• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK PENYAJIAN NYANYIAN BHAJAN DALAM UPACARA NAWARATRI PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI SHRI MARIAMMAN KUIL MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BENTUK PENYAJIAN NYANYIAN BHAJAN DALAM UPACARA NAWARATRI PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI SHRI MARIAMMAN KUIL MEDAN."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK PENYAJIAN NYANYIAN BHAJAN DALAM

UPACARA NAWARATRI PADA MASYARAKAT HINDU

TAMIL DI SHRI MARIAMMAN KUIL MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

FRISKILA THERESIA P

NIM. 2103140016

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

FRISKILA THERESIA P, NIM 2103140016. Skripsi, BENTUK

PENYAJIAN NYANYIAN BHAJAN DALAM UPCARA NAWARATRI PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI SHRI MARRIAMAN KUIL MEDAN. Jurusan Sendratasik, Program Studi Pendidikan Seni Musik, Universitas Negeri Medan 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bentuk penyajian nyanyian

Bhajan, fungsi nyanyian Bhajan, serta mengetahui instrumen yang digunakan

untuk mengiringi nyanyian Bhajandalam upacara Nawaratri.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini mencakup pengertian bentuk penyajian, pengertian nyanyian, pengertian vokal, pengertian musik, pengertian alat musik, fungsi musik, pengertian bhajan, pengertian upacara, Nawaratri. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Hindu-Tamil yang berada di Shri Marriaman Kuil Medan yang mempunyai 2 orang pendeta, 1 orang pelantun bhajan, 2 orang pemain musik, 1 orang ketua pelaksana upacara, dan 10 orang masyarakat. Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi yang berjumlah 16 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan.

Hasil dari penelitian dan wawancara menunjukkan bahwa nyanyian Bhajan merupakan lagu pujian yang dipersembahkan kepada Sang Hyang Widi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Nyanyian Bhajan dalam upacara Nawaratri terbagi atas 5 nyanyian Bhajan dimana padahari pertama sampai dengan hari ketiga (Name

Waligel, Durga Arahti, Dewi Durgaiye Jaye Devi Durgaiye, Ambe Gowri Matha, dan Jothy Wallipadu), hari keempat sampai dengan hari keenam (Name Waligel, Laksmi Arathi, Thiruvillake, Ambe Gowri Matha, dan Jothy Wallipadu), hari

ketujuh sampai dengan hari kesembilan (Name Waligel, Saraswati Arathi,

Saraswati Namasthubyam, Ambe Gowri Matha, dan Jothy Wallipadu)dan hari

kesepuluh (Durgey Jay Jay Maa, dan Jothy Wallipadu).Nyanyian Bhajan memiliki fungsi sebagai fungsi pengungkapan emosional, komunikasi, perlambangan, pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan, pengintegrasian masyarakat, dan fungsi hiburan. Nyanyian Bhajan dalam upacara

Nawaratri diiringi dengan Natasvaram (alat musik) yang meliputi tabla dan

tamborin. Alat musik ini digunakan sebagai pengatur tempo dalam mengiringi nyanyian Bhajan.

(7)

ii

BENTUK PENYAJIAN NYANYIAN BHAJAN DALAM UPACARA

NAWARATRI PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI SHRI

MARRIAMAN KUIL MEDAN include under standing the form of presentation, under standing singing, vocalsense, the sense of music, understanding of musical instruments, the function of music, bhajans understanding, understanding and Nawaratri ceremony. The population in this study is the Hindu-Tamil community who were inthe Temple of Shri Marriaman field that has two pastors, 1 bhajan singer, music player2, 1 chairman of the ceremony, and 10 communities. The samplein this studyis thew hole of the population of 16 people. The method used in this research is descriptive qualitative met hod. Data collection techniquesused wereobservation, interviews, documentationandliterature. Results of research and interviews indicate that the Bhajan singing hymns dedicated to Sang Hyang Widi Wasa (God Almighty). The singing Bhajans in Nawaratri ceremony is divided into 5 singing Bhajans where on the first day until the third day (Name Waligel, Arahti Durga, Goddess Devi Durgaiye Durgaiye Jaye, Ambe Gowri Matha, and Jothy Wallipadu), the fourth day until the sixth day (Name Waligel, Arathi Lakshmi, Thiruvillake, Ambe Gowri Matha, and Jothy Wallipadu), the seventh day to the ninth day (Name Waligel, Arathi Saraswati, Saraswati Namasthubyam, Ambe Gowri Matha, and Jothy Wallipadu) and the tenth (Durgey Jay Jay Maa, and Jothy Wallipadu ). The singing Bhajans has a function as a function of emotional expression, communication, symbolism, endorsement social institutions and religious ceremonies, community integration, and entertainment functions. The singing Bhajans in Nawaratri ceremony accompanied by Natasvaram (musical instrument) that includes tabla and tambourine. This instrument is used as the tempo regulator accompany the singing Bhajans.

(8)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati dan ucapan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan baik sesuai dengan waktu yang ditentukan.Skripsi ini berjudul “Bentuk Penyajian Nyanyian Bhajan Dalam Upacara Nawaratri ada Masyarakat Hindu Tamil Di Shri Marriaman Kuil Medan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun penyampaian ide penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan juga saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan Skripsi ini.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis juga mengalami berbagai kesulitan. Namun berkat doa dan juga bantuan moril maupun material dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pada kesempatan ini dengan segenap ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

4. Drs. Basyaruddin, M.Pd selaku Wakil Dekan II Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

5. Dr. Daulat Saragi, M.Hum selakuWakil Dekan III Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

6. Uyuni Widiastuti, M.Pd selaku Ketua Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Medan, sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi I.

(9)

iii

8. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Pendidikan Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan yang telah memberikan ilmunya selama proses pembelajaran berlangsung dan selama perkuliahan.

9. Chandra Bose, S.Sos selaku Ketua Shri Marriaman Kuil Medan

10.Teristimewa kepada kedua orang tua penulis tercinta Ayahanda Alm.K.Pandia, SH dan Ibunda E.Maria Silangit, BA terimakasih untuk doa, kesabaran, kesetiaan, perhatian, kasih sayang, dukungan dan pengorbanan baik moral maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan hingga sampai kepada skripsi.

11.Buat adik penulis yang tercinta Natashia Radubina Pandia, A.Md dan Andre Septriandi Pandia yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi.

12.Pendeta Boni Fasius Tuwuntjaki, S.Th dan Bibik Warnedon Mbaro yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

13.Seluruh teman-teman stambuk 2010 terkhusus yang sama-sama menyelesaikan skripsi,

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan dalam khazanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang Pendidikan Musik. Mudah-mudahan juga dapat dijadikan bahan rujukan bagi peneliti lain yang tertarik pada bidang yang sama.

Medan, Maret 2015

Penulis,

(10)

iv

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN LANDASAN KONSEPTUAL ... 11

A. Landasan Teoritis ... 11

1. Teori Bentuk Penyajian ... 12

2. Teori Nyanyian ... 13

B. Kerangka Konseptual ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel ... 34

(11)

v

2. Sampel ... 35

C. Metode Penelitian ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

1. Observasi ... 38

2. Wawancara ... 39

3. Dokumentasi ... 40

4. Studi Kepustakaan ... 41

E. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Shri Marriaman Kuil ... 45

1. Aturan Sebelum Masuk ke Kuil ... 49

2. Larangan Didalam Kuil ... 50

3. Susunan Kepengurusan Perhimpunan Shri Mariamman Kuil Medan 51 B. Bentuk Penyajian Nyanyian Bhajan Dalam Upacara Nawaratri ... 51

1. Persiapan Upacara ... 51

a. Bahan-bahan yang digunakan saat upacara ... 52

1) Banten (sesaji) ... 52

2) Dhupam (wewangian) ... 56

3) Minyak ... 57

b. Benda-benda yang digunakan saat upacara ... 56

2. Tata Cara Pelaksanaan Upacara dan Penyajian Bhajan ... 58

a. Pembuka Upacara (Abishegem) ... 58

b. Isi Upacara (Nitya Puja) ... 69

c. Penutup (Jothy) ... 146

3. Pendukung Upacara ... 150

a. Pelaku dalam Upacara ... 150

1) Pelantun Bhajan/Pemusik ... 150

2) Aiyere Swamy/Pendeta... 150

3) Panitia/Bhakta ... 151

b. Waktu Pelaksanaan ... 151

(12)

vi

d. Tempat Pelaksanaan Upacara ... 153

C. Fungsi Nyanyian Bhajan ... 154

1. Fungsi Pengungkapan Emosional ... 154

2. Fungsi Komunikasi ... 155

3. Fungsi Perlambangan ... 156

4. Fungsi Pengesahan Lembaha Sosial dan Upacara Keagamaan ... 157

5. Fungsi Pengintegrasian Masyarakat ... 157

6. Fungsi Hiburan ... 158

D. Jenis-Jenis Instrumen Yang Digunakan Pada Upacara Nawaratri di Shri Marriaman Kuil Medan ... 158

1. Tabla... 158

2. Tamborin ... 158

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 179

A. Kesimpulan ... 179

B. Saran ... 181

DAFTARPUSTAKA ... 182

(13)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Irama ... 18

Gambar 2.2 Melodi ... 19

Gambar 2.3 Tabla ... 22

Gambar 2.4 Tamborin ... 23

Gambar 4.1 Shri Marriaman Kuil Medan... 48

Gambar 4.2 Pintu Masuk Shri Marriaman Kuil Meda ... 48

Gambar 4.3 Ruangan Shani Thanam ... 48

Gambar 4.4 Ruangan Mulasthanam ... 49

Gambar 4.5 Atap Bangunan Shri Marriaman Kuil (tampak depan) ... 49

Gambar 4.6 Atap Bangunan Shri Marriaman Kuil (tampak belakang) ... 49

Gambar 4.7 Bunga ... 53

Gambar 4.8 Daun Sirih ... 54

Gambar 4.9 Buah ... 55

Gambar 4.10 Tirtha(air) ... 55

Gambar 4.11 Agni(api)... 56

Gambar 4.12 Dhupam(wewangian) ... 57

Gambar 4.13 Bahan-Bahan Abhisegem ... 60

Gambar 4.14 Abhisegem dengan Nallene ... 62

Gambar 4.15 Abhisegem dengan Vibuthi ... 63

Gambar 4.16 Abhisegem dengan Ellni ... 63

Gambar 4.17 Abhisegem dengan Tayree ... 63

Gambar 4.18 Abhisegem dengan Aranzupallam ... 64

Gambar 4.19 Abhisegem dengan Ten ... 64

Gambar 4.20 Abhisegem dengan Kharambutani ... 64

Gambar 4.21 Abhisegem dengan Arisimawu ... 65

Gambar 4.22 Abhisegem dengan Tulle ... 65

Gambar 4.23 Abhisegem dengan Manja Tulle ... 65

Gambar 4.24 Abhisegem dengan Santanam ... 66

Gambar 4.25 Abhisegem dengan Pacagawyam ... 66

Gambar 4.26 Abhisegem dengan Pancamirtham ... 66

Gambar 4.27 Abishegem dengan Karpu Shini ... 67

Gambar 4.28 Abishegem dengan Khanni ... 67

Gambar 4.29 Abhisegem dengan Paal ... 67

Gambar 4.30 Abhisegem dengan Paanir ... 68

Gambar 4.31 Alankaram ... 68

Gambar 4.32 Arathi ... 69

Gambar 4.33 Bahan-bahan Wigneswara Puja ... 70

Gambar 4.34 Wigneswara Puja ... 71

Gambar 4.35 Anukay Puja... 71

Gambar 4.36 Hotma/Agni Puja ... 72

Gambar 4.37 Hotma/Agni Puja ... 73

Gambar 4.38 Arathi kepada Dewi Durga ... 73

(14)

viii

Gambar 4.40 Melodi Name Waligel ... 78

Gambar 4.41 Maler Archenei Dewi Durga ... 79

Gambar 4.42 Arathi kepada Dewi Durga ... 81

Gambar 4.43 Melodi Durga Arathi ... 82

Gambar 4.44 Pelantun Bhajan ... 83

Gambar 4.45 Melodi Dewi Durgaiye Jayee Devi Durgaiye ... 89

Gambar 4.46 Arathi Kedua Dewi Durga ... 89

Gambar 4.47 Melodi Ambe Gowri Matha ... 93

Gambar 4.48 Anukay Puja... 95

Gambar 4.49 Panca Asana ... 96

Gambar 4.50 Arathi Kepada Dewi Laksmi ... 96

Gambar 4.51 Maler Archenei Dewi Laksmi ... 101

Gambar 4.52 Arathi Kepada Dewi Laksmi ... 103

Gambar 4.53 Melodi Laksmi Arathi ... 104

Gambar 4.54 Melodi Thiruvillake ... 110

Gambar 4.55 Arathi Kedua Dewi Laksmi ... 111

Gambar 4.56 Anukay Puja... 117

Gambar 4.57 Khumba Puja ... 118

Gambar 4.58 Arathi ... 118

Gambar 4.59 Arathi Kepada Dewi Saraswati ... 119

Gambar 4.60 Maler Archenei Dewi Saraswati ... 124

Gambar 4.61 Arathi Kepada Dewi Saraswati ... 126

Gambar 4.62 Melodi Saraswati Arathi ... 127

Gambar 4.63 Melodi Saraswati Namastubhyam ... 131

Gambar 4.64 Arathi Kedua Dewi Saaraswati ... 131

Gambar 4.65 Melodi Durgey Jay Jay Maa ... 140

Gambar 4.66 Mengangkat Arca Dewi Durga Keluar Kuil ... 141

Gambar 4.67 Panca Arathi Puja ... 141

Gambar 4.68 Sangga Puja ... 142

Gambar 4.69 Sura Sumharam ... 142

Gambar 4.70 Patung Asura ... 143

Gambar 4.71 Patung Asura Dibakar ... 143

Gambar 4.72 Khumba Puja ... 144

Gambar 4.73 Arathi ... 144

Gambar 4.74 Anak-anak berpakaian seperti Dewi durga, Dewi Laksmi dan Dewi Saraswati ... 144

Gambar 4.75 Archenei ... 145

Gambar 4.76 Mengangkat Arca Dewi Durga Memasuki Kuil ... 145

Gambar 4.77 Pemujaan Jothy ... 146

Gambar 4.78 Melodi Jothy Wallipadu ... 147

Gambar 4.79 Menerima Api Suci ... 148

Gambar 4.80 Sembah Sujud Kepada Arca Dewa-Dewi... 148

Gambar 4.82 Pemberian Air Tirtha ... 149

Gambar 4.83 PemberianVibuthi ... 149

Gambar 4.84 Pemberian Arathi ... 149

(15)

ix

(16)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penyajian Bhajan Dewi ... 185

Lampiran 2. Daftar-daftar Nyanyian Bhajan dan Artinya ... 198

Lampiran 3. Biodata Narasumber ... 203

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan suatu Negara kesatuan yang menganut paham

demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terdiri dari lima pulau besar yaitu Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, Pulau Irian, dan Pulau Sumatera.Kelima pulau besar tersebut memiliki keanekaragaman budaya dan memiliki ciri khas

masing-masing. Dinegara Indonesia terdapat empat keyakinan beragama dan satu kepercayaan yang diakui Pemerintah Indonesia yaitu agama Islam, Kristen,

Hindu, Budha, dan aliran kepercayaan Kong Hu Cu. Kebebasan beragama tersebut mempengaruhi kebiasaan di Indonesia sehingga menimbulkan kebudayaan yang berbeda, akan tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi kedalam

stabilitas dan kenyamanan pada masyarakat karena adanya paham Bhineka Tunggal Ika yang dianut pada masyarakat Indonesia.

Kelima pulau besar tersebut memiliki keanekaragaman suku budaya. Setiap suku budaya di nusantara ini masing-masing memiliki bentuk-bentuk kesenian tradisional yang khas dan beragam yang sering disebut dengan local

culture (kebudayaan lokal)yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Kesenian

sebagai salah satu unsur kebudayaan merupakan pencerminan dari pola pikir,

tingkah laku, dan watak masyarakat pemiliknya. Pada prinsipnya sebuah bentuk kesenian diciptakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia agar merasa tentram

(18)

2

Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau besar di Indonesia. Salah Satu bagian dari Pulau Sumatera adalah Provinsi Sumatera Utara yang terletak

dibagian utara Pulau Sumatera dengan ibukotanya adalah Medan. Kota Medan memiliki beberapa suku yang mendiami wilayah tersebut diantaranya Batak Toba,

Batak Simalungun, Batak Karo, Pak-pak, Mandailing, Angkola, Nias, Melayu, Tamil dan lain sebagainya.

Masyarakat tamil adalah salah satu suku yang terdapat di Provinsi

Sumatera Utara. Masyarakat tamil memiliki keragaman budaya yang diwariskan dari leluhurnya secara turun temurun. Keragaman budaya tersebut antara lain

seperti tarian,musik (instrumental/nyanyian), mantra/kirtan,pernak-pernik

(hiasan), makanan, dan minuman yang bersifat tradisional. Tarian, musik (instrumental/nyanyian), mantra dipertunjukkan pada setiap upacara keagamaan maupun upacara adat.

Dalam melakukan pendekatan diri dengan Tuhan, masyarakat Hindu Tamil mengenal beberapa jenis upacara keagamaan. Salah satu upacara yang

menyangkut tujuan dari kehidupan diatas adalah upacara Nawaratri. Upacara

Nawaratridilaksanakan untuk memperingati kemenangan Dharma (kebaikan)

terhadap Adharma (kejahatan). Upacara ini adalah untuk menghormati

kemenangan Sri Rama melawan Rawana yang disebut juga Dasamukha (berkepala sepuluh). Konon Sri Rama berhasil menangoleh karena anugerah Dewi

(19)

3

yang disebut Vijaya Dasami. Adapaun syarat yang dilakukan sebelum dan sesudah acara tersebut adalah seluruh masyarakat yang hadir mengikuti upacara

tersebut tidak diperbolehkan makan makanan yang berbau amis, seperti daging, telur, ikan, susu, dan lain sebagainya serta diwajibkan berpuasa bagi masyarakat

yang ingin mengikuti upacara tersebut.

Upacara Nawaratri dilaksanakan dengan mengikuti tahap-tahap sebagai berikut: yaitu tahap pertama adalah abhisegem (penyucian arca), dan

setelah itu dilakukan arathi (proses mengelilingi arca suci dengan sarana api suci dan tempat suci searah putaran jarum sebanyak tiga kali), dan alankaram

(menghias arca). Tahap kedua adalah Nitya Puja (Kegiatan Ibadah). Kegiatan ini dilakukan dengan pembacaan pirartenei(kidung suci), maler archenei(doa ucapan syukur), arathi(doa berkat), kamaciamman strotram(ayat suci dewa-dewi), shri

mahishaasura marthimni storam(ayat suci yang ditunjukkan kepada mahasashura), dan menyanyikanbhajan.Tahap ketiga adalah penutupan upacara.

Kegiatan ini dilakukan oleh pendeta dan seluruh bhakta (masyarakat) yang hadir dengan melaksanakan jothi (pemberian berkat dengan memberikan api suci kepada masyarakat agar senantiasa Tuhan memberikan kekuatan dan kedamaian).

Peribadatannya selalu menggunakan Agni (Api), Tirtha (Air), Puspham (Bunga),

Phalam (Buah-buahan), dan Plawa (daun).Didalam upacara nawaratri, tidak ada

larangan bagi mereka yang ingin mengikuti upacara nawaratri walaupun mereka bukan beragama hindu dan bersuku tamil dan semua kegiatan upacara nawaratri

(20)

4

Pelaksanaan peribadatan ini sudah ditetapkan melalui kalendar khusus Agama Hindu yang disahkan Kementrian Agama Hindu dan upacara tersebut

dilaksanakan di Shri Marriaman Kuil Medan. Keberadaan Shri Marriaman Kuil Medanini sudah ada sekitar tahun 1884. Pada masa itu di lingkungan ini sangat di

butuhkan tempat ibadah sebagai sarana pemujaan kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Shri Marriaman Kuil digambarkan sebagai Ibu atau Dewi Pelindung seperti Hawa pada agama lain dan dianggap ibu yang diagungkan karena bagi umat hindu

khususnya hindu tamil sangat mengagungkan sosok ibu sebagai seorang yang suci salah satunya adalah Shri Marriaman Kuil Medan.

Upacara keagamaan dalam masyarakat Hindu Tamil mempunyai unsur yang tidak dapat lepas dari musik (instrumental/nyanyian). Pada masyarakat hindu tamil, musik memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

manusia misalnya, sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahiran anak, upacara-upacara hari besar, jamuan makan tamu terhormat, ratapan kematian, dan

mengiringi upacara pernikahan dan keagamaan. Hingga dalam perkembangan zaman yang semakin pesat, fungsi musik sendiri berkembang seperti fungsi pengungkapan emosional, penghayatan estetis, hiburan, komunikasi,

perlambangan, reaksi jasmani, norma-norma sosial, pengesahan lembaga, kesinambungan budaya dan pengingtegrasian masyarakat. Pada saat ini nyanyian

bhajan banyak digunakan untuk mengiringi upacara keagamaan.Proses pelaksanaan kegiatan tersebut masih memegang erat tradisi dan kebudayaan

(21)

5

hal ini, nyanyianbhajandilantunkan dengan dipimpin seorang pelantun bhajan. Nyanyian bhajan dapat dilakukan dengan Kirthanam (dinyanyikan secara solo)

dan Sankirthanam (dinyanyikan secara bersama-sama/berkelompok).Tidak semua masyarakat yang datang mengikuti upacara tersebut dapat menjadi pemimpin

(pelantun) nyanyian bhajan tersebut, sebab selain harus memiliki suara yang khas juga harus mengetahui cengkok yang menandakan ciri khas nyanyian Hindu Tamil serta harus fasih dalam menyampaikan pirartenei(kidung suci), maler

archenei(doa ucapan syukur), arathi(doa berkat), kamaciamman strotram(ayat

suci dewa-dewi), shri mahishaasura marthimni storam(ayat suci yang

ditunjukkan kepada mahasashura).

Bhajan merupakan nyanyian spiritual yang dinyanyikan pada saat

upacara Nawaratri yang penyajiannya diiringi dengan natasvaram

(instrumental).Alat musik yang digunakan dalam mengiringi bhajan ialah meliputi tabla dan tamborin. Bhajan terdiri dari 8 jenis yakni, : (1) Bhajan

Ganesha, (2) Bhajan Guru, (3) Bhajan Dewi, (4) Bhajan Siva, (5) Bhajan

Khrisna, (6) Bhajan Rama, (7) Bhajan Wisnu, dan (8) Bhajan Muruga.Dalam

upacara nawaratri, nyanyian bhajan yang lebih diutamakan adalah BhajanDewi

karena didalam upacara nawaratri masyarakat hindu tamil menyembah dewi durga, dewi laksmi, dan dewi saraswati.Nyanyian Bhajan merupakan bagian dari

susunan upacara yang syairnya mempunyai makna yang berisikan puji-pujian kepada Dewi Durga, Dewi Laksmi, dan Dewi Saraswathi didalam upacara

(22)

6

Berdasarkan fakta-fakta apa yang diamati dan diteliti oleh penulis, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenaibentuk penyajian nyanyian bhajan

pada upacara Nawaratrikarena melihat hal ini baik untuk dibahas dan dituliskan dalam skripsi dengan judul: “Bentuk Penyajian Nyanyian Bhajan Dalam

Upacara NawaratriPada MasyarakatHindu Tamil Shri Marriaman Kuil

Medan”.

B. Identifiksi Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian serta masalah yang dihadapi maka umumnya penelitian menggunakan identifikasi masalah agar penelitian yang

dilakukan menjadi terarah serta cakupan masalah yang diketahui tidak terlalu luas serta hasil dapat dicapai semaksimal mungkin. Sugiyono (2010:52) menyatakan

bahwa :

“Masalah adalah penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan”.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka masalah dalam

penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk penyajian nyanyianBhajan dalam upacara Nawaratri pada masyarakat Hindu Tamil di Shri Marriaman Kuil Medan?

(23)

7

3. Instrument apa saja yang digunakanuntuk mengiringi nyanyian bhajan dalam upacara Nawaratri pada masyarakat Hindu Tamil di Shri Marriaman

Kuil Medan ?

4. Apakah makna yang terkandung dalam nyanyian Bhajan dalam upacara

Nawaratri pada masyarakat Hindu Tamil di Shri Marriaman Kuil Medan ? 5. Siapa saja yang berperan dalam menyanyikan nyanyianBhajan dalam

upacara Nawaratri pada masyarakat Hindu Tamil di Shri Marriaman Kuil

Medan ?

6. Apa saja syarat yang dilaksanakan sebelum dan sesudah dilaksanakannya

upacara Nawaratri pada masyarakat Hindu Tamil? 7. Bagaimana keberadaan Shri Marriaman Kuil Medan?

C.Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan-cakupan masalah yang berkaitan dengan yang

akan diteliti dan untuk mempersingkat cakupan, keterbatasan waktu, dana, dan kemampuan secara teoritis, maka penulis mengadakan pembatasan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Pembatasan masalah tersebut sesuai dengan pendapat Sugiono (2008:286) mengatakan bahwa “Pembatasan dalam penelitian

kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan,urgensi, serta faktor keterbatasan tenaga,dana, dan waktu”.

Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis membatasi ruang lingkup

(24)

8

1. Bagaimanakahbentuk penyajian nyanyianBhajan dalam upacara Nawaratri pada masyarakat Hindu Tamil di Shri Marriaman Kuil Medan ?

2. Bagaimanakah fungsi nyanyianBhajan dalam upacara Nawaratri pada masyarakat Hindu Tamil di Shri Marriaman Kuil Medan ?

3. Instrument apa saja yang digunakan untuk mengiringi nyanyian bhajan dalam upacara Nawaratri pada masyarakat Hindu Tamil di Shri Marriaman Kuil Medan ?

D.Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu titik fokus dari sebuah penelitian yang hendak dilakukan, mengingat penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pada setiap pertanyaan. Maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik,

sehingga dapat mendukung untuk menentukan jawaban pada pertanyaan.

Uraian tersebut sejalan dengan pendapatSugiyono (2010:52), yang

menerangkan bahwa :

“Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data dan bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini dikembangkanberdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi”

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah, maka permasalahan diatas dapat dirumuskan pada :

“Bentuk Penyajian Nyanyian Bhajan Dalam Upacara Nawaratri PadaMasyarakat

Hindu Tamil diShri Marriaman Kuil Medan”.

(25)

9

Setiap kegiatan apapun yang dilakukan pasti memiliki tujuan tertentu, tanpa adanya suatu tujuan yang jelas, maka suatu penelitian tersebut tidak akan

dapat terarah yang baik karena tidak tahu apa yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang akan dilakukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong (2009:94) “Tujuan suatu penelitian ialah upaya untuk memecahkan suatu masalah

penelitian”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa suatu tujuan

penelitian adalah untuk memecahkan suatu permasalahan agar penelitian yang dilakukan dapat tercapai. Maka tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah :

1. Untuk mengetahuibentuk penyajian nyanyianBhajan dalam upacara Nawaratri pada masyarakat Hindu Tamil di Shri Marriaman Kuil Medan. 2. Untuk mengetahui fungsi nyanyian bhajan dalam upacara Nawaratri pada

masyarakat Hindu Tamil di Shri Marriaman Kuil Medan.

3. Untuk mengetahui instrumen yang digunakan untuk mengiringi nyanyian

bhajan dalam upacara Nawaratri pada masyarakat Hindu Tamil di Shri Marriaman Kuil Medan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan

sumber informsai dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya. Maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

(26)

10

2. Sebagai masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis mengenai bentuk penyajian nyanyianBhajan padaupacara

Nawaratri masyarkat Hindu Tamil di Shri Marriaman Kuil Medan.

3. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai tradisi Hindu Tamil yang

ada di Provinsi Sumatera Utara.

4. Sebagai referensi untuk menjadi acuan pada peneliti yang relevan dikemudian hari.

5. Sebagai referensi untuk menambah wawasan bagi mahasiswa dalam rangka menuangkan gagasan atau ide kedalam karya tulis dalam bentuk

(27)

179

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Banyak hal yang di catat dari kegiatan menulis dan mendata tentang bhajan di Shri Marriaman Kuil Medan. Catatan ini disamping untuk memenuhi

syarat sebagai akademis untuk mendapatkan gelar sarjana sebagai bahan pengetahuan terhadap masyarakat Medan. Bahwa adanya masyarakat Tamil yang

masih mempertahankan tradisi dan kebudayaan Tamil dalam upacara keagamaan dan hari-hari besar.

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Shri Marriaman Kuil adalah sebuah tempat sembahyang /pemujaan bagi

Hindu Tamil yang berasal dari India. Shri Marriaman Kuil dibangun pada tahun 1884 yang didonaturi oleh Bapak S.Marimutu dan Kuil ini diresmikan

pada tahun 1991 oleh Gubernur Sumatera Utara yaitu Bapak Raja Inal Siregar.

2. Bentuk penyajian nyanyian bhajan disajikan pada isi upacara dan penutup

upacara dipimpin oleh pelantun bhajan yang diuraikan sebagai berikut: a. Hari pertama sampai dengan hari ketiga nyanyian bhajan yang

dinyanyikan adalah Name Waligel, Durga Arahti, Dewi Durgaiye

Jaye Devi Durgaiye, Ambe Gowri Matha, dan Jothy

(28)

180

oleh alat musik adalah Dewi Durgaiye Jaye Devi Durgaiyedan Ambe

Gowri Matha.

b. Hari keempat sampai dengan hari keenam nyanyian bhajan yang dinyanyikan adalah Name Waligel, Laksmi Arathi, Thiruvillake, Ambe

Gowri Matha, dan Jothy Wallipadu.Namun dari kelima nyanyian

bhajan tersebut yang diiringi oleh alat musik adalah Thiruvillake dan

Ambe Gowri Matha.

c. Hari ketujuh sampai dengan hari kesembilan nyanyian bhajan yang dinyanyikan adalah Name Waligel, Saraswati Arathi, Saraswati

Namasthubyam, Ambe Gowri Matha, dan Jothy Wallipadu.Namun

dari kelima nyanyian bhajan tersebut yang diiringi oleh alat musik adalah Saraswati Namasthubyam dan Ambe Gowri Matha.

d. Hari kesepuluh nyanyian bhajan yang dinyanyikan adalah Durgey Jay

Jay Maa dan Jothy Wallipadu. Namun dari kedua nyanyian bhajan

tersebut yang diiringi oleh alat musik adalah Durgey Jay Jay Maa. 3. Nyanyian Bhajan memiliki fungsi sebagai pengungkapan emosional, fungsi

komunikasi, fungsi perlambangan, fungsi pengesahan lembaga sosial dan

upacara Keagamaan, fungsi pengintegrasian masyarakat, dan fungsi hiburan. 4. Instrumen yang digunakan untuk mengiringi nyanyian bhajan dalam upacara

(29)

181

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi bhakta(masyarakat) yang ada di Shri Marriaman Kuil Medan kiranya

dapat meningkatkan dan mempertahankan keberadaan nyanyian bhajan dan jenis musik India di kota Medan semakin banyak dan bertambah.

2. Bagi bhakta(masyarakat) yang sedang mengikuti upacara keagamaan supaya

lebih menjaga ketertiban agar terciptanya suasana ibadah yang lebih khusyuk. 3. Penulis berharap hasil penilitian ini bermanfaat dan dapat menjadi pedoman

(30)

182

DAFTAR PUSTAKA

Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Jakarta: Kanisius.

Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Cahyanto, dkk. 2010. Seni Musik SMP dan MTS. Jakarta: Madju Offset

Candrawati, Lilin. 2003. Dansa (Ballroom) Tarian Yang Mempunyai Nilai Estetis.

Ringkasan Tesis. Jogjakarta.

Corazon, CD. 2007. Traditional Musical Instrument of The Philippiness.Nevada: FMAdigest.

Djelantik, A.A.M. 2000. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukkan Indonesia.

Djohan. 2005. Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik.

Djohan. 2010. Respon Emosi Musikal. Bandung: Lubuk Agung.

Hadi, Y.Sumandiyo. 2000. Seni Dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia.

Hidayat Alimut, Azis. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis

Data. Surabaya: Salemba Media.

Jamulus. 1988. Musik dan Praktek Perkembangan Buku Sekolah. Jakarta: Titik Terang.

Jazuli. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang.

Karolyi, Otto. 1965. Introducing Music. London: Penguin Book.

Kennedy, Michael. 1995. Oxford (Concise dictionaaary of Music). Oxford University Press.

Larasati, Sri. 2014. Bentuk Lagu dan Bentuk Penyajian Kidung Dewa Yadnya

(31)

183

Leach, Maria. 2001. The New Book of Knowledge. New York: Glolier, Inc.

Nazir, Moh. PH.D. 2003. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Manullang, Obed Samois 2011. Peranan Nyanyian Dalam Pengambilan Air Nira

(Maragat) di Dusun Bertungen Jehe I Desa Sukandebi Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi. Skripsi. Unimed

Moleong, J Lexy. 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muttaqqin, Ali. 2008. Seni Musik Klasik Jilid 2, Jakarta: Erlangga.

Mutaqqin, Kustap. 2008. Musik Klasik (Pengantar Musikologi Untuk SMK), Jakarta: Pusat Perbukuan Department Pendidikan Nasional.

Okatara, Bebbi. 2011. Enam jam buku teknik vokal. Jakarta: Gudang Ilmu.

Pasaribu, Ben. dan Purba, Mauly 2005. Musik Populer. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara

Prier, Karl-Edmund. 2009. Kamus Musik, Pusat Musik Liturgi. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Purba, Destri Damayanti. 2011. Studi Deskriptif Musik Dalam Konteks Upacara

Adhi Tiruwilla Pada Masyarakat Hindu Tamil di Kuil Shri Sanggama Koli Koil Medan. Skripsi. USU.

Rudy. 2008. Paduan Olah Vokal. Jakarta: Media Pressindo.

Sinambela, Intan Maida. 2007. Musik Ritual Bhajan Pada Pengikut Ajaran Swami

di Kota Medan: Kajian Deskriptif Tekstual dan Musikal. Skripsi. USU.

Soeharto, M. 1992. Kamus Musik. Jakarta:Gramedia Widyasarana Indonesia.

Suryabrata, Sumadi. 2012. Meodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidkan. Bandung: Alfabeta.

________. 2009. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(32)

184

Tampubolon, Dian P.N. 2009. Peranan Musik Dalam Upacara Ritual Agama

Hindu di Shri Marriaman Kuil Kampung Madras Medan. Skripsi.

UNIMED.

Wiana, I Ketut. Arti dan Fungsi Sarana Persembahyangan. Jakarta: Yayasan Wisma Karma, 1999.

http://wacanadharma.blogspot.com/search/label/fungsi%20mantra

Gambar

Gambar 4.87 Pakaian Jippa ....................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan berkat dan karunia- Nya kepada penulis,

STUDI DESKRIPTIF MUSIK DALAM KONTEKS UPACARA THAI PONGGEL PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI MARIAMMAN KOTA MEDAN..

Yang menarik didalam upacara Thai Ponggel pada masyarakat Hindu Tamil ini adalah upacara ini dilakukan setahun sekali yang beralokasikan di kota Medan dan musik pengiringnya

Oleh karena itu, penulis menyarankan dan mengharapkan kepada siapa saja yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini untuk lebih mendalam lagi, sehingga dapat bermanfaat bagi

Jabatan : Ketua Perhimpunan Shri Mariamman.. Umur :

Di Punjabi India perayaan ini dilaksanakan selama 3 hari dengan meriah yaitu pada hari pertama penyembahan kepada dewa matahari yaitu dengan cara membakar barang-barang

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Ketua dan Sekretaris Departemen Etnomusikologi, serta seluruh

Dengan segenap kerendahan hati penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang