemberian ASI eksklusif, sehingga keberhasilan ASI eksklusif dapat
tercapai sesuai yang ditetapkan pemerintah yaitu maksimal 80%.
2. Bagi Responden
Diharapkan masyarakat ikut andil dalam segala kegiatan yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan tentang ASI dan mau peduli akan
pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi sehingga nantinya para ibu
tidak terpengaruh oleh hal-hal yang diragukan kebenarannya demi
terciptanya pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal serta
terbebaskan dari kekurangan gizi diawal 6 bulan pertama kehidupan bayi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Setelah penelitian ini diharapkan bagi peneliti berikutnya agar
berupaya lebih mengembangkan dan memperdalam bahasan tentang hal-hal
Ch Tirtawinata, Tien. 2006. Makanan Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Ilmu Gizi. Jakarta: FK UI
Danuatmadja, Boni. 2003. 40 Hari Pasca Persalinan Masalah Dan Solusi. Cetakan I. Jakarta: Puspawara
Depkes RI. 2001. ”Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui” Panduan Menajemen Laktasi” (dikutip tgl 23 oktober 2007). http://www.DepkesRI.co.id
Departemen Pendidikan Nasional,2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.ke Tiga. Jakarta : balai Pustaka
Franklin Park, Illinois. Alih bahasa I Andri Hartono. 1997. Petunjuk Praktis Ibu Untuk Menyusui. Jakarta: Yayasan Essentia Medika
Hatta, Meutia. 13 Agustus 2005. ”Pekan ASI sedunia _Membangun Kasih Sayang Lewat ASI” (dikuti tgl 23 oktober 2007). http://www.surakaryaonline.com/news
. 2007. ”Menyusu Pada Satu Jam Pertama_Pedoman Pelaksanaan Pekan ASI seDunia” (dikutip tgl 23 oktober 2007). http://www.mediaonline.co.id
Hidayat, A Aziz Alimul. 2007. Metodologi Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Edisi pertama. Jakarta: Salemba Medika
Judarwanto, Widodo. 2006. ”Penghambat ASI ekskslusif Itu Masih Ada”. (dikutip
tgl 28 oktober 2007). http://www.avainflutidakseindahnamanya.blogspot.com
Kenneth Lyen, Tan Hock Lim, Louisa Zhang. Alih bahasa Indrijati Pudjilestari. 2005. Apa Yang Ingin Anda Ketahui Tentang Merawat Bayi Tahun Pertama. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Ikrar Mandiri
Linkages. 2002. ”Pemberian ASI eksklusif Atau ASI saja:Satu-satunya Sumber Cairan Yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini” (dikutip tgl 28 oktobrt 2007). http://www.linkages.project.org
Manuaba, Ida Bagus. 1990. Memehami Kesehatan Reproduksi Wanita .Jakarta: Arcan
Nadesul, Hendrawan. Tutu(Peny.). 2007. Makanan Sehat Untuk Bayi (Plus Penyakit Perut Pada Anak). Cetakan I .Jakarta: Kawan Pustaka
Neilson, joan. 1995. Cara Menyusui Yang Baik. Jakarta: Arcan
Piziali Nichol, Kathryn. Alih bahasa Trisno Rahayu Wilujeng. Sunarni ME (Ed.). 2005. Panduan Menyusui:Semua Yang Perlu Anda Ketahui Ketika Menyusui Agar Anda Dan Bayi Anda Sehat. Cetakan pertama. Jakarta: Anak Prestasi Pustaka
Robbins, S.P. 1995. Organizational Behavior-Concepts, Conroversier, Application. 8th edition on New Jersey : Prentice Hall, inc
Roesli ,Utami. 2000. Mengenal ASI eksklusif. Cetakan pertama. Jakarta: Trubus Agriwidya
. 23 Desember 2003.”Gerakan Kembali ke ASI_ASI Pemberian Terbaik Tuhan Bagi Bayi Anda”(dikutip tgl 28 oktober 2007). http://www.pdpersi.co.id
Sri Purwanti, Hubertini. Monika Ester(Ed.). 2004. Konsep Penerapan ASI eksklusif :Buku Saku Untuk Bidan .Jakarta: EGC
Sulaiman, Hakim. 30 Juli 2007. ”ASI,Mudah,Murah,Meriah,dan Aman”. Jakarta: Analisa
Th Irawati. 2007. ”Menyusun Pada Satu Jam Pertama Kehidupan Dilanjutkan Dengan Menyusui Eksklusif 6 Bulan,Menyelamatkan Lebih Dari Satu Juta bayi”(dikutip tgl 15 oktober 2007). http://www.asi.co.id
Welford, Heather. Alih bahasa Ayudiah Pitaloka. Cristine Pangemanan(Ed.). 2001. Menyusui Bayi Anda .Ceatakan pertama. Jakarta: Dian Rakyat Yelland, Anne. Alih bahasa Amalia Th. Cristine Pangemanan(Ed.). 2005. 18
Bulan Pertama Bayi Anda .Cetakan pertama. Jakarta: Dian Rakyat