75
BAB III
PENUTUP
Dalam Bab ini Penulis mengemukakan sejumlah kesimpulan dan saran berkaitan
dengan perlindungan terhadap pemegang saham minoritas di dalam suatu transaksi bisnis
yang menjadi pokok kajian skripsi ini.
Memperhatikan tinjauan kepustakaan dan hasil penelitian sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya, Penulis menarik kesimpulan bahwa di dalam sistem hukum
Indonesia, sejatinya ada perlindungan kepentingan pemegang saham minoritas. Hal itu
nampak jelas ada di dalam Putusan 137 yang menjadi satuan amatan Penulis dalam penelitian
dan penulisan karya tulis ilmiah ini. Hanya saja, terlihat dalam kajian di depan bahwa masih
saja ada kemungkinan persepsi kekaburan (dubious) mengenai perlindungan terhadap
hak-hak pemegang saham minoritas. Hanya saja, saran Penulis adalah bahwa teknik transposisi
perlu dipergunakan dalam memahami kaedah perlindungan hak-hak pemegang saham
minoritas. Maksudnya, apabila kaedah yang ada di dalam Putusan 137 ditransposisikan
kepada Foss v Harbotle, maka Yurisprudensi Inggris itu sangat menolong, dalam hal ini
memastikan bahwa dalam Putusan 137 itu Livio berkedudukan sebagai pemegang saham, dan
dalam hal ini relevan, yaitu bahwa Livio adalah pemegang saham minoritas. Dalam terang
perspektif Foss v Harbotle seperti itu, apa yang ada di dalam Putusan 137, menurut pendapat
Penulis, jauh lebih maju jika dibandingkan dengan kaedah yang dibangun dalam sistem
76 minoritas mempunyai persona standi in judicio, tanpa harus menggunakan Re, seperti yang
ada di dalam putusan-putusan setelah Foss v Harbotle diterobos. Dalam sistem Re, seperti
putusan-putusan setelah Foss v Harbotle yang hendak membenahi Yurisprudensi itu, si
pemegang saham minoritas yang merasa dirugikan harus meminta kepada pemegang saham
pengendali untuk mewakili dirinya (Foss v Harbotle), sedangkan dalam putusan-putusan
setelah Foss v Harbotle pemegang saham minoritas harus meminta kepada hakim terlebih