• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Faktor Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan Asi Eksklusif Di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Faktor Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan Asi Eksklusif Di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

KELURAHAN DELI TUA TIMUR

TAHUN 2008

ARNILA AR

NIM : 075102040

K A R Y A T U L I S I L M I A H (K T I)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN U N I V E R S I T A S S U M A T R A U T A R A

(2)

TA. 2007 – 2008

NAMA : ARNILA AR

NIM : 075102040

JUDUL KTI : GAMBARAN FAKTOR YANG MENYEBABKAN IBU TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSLUSIF DI LINGKUNGAN V KELURAHAN DELI TUA TIMUR KECAMATAN DELI TUA TAHUN 2008.

LATAR BELAKANG :

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Persentase ini menurun dengan jelas menjadi 46% pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14% pada bayi berumur 4-5 bulan.

Data yang diperoleh dari PUSKESMAS Deli Tua Timur keberhasilan ASI eksklusif sebesar 65,8% tahun 2005-2006

DESAIN PENELITIAN :

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif

Disetujui oleh :

Penguji I Penguji II

(dr.Arlinda Sari Wahyuni,M.Kes) ( Ir.dwi Lindarto,MT)

Diketahui oleh : Dosen Pembimbing

(3)

Nim : 075102040

Judul : GAMBARAN FAKTOR YANG MENYEBABKAN IBU TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI LINGKUNGAN V KELURAHAN DELI TUA TIMUR TAHUN 2008

A B S T R A K

Pemberian ASI eksklusif berarti memberikan hanya ASI saja. Ini berarti bayi tidak diberi air putih, teh, minuman ramuan, cairan lain, maupun makanan lain selama 6 bulan pertama usianya Data yang diperoleh dari PUSKESMAS Deli Tua Timur keberhasilan ASI eksklusif sebesar 65,8% tahun 2005-2006. Berdasarkan data diatas jelas bahwa angka tersebut masih dibawah dari ketetapan yang dikomitmenkan pada UU RI No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000-2004 yang mencantumkan tingkat pencapaian pemberian ASI eksklusif ibu kepada bayinya, yang harus dicapai yaitu sebesar 80%.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Instrumen pengumpulan data yaitu berupa kuesioner tertutup berjumlah 24 pertanyaan. Jumlah populasi sebanyak 39 orang dan seluruhnya dijadikan sampel (Total Sampling). Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan table frekuensi dan persentase.

Hasil penelitian diperoleh bahwa gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ASI termasuk dalam kategori ”baik” yaitu sebanyak 53.8%, gambaran mitos-mitos termasuk dalam kategori buruk yaitu sebanyak 74.4%, dan gambaran persepsi susu formula termasuk dalam kategori buruk yaitu sebanyak 59.0%.

(4)

Assalammualaikum Wr Wb

Alhamdulillahhirabbil’Alamiin, puji dan syukur penulis hantarkan kepada

Illahi Rabbi SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambar faktor Yang Mempengaruhi Ibu Tidak Memberikan ASI Eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008” dengan tepat waktu.

Penyusunan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan sebagai persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) Tahun Ajaran 2007/2008.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi hasil yang sempurna demi masa mendatang.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. dr. Chairuddin Lubis, DTM & Sp.A(K) Selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD – KGEH Selaku Dekan fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(5)

Karya Tulis Ilmiah sehingga penulis dapat menyusun penelitian Karya Tulis Ilmiah ini dengan benar dan tepat waktu.

5. Dewi E Suza, SKp, MNS, selaku kordinator penyelenggara KTI pada Program D-IV Bidan Pendidik TA 2007/2008.

6. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, selaku penguji 1 dan Ir. Dwi Lindarto, MT, selaku penguji 2 yang berkesempatan memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Seluruh staf program D-IV Bidan Pendidik dan dosen pengajar yang telah membantu dan menyampaikan ilmunya dalam kegitan belajar mengajar serta membantu dalam penulisan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Abdul Rahman, selaku Kepala Lurah di Kelurahan DeliTua Timur dan Bidan Desa Deli Tua yang telah membantu peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penulisan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini. 9. Seluruh responden yang telah berbaik hati bersedia memberikan jawaban

dalam kuesioner yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian Karya Tulis Ilmiah dengan benar.

10.Rinaldi, SH dan Arlina Nike AN (orang tua) tercinta yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan moril dan material dengan tulus. Serta Defri, iin, dan Rizki (adik-adik) sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususnan penelitian Karya Tulis ilmiah ini dengan baik. 11.Sofyan hakim Siagian, SST (kakak) tersayang yang telah banyak

(6)

12.Seluruh teman se-angkatan di Program D-IV Bidan Pendidik yang telah banyak membantu dalam memberikan pengetahuanya dalam penyusunan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata kepada seluruh pihak (yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu) yang telah memberikan bantuannya selama ini hingga penyusunan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini diselesaikan. Kiranya penulisan ini bermanfaat bagi pembaca.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat serta taufik-Nya kepada kita semua, Amiin Ya Rabbal A’lamiin.

Medan, 04 Juli 2008 Penulis

(7)

ABSTRAK

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1. Profesi Tenaga Kesehatan ... 4

1.4.2. Lahan Penelitian ... 5

1.4.2. Peneliti Selanjutnya ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1.2. Waktu Pemberian ASI eksklusif... 8

2.1.3. Stadium ASI ... 9

2.1.4. Komposisi zat gizi dalam kolostrum,ASI ... 10

2.1.5. Manfaat pemberian ASI dan keunggulan ASI ... 14

2.1.6. Pelaksanaan mulai dan berhenti memberikan ASI ... 19

2.1.7. Syarat memberikan ASI secara efektif ... 20

2.1.8. Tips pemberian ASI ... 20

2.1.9. Cara menyusui ... 21

2.1.10. Resiko pemberian susu formula ... 22

BAB III KERANGKA KONSEP ... 23

3.1. Kerangka Konsep ... 23

3.2. Defenisi Opersional ... ... 23

BAB IV METODE PENELITIAN ... 25

4.1. Desain Penelitian ... 25

4.2. Populasi dan Sampel ... 25

4.2.1. Populasi ... 25

4.2.2. Sampel ... 26

(8)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1. Hasil penelitian ... 29

4.2. Pembahasan ... 35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

4.1. Kesimpulan ... 39

4.2. Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA

(9)

Halaman

1. Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, dan Paritas di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008...30

2. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada

Pengetahuan di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008...31 3. Tabel 5.3 Distribusi Pengetahuan Yang Menyebabkan Ibu Tidak

Memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur

Tahun 2008………..31 4. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada

Mitos-mitos di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008...32 5. Tabel 5.5 Distribusi Mitos-mitos Yang Menyebabkan Ibu Tidak

Memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur

Tahun 2008...33 6. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada

Persepsi Susu Formuladi Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008...34 7. tabel 5.7 Distribusi Persepsi Susu Formula Yang Menyebabkan Ibu

(10)

Nim : 075102040

Judul : GAMBARAN FAKTOR YANG MENYEBABKAN IBU TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI LINGKUNGAN V KELURAHAN DELI TUA TIMUR TAHUN 2008

A B S T R A K

Pemberian ASI eksklusif berarti memberikan hanya ASI saja. Ini berarti bayi tidak diberi air putih, teh, minuman ramuan, cairan lain, maupun makanan lain selama 6 bulan pertama usianya Data yang diperoleh dari PUSKESMAS Deli Tua Timur keberhasilan ASI eksklusif sebesar 65,8% tahun 2005-2006. Berdasarkan data diatas jelas bahwa angka tersebut masih dibawah dari ketetapan yang dikomitmenkan pada UU RI No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000-2004 yang mencantumkan tingkat pencapaian pemberian ASI eksklusif ibu kepada bayinya, yang harus dicapai yaitu sebesar 80%.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Instrumen pengumpulan data yaitu berupa kuesioner tertutup berjumlah 24 pertanyaan. Jumlah populasi sebanyak 39 orang dan seluruhnya dijadikan sampel (Total Sampling). Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan table frekuensi dan persentase.

Hasil penelitian diperoleh bahwa gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ASI termasuk dalam kategori ”baik” yaitu sebanyak 53.8%, gambaran mitos-mitos termasuk dalam kategori buruk yaitu sebanyak 74.4%, dan gambaran persepsi susu formula termasuk dalam kategori buruk yaitu sebanyak 59.0%.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Air Susu Ibu masih tergolong makanan terbaik bagi bayi. Sampai saat ini

belum ada makanan bayi sebaik Air Susu Ibu. Bisa jadi sampai kapan pun takkan

pernah ada. Sebuah kelebihan yang Tuhan siapkan melalui tubuh ibu. Ibu yang

seyogianya mengirimkannya bagi anak semenjak ia dilahirkan. Kemajuan

teknologi tidak akan bisa untuk menciptakan susu sesempurna seperti yang tulus

menetes dari puting susu ibu (Nadesul, 2007)

Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang

ibu yang mengasuh anaknya. Dari sudut bayi adalah hak bayi untuk mendapatkan

ASI. Kini pemberian ASI lebih digalakkan kembali oleh karena ternyata

memberikan ASI mempunyai keuntungan dan keunggulan jauh lebih besar dari

pada memberikan susu formula (Manuaba, 1999)

Hingga saat ini, penelitian yang dilakukan oleh para ahli belum

menunjukkan adanya kandungan yang lebih baik dari pada yang terkandung

didalam ASI. Tidak diragukan lagi, menyusui adalah cara memberi makan paling

baik kepada bayi ( MT Indriarti, 2007)

Tema Pekan ASI sedunia 2007 adalah mengangkat inisiasi menyusu dini,

setelah dilahirkan bayi langsung diletakkan diperut ibu sehingga bayi secara

alamiah akan mencari puting susu ibunya dan menghisap ASI. "Keberhasilan

inisiasi menyusu dini akan membantu keberhasilan menyusui secara eksklusif

(12)

meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat gencar dilakukan, tapi

kesadaran masyarakat untuk pemberian ASI di Indonesia masih memprihatinkan.

Antara tahun 1997-2002 "Cakupan ASI eksklusif 6 bulan hanya 39,5% dari

keseluruhan bayi dan hal yang sangat menyedihkan adalah gencarnya promosi

susu formula sehingga meningkatkan pemakaian susu formula, sentra Laktasi

Indonesia mencatat ada sekitar 13% bayi berusia dibawah 2 tahun yang diberi

susu formula dan 15% telah diberi makanan tambahan, selain itu faktor sosial

budaya, kurangnya pengetahuan akan pentingnya ASI, jajaran kesehatan yang

belum sepenuhnya mendukung program pemberian ASI, dan kurangnya dukungan

dari masyarakat termasuk institusi yang mempekerjakan perempuan untuk ibu

menyusui . "Akibat pemberian ASI dan pemberian makanan pendamping ASI

yang salah, maka sekitar 6,7 balita atau 27,3% dari seluruh balita di Indonesia

menderita kurang gizi. Sebanyak 1,5 juta di antaranya menderita gizi buruk”

(Hatta, 2005)

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003

pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Persentase ini

menurun dengan jelas menjadi 46% pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14% pada

bayi berumur 4-5 bulan. Sedangkan survei yang dilaksanakan pada tahun 2002

oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan

Balitbangkes dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya,

Semarang, Makasar) dan 8 prdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng,

Jatim, NTB, Sulsel), menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di

(13)

eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan

2%-13% (Judarwanto, 2006)

Data yang diperoleh dari PUSKESMAS Deli Tua Timur keberhasilan ASI

eksklusif sebesar 65,8% tahun 2005-2006. Berdasarkan data diatas jelas bahwa

angka tersebut masih dibawah dari ketetapan yang dikomitmenkan pada UU RI

No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun

2000-2004 yang mencantumkan tingkat pencapaian pemberian ASI eksklusif ibu

kepada bayinya, yang harus dicapai yaitu sebesar 80% (Hatta, 2005). Oleh karena

itu, maka penulis tertarik mengambil judul penelitian Karya Tulis Ilmiah (KTI)

tentang “Gambaran Faktor-faktor Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan

ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008”.

1.2 TUJUAN PENELITIAN

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran faktor yang

menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan

Deli Tua Timur Tahun 2008.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tidak memberikan ASI eksklusif di

Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008.

2. Mengetahui gambaran mitos-mitos yang menyebabkan ibu tidak

memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur

(14)

3. Mengetahui gambaran persepsi susu formula yang menyebabkan ibu tidak

memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur

Tahun 2008

1.3 PERTANYAAN PENELITIAN

1. Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tidak memberikan ASI eksklusif

di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008 ?

2. Bagaimanakah gambaran mitos-mitos yang menyebabkan ibu tidak

memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur

Tahun 2008 ?

3. Bagaimanakah gambaran persepsi susu formula yang menyebabkan ibu

tidak memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua

Timur Tahun 2008 ?

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1 . Profesi Tenaga Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

penyebab ibu tidak memberikan ASI eksklusif di lingkungan V kelurahan

Deli Tua Timur, sehingga para tenaga kesehatan yang bertugas di kelurahan

Deli Tua Timur dapat meningkatkan penyuluhan dan kegiatan positif yang

mendorong untuk keberhasilan ASI eksklusif bagi ibu-ibu di kelurahan Deli

(15)

2. Responden

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan perubahan

cara penerapan pemberian ASI yang selama ini masih kurang tepat

dikalangan ibu sehingga dikemudian waktu para ibu dapat memberikan ASI

eksklusif kepada bayi dengan benar

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumber

bacaan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan gambaran

faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif, sehingga

(16)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan sesuatu

hal (Departemen Pendidikan Nasional, 2005)

Kurangnya pengetahuan tentang menyusui dari satu generasi bahkan lebih.

Banyak ibu masa kini mendapati bahwa ibu dan nenek mereka miskin

pengetahuan tentang menyusui dan tak mampu memberikan banyak dukungan

(Welford, 2001)

2.2 Mitos-mitos

Mitos adalah hal yang berhubungan dengan kepercayaan, yang timbul dari

usaha manusia yang tidak ilmiah dan tidak berdasarkan pada pengalaman yang

nyata untuk menjelaskan dunia atau alam disekitarnya yang berkembang

dimasyarakat (MS Burhami dan Hasbi Lawren. )

Mitos adalah suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar

karena telah beredar dari generasi ke generasi tentang sesuatu hal

(wikipedia.com,2008)

Menurut Hatta (2007), mitos-mitos merupakan hambatan untuk tindakan

menyusui yang normal, diantaranya :

a. Kolustrum tidak baik atau bahkan bahaya untuk bayi

(17)

c. Bayi tidak akan mendapatkan cukup makanan/cairan bila hanya diberi

kolustrum/ASI

Menurut Danuatmaja (2003) dan Franklin (1997), mitos-mitos tersebut antara lain

a. Menyusui mengubah bentuk payudara wanita

b. Menyusui menyebabkan penyusutan berat badan

c. ASI belum keluar pada hari-hari pertama sehinnga perlu ditambah susu

formula

d. Payudara saya kecil, tidak menghasilkan cukup ASI

e. ASI yang keluar pertama kali harus dibuang karena kotor

f. ASI ibu kurang gizi, kualitasnya tidak baik

g. ASI saya tidak cukup, ASI saya kering, bayi tidak cukup mendapat ASI

karena rakus/minumnya banyak

h. Bayi yang sakit memerlukan makanan / minuman yang lebih bagus dari

pada ASI

i. Bayi saya alergi terhadap Air Susu Saya

2.3 Persepsi Susu formula

Menurut Robbins (1995) persepsi adalah suatu proses dimana individu

mengorganisasi dan menginterpretasikan kesan-kesan sensori untuk memberi

makna yang ada dilingkungannya.

Susu formula bayi adalah cairan atau bubuk dengan formula tertentu yang

diberikan pada bayi dan anak-anak. Mereka berfungsi sebagai pengganti ASI.

(18)

cetak maupun secara langsung. Dalam promosi susu formula itu, selalu disebut

bahwa susu yang terbaik bagi bayi tetap adalah ASI (Air Susu Ibu), tetapi siapa

yang tidak menjadi terpengaruh dengan gambaran anak-anak yang sedemikian

lincah, giat dan tumbuh dengan bijak karena mereka meminum susu buatan atau

susu bubuk tertentu, apalagi karena masih adanya anggapan dari para ibu muda,

bahwa kalau mereka menyusukan bayi dengan ASI-nya sendiri, maka bias /

pancaran kecantikan akan berkurang. Anggapan yang salah seperti ini yang

menyatakan bahwa, menyusukan bayi sendiri dengan ASI akan menyebabkan

bagian tubuh tertentu akan menjadi kendor, cepat lisut dan akhir nantinya akan

menjadi cepat kelihatan tua (Sulaiman, 2007)

2.4 ASI eksklusif

1. Defenisi

Pemberian ASI eksklusif berarti memberikan hanya ASI saja. Ini

berarti bayi tidak diberi air putih, teh, minuman ramuan, cairan lain, maupun

makanan lain selama 6 bulan pertama usianya (Linkages, 2002)

2. Periode pemberian ASI eksklusif

Kajian WHO atas lebih dari 3000 peneliti menunjukkan pemberian

ASI selama enam bulan adalah jangka waktu yang paling optimal untuk

pemberian ASI eksklusif. ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan

bagi bayi untuk bertahan hidup pada enam bulan pertama, mulai dari

hormone , antibody, faktor kekebalan sampai oksidan. Sejalan dengan kajian

(19)

yang menetapkan perpanjangan pemberian ASI secara eksklusif dari yang

semula 4 bulan menjadi 6 bulan (Roesli, 2000)

Sementara dalam hal pemberian ASI, agama islam sesuai dengan

firman Allah SWT yang tertulis dalam QS Al-Baqarah (2):233 yang

mempunyai arti “Dan para ibu hendaklah menyusukan anak-anak mereka

selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan itu.

Dan kewajiban fihak ayah menanggung segala nafkah pakaian dan

makanan mereka dengan cara yang patut” (Ch Tirtawinata, 2006)

3. Stadium ASI

a. ASI stadium I

ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang

pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4.

Setelah persalinan komposisi kolostrum ASI setelah persalinan

mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan

disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup.

Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang

membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir

segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi sering

defekasi dan feces berwarna hitam. Kandungan tertinggi dalam

kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi bayi ketika kondisi bayi

masih sangat lemah. Total kalori dalam kolostrum hanya 58 Kal /100 ml

kolostrum (dalam bentuk cairan, pada hari pertama bayi memerlukan

(20)

lebih tinggi dibanding susu matur. Lemak kolostrum lebih banyak

mengandung kolestrol dan lisotin sehingga bayi sejak dini sudah terlatih

mengolah kolestrol.

b. ASI stadium II

ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari

ke-4 sampai hari ke-10. Komposisi protein makin rendah, sedangkan

lemak dan hidrat arang makin tinggi, dan jumlah volume ASI semakin

meningkat. Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga

kondisi fisik ibu. Oleh karena itu, yang perlu ditingkatkan adalah

kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu.

c. ASI stadium III

ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari

ke-10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus

berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan

(Sri Purwanti, 2004)

4. Komposisi zat gizi dalam kolostrum, ASI

a. Karbohidrat

Karbihdrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya

berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Karbohidrat

dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel

syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf. Selain itu

karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan factor

(21)

yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang

menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai

antibody bayi.

b. Protein

Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi dari pada ASI.

Hal ini menguntungkan bayi yang baru lahir karena dengan mendapat

sedikit kolostrum bayi sudah mendapat cukup protein yang dapat

memenuhi kebutuhan bayi pada minggu pertama. Protein dalam ASI

lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun demikian protein ASI

sangat cocok karena unsur protein didalamnya hampir seluruhnya

terserap oleh sistem pencernan bayi yaitu protein unsur whey.

Perbandingan protein unsur whey dan casein dalam ASI adalah 80:40,

sedangkan dalam PASI 20:80. Artinya protein pada PASI hanya

sepertiganya protein ASI yang dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi

dan harus membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar

diabsorpsi. Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering menderita

diare dan defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang menunjukkan

adanya makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI.

c. Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat

jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh

bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima

menit pertama isapan akan berbeda dengan 10 menit kemudian, Kadar

(22)

berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang

diperlukan. Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai

panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah

dicerna karena mengandung enzim lipase. Lemak dalam bentuk Omega

3, Omega 6, dan DHA yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan

sel-sel jaringan otak. Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim

akan mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi

akan sulit menyerap lemak PASI sehingga menyebabkan bayi lebih

mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan

perbandinganya dengan PASI yaitu: 6:1. Asam linoleat adalah jenis

asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk

memacu perkembangan sel syaraf otak bayi.

d. Mineral

ASI megandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif

rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan.

Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil

dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu.

Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi, tetapi sebagian besar

tidak dapat diserap hal ini akan memperberat kerja usu bayi serta

menganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan

bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi

tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi atau ganguan

(23)

d. Vitamin.

ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi

kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir

ususnya belum mampu membentuk vitamin K (Th Irawati, 2007)

Dit.Gizi Masyarakat-Depkes RI menyebutkan :

a. Aspek Gizi.

 Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi

bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

 Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan

bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup

untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus

diberikan pada bayi.

 Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung

karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi

bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

 Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama

berwarna hitam kehijauan.

b. Aspek Imunologik

 ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.

Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup

tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri

(24)

Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat

kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan

salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak

dari pada susu sapi.

 Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel

per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte

Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue

(GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated

Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.

 Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,

menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini

menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat

pertumbuhan bakteri yang merugikan (Depkes RI, 2001)

5. Manfaat pemberian ASI dan keunggulan menyusui

a. Bagi ibu

Menurut Roesli (2003), manfaat penberian ASI yaitu :

 Mencegah pendarahan paska melahirkan

Hisapan bayi pada puting susu ibu dapat mengerutkan otot-otot

saluran untuk pengeluaran ASI, hormon ini juga mengakibatkan

otot-otot polos rahim berikut pembuluh darahnya mengkerut. Efek ini

akan bekerja maksimal jika setelah melahirkan, ibu langsung mulai

(25)

yang terbuka saat melahirkan bisa dipercepat. Hal ini jelas

berdampak positif, karena perdarahan di rahim bekas proses

persalinan akan cepat terhenti. Kalau otot-otot di rahim mengkerut,

otomatis pembuluh darah yang terbuka itu akan terjepit sehingga

perdarahan akan segera berhenti.

 Mencegah Kanker dan Kehamilan

Kedua manfaat ini hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui

anaknya secara eksklusif. Namun, perlu diingat fungsi kontrasepsi

ini baru efektif bila selama memberikan ASI eksklusif ibu juga

belum mengalami menstruasi. Bila memang ibu sudah

mengalaminya setelah melahirkan, maka menyusui ini tak lagi

efektif untuk mencegah kehamilan berikutnya. Jika kedua

persyaratan itu terpenuhi akan berlangsung mekanisme di mana

terjadi perubahan hormon reproduksi pada ibu yang mengakibatkan

terhentinya proses ovulasi atau pelepasan sel telur ke arah rahim.

Jika tak ada sel telur yang dilepaskan, tentunya proses pembuahan

oleh sel sperma dari pasangan tak akan bisa terjadi.

 Ibu lebih cepat langsing

Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih

cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada

saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada janin, juga

karena penimbunan lemak pada tubuh, cadangan lemak ini

sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses

(26)

lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai

cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak

menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti

sebelum hamil.

Tambahan lainnya :

 Lebih ekonomis/murah

Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu

formula, perlengkapan menyusui, dan persiapan pembuatan minum

susuformula. Selain itu, pemberian ASI juga menghemat

pengeluaran untuk berobat bayi.

 Tidak merepotkan dan hemat waktu

ASI dapat diberi segera pada bayi tanpa harus menyiapkan atau

memasak air, juga tanpa harus mencuci botol, dan tanpa menunggu

agar susu tidak terlalu panas.

 Portabel dan praktis

Mudah dibawa kemana-mana (portable) sehingga saat

berpergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk minum susu

formula dan tidak perlu membawa alat listrik untuk memasak atau

menghangatkan susu. ASI selalu dalam keadaan siap untuk dapat

diberikan dimana saja dan kapan saja.

 Memberi kepuasan kepada ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasa

kepuasan, kebanggaan, dan kebahagiaan yang mendalam

(27)

b. Bagi Bayi

Menurut Neilson (1995), manfaat penberian ASI yaitu :

 Kolostrum memberikan bayi anda air, protein, lemak, lactose,

mineral, vitamin, dan antibodi yang akan melindungi dirinya dari

infeksi, terutama terhadap kuman yang menyebabkan gastroenteritis.

 ASI benar-benar bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan.

Komposisinya juga unik bagi bayi anda serta akan bervariasi

bersamaan dengan pertumbuhannya. ASI mudah dicerna dan

langsung terserap. Kekurangan gizi, alergi, kolik, konstipasi

(sembelit), dan obesitas(kegemukan) tampaknya lebih kecil

kemungkinannya menjangkiti bayi yang diberikan ASI.

 Saat-saat menyusui berkaitan dengan kenyamanan, rasa aman, dan

kebahagiaan karena bayi berhadapan wajah dengan ibu, berada dekat

dengan ibu, dan memberi banyak sentuhan kulit.

 Pemberian ASI meyakinkan bayi anda bahwa ia berada dalam

perawatan seseorang yang dapat diandalkan-yaitu anda, ibunya. Pada

ibulah bayi melekatkan dirinya. Pemngalaman pertama dalam hal

mencintai dan dicintai ini adalah pengalaman sadar bagi

perkembangan emosi seorang anak.

Menurut Roesli (2000) yaitu :

 ASI meningkatkan daya tahan tubuh

Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan

yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi

(28)

berkurang apabila bayi diberi ASI, karena ASI mengandung zat

kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi

bakteri, virus, parasit, dan jamur.

 ASI meningkatkan kecerdasan

Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia

6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensi

kecerdasan anak yang optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrient

yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan

kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrient-nutrien khusus yang

diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal.

 Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering dalam dekapan ibu karena menyusu akan

merasakan kasih sayang ibunya. Perasaan terlindungi dan disayangi

inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan

membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang

baik.

Demikianlah, pemberian ASI eksklusif akan memenuhi kebutuhan

awal bayi untuk tumbuh kembang secara optimal baik fisik, kepandaian,

(29)

6. Waktu pemberian ASI eksklusif

a. Awal Mulai Memberi ASI

Pemberian ASI diberikan paling lambat dalam 5-6 jam setelah bayi

lahir, dan upayakan agar bayi angsung disusui ibu. Isapan bayi pada

puting susu ibu, dan suara tangis sibuah hati, yang akan merangsang

keluarnya ASI (Nadesul, 2007)

b. Akhir / Berhenti Memberi ASI

Tidak ada aturan yang baku. Sebagian besar bayi diberi bubur pada

usia empat hingga enam bulan. Banyak ibu yang menganggap masa

tersebut masa yang tepat untuk menyapih bayinya dan mulai

memberinya makanan padat pertama. Namun, jika menyusui merupakan

kegiatan yang menyenangkan, ada ibu-ibu yang menyusui bayinya

hingga usia dua tahun (Kenneth dkk, 2005)

c. Jadwal Pemberian ASI

ASI keluar 5-10 menit sekali dari masing-masing payudara. Pada dua

hari pertama bayi lahir, produksi ASI belum cukup banyak, maka

menyusui cukup beberapa menit saja. Pada hari-hari berikutnya bayi

disusui setiap kalinya 15-20 menit, bergantian pada kedua payudara.

Jadwal menyusui boleh sesuka hati (on demand), tidak perlu kaku,

sekurang-kurangnya setiap 3 jam, atau kapan saja bayi meminta

(Nadesul, 2007).

Penting untuk diingat adalah jangan terlalu lama menyusui bayi

karena ini akan menyebabkan putting terluka dan infeksi /Mastitis

(30)

d. Kondisi seorang ibu harus berhenti sementara memberikan ASI

Ada beberapa kondisi dimana kami menganjurkan para ibu untuk

sementara waktu tidak menyusui. Jika anda mengalami infeksi payudara

atau putting anda luka, sebaiknya anda tidak menyusui. Obat-obatan

tertentu bisa masuk kedalam ASI dan jika anda harus minum obat,

konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter anda. Ada juga

infeksi-infeksi tertentu yang dapat ditularkan melalui ASI, misalnya hepatitis

(Kenneth dkk, 2005)

7. Syarat memberikan ASI secara efektif.

a. Pemberian ASI harus dilakukan dengan baik sehingga terjadi

keberhasilan menyusui.

b. Pemberian ASI harus dilakukan secara eksklusif paling sedikit selama 4

bulan dan lebih baik lagi jika sampai 6 bulan (Roesli, 2003)

8. Tips Pemberian ASI

a. Pemberian ASI yang baik adalah yang sesuai kebutuhan bayi. Istilahnya

on demand. Ibu harus peka terhadap waktu tepat saat pemberian ASI.

Sebelum sampai menangis, bayi sudah bisa memberikan tanda-tanda

kebutuhannya akan ASI. Antara lain, berupa gerakan-gerakan

memainkan mulut dan lidah atau memainkan tangan di mulut.

b. Jika kegagalan terjadi, ibu jangan lekas putus asa. Harus dipahami,

kegagalan biasanya disebabkan teknik dan posisi menyusui yang kurang

(31)

sebenarnya tak pernah kurang, karena produksinya akan disesuaikan

dengan kebutuhan bayi. Bahkan, ada ibu yang produksi ASI-nya bisa

sampai 2 liter per hari. Kegagalan teknis menyusui bisa terjadi, misalnya

karena bayi yang bersangkutan pernah menggunakan dot.

Bagaimanapun, cara minum ASI secara langsung dengan menggunakan

dot berbeda sekali. Dengan dot, susu sudah akan keluar walau hanya

ujungnya saja yang diisap. Sementara kalau menyusu pada ibunya, bayi

harus membuka mulut lebar-lebar. Menyusui pada ibu dengan cara

seperti mengisap dot tak akan bisa mengeluarkan ASI dengan baik.

c. Keadaan psikologis berpengaruh sangat besar. Seringkali ibu terlalu

khawatir dan takut proses menyusui itu tidak berhasil. Padahal kalau ibu

yakin dirinya dapat menyusui, tak akan ada masalah. Tak jarang juga ibu

merasa gagal karena bayinya hanya minum sedikit. Sebenarnya harus

dilihat dulu, bagaimana keadaan bayi. Sebab pada keadaan tertentu bayi

memang tidak terlalu lapar, hanya haus sedikit. Maka dalam keadaan

sperti ini tentunya bayi tidak membutuhkan banyak susu (Roesli, 2003)

9. Cara menyusui

a. Gendong bayi menghadap kearah anda lalu dekatkan mulutnya keputing

susu. Jika dia belum membuka mulutnya, sentuhlah mulutnya dengan

jari atau puting susu lalu masukkan puting susu ke mulutnya dan

(32)

b. Jika si bayi mulai menghisap, ia akan mendapatkan susu pertama yang

bening dan cair yang akan menghilangkan dahaganya. Setelah itu gerak

refleks si bayi untuk menghisap susu akan timbul, sehingga susu yang

lebih kental keluar , yang akan menghilangkan laparnya. Jika dia selesai

menghisap ASI dari satu payudara, berikan payudara sebelahnya. Ada

yang menghisap keduanya, ada yang hanya satu dan berikan ASI dari

payudara lain bila menyusui berikutnya.

Menyusui bayi adalah masalah percaya diri : Anda pasti bisa ! jika ada

masalah mintalah bantuan Bidan, PUSKESMAS terdekat, atau dokter anda

(Yelland, 2005)

10. Resiko pemberian susu formula/cairan dan makan lain

Menurut Piziali (2005) bahwa seorang bayi yang hanya diberi susu formula

memiliki ... peluang menderita … dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI

selama periode menususi :

2 sampai 7 kali Alergi-alergi, eksema

3 kali Infeksi telinga

3 kali Radang lambung

3,8 kali Radang selaput otak atau sumsum tulang belakang

2,6 sampai 5,5 kali Infeksi saluran kencing

2,4 kali Diabetes, tipe 1

2 kali Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)/Sindrom

kematian bayi mendadak

1,7 sampai 5 kali Radang paru-paru/Infeksi saluran pernafasan rendah

1,5 sampai 1,9 kali Penyakit radang usus besar

(33)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Gambar 3.1

3.2 Desain Operasional

1. Pengetahuan yaitu segala sesuatu yang diketahui ibu tentang ASI.

Alat ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Penilaian dilihat dari kemampuan ibu dalam menjawab

beberapa 8 pertanyaan pilihan

Hasil ukur : a. Baik : Jika mendapat skor penilaian 5 – 8 poin, yaitu

5-8 soal pertanyaan dijawab responden dengan

”Benar”.

b. Kurang : Jika mendapat skor penilaian 1 – 4 poin, yaitu

1 - 4 soal pertanyaan dijawab responden

dengan ”Benar”.

Faktor Yang Menyebabkan:

- Pengetahuan - Mitos-mitos

- Persepsi Susu formula

(34)

2. Mitos-mitos yaitu suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap

benar oleh ibu yang tidak memberikan ASI eksklisif tentang ASI.

Alat ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Penilaian dilihat dari kemampuan ibu dalam menjawab

beberapa 8 pertanyaan pilihan

Hasil ukur : a. Baik : Jika mendapat skor penilaian 5 – 8 poin, yaitu

5-8 soal pertanyaan dijawab responden dengan

”Benar”.

b. Buruk : Jika mendapat skor penilaian 1 – 4 poin, yaitu 1

- 4 soal pertanyaan dijawab responden dengan

”Benar”.

3. Persepsi susu formula yaitu anggapan ibu tentang susu formula

Alat ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Penilaian dilihat dari kemampuan ibu dalam menjawab

beberapa 8 pertanyaan pilihan

Hasi ukur : a. Baik : Jika mendapat skor penilaian 5 – 8 poin, yaitu

5-8 soal pertanyaan dijawab responden dengan

”Benar”.

b. Buruk : Jika mendapat skor penilaian 1 – 4 poin, yaitu 1

- 4 soal pertanyaan dijawab responden dengan

”Benar”.

Skala pengukuran yang digunakan yaitu skala Guttman dengan interpretasi

(35)

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif, bertujuan melihat gambaran faktor yang

menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif di lingkungan V kelurahan

Deli Tua Timur tahun 2008

4.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Lokasi yang dijadikan sebagai lahan penelitian ialah lingkungan V

kelurahan Deli Tua Timur Sumatera Utara tahun 2008. Alasan memilih lokasi ini :

1. Lokasi ini mudah dijangkau oleh peneliti

2. Lokasi ini merupakan lingkungan yang paling luas di kelurahan Deli Tua

Timur

3. Cakupan keberhasilan ASI eksklusif di lingkungan ini belum mencapai

80%

4.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah setiap ibu yang

memiliki bayi baru lahir hingga berusia 6 bulan yang tidak memberikan ASI

eksklusif di Lingkungan Kelurahan Deli Tua Timur dengan jumlah populasi

(36)

2. Sampel

Sampel yang diambil oleh peneliti menggunakan teknik total sampling

yaitu berjumlah 39 responden.

4.4 PERTIMBANGAN ETIK

Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu meminta surat izin

penelitian kepada bagian pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik FK. USU

kemudian peneliti menyampaikan surat izin penelitian dari pendidikan kepada

kepala kelurahan Deli Tua Timur- Medan. Setelah mendapatkan izin dari kepala

kelurahan, maka penulis mulai melakukan penelitian dengan cara menjelaskan

tujuan penelitian lalu peneliti membagi kuesioner yang akan diisi kepada 39

responden di lingkungan V kelurahan Deli Tua Timur.

Data penelitian nantinya akan dibuat kode atau inisial sebagai identitas

responden. Data yang diperoleh semata-mata hanya digunakan demi

perkembangan ilmu pengetahuan dan tidak akan dipublikasikan pada pihak lain.

Semua data yang telah dikumpulkan peneliti akan disimpan ditempat yang aman.

Setelah tujuan penelitian dilakukan tercapai, peneliti akan memberikan laporan

hasil penelitian kepada kepala kelurahan Deli Tua Timur.

4.5 INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

kuesioner tertutup yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan berpedoman kepada

(37)

Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden penelitian, terlebih dahulu

kuesioner diuji validitas dengan rumus Perason product moment dan reliabilitas

dengan rumus Cronbach’s alpha melalui program SPSS kepada 30 responden

diluar lokasi penelitian untuk melihat sejauh mana kuesioner nantinya dapat

digunakan dalam menjaring data yang dibutuhkan dalam penelitian.

Setelah uji validitas dan reabilitas maka kuesioner yang disebarkan kepada

39 responden terdiri atas :

1. Data demografi

2. Pertanyaan valid :

- 8 pertanyaan tentang pengetahuan

- 8 pertanyaan tentang mitos-mitos

- 8 pertanyaan tentang persepsi susu formula

4.6 RENCANA PENGUMPULAN DATA

Prosedur pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahap sebagai

berikut:

1. Mengajukan permohonan izin dari institusi pendidikan D-IV Bidan

Pendidik FK.USU

2. Menyerahkan permohonan izin penelitian kepada kepala kelurahan Deli Tua

Timur- Medan

3. Menjelaskan tujuan penelitian dan cara pengisian kuesioner

4. Jika responden setuju untuk ikut serta dalam penelitian, responden diminta

untuk menandatangani informed consent dan bebas menanyakan apapun

(38)

4.7 ANALISA DAN PRESENTASI DATA

Setelah semua data pada kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa data

melalui beberapa tahap sebagai berikut :

1. Memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan

bahwa semua jawaban telah diisi

2. Mengklarifikasi data dan mentabulasi data yang telah terkumpul

3. Melakukan pengolahan data dengan menggunakan bantuan komputerisasi

4. Menyajikan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase

(39)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah kuesioner yang berjumlah 24 pertanyaan (8 soal untuk kategori

pengetahuan, 8 soal untuk persepsi mitos-mitos dan 8 soal untuk persepsi susu

Formula) disebarkan kepada 39 responden ( ibu yang memiliki bayi hingga 6

bulan dan tidak memberikan ASI eksklusif ) di lingkungan V kelurahan Deli Tua

Timur tahun 2008 maka diperoleh hasil sebagai berikut :

5.1 HASIL

Hasil pengumpulan data karakteristik responden diperoleh bahwa mayoritas

responden berumur 17-24 tahun yaitu sebanyak 17 ibu (43.6%), pendidikan ↓

SMP dan SMA yang masing-masing sebanyak 17 ibu (43.6%), pekerjaan IRT

yaitu 21 ibu (53.8%) dan paritas < 2 orang yaitu 23 ibu (59.0%). Minoritas

responden berumur 33-40 tahun (20.5%), pendidikan perguruan tinggi yaitu 5 ibu

(12.8). perkerjaan PNS yaitu 6 ibu (15.4%) dan paritas > 4 orang yaitu 6 ibu

(40)

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, dan Paritas di Lingkungan V Kelurahan Deli Tua Timur Tahun 2008

KARAKTERISTIK JUMLAH %

Umur 17-24 tahun 17 43.6

Perguruan Tinggi 5 12.8

Jumlah 39 100

Pekerjaan IRT 21 53.8

Wiraswasta 12 30.8

PNS 6 15.4

Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa, pertanyaan yang sebagian

besar responden menjawab dengan benar ialah pertanyaan no.3 tentang jadwal

menyusui yang baik yaitu sebanyak 29 ibu (74.4%). Sedangkan pertanyaan yang

sebagian besar responden menjawab dengan salah ialah pertanyaan no. 2 tentang

kapan sebaiknya ASI diberikan kepada bayi yaitu sebanyak 22 ibu (56.4%).

(41)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada Pengetahuan di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008

No Pertanyaan Tentang

Jawaban

Benar Salah Frek % frek % 1 Defenisi ASI eksklusif 26 66.7 13 33.3 2 Kapan sebaiknya ASI

diberikan kepada bayi

17 43.6 22 56.4

3 Jadwal menyusui yang baik 29 77.4 10 25.6

4 Defenisi kolostrum 27 69.2 12 30.8

5 Daya tahan tubuh (Antibody) pertama kali diperoleh bayi

26 66.7 13 33.3

6 Vitamin yang tidak terkandung dalam ASI

21 53.8 18 46.2

7 Manfaat ASI bagi bayi 27 69.2 12 30.8 8 Keunggulan memberikan ASI 23 59.0 16 41.0

Gambaran pengetahuan dikategorikan dalam kategori baik dan kategori

kurang. Dari hasil penelitian terhadap 39 responden, distribusi pengetahuan

responden dalam kategori baik yaitu sebanyak 21 orang (53.8%) dan dalam

kategori kurang yaitu sebanyak 18 orang (46.2%). Secara rinci dapat dilihat pada

tabel 5.3

Tabel 5.3

Distribusi Pengetahuan Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008

Pengetahuan Jumlah Persentase

Baik 21 53.8%

Kurang 18 46.2%

(42)

2. Deskripsi Mitos-mitos

Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa, pertanyaan yang sebagian

besar responden menjawab dengan benar ialah pertanyaan no.1 tentang bayi bisa

alergi terhadap ASI yaitu sebanyak 26 ibu (66.7%). Sedangkan pertanyaan yang

sebagian besar responden menjawab dengan salah ialah pertanyaan no. 3 tentang

ASI yang pertama kali keluar merupakan ASI kotor yaitu sebanyak 28 ibu

(71.8%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.4

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada Mitos-mitos di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008

No Pertanyaan Tentang

Jawaban

3 ASI yang pertama kali keluar merupakan ASI kotor

11 28.2 28 71.8

4 Bayi tidak akan kenyang bila diberi ASI saja

19 48.7 20 51.3

5 Bayi memerlukan makanan dan minuman tambahan selain ASI

16 41.0 23 59.0

6 Bayi yang sakit memerlukan minuman jejamuan

21 53.8 18 46.2

7 Menyusui dapat mengubah bentuk payudara menjadi tidak bagus

25 64.1 14 35.9

8 Payudara kecil tidak menghasilkan cukup ASI

(43)

Gambaran mitos-mitos dikategorikan dalam kategori baik dan dalam

kategori buruk. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 39 responden, distribusi

mitos-mitos responden dalam katesori baik yaitu sebanyak 10 orang (25.6%) dan

dalam kategori buruk yaitu sebanyak 29 orang (74.4%). Secara rinci dapat dilihat

pada tabel 5.5

Tabel 5.5

Distribusi Mitos-mitos Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008

Mitos-mitos Jumlah Persentase

Baik 10 25.6%

Buruk 29 74.4%

Total 39 100%

3. Deskripsi Persepsi Susu Formula

Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa, pertanyaan yang sebagian

besar responden menjawab dengan benar ialah pertanyaan no.4 tentang

memberikan susu formula dapat menjadikan bayi tidak rewel yaitu sebanyak 27

ibu (69.2%). Sedangkan pertanyaan yang sebagian besar responden menjawab

dengan salah ialah pertanyaan no.1, 2, dan 7 tentang penggunaan susu formula

sebagai pengganti ASI dan kemudahan memberikan susu formula yaitu

(44)

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada Persepsi Susu Formuladi Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008

No Pertanyaan Tentang

Jawaban

Benar Salah Frek % frek % 1 Susu formula sebagai

pengganti ASI

0 0.00 39 100.0

2 Pengalaman memberikan susu formula

0 0.00 39 100.0

3 Keuntungan memberikan susu formula

24 61.5 15 38.5

4 Susu formula dapat

menjadikan bayi tidak rewel

27 69.2 12 30.8

5 Kandungan susu formula lebih baik dari ASI

7 Kemudahan memberikan susu formula

Gambaran persepsi susu formula dikategorikan dalam kategori baik dan

kategori buruk. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 39 responden, distribusi

perspsi susu formula responden dalam kategori baik yaitu sebanyak 16 orang

(41.0%) dan dalam kategori buruk yaitu sebanyak 23 orang (59.0%%). Secara

rinci dapat dilihat pada tabel 5.7

Tabel 5.7

Distribusi Persepsi Susu Formula Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan ASI eksklusif di Lingkungan V Kelurahan Deli tua Timur Tahun 2008

Persepsi susu formula Jumlah Persentase

Baik 16 41.0%

Buruk 23 59.0%

(45)

5.2 PEMBAHASAN

Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hatta (2007) bahwa permasalahan

yang mengakibatkan masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor

sosial budaya, kurangnya pengetahuan akan pentingnya ASI, jajaran kesehatan

yang belum sepenuhnya mendukung program pemberian ASI, gencarnya promosi

susu formula begitu juga institusi kesehatan yang memberikan susu formula pada

bayi-bayi yang baru lahir-akibat promosi yang sangat agresif para produsen susu

formula

.

Dilain pihak, menurut Roesli (2000) bahwa penerangan tentang susu

formula sangat bertubi-tubi, bahkan kadang terdapat iklan dan mitos-mitos yang

menyesatkan sehingga sering menghambat pemberian ASI. Hal ini tentu sangat

mempengaruhi rasa percaya diri ibu yang memberikan ASI padabayinya.

1. Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 21 orang (53.8%) dalam

kategori baik dan sebanyak 18 orang (46.2%) dalam kategori kurang. Masih

adanya ibu dengan kategori kurang dilatar belakangi oleh mayoritas para ibu

dilingkungan V kelurahan Deli Tua timur berpendidikan ↓ SMP dan SMA ,

merupakan IRT. Selain hal tersebut, masyarakat kurang ikut andil dalam segala

kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan dan banyak ibu yang

menganggap memberikan ASI ekslusif kepada bayi tidak mempengaruhi

kebutuhan zat gizi dan kesehatan bayi kelak.

Pemberian ASI eksklusif berarti hanya memberikan ASI saja. Ini berarti

(46)

lain selama 6 bulan pertama usianya (Linkages, 2002). Pemberian ASI harus

dilakukan secara eksklusif paling sedikit selama 4 bulan dan lebih baik lagi jika

sampai 6 bulan (Roesli,Utami.2003).

Menurut Welford (2001) bahwa ibu tidak memberikan ASI eksklusif

dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang menyusui dari satu generasi bahkan

lebih dan banyak ibu masa kini mendapati bahwa ibu dan nenek mereka miskin

pengetahuan tentang menyusui dan tak mampu memberikan banyak dukungan

2. Mitos-mitos

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mitos-mitos dalam kategori buruk

yaitu sebanyak 29 orang (74.4%) dan dalam katesori baik yaitu sebanyak 10 orang

(25.6%). Tingginya ibu dalam kategori buruk tersebut dikarenakan masih kuatnya

kepercayaan ibu-ibu mengenai pembeian ASI yang salah diantaranya yaitu ASI

yang pertama kali keluar merupakan ASI kotor sehingga harus dibuang, bayi

memerlukan makanan dan minuman tambahan selain ASI, menyusui dapat

merubah bentuk payudara menjadi jelek, dan lain-lain. Dilain pihak tingginya

anggka kepercayaan ibu terhadap mitos-mitos yang beredar disekitarnya adalah

pengaruh dari kurangnya pengetahuan yang dilatar belakangi oleh mayoritas para

ibu di lingkungan V kelurahan Deli tua Timur berumur 17-24 tahun yaitu

sebanyak 17 ibu (43.6%), paritas < 2 orang yaitu 23 ibu (59.0%) dan kurangnya

(47)

Menurut Sulaiman (2007) bahwa suatu informasi yang sebenarnya salah

tetapi dianggap benar dan telah beredar dari satu generasi ke generasi

(wikipedia.com,2008). Menurut Hatta (2007) bahwa kepercayaan dan mitos-mitos

yang salah merupakan hambatan untuk tindakan menyusui yang normal.

Menurut Evariny A (2008) bahwa banyaknya mitos tentang menyusui

membuat ibu menjadi kurang percaya diri untuk memberikan ASI kepada

anaknya, ketakutan yang tidak beralasan malah makin membuat ibu-ibu berhenti

menyusui dan memilih susu buatan sebagai alternatif.

3. Persepsi Susu Formula

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi susu formula dalam kategori

buruk yaitu sebanyak 23 orang (59.0%) dan dalam kategori baik yaitu sebanyak

16 ibu (41.0%). Perolehan ibu dalam kategori buruk lebih banyak dari kategoti

baik dikarenan anggapan bahwa susu formula lebih menguntungkan bagi ibu dan

bayi serta alasan tertentu yang mengatakan bayi tak bisa mendapatkan ASI, maka

susu formula memang tepat dijadikan penggantinya. sehingga banyak ibu

memberikan susu formula pada bayinya dan pemberian ASI eksklusif tidak

tercapai. Namun perlu diketahui, susu formula tidak bisa disamakan dengan ASI

karena tidak ada satu pun susu formula yang kandungan gizinya dapat menyamai

ASI. Terutama karena protein hasil olahan tubuh ibu sama sekali berbeda dari

protein olahan tubuh sapi. Tidak semua susu formula cocok dengan kebutuhan

bayi meski sudah dipilih berdasar usia. Beberapa anak tertentu ada yang alergi

(48)

Menurut Sulaiman (2007) bahwa promosi susu formula banyak dilakukan

melalui media elektronik, media cetak maupun secara langsung ke ibu di negara

kita ini. Memang dalam iklan-iklan / promosi dari susu buatan itu, selalu disebut

bahwa susu yang terbaik bagi bayi tetap adalah ASI (Air Susu Ibu) dan siapa yang

tidak menjadi terpengaruh dengan gambaran anak-anak yang sedemikian lincah,

giat dan tumbuh dengan bijak karena mereka meminum susu buatan atau susu

bubuk tertentu, apalagi karena masih adanya anggapan dari para ibu muda, bahwa

kalau mereka menyusukan bayi dengan ASI-nya sendiri, maka bias kecantikan

akan berkurang.

Menurut Roesli (2007) bahwa penerapan inisiasi dini terbentur kendala oleh

maraknya penggunaan susu formula di rumah sakit, termasuk terhadap bayi baru

lahir. Hal ini disebabkan ketidaktahuan petugas kesehatan dan gencarnya promosi

susu formula ke tempat layanan kesehatan meski melanggar kode etik pemasaran

susu formula. hal ini tentu sangat mempengaruhi rasa percaya diri ibu yang

memberikan ASI padabayinya.

(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Menyusui adalah pemberian sangat berharga yang dapat diberikan seorang

Ibu pada bayinya. Dalam keadaan sakit atau kurang gizi, menyusui mungkin

merupakan pemberian yang dapat menyelamatkan kehidupan bayi. Dalam

kemiskinan, menyusui mungkin merupakan pemberian satu-satunya

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya

maka penulis menarik kesimpulan bahwa faktor pengetahuan terdapat 21

responden (53.8%) dalam kategori baik dan 18 responden (46.2%) dalam kategori

buruk. Hal ini dikarenakan ibu di lingkungan V kelurahan Deli Tua Timur kurang

ikut andil dalam segala kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan

dan banyak ibu yang menganggap memberikan ASI ekslusif kepada bayi tidak

mempengaruhi kebutuhan zat gizi dan kesehatan bayi..

Kesimpulan atas faktor mitos-mitos terdapat 29 responden (74.4%) dalam

kategori buruk dan 10 responden (25.6%) dalam kategori baik. Tingginya

perolehan persentase pada ibu dalam kategori buruk dikarenakan masih kuat dan

banyaknya ibu yang menganggap benar mitos-mitos yang keliru tentang ASI di

lingkungan V kelurahan Deli Tua Timur.

Kesimpulan atas faktor persepsi susu formula terdapat 23 responden

(59.0%) dalam kategori buruk dan 16 responden (41.0%) dalam kategori baik.

Hal ini dikarenakan anggapan bahwa susu formula lebih banyak memberikan

(50)

6.2 SARAN

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan Petugas kesehatan peka dalam menilai keberhasilan

menyusui diwilayah kerjanya dan terus meningkatkan pengetahuan serta

ketrampilan untuk lebih cermat dan tanggap membantu ibu mengatasi

masalah ada di lingkungan V kelurahan deli tua Timur demi tercapainya

pemberian ASI eksklusif, sehingga keberhasilan ASI eksklusif dapat

tercapai sesuai yang ditetapkan pemerintah yaitu maksimal 80%.

2. Bagi Responden

Diharapkan masyarakat ikut andil dalam segala kegiatan yang

dilaksanakan oleh tenaga kesehatan tentang ASI dan mau peduli akan

pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi sehingga nantinya para ibu

tidak terpengaruh oleh hal-hal yang diragukan kebenarannya demi

terciptanya pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal serta

terbebaskan dari kekurangan gizi diawal 6 bulan pertama kehidupan bayi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Setelah penelitian ini diharapkan bagi peneliti berikutnya agar

berupaya lebih mengembangkan dan memperdalam bahasan tentang hal-hal

(51)

Ch Tirtawinata, Tien. 2006. Makanan Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Ilmu Gizi. Jakarta: FK UI

Danuatmadja, Boni. 2003. 40 Hari Pasca Persalinan Masalah Dan Solusi. Cetakan I. Jakarta: Puspawara

Depkes RI. 2001. ”Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui” Panduan Menajemen Laktasi” (dikutip tgl 23 oktober 2007). http://www.DepkesRI.co.id

Departemen Pendidikan Nasional,2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.ke Tiga. Jakarta : balai Pustaka

Franklin Park, Illinois. Alih bahasa I Andri Hartono. 1997. Petunjuk Praktis Ibu Untuk Menyusui. Jakarta: Yayasan Essentia Medika

Hatta, Meutia. 13 Agustus 2005. ”Pekan ASI sedunia _Membangun Kasih Sayang Lewat ASI” (dikuti tgl 23 oktober 2007). http://www.surakaryaonline.com/news

. 2007. ”Menyusu Pada Satu Jam Pertama_Pedoman Pelaksanaan Pekan ASI seDunia” (dikutip tgl 23 oktober 2007). http://www.mediaonline.co.id

Hidayat, A Aziz Alimul. 2007. Metodologi Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Edisi pertama. Jakarta: Salemba Medika

Judarwanto, Widodo. 2006. ”Penghambat ASI ekskslusif Itu Masih Ada”. (dikutip

tgl 28 oktober 2007). http://www.avainflutidakseindahnamanya.blogspot.com

Kenneth Lyen, Tan Hock Lim, Louisa Zhang. Alih bahasa Indrijati Pudjilestari. 2005. Apa Yang Ingin Anda Ketahui Tentang Merawat Bayi Tahun Pertama. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Ikrar Mandiri

Linkages. 2002. ”Pemberian ASI eksklusif Atau ASI saja:Satu-satunya Sumber Cairan Yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini” (dikutip tgl 28 oktobrt 2007). http://www.linkages.project.org

Manuaba, Ida Bagus. 1990. Memehami Kesehatan Reproduksi Wanita .Jakarta: Arcan

(52)

Nadesul, Hendrawan. Tutu(Peny.). 2007. Makanan Sehat Untuk Bayi (Plus Penyakit Perut Pada Anak). Cetakan I .Jakarta: Kawan Pustaka

Neilson, joan. 1995. Cara Menyusui Yang Baik. Jakarta: Arcan

Piziali Nichol, Kathryn. Alih bahasa Trisno Rahayu Wilujeng. Sunarni ME (Ed.). 2005. Panduan Menyusui:Semua Yang Perlu Anda Ketahui Ketika Menyusui Agar Anda Dan Bayi Anda Sehat. Cetakan pertama. Jakarta: Anak Prestasi Pustaka

Robbins, S.P. 1995. Organizational Behavior-Concepts, Conroversier, Application. 8th edition on New Jersey : Prentice Hall, inc

Roesli ,Utami. 2000. Mengenal ASI eksklusif. Cetakan pertama. Jakarta: Trubus Agriwidya

. 23 Desember 2003.”Gerakan Kembali ke ASI_ASI Pemberian Terbaik Tuhan Bagi Bayi Anda”(dikutip tgl 28 oktober 2007). http://www.pdpersi.co.id

Sri Purwanti, Hubertini. Monika Ester(Ed.). 2004. Konsep Penerapan ASI eksklusif :Buku Saku Untuk Bidan .Jakarta: EGC

Sulaiman, Hakim. 30 Juli 2007. ”ASI,Mudah,Murah,Meriah,dan Aman”. Jakarta: Analisa

Th Irawati. 2007. ”Menyusun Pada Satu Jam Pertama Kehidupan Dilanjutkan Dengan Menyusui Eksklusif 6 Bulan,Menyelamatkan Lebih Dari Satu Juta bayi”(dikutip tgl 15 oktober 2007). http://www.asi.co.id

Welford, Heather. Alih bahasa Ayudiah Pitaloka. Cristine Pangemanan(Ed.). 2001. Menyusui Bayi Anda .Ceatakan pertama. Jakarta: Dian Rakyat Yelland, Anne. Alih bahasa Amalia Th. Cristine Pangemanan(Ed.). 2005. 18

Bulan Pertama Bayi Anda .Cetakan pertama. Jakarta: Dian Rakyat

Gambar

Gambar 3.1
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, dan Paritas di
Gambaran pengetahuan dikategorikan dalam kategori baik dan kategori
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden tentang Pertanyaan Pada Mitos-mitos
+2

Referensi

Dokumen terkait

Registry merupakan suatu database besar berhirarki yang berisi bermacam-macam pengaturan untuk sistem operasi Windows, seperti pengaturan-pengaturan untuk tampilan, kinerja,

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengembangan Modul

Di Kecamatan Parongpong jumlah penduduk anak usia SMP, SMA cukup banyak namun anak yang sekolah di Kecamatan Parongpong begitu berbanding terbalik dengan anak

Dari hasil pendampingan selama sebulan yang telah penulis lakukan, maka penulis dapat menyimpulkan masalah yang dialami oleh Keluarga Dampingan Ibu Ketut Manis ialah kesulitan

Berdasarkan hasil uji analisis kandungan kombucha coffee yang dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada (2006), disebutkan

Tugas akhir ini merupakan salah satu kurikulum wajib yang harus ditrempuh leh mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teeknik Insdustri Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk

g. Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi - Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan - net pajak penghasilan terkait - -

(4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah..