• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Emotional Exhaustion Dan Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus Pada CV. Mahesa Company Group Denpasar).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Emotional Exhaustion Dan Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus Pada CV. Mahesa Company Group Denpasar)."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH

EMOTIONAL EXHAUSTION

DAN MOTIVASI

KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN

(Studi Kasus Pada CV. Mahesa Company Group Denpasar)

SKRIPSI

Oleh :

GUNAWAN CHRISTIANTO NIM: 0915251130

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh pembimbing, serta diuji

pada tanggal 17 Februari 2016.

Tim Penguji Tanda Tangan

1. Ketua : Dr. Desak Ketut Sintaasih. SE., M.Si ...

2. Sekretaris : Dr. Made Surya Putra. SE., M.Si ……….

3. Anggota : I Gusti Ayu Dewi Adnyani SE., M.Si ………..

Mengetahui

Ketua Jurusan Manajemen Pembimbing

(3)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya

di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh

orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat

unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Februari 2016 Mahasiswa

Gunawan Christianto NIM : 0915251130

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur di panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Emotional Exhaustion dan Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja

Karyawan (Studi Kasus Pada CV. Mahesa Company Group Denpasar)”.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana

ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya bimbingan dan pengarahan

dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi

ini. Dalam kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S, selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Uniersitas Udayana.

3. Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE.,M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Drs. Ketut Suardhika Nata , M.Si., selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5. Ni Made Rastini, SE., MM, selaku Koordinator Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

6. Dr. Made Surya Putra, SE., MSi., selaku pembimbing akademik sekaligus

dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan, masukan, serta

(5)

v

7. Pimpinan dan karyawan pada CV. Mahesa Company Group Denpasar atas

kesediaannya memberikan informasi dan data yang diperlukan penulis dalam

penelitian.

8. Orang tua tercinta, Ayah dan Ibu serta adik-adikku atas dukungannya dan

doanya yang tulus dan tiada hentinya memotivasi penulis untuk

menyelesaikan studi.

9. Teman-teman terbaik angkatan 2009 atas semangat dan bantuannya selama

penulis kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dorongan serta semangat selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

terdapat banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan kemampuan serta

pengalaman penulis. Namun demikian skripsi ini diharapkan memberikan manfaat

bagi yang berkepentingan.

Denpasar, Februari 2016

(6)

vi

Judul : Pengaruh Emotional Exhaustion dan Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus Pada CV. Mahesa Company Group, Denpasar)

Nama : Gunawan Christianto NIM : 0915251130

Abstrak

Kepuasan kerja merupakan salah satu indikator keberhasilan operasi perusahaan dalam upaya untuk mencapai tujuannya. Untuk mewujudkan agar kepuasan kerja karyawan dapat tercapai, maka perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor yang mampu mempengaruhi kepuasan kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh emotional exhaustion dan motivasi kerja terhadap kepuasan kerja karyawan.

Penelitian dilakukan di CV. Mahesa Company Group Denpasar. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 35 orang karyawan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan survei lapangan. Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan variabel emotional exhaustion berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja karyawan, sedangkan variabel motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan.

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah pembebanan pekerjaan harus sesuai dengan keahlian dan bidang karyawan, memberikan pelatihan khusus kepada karyawan dan pemberian gaji harus disesuaikan dengan beban pekerjaan karyawan.

(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian... 7

1.5 Sistematika Penelitian ... 8

(8)

viii

3.10.2 Uji Asumsi Klasik ... 27

3.10.3 Uji Kelayakan Model (Uji F) ... 28

3.10.4 Pengujian Hipotesis (Uji t) ... 28

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Organisasi ... 29

4.1.1 Sejarah Singkat CV. Mahesa Company Group Denpasar 29 4.1.2 Struktur Organisasi ... 30

4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik ... 34

4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34

4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 34

4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 35 4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 36

4.5.1 Pengaruh Emotional Exhaustion Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan ... 47

(9)

ix

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

Tabel 3.1 Jumlah Populasi CV Mahesa Company Group Denpasar ... 24

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas ... 25

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas ... 26

Tabel 4.1 Distribusi Responden CV. Mahesa Company Group, Denpasar, Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34

Tabel 4.2 Distribusi Responden CV. Mahesa Company Group, Denpasar, Berdasarkan Usia. ... 35

Tabel 4.3 Distribusi Responden CV. Mahesa Company Group, Denpasar, Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 35

Tabel 4.4 Distribusi Responden CV. Mahesa Company Group, Denpasar, Berdasarkan Masa Kerja ... 36

Tabel 4.5 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Emotional Exhaustion ... 38

Tabel 4.6 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Motivasi Kerja ... 39

Tabel 4.7 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Variabel Kepuasan Kerja ... 40

Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 41

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas ... 43

Tabel 4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 44

Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinearitas ... 45

Tabel 4.12 Hasil Analisis Uji Kelayakan Mofel ... 45

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

Gambar 2.1 Model Penelitian Pengaruh Emotional Exhaustion dan Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Perusahaan CV. Mahesa Company Group, Denpasar ... 18

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran

1 Kuisioner Penelitian ... 57

2 Tabulasi Data Penelitian ... 61

3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 62

4 Deskriptif Variabel ... 68

5 Uji Normalitas ... 73

6 Uji Heteroskedastisitas ... 74

7 Uji Multikolinearitas ... 75

(12)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Psikologi dalam sebuah organisasi memberikan peranan penting pada

area-area seperti pengembangan SDM (Losyk, 2005:65). Dalam sebuah

perusahaan permasalahan psikologi sering ditemukan, salah satu contoh

permasalahan yang sering ditemukan adalah masalah tingkat kepuasan kerja

karyawan (Miranda, 2013).

Kepuasan kerja karyawan merupakan salah satu indikator keberhasilan

operasi perusahaan dalam usaha pencapaian tujuannya. Lebih lanjut, kepuasan

kerja merupakan keinginan bagi setiap karyawan. Menurut Churiyah (2011)

masing-masing karyawan memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda-beda,

semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan

kebutuhan karyawan tersebut maka semakin tinggi pula kepuasan kerja yang

dirasakannya, demikian pula sebaliknya.

Menurut Kumar (2011) kepuasan kerja adalah respon emosional dari

seorang karyawan terhadap berbagai aspek kerja di dalam perusahaan. Newstrom

(2005:34) mengemukakan bahwa kepuasan kerja berarti perasaan mendukung

atau tidak mendukung yang dialami karyawan dalam bekerja. Wexley dan Yukl

(2003) mengartikan bahwa kepuasaan kerja adalah cara pegawai merasakan

dirinya atas pekerjaannya. Pendapat lain dikemukakan oleh Christoper (2012)

yang menyatakan bahwa kepuasan keja adalah perasaan dalam diri karyawan yang

(13)

2

Kalimullah, dkk (2010) mengungkapkan, timbulnya kepuasan kerja

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a) Pekerjaan itu sendiri (works it self),

setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan

bidangnya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan

seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut,

akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja. b) Atasan (supervisor),

atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. c) Teman

sekerja (workers), merupakan faktor yang menjelaskan hubungan antara pegawai

dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda

jenis pekerjaanya. d) Promosi (promotion), merupakan faktor yang berhubungan

dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama

bekerja. e) Gaji/upah (salary), merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup

pegawai yang dianggap layak atau tidak.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan adalah

emotional exhaustion. Karyawan yang frustasi dapat disebabkan oleh kelelahan

emosional (emotional exhaustion). Menurut Cherniss (2001) kelelahan emosional

merupakan respon terhadap stres yang berlebihan atau akibat ketidakpuasan dalam

pekerjaan. Sumber kelelahan emosional dapat muncul pada individu yang

memiliki kecenderungan kepribadian perfeksionis atau menginginkan

kesempurnaan pada setiap pekerjaannya (Caputo, 2003). Selain itu, sumber lain

mengatakan bahwa peran dan tuntutan pekerjaan akan membuat karyawan mudah

(14)

3

Kelelahan emosional berdampak buruk dan dapat mempengaruhi

pekerjaan karyawan, seperti keengganan untuk berangkat kerja, marah dan

dendam, perasaan bersalah, adanya perasaan gagal, kecil hati dan masa bodoh

(ignoring). Selain dampak di atas, kelelahan emosional juga dapat menimbulkan

kecenderungan menyalahkan, merasa lelah dan letih setiap hari. Dampak lain

yang mungkin terjadi yaitu ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau

mendengarkan apa yang dikatakan atasan, sinis terhadap rekan kerja, bersikap

menyalahkan, serta kaku dalam berpikir serta bertahan untuk tidak berubah

(Cherniss, 2001).

Menurut Maslach (1981) gejala kelelahan emosional yaitu pertama:

individu merasa lelah dan tidak bertenaga, frustrasi, kehilangan energi, kehilangan

semangat serta tidak mampu memberikan pelayanan dengan baik secara

psikologis. Kedua: depersonalisasi (depersonalization), dimensi kedua ini

merupakan perkembangan dari dimensi kelelahan emosional (emotional

exhaustion), dan yang ketiga: penurunan hasrat pencapaian prestasi diri (law

personal accomplishment).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan adalah

motivasi kerja. Memahami motivasi sangatlah penting bagi perusahaan, karena

pemberian motivasi dimaksudkan untuk memberi daya perangsang kepada

karyawan yang bersangkutan agar karyawan tersebut bekerja dengan segala

upayanya (Manulang, 2005:139). Vera dan Wahyudin (2011) menambahkan

(15)

4

dimana keinginan tersebut dapat merangsang dan mendorong seseorang mau

melakukan pekerjaan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Haryani (2013) yang menyatakan bahwa

pemberian bentuk dorongan sebagai salah satu bentuk motivasi penting dilakukan

untuk meningkatkan gairah kerja karyawan sehingga mencapai hasil yang

dikehendaki oleh perusahaan. Pada dasarnya manusia sangat mudah untuk

diberikan motivasi karena apabila setiap kebutuhannya terpenuhi akan

menciptakan motivasi yang tinggi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan kepadanya (Buchari, 2001:97).

Penelitian dilakukan pada perusahaan CV. Mahesa Company Group yang

terletak di Jalan Buana Raya Denpasar-Bali. Perusahaan ini bergerak pada bidang

jasa kontruksi dan memiliki visi untuk menjadi perusahaan kontruksi terbesar,

terkemuka serta menjadi kekuatan utama dalam bidang indutri kontruksi di

Indonesia. Sisi lain dari perusahaan CV. Mahesa Company Group adalah bahwa

perusahaan ini memegang erat tiga nilai inti perusahaan, yang pertama

performance, memiliki komitmen terhadap mutu hasil kerja dan komitmen

terhadap customer. Kedua adalah character, yaitu memiliki integritas tinggi, dapat

dipercaya dan diandalkan. Ketiga adalah spirit, yaitu mampu menyesuaikan

dengan keadaan ekonomi yang cepat berubah serta berorientasi ke masa depan.

CV. Mahesa Company Group mempekerjakan 35 orang karyawan yang

terbagi menjadi tiga divisi yaitu civil division, architectural division dan interior

division. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, terdapat

(16)

5

kerja yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan.

Menurut salah satu karyawan, ketika bekerja dirinya seringkali merasa lelah dan

terkadang merasa depresi yang diakibatkan oleh pembebanan tugas yang tak

sebanding dengan kemampuan karyawan. Hal ini didukung oleh pernyataan salah

satu karyawan bagian lapangan, yang menyatakan, “Tidak adanya tambahan upah

lembur membuat saya tidak nyaman dalam bekerja, sehingga akhirnya membuat

saya bekerja dengan setengah hati”. Karyawan bagian lapangan yang lain juga

menyebutkan minimnya jaminan keselamatan kerja terkadang membuatnya takut

jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan, menurutnya keselamatan

kerja dianggap sangat penting untuk memotivasi karyawan bagian lapangan dalam

menjalankan pekerjaan yang penuh dengan risiko kecelakaan kerja.

Permasalahan gaji masih menjadi hal yang sering dikeluhkan oleh

karyawan pada beberapa perusahaan. Hal ini pula yang terjadi pada CV. Mahesa

Company Group, beberapa karyawan menuturkan bahwa gaji yang diberikan

perusahaan masih di bawah standar UMP (Upah Minimum Propinsi) dan tidak

sesuai dengan beban kerja yang diberikan kepadanya.

Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa karyawan yang

bekerja di CV. Mahesa Company Group merasa tidak puas dengan apa yang telah

dikerjakannya. Hal ini dikarenakan adanya rasa kelelahan emosional yang cukup

tinggi yang disebabkan oleh pembagian kerja yang tidak merata, misalnya

pembebanan tugas yang berlebihan dan tidak sesuai dengan bidang keahlian yang

(17)

6

emosional ini akan mengakibatkan karyawan menjadi cepat lelah, mudah

terpancing emosi dan konsentrasi kerja menjadi tidak maksimal.

Kurangnya motivasi dari pimpinan perusahaan juga mempengaruhi

kepuasan kerja karyawan yang berkerja di CV, Mahesa Company Group. Hal ini

dapat dinyatakan dalam bentuk contoh permasalahan gaji yang diterima, jaminan

kesehatan dan keselamatan kerja yang minim, tidak adanya upah tambahan untuk

kerja lembur dan fasilitas perusahaan yang kurang memadai. Berdasarkan latar

belakang yang telah dijelaskan dari awal, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh dari emotional exhaustion dan motivasi kerja

terhadap kepuasan kerja karyawan. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan

masukan atau sebagai pedoman bagi para pimpinan perusahaan agar lebih

memahami perilaku karyawan terkait dengan emotional exhaustion, motivasi kerja

dan kepuasan kerja karyawan.

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Dari penjelasan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti

menghasilkan dua rumusan permasalahan di CV. Mahesa Company Group, yaitu:

1) Bagaimana pengaruh emotional exhaustion terhadap kepuasan kerja

karyawan?

(18)

7 1.3Tujuan Penelitian

Rumusan masalah penelitian di atas menghasilkan tujuan penelitian yang

dilakukan di CV. Mahesa Company Group, yaitu:

1) Mengetahui pengaruh emotional exhaustion terhadap kepuasan kerja

karyawan.

2) Mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja karyawan.

1.4Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan kebenaran teori-teori yang

digunakan.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi di bidang ilmu

manajemen sumberdaya manusia. Khususnya dalam aspek emotional

exhaustion, motivasi kerjadan kepuasan kerja karyawan.

c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti-peneliti lainnya

(19)

8 2. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi CV. Company Mahesa

Group untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kepuasan kerja karyawan.

2) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan

bagi pimpinan CV. Mahesa Company Group dalam membuat dan memutuskan

kebijakan berkaitan dengan emotional exhaustion dan motivasi kerja yang

dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.

1.5Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Bab ini mengemukakan dan menguraikan mengenai landasan teori yang

berkaitan dengan kepuasan kerja, emotional exhaustion dan motivasi kerja

serta penjelasan mengenai hasil penelitian sebelumnya yang melandasi

penelitian ini dan rumusan hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian

ini.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang lokasi penelitian, objek penelitian,

(20)

9

penentuan sampel, metode pengumpulan data, pengujian instrumen serta

teknik analisis data.

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan mengenai gambaran umum organisasi tempat

penelitian, deskripsi hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian.

BAB V Simpulan dan Saran

Bab ini menerangkan tentang simpulan yang diperoleh dari hasil analisis

dalam pembahasan serta saran-saran yang sesuai dengan simpulan yang

(21)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1Landasan Teori

2.1.1Kepuasan Kerja

Perhatian manajer terhadap karyawan akan mengakibatkan peningkatan

kepuasan kerja, yang pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap

peningkatan kinerja karyawan (Griffin, 2004:45). Pada tahun 1943, Maslow

mengemukakan suatu teori yang mengusulkan agar orang di motivasi oleh suatu

hierarki kebutuhan (Griffin, 2004:46). Teori Maslow mengasumsikan bahwa

orang berusaha memuaskan kebutuhan yang mendasar sebelum mengarahkan

perilaku mereka pada pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi (Ivancevich dkk,

2006:148). Kebutuhan-kebutuhan yang dimaksud dalam teori Maslow adalah (a)

fisiologis, merupakan kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal dan

bebas dari rasa sakit, (b) keamanan dan keselamatan, merupakan kebutuhan untuk

bebas dari ancaman, diartikan sebagai aman dari peristiwa atau lingkungan yang

mengancam, (c) kebersamaan, sosial dan cinta, merupakan kebutuhan akan

pertemanan, afiliasi, interaksi dan cinta. (d) harga diri, merupakan kebutuhan akan

harga diri dan rasa hormat dari yang lain, dan (e) aktualisasi diri, merupakan

kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dengan secara maksimum

menggunakan kemampuan, keterampilan dan potensi.

Kepuasan kerja memiliki arti penting bagi setiap organisasi karena

(22)

11

memenuhi kebutuhan anggota di dalamnya (Pande dan Utama, 2014). Kepuasan

kerja yang rendah akan menyebabkan berbagai dampak negatif yang dapat

merugikan perusahaan (Negara dan Dewi, 2014). Bentuk kepuasan kerja

karyawan dapat dilihat dari moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja

(Dhermawan dkk, 2012). Terciptanya kepuasan kerja seorang karyawan secara

otomatis akan mendorong mereka untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

pekerjaannya (Haryani, 2013).

Secara singkat Robbins (2001:148) mengemukakan bahwa kepuasan kerja

adalah suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Menurut

Kreitner dan Kinichi (2005:202) kepuasan kerja ialah respon emosional terhadap

berbagai aspek pekerjaan dari setiap karyawan. Handoko (2001:193) mengatakan

bahwa kepuasan kerja ialah perasaan menyenangkan yang berkaitan dengan

pandangan karyawan terhadap pekerjaannya. Hasibuan (2007:202) mengartikan

bahwa kepuasan kerja merupakan keadaan yang mencintai pekerjaannya.

Menurut Mas’ud (dalam Manurung, 2012) kepuasan kerja merupakan

sikap positif terhadap pekerjaan seseorang. Menurut Hessel (2005:164) kepuasan

kerja adalah tingkat rasa puas individu bahwa mereka mendapat imbalan yang

setimpal dari bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dari organisasi tempat

mereka bekerja, sehingga dapat diartikan kepuasan kerja adalah menyangkut

psikologis individu di dalam organisasi, yang diakibatkan oleh keadaan yang ia

rasakan dari lingkungannya.

Reaksi positif dan negatif akan terlihat dan berdampak pada karyawan.

(23)

12

semangat kerja yang tinggi dalam memulai pekerjaan (Sutrisno, 2009:83).

Frederick Herzberg (dalam Robbins, 2010:112) mengemukakan ada dua teori

yang menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi puas atau tidaknya seorang

karyawan, yaitu (1) faktor satisfiers, sebagai sumber kepuasan kerja dan (2) faktor

dissatisfiers atau hygiene sebagai faktor yang menyebabkan ketidakpuasan kerja.

Mangkunegara (2005:120) menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu (1) Faktor yang ada pada diri pegawai,

meliputi kecerdasan, kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik,

pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir,

persepsi dan sikap kerja. Sedangkan (2) faktor pekerjaan, meliputi jenis pekerjaan,

struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan

keuangan, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja.

2.1.2 Emotional Exhaustion

Emotional exhaustion atau kelelahan emosional dapat timbul karena

seseorang bekerja terlalu intens, bekerja terlalu banyak dan terlalu lama serta

memandang kebutuhan dan keinginan mereka sebagai hal kedua (Miranda, 2013).

Emotional exhaustion menggambarkan perasaan emosional yang berlebihan dan

kelelahan yang disebabkan oleh sebuah pekerjaan (Wright dan Cropanzano,

1998). Maslach dan Jackson (1981:99) menyatakan emotional exhaustion adalah

suatu perasaan emosional yang berlebihan dari sumber daya emosional seseorang

yang telah habis yang dialirkan oleh kontak seseorang kepada orang lain.

(24)

13

cemas setiap ingin memulai bekerja. Rasa cemas setiap ingin memulai bekerja

merupakan suatu proses kelelahan emosional sebagai perilaku dalam menyikapi

perasaan yang tinggi pada diri seorang karyawan (Zagladi, 2005).

Kelelahan emosional atau yang dikenal dengan emotional exhaustion

bersumber dari burnout (Leiter dan Maslach, 1998). Burnout merupakan keadaan

dimana karyawan merasakan kehabisan tenaga dan kehilangan gairah dalam

bekerja serta dorongan emosional yang kuat karena perasaan terbebani dan tidak

ada yang membantu (Miranda, 2013). Perasaan yang tertekan dan terlalu lelah

karena suatu pekerjaan telah menunjukkan efek negatif pada sikap dan perilaku

karyawan (Maslach dan Jackson, 1981). Hal inilah yang seharusnya diperhatikan

oleh bagian manajerial untuk memberi perhatian terhadap emotional exhaustion

karena hal ini dapat mempengaruhi kinerja dan perubahan sikap seorang

karyawan.

Emotional exhaustion juga didefinisikan oleh Churiyah (2011) sebagai

kelelahan individu yang berhubungan dengan perasaan pribadi yang ditandai

dengan rasa tidak berdaya dan depresi. Emosi sangat berperan penting dalam

sebuah lingkungan kerja karena emosi dapat mempengaruhi sikap dan perilaku

seorang karyawan (Owais 2015). Novitasari, dkk (2013) memberi penjelasan

bahwa faktor pemicu emotional exhaustion antara lain : (a) beban kerja, (b)

penghargaan, (c) lingkungan keluarga dan (d) konflik peran.

Menurut Losyk (2005:20) emotional exhaustion paling umum terjadi pada

orang-orang yang bekerja dengan jam kerja yang panjang, dalam

(25)

14

membuat komitmen-komitmen khusus. Lebih lanjut Losyk (2005:25) mengatakan

bahwa faktor-faktor pekerjaan yang menyebabkan emotional exhaustion antara

lain atasan yang menuntut, tekanan waktu, beban kerja yang terlalu banyak,

lingkungan kerja yang tidak nyaman, ketidakpastian kerja, kurangnya kebijakan

dan prosedur, serta fasilitas yang kurang memadai.

2.1.3 Motivasi Kerja

Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam

menentukan perilaku seseorang (Hariandja, 2002:320). Secara umum, motivasi

didefinisikan sebagai serangkaian kekuatan yang menyebabkan orang berperilaku

dalam cara-cara tertentu (Griffin dan Ronald, 2007:284). Hariandja (2002:321)

mengartikan motivasi sebagai faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong

perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang

dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras. Hasibuan (2008:95) mengatakan

motivasi adalah pemberian daya gerak yang menciptakan gairah kerja seseorang

agar mereka mampu bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala

daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Manulang (2005:146) berpendapat

motivasi berarti pemberian tenaga pendorong manusia untuk bertindak atau suatu

tenaga didalam diri manusia yang menyebabkan manusia bertindak.

Pengertian motivasi erat kaitannya dengan timbulnya suatu kecenderungan

untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan (Narmodo dan Farid, 2013). Motivasi

pada dasarnya adalah proses yang menentukan seberapa banyak usaha yang akan

(26)

15

menambahkan bahwa dalam kehidupan berorganisasi, termasuk kehidupan

berkarya dalam organisasi bisnis, aspek motivasi kerja harus mutlak mendapatkan

perhatian khusus dari para manajer. Motivasi kerja yang tinggi akan memacu

karyawan untuk bekerja lebih bersemangat sehingga dapat membuat karyawan

merasa puas akan hasil pekerjaannya (Saleem, 2010). Selain itu, motivasi juga

dapat diartikan sebagai sebuah energi yang dapat menyebabkan seseorang cepat

memutuskan untuk mengambil tindakan untuk mengatasi sebuah permasalahan

dalam pekerjaannya (Oguinnake, 2014).

Mangkunegara (2005:101) menyebutkan terdapat dua teknik dalam

memotivasi pegawai, yaitu : (1) Teknik pemenuhan kebutuhan pegawai, artinya

bahwa pemenuhan kebutuhan pegawai merupakan pondasi yang mendasar dari

perilaku kerja, (2) Teknik komunikasi persuasif, adalah merupakan salah satu

teknik memotivasi kerja pegawai yang dilakukan dengan cara mempengaruhi

pegawai secara ekstra logis.

Oleh karena itu, dengan adanya motivasi maka tujuan organisasi akan

lebih mudah tercapai. Pemberian motivasi kepada seseorang merupakan suatu

mata rantai yang dimulai dari kebutuhan, menimbulkan keinginan, menimbulkan

tindakan, dan menghasilkan keputusan (Mahardika dkk, 2012). Dari berbagai

tahapan pemberian motivasi, faktor utama yaitu kebutuhan dan pengarahan

perilaku. Pemberian motivasi haruslah diarahkan untuk pencapaian tujuan

organaisasi. Hanya dengan kejelasan tujuan maka semua personal yang terlibat

dalam organisasi dapat dengan mudah memahami dan melaksanakannya (Gomes,

(27)

16 2.2Hipotesis Penelitian

2.2.1 Emotional Exhaustion dan Kepuasan Kerja Karyawan

Penelitian yang dilakukan oleh Zagladi (2005) menyatakan bahwa potensi

negatif dari emotional exhaustion ini akan melicinkan seseorang ke arah putus asa

dan juga akan menimbulkan perasaan depresi yang pada akhirnya akan

mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Sutrisno (2001) mendukung dengan

menyatakan bahwa seseorang yang mengalami emotional exhaustion dapat

ditandai dengan terkurasnya sumber-sumber emosional yang pada akhirnya

mereka merasa tidak mampu memberikan pelayanan secara psikologis. Hal ini

juga ditambahkan oleh Maslach dan Jackson (1981) bahwa perasaan yang tertekan

dan terlalu lelah karena suatu pekerjaan, telah menunjukkan efek negatif pada

sikap dan kepuasan kerja karyawan.

Menurut Owais (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa emotional

exhaustion memiliki hubungan yang kuat dan berdampak negatif bagi kepuasan

kerja karyawan. Pendapat lain dikemukakan oleh Avdija (2013) yang menyatakan

bahwa emotional exhaustion merupakan salah satu faktor yang dapat membuat

menurunnya tingkat kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Churiyah (2011), emotional exhaustion berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan kerja, Pendapat ini juga didukung dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Yuliastini (2014) yang menyatakan emotional exhaustion

berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja karyawan. Mengacu dari hasil-hasil

(28)

17

H1: Emotional exhaustion berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja

karyawan

2.2.2 Motivasi Kerjadan Kepuasan Kerja Karyawan

Handara dan Mujiati (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

motivasi memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan kepuasan kerja

karyawan. Motivasi juga mampu memberikan dampak positif untuk kepuasan

kerja karyawan (Sohail, 2014). Semakin karyawan termotivasi, maka semakin

tinggi pula kemungkinan tingkat kepuasan kerjanya (Kingsley, 2014). Kalimullah

(2010) menambahkan bahwa motivasi dapat menciptakan sebuah organisasi yang

lebih sukses karena karyawan merasa semangat kerjanya tinggi untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan sehingga motivasi menjadi hal yang penting bagi

perusahaan. Menurut Safri (2005) motivasi sangat diperlukan dalam upaya

peningkatan kinerja karyawan. Gomes (2009:117) mengungkapkan bahwa

motivasi sangat berkaitan erat dengan keberhasilan perusahaan dalam mencapai

sebuah tujuan.

Penelitian Ratnasari dan Dewi (2014) menunjukkan bahwa motivasi

merupakan variabel yang paling dominan yang berpengaruh positif terhadap

kepuasan kerja karyawan. Handara dan Mujiati (2013) menambahkan dengan

meningkatkan pemberian motivasi akan sekaligus menciptakan kepuasan kerja.

Hal ini juga didukung hasil penelitian dari Pande dan Utama (2013) serta Negara

(29)

18

terhadap kepuasan kerja karyawan. Mengacu dari hasil-hasil penelitian

sebelumnya, maka dapat ditarik hipotesis kedua dari penelitian adalah

H2 : Motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja

karyawan.

2.3 Model Penelitian

Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

terbentuklah kerangka berpikir seperti gambar yang disajikan dibawah ini:

Gambar 2.1 Model Penelitian Pengaruh Emotional Exhaustion dan Motivasi

Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Perusahaan CV.

Mahesa Company Group, Denpasar.

H1 (-)

H2 (+)

Sumber : Teori dan Penelitian Sebelumnya

Emotional Exhaustion

(X1)

Motivasi Kerja (X2)

Kepuasan Kerja

(30)

19

Gambar diatas menjelaskan bahwa emotional exhaustion berpengaruh

negatif terhadap kepuasan kerja karyawan, sedangkan motivasi kerja berpengaruh

Gambar

Gambar 2.1 Model Penelitian Pengaruh Emotional Exhaustion dan Motivasi

Referensi

Dokumen terkait

Dari perhJtungan metode pendekatan biaya dan metode pendekatan pendapatan, dilakukan rekonsiliasi indikasi nilai properti dengan melakukan pembobotan sehingga

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk Untuk mengetahui strategi

Mengingat luasnya pembahasan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan tidak meyimpang dari permasalahan, maka penulis membatasi permasalahan yang akan

untuk analisis data tidak tersedia, atau tersedia dalam jangka waktu yang

Aroma yang ditimbulkan yaitu aroma harum edamame dan pisang, serta tekstur lembut, kurang keras dan kurang renyah.Beberapa panelis mendeskripsikan produk MAMABAR seperti diatas

Berdasarkan analisis data yang diperoleh berkenaan dengan pendidikan agama Islam berbasis Multikultural dalam buku Pluralisme dan Multikulturalisme: Paradigma baru

speaking achievement of the students before and after being taught using role

Menurut Wena (2009: 190), pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, disamping