• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda subtema aku merawat tubuhku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda subtema aku merawat tubuhku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas 1 sekolah dasar."

Copied!
381
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL BERBASIS KECERDASAN GANDA PADA SUBTEMA AKU MERAWAT TUBUHKU UNTUK

SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR

Elfi Holfiana Saudale Universitas Sanata Dharma

2016

Kebutuhan guru terhadap media pembelajaran konvensional yang mengakomodasikan konsep dasar kecerdasan ganda menurut teori Howard Gardner merupakan alasan dilakukannya penelitian ini. Tujuan utama penelitian ini adalah menghasilkan sebuah produk berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema aku merawat tubuhku untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg and Gall dan Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penilitian ini meliputi lima langkah yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) menghasilkan desain produk, 4) validasi produk, 5) revisi produk hasil validasi, sehingga menghasilkan desain produk final berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema aku merawat tubuhku untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas 1 SD Negeri Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesionaer digunakan untuk validasi kualitas media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda oleh dua orang pakar media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda, dan dua orang guru kelas 1 Sekolah Dasar.

Berdasarkan hasil validasi dua pakar media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda menghasilkan skor 3,50 (Baik) dan 3,54 (Baik), dua guru Kelas 1 SD menghasilkan skor 4,50 (Sangat Baik) dan 4,22 (Sangat Baik). Media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda memproleh skor rerata 3,94 dengan kategori “Baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 14 aspek penilaian yang dikategori dalam 3 aspek utama yaitu (1) aspek konten atau isi, (2) aspek penggunaan dan penyajian, (3) aspek cakupan kecerdasan ganda.

(2)

MULTIPLE INTELLIGENCES ON SUBTHEME AKU MERAWAT TUBUHKU TO ELEMENTARI SCHOOL STUDENTs IN GRADES 1

Elfi Holfiana saudale Sanata Dharma University

2016

The teacher needs to convensional learning media that accomodates the concep of multiple

intellingence by Howard Gardner’s theory is the reason of this research. The main objective of

this research is to product in the form of coventional learning media based multiple intelligence on the subtheme aku merawat tubuhku to one grade elementary school.

The reseacrh is the research and development of modified between Borg and Gall models and Sugiyono. Development procedus used in this study includes five steps: 1) analysis of the problem, 2) data collection, 3) product development, 4) validation of the product, and 5) the revision of product validation results, to produce the design of the final product in the form of conventional learning media based multiple intelligence on subtheme aku merawat tubuhku to one grade elementary school. Instrumen in this study is a list of interview questions and the requirement analysis questionnaire. Interviews were used for requirement analysis to classroom teachers 1 SD Negeri 1 Kalasan, sleman while questionnaires were used to validate the quality of contventional learning media based multiple intelligence by two experts in the conventional learning media based multiple intelligences, and two second grade primary school teachers.

Based on the validation results of two media experts conventional learning media based multiple intelligence result in a score of 3,50 (Good) and 3,54 (Good), two classroom teachiers 1 SD resulted in a score of 4,50 (Very Good) and 4,22 (Very Good). Conventional learning media intelligence obtain mean score of 3,94 with the categories

“ Good”. The validation results based on the 14 aspects of assessment are categorized in theer

main aspects, namely: (1) aspects of the content or the content, (2) aspects of the use and presentation, (3) the aspect of multiple intelligence coverage.

(3)

BERBASIS KECERDASAN GANDA SUBTEMA AKU MERAWAT

TUBUHKU MENGACU KURIKULUM SD 2013

UNTUK SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Elfi Holfiana Saudale NIM. 121134269

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kepersembahkan untuk :

Tuhan Yang Maha Esa

Yang selalu mendengar keluh dan kesahku serta memudahkan dalam kelancaran mengerjakan penelitian ini

Bapak Amus Saudale

Yang menjadikanku sebagai anak yang sabar dan tekun

Ibu Orciana Saudale-Bessie

Yang menjadikanku sebagai seorang kuat daan tekun

Keluarga besar Saudale yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan dukungan moril

Teman–teman PPGT angkatan 2012

Yang selalu memberikan pelajaran hidup yang terbaik

PPGT angkatan 2011

Yang telah memberikan contoh, semangat, dan dukungan

(7)

Dosen-dosen terbaik

Pak Puji, Ibu Maslichah, Ibu Ika, Pak Galih, Pak Rohandi, Pak Rusmawan, dan pak Paulus Wahana

yang selalu menasehati dan memperbaiki kesalahan selama mengikuti perkuliahan

kakak tersayang

Lasarus Hilly, S.Pd.,Gr

Yang telah memberikan motivasi, dukungan, kasih sayang dan memberikan perhatian dalam menyusun skripsi

Nedelwindo Adu

Yang telah memberikan dukungan, perhatian, kasih sayang dan doa dalam menyusun skripsi

Keluarga besar Student Residence

Pamong dan teman-teman SR

Yang selalu memberikan perlindungan, nasehat, dan kasih sayang

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku

(8)

Motto

“ Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul didalam hati manusia: semua yang

disediakan Allah mereka yang mengasihi Dia” ( 1 Korintus 2: 9)

(9)
(10)
(11)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL BERBASIS KECERDASAN GANDA PADA SUBTEMA AKU MERAWAT TUBUHKU

UNTUK SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR

Elfi Holfiana Saudale Universitas Sanata Dharma

2016

Kebutuhan guru terhadap media pembelajaran konvensional yang mengakomodasikan konsep dasar kecerdasan ganda menurut teori Howard Gardner merupakan alasan dilakukannya penelitian ini. Tujuan utama penelitian ini adalah menghasilkan sebuah produk berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema aku merawat tubuhku untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan dari hasil modifikasi antara model Borg and Gall dan Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penilitian ini meliputi lima langkah yaitu 1) analisis masalah, 2) pengumpulan data, 3) menghasilkan desain produk, 4) validasi produk, 5) revisi produk hasil validasi, sehingga menghasilkan desain produk final berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema aku merawat tubuhku untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas 1 SD Negeri Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesionaer digunakan untuk validasi kualitas media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda oleh dua orang pakar media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda, dan dua orang guru kelas 1 Sekolah Dasar.

Berdasarkan hasil validasi dua pakar media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda menghasilkan skor 3,50 (Baik) dan 3,54 (Baik), dua guru Kelas 1 SD menghasilkan skor 4,50 (Sangat Baik) dan 4,22 (Sangat Baik). Media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda memproleh skor rerata 3,94 dengan kategori “Baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 14 aspek penilaian yang dikategori dalam 3 aspek utama yaitu (1) aspek konten atau isi, (2) aspek penggunaan dan penyajian, (3) aspek cakupan kecerdasan ganda.

(12)

THE DEVELOPMENT OF CONVENSIONAL LEARNING MEDIA BASED LEARNING MULTIPLE INTELLIGENCES ON SUBTHEME AKU MERAWAT

TUBUHKU TO ELEMENTARI SCHOOL STUDENTs IN GRADES 1 Elfi Holfiana saudale

Sanata Dharma University 2016

The teacher needs to convensional learning media that accomodates the concep of multiple intellingence by Howard Gardner‟s theory is the reason of this research. The main objective of this research is to product in the form of coventional learning media based multiple intelligence on the subtheme aku merawat tubuhku to one grade elementary school.

The reseacrh is the research and development of modified between Borg and Gall models and Sugiyono. Development procedus used in this study includes five steps: 1) analysis of the problem, 2) data collection, 3) product development, 4) validation of the product, and 5) the revision of product validation results, to produce the design of the final product in the form of conventional learning media based multiple intelligence on subtheme aku merawat tubuhku to one grade elementary school. Instrumen in this study is a list of interview questions and the requirement analysis questionnaire. Interviews were used for requirement analysis to classroom teachers 1 SD Negeri 1 Kalasan, sleman while questionnaires were used to validate the quality of contventional learning media based multiple intelligence by two experts in the conventional learning media based multiple intelligences, and two second grade primary school teachers.

Based on the validation results of two media experts conventional learning media based multiple intelligence result in a score of 3,50 (Good) and 3,54 (Good), two classroom teachiers 1 SD resulted in a score of 4,50 (Very Good) and 4,22 (Very Good). Conventional learning media intelligence obtain mean score of 3,94 with the categories “ Good”. The validation results based on the 14 aspects of assessment are categorized in theer main aspects, namely: (1) aspects of the content or the content, (2) aspects of the use and presentation, (3) the aspect of multiple intelligence coverage.

(13)

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tela

memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjuduln “Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Subtema Aku Merawat Tubuhku Untuk Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat banyak

bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak

langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini

peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Unversitas Sanata Dharma

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD

3. Dra. Maslichah Asy‟ari, M.Pd. selaku Dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberi dukungan serta masukan yang positif sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi

4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd selaku validator pakar Media Pembelajaran

konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda yang telah memberikan bantuan

dalam peneliti ini dengan melakukan validasi produk penilitian

5. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku dosen validator pakar Media

Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda yang telah

memberikan bantuan dalam penilitian ini dengan melakukan validasi produk

penelitian.

6. Para dosen dan staaf PGSD yang telah melayani penelitian dengan baik.

7. Sarjono, S.Pd.,SD. Selaku Kepala Sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah

memberikan bantuan selama peneliti melakukan penilitian di sekolah.

8. Futhika Hanum, S.Pd. selaku guru kelas 1 A SD Negeri Kalasan 1 yang telah

membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian

(14)
(15)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Batasan Istilah ... 11

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A.Kajian Pustaka ... 14

1. Media pembelajaran...14

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 14

b.Fungsi Media Pembelajaran ... 15

c. Bentuk Media Pembelajaran ... 17

d. Manfaat Media Pembelajaran ... 18

(16)

3. Dampak-dampak Kecerdasan Ganda ... 36

3. Penilitian Relevan ... 35

4. Subtema Aku Merawat Tubuhku Untuk Siswa Kelas Satu Sekolah Dasar...42

a.Penelitian Tentang Media Pembelajaran ... 43

b.Penilitian Tentang Multiple Intelligence ... 43

6. Kerangka Berpikir ... 46

7. Pertanyaan Penilitian ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 49

B. Prosedur Pengembangan ... 49

C. Validasi Ahli Media Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda ... 54

D. Intrumen Penelitian ... 54

E. Teknik Pengumpulan Data ... 55

G. Teknik Analisis Data ... 60

1. Data Kualitatif ... 60

2. Data Kuantitatif ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan ... .65

1. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... .66

2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... .69

3. Deskripsi Produk Awal... .69

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... .71

b. Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda...72

4. Data Hasil Validasi Pakar Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda dan Revisi Produk ... 74

5. Data Hasil Validasi Guru Kelas I ... 77

D. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 78

1. Kajian Produk Akhir... 79

2. Pembahasan ... 80

(17)
(18)

Tabel 1. Kisi-kisi Wawancara ... 56

Tabel 2. Konversi Nilai Skala Lima ... 62

Tabel 3. Kriteria Skor Skala Lima ... 64

Tabel 4. Komentar & Saran Perbaikan Validator G.K dan Revisi... 76

Tabel 5. Komentar & Saran Perbaikan Validator M.M dan Revisi ... 76

(19)

Bagan 1. Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan ... .46

(20)

Gambar 1. Papan Cara Merawat Tubuh ... .84

Gambar 2. Kotak Penyimpanan kartu Cara merawat Tubuh ... .84

Gambar 3. Kartu Cara Merawat Anggota Tubuh... .85

Gambar 4.Poster...85

Gambar 5.Papan Garis Bilangan...86

Gambar 6.Kotak penyimpanan soal Papan Garis Bilangan...87

Gambar 7 Papan Penjumlahan/ Berhitung...87

Gambar 8. Kotak Penyimpanan Soal Papan Penjumlahan...88

Gambar 9. Pohon Tata Tertib di Rumah dan di Sekolah...88

Gambar 10.Kotak Penyimpanan Kartu Tata tertib di Rumah dan di Sekolah...89

Gambar 11. Papan Perjodohan...89

Gambar 12. Puzzle...90

Gambar 13.Kotak Penyimpanan Puzzle Cara Merawat Tubuh...91

Gambar 14. Kartu Gambar Menggososk Gigi...92

Gambar 15. Kotak berisi alat-alat merawat tubuh...92

Gambar 16. Kartu Doa Pembuka...93

Gambar 17. Kartu Doa Penutup ...94

(21)

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... .102

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 103

Lampiran 3 Surat Ijin Validasi ... 103

Lampiran 4 Rangkuman Wawancara ... 105

Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Pakar Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda ... .106

Lampiran 6 Data Mentah Skor Validasi Guru Kelas I SD... 114

Lampiran 7 Silabus ... 122

(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Hal ini tertuang dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan”. Pendidikan bagi setiap

warga Negara pada hakekatnya adalah merupakan suatu upaya untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki, sehingga dengan kemampuannya

siswa akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan kelak akan berguna

bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, dan negara. Menurut

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha

untuk mengembangkan potensi diri peserta didik sehingga memiliki

kecerdasan, sikap yang baik, dan keterampilan yan dapat diandalkan.

Ketika berbicara tentang pendidikan, maka hal yang paling utama

adalah kurikulum yang telah diterapkan pada suatu jenjang pendidikan. Di

(23)

dari rencana pembelajaran 1947, kurikulum 1952, kurikulum 1964,

kurikulum 1968, kurikulum 1975/1976, kurikulum 1984, kurikulum 1994,

Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dan 2006 yaitu Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan hingga terakhir ini kurikulum 2013 (Hidayat, 2013:10).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat sejarah kurikulum di Indonesia

telah mengalami beberapa kali pergantian, dengan tujuan untuk membentuk

kualitas pendidikan yang bermutu yang dapat memenuhi kebutuhan siswa.

Menurut Hidayat (2013:157) kurikulum dan pembelajaran merupakan

dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program,

kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam

bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas

sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif.

Siswa Sekolah Dasar memiliki tingkatan intelektual operasional konkret.

Kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa SD tersebut akan

memengaruhi seluruh kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh

guru yang didasarkan kepada pengembangan kemampuan berpikir sesuai

dengan biopsikologis siswa yang hendaknya dijadikan tolak ukur guru, baik

dalam pengembangan materi, strategi mengajar, pendekatan, media, maupun

dalam melakukan evaluasi hasil belajar

( Majid 2014:8). Dengan adanya kurikulum 2013, guru dituntut untuk lebih

kreatif dalam membuat dan menggunakan media agar pembelajaran bisa

berjalan dengan baik dan siswa lebih mengerti mengenai apa yang telah

(24)

Salah satu prinsip pembelajaran Kurikulum 2013 adalah

menjadikan peserta didik dari diberi tahu menuju mencari tahu (Daryanto,

2014:16). Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diharapkan untuk lebih

berpusat pada peserta didik (student-centered approach) sehingga dapat

memungkinkan peserta didik untuk dapat terlibat aktif dan berpikir kritis

dalam membangun konsep dan pengetahuannya sendiri. Keterlibatan peserta

didik dalam kegiatan pembelajaran di kelas sangat dipengaruhi oleh

kemampuan guru dalam merencanakan, menyusun, dan mengelola proses

pembelajaran yang sesuai dengan konteks peserta didik.

Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara

menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai

Pancasila. Pengembangan aspek-aspek tersebut dilakukan untuk

meningkatkan dan mengembangkan kecakapan hidup (life skills) yang

diwujudkan melalui pencapaian seperangkat kompetensi, agar siswa dapat

bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan berhasil dalam kehidupan di

masa yang akan datang. Untuk itu, sekolah diharapkan dapat mewujudkan

tujuan pendidikan nasional tersebut. Pendidikan yang dianggap berhasil pada

suatu jenjang sekolah, tidak bisa terlepas dari adanya kegiatan pembelajaran

yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik untuk mengembangkan

potensi yang dimiliki siswa.

Di dalam lampiran Permendikbud No. 81A Tahun 2003 tentang

Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran dijelaskan bahwa

(25)

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi dalam hal sikap,

pengetahuan, dan keterampilannya. Kegiatan pembelajaran harus diarahkan

untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam

kurikulum agar setiap siswa mampu menjadi pembelajaran mandiri sepanjang

hayat.

Untuk mencapai hasil yang efektif, kegiatan pembelajaran perlu

menggunakan prinsip-prinsip yaitu berpusat pada siswa, mengembangkan

kreativitas, menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, memuat

nilai-nilai penting, menyediakan pengalaman belajar, serta membuat

pembelajaran menjadi menyenangkan. Prinsip-prinsip ini merupakan prinsip

yang sangat penting di dalam kegiatan pembelajaran, karena hasil belajar dari

prinsip ini akan melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan

afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, pengetahuan yang terintegrasi.

Maka itu perlu adanya media pembelajaran untuk menunjang proses

pembelajaran agar tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif.

Menurut Hamidjojo (dalam Hosnan, 2014:111), mengatakan bahwa

media pembelajaran adalah media yang penggunaannya diintegrasikan

dengan tujuan dan isi pelajaran yang bermaksud untuk mempertinggi

kegiatan belajar mengajar dalam segi mutu. Menurut Gagne (dalam Karwati

dan Donny, 2014:224), menjelaskan bahwa media pembelajaran merupakan

berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat

memotivasi peserta didik untuk belajar. Karwati dan Donni (2014:224),

(26)

digunakan untuk menyalurkan pesan dari guru ke peserta didik (ataupun

sebaliknya) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, serta

perhatian peserta didik agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara

efektif.

Media pembelajaran sendiri dapat diartikan sebagai “sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima

pesan” (Anitah, 2010:4). Hal ini berarti media menjadi alat penyalur atau

penghubung antara guru dengan siswa. Lebih rinci Kustandi & Sutjipto

(2011:9) mengungkapkan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang

dapat membantu proses belajar mengajar guna memperjelas makna pesan

yang disampaikan agar mencapai tujuan pembelajaran yang sempurna. Hal ini

sejalan dengan tujuan utama media, yakni sebagai alat untuk mengefektifkan

proses komunikasi pembelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajarannya.

Media pembelajaran menjadi salah satu komponen penting yang

mendukung pembelajaran. Hal tersebut karena media dapat menjadi fasilitas

antara guru dengan siswa dalam penyampaian materi pembelajaran di dalam

kelas. Media pembelajaran dapat berbentuk visual berupa gambar, bentuk,

dan sebagainya yang memanfaatkan penglihatan). Ada pula yang berbentuk

audio berupa film suara, radio, dan sebagainya yang memanfaatkan

pendengaran, ataupun yang memanfaatkan keduanya yakni berbentuk

audiovisual (Anitah, 2010:7-48). Dengan demikian, siswa akan lebih mudah

memahami materi yang sedang dipelajarinya ketika belajar menggunakan

(27)

atau yang sering dikenal dengan media konvensional. Dikatakan sederhana

karena media ini mudah dibuat atau dirancang oleh guru dan penggunaanya

pun mudah, baik oleh guru sendiri maupun bersama siswa.

Media pembelajaran konvensional adalah proses produksi dan

penyimpanan data atau informasi yang dibagi menjadi dua bagian yaitu media

elektronik (televisi dan radio) dan media cetak (koran, CD, atau dvd). Pada

penggunaan media elektronik serta media cetak sangat dipakai oleh media

massa, dilihat jumlah produksi informasi yang digunakan oleh media, adapun

yang sering digunakan adalah koran, majalah, radio, dan televisi. Jika dilihat

media konvensional merupakan bentuk dari jurnalistik konvensional atau

dengan arti jurnalisme dengan menggunakan media cetak ataupun media

elektronik, dimana tetap berpedoman dengan 5W+1H adalah What, When,

Where, Who, Why, How. Menurut Association of Education and Communication Technology (dalam Karwati dan Donny,2014:224) mengemukakan bahwa media merupakan segala bentuk dan saluran yang

digunakan orang untuk menyalurkan pesan/ informasi.

Dalam pengembangan dan pemanfaatannya, media pembelajaran

konvensional dapat didasarkan pada konsep kecerdasan ganda. Hal ini karena

media dapat memberikan berbagai macam kecerdasan yang ada di dalamnya

dan menghadirkannya secara lebih nyata. Kecerdasan ganda itu sendiri dapat

diartikan sebagai kemampuan mental umum untuk belajar dan menerapkan

pengetahuan dalam manipulasi lingkungan, serta kemampuan untuk berpikir

(28)

kecerdasan ganda, juga dikenal sebagai kecerdasan jamak yang secara

harafiah dapat dipahami berupa berbagai macam cara untuk belajar, berpikir

dan menerapkan pengetahuan.

(29)

menyenangkan bagi siswa yang dalam melangsungkan aktivitas belajar dalam kelas dan menyenangkan bagi siswa didalam kelas.

Berdasarkan hasil survei kebutuhan guru terkait dengan pengembangan media konvensional berbasis kecerdasan ganda dengan ibu F kelas I A di SD Negri Kalasan 1 pada hari Selasa tanggal 28 Juli 2015, pukul 09.30 WIB diperoleh informasi bahwa media pembelajaran itu sudah pernah digunakan dalam kelas sebelumnya namun sekarang media jarang digunakan dalam kelas karena media yang ada di sekolah SD Negeri Kalasan 1 belum memadai sehingga proses pembelajaran dalam kelas itu terkadang kurang menyenangkan bagi siswa.

(30)

kecerdasan ganda, semua jenis kecerdasan ganda dikembangkan agar mendapatkan hasil yang lebih memuaskan atau hasil yang lebih baik.

Dalam hal ini guru menyadari kesulitan-kesulitan yang dialami dalam mengembangkan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda yaitu kurangnya wawasan yang terkait dengan kecerdasan ganda, ketersediaan sumber belajar yang masih minim, serta sarana dan prasarana masih terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut, Ibu F sudah usaha untuk mencari sumber-sumber belajar baik dari internet, maupun referensi. Oleh karena itu guru sangat membutuhkan pelatihan pengembangan media pembelajaran berbasis kecerdasan ganda.

Berdasarkan permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam proses membuat media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda, sehingga belum menerapkan kecerdasan ganda secara menyeluruh di sekolah. Oleh karena itu peneliti mencoba memberi solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengembangkan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Merawat Tubuhku unruk siswa kelas 1 sekolah dasar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah

(31)

1. Bagaimana mengembangkan produk berupa media pembelajaran

konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Merawat

Tubuhku untuk siswa kelas 1 sekolah dasar?

2. Bagaimana kualitas produk media pembelajaran konvensional berbasis

kecerdasan ganda pada subtema Aku Merawat Tubuhku untuk siswa

kelas 1 sekolah dasar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian, mengembangkan media pembelajaran

konvensional berbasis kecerdasan ganda ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan produk berupa media

pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema

Aku Merawat Tubuhku untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur media pembelajaran

konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Merawat

Tubuku untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

D. Manfaat Peneltian

Adapun manfaat dari penelitian pengembangan media konvensional berbasis

kecerdasan ganda sebagai berikut

1. Bagi Peneliti

Bagi Peneliti dapat memperoleh pengalaman melakukan penelitian

(32)

pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema

Aku Merawat Tubuhku untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

2. Bagi guru

Bagi guru dapat memberikan inspirasi terkait dengan penelitian

Research and Development memperoleh contoh media khusus media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema

Aku Merawat Tubuhku untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

3. Bagi sekolah

Bagi sekolah dapat menambah refensi contoh media konvesional

berbasis kecerdasan ganda dan bacaan tambahan terkait dengan

penelitian Research and Development khususnya pengembangan

media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada

subtema Aku Merawat Tubuhku untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

4. Bagi Prodi PGSD

Bagi prodi PGSD dapat memperoleh bahan bacaan tambahan

perpustakaan terkait dengan penelitian Research and Development

khususnya pengembangan media pembelajaran konvensional berbasis

kecerdasan ganda pada subtema Aku Merawat Tubuhku untuk siswa

kelas 1 sekolah dasar.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian maka dijelaskan

(33)

1. Media konvensional adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan, pengetahuan ataupun informasi dari

pengirim atau guru kepada penerima siswa, sehingga dapat

merangsang pikiran, persaan, perhatian dan minat serta perhatian

siswa sedemikian rupa sehingga pembelajaran dapat berjalan

sesuai dengan yang diharapkan atau dapat merasa puas dengan

hasil yang diperoleh baik para pendidik (guru) maupun siswa

2. Kecerdasan ganda adalah berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh

manusia seperti kecerdasan linguistik, matematis logis, spasial

ruang, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis,

dan eksistensial.

F. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan

Produk yang dikembangkan memiliki spesifikasi antara lain:

1. Produk yang dikembangkan berupa media konvesional berbasis 9

kecerdasan ganda yaitu kecerdasan linguistik, matematis logis,

spasial ruang, kinestik, musikal, interpersonal, Intrapesonal,

naturalis, dan eksistensial.

2. Media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda yang

di kembangkan berdasarkan subtema Aku Merawat Tubuhku

(34)

3. Media pembelajaran kovensional disusun berbasis kecerdasan

ganda ini digunakan dalam pembelajaran di kelas 1 SD pada

subtema Aku Merawat Tubuhku. Media pembelajaran ini

digunakan untuk 6 kali pembelajaran dalam 1 minggu meliputi :

papan cara merawat tubuh,kartu gambar cara merawat tubuh,

poster, papan garis bilangan,pohon tata tertib dirumah dan

disekolah, kartu gambar menggosok gigi, puzzle, papan berhitung,

(35)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KAJIAN PUSTAKA 1. Media Pembelajaran

a. Pengertian media pembelajaran

Istilah media berasal dari bahasa Latin “medium”. Secara harfiah media merupakan perantara untuk menyampaikan pesan.

National Education Association (dalam Karwati dan Donni, 2014:224), menyatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk

komunikasi yang tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.

Media hendaknya dapat dilihat, dibaca, dan didengar. Selain itu,

menurut Association of Education and Communication Technology

(dalam Karwati dan Donny, 2014:224) mengemukakan bahwa

media merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan orang

untuk menyalurkan pesan/ informasi. Menurut Hamidjojo (dalam

Hosnan, 2014:111), mengatakan bahwa media pembelajaran adalah

media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi

pelajaran yang bermaksud untuk mempertinggi kegiatan belajar

mengajar dalam segi mutu.

Menurut Gagne (dalam Karwati dan Donni 2014:224),

menjelaskan bahwa media pembelajaran merupakan berbagai jenis

(36)

peserta didik untuk belajar dan juga menyatakan bahwa media

pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan dari guru ke peserta didik (ataupun

sebaliknya) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat,

serta perhatian peserta didik agar proses pembelajaran dapat

berlangsung secara efektif.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang menjadi

perantara demi tercapainya tujuan pembelajaran.

b. Fungsi media pembelajaran

Menurut Azhar(2011:15) menyatakan bahwa fungsi

utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar

yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar

yang ditata dan diciptakan oleh guru. Sedangkan menurut

Hamalik (dalam Azhar 2011: 16 ) bahwa pemakaian media

pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa

pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Levie dan Lentz

dalam (Azhar 2003: 20) menyebutkan bahwa terdapat 4 fungsi

(37)

1. Fungsi Atensi

Media pembelajaran berfungsi sebagai inti dimana mampu

menarik dan mengarahkan perhatian siswa agar dapat

berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna

visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

Sangat sering ditemui bahwa siswa tidak fokus terhadap

pembelajaran yang dilakukan, namun setelah menggunakan

media pembelajaran kemudian siswa tersebut dapat lebih

diarahkan untuk memperhatikan media pembelajaran yang

digunakan.

2. Fungsi Afektif

Dapat dilihat dari kenikmatan siswa ketika belajar teks

yang disertai gambar. Media pembelajaran visual mampu

menggugah emosi dan sikap siswa, siswa dapat menganalisis dan

menanggapi dengan perbuatan terhadap fenomena yang

ditampilkan. Media pembelajaran juga membuat siswa tidak

pasif, bahkan siswa juga mempelajari dan mempraktikan

penggunaan media pembelajaran yang digunakan.

3. Fungsi Kognitif

Media pembelajaran visual yang berisi lambang-lambang

visual atau gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk

memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung

(38)

4. Fungsi Kompensatoris

Media visual yang memberi konteks untuk memahami teks

membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk

mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya

kembali. Media pembelajaran mampu mengakomodasi peserta

didik yang lemah dan lambat menerima dan mempelajari

pelajaran yang disajikan tanpa menggunakan media.

Berdasarkan uirian di atas disimpulkan bahwa ada berbagai

fungsi – fungsi yang digunakan dalam pembelajaran, antara lain yaitu, fungsi antensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, fungsi

kompensatoris, masing- masing fungsi dapat menciptakan

pembelajaran yang menarik bagi siswa.

c. Bentuk media pembelajaran.

Media pembelajaran dapat dikelompokan ke dalam

beberapa bentuk, yakni media visual, media audio, media

audio-visual, media cetak media model, media realita, belajar benda

sebenarnya melalui specimen, komputer, multimedia, dan internet

(Karwati dan Donni, 2014:235).

1. Media Visual.

Media visual merupakan media yang penyampaian terfokus

melalui indera penglihatan. Media visual terdiri atas media

yang dapat diproyeksikan (projected visual) misalnya opaque

(39)

filmstrips atau film projection; media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visual) misalnya gambar fotografik, media grafis yang terdiri dari sketsa, gambar, grafik,

bagan, poster, kartun dan karikatur, serta peta datar.

2. Media Audio.

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam

bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk

mempelajari materi tertentu. Contoh media audio adalah

program kaset suar dan program radio.

3. Media Audio-Visual.

Media audio-visual merupakan kombinasi dari media audio

dan media visual yang bisa dilihat dan didengar. Contoh media

audio-visual adalah program televisi/ video pendidikan/

instruksional, program slide suara, dan sebagainya.

4. Media Cetak

Media cetak merupakan sumber-sumber yang digunakan

dalam kegiatan belajar dan biasanya bebrbentuk buku. Contoh

media cetak adalah buku pelajaran, surat kabar dan majalah,

ensiklopedi, buku suplemen, pengajaran berprogram

5. Media Model

Media model adalah media tiga dimensi yang merupakan

(40)

besar, objek yang terlalu jauh, objek yang terlalu kecil, objek

yang terlalu mahal, objek yang jarang ditemukan, atau objek

yang rumit untuk dibawa ke kelas dan sulit dipelajari wujud

aslinya.

6. Media Realita

Media realita merupakan alat bnatu visual dalam

pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman

langsung (direct experience) kepada peserta didik.

7. Belajar Benda Sebenarnya melalui Specimen

Specimen adalah benda- benda asli atau sebagian benda asli yang digunakan sebagai contoh. Benda asli dapat juga dibuat

oleh manusia. Contoh specimen benda yang masih hidup

adalah: akuarium, terrarium, kebun binatang, kebun percobaan,

dan insektarium. Contoh specimen benda yang sudah mati

adalah: herbarium, teksidermi, awetan dalam botol, dan awetan

dalam cairan plastik. Contoh specimen benda yang tak hidup

adalah berbagai benda yang berasal dari batuan dan mineral.

8. Komputer.

Ada beberapa kegiatan pembelajaran yang terkait dengan

pembelajaran berbasis komputer antara lain CAI (Computer

(41)

mengetes kemajuan belajar peserta didik secara langsung. CMI

dimanfaatkan sebagai pembantu pengajar menjalankan fungsi

administratif yang meningkat, seperti rekapitulasi data peserta

didik, database buku/ e-library, dan kegiatan administrasi

sekolah.

9. Multimedia

Multimedia merupakan penggunaan media, baik yang

bersifat visual, audio, audio-visual, projected still media

maupun projected motion media yang dilakukan secara

bersama-sama.

10.Internet.

Pembelajaran dengan memanfaatkan internet dapat disebut

juga dengan pembelajaran berbasis ICT atau e-learning.

E-learning merupakan jenis kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya materi pembelajaran dengan

memanfaatkan media internet, intranet, atau media jaringan

komputer lainnya.

d. Manfaat media pembelajaran.

Media pembelajaran memiliki sejumlah manfaat yang sangat

penting dalam suatu kegiatan pembelajaran. Berikut ini adalah

manfaat-manfaat penggunaan media pembelajaran (Karwati dan

(42)

1. Mengatasi perbedaan pengalaman

Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan

pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik, karena

pengalaman yang berbeda antara peserta didik yang satu

dengan lainnya, baik latar belakang kehidupan keluarganya,

maupun lingkungannya.

2. Mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak

Konsep-konsep yang dirasakan bersifat abstrak dan sulit

dijelaskan secara langsung dapat dikonkretkan atau

disederhanakan kepada peserta didik melalui pemanfaatan

media pembelajaran.

3. Mengatasi keterbatasan

Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera,

ruang, dan waktu. Banyak hal yang tidak mungkin dialami

secara langsung di dalam kelas oleh peserta didik.

4. Interaksi langsung

Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi

langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.

5. Menghasilkan keseragaman pengamatan

Persepsi yang dimiliki oleh peserta didik berbeda, apabila

mereka hanya mendengar saja tanpa pernah melihat sendiri.

untuk itu, media pembelajaran dapat membantu peserta didik

(43)

6. Menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis

Penggunaan media pembelajaran seperti gambar, film,

objek, model, grafik, dan lain-lain dapat memberikan konsep

dasar yang benar.

7. Merangsang dan membangkitkan motivasi untuk belajar

Pemasangan gambar-gambar di papan tempel, pemutaran

film, mendengarkan rekaman atau radio merupakan

rangsangan-rangsangan tertentu ke arah rangsangan dan

motivasi peserta didik untuk belajar.

8. Membangkitkan keinginan dan minat guru

Penggunaan media pembelajaran akan memperluas horizon

pengalaman, persepsi, serta konsep-konsep. Akibatnya

keinginan dan minat untuk belajar akan selalu meningkat.

9. Memberikan pengalaman integral

Media memberikan pengalaman yang integral atau

menyeluruh dari konkret sampai hal yang bersifat abstrak.

e. Media konvensional

Media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang

digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi

dari pengajar ke peserta didik. Dengan demikian media, media

pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat

digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber/ pengajar

(44)

mengikuti kegiatan pembelajaran secara utuh, juga dimanfaatkan

untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran.

Selain itu, berfungsi pula memberikan penguatan maupun

motivasi.

Menurut Sanaky (2013) jenis media yang dimanfaatkan

dalam proses pembelajaran cukup beragam, mulai dari media yang

sederhana sampai media pada media yang canggih. Beberapa yang

dimaksud dalam media konvensional sebagai berikut:

1. Gambar atau foto

Berupa gambar atau foto yang berfungsi untuk

menyampaikan pesan melalui gambar yang menyangkut indera

penglihatan. Selain itu media grafis mempunyai tujuan menarik

perhatian, memperjelas materi, mengilustrasikan fakta atau

informasi yang mungkin akan cepat jika diilustrasikan dengan

gambar.

2. Sketsa

Sketsa adalah gambar sederhana yang melukiskan bagian-bagian

pokok tanpa detail. Sketsa merupakan media visual sederhana sebagai

sarana yang paling singkat dan abstrak untuk menggambarkan suatu

objek sehingga dapat menambah pemahaman visual siswa terhadap

susatu objek dan memperlancar penguasaan objek-objek yang

(45)

3. Diagram

Diagram adalah gambar sederhana yang menggunakan

garis-garis dan simbol. Diagram dipergunakan untuk

menyederhanakan sesuatu yang kompleks, sehingga dapat

memperjelas penyajian pesan.

4. Bagan (Chart)

Fungsi dari media pembelajaran ini adalah menyajikan

ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara

tertulis atau lisan. Bagan juga mampu memberikan ringkasan

butir-butir penting suatu presentasi.

5. Grafik

Grafik adalah gambar sederhana yang menggunkan

titik-titik, garis, atau gambar, sering kali digunkan simbol-simbolverbal

untuk melengkapinya. Grafik merupakan suatu bentuk penyajian

visual yang dipakai untuk membandingkan perbedaan jumlah dari

data pada saat yang berbeda-beda.

6. Poster

Poster adalah media yang diharapkan mampu

mempengaruhi dan memotivasi tingka laku orang yang melihatnya.

Dalam mengajar guru yang menggunakan media poster ukurannya

harus relatif besar sehingga siswa-siswi dapat melihat. Media

poster merupakan komunikasi efektif untuk menyampaikan pesan

(46)

7. Peta

Peta berfungsi untuk menyampaikan data lokasi. Peta

gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skla tertentu

melalui suatu sistem proyeksi. Peta konvensional (yang tercetak),

hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Disini peneliti

hanya membatasi pada peta konvensional.

8. Globe

Globe adalah tiruanbola bumi dalam bentuk kecil. kegunaan

globe adalah memperagakan arah rotasi bumi, memperagakan

terjadinya siang dan malam, menunjukan bentuk muka bumi yang

sebenarnya dan menunjukan sistem koordinat bola bumi.

9. Papan tulis

Salah satu media penyajian untuk pembelajaran yang sering

digunakan adalah papan tulis dan whiteboard. Kedua media ini

dapat dipakai untuk penyajian tulis-tulisan atau sket-sket gambar

dengan menggunakan kapur atau spidol untuk whiteboard, baik

yang berwarna ataupun tidak berwarna. Artinya dari warna tersebut

adalah agar tulisan lebih jelas, menarik, dan dapat berkesan bagi

siswa.

10. Papan flanel

Papan flanel (papan board) merupakan media visual yang

afektif untuk menyajikan pesan tertentu kepada sasaran tertentu

(47)

dapat dilipat dan praktis. Gambar–gambar yang akan disajikan dapat dipasang dan dilepas dengan mudah, sehingga dapat

dilengkapi.

Papan buletin dan papan magnetik, fungsi keduanya adalah

menerangkan sesuatu dan memberitahukan kejadian dalam waktu

tertentu. Papan magnetik merupakan papan pamer yang terdiri dari

atas permukaan baja tipis yang dilapisi magnet.

11. Flip chart

Flip chart adalah lembaran kertas media flip chart berisikan

bahan pelajaran yang tersusun rapi dengan baik. Penggunaan

media ini adalah salah satu cara guru dalam menghemat waktu

untuk menulis di papan tulis.

12. Akuarium

Akuarium adalah wadah atau tempat untuk memelihara

berbagai jenis komunitas kehidupan dalam air, seperti ikan,

ampibi, atanaman air, moluska, koral, dan berbagai jenis

invertebrata lainnya. Media ini efektif untuk menjelaskan

pengetahuan yang berkesan dengan ilmu alam misalnya ekosistem

air.

13. Bangun ruang

Bangun ruang adalah bangun matematika yang

(48)

umum dikenal sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut:

balok, kubus, prisma, limas, kerucut, tabung, dan bola.

14. Herbarium

Herbarium adalah koleksi atau contoh tumbuhan yang telah

dikeringkan atau diawetkan, diklarifikasi, dan direkatkan pada

kertas dengan keterangan tertentu. Herbarium digunakan sebgaai

alat identifikasi atau determinasi tumbuhan, penyedia informasi

tumbuhan disuatu tempat, dan bahan peraga.

2. Kecerdasan Ganda

a. Pengertian kecerdasan ganda

(49)

visual-spasial, musik, intrapersonal, interpersonal, kinestetik, naturalis dan eksistensial.

Sedangkan menurut Fleetham (dalam Yuami dan Nurdin, 2013:11) kecerdasan ganda adalah berbagai ketrampilan dan bakat yang di miliki siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan ganda adalah berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh manusia seperti kecerdasan linguistik, matematis logis, spasial ruang, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan eksistensial untuk memecahkan persoalan nyata dalam berbagai macam kondisi kehidupan.

b. Jenis-jenis Kecerdasan Ganda

Gardner (dalam Suparno 2004:21) suatu kemampuan

bahwa inteligensi disebut suatu kemampuan bila menunjukan suatu

kemahiran dan keterampilan seseorang untuk memecahkan

persoalan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya selanjutnya

dapat pula menciptakan suatu produk baru dan bahkan di ciptakan

persoalan berikutnya yang memugkinkan pengembangan

pengetahuan baru. Jadi dalam kemampuan itu ada unsur

pengetahuan dan keahlian pengetahuan itu sungguh mempunyai

dampak yaitu dapat memecahkan persoalan yang dialami dala

(50)

Menurut Gardner (dalam Suparno 2004:25), menyatakan

bahwa ada sembilan jenis-jenis atau ciri-ciri kecerdasan ganda

yaitu: Inteligensi linguistik, inteligensi matematis-logis, inteligensi

ruang visual, inteligensi kinestetik-badani, inteligensi musikal,

inteligensi interpersonal, inteligensi intrapersonal, inteligensi

lingkungan, dan inteligensi eksistensial. Berikut ini pengertian

kesembilan menurut Gardner (dalam Suparno 2004:25-44) sebagai

berikut:

1. Inteligensi Linguistik

Inteligensi linguistik sebagai kemampuan untuk

menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik

secara oral maupun tertulis seperti dimiliki para pencipta

puisi, editor, jurnalis, dramawan, pemain sandiwara, maupun

orator. Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan dan

pengembangan bahasa secara umum. Orang yang

berinteligensi linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik

dan lengkap. Ia mudah untuk mengembangkan pengetahuan

dan kempuan berbahasa, mudah belajar beberapa bahasa.

Orang tersebut dengan mudah mengerti urutan dan arti

kata-kata dalam berbahsa. Mereka mudah untuk menjelaskan,

mengajar, menceritakan pemikirannya kepada orang lain.

Mereka lancar dalam berdebat. Dalam mempelajari dan

(51)

bahkan menghafalkan puisi yang begitu panjang. Analisis

linguistiknya kuat. Dalam mengungkapkan suatu fakta yang

sama, orang ini akan lancar dan menceritakan dengan

perbendaharaan kata yang bervariasi sehingga tidak

menjemukan. Dalam menulis dan berbicara, kalimatnya

sungguh hidup dan utuh serta bervariasi. Banyak dari mereka

mudah dan senang main drama, menulis puisi, dan berpidato.

Secara umum, meraka memang mampu untuk menguasai

berbagai bahasa dengan baik.

2. Inteligensi Matematis-Logis

Inteligensi matematis-logis adalah kemampuan yang

lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika

secara efektif, seperti dipunyai seorang matematikus, saintis,

programer, dan logikus. Termasuk dalam inteligensi tersebut

adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi dan

perhitungan. Orang yang mempunyai inteligensi

matematis-logis sangat mudah membuat klasifikasi dan ketegorisasi,

dalam pemikiran serta cara mereka bekerja. Dalam

menghadapi banyak persoalan, dia akan mencoba

mengelompokannya sehingga mudah dilihat mana yang

pokok dan yang tidak, mana yang berkaitan antara satu dan

yang lain, serta mana yang merupakan persoalan yang lepas.

(52)

membuat abstraksi dari suatu persoalan yang luas dan

bermacam-macam sehingga dapat melihat inti persoalan yang

dihadapi dengan jelas. Meraka suka dengan simbolisasi,

termasuk simbolisasi matematis. Pemikiran orang

berinteligensi matematis-logis adalah induktif dan deduktif.

Jalan pikirannya bernalar dan dengan mudah

mengembangkan pola sebab akibat. Bila menghadapi

persoalan, ia akan lebih dulu menganalisisnya secara

sistematis, baru kemudian mengambil langkah untuk

memecahkannya. Biasanya orang yang menonjol dalam

inteligensi ini dapat menjadi organisator yang baik.

3. Inteligensi Ruang-Visual

Inteligensi ruang (spatial intelligence) atau kadang

disebut inteligensi ruang –visual adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat, seperti dipunyai

para pemburu, arsitek, navigator, dan dekorator. Termasuk

didalamnya adalah kemampuan untuk mengenal bentuk dan

benda secara tepat, melakukan perubahan suatu benda dalam

pikirannya dan mengenali perubahan itu, menggambarkan

suatu hal/benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam

bentuk nyata, serta mengungkapkan data dalam suatu grafik.

Juga kepekaan terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis,

(53)

dengan mudah membayangkan benda dalam ruang

berdimensi tiga, mereka mudah mengenal relasi benda-benda

dalam ruang secara tepat. Meski melihat dari jauh, ia dapat

memperkirakan letak benda itu. Itulah yang banyak dipunyai

oleh para navigator di tengah lautan yang luas. Seorang

navigator yang tidak kuat inteligensi ruangannya pada jaman

dulu akan dengan mudah menabrakan kapal ke pulau karang

karena salah memperkirakan jarak.

4. Inteligensi Kinestetik-Badani

Inteligensi Kinestetik-Badani adalah kemampuan

menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan

dan perasaan seperti ada pada aktor, atlet, penari, pemahat, dan ahli

bedah. Orang yang mempunyai inteligensi kinestetik-badani dengan

mudah dapat mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa

yang mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah di ekspresikan

dengan gerak tubuh, dengan tarian dan ekspresi tubuh. Orang yang

kuat dalam berinteligensi kinestetik-badani juga sangat baik dalam

menjalankan operasi bila ia seorang dokter bedah. Beberapa tokoh

berikut sering dimasukkan dalam mereka yang berinteligensi

kinestetik-badani tinggi, yaitu Martha Graham (penari balet), Charlie

Chaplin (pemain pantonin yang ulung), Dustin Hofftman (ator film),

Marcel Marceau (pemain pantonim), Kristi Yamaguchi (penari balet

(54)

Siswa yang mempunyai inteligensi kinestestik-badani biasanya

suka menari, olahragah dan suka bergerak. Siswa ini biasanya tidak

suka diam, ingin selalu menggerakkan tubuhnya. Bila waktu luang

dan tidak ada pelajaran, anak-anak ini dengan cepat akan main di

lapangan. Bila belajar menari, anak seperti ini dengan cepat akan bisa

dan tidak kaku karena tubuhnya fleksibel. Banyak dari siswa yang

mempunyai inteligensi ini berbakat melukis dengan baik, dapat

membangun bangunan seni. Sedangkan yang inteligensi

kinestetik-badaninya rendah meski sudah dilatih lama, tetap kurang begitu halus

tariannya. Demikian pula seorang pelatih sepak bola dengan cepat

akan tahu siswa yang mana punya inteligensi ini dan mana yang tidak.

Dari gaya seorang siswa bermain dan memainkan bola dapat di lihat

apakah ia mempunyai inteligensi kinestetik-badani tinggi atau tidak.

5. Inteligensi Musikal

Inteligensi musikal sebagai kemampuan untuk

mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk

musik dan suara. Di dalamnya termasuk kepekan akan ritme, melodi,

dan intonasi; kemampuan memainkan alat musik; kemampuan

menyanyi; kemampuan untuk mencipta lagu; kemampuan untuk

menikmati lagu, musik, dan nyanyian. Orang yang menonjol

inteligensi musikalnya sangat peka terhadap suara dan musik

(55)

6. Inteligensi Interpersonal

Inteligensi interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan

menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen

orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain

juga termasuk dalam inteligensi ini. Secara umum inteligensi

interpersonalberkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin

relaksi dan komunitasi dengan berbagai orang. Inteligensi ini banyak di

punyai oleh para komunikator, fasilitator, dan penggerak massa. Orang

yang kuat dalam inteligensi interpersonal biasanya sangat mudah bekerja

sama dengan orang lain, mudah berkomunikasi dengan orang lain.

7. Inteligensi Intrapersonal

Inteligensi intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan

dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak

secara adaptatif berdasarkan pengenalan diri itu. Termasuk dalam

inteligensi ini adalah kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri.

Orang ini punya kesadaran tinggi akan gagasan-gagasannya, dan

mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan pribadi sadar

akan tujuan hidupnya. Ia dapat mengatur perasaan dan emosinya

sehingga kelihatan sangat tenang. Orang yang menonjol dalam

inteligensi intrapersonal biasanya mudah berkonsentrasi dengan baik, Ia

mempunyai kesadaran diri dan dapat mengekspresikan

(56)

8. Inteligensi Lingkungan

Gardner (dalam Suparno 2014:21) bahwa menjelaskan

kecerdasan lingkungan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat

mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi

konsekuensial lain dalam alam natural, kemampuan untuk

memahami dan menikmati alam, dan menggunakan kemampuan itu

secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan

pengetahuan alam. Orang ini mempunyai kemampuan mengenal

sikap dan tingkah laku binatang, biasanya mencintai lingkungan dan

tidak suka merusak lingkungan hidup (Suparno, 2004:42)

Siswa yang mempunyai kecerdasan lingkungan tinggi

kiranya dapat dilihat pada kemampuannya mengenal,

mengklasifikasi, dan menggolongkan tanaman-tanaman, binatang

serta alam mini yang ada di sekolah. Mereka juga akan muda

mempelajari biologi dan akan semakinlancar bila mempunyai

kecerdasan matematis-logis (Suparno, 2004:43)

9. Inteligensi Eksistensial

Intiligensi eksistensial ini lebih menyangkut kepekaan dan

kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam

eksistensis atau keberdayaan manusia. Orang tidak puas hanya

menerima keadaannya, keberadaannya secara otomatis, tapi mencoba

menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam. Pertanyaan itu

(57)

hidup ini, bagaimana kita sampai ke tujuan hidup. Inteligensi ini

tampaknya sangat berkembang pada banyak filsuf terlebih filsuf

eksistensial yang selalu dan mencoba menjawab persoalan eksistensis

manusia. Anak yang menonjol dengan inteligensi eksistensial akan

mempersoalkan keberdayaannya di tengah alam raya yang besar ini.

Dari sembilan inteligensi itu dalam diri seseorang dapat di

kembangkan dan ditingkatkan secara memadai sehingga dapat

berfungsi bagi orang tersebut. Ini menunjukan bahwa kesembilan

inteligensi itu bukan hal yang sudah mati tidak terkembang melainkan

masih dapat di tingkatkan, di sinilah pendidikan mempunyai fungsi

yaitu membantu agar setiap inteligensi pada setiap seseorang

berkembang optimal. Dengan kata lain seorang anak yang inteligensi

musikalnya tidak tinggi dapat di bantu dan di latih sehingga ia bisa

bernyanyi meski berbeda dengan yang inteligensi musikalnya tinggi

demikian juga siswa yang inteligensi matematis-logis kurang baik

dapat dibantu untuk belajar matematika sampai pada level tertentu

yang dapat membantu hidupnya.

C. Dampak –dampak Inteligensi Ganda

Menurut Suparno (2004:51) teori inteligensi ganda ternyata

membantu banyak perubahan dalam sistem pengajaran dan pendidikan

pada banyak sekolah. Sekarang ini banyak sekolah menyusaikan

kurikulum, pembelajaran, pengaturan kelas dengan teori intelegensi

(58)

mengikuti model intelegensi ganda. Berikut ini dampak teori

intelegensi ganda sebagai berikut :

1. Dampak terhadap Pembelajaran.

Menurut Suparno (2004:53) teori intelegensi ganda

mempunyai pengaruh besar dalam proses pembelajaran di sekolah.

Banyak sekolah seperti Dan hasilnya yang dicapai adalah banyak

siswa yang tadinya diperkirakan tidak dapat berhasil dalam studi

mereka ternyata dapat dibantu, dan berhasil dengan baik berkat

pelajaran dengan intelegensi ganda. Demikian juga banyak guru

yang awalnya merasa tidak dapat membantu anak didik karena

mengajar dengan model yang sama terus-menerus ternyata dapat

membantu anak didik untuk berhasil karena mereka dapat

mengembangkan pengajaran yang bervariasi.

Menurut Gardner (dalam Suparno 2004: 55) menemukan

banyak guru seperti itu, guru yang mengajar hanya satu model

yaitu yang sesuai dengan intelegensinya sendiri yang menonjol.

Banyak yang selalu mengajar dengan cara yang sama, waktu yang

sama,dan gaya yang sama. Padahal cara itu tidak sesuai dengan

beberapa siswa yang berbeda intelegensinya, maka banyak siswa

yang meskipun masuk sekolah tetapi merasa tidak pernah di bantu

belajar. Melihat hal itu mencoba membantu guru-guru tersebut

(59)

intelegensi ganda yang lebih bervariasi dan disesuaikan dengan

intelegensi siswa.

2. Dampak terhadap pengaturan kelas.

Menurut Suparno (2004:60) pendekatan pembelajaran yang

berbeda, yang bervariasi karena intelegensi siswa dan guru yang

berbeda, juga mempengaruhi pengaturan kelas. Kelas tidak hanya

diatur dalam satu kedudukan yang tetap: berbaris dari depan ke

belakang. Kadang kelas harus diatur dengan kursi melingkar, atau

harus dikosongkan untuk menari, atau berkelompok kecil untuk

berdiskusi, dan sebagainya. Jelas pengaturan kelas pun harus lebih

fleksibel, bervarisai sesuai dengan model intelegensi ganda yang

mau ditekankan.

Perlu ditekankan bahwa belajar tidak boleh dalam gedung

kelas atau sekolah. Kadang demi pemahaman yang lebih

mendalam dan mudah, belajar harus di lakukan di luar sekolah,

bahkan di tempat yang sungguh jauh. Maka, model live in, model

study banding, model pengamatan di candi dan pengunungan, semuanya membutuhkan belajar di luar sekolah, pembelajaran

model intelegensi ganda memerlukan model-model tersebut.

3. Dampak terhadap evaluasi

Suparno (2004:61) menyatakan bahwa sistem pembelajaran

dan juga pendekatan yang bervariasi, jelas bahwa sistem evaluasi

(60)

tidaklah cukup karena tidak mengungkapkan intelegensi yang

bermacam-macam. Gardner (dalam Suparno 2004:61) menemukan

ada seorang siswa yang sangat cerdas dalam menganalisis flora dan

fauna, dan sangat kreatif menjelaskan kepada siswa yang lain.

Namun, siswa itu tidak berhasil, karena sikap kali ujian dengan cara

menulis esai selalu gagal. Ternyata siswa ini mempunyai intelegensi

interpersonal dan juga intelegensi lingkungan tinggi, tetapi kurang

menonjol dalam intelegensi linguistik, jelas, siswa seperti ini

membutuhkan evaluasi yang lain, barangkali dengan lisan, atau

diminta mengekspresikan dengan cara lain.

Menurut gardner (dalam Suparno 2004:61) evaluasi yang

tepat haruslah juga menggunakan macam-macam intelegensi yang

dipakai dalam pembelajaran. Evaluasi perlu menggunakan model

yang memuat kemampuan intelegensi matematis-logis, linguistik,

kinestetik-badani, musik, ruang-visual, interpersonal, dan

sebagainya; sekurang-kurangnya sesuai dengan pembelajarannya.

Evaluasi yang di pandang cocok untuk model pembelajaran

intelegensi ganda adalah lewat performa siswa dalam situasi yang

real, seperti pentas music, melakukan kerja nyata, menyelesaikan

proyek bersama, lewat pratikum, dan sebagainya. Dengan demikian

evaluasi sungguh autentik, menurut Armstrong (dalam Suparno

2004:62) agar evaluasi kita sunggu autentik dan menyeluruh,

(61)

1) Guru perlu melihat bagaimana siswa menunjukkan

prestasinya berkaitan dengan intelegensi yang digunakan.

2) Guru dapat mengumpulkan semua dokumen yang

dihasilkan siswa selama proses pembelajaran (portofolio)

seperti tes formal, informal, tulisan, foto, pekerjaan, video,

yang dibuat, jurnal yang ditulis, hasil pekerjaan rumah,

piagam, hasil interviu, pengamatan selama pembelajaran

keaktifan di kelas, dan sebagainya.

3) Guru perlu melihat bagaimana hasil proyek bersama teman

4) Tes tertulis pun harus bervariasi dan menyertakan

intelegensi ganda.

4. Dampak terhadap pendidikan nilai

Suparno (2004: 63) menyatakan bahwa intelegensi ganda

merupakan pengelompokan kemampuan dalam diri seseorang

sehingga dapat berfungsi secara lebih penuh. Intelegensi ini jelas

mempengaruhi pula bila kita mau menanamkan nilai pada anak.

Karena siswa lebih dapat menangkap makna atau pun isi nilai

dengan intelegensinya, maka penyampaian pendidikan nilai pun

perlu memperhatikan intelegensi ganda tersebut. Misalnya,

pendidik mau menyampaikan nilai kejujuran, tetapi bisa melalui

kerja kelompok, permainan, pembahasan persoalan, musik,

olahraga, tari, dan sebagainya. Dengan demikian, penyajian akan

Gambar

gambar atau
Grafik adalah gambar sederhana yang menggunkan titik-
Tabel 1. Kisi-kisi Wawancara
Gambar yang digunakan pada media pembelajaran konvensional jelas.
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang telah berkenan menjadi ahli media dan juga memberikan penilaian, kritik, serta saran berharga dalam pengembangan multimedia interaktif ini. Bapak Andhika Brahmantara

[r]

kDcED nqck B4 sd4N

Harahap, M Yahya. Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika. Ibrahim Johny, Teori dan

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data ini diperoleh dari studi dokumentasi yang

Tidak terbuktinya hipotesis 2 penelitian ini yaitu, investor bereaksi positif terhadap sustainability information yang diukur berdasarkan TVA, menunjukan bahwa

loud sound produced by the instruments. The "byarrr" effect produced by the Gong Kebyar frequently awaken the audiences from their sleep. When considering the