REPUBLIKA
PT Tolak
Cetak 50al
UN
Desx..§usilawati
Keterlibatan perguruan
tinggi untuk
meminimal-isasi kecurangan.
JAKARTA -
Perguruan
tinggi
(PT)
menolak permintaan
Kemente-rian Pendidikan Nasional (Kemen-diknas) untuk mencetak, menggan-dakan, mendistribusikan, serta mengamankan soal ujian nasional (UN). Ini merupakan rapat majelis rektor Indonesia (MRI), Ahad (10/1).
"Kami serahkan kepada BSNP [Badan Standar Nasional Pendidik-an], sebab percetakan perguruan ting-gi kapasitasnya tidak memungkinkan dalam waktu yang singkat ini," ujar Priyo Suprobo, Senin (11/1).
Sebetulnya, jelas rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu, perguruan tinggi ingin dilibatkan dalam mencetak UN. Ini demi keamaqan ujian dan kredibili-tas. "Tapi, kami rasa waktunya tidak cukup," tuturnya. Soal UN, tambah Probo, akan tetap dicetak di bawah pengawasan BSNP dan pemda.
Probo tak mau berkomentar ten-tang alasan tak mau mencetak soal UN, karena berkaitan dengan kasus kecurangan yang sering terjadi da-lam pelaksanaan ujian. Tapi pada prinsipnya, menurut dia, perguruan tinggi ingin membantu proses elim-inasi kecurangan selama UN.
Anggota BSNP, Prof Mungin Eddy Wibowo, yang dihubungi secara ter-pisah menuturkan, keterlibatan per-guruan tinggi dalam pencetakan soal untuk meminimalisasi kecurangan atau kebocoran soal serta mening-katkan kualitas penyelenggaraan UN. IJ,u terutama berkait dengan kuali tas naskah soal.
Menurut Ketua BSNP, Djemari Mardapi, badan yang diketuainya menyadari, mungkin waktu dan be-ban untuk pencetakan naskah terlalu
singkat untuk perguruan tinggi. "Ta-pi, kita tetap akan meminta pengas-was dan dari perguruan tinggi di percetakan agar tidak terjadi kebo-coran naskah," katanya.
Tetap dukung
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh, mengakui telah melakukan rapat bersama BSNP dan MRI yang me-mutuskan pencetakan soal UN tidak dilakukan oleh MRI. Nam~, dia me-negaskan, "Mereka (MRI) tetap men-dukung kami."
Kepada wartawan seusai rapat kerja dengan Komisi X Dewan Per-wakilan Rakyat (DPR) di ruang rapat Komisi X, Senin (11/1), Mendiknas menuturkan, soal-soal UN tetap di-sesuaikan dengan esensinnya.
Mendiknas menyatakan tetap akan mencarikan solusi, sebab pe-laksanaan teknis UN ada di bawah BSNP. "Jangan sampai memindah-kan percetamemindah-kan tapi mengorbankan kebocoran," tegasnya. Peran pergu-ruan tinggi, tambah Mendiknas, sejak dulu tetap melakukan penga-wasan terhadap kualitas UN.
Djemari mengatakan, proses pen-cetakan soal UN sekolah menengah atas (SMA) akan dilimpahkan ke percetakan daerah. "Kami akan min-ta masukan kepada pemerinmin-tah dae-rah, percetakan mana yang baik dan siap untuk melakukan pelelangan," katanya.
Djemari menambahkan, penceta-kan naskah ujian sekolah menengah pertama (SMP) juga harus ada per-baikan. Naskah UN yang mencetak harus benar-benar bonafide. "Misal-nya mereka memiliki ruang pemerik-saan khusus, sehingga orang tidak bisa sembarangan masuk. Juga harus diawasi jangan sampai tercampur," tuturnya.
Dia mengakui, di percetakan me-mang ada kemungkinan kebocoran. Tapi, yang penting dan kerap terjadi, kata dia, kemungkinan tercam-purnya antara soal paket a dan b.
. ed:
burnanKliping Humas
Unpad 2010
o
Senin
.
Selasao
Rabuo
Kamiso
Jumato
Sabtuo
Minggu1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31