• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI UPACARA THAI PONGGEL PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI MARIAMMAN KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III DESKRIPSI UPACARA THAI PONGGEL PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI MARIAMMAN KOTA MEDAN"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

DESKRIPSI UPACARA THAI PONGGEL PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI MARIAMMAN KOTA MEDAN

3.1 Norma/ Adat Masyarakat Hindu Tamil

Masyarakat Hindu Tamil khususnya di kota Medan memiliki 2 jenis upacara yang terbagi atas : (1) Upacara proses daur hidup (upacara adat) yang berkaitan dengan kelahiran misalnya upacara walai kappu yaitu upacara yang dilaksanakan pada seorang wanita yang telah menikah pada kehamilan 7 bulan dan upacara pathinaru yaitu upacara buang sial, perkawinan dan kematian; (2) upacara menurut hari besar atau disebut juga dengan upacara agama (yang ditentukan Panjagham).

Masyarakat Hindu Tamil memiliki serangkaian upacara sendiri untuk merayakan berbagai peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya. Tingkat kedudukan seseorang dalam masyarakat biasanya menentukan hubungan dalam suatu upacara yang akan dilakukan. Upacara tersebut pada dasarnya berfungsi untuk memaparkan sistem atau tataran yang ada seperti pengetahuan local etnik Tamil yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Hindu dan budaya Tamil.

(2)

3.2 Adat Istiadat Hindu Tamil

Thai Ponggel merupakan upacara perayaan menuai pada masyarakat Hindu

Tamil melalui pesta panen yang bertujuan untuk bersyukur kepada Tuhan karena telah diberikan hasil panen yang melimpah. Di Punjabi India perayaan ini dilaksanakan selama 3 hari dengan meriah yaitu pada hari pertama penyembahan kepada dewa matahari yaitu dengan cara membakar barang-barang lama dengan tunggul api dinyalakan semalaman hingga sebelum matahari terbit dan disambut dengan pakaian-pakaian baru, pada hari ketiga penyembahan dilakukan kepada lembu karena lembu merupakan lambang dari kemakmuran bagi masyarakat Hindu Tamil dimana lembu telah banyak membantu para petani dalam membajak sawah sehingga lembu yang ada pada acara tersebut dihiasi dengan cara tanduk pada lembu dicat, dikenakan pakaian dan topi diatas kepala juga terdapat kalung pada leher lembu dan hari ketiga disebut dengan Kanni Ponggel yaitu dikhususkan bagi para remaja-remaja perempuan untuk memasak dan bangun cepat yang bertujuan memanjatkan doa agar diberikan jodoh dan berdoa untuk keluarga agar diberikan kesehatan14. Thai Ponggel ditetapkan menurut almanak Tamil yaitu pada awal bulan Thai Madem. Pada saat bulan panen berlangsung banyak melaksanakan pernikahan dan rumah atau tempat tinggal masyarakat Hindu Tamil dihiasi dengan lampu-lampu juga dihiasi dengan tumbuh-tumbuhan di pintu. Masyarakat Hindu Tamil percaya bahwa pada bulan panen adalah bulan dimana Sang Pencipta yaitu

(3)

dewa matahari memberikan berkat yang melimpah dan diberikan kemudahan dalam segala hal.

3.3 Tempat Pelaksanaan Upacara

Dalam membahas tempat pelaksanaan upacara Thai Ponggel, penulis akan menyebutkan secara detail seperti penulis saksikan pada saat upacara dilaksankan. Tempat pelaksanaan upacara diadakan pada 3 tempat yaitu di halaman kuil Shri Mariamman, di dalam kuil Shri Mariamman dan di kuil Shri Kaliamman. Pada halaman kuil Shri Mariamman, jemaat duduk diatas tikar dan posisi duduk bersampingan dengan kuil. Pembagian posisi duduk antara wanita dan pria dibedakan yaitu wanita duduk berdekatan dengan pintu kuil sedangkan pada pria duduk berdekatan dengan gerbang masuk kuil. Mereka memulai upacara dengan mengucapkan mantra atas ucapan syukur kepada dewa matahari yang dipimpin oleh pendeta.

(4)

Gambar 3.1

Tempat Pelaksanaan Pertama di halaman Kuil Shri Mariamman (Dokumentasi Penulis)

Setelah selesai dari halaman kuil Shri Mariamman, selanjutnya tempat pelaksanaan upacara pindah kedalam kuil Shri Mariamman. Seluruh umat yang mengikuti proses upacara tersebut duduk diatas sajadah yang telah disediakan kuil. Posisi duduk antara pria dan wanita dibedakan yaitu pria duduk disebelah kiri pintu utama kuil dan wanita duduk sebelah kanan pintu utama kuil. Acara yang diadakan didalam kuil yaitu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan terdapat khotbah yang dipimpin dari pendeta diluar kuil. Selain itu tempat pelaksanaan upacara yang terakhir adalah di kuil Kaliamman. Tempat pelaksanaan ini berpindah kuil dikarenakan kuil ini merupakan cabang kuil dari kuil Shri Mariamman dan Kaliamman merupakan anak laki-laki dari dewi Shri Mariamman sehingga kuil ini menjadi salahsatu tempat pelaksanaan upacara Thai Ponggel dilaksanakan. Pada kuil Kaliamman diadakan acara makan bersama dengan seluruh masyarakat yang

(5)

mengikuti upacara pesta panen. Selama upacara berlangsung yaitu dari tempat pelaksanaan upacara yang pertama sampai yang terakhir, jemaat yang mengikuti proses upacara menyanyikan nyanyian Bhajan yang bertujuan untuk memuji dan menyembah dewa atas kemakmuran dan bersyukur dengan kemudahan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Gambar 3.2

Di dalam Kuil Shri Mariamman (Dokumentasi Penulis)

(6)

Gambar 3.3

Tempat Pelaksanaan Di Kuil Kaliamman (Dokumentasi Penulis)

3.4 Latar Belakang dan Tujuan Pelaksanaan

Masyarakat Hindu meyakini bahwa orang menginginkan empat hal. Mereka memulai dengan menginginkan kenikmatan. Selain itu masyarakat Hindu percaya akan alam semesta beserta isinya baik yang berada di segala penjuru bumi, di lautan maupun di angkasa merupakan bagian dari tubuh Sang Hyang Widhi walaupun tidak tampak langsung oleh umat manusia. Keyakinan pada masyarakat Hindu dapat dibuktikan dari dewa yang mereka percayai misalnya masyarakat Hindu memiliki dewa matahari, meyakini dewa lembu dan sebagainya. Tujuan umat Hindu mempercayai keyakinan Sang Hyang Widhi adalah untuk kehidupan manusia ciptaanya. Dengan adanya keyakinan umat Hindu maka berdirilah sebuah kuil ditempat-tempat yang indah, bersejarah atau yang dapat membangkitkan kekaguman akan kebesaran Sang Hyang Widhi disamping dekat dan mudah dicapai umatNya.

Masyarakat Hindu Tamil yang berada di daerah Punjabi melaksanakan pesta panen selama 4 hari. Mereka melaksanakan upacara dibeberapa tempat yaitu di rumah, dikandang lembu dan dikuil. Upacara pesta panen di daerah Punjabi terbagi menjadi 4 jenis yaitu Kanni Ponggel merupakan pesta panen yang dilaksanakan untuk kaum remaja wanita dan kaum wanita yang belum menikah, Mate Ponggel merupakan pesta panen yang diadakan didalam rumah , Thai Ponggel merupakan pesta panen yang dilaksanakan didalam kuil dan Bogi Ponggel merupakan pesta panen yang dilaksanakan didalam kandang lembu. Perbedaan perayaan pesta panen

(7)

pada masyarakat Hindu Tamil di Punjabi dan di Indonesia terjadi dikarenakan mayoritas kependudukan pada daerah dimana di Punjabi banyak masyarakat Hindu Tamil sedangkan di Indonesia hanya sedikit.

Perayaan pesta panen masyarakat Hindu Tamil merupakan upacara yang dilaksanakan karena para petani mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen petani subur dan menghasilkan banyak kamakmuran bagi masyarakat Hindu Tamil. Masyarakat Hindu Tamil yang bukan petani dan juga pekerja yang bukan menghasilkan hasil panen seperti gandum, susu, padi dan sebagainya ikut serta merayakan pesta panen. Mereka melaksanakan dengan tujuan yang sama karena selain hasil panen, mereka bersyukur atas kelestarian alam yang telah memberikan kemudahan dalam upaya mencari nafkah sehingga mendapat makanan dan minuman. Oleh sebab itu, upacara Thai Ponggel tidak hanya dilaksanakan di daerah yang ada sawah atau daerah yang bisa menghasilkan hasil panen. Kuil Shri Mariamman adalah salah satu contoh tempat pelaksanaan upacara

Thai Ponggel.

3.5 Komponen Upacara

3.5.1 Saat Upacara

Upacara Thai Ponggel dilaksanakan sekali dalam satu tahun yaitu pada awal bulan Thai Madem sesuai dengan almanak Tamil. Upacara Thai Ponggel berlangsung selama sehari dengan durasi 7 jam yang dihadiri oleh masyarakat

(8)

Hindu Tamil. Upacara berlangsung dengan tertib dan tepat waktu. Upacara selalu diiringi dengan nyanyian Bhajan.

3.5.2 Benda-Benda dan Bahan-Bahan Upacara

Dalam sebuah upacara terdapat benda-benda dan bahan-bahan yang dipakai untuk prosesi ataupun rangkaian pada saat acara berlangsung. Benda-benda dan bahan-bahan upacara memiliki makna dan fungsi tertentu dipercayai dapat mejadi sarana penyampaian pesan dan maksud bagi setiap etnis yang mengikuti upacara khususnya pada masyarakat Hindu Tamil menyembah Sang Hyang Widhi.

3.5.2.1 Benda-Benda Yang Digunakan

Adapun benda-benda yang digunakan dan masyarakat Hindu Tamil menganggap sakral dan suci adalah sebagai berikut:

1. Lonceng Vaishnavaism

Lonceng yang memiliki makna sebagai tanda bahwa Sang Hyang Widhi satu-satunya yang didengar dan dipatuhi dan juga menandakan bahwa Sang Hyang

Widhi adalah Tuhan Yang Maha Esa.

2. Lampu atau Pelita (Dipam)

Agama Hindu mengartikan pelita memiliki sinar terang yang berasal dari api lampu yang dinyalakan. Pelita juga memiliki simbol sebagai cahaya penerang dan memberikan arti kehidupan bagi manusia seperti sinar matahari yang menyinari bumi dan menjaga kehidupan manusia melalui terangnya. Sinar yang berasal dari pelita dapat disimbolkan sebagai cahaya dapat membinasakan kekuatan kegelapan

(9)

yang selalu mengganggu kedamaian kehidupan umat manusia. Setiap jenis pembuatan pelita berbeda-beda sehingga makna dan fungsi yang terkandung didalamnya mengalami perbedaan juga yaitu sebagai berikut:

a. kapas berfungsi untuk memberikan kedamaian dan hal yang terbaik

b. batang pohon teratai berfungsi untuk menghapuskan perbuatan salah sebelumnya c. kulit pohon eru putih berfungsi untuk mengusir setan yang terdapat dalam tubuh manusia

d. helai kain kuning (baru) berfungsi membebaskan dari usikan setan barang yang dianggap memiliki roh halus

e. helai kain merah berfungsi untuk memberikan tanda larangan dan hambatan nikah serta tidak dikaruniakan anak.

Setiap jenis pembuatan lampu yang berbeda maka berbeda pula jenis minyak yang digunakan pada lampu. Adapun jenis minyak yang digunakan pada lampu adalah sebagai berikut:

a. minyak sapi (Ghee) memiliki ciri khas warna yang terbaik dan mengandung arti untuk memberikan kebahagiaan juga kemakmuran

b. minyak wijen (Sesame Oil) mengandung arti bebas dari penderitaan atau nasib buruk

c. minyak jerai (Kastroli) mengandung arti untuk memberi keturunan keluarga dan sanak saudara

d. minyak kelapa mengandung arti sebagai bebas dari penyakit

(10)

Lampu yang digunakan pada upacara Thai Ponggel terdiri dari dua bagian yaitu sebagai berikut:

a. lampu Pancarati merupakan lampu yang memiliki lima sumbu dan terbagi dari dua makna kata panca berarti lima dan Arthai berarti api. Lima api atau lima kuasa Tuhan yang dikenal dalam agama Hindu sebagai Pancabhutam (lima elemen) yaitu air, api, tanah, udara dan angkasa.

b. lampu Mahakarpuram merupakan api yang memiliki sumbu sebanyak satu dan melambangkan dari energy perana atau dikenal dengan cahaya Tuhan juga energi Tuhan. Fungsi lampu ini sebagai sarana pertemuan antara jemaat dan Tuhan. 3. Kemenyan (Thdhupaf)

Masyarakat Hindu mengenal kemenyan sebagai wewangian yang difungsikan sebagai menetralkan energy dari energi negatif menjadi energi positif.

Selain benda-benda upacara pada Thai Ponggel yang dianggap sakral, masyarakat Hindu memakai benda-benda yang biasa digunakan untuk memasak hasi panen dengan fungsi yang sama seperti dandang, wajan, sendok pengaduk, wadah untuk susu dan tungku masak.

3.5.2.2 Bahan-Bahan Yang Digunakan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam upacara Thai Ponggel adalah sebagai berikut:

a. buah kelapa merupakan simbol dari kehidupan

b. bunga (puspa) merupakan bentuk persembahan yang paling indah dan megah jika dilihat dari fisiknya. Umat Hindu menggunakan bunga sebagai keperluan

(11)

sembahyang dari pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kegiatan sembahyang dan pemujaan biasanya dipakai bunga yang masih segar dan indah serta dirangkai sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk yang bagus dan megah. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Hindu Tamil memberikannya dengan penuh keihklasan sebagai wujud rasa terimakasih dan bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi).

Gambar 3.4

Bunga segar yang dirangkai sedemikian rupa dalam kegiatan sembahyang dan kegiatan pemujaan (Dokumentasi Penulis)

c. susu bermanfaat untuk memperoleh umur yang panjang d. pohon tebu sebagai kemakmuran

e. pohon kunyit sebagai menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik f. pohon pisang sebagai kesuburan dan dapat menyerap energy matahari g. beras sebagai lambang hasil panen yang telah diberikan oleh Surya Banuan15

3.6 Pendukung Upacara

3.6.1 Pendeta/Pemimpin Upacara

(12)

Pimpinan dalam tahapan-tahapan pelaksanaan upacara Thai Ponggel adalah seorang pendeta yang bernama Dharma. Pendeta Dharma bertugas menyampaikan mantra atas nama seluruh Bhakta yang sedang ikut melaksanakan upacara Thai Ponggel. Selain pendeta yang bercampur tangan dalam hal mengurus upacara, ketua kuil adalah salah satu yang berwenang mengurus seluruh persiapan pelaksanaan upacara seperti dalam persiapan menyiapkan bahan-bahan dan benda-benda untuk rangkaian pelaksanaan upacara dan mengatur jadwal acara tahap demi tahap. Meskipun demikian, ketua kuil tidak berhak untuk menyampaikan mantra atas nama seluruh Bhakta. Ketua kuil juga merupakan salah satu pendeta yang cukup lama berada dalam mengurus kuil. Ketua kuil bertugas hanya menyampaikan kata sambutan pada saat upacara berlangsung didalam kuil Shri Mariamman.

Pendeta yang menyampaikan mantra dan ketua kuil menggunakan pakaian yang berbeda yaitu pendeta menggunakan pakaian pendeta yang biasa gunakan yaitu kain yang beberbentuk segi empat panjang yang dianggarkan sepanjang 5 meter yang dililit disekitar pinggang dan kaki yang disebut dengan dhoti sedangkan ketua kuil memakai pakaian seperti jemaat kaum pria kenakan yaitu memakai kurta

pula. Pada masyarakat Hindu Tamil, penggunaan baju ataupun kostum tidak

diperkenankan memakai secara berlebihan. Penggunaan baju ataupun kostum pada saat beribadah harus melambangkan kesederhanaan dan masyarakat Hindu Tamil berfokus pada dewa yang ingin dipuja.

(13)

Upacara Thai Ponggel didukung oleh panitia. Panitia upacara terdiri dari beberapa anggota dan memiliki susunan kepengurusan yang diketuai oleh Bapak Pendeta Chandra Boss, dibantu dengan wakil ketua Bapak Kuna Segra, sekretaris dengan Nadya dan bendahara Silen. Sistem kepengurusan kuil dan panitia pelaksanaan upacara memiliki anggota kepengurusan yang sama. Setiap anggota kepengurusan melakukan tugas sesuai dengan jabatan. Sedangkan kepengurusan dalam hal musik dan konsumsi merupakan jemaat yang telah dipilih oleh ketua perhimpunan kuil.

3.6.3 Bhakta/Undangan

Bhakta yang hadir dalam upacara Thai Ponggel merupakan pendukung upacara. Bhakta berasal dari dalam lingkungan sekitar kuil Shri Mariamman dan ada juga yang berasal dari luar kuil Shri Mariamman seperti dari daerah Tanjung Morawa, Pakam bahkan dari Malaysia. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat yang mengikuti upacara Thai Ponggel sangat antusias. Tidak hanya masyarakat Hindu Tamil yang ikutserta menyaksikan upacara Thai Ponggel namun terdapat etnis lain yaitu seperti etnis Cina, Jawa dan Toba. Adanya etnis luar dari masyarakat Hindu Tamil dikarenakan upacara terbuka untuk umum dan seluruh kalangan dapat menyaksikan berjalannya upacara tersebut. Masyarakat Hindu Tamil yang turut melaksanakan upacara tidak mengasingkan ataupun memandang sebelah mata terhadap etnis lain yang tidak serumpun dengan mereka.

(14)

Gambar 3.5

Bhakta yang sedang mengikuti upacara Thai Ponggel

(Dokumentasi Penulis)

3.6.4 Pemusik

Upacara Thai Ponggel menggunakan empat alat musik yaitu sange, manjira, tabla dan tamborin. Keempat alat musik dimainkan oleh beberapa pemain musik seperti pada alat musik sange dimainkan oleh satu orang, manjira dimainkan oleh dua orang, tabla dimainkan oleh dua orang secara bergantian dan tamborin dimainkan oleh dua orang secara bergantian. Untuk memainkan alat musik, pemusik tidak terdapat syarat khusus misalnya syarat harus pria ataupun wanita namun pemusik wajib mahir dalam memainkan alat musik. Pemusik memakai kostum yang resmi seperti pemusik kaum wanita memakai kostum yang disebut sari yaitu pakaian tradisional India yang banyak dikenal oleh seluruh masyarakat sedangkan pemusik kaum pria memakai baju yang disebut dengan kurta pula yaitu

(15)

pakaian tradisional pria kaum India dengan menggunakan kemeja panjang yang sampai ke lutut yang diperbuat daripada kain kapas atau lime dan sutera. Selain alat musik, terdapat nyanyian yang dinyanyikan oleh jemaat, jemaat yang menyanyikan secara bergantian dengan bersahut-sahutan. Musik pada upacara Thai Ponggel dimainkan secara langsung tanpa menggunakan suara yang berbentuk rekaman.

3.7 Deskripsi Jalannya Upacara Thai Ponggel

Upacara Thai Ponggel dimulai pada pukul tujuh pagi dan sebelum upacara dimulai, panitia pelaksana mempersiapkan bahan dan benda-benda upacara pada malam hari. Panitia pelaksana dan jemaat yang mengikuti upacara Thai Ponggel pada jam empat subuh terlebih dahulu melakukan mediasi individu dengan tujuan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada pukul lima subuh, pendeta kuil memandikan arca yaitu dengan menggunakan susu, tepung kunyit, beras, kayu cendana, air kelapa muda, madu, air tebu dan air mawar. Ketika matahari telah terbit, pendeta melaksanakan ritual puja yaitu ritual sambutan kepada matahari. Upacara Thai Ponggel dilaksanakan pada waktu matahari telah bersinar atau hari mulai terang yaitu pukul tujuh pagi. Pelaksanaan pertama yaitu pendeta memecahkan kelapa muda yang telah dibersihkan dari serabut menggunakan parang. Air kelapa dalam masyarakat Tamil melambangkan suatu kehidupan. Setelah itu, pendeta melakukan pemujaan terhadap dewa Ganesha dengan tujuan segala karma dan bala akan hilang. Setelah melakukan pemujaan kepada Ganesha, pendeta melanjutkan pemujaan terhadap dewa surya karena telah diberikan hasil panen. Jemaat yang ikutserta melaksanakan upacara pada saat pemujaan, jemaat

(16)

berdoa dan mengambil cahaya yang diberikan pendeta kepada jemaat. Cahaya merupakan sarana energi postif yang diberikan oleh dewa.

Pelaksanaan upacara Thai Ponggel setelah pemujaan terhadap dewa adalah jemaat berdiri menuangkan susu yang telah disediakan oleh panitia dihari sebelumnya sambil menyanyikan Bhajan. Jemaat bergantian dan berbaris menunggu giliran untuk menuangkan susu. Jemaat kaum wanita terlebih dahulu menuangkan susu setelah itu jemaat kaum pria. Susu dituangkan sebanyak satu sendok pengaduk, apabila susu telah tumpah maka resmi sudah upacara Thai

Ponggel. Makna dari susu tumpah meluap dari wadah merupakan lambang dari

hasil panen yang melimpah ruah bagi masyarakat Hindu Tamil. Setelah susu telah meluap, selanjutnya panitia dan pendeta menuangkan beras kedalam wadah susu. Proses tersebut sama dengan proses pertama yaitu menunggu hingga beras masak hingga meluap. Proses pemujaan dan proses memasak hasil panen dilakukan di halaman kuil Shri Mariamman.

Proses pemujaan dan proses memasak hasil panen telah selesai, jemaat yang hadir pada saat upacara Thai Ponggel dan seluruh panitia melajutkan upacara didalam kuil Shri Mariamman. Jemaat dan panitia pelasana melakukan meditasi

Tyanem didalam kuil Shri Mariamman selama lima menit dengan tujuan untuk

menyerap energy yang telah dipantulkan oleh dewa. Setelah itu dilanjutkan dengan nyanyian Bhajan yang diawali dengan mantra. Pada pertengahan upacara didalam kuil Shri Mariamman terdapat khotbah dan kata sambutan. Pelaksanaan terakhir didalam kuil Shri Mariamman adalah jemaat dan panitia pelaksana menyanyikan lagu pemujaan yang disebut dengan nama nyanyian Jyothi dan dilakukan sambil

(17)

berdiri menyembah dan mengambil arati (energi positif) yang diberikan dewa melewati lampu Mahakarpuram. Proses kedua yaitu didalam kuil Shri Mariamman selesai dan seluruh jemaat yang hadir bersalaman.

Proses yang ketiga yaitu di kuil Kaliamman, jemaat dan panitia pelaksana bernyanyi Bhajan sambil menyembah dewa Suryabanuan sebagai ucapan syukur dengan apa yang telah disajikan padasaat upacara. Jemaat yang mengikuti upacara terlebih dahulu berdoa dan mengelilingi arca sebanyak tujuh kali sebagai penyembahan. Apabila jemaat yang telah berdoa, jemaat dan seluruh panitia bersama-sama menyanyikan nyanyian Bhajan selama satu jam. Akhir upacara Thai

Ponggel, seluruh jemaat yang turut mengikuti upacara makan bersama dengan

hidangan nasi kuning yang biasanya disebut dengan Brianivegetarian, nasi putih yang direbus dengan campuran daun salam dan elka (kapulaga India/kayu manis) , pawaso merupakan manisan yang berisi campuran susu, mata ikan, kacang mete, kismis dan gula, diperte yaitu kentang dan labu yang dihancurkan dengan menggunakan tangan, rending kentang, pacidi yaitu masakan dengan menggunakan manga muda atau mangga yang masih mentah dicampur gula merah dan elka, kari yaitu kentang, terong, wortel, buah kelor, dan parpu merupakan masakan yang menggunakan campuran sejenis kacang-kacangan seperti kedelai yang direndam semalaman kemudian dimasak.

(18)

Gambar 3.6

Hidangan Upacara Thai Ponggel (Dokumentasi Penulis)

3.8 Deskripsi Musik Pada Upacara Thai Ponggel

Menurut Malm (1977) musik seni India biasanya selalu dikatakan dimulai dengan himne yang dilatarbelakangi oleh tradisi Veda, yaitu berupa teks suci masyarakat Arya, dan materi-materi lainnya yang dapat ditambahkan dan berkembang selama beberapa abad. Rig Veda adalah bentuk tradisi Veda yang paling awal dan tetap dipertahankan hingga kini. Beberapa teksnya dirancang kembali dalam bentuk yang disebut Yajur Veda. Sementara itu Sama Veda terdiri dari beberapa teks-teks pilihan dari sumber yang sama dengan yang dipergunakan

(19)

pada upacara keagamaan. Di sisi lain Arthava Veda adalah sekumpulan teks-teks yang berbeda, diturunkan dari magik keagamaan rakyat dan mantra-mantra. Tradisi Veda dianggap hanya untuk budaya kasta yang lebih tinggi, dan disebankan dialam keagamaannya, yang memiliki tulisan-tulisan singkat yang begitu kuat mengkoreksi pertunjukkan.

Walaupun seluruh tradisi Veda agak jarang dipertunjukkan pada masyarakat India pada masa sekarang ini, berbagai istilah dan beberapa pandangan musikalnya digunakan untuk pertunjukan religious dan epos (syair kepahlawanan) sekuler, yang diperuntukkan kepada kasta-kasta yang lebih rendah di India. Ensamble musik India terdiri dari 2 jenis yaitu ensamble Urumee Melam dan ensamble Nagasvaram. Ensamble Urumee Melam terdiri dari Khanjari, Simbal, Idakka, Thavil, Pampai, Thumbnail, dan Udukai. Sedangkan ensamble Nagasvaram hanya diiringi dengan Tabla. Pada musik India yang paling menonjol adalah ide dan terapan dimensi waktu yang disebut tala, juga dimensi ruang yang disebut dengan raga. Baik praktik musik lama dan modern, secara umum menghasilkan tujuh svara, pada sebuah oktaf (saptaka). Ketujuh Svara tersebut mempunyai nama-nama khusus, tetapi hanya silabis pertamanya dari tiap-tiap namanya yang umum dipergunakan untuk menuliskan nada-nada ini. Silabis sa,ri, ga, ma, pa, dha, ni seperti do, re, mi pada musik Barat datang dari sebuah istilah dasar untuk mendiskusikan atau menyanyikan musik India. Pada teori lama, tujuh svara dimainkan bersama-sama dengan sebuah grama, sebuah tangga nada. Tiga tangga nada induk (sadjagrama,

madhyamagrama, dan gandharagama) dikatakan sebagai dasar tangga nada

(20)

istilah sebagai berikut: (a) nada yaitu getaran suara, (b) sruti yaitu interval-interval mikroton dengan berbagai ukuran, (c) svara yaitu interval-interval musik nyata yang dibentuk dari kombinasi-kombinasi sruti, (d) grama yaitu perbendaharaan tonal dasar, yang dibentuk dari tujuh svara terdiri dari sa, ga, dan ma grama, (e) murchana yaitu tangga nada yang dibentuk dari dua buah tangga nada induk, (f) jati yaitu modus-modus dasar, klasifikasi dari sebuah modus oleh nomor-nomor nadanya, (g) raga adalah bentuk melodi dari tangga nada, didasari oleh berbagai jati, (h) melakarta yaitu kelompok nada yang berhubungan dengan raga.

Istilah raga (rag di India Utara atau ragam dalam bahasa Tamil) dapat didefinisikan sebagai bentuk pengukur (scalar) melodi, yang mencakup baik itu tangga nada dasar atau struktur melodi dasar. Istilah ini diambil dari akar kata bahasa Sanskerta, ranj, yang berarti mewarnai dengan emosi. Istilah itu selanjutnya mempengaruhi keadaan dalam mewujudkan nada-nada yang sebenarnya. Karena itu, aspek-aspek ekstramusikal menjadi penting untuk beberapa ahli musik dalam mempertunjukkan raga. Selain itu terdapat istilah tala pada musik India yang berarti dimensi waktu dalam musik India. Biasanya berkaitan erat dengan siklus birama. Hal ini dapat dikatakan siklus sebab karakteristik dasarnya adalah terus menerus memunculkan garapan waktu. Tempo atau laya musik India dapat dibentuk dari yang sangat cepat (drutam), sampai yang sedang (madhya) dan yang lambat (vilambta). Tempo seperti ini dapat dilihat dengan contoh nyanyian Bhajan.

Manjira yang dimainkan sebanyak dua pasang. Manjira terbuat dari logam gangsa dan dikategorikan dalam idiofon yaitu alat musik yang sumber musiknya

(21)

dari badan instrument itu sendiri. Logam pada manjira dicantumkan dengan tali yang tebal. Manjira difungsikan sebagai pengiring nyanyian dan berguna untuk memainkan irama. Manjira merupakan komponen penting didalam musik Bhajan dan musik tarian.

Gambar 3.7 Manjira

(Koleksi Gambar Penulis)

Tamborin yang digunakan sebanyak 2 buah. Tamborin merupakan frame drum berbentuk bulat dan terdapat senar atau kerincingan di pinggir. Tamborin dikategorikan dengan membranophone yaitu alat musik yang sumber bunyinya dari membran atau kulit. Tamborin memiliki selaput disalahsatu sisinya yang berupa kulit binatang dan ada juga yang terbuat dari plastik. Ukuran dan bentuk tamborin pada umumnya bermacam-macam namun yang dipakai pada saat upacara ini yaitu menggunakan tamborin yang dipakai untuk orang dewasa. Berat tamborin dan diameter tamborin bergantung dengan pembuatan dan besarnya tamborin. Tamborin difungsikan sebagai memuji Tuhan Yang Maha Kuasa dan dimainkan ketika pemnyembahan dilaksanakan.

(22)

Gambar 3.8 Tamborin (Koleksi Gambar Penulis)

Tabla dimainkan sebanyak 2 drum tegak yaitu tabla berukuran kecil dan tabla berukuran besar yang dimainkan dengan jari dan telapak tangan. Tabla tergolong kedalam membranophone yaitu alat musik yang menghasilkan suara dengan memukul selaput atau kulit. Tabla berukuran kecil biasanya sedikit berbentuk kerucut dan disebut dengan dayan yang dimainkan menggunakan tangan kanan. Tabla yang berukuran besar disebut dengan bayan berbentuk bulat yang dimainkan menggunakan tangan kiri. Pada bagian tengah tabla terdapat bintik hitam. Tabla difungsikan sebagai pemujaan dewa dan sebagai iringan musik untuk nyanyian Bhajan. Selain ketiga alat musik manjira, tabla dan tamborin terdapat alat musik sange yang digunakan pada saat upacara Thai Ponggel berlangsung. Sange merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup dan dikategorikan sebagai aerophone. Sange dimainkan pada saat akhir upacara Thai Ponggel guna sebagai tanda bahwa nyanyian akan berakhir.

(23)

Tabla

(Koleksi Gambar Penulis)

Gambar 3.10 Sange

(Koleksi Gambar Penulis)

Alat musik pada upacara Thai Ponggel yaitu manjira, tabla dan tamborin merupakan alat musik yang menghasilkan ritem. Sedangkan pada alat musik sange hanya memiliki satu nada untuk penutupan upacara.

BAB IV

TRANSKRIPSI DAN ANALISIS

Pada bagian ini penulis membuat transkripsi dan menganalisis pola ritem yang paling dominan terdengar pada upacara Thai Ponggel yang dimainkan secara

(24)

langsung yaitu tanpa menggunakan rekaman seperti melalui dvd ataupun recorder sehingga dengan demikian diharapkan dapat membantu kita untuk mengkomunikasikan kepada pihak lain tentang apa yang kita pikirkan dari apa yang kita dengar. Menurut Nettl, (1964:98) ada dua pendekatan berkenaan dengan pendeskripsian musik yaitu: (1) kita dapat mendeskripsikan dan menganalisis apa yang kita dengar; (2) kita dapat menuliskan berbagai cara keatas kertas dan mendeskripsikan apa yang kita lihat. Penulis melakukan transkripsi sebelum melakukan deskripsi musikal karena transkripsi merupakan hal yang terpenting bagi penulis.

Nettl (1964:98) mengatakan bahwa transkripsi adalah proses menotasikan bunyi menjadi simbol visual. Selain itu, transkripsi juga dikenal sebagai cara yang baik untuk mempelajari aspek-aspek mendetail dari suatu gaya musik (Nettl, 1964:103). Dalam bidang studi Etnomusikologi yang terpenting dalam penulisan ilmiah adalah proses transkripsi akan tetapi tidak ada satu pun metode yang dapat dijadikan dasar sebagai bahan acuan. Nettl (1964:131) mengemukakan problem ini bahwa sedikit sekali metode yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan setiap bagian dari musik. Masing-masing pendeskripsian musik tergantung pada karakter bunyi yang ditranskripsikan.

Untuk memperlihatkan bunyi musikal yang terdengar, penulis menggunakan notasi barat dalam proses pentranskripsian. Sebagaimana dikatakan oleh Nettl (1964:94) yang mengutip pendapat Seegers tentang penulisan notasi musik terdiri dari dua bagian yaitu notasi deskripsi dan notasi prespektif. Notasi

(25)

menyajikan sebuah komposisi musik. Notasi deskriptif adalah notasi yang bertujuan untuk menyampaikan kepada pembaca ciri-ciri dan detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca. Salah satu notasi deskriptif adalah penggunaan notasi balok. Hal ini didukung oleh keberadaannya yang efektif dalam pentrasnskripsian.

Menurut pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa transkripsi mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mendeskripsikan musik. Sehubungan dengan hal ini, dalam melakukan pentranskripsian terhadap musik yang dipakai dalam upacara Thai Ponggel di kuil Shri Mariamman kota Medan, penulis mengacu kepada pendekatan metode notasi deskriptif karena menurut pengamatan penulis notasi deskriptif yang paling tepat digunakan untuk kepentingan pendeskripsian komposisi musik yang ada pada upacara.

Dalam bab ini, tujuan dan analisis dalam penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan struktur musik yang terjadi didalam beberapa musik yang ada pada upacara Thai Ponggel. Untuk keperluan ini beberapa yang diputar struktur musik yang sering terdengar dan diantara merupakan pengulangan-pengulangan akan penulis paparkan secara rekaman dan tulisan melalui kamera DSLR dan kamera handphone. Penulis mengambil contoh alat musik tabla dan tamborin dengan pola ritem yang dipakai pada upacara Thai Ponggel.

4.1 PROSES TRANSKRIPSI

Proses pentranskripsian pada dasarnya sudah terjadi setelah proses analisis karena dalam proses pentranskripsian telah dilakukan suatu pengamatan

(26)

terhadap semua karakter musik yang ditranskripsi. Dalam transkripsi ini penulis mengunakan notasi Barat. Hal ini dilakukan untuk mempermudah para pembaca memahaminya. Melihat dari ritem dan kemampuan pemusik tamborin dan tabla yang sedang dilaksanakan, penulis akan menuliskannya dengan menggunakan bantuan software Sibelius. Ada pun beberapa simbol yang digunakan, seperti:

Garis paranada yang memiliki lima buah garis nada dan empat buah spasi dengan tanda kunci G

Merupakan not setengah yang bernilai dua ketuk

Merupakan not satu per empat yang bernilai satu ketuk

Merupakan not satu per delapan yang bernilai setengah ketuk

(27)

Simbol simbol diatas merupakan beberapa contoh dari simbol-simbol yang terdapat dalam partitur yang perlu diketahui agar para pembaca untuk dapat memahami setiap ketukannya. Berikut merupakan transkripsi alat musik nyanyian

Bhajan pada saat proses upacara Thai Ponggel sedang berlangsung:

Ilustrasi Musik

(28)

Ringkasan yang dapat ditarik di atas adalah:

1. Tempo :

2. Durasi Not Dominan : (1/4), (1/2), (1/8)

3. Meter : 4 ketuk dalam satu siklus

(selanjutnya dikelompokkan dalam meter 4/4) 4. Warna Bunyi : Tak dan Dung untuk tabla. Duk untuk tamborine

dan Cik-Ki-Cing untuk manjira

Siklus pola ritem diatas merupakan sudah bisa mewakili pola ritem upacara

Thai Ponggel dengan kesertaan warna bunyi dari alat musik. Dalam nyanyian pada

upacara ini ritemnya didominasi oleh warna bunyi pada alat musik tabla yaitu dengan warna bunyi paling sering dipukul yaitu tak dan dung.

Pada upacara Thai Ponggel terdapat nyanyian Bhajan. Nyanyian tersebut dinyanyikan dengan cara saling bersaut-sautan. Nyanyia Bhajan terdapat leader yang berfungsi sebagai pembawa melodi yang akan diikutkan oleh jemaat yang lain dan tidak ada khusus untuk pria atau wanita dalam hal menyanyikan ini. Nyanyian

Bhajan terdiri dari 10 Bhajan yaitu Bhajan Ganesha, Bhajan Guru, Bhajan Devi, Bhajan Shiva, Linggashtakan, Bhajan Krishna, Bhajan Rama, Bhajan Wishnu, Bhajan Muruga dan Samarasa Pirartenai. Bahasa yang terdapat dalam Bhajan

(29)

adalah bahasa Sanskerta yang mengandung makna lirik berupa ucapan pemujaan untuk dewa. Nyanyian diterjemahkan kedalam bentuk tulisan kanji Tamil dan dituliskan kedalam bentuk bahasa Indonesia sehingga umat Hindu yang tidak mengerti tulisan kanji dapat menyanyikan Bhajan dengan pengucapan Indonesia. Meskipun tulisan Bhajan dapat dinyanyikan dengan menggunakan bahasa Indonesia, jarang umat Hindu Tamil dapat menterjemahkan nyanyian Bhajan. Hal ini dikarenakan banyak umat Hindu sudah tidak lahirpada daerah asalnya yaitu India. Jemaat menyanyikan Bhajan dengan cara kepada siapa puja yang ingin disembah. Berikut merupakan transkripsi nyanyian Bhajan pada saat proses upacara Thai Ponggel sedang berlangsung:

(30)
(31)
(32)
(33)

4.2 Tangga Nada

Dalam pengertian sederhana, tangga nada dalam musik bisa diartikan sebagai satu set atau kumpulan not musik yang diatur sedemikian rupa dengan aturan yang baku sehingga memberikan nuansa atau karakter tertentu. Aturan baku tersebut berupa interval atau jarak antara satu not dengan not lain. Netll, (1964:1945) mengemukakan bahwa cara-cara untuk mendeskripsikan tangga nada adalah menuliskan nada-nada yang dipakai tanpa melihat fungsi masing-masing dalam musik. Tangga nada tersebut kemudian digolongkan menurut beberapa klasifikasi, yaitu menurut jumlah nada yang dipakai.

Penulis menyusun semua nada-nada yang terdapat dalam nyanyian Bhajan

Shiva kemudian mengurutkan tangga nada dari nada terendah hingga nada tertinggi

termasuk nada oktaf jika ada didalam garis paranada. Berikut adalah tangga nada:

4.3 Wilayah Nada

Wilayah nada adalah jarak antara nada yang terendah dengan nada yang tertinggi. Oleh karena itu, setelah penulis membuat lagu tersebut kedalam garis paranada, maka didapatlah wilayah nada tersebut. Wilayah nada pada nyanyian

(34)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada penjelasan bab-bab yang telah dibahas, penulis menyimpulkan pembahasan dari hasil penelitian lakukan. Penulis menyimpulkan bahwa upacara Thai Pongel adalah upacara menuai pada masyarakat Hindu Tamil melalui pesta panen yang bertujuan untuk bersyukur kepada Tuhan karena telah

(35)

diberikan hasil panen yang melimpah. Thai Pongel diadakan sekali setahun pada awal bulan Thai menurut almanak Tamil dan dilaksanakan dilaksanakan di kuil Shri Mariamman. Kuil Shri Mariamman merupakan kuil tertua di kota Medan dan memiliki luas 2 hektar. Semua umat Hindu Tamil dapat mengikuti upacara Thai

Pongel ini dengan memakai pakaian yang sopan misalnya pada kaum pria memakai dhoti atau kurta dan pada kaum wanita memakai sari atau salwar kameez. Upacara

berlangsung selama 1 hari dengan durasi 7 jam. Penyajian musik pada upacara Thai

Ponggel terdiri dari 4 alat musik yaitu manjira, tabla, tamborin dan sange. Musik

yang disajikan dalam upacara dimainkan tidak menggunakan rekaman melainkan secara live. Upacara Thai Pongel terdapat nyanyian. Nyanyian yang dipakai dalam upacara adalah nyanyian bhajan dan dinyanyikan secara bergantian. Bhajan merupakan memuja, menyembah, bersujud, dihadapan Tuhan yaitu dengan menyanyikan lagu-lagu suci dan diartikan kedalam bahasa Indonesia. Bhajan terdiri dari 10 bhajan dan bhajan yang dipakai adalah bhajan Shiva.

5.2 Saran

Upacara Thai Ponggel di Kuil Shri Mariamman Kota Medan diharapkan dapat mempertahankan tradisi yang masih melekat dalam upacara sehingga tidak mengalami kemunduran dan dilupakan oleh generasi muda yang diakibatkan oleh perubahan jaman dan gaya hidup dari masyarakat pendukungnya juga berubah. Penulis mengakui bahwa dalam upacara ini tidak banyak yang mengetahui tentang adanya keberadaannya. Oleh karena itu penulis menyarankan kepada pihak penyelenggara dapat mempublikasikan upacara kepada masyarakat.

(36)

Selain itu, penulis juga menyadari bahwa penelitian yang penulis lakukan masih banyak kekurangan dan perlu mendapatkan penyempurnaan. Penelitian ini hanyalah sebahagian kecil permasalahan yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu, penulis menyarankan dan mengharapkan kepada siapa saja yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini untuk lebih mendalam lagi, sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan Etnomusikologi dan sebagai dokumentasi data mengenai budaya dan bagian struktur penyajian musiknya dalam pertunjukan ketoprak dor yang penulis anggap perlu untuk diteliti lebih.

DAFTAR PUSTAKA

Ardana, I Gusti Gede. 1989. Sejarah Perkembangan Hinduisme. Denpasar: Tanpa Penerbit.

Basarsyah, Tuanku Luckman Sinar. 2008. Orang India Di Sumatera Utara. Medan: Forkala.

Bachtiar, Harja W. 1990. Pengamatan Sebagai Suatu Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia.

Gambar

Gambar 3.7 Manjira
Ilustrasi Musik

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat terlihat pada hasil uji perilaku agresif yang menunjukkan adanya interaksi agresif pada beberapa koloni potensial yang ditemukan dengan skor yang cukup

NO.94/KMK.01/1994 tanggal 29 maret 1994 tentang susunan organisasi Departemen Keuangan , maka tipe A terdiri dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, membawahi satu

kami: (1) kurangnya keseragaman pengambilan keputusan antar stakeholders, (2) komunikasi dan pemahaman yang tidak konsisten dari hambatan diseminasi, (3) distribusi

Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang sudah direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah; (3) Peraturan perundang-undangan.. yang terkait dengan

Berdasarkan gambar 4.15 setelah aplikasi dapat diinstal di laptop/ smartphone maka proses selanjutnya yaitu Login menggunakan alamat email dari gmail yang terdaftar pada

Penelitian menyimpulkan: Pertama , di bawah pengaruh paradigma kebebasan berkontrak atau otonomi kehendak didapatkan dasar bekerjanya sistem hukum untuk menjustifikasi dasar

Dalam penelitian ini akan dijelaskan kalimat imperatif apa saja yang digunakan dalam upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba beserta makna dan fungsinya..

[r]