• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN HUKUM PIDANA SEBAGAI PRIMUM REMEDIUM TERHADAP RUMAH SAKIT YANG MENCEMARA LINGKUNGAN DENGAN LIMBAH MEDIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN HUKUM PIDANA SEBAGAI PRIMUM REMEDIUM TERHADAP RUMAH SAKIT YANG MENCEMARA LINGKUNGAN DENGAN LIMBAH MEDIS."

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRAK

PENERAPAN HUKUM PIDANA SEBAGAI PRIMUM REMEDIUM TERHADAP RUMAH SAKIT YANG MENCEMARI LINGKUNGAN

DENGAN LIMBAH MEDIS Syella Desy Br Ginting

110110080032

Ketentuan dalam pasal 59 UU Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mewajibkan setiap orang yang menghasilkan limbah B3 untuk melakukan pengelolaan terhadap limbah B3 yang apabila dilanggar diancam dengan sanksi pidana penjara dan/atau denda sesuai dengan pasal 103 UUPPLH. Rumah sakit dalam kegiatan melayani kesehatan masyarakat menghasilkan limbah medis yang tergolong ke dalam limbah B3 sehingga rumah sakit diwajibkan untuk melakukan pengelolaan. Akan tetapi banyak rumah sakit yang tidak melaksanakan kewajiban seperti yang telah ditetapkan dan menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga diperlukan suatu penegakan hukum sebagai upaya represif. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penerapan hukum pidana terhadap rumah sakit yang mencemari lingkungan dengan limbah medis dan mengetahui kendala-kendala hukum dalam menerapkan hukum pidana terhadap rumah sakit yang mencemari lingkungan dengan limbah medis.

Metode yang digunakan adalah yuridis normatif yang memadukan data primer dan data sekunder dengan spesifikasi deskriptif analitis yaitu memaparkan tentang peraturan yang berlaku dan keadaan nyata yang terjadi di masyarakat. Adapun data yang digunakan adalah metode analisis kualitatif

(2)

v

THE IMPLEMENTATION OF CRIMINAL LAW AS PRIMUM REMEDIUM AGAINST THE HOSPITAL WHICH POLLUTED THE ENVIRONMENT BY

MEDICAL WASTE

Syella Desy Br Ginting

Abstract

The provisions of article 59 of law No. 32/2009 on the protection and management of the environment requires any person who produces B3 waste to perform the management of B3 waste, which when violated would be punished with criminal sanctions in prison and fines in accordance with article 103 UUPPLH. The hospital in the activities of serving the public health produces medical wastes classified in B3 waste, thus hospitals are required to do maintenance. But there are many hospitals fail to perform its obligations as specified and causes environmental pollution so it is required to make a law enforcement as a repressive efforts. The purpose of this research is to know the application of criminal law against the hospitals that pollute the environment with medical waste and knowing the legal constraints in applying criminal law against the hospitals that pollute the environment with medical waste.

The method used is the juridical normative which integrates primary data and secondary data with descriptive analytical specifications which describe the regulations and the real circumstances that occur in the society. The data used is the method of qualitative analysis.

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip dasar dari metode kertas filter adalah pada suatu hipotesis bahwa pada suatu titik keseimbangan tegangan air pori negatif atau suction di dalam suatu contoh

Hal ini disebabkan karena tiga faktor, yaitu (1) kepiting besar memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan regenerasi salah satu capitnya, (2) regenerasi capit besar

Tujuan Prosedur Operasi Standar ini adalah untuk memberikan pemahaman yang sama bagi pejabat dan petugas pengelola PNBP pada setiap Kantor/Satuan Kerja di

[r]

Mengetahui besar unit cost pelayanan tindakan pencabutan gigi sulung di Klinik Sehat Gajah Mada Kota Padang pada era Jaminan Kesehatan Nasional.. Mengetahui besar unit cost

Dari hasil pengklasifikasi menggunakan algoritma MOA, didapatkan bahwa terdapat 2 tipe aerosol utama dan 1 tipe aerosol campuran untuk wilayah kajian, yakni

Aspirin merupakan satu-satunya obat antiplatelet yang diberikan pada stroke iskemik akut dan direkomendasikan untuk diberikan segera dengan dosis 160-325 mg per hari (Lip, G.Y.H

Masih diperlukan penelitian lebih jauh mengenai hal ini untuk kerbau Indonesia atau pencarian penciri genetik lain yang menunjukkan polimorfisme dan berhubungan erat dengan