• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Hipnoterapi untuk Menurunkan Berat Badan pada Subjek yang Mengalami Obesitas di Klinik Hipnoterapi X di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Hipnoterapi untuk Menurunkan Berat Badan pada Subjek yang Mengalami Obesitas di Klinik Hipnoterapi X di Kota Bandung."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

bandung. People who becomes the research subjects are clients in the clinic that experience obesity because of their eating behavior cannot be controlled and in pursuance of weight loss program. The number of respondent in this research are 2 persons.

In this time there are various efforts to comprehend and study obesity in order to overcome this problem. One method can be done by hypnotherapy. The result that we got supposed can enrich knowledge and comprehension about obesity related with hypnotherapy as an intervention method according to psychotherapy applications.

this research based on Calvin D. Banyan (2001) theory concerning hypnotherapy. Variable that is studied in this research is hipnotherapy and clients body weight. Our research data is collected from body weight measurement and the Rorschach Comprehension System instrument that made by John E. Exner (1974). The research design that is used in this research is quasi experimental with case study method. The data that has been collected is processed quantitatively and explained descriptively.

The result shows that hypnotherapy can be used as a method in weight loss program. Hypnotherapy changes information and beliefs that had internalized in their self with new information (by suggestion), later on internalized into client's belief system so that provide as a base for respondent behavior change that aim to body weight depreciation. One aspect which gives most contribution in client's body weight depreciation is belief aspect.

(2)

Universitas Kristen M aranatha iv

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk melihat penerapan program hipnoterapi untuk menurunkan berat badan pada subjek yang mengalami obesitas di Klinik Hipnoterapi X di Kota Bandung. Subjek penelitiannya adalah klien hipnoterapi yang mengalami obesitas karena pola makan yang tidak terkontrol dan sedang melakukan program penurunan berat badan. Jumlah sampel untuk penelitian ini adalah 2 orang.

Terdapat berbagai upaya untuk memahami dan mendalami permasalahan obesitas dengan tujuan untuk mengatasi masalah ini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan penanganan melalui program hipnoterapi. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan pemahaman mengenai obesitas serta penanganannya melalui hipnoterapi sebagai salah satu penerapan psikoterapi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan teori dari Calvin D. Banyan (2001). Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah hipnoterapi dan berat badan yang klien. Data diperoleh melalui pengukuran berat badan dan alat ukur The Rorschach Comprehension System yang dikembangkan oleh John E. Exner (1974). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental dengan metode case study. Data yang diperoleh diolah secara kuantitatif dan dijelaskan secara deskriptif .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipnoterapi dapat digunakan untuk menurunkan berat badan klien. Hipnoterapi mengubah informasi, keyakinan dan motif-motif yang sudah lama dimiliki dengan informasi baru (sugesti), yang selanjutnya akan terinternalisasi kedalam sistem belief klien dan mengubah belief serta motif-motif yang lama sehingga mendasari terjadinya perubahan perilaku responden yang mengarah kepada penurunan berat badan. Aspek yang paling banyak berperan dalam penurunan berat badan klien adalah aspek belief.

(3)

Halaman

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Permasalahan ………..………1

I.2. Identifikasi Masalah ………...14

I.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ………..………….14

I.4. Kegunaan Penelitian ………...………15

I.5. Metodologi Penelitian ………16

II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Bahasan Teoritis ………17

II.1.1. Obesitas II.1.1.1.Definisi Obesitas ………17

II.1.1.2.Pengklasifikasian Obesitas ………18

II.1.1.3.Perspektif Biobehavioral mengenai Obesitas ………20

II.1.1.4.Akibat Obesitas ………..36

II.1.2. Hipnosis dan Hipnoterapi II.1.2.1.Definisi Hipnosis ………...……….39

II.1.2.2.Definisi Hipnoterapi ………...39

II.1.2.3.Teknik Hipnoterapi ……….…40

II.1.2.4.Kedalaman Level Hipnoterapi ………42

II.1.2.5.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipnoterapi ………44

(4)

Universitas Kristen M aranatha vi

II.1.4. Pendekatan Klinis Integratif Terapi Kognitif Behavior dan Hipnosis ...47

II.2. Kerangka Pemikiran ………...51

II.3. Asumsi – Asumsi ……….………59

II.4. Hipotesis ………..……….59

III. METODE PENELITIAN III.1. Desain Penelitian ………60

III.2. Variabel Penelitian ……….61

III.3. Alat Ukur ………62

III.4. Populasi dan Sampel ………..65

III.5. Prosedur Pengumpulan Data ………..66

III.6. Metode Analisis ………..66

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Klien I ……….………..67

IV.2. Hasil Klien II ………...……….76

IV.3. Pembahasan Umum ………87

V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan ……….89

V.2. Saran ……….…………...90

DAFTAR PUSTAKA ……….………91

DAFTAR RUJUKAN ………..………...…92

(5)

Skema 1 : Kerangka Pemikiran ...57

(6)

Universitas Kristen M aranatha viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Indikator Alat Ukur ……….63

Tabel 2 : Hasil Responden I ………73

Tabel 3 : Hasil Responden II ………...83

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Permasalahan

Dalam beberapa tahun terakhir, kita sangat sering mendengar kata hipnosis,

entah lewat media cetak, seminar, maupun terutama dari media televisi yang dengan

gencar menayangkan beragam acara hipnosis. Karena itu, kesan atau pemahaman

yang beredar di masyarakat luas mengenai hipnosis adalah praktik supranatural atau

klenik, hipnosis sama dengan gendam atau kejahatan, hipnosis adalah penguasaan

pikiran, hipnosis adalah ilmu sesat yang menggunakan kekuatan makhluk halus, dan

hipnosis adalah sama dengan tidur. Selama ini telah terjadi kerancuan makna atau

salah pemahaman mengenai hipnosis. Hipnosis telah dipersepsikan secara keliru

sebagai klenik atau magic. Konsep hipnosis telah ada sejak awal peradaban manusia,

hipnosis selalu dihubungkan dengan berbagai ritual keagamaan dan kepercayaan,

kekuatan magis dan supranatural. Hipnosis dalam bentuk tradisional telah dikenal

sejak ribuan tahun silam oleh berbagai bangsa di dunia. Hipnosis secara konvensional

adalah salah satu kondisi kesadaran (state of consciousness), dimana dalam kondisi ini

manusia lebih mudah menerima saran (informasi). Konsep hipnosis terus berkembang

seiring dengan perkembangan jaman.

Hipnosis modern mulai digunakan oleh Franz Mesmer sekira abad ke-18.

Mesmer menganggap dirinya mempunyai kekuatan untuk mengobati pasien dengan

“kesaktiannya”. Sampai akhirnya ia disidang dalam Akademi Kedokteran Perancis

(8)

Universitas Kristen Maranatha 2

meneliti apakah yang dilakukan oleh Mesmer. Dan dari persidangan ini disimpulkan

bahwa apa yang dilakukan Mesmer hanya suatu sugesti sedemikian rupa sehingga

pasien melakukan proses penyembuhan sendiri. Aliran Mesmer ini (Mesmerisme)

sudah terlanjur berkembang dan banyak pengikutnya. Hanya orang yang mempunyai

“kesaktian” ini yang dapat melakukan proses hipnosis. Aliran ini sudah ada sejak 2

abad yang lampau.

Aliran inilah yang masih berkembang di Indonesia sampai saat ini, dimana

hanya orang yang memiliki “kesaktian” saja yang bisa melakukan hipnosis dan untuk

memperoleh kemampuan ini dikaitkan dengan hal-hal mistik seperti berpuasa dulu,

melakukan latihan fisik, dll. Apabila orang tersebut tidak kuat secara jiwa dan raga

tetapi bisa melakukan hipnosis maka akan dicurigai bahwa orang tersebut

menggunakan kekuatan sihir dengan bantuan kuasa gelap atau jin. Padahal di luar

negeri, khususnya Eropa dan Amerika, konsep hipnosis sudah berubah sama sekali

dan telah berkembang sangat pesat. Banyak ilmuwan-ilmuwan yang meneliti

fenomena hipnosis ini mulai dari Dr. James Braid, Freud, Jung, sampai dengan Dr.

Milton H. Erickson dan seterusnya seperti Dr. Dave Elman dan sebagainya.

Namun sejalan dengan perkembangannya hingga menjadi suatu ilmu

pengetahuan, konsep hipnosis masih banyak diperdebatkan. Banyak ahli yang

mempertanyakan keberadaan kondisi hipnosis karena selama ini konsep hipnosis

dikatakan ada dan terjadi melalui hasil-hasil penelitian empiris yang amat sangat

bergantung kepada konsep abstrak seperti sugesti dan belief serta kurang

memperhatikan kontrol dan efek placebo yang dapat memperkuat hasil

penelitian-penelitian tersebut. Kondisi hipnosis dibuktikan dengan adanya perbedaan frekuensi

(9)

”dipatenkan” sebagai kondisi hipnosis, karena setiap sensasi dan pengalaman yang

diterima oleh otak akan mengakibatkan terjadinya perubahan frekuensi gelombang

otak. Kurangnya sumber-sumber referensi ilmiah yang membahas mengenai proses

hipnosis juga membuat beberapa skeptis beranggapan bahwa hipnosis adalah ilmu

yang lebih didasari oleh okultisme dan mistik serta kurang ilmiah (R. Barker Bausell,

dalam www.skepdic.com, 2007).

Dari hasil-hasil penelitian mengenai hipnosis dan hipnoterapi dapat

disimpulkan bahwa keadaan hipnosis, atau kadang-kadang disebut sebagai trans,

adalah suatu keadaan di mana manusia sangat fokus pada suatu tindakan atau aktivitas

yang sedang dilakukan dengan mengabaikan hal-hal lain yang bukan prioritasnya.

Sehingga, apabila terjadi suatu masalah, kita dapat dengan mudah menyelesaikannya.

Dalam proses hipnosis, yang terjadi adalah hipnotist memandu sorang subyek (orang

yang dihipnosis) agar dapat dengan mudah masuk ke dalam keadaan hipnosis.

Sedangkan tindakan atau perilaku yang terjadi karena proses hipnosis adalah hasil

sugesti yang sangat persuasif dari hipnotist kepada subyek sedemikian rupa sehingga

subyek terpengaruh oleh sugesti tersebut. Tindakan ini tidak akan selalu berhasil bila

sugestinya bertentangan dengan nilai dasar dan keinginan subyek.

Hal ini juga terjadi pada stage hypnosis, seperti yang ditayangkan di televisi.

Subyek bisa berperilaku sedemikian rupa sesuai dengan perintah hipnotist karena

subyek ingin merasakan fenomena hipnosis, sehingga subyek dengan mudah

terpengaruh oleh sugesti si penghipnosis. Secara kejiwaan atau perilaku, hal tersebut

tidak akan berlangsung lama karena hanya bermain di batas pikiran bawah sadar

(10)

Universitas Kristen Maranatha 4

kejahatan. Pada intinya, subyek mau dipengaruhi oleh sugesti hipnotist. Jika subyek

menolak untuk dipengaruhi, maka proses hipnosis ini tidak akan berhasil.

Walaupun mengalami banyak perdebatan, ilmu mengenai hipnosis terus

berkembang sampai kepada penerapan hipnosis dengan menggunakan teknik-teknik

tertentu, yang bersifat terapeutik, untuk membantu seseorang menyelesaikan

permasalahannya. Proses ini dikenal dengan hipnoterapi. Hasil-hasil penelitian

mengenai hipnosis dan hipnoterapi menunjukkan bahwa hipnoterapi sangat

bermanfaat dalam membantu proses penyembuhan.

Dalam proses hipnoterapi, klien dibawa kepada sumber masalahnya lalu

diselaraskan dengan tujuan utamanya. Dengan mengetahui sumber masalahnya, klien

akan lebih memahami masalah utamanya, sehingga lebih mudah dalam mencari

penyelesaiannya. Hipnoterapis berperan sebagai fasilitator agar klien dapat

menyelesaikan permasalahannya. Menurut Ir. Hendry Risjawan, seorang hipnoterapis,

hipnosis memiliki peluang keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan metode lain

karena apapun solusinya, klien sendiri yang menginginkannya, klien sendiri yang

mengetahui nilai dasar yang diinginkannya. (Ir. Hendry Risjawan, MTC, CH, CHt,

CHI, EITC, Hipnoterapi sebagai alat bantu proses penyembuhan, www.curhat.com,

2007)

Saat ini, salah satu permasalahan yang paling banyak dan paling umum

ditangani oleh para hipnoterapis adalah masalah penurunan berat badan

(www.wikipedia.org, 2007). Hal ini sejalan dengan fenomena yang terjadi saat ini,

dimana lebih dari satu milyar penduduk dunia mengalami kelebihan berat badan

(obesitas). Obesitas merupakan permasalahan sejak zaman dahulu kala. Keadaan ini

(11)

Angka obesitas terus meningkat dari tahun ke tahun. Laporan WHO tahun 2003

menyebutkan, di dunia lebih dari 300 juta orang dewasa menderita obesitas. Bahkan

di Amerika 280000 orang meninggal setiap tahunnya diakibatkan karena obesitas. Di

Jakarta diperkirakan 10 dari 100 orang penduduk menderita obesitas (Kompas, 4

Oktober 2004).

Seseorang dikatakan memiliki berat badan ideal jika berat badannya sama

dengan tinggi badan - 100 - 10% (Tinggi Badan - 100) , untuk usia <= 30 tahun, atau

berat badannya sama dengan tinggi badan - 100 , untuk usia diatas 30 tahun.

Kegemukan dan obesitas terjadi apabila total asupan kalori yang terkandung dalam

makanan melebihi jumlah total kalori yang dibakar dalam proses metabolisme.

Obesitas dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu : obesitas ringan (kelebihan

berat badan 20-40%), obesitas moderat (kelebihan berat badan 41-100%), dan

obesitas berat (kelebihan berat badan >100%) (Balipost, 16 Februari 2005).

Menurut para ahli, didasarkan pada hasil penelitian, obesitas dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor

genetik, disfungsi salah satu bagian otak, pola makan yang berlebih, kurang gerak /

olahraga, emosi, dan faktor lingkungan. Kegemukan dapat diturunkan dari generasi

sebelumnya pada generasi berikutnya di dalam sebuah keluarga. Dalam hal ini

nampaknya faktor genetik mempengaruhi terbentuknya jumlah unsur sel lemak dalam

tubuh. Hal ini dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas sedang hamil maka

unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis

akan diturunkan kepada sang bayi selama dalam kandungan. Maka bila bayi yang

(12)

Universitas Kristen Maranatha 6

Faktor kedua yang berpengaruh dalam obesitas adalah karena terjadinya

disfungsi pada salah satu bagian otak. Sistem pengontrol yang mengatur perilaku

makan terletak pada suatu bagian otak yang disebut hipotalamus. Kerusakan pada

hipotalamus dapat menyebabkan seseorang menjadi tidak memiliki nafsu makan atau

malah sebaliknya, menjadi tidak dapat menahan nafsu makannya.

Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap obesitas adalah permasalahan pola

makan. Pola makanan masyarakat di lingkungan perkotaan yang tinggi kalori dan

lemak serta rendah serat, telah memicu peningkatan jumlah penderita kegemukan dan

obesitas. Masyarakat di perkotaan yang cenderung sibuk, biasanya lebih menyukai

mengkonsumsi makanan cepat saji, dengan alasan lebih praktis. Meskipun mereka

mengetahui bahwa nilai kalori yang terkadung dalam makanan cepat saji sangat

tinggi, dan di dalam tubuh kelebihan kalori ini akan dirubah dan disimpan menjadi

lemak tubuh.

Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor keempat yang mempengaruhi

obesitas. Dalam kehidupan masyarakat modern, dengan dukungan teknologi dan

sarana yang mutakhir, menyebabkan menurunnya aktifitas fisik seseorang. Meski

aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi seseorang dengan

berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik

memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin

banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak

langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja

seharian akan mengalami penurunan metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan

aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan

(13)

secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang

tersebut.

Permasalahan emosi juga dikatakan mempengaruhi terjadinya obesitas. Orang

gemuk seringkali mengatakan bahwa mereka cenderung makan lebih banyak apa bila

mereka tegang atau cemas, dan eksperimen membuktikan kebenarannya. Orang

gemuk makan lebih banyak dalam suatu situasi yang sangat mencekam

(McKenna,1999). Selain hal-hal diatas, faktor lingkungan ternyata juga

mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam

lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan

maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk.

Obesitas menimbulkan berbagai dampak baik dari segi medis maupun

psikologis. Dari sudut medis penderita obesitas lebih sering menderita sakit. Obesitas

bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan

memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki),

juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang obesitas memiliki

permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya,

sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat

yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan

sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

Obesitas meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:

diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa), tekanan darah tinggi (hipertensi), stroke,

serangan jantung (infark miokardium), gagal jantung, kanker (jenis kanker tertentu,

misalnya kanker prostat dan kanker usus besar), batu kandung empedu dan batu

(14)

Universitas Kristen Maranatha 8

normal ketika sedang tidur, menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah),

Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi dan

ngantuk).

Penderita obesitas pun mempunyai angka harapan hidup yang lebih rendah

dari populasi berat badan normal. Data New York Metropolitan Life Insurance

menunjukkan bahwa pada kelompok umur 40 – 69 tahun yang obese ditemukan angka

kematian 42 % lebih besar daripada rata-rata pada laki-laki dan 36 % lebih besar

daripada rata-rata pada wanita. dan menimbulkan keinginan yang besar untuk

menjadi lebih ramping (www.medikaholistik.com, 2003).

Secara psikologis, orang yang obes mempunyai banyak kesulitan dalam

melakukan aktivitas fisik sehari-hari. Orang yang obes pun mengeluarkan biaya

sehari-hari untuk pakaian dan dan makanan yang lebih besar. Permasalahan yang

dialami mulai dari kurangnya rasa percaya diri dan frustrasi dengan berulangnya

kegagalan berdiet, sampai kepada penghinaan terhadap gambaran diri, yang disertai

dengan perasaan jijik terhadap diri sendiri dan ketidakmampuan personal. Hal ini

terjadi akibat pembentukan “image” masyarakat umum mengenai bagaimana

seharusnya bentuk tubuh ideal, yang diidam-idamkan oleh hampir sebagian besar

orang dan ternyata pada kenyataannya hanya 5% orang saja yang memenuhi kriteria

ini (Kate Foxx, 1997).

Selain itu, orang yang obesitas seringkali merasa dilecehkan karena

anggapan-anggapan negatif masyarakat terhadap orang yang obesitas, berupa diskriminasi sosial

dan tekanan psikologis sebagai akibat langsung dari berat badan mereka (Wadden &

Stunkard, 1985). Semakin sering mereka mengalami hal ini, mereka semakin

(15)

mereka menjadi rendah diri. Tetapi ada juga yang justru berperilaku sebaliknya.

Mereka menyangkali keadaan diri mereka, menumbuhkan rasa percaya diri yang

berlebihan untuk menutupi kekurangan dirinya, atau mencari-cari alasan yang dapat

membenarkan kondisi mereka sehingga dapat meredakan perasaan tidak nyaman

dalam diri mereka.

Tetapi cara ini ternyata tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang mereka

alami. Bahkan kondisi yang tidak menyenangkan dalam diri menjadi pemicu untuk

makan lebih banyak sehingga berat badan semakin meningkat. Harapan bahwa

makanan dapat meredakan ketidaknyamanan malah berakhir dengan perasaan

bersalah karena makan berlebihan. Pada saat mereka berada dalam kondisi ini,

mereka semakin merasa terpuruk dan gagal, akibatnya mereka merasa sudah tidak ada

gunanya menjaga berat badan dan menjadi semakin banyak makan. Terjadilah

lingkaran setan yang tidak terselesaikan pada orang yang obesitas (Kompas, 8 Januari

2007).

Sebenarnya banyak sekali cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan berat

badan. Tetapi, menurut Prof Dr dr Daldiyono SpPD KGEH dari divisi

gastroenterologi FKUI/RSUPN-CM, dalam pelaksanaannya seringkali orang enggan

bersusah-payah menjalani diet atau kebiasaan pola makan yang sehat. Pada umumnya

cara instan yang ditempuh untuk mengatasi obesitas, yaitu melalui obat-obatan atau

operasi. Tak sedikit yang tak mau mengatur pola makan. Mereka lebih senang

melakukan sedot lemak, diet yang tak terkendali, mengurangi frekuensi makanan

menjadi sehari sekali, bahkan tak makan sama sekali. Untuk mencapai itu mereka

berlari pada obat-obatan dan aneka suplemen. Obat memang bisa digunakan dalam

(16)

Universitas Kristen Maranatha 10

Penggunaan obat ditujukan sebagai tambahan dari tindakan diet, atau olahraga.

Seringkali orang mementingkan aspek keindahan tanpa terpikirkan aspek

kesehatannya. Penggunaan obat jelas kurang sehat efeknya jika dibandingkan dengan

penanganan nonfarmakologis (Republika Online - Selasa, 05 Oktober 2004).

Akibatnya, tidak sedikit orang yang melakukan diet tetapi tidak berhasil. Ada

pula yang berhasil menurunkan berat badan dalam waktu ½ tahun, tetapi kembali

overweight pada tahun berikutnya. Hal ini dikenal dengan sebutan fenomena "yo-yo".

Dimana untuk beberapa saat berat badan turun kemudian diikuti kenaikan berat

badan ke semula atau bahkan menjadi lebih berat dari semula. Fenomena "yo-yo" ini

lebih berbahaya dibandingkan jika berat badan stabil, karena dapat timbul gangguan

metabolisme tubuh yang cukup serius.

WHO menyebutkan bahwa penurunan berat badan yang baik tidak dapat

dilakukan secara instan, tetapi merupakan terapi jangka panjang. dr. Johanes

Chandrawinata, seorang ahli gizi menambahkan bahwa tidak ada satu program diet

yang bisa memberikan hasil dalam waktu singkat. Semua memerlukan waktu dan

kesabaran, karena kuncinya adalah mengubah perilaku di pasien itu sendiri. Ia

menegaskan, program penurunan berat badan merupakan integrasi empat faktor: diet,

olahraga, perubahan perilaku, serta penggunaan obat-obatan yang sesuai untuk

masing-masing individu. Tujuannya, agar berat badan stabil dalam jangka panjang,

bahkan seumur hidup.

Melalui survey awal yang dilakukan terhadap 10 orang yang mengalami

obesitas, seluruhnya pernah melakukan berbagai macam cara untuk menurunkan berat

badan. Seluruh klien juga pernah mengalami fenomena “Yo-yo”. Seluruh klien

(17)

penurunan berat badan adalah karena rata-rata program yang mereka lalui

membutuhkan waktu yang lama dengan usaha yang keras, sementara mereka tidak

sabar ingin segera merasakan hasilnya. Karena itulah mereka mengalami kegagalan

menurunkan berat badan mereka. Kendala-kendala semacam itulah yang membuat

hipnoterapi menjadi salah satu metode yang menarik untuk dicoba dalam rangka

menurunkan berat badan.

Dr Erwin Kusuma, psikiater sekaligus hipnoterapis dari Sentra Holistik

Jakarta, menjelaskan perbedaan antara metode diet pada umumnya dengan

hipnoterapi. Menurut beliau, pola diet yang dijalankan selama ini menggunakan

pikiran sadar sebagai pengendali utama. Pikiran disibukkan dengan berbagai

perhitungan, apa saja yang boleh dan tidak boleh dimakan, berapa takarannya, dan

kapan sebaiknya dimakan. Karena keadaan itu terkadang diet bertentangan dengan

kebiasaan pola makan sebelumnya, maka seseorang akan menjadi tertekan. Kondisi

tertekan itu bisa mengancam keberhasilan pola diet yang sedang dijalankan.

Kebiasaan tidak bisa diubah dengan kesadaran, karena itu sulit diubah. Oleh

sebab itu, kebiasaan itu harus "dilawan" dengan cara yang tidak sadar pula. Diet

dengan pikiran sadar biasanya memerlukan pengaturan yang cermat, selalu ditentukan

harus makan apa, jumlahnya berapa dan kapan memakannya. Padahal, tubuh tidak

selalu bisa memenuhinya. Dibandingkan dengan teknik diet lainnya, cara diet dengan

hipnosis terasa lebih menyenangkan. Karena klien tidak perlu repot-repot mengatur

menu makanan atau mengingat-ingat kalori yang masuk dan berapa yang dikeluarkan.

Sugesti yang telah ditangkap oleh pikiran bawah sadar secara otomatis akan memberi

perintah pada tubuh. Tubuh akan mengatur sendiri makanan apa yang perlu disantap

(18)

Universitas Kristen Maranatha 12

Bila pola makan itu sudah menjadi bagian dari kebiasaan maka klien pasti

dengan senang hati melakukannya. Dengan pengendalian pikiran bawah sadar, diet

penurunan berat badan tidak lagi terasa menyiksa. Sebaliknya, tanpa disadari tubuh

akan terasa lebih sehat dan langsing. Hipnoterapi membuat diet terasa nyaman karena

keinginan untuk mengkonsumsi makanan tersebut sudah tidak ada dalam alam bawah

sadar. Kelebihan lain dari metode hipnoterapi adalah tubuh tidak akan kekurangan

gizi karena secara biologis tubuh akan memberikan sinyal bila ada yang kurang atau

tidak beres dan secara otomatis akan dipenuhi.

Trevor Johnson, seorang terapis berkebangsaan Amerika, mengatakan bahwa

kelebihan hipnoterapi dibandingkan dengan metode terapi lain, tidak seperti beberapa

program penurunan berat badan pada umumnya, hipnoterapi tidak membutuhkan

komitmen jangka panjang terhadap proses terapi tersebut. Hasilnya dapat segera

terlihat hanya melalui 4 – 6 sesi terapi, walaupun jika menginginkan hasil permanen

maka sesi terapi harus dilakukan dalam waktu yang lebih panjang lagi dengan

penanganan masalah yang lebih mendalam lagi sampai ke akar permasalahannya.

Karena itu untuk kasus-kasus permasalahan obesitas yang sulit diatasi dan tidak

berhasil melalui treatment / program penurunan badan yang umum dilakukan,

hipnoterapi menjadi pilihan yang baik untuk dicoba. Hipnoterapi juga tidak beresiko

karena tidak menggunakan obat-obatan dan tanpa melakukan tindakan yang dapat

membahayakan jiwa klien.

Hal ini juga dialami oleh seorang wanita (30 tahun) yang sedang menjalani

terapi dengan tujuan untuk menurunkan berat badannya. Sebelum diterapi, berat

badannya mencapai 71 kg. Ia sudah mencoba beberapa cara, tapi tidak berhasil. Ia

(19)

berhasil turun, namun kembali bertambah berat lagi setelah berhenti mengkonsumsi

obat tersebut. Akhirnya ia memutuskan untuk mencoba metode hipnoterapi. Sekarang,

bobot tubuhnya sudah turun menjadi 66 kg. Ia tidak lagi merasa tergoda untuk ngemil

dan melahap gorengan. (http://servocenter.blog.com)

Kisah lain dari seorang ahli hipnosis Romy Rafael. Sewaktu SD berat

badannya mencapai 90 kg. Sejak kelas 6 SD ia mengetahui mengenai hipnosis dari

buku dan menjadi cita-citanya untuk mempelajari hipnosis. Ia pernah menggunakan

berbagai macam cara tetapi kurang berhasil sampai ia melakukan hipnosis. Ia memilih

hipnosis karena metode ini alami dan tidak membutuhkan obat apa pun.

Menurut hasil penelitian terbaru, hampir semua orang dapat dihipnosis.

Semua orang yang normal dapat dihipnosis. Yang dimaksud dengan normal adalah :

tidak memiliki kelainan jiwa, tingkat kecerdasan normal, otaknya tidak terluka secara

fisik, dan / atau tidak berada dibawah pengaruh obat. Tetapi terjadi perdebatan

terhadap pendapat ini yang justru mengatakan sebaliknya, bahwa tidak semua orang

dapat di-hipnosis, dan hanya 10% yang memiliki sugestibilitas yang tinggi dari antara

seluruh populasi subyek yang dapat dihipnosis (Barnier, McConkey, and Wright,

2004, dalam www.wikipedia.com, 2008))

Berdasarkan beberapa fakta yang ditemukan memang ada beberapa kasus

dimana hipnoterapi yang dilakukan tidak memberikan hasil positif. Hal ini juga terjadi

pada salah satu klinik hipnoterapi yang sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu

di Bandung. Klinik terapi X ini sudah menangani berbagai macam kasus, dan salah

satunya menangani permasalahan obesitas. Menurut data yang diperoleh dari klinik X

ini, ada beberapa kasus dimana hipnoterapi tidak berhasil menurunkan berat badan

(20)

Universitas Kristen Maranatha 14

Ada beberapa klien yang berhenti di tengah proses hipnoterapi karena selama

beberapa minggu mereka belum merasakan adanya penurunan berat badan sehingga

akhirnya merasa tidak puas. Ada juga yang mengikuti satu sesi hipnoterapi sampai

selesai tetapi tidak berhasil mencapai penurunan berat badan. Karena itu peneliti

tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh hipnoterapi

terhadap penurunan berat badan pada klien yang mengalami obesitas di klinik

hipnoterapi X ini dan bagaimana proses penurunan berat badan tersebut terjadi

melalui proses hipnoterapi.

1.2 Identifikasi Masalah

Secara spesifik, identifikasi masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut : bagaimana pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan berat badan klien

hipnoterapi di klinik hipnoterapi X ini.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh

hipnoterapi terhadap penurunan berat badan pada klien hipnoterapi di klinik

hipnoterapi X di Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk memberikan paparan mengenai pengaruh

(21)

ini dan bagaimana proses penurunan berat badan terjadi melalui hipnoterapi dikaitkan

dengan faktor-faktor penunjang yang lain.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

• Memberi informasi tambahan mengenai hipnoterapi yang digunakan sebagai

salah satu bidang ilmu Psikoterapi dalam mengatasi permasalahan psikologis,

dalam hal ini permasalahan obesitas.

• Memberikan informasi tambahan mengenai obesitas dan penanganannya dalam

bidang Psikologi Klinis pada umumnya dan Psikologi Abnormal.

• Memberikan informasi tambahan mengenai obesitas dan penanganannya dalam

bidang Gizi dan Kedokteran.

• Memberi masukan bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian

lanjutan mengenai hipnoterapi maupun obesitas.

1.4.2 Kegunaan Praktis

• Memberi informasi dan masukan kepada orang yang mengalami obesitas

sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan obesitas yang

dihadapi dengan cara yang tepat dan berhasil secara efektif.

• Memberi informasi kepada para psikolog klinis yang bergerak dalam bidang

terapi pada khususnya. Informasi ini dapat dimanfaatkan dalam upaya

mengembangkan teknik terapi yang sesuai dan efektif untuk menangani klien

(22)

Universitas Kristen Maranatha 16

• Memberi informasi kepada klinik Hipnoterapi X. Informasi ini dapat

dimanfaatkan untuk mengevaluasi dan mengembangkan program hipnoterapi

sehingga diharapkan klinik Hipnoterapi X dapat merancang program yang

efektif untuk mengatasi permasalahan klien, khususnya dalam hal ini masalah

obesitas.

1.5. Metodologi Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

program hipnoterapi dimungkinkan untuk dipertimbangkan sebagai salah satu metoda

intervensi untuk program penurunan berat badan. Maka peneliti bermaksud

melakukan analisa terhadap program hipnoterapi yang dilakukan untuk menurunkan

berat badan pada klien hipnoterapi di klinik hipnoterapi X di Kota Bandung.

Penelitian ini dilalukan untuk mengambil kesimpulan apakah program hipnoterapi

dapat digunakan atau tidak untuk menurunkan berat badan klien dan bagaimana proses

perubahan yang merupakan pengaruh hipnoterapi dapat memberikan hasil terhadap

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya mengenai pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan berat badan pada

orang yang obesitas di Klinik Hipnoterapi X, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Hipnoterapi dapat menurunkan berat badan pada orang yang mengalami obesitas,

dengan syarat bahwa klien yang bersangkutan tidak bersikap resisten terhadap

informasi-informasi baru yang diberikan.

2) Secara psikologis, hipnoterapi mengubah keyakinan yang sudah lama dimiliki

dengan informasi baru (sugesti), yang selanjutnya akan terinternalisasi kedalam

sistem belief klien dan mengubah belief yang lama sehingga mendasari terjadinya

perubahan perilaku klien yang mengarah kepada penurunan berat badan.

3) Hipnoterapi tidak dapat diterapkan pada klien yang memiliki kecenderungan

(24)

Universitas Kristen Maranatha 90

5.2. Saran

Dengan mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,

peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan, yaitu :

1. Saran bagi orang yang mengalami obesitas adalah melakukan hipnoterapi dengan

didasari rasa percaya terhadap hipnoterapis dan kesediaan secara sukarela

sehingga proses hipnoterapi dapat berhasil dengan efektif.

2. Saran bagi para hipnoterapis adalah melakukan good rapport dan pendekatan

hipnoterapi yang mempertimbangkan dan disesuaikan dengan sikap klien

sehingga proses hipnoterapi dapat berhasil secara efektif.

3. Hipnoterapis perlu mempertimbangkan untuk memperpanjang sesi hipnoterapi

agar proses penginternalisasian sugesti dapat tercapai secara optimal sehingga

penurunan berat badan dapat bersifat relatif menetap dan bertahan untuk waktu

lama.

4. Saran bagi peneliti lain adalah melakukan penelitian yang memodifikasikan

hipnoterapi dengan berbagai jenis terapi penurunan berat badan yang lain

sehingga dapat diketahui modifikasi terapi apakah yang paling efektif untuk

menangani permasalahan obesitas. Selain itu, perlu dikembangkan penelitian

mengenai kaitan hipnoterapi dengan tipe kepribadian seseorang sehingga dapat

diketahui orang dengan tipe kepribadian apakah yang paling sesuai atau paling

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Banyan, Calvin D., MA. 2001. Get on The Path and Program Yourself for Success. USA : Banyan Publishing, Inc.

Edmunds, Simeon. 1968. Hypnosis : Key to Psychic Powers. London : The Aquarian Publishing Co.

Exner, John E. 1974. The Rorschach A Comprehensive System : Volume I. Canada : John Wiley & Sons, Inc.

Exner, John E. 1974. The Rorschach A Comprehensive System : Volume II Current Research and Advanced Interpretation. Canada : John Wiley & Sons, Inc.

Freud, Sigmund, M.D., L.L.D. 1958. A General Introduction to Psychoanalysis. New York : Permabooks.

Graziano, Anthony M., Michael L. Raulin. 2000. Research Methods : A Process of Inquiry. M.A : Allyn & Bacon.

Hull, Clark L. 1933. Hypnosis and Suggestibility : An Experimental Approach. New York : Appleton Century Crofts, Inc.

MacGregor, Sandy. 2000. Piece of Mind. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Perri, Michael G., Arthur M. Nezu, Barbara J. Viegener. 1992. Improving the Long Term Management of Obesity. Canada : John Wiley & Sons, Inc.

Rokhlin, L. Prof., Sleep Hypnosis Dream. Moscow : Foreign Language Publishing House.

(26)

93

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Waturangi, DR. Diana Elizabeth M.Si.. Apakah Kegemukan Menular. Melalui Kompas Cyber Media 4 Oktober 2004.

________________. Balipost. 16 Februari 2005

Noviani, Dr. Obesitas dan Penyakit. Melalui www.medikaholistik.com, 29 Maret 2003

__________________ . Yang Kita Hadapi. Melalui www.inaheart.or.id, 2007

__________________. PraRemaja, Usia Rawan Gemuk. Melalui KompasCyber Media, 8 Januari 2007

__________________. Lebih dari Satu Miliar Penduduk Dunia Kelebihan Berat Badan dan Obesitas. Melalui Republika Online - Selasa, 05 Oktober 2004

____________________. Melalui (http://servocenter.blog.com)

____________________. Hipnosis, Bukan Sulap Bukan Sihir. Melalui www.indomedia.com/ intisari/ 1998/oktober/hipnosis.htm.

Referensi

Dokumen terkait

Pemupukan Phonska 150 kg/ha, Dolomit 300 kg/ha, Pukan 750 kg/ha, Kedelai Plus menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah polong lebih baik

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1) Fuzzy logic dapat memfasilitasi pilot agent untuk dapat merespon

Berdasarkan pendapat tersebut dia atas, menjelaskan bahwa manajemen infrastruktur adalah koordinasi antara lingkungan kerja fisik dengan karyawan dan pekerjaan pada

Terkait hal ini, dalam dua udang-udang yang mengatur tentang Kejaksaan sebelum reformasi (UU No 15 Tahun 1961, UU No 5 Tahun 1991) dan satu undang-undang

Adalah salah satu jenis sensor suhu yang mempunyai koefisien temperatur yang tinggi, dimana komponen ini dapat mengubah nilai resistansi karena adanya perubahan

Maka dari itu jika pada suatu saat sekutu komplementer baik dalam firma atau CV keluar mengundurkan diri, ditambah dengan pengunduran diri tersebut membuat

Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan guru-guru ditemukan beberapa kekurangan antara lain: (1) guru kurang mampu melakukan proses pembelajaran yang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan dan tambahan informasi mengenai pengaruh corporate governance dan umur obligasi terhadap peringkat