Skripsi
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Matematika
Oleh
Susilawati
1000445
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Oleh Susilawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Susilawati 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
KATA PENGANTAR... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. RumusanMasalah ... 8
C. TujuanPenelitian ... 9
D. ManfaatPenulisan ... 9
E. DefinisiOperasional ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. Strategi Konflik Kognitif ... 11
B. Pendekatan Open-Ended ... 14
C. Pembelajaran Menggunakan Strategi Konflik Kognitif dengan Pendekatan Open-Ended ... 17
D. Kemampuan Representasi Matematis... 18
E. Pembelajaran Menggunakan Strategi Konflik Kognitif dengan Pendekatan Open-Endedterhadap Kemampuan Representasi Matematis... 22
F. Pembelajaran Ekspositori ... 23
G. Penelitian yang Relevan... 24
H. Hipotesis ... 25
BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN ... 26
A. Metode dan DesainPenelitian ... 26
B. Variabel Penelitian ... 26
C. Populasi dan Sampel ... 27
Susilawati, 2014
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Analisis Data Penelitian ... 43
B. Pembahasan ... 61
BAB V PENUTUP ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 68
LAMPIRAN ... 71
v
ABSTRAK
Susilawati (2014). Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMP Menggunakan Strategi Konflik Kognitif dengan Pendekatan Open-Ended.
Kemampuan representasi matematis merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang penting untuk dimiliki oleh siswa. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya kemampuan representasi matematis siswa khususnya siswa SMP. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan strategi konflik kognitif dengan pendekatan open-ended lebih baik daripada siswa yang menerima pembelajaran ekspositori, 2) Untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi konflik kognitif dengan pendekatan open-ended dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran ekspositori dan 3) Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan strategi konflik kognitif dengan pendekatan open-ended. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen, dengan desain kelompok kontrol pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 30 Bandung tahun ajaran 2013/2014, dan berdasarkan saran dari guru matematika di sekolah tersebut dipilih dua kelas yaitu kelas VIII-5 sebagai kelas kontrol dan kelas VIII-6 sebagai kelas eksperimen. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes dan instrumen nontes yang terdiri dari angket, lembar observasi, dan jurnal harian siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan strategi konflik kognitif dengan pendekatan open-ended lebih baik daripada siswa yang menerima pembelajaran ekspositori, 2) Kualitas peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi konflik kognitif dengan pendekatan open-ended tergolong tinggi, sedangkan kualitas peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori tergolongsedang, dan 3) Respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan strategi konflik kognitif dengan pendekatan open-ended adalah positif.
vi
Susilawati, 2014
ABSTRACT
Susilawati (2014). Improvement of Mathematical Representation Ability Using Cognitive Conflict Strategy with Open-Ended Approach.
Mathematical representation ability is one of high order mathematical thinking which is importantly had by students. Background of this research was the low of
student’s mathematical representation ability especially in junior high school. The purpose of this research were: 1) to know whether improvement of student’s mathematical representation ability who got cognitive conflict strategy with open-ended approach is better than student’s mathematical representation ability who got expository learning, 2) to know the quality of improvement of student’s mathematical representation ability who got cognitive conflict strategy with open-ended approach and student’s mathematical representation ability who got expository learning and 3) to know student’s attitude to learningby cognitive conflict strategy with open-ended approach. The method that used in this research is quasi experimental, with pretest-posttest control group design. The population of this research werestudents of 8th gradeinSMPN 30 Bandung, and based on suggestion from a mathematic teacher in that school so was chosen two class are 8-5 as controlclass and 8-6 as experimental class. The research instrument that used were test insrument and nontest instrumentare questionnaire, observation sheets, and
student’s daily journal. The result showed that: 1) The improvement of student’s mathematical representation ability who got cognitive conflict strategy with open-ended approach is better than student’s mathematical representation ability who got expository learning, 2) The quality of improvement of student’s mathematical representation ability who got cognitive conflict strategy with open-ended approach was in high category,while student’s mathematical representation ability who got expository learning was in medium category, and 3) student’s attitude to learningby cognitive conflict strategy with open-ended approach was positive.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu ilmu yang berperan penting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kini matematika digunakan di
seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu alam, bidang
teknik, kedokteran/medis, dan ilmu sosial seperti ekonomi dan psikologi.
Di Indonesia khususnya para siswa pada tingkat pendidikan dasar maupun
tingkat pendidikan menengah dituntut untuk menguasai matematika dengan baik.
Hal ini didukung dengan berlakunya undang – undang RI No. 20 tahun 2003 pasal
37 yang menegaskan bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran
wajib bagi siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Meskipun telah dituntut untuk mempelajari dan menguasai matematika
dengan baik, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan
siswa dalam bidang matematika khususnya pada jenjang pendidikan menengah
masih kurang. Hal ini terlihat dari peringkat Indonesia terkait dengan prestasi
matematika siswa menengah dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
Menurut catatan TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study)
tahun 2011, lembaga yang mengukur dan membandingkan kemampuan
matematika siswa-siswa antarnegara, penguasaan matematika siswa grade 8
(setingkat SMP) negara Indonesia menempati peringkat ke-38 dari 42 negara.
Rerata skor yang diperoleh siswa-siswi Indonesia adalah 386 dan masih berada di
bawah rata-rataskor internasional yaitu 500. Rerata skor ini pun masih jauh di
bawah rerata negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Soal-soal yang diujikan dalam TIMMS 2011 ini mencakup kognitif
pengetahuan, penerapan, dan penalaran. Namun begitu, diantara soal-soal tersebut
terdapat beberapa soal yang menguji kemampuan representasi matematis siswa.
Susilawati, 2014
Topik utama dari soal pada Gambar 1.1 maupun Gambar 1.2 adalah data
organization and representation. Kedua soal ini termasuk kedalam jenis
representasi visual yang dalam hal ini meminta siswa untuk menyajikan data dari
suatu representasi ke representasi yang lain. Soal pada Gambar 1.1 meminta siswa
menyajikan representasi berbentuk kata-kata kedalam representasi diagram
lingkaran, sedangkan soal pada Gambar 1.2 meminta siswa menyajikan
representasi berbentuk tabel kedalam representasi diagram
lingkaran.Persentasesiswa Indonesia yang menjawab benar soal Gambar 1.1
tersebut adalah sebanyak 26%, dan jumlah ini masih berada dibawah rata-rata Gambar 1.1
Item Number M032695(NCES2013:100)
Gambar 1.2
internasional yaitu 45%. Kemungkinan kesalahan siswa salah satunya adalah
siswa tidak memahami maksud dari soal dan kurangnya pemahaman siswa
terhadap penyajian data dalam bentuk diagram. Sedangkan untuk soal pada
Gambar 1.2 rata-rata internasional persentase benar adalah 47%, dan hanya 28%
siswa Indonesia menjawab benar. Ini berarti persentase jawaban benar siswa
Indonesia masih dibawah rata-rata internasional untuk soal tersebut.
Soal representasi lain juga terdapat pada Item Number M042269(NCES,
2013: 116) berikut:
Gambar 1.3
Topik utama dari soal pada Gambar 1.3 di atas adalah Data Interpretation. Soal
ini termasuk jenis representasi kata-kata atau teks tertulis, dimana siswa diminta
untuk menginterpretasikan suatu bentuk representasi. Persentase siswa Indonesia
yang menjawab benar adalah 29%, dan jumlah ini jauh di bawah rata-rata
internasional yaitu 58%.
Gambar 1.4
Item Number M042169C(NCES,2013: 108)
Soal pada Gambar 1.4 juga merupakan salah satu jenis soal representasi
Susilawati, 2014
suatu representasi yang dalam hal ini berbentuk kata-kata. Persentase siswa
Indonesia yang menjawab benar soal tersebut sebanyak 4%, sedangkan rata-rata
internasionalnya 13%. Kemungkinan kesalahan siswa salah satunya yaitu
kurangnya pemahaman siswa dalam materi statistika sehingga siswa kesulitan
dalam menginterpretasikan data tersebut.
Berdasarkan pemaparan data yang diperoleh dari hasil TIMMS 2011 di atas
maka diketahui bahwa rendahnya prestasi matematika Indonesia tersebut
mencakup rendahnya beberapa kemampuan matematis termasuk kemampuan
representasi matematis. Kemampuan representasi merupakan salah satu
kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi yang kedudukannya dianggap
penting dalam pembelajaran matematika. Hal ini didukung dengan adanya tujuan
pembelajaran matematika menurut NCTM (Kartini, 2009: 364) yang telah
mengalami perubahan dimana saat ini pembelajaran matematika tidak lagi hanya
menekankan pada peningkatan hasil belajar namun juga diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan berikut:
1. Komunikasi matematis (mathematical communication).
2. Penalaran matematis (mathematical reasoning).
3. Pemecahan masalah matematis (mathematical problem solving).
4. Mengaitkan ide-ide matematis (mathematical connection).
5. Representasi matematis (mathematical representation).
Representasi sebagai salah satu kompetensi dasar dalam pembelajaran
seperti direkomendasikan NCTM (Kartini, 2009: 364) memiliki beberapa tujuan
yang harus dicapai siswa, yaitu:
1. Membuat dan menggunakan representasi untuk mengenal, merekam, dan
mengkomunikasikan ide-ide matematis.
2. Memilih, menerapkan, dan menerjemahkan representasi matematis untuk
memecahkan masalah matematis.
3. Menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasi
fenomena fisik, sosial, dan matematika.
Berdasarkan hal tersebut maka diketahui bahwa salah satu kemampuan
kemampuan representasi matematis. Hal ini sesuai dengan pernyataan NCTM
(Endah,2013: 2),
Representation is central to the study of mathematics. Students can develop and deepen their understanding of mathematical concepts and relationships as they create, compare, and use various representations. Representation also help students communicate their thinking.
Representasi memegang peranan penting dalam pembelajaran matematika karena
siswa dapat mengembangkan dan memperdalam pemahaman konsep dan
keterkaitan antarkonsep dengan menciptakan, membandingkan, dan menggunakan
representasi. Representasi juga dapat membantu siswa mengkomunikasikan
pemikiran mereka.
Representasi dapat didefinisikan sebagai segala bentuk pernyataan mental
hasil pemikiran dengan cara tertentu melalui sebuah gambar, simbol maupun
lambang.Kemampuan ini mencakup representasi internal yang berkaitan dengan
bagaimana siswa memikirkan dan memahami konsep yang dipelajarinya, dan juga
representasi eksternal yaitu perwujudan atau pernyataan dari konsep-konsep yang
telah mereka miliki. Berdasarkan penjelasan tersebut maka terlihat bahwa
kemampuan representasi ini memiliki pengaruh yang cukup besar pula terhadap
pemahaman konsep dan komunikasi matematis siswa.
Kedudukan penting dari kemampuan representasi tidak tercermin dalam
kegiatan pembelajaran di lapangan. Dalam pembelajaran matematika selama ini
siswa jarang diberi kesempatan untuk menghadirkan representasinya sendiri.
Siswa cenderung meniru langkah guru dalam menyelesaikan suatu permasalahan
matematika. Akibatnya, kemampuan representasi matematis siswa tidak
berkembang, padahal representasi matematis sangat diperlukan dalam
pembelajaran matematika baik bagi siswa maupun bagi guru.
Rendahnya kemampuan representasi matematis yang dimiliki siswa
didukung oleh fakta hasil penelitian, yang salah satunya adalah hasil penelitian
Hudiono (2005) dalam disertasinya yang menyimpulkan bahwa kemampuan siswa
dalam mengerjakan masalah matematika dengan representasi masih rendah.
Susilawati, 2014
dengan benar dan sebagian lagi lemah dalam memanfaatkan kemampuan
representasi.
Berdasarkan penjelasan mengenai penyebab rendahnya kemampuan
representasi matematis siswaseperti yang telah diuraikan di atas maka faktor
pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran memiliki pengaruh
yang sangat besar terhadap kegiatan pembelajaran, yang secara tidak langsung
akan berpengaruh juga terhadap upaya meningkatkan prestasi matematika siswa.
Secara khusus dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa, khususnya representasi matematis dalam hal ini
maka pemilihan pendekatan dalam pembelajaran haruslah diperhatikan.
Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang memungkinkan dapat
meningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi khususnya representasi
matematis siswa adalah pembelajaran yang berdasarkan teori belajar
konstruktivisme. Menurut teori belajar konstruktivisme siswa harus
mengkonstruksi pengetahuan sendiri, dan esensi dari teori belajar ini adalah ide
dimana siswa harus menemukan dan mengkonstruksikan suatu informasi
kompleks ke situasi lain.
Salah satu strategi belajar yang berdasarkan pada teori belajar
konsruktivisme adalah strategi konflik kognitif.Strategi ini berkaitan erat dengan
proses konstruksi dan pemahaman konsep siswa, yang artinya berkaitan dengan
representasi internal siswa. Strategi konflik kognitif muncul dari hasil penelitian
Piaget sekitar tahun 1970an (Nadler dkk., 2009: 132).Pengaruh strategi konflik
kognitif terhadap proses pembelajaran ini didasarkan pada teori Piaget (Lee dkk.,
2003: 586), yang menyatakan bahwa ketika seorang siswa menyadari adanya
konflik kognitif, hal ini akan memotivasi dirinya untuk menyelesaikan konflik
(masalah) tersebut.
Berbagai pendekatan pembelajaran dapat digunakan untuk memunculkan
konflik dalam struktur kognitif siswa. Damon dan Killen (Ismaimuza, 2008: 156)
menyatakan bahwa konfilk kognitif dapat muncul ketika ada pertentangan
pendapat atau pemikiran antara seorang individu dengan individu lainnya pada
dalam hal ini khususnya siswa, dapat muncul ketika mereka dihadapkan pada
suatu permasalahan yang memiliki multi jawaban yang benar. Ketika satu
individu memiliki jawaban yang berbeda dengan individu lainnya, hal ini akan
menimbulkan pertanyaan dalam kognitif mereka mempertanyakan kebenaran akan
jawaban yang telah mereka susun. Oleh karena itu salah satu pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan dalam rangka memunculkan konflik kognitif
siswa adalah pendekatan open-ended.
Pendekatan open-ended merupakan pendekatan yang mendatangkan
berbagai cara, metode atau strategi dalam menjawab masalah matematika yang
diberikan.Menurut Nohda (Suherman dkk., 2003:124) tujuan dari pembelajaran
open-ended adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola
pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan.
Ketika siswa dihadapkan pada suatu permasalahan, untuk menyelesaikannya
siswa harus mampu merepresentasikan permasalahan yang diberikan tersebut
kedalam bentuk lain sehingga lebih mudah mereka pahami. Pembelajaran
menggunakan strategi konflik kognitif dengan pendekatan
open-endeddilaksanakan secara berkelompok dengan permasalahan yang diberikan
berupa permasalahan terbuka, yang menghasilkan alternatif penyelesaian atau
jawaban yang berbeda-beda dari siswa.Pembelajaran tersebut akan membuat
struktur kognitif siswa mengalami suatu ketidakseimbangan, karena ketika
berdiskusi siswa akan menemukan bahwa penyelesaian yang dia pahami berbeda
dengan teman sekelompok maupun sekelasnya. Hal ini akan membuat siswa
mempertanyakan kembali kebenaran dari pemahaman yang telah mereka miliki,
sehingga siswa akan lebih aktif menghubungkan permasalahan yang diberikan
dengan pemahaman yang telah dimilikinya. Hal ini berarti kegiatan representasi
internal siswa meningkat. Selain itu ketika siswa mencoba merepresentasikan
permasalahan yang diberikan tersebut secara eksternal, siswa akan mendapat
banyak pengalaman karena representasi pemahaman yang siswa miliki beragam.
Berdasarkan hal tersebut, maka diharapkan dengan pembelajaran menggunakan
strategi konflik kognitif dengan pendekatan open-endedini kemampuan
Susilawati, 2014
Selain proses pembelajaran yang dilaksanakan, sikap siswa terhadap
matematika merupakan salah satu faktor yang juga mempengaruhi hasil belajar
siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusgianto
(2006: 94) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara sikap
terhadap matematika dengan hasil belajar matematika. Sejalan dengan hasil
tersebut, Hart (Malik, 2011: 77) menyatakan bahwa terdapat korelasi yang
signifikan antara sikap dan prestasi belajar matematika. Prestasi belajar
matematika terdiri dari tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Ranah kognitif yang dimaksud dalam matematika berkaitan dengan hasil berupa
pengetahuan, dan kemampuan yang salah satunya adalah kemampuan representasi
matematis. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan kajian mengenai sikap
siswa terhadap pembelajaran yang mengupayakan peningkatan kemampuan
representasi siswa yang dalam hal ini adalah pembelajaran menggunakan strategi
konflik kognitif dengan pendekatan open-ended.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMP
Menggunakan Strategi Konflik Kognitif dengan Pendekatan Open-Ended”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran menggunakan strategi konflik kognitif dengan
pendekatan open-endedlebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran ekspositori?
2. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan representasi matematis siswa
yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi konflik kognitif
dengan pendekatan open-endeddan siswa yang memperoleh pembelajaran
ekspositori?
3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan strategi
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan representasi matematis siswa
yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi konflik kognitif
dengan pendekatan open-endedlebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran ekspositori.
2. Mengetahui bagaimana kualitas peningkatan kemampuan representasi
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi
konflik kognitif dengan pendekatan open-endeddan siswa yang memperoleh
pembelajaran ekspositori.
3. Mengetahui bagaimana sikapsiswa terhadap pembelajaran yang
menggunakan strategi konflik kognitif dengan pendekatan open-ended.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi utuk
menerapkan atau mengembangkan pembelajaran menggunakan strategi
konflik kognitif dengan pendekatan open-ended.
2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif masukan dalam
upaya meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa.
3. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat membantu mereka dalam
meningkatkan kemampuan representasi matematis melalui strategi konflik
kognitif dengan pendekatan open-ended.
E. Definisi Operasional
1. Strategi Konflik Kognitif
Strategi konflik kognitif yang dimaksud adalah strategi pembelajaran yang
diawali dengan mengungkapkan konsepsi awal siswa, kemudian menciptakan
Susilawati, 2014
2. Pendekatan Open-Ended
Pendekatan open-ended yang dimaksud adalah pendekatan yang
mendatangkan cara yang berbeda atau jawaban yang berbeda dalam
menyelesaikan masalah matematika yang diberikan.
3. Strategi Konflik Kognitif dengan Pendekatan Open-Ended
Strategi konflik kognitif dengan pendekatan open-ended yang dimaksud
adalah pembelajaran secara berkelompok yang memunculkan ketidakseimbangan
atau konflik dalam struktur kognitif siswa melalui permasalahan yang
menghasilkan cara maupun jawaban yang berbeda.
4. Kemampuan Representasi Matematis
Kemampuan representasi yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam
membuat gambar untuk memperjelas dan memfasilitasi penyelesaiannya,
menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah, membuat
persamaan atau model matematika dari representasi lain yang diberikan,
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis, membuat situasi
masalah berdasarkan data atau representasi yang diberikan, menuliskan
langkah-langkah penyelesaian masalah matematika dengan kata-kata, dan kemampuan
menjawab soal dengan menggunakan kata-kata teks tertulis.
5. Pembelajaran Ekspositori
Pembelajaran ekspositori yang dimaksud adalah pembelajaran yang
dilaksanakan dengan cara guru menjelaskan materi pelajaran, siswa
mendengarkan dan mencatat penjelasan guru, kemudian siswa mengerjakan
latihan soal yang diberikan, dan bertanya kepada guru apabila ada yang tidak
26
BAB III
METODE DAN DESAIN PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi
eksperimen.Menurut Arifin (Endah, P.D.,2013:16), metode kuasi eksperimen
disebut juga metode eksperimen semu yang bertujuan untuk memprediksi keadaan
yang dapat dicapai melalui eksperimen yang sebenarnya, tetapi tidak ada
pengontrolan dan/atau manipulasi terhadap seluruh variabel yang relevan. Desain
dalam penelitian ini menggunakan pretest-posttest control group design (desain
kelompok kontrol pretest-posttest).
Penelitian ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol yang masing-masing diberikan perlakuan tertentu. Perlakuan
terhadap kelompok eksperimen yaitu siswa memperoleh pembelajaran
matematika yang menggunakan strategi konflik kognitif dengan pendekatan
open-ended, sedangkan kelompok kontrol yaitu siswa yang memperoleh pembelajaran
matematika dengan pembelajaran ekspositori. Kedua kelompok tersebut akan
mendapatkan soal pretest dan soal posttest yang sama. Gambar desain dari
penelitian ini adalah sebagai berikut (Ruseffendi, 2010: 53):
Keterangan :
O : Tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)
X: Pembelajaran matematika menggunakan strategi konflik kognitif dengan
pendekatan open-ended.
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan
Susilawati, 2014
menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat),
sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Variabel bebas yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran menggunakan strategi konflik kognitif
dengan pendekatan open-ended, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan
representasi matematis.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswakelas VIIISMPN 30
Bandung tahun ajaran 2013/2014, sedangkan yang menjadi sampel adalahsiswa
kelas VIII-5 dan kelas VIII-6. Sampel diambil dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
tertentu (Tanidja & Mustafidah, 2012: 37).Kedua kelas ini dipilih berdasarkan
pertimbangan dari guru yang mengajar di kelas tersebut yang menyatakan bahwa
kemampuan siswa pada kedua kelas relatif sama dan dapat mewakili kelas VIII
yang lainnya. Kemudian dari dua kelas tersebut, kelas VIII-6 diambil sebagai
kelas eksperimenyang menerima pembelajaran menggunakan strategi konflik
kognitif dengan pendekatan open-ended,dan kelas VIII-5 sebagai kelas kontrol
yang menerima pembelajarandengan pembelajaran ekspositori.
D. Pengembangan Instrumen
Instrumen yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah instrumen
pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar
berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS), serta instrumen penelitian berupa
instrumen tes dan instrumen non tes.
1. Instrumen Pembelajaran.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Menurut tim sosialisasi KTSP dalam website Dikti, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
untuk kelas eksperimendisesuaikan dengan strategi konflik kognitif dan
pendekatan open-ended, sedangkan RPP untuk kelas kontrol disesuaikan dengan
pembelajaran ekspositori.
b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
Menurut tim sosialisasi KTSP dalam website Dikti, Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa
yang berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.
Penyusunan lembar kegiatan siswa paling tidak harus memenuhi kriteria yang
berkaitan dengan tercapai atau tidaknya sebuah kompetensi dasar oleh peserta
didik.
2. Instrumen Penelitian.
Instrumen dalam penelitian terdiri dari instrumen tes yaitu tes kemampuan
representasi matematis dan instrumen non tes berupa angket sikap siswa, lembar
observasi, dan jurnal harian siswa.
a. Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan
representasi matematis yang diberikan sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah
pembelajaran dilaksanakan (posttest).Pretest diberikan dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan awal representasi matematis siswa, sedangkan posttest
diberikan untuk mengetahui kemajuan kemampuan representasi matematis siswa
setelah diberikan pembelajaran.
Bentuk tes yang diberikan berupa tes uraian. Tes uraian dipilih dengan
alasan bahwa dengan tes uraian akan menimbulkan sikap kreatif dan aktivitas
positif pada diri siswa dan hanya siswa yang benar-benar telah memahami dan
menguasai konsep materi yang dapat memberikan jawaban yang benar. Sebelum
digunakan dalam penelitian, soal tes diukur terlebih dahulu validitas, reliabilitas,
indeks kesukaran, dan daya pembedanya dengan diujikan kepada siswa di luar
sampel. Hasil uji instrumen tersebut diolah dengan menggunakan Microsoft Excel
Susilawati, 2014 1) Validitas.
Suatu alat evaluasi dikatakan valid apabila alat tersebut mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur. Cara yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
validitas suatu alat evaluasi yaitudengan menghitung koefisien
korelasimenggunakan rumus Product Moment dari Pearson sebagai berikut :
(Suherman, E., 2003: 120)
Keterangan:
= Koefisien korelasi antara X dan Y.
n = Banyaknya subjek (peserta tes).
= Skor yang diperoleh siswa pada setiap butir soal.
= Skor total yang diperoleh setiap siswa.
Dalam Suherman, E.(2003:113) Guilford, J. P. mengemukakan bahwa interpretasi
nilai sebagai berikut :
Tabel 3.1
Validitas Butir Soal
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,90 ≤ ≤ 1,00 validitas sangat tinggi (sangat baik)
0,70 ≤ < 0,90 validitas tinggi (baik)
0,40 ≤ < 0,70 validitas sedang (cukup) 0,20 ≤ < 0,40 validitas rendah (kurang)
0,00 ≤ < 0,20 validitas sangat rendah
< 0,00 tidak valid
Adapun hasil uji validitas terhadap instrumen tes representasi matematis
yang diujikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
= −
Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Instrumen
No Soal rxy Interpretasi
1. 0,76 Validitas tinggi
2a. 0,58 Validitas sedang
2b. 0,65 Validitas sedang
3a. 0,64 Validitas sedang
3b. 0,57 Validitas sedang
3c. 0,61 Validitas sedang
4. 0,71 Validitas tinggi
Perhitungan dari validitas butir soal instrumen ini disajikan secara lengkap pada
bagian Lampiran C.2, halaman180.
Dari hasil validitas di atas kemudian dilakukan uji keberartian untuk setiap
butir soal dengan perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0 : Validitas tiap butir soal tidak berarti
H1 : Validitas tiap butir soal berarti
Statistik uji :
(Sugiyono, 2002:215)
Keterangan :
t : Keberartian
r : Validitas setiap butir soal
n : Banyaknya subjek
Kriteria pengujiannya:
Dengan mengambil taraf nyata (α), H0 diterima jika:
Susilawati, 2014
− 1−� 2 ;( −2)
< < 1−� 2 ;( −2)
Dalam penelitian ini banyaknya (n) adalah 34, dan diambil α = 0,05, sehingga H0
diterima jika:
− 0,975 ;(32)< < 0,975 ;(32) dengan menggunakan tabel t diperoleh 0,975 ;(32)= 2,037.
Adapun hasil uji keberartian intrumen kemampuan representasi matematis
yang diujikan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Hasil Uji Keberartian Instrumen
No soal t Interpretasi
1. 6,69 Berarti
2a. 4,04 Berarti
2b. 4,80 Berarti
3a. 4,73 Berarti
3b. 3,95 Berarti
3c. 4,37 Berarti
4. 5,68 Berarti
Hasil perhitungan uji keberartian butir soal instrumen ini disajikan secara lengkap
pada bagian Lampiran C.3, halaman 184.
2) Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang
memberikan hasil yang tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan
pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang
berbeda, dan tempat yang berbeda pula (Suherman, E., 2003: 131).Instrumen tes
yang digunakandalam penelitian ini berbentuk uraian, sehinggareliabilitas tes
ditentukan dari nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh dengan menggunakan
rumus Alpha, sebagai berikut (Suherman, E., 2003:154):
Keterangan :
11 = Koefisien reliabilitas
n = Banyak butir soal
�2 = Varians skor tiap soal
2 = Varians skor total
dimana,
(Sudjana, 1996: 94)
Keterangan:
s2 : Varians
X : Skor setiap butir soal
X2 : Kuadrat skor setiap butir soal
n : Banyaknya subjek
Koefisien reliabilitas yang diperoleh kemudian diinterpretasikan kedalam
klasifikasi reliabilitas menurut Guilford (Suherman, E., 2003: 139), sebagai
berikut :
Tabel 3.4
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Interpretasi
11 < 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah
0,20≤ 11 < 0,40 Derajat reliabilitas rendah
0,40≤ 11 < 0,70 Derajat reliabilitas sedang
0,70≤ 11 < 0,90 Derajat reliabilitas tinggi
0,90≤ 11 < 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi
Adapun perhitungan koefisien reliabilitas dari instrumen kemampuan
representasi matematis yang diujikan disajikan pada bagian Lampiran C.4, 2 =
2 − 2
Susilawati, 2014
halaman 186. Perhitungan tersebut menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar
0,68, dan jika diinterpretasikan instrumen tes dalam penelitian ini memiliki derajat
reliabilitas sedang.
3) Indeks Kesukaran
Suatu soal dikatakan memiliki derajat kesukaran yang baik bila soal tersebut
tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.Dalam penelitian ini, instrumen tes
yang digunakan berbentuk soal uraian sehingga untuk mengetahui tingkat/indeks
kesukaran dari tiap butir soal, digunakan rumus sebagai berikut :
(Suherman &Sukjaya, 1990: 201)
Keterangan :
IK = Indeks Kesukaran = Rata-rata
SMI= Skor Maksimal Ideal
Menurut Suherman, E., (2003:170), indeks kesukaran yang diperoleh
kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria, sebagai berikut :
Tabel 3.5
Klasifikasi Indeks Kesukaran(IK)
Adapun indeks kesukaran dari instrumen representasi matematis yang
diujikan adalah sebagai berikut:
Koefisien Indeks Kesukaran Interpretasi
�= 0,00 Terlalu sukar 0,00 < � ≤0,30 Sukar
0,30 < � ≤0,70 Sedang
0,70 < �< 1 , 00 Mudah �= 1,00 Terlalu Mudah
Tabel 3.6
Hasil Uji Indeks Kesukaran
No Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1. 0,66 Sedang
2a. 0,71 Mudah
2b. 0,47 Sedang
3a. 0,42 Sedang
3b. 0,29 Sukar
3c. 0,29 Sukar
4. 0,34 Sedang
Perhitungan secara lengkap dari uji indeks kesukaran butir soal tes kemampuan
representasi matematis ini disajikan pada Lampiran C.5, halaman 188.
4) Daya Pembeda
Daya pembeda suatu butir soal menyatakanseberapa jauhbutir soal
tersebutmampu membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dengan
benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal (siswa yang menjawab
salah). Pernyataan tersebut didukung dengan adanya pendapat Suherman,
E.(2003:159) yang menyatakan bahwa daya pembeda sebuah butir soal adalah
kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi (siswa) yang pandai
atau berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Semakin besar
nilai daya pembeda, semakin besar pula pembeda antara siswa yang
berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah.Rumus yang dapat
digunakan untuk mengetahui daya pembeda yaitu :
(Suherman & Sukjaya, 1990: 213) = −
Susilawati, 2014
Keterangan :
DP = Daya pembeda
= Rata-rata skor siswa kelompok atas
= Rata-rata skor siswa kelompok bawah
�� = Skor maksimum ideal
Daya pembeda menurut Suherman, E.(2003:161) yang diperoleh
diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria, sebagai berikut:
Tabel 3.7
Klasifikasi Daya Pembeda (DP)
Adapun hasil uji daya pembeda instrumen representasi matematis yang
diujikan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8
Hasil Uji Daya Pembeda
No Soal Daya Pembeda Interpretasi
1. 0,67 Baik
2a. 0,50 Baik
2b. 0,53 Baik
3a. 0,47 Baik
3b. 0,39 Cukup
3c. 0,45 Baik
4. 0,61 Baik
Koefisien Daya Pembeda Interpretasi
≤0,00 Sangat jelek 0,00 < ≤ 0,20 Jelek
0,20 < ≤ 0,40 Cukup
0,40 < ≤ 0,70 Baik
Hasil perhitungan secara lengkap dari uji daya pembeda butir soal instrumen ini
disajikan pada bagian Lampiran C.6, halaman 191.
b. Instrumen Non Tes 1) Angket
“Angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluasi (responden)” (Suherman, E., 2003: 56).
Dalam penelitian ini siswa pada kelas ekperimen diberikan angket dengan tujuan
mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran menggunakan strategi konflik
kognitif dengan pendekatan open-ended. Angket dalam penelitian ini disusun
berdasarkan skala Likert dengan alternatif jawaban yang tersusun secara
bertingkat mulai dari Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S),
dan Sangat Setuju (SS).
2) Lembar Observasi
Observasi adalah suatu studi yang dilakukan dengan sengaja/terencana dan
sistematis melalui penglihatan/pengamatan terhadap gejala-gejala spontan yang
terjadi saat itu (Young, P., dalam Indrawati,dkk., 2008:1). Dalam penelitian ini
observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru
selama pembelajaran menggunakan strategi konflik kognitif dengan pendekatan
open-ended berlangsung. Lembar observasi ini diisi oleh observer dari guru mata
pelajaran matematika atau rekan mahasiswa.
3) Jurnal Harian
Jurnal harian terdiri dari pertanyaan mengenai bagaimana tanggapan siswa
terhadap pembelajaran menggunakan strategi konflik kognitif dengan pendekatan
open-ended dan saran siswa untuk pembelajaran berikutnya. Jurnal harian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran yang
menggunakan strategi konflik kognitif dengan pendekatan open-ended setiap
pertemuannya.
E. Teknik Pengolahan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes kemampuan
Susilawati, 2014
harian siswa. Data yang berkaitan dengan kemampuan representasi matematis
siswa dikumpulkan melalui tes (pretest dan posttest). Data yang berkaitan dengan
aktivitas siswa dan guru dikumpulkan melalui lembar observasi, sedangkan data
yang berkaitan dengan sikap siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan
strategi konflik kognitif dikumpulkan melalui angket dan jurnal harian siswa.
1. Pengolahan Data Kuantitatif
Pengolahan data hasil tes dilakukan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan representasi matematis siswa setelah menerima pembelajaranbaik
pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan bantuan software Statistical Products and Solution Services
(SPSS) versi 20.0for windows.Beberapa analisis yang dilakukan dalam mengolah
data ini, yaitu:
a. Analisis Kemampuan Representasi Matematis
Kemampuan awal representasi matematis siswa dapat diketahui melalui
pengolahan data pretest. Pengolahan data tersebut dilakukan dengan
menggunakan bantuan software Statistical Product and Service Solution (SPSS)
versi 20.0for Windows. Langkah-langkah uji statistiknya adalah sebagai berikut.
1) Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif ditujukan untuk mengetahui gambaran mengenai data
yang diperoleh. Adapun data deskriptif yang dihitung diantaranyarata-rata,
varians, dan simpangan baku. Perhitungan data statistik deskriptif ini dilakukan
dengan bantuan software SPSS versi 20.0 for windows.
2) Analisis Statistika Inferensial
Analisis ini akan dilakukan dengan menggunakan bantuan software
SPSSversi 20.0 for windows.Adapun langkah-langkah uji statistiknya sebagai
berikut:
a) Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji statistika yang dilakukan untuk mengetahui
apakah data berdistribusi normal atau tidak. Untuk melakukan uji normalitas
akandigunakan uji Shapiro Wilkdengan taraf signifikansi 5%. Setelah dilakukan
uji homogenitas varians.Jika salah satu atau kedua data berdistribusi tidak normal,
maka pengujian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan statistika
nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney.
Rumusan hipotesis uji normalitas adalah sebagai berikut:
H0 : Skor pretest berdistribusi normal.
H1 : Skor pretest berdistribusi tidak normal.
Dengan kriteria pengujiannya yaitu:
Terima H0 jika nilai signikansi lebih besar atau sama dengan 0,05. Tolak H0jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
b) Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah data dari
masing-masing kelompok atau kelas mempunyai varians yang sama atau berbeda.
Menguji homogenitas varians total skor kemampuan representasi matematis siswa
dari kedua sampel tersebut dilakukan dengan menggunakan Levene’s test.
Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:
:�2 = ��2
1:�2 ≠ ��2
Keterangan:
�2 = Varians kelas eksperimen. ��2 = Varians kelas kontrol.
Dengan menggunakantaraf signifikansi (α) sebesar5%, kriteria pengujiannya
sebagai berikut:
Terima H0jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih dari atau sama dengan α. Tolak H0jika nilai signifikansi kurang dari α.
c) Uji Kesamaan dan Perbedaan Dua Rata-Rata
Uji kesamaan dan perbedaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui
kedua kelas memiliki rata-rata yang sama atau berbeda. Ketentuan pengujiannya
adalah sebagai berikut:
Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka
Susilawati, 2014
Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang tidak homogen,
maka pengujian akan dilakukan dengan menggunakan uji t dengan varians
yang tidak sama.
Jika data berdistribusi tidak normal maka pengujian dilakukan dengan
menggunakan uji statistika nonparametrik yaitu Mann-Whitney.
Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan pada data pretestuntuk mengetahui
apakah kedua kelas memiliki rata-rata kemampuan representasi awal yang sama
atau berbeda. Setelah dilakukan uji kesamaan dua rata- rata pada skor pretest, jika
kemampuan awal (pretest) siswa dikelas eksperimen dan di kelas kontrol tidak
berbeda secara signifikan, maka analisis selanjutnya dapat dilakukan uji
perbedaan dua rata-rata untuk data posttest dan data indeks gain untuk mengetahui
kualitas peningkatan kemampuan representasi matematis siswa.
b. Analisis Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis
Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa dapat diketahui
melalui indeks gain. Indeks gain adalah gain ternormalisasi yang dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Meltzer, dalam Endah, P. D, 2013: 32) :
2. Pengolahan Data Kualitatif
Pengolahan data non tes dilakukan untuk mengetahui sikap siswa terhadap
strategi konflik kognitif dengan pendekatan open-ended. Beberapa analisis yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Hasil Angket 1) Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel dengan tujuan untuk mengetahui
frekuensi dan rata-ratadari masing-masing pernyataan serta untuk memudahkan
dalam membaca data.
� ��� � = � − �
2) Penafsiran Data
Dalam Suherman, E.(2003: 191), dijelaskan bahwa untuk pernyataan yang
bersifat positif, jawaban SS diberi skor 5, S diberi skor 4, TS diberi skor 2, dan
STS diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan yang bersifat negatif, jawaban SS
[image:32.595.172.426.263.352.2]diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 4, dan STS diberi skor 5.
Tabel 3.9
Ketentuan Pemberian Skor Pernyataan Angket
Langkah selanjutnya, subjek dapat digolongkan menjadi kelompok yang
memiliki sikap positif dan negatif.Penggolongan dapat dilakukan dengan
menghitung rata-rata skor subjek.Jika rata-rata skor lebih besar dari 3 (rata-rata
skor netral) maka subjek mempunyai sikap positif, dan jika sebaliknya rata-rata
skor yang diperoleh lebih kecil dari 3, hal itu berarti subjek mempunyai sikap
negatif.
b. Hasil Observasi
Data hasil observasi merupakan data pendukung yang menggambarkan
suasana pembelajaran matematika menggunakan strategi konflik kognitif dengan
pendekatan open-ended.Data hasil observasi ini akan disajikan dalam bentuk
tabel. Lembar observasi ini digunakan ketika pembelajaran sedang berlangsung
dengan tujuan untuk mengetahui apakah siswa atau guru melaksanakan aktivitas
sesuai dengan pembelajaran yang seharusnya atau tidak.
c. Hasil Jurnal Harian Siswa
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran
menggunakan strategi konflik kognitif dengan pendekatan open-ended selain
melalui angket sikap siswa yang dibagikan kepada siswa pada akhir pembelajaran
atau pertemuan terakhir penelitian, juga melalui jurnal yang dibagikan kepada
siswa setiap akhir pembelajaran. Jurnal harian ini akan memberikan gambaran
Pernyataan Skor Tiap Pilihan
SS S TS STS
Positif 5 4 2 1
Susilawati, 2014
yang lebih jelas mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran setiap
pertemuannya.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu: tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, tahap analisis data, dan tahap pembuatan
kesimpulan. Penjelasan dari keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Menentukan masalah penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran
matematika di kelas.
b. Menyusun outline permasalahan.
c. Menyusun proposal penelitian.
d. Melaksanakan seminar proposal penelitian.
e. Melakukan revisi terhadap proposal penelitian berdasarkan hasil seminar.
f. Menyusuninstrumen tes dan instrumen non tes.
g. Menyusun Rencana Pelaksanaan Penelitian (RPP) dan Lembar Kerja Siswa
(LKS).
h. Melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing untuk meminta masukan
mengenai RPP dan LKS yang akan digunakan dalam penelitian.
i. Membuat surat perizinan untuk uji instrumen penelitian.
j. Melakukan uji instrumen tes pada siswa yang telah mempelajari materi
pelajaran terkait.
k. Melakukan revisi instrumen.
l. Melakukan pemilihan sampel penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan pretestkemampuan representasi matematis kepada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
b. Melaksanakan pembelajaran menggunakan strategi konflik kognitifdengan
pendekatan open-endedpada kelas eksperimen dan pembelajaran
c. Melaksanakan kegiatan observasi selama proses pembelajaran berlangsung
pada kelas eksperimen.
d. Melaksanakanposttestkemampuan representasi matematis pada kelas
eksperimen maupun pada kelas kontrol.
e. Memberikan angket kepada kelas eksperimen untuk mengetahui sikap siswa
terhadap pembelajaran menggunakan strategi konflik kognitif dengan
pendekatan open-ended.
3. Tahap Analisis
a. Mengumpulkan data kuantitatif dan data kualitatif dari masing-masing kelas.
b. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh dari masing-masing
kelas.
4. Tahap Penarikan Kesimpulan
Data yang telah diolah dan dianalisis kemudian diinterpretasikan dan
disimpulkan berdasarkan pada hipotesis dan rumusan masalah penelitian yang
68
Susilawati, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Akkus, O. & Cakiroglu, E. (2010). The Effects Of Multiple Representations-Based
Instruction On Seventh Grade Students’ Algebra Performance .[Online]. Tersedia: www.inrp.fr/editions/cerme6 [9 Oktober 2013]
Baharuddin &Wahyuni, E. N. (2008). Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Dharma, S. (2008). Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Materi Diklat
Kompetensi Pengawas Sekolah.[Online]. Tersedia:
http://widyo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/29356/14-KODE-03-B5-Strategi-Pembelajaran-dan-Pemilihannya.pdf [5 Januari 2014].
Dwi, F. G. (2012). Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika Siswa SMP. Skripsi UPI: Tidak Diterbitkan.
Endah, P.D. (2013). Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (Meas) untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMP. Skripsi UPI: Tidak Diterbitkan.
Fadillah, S. (2008). Representasi dalam Pembelajaran Matematika. [online]. Tersedia: http://fadillahatick.blogspot.com/2008/06/reoresentasi-matematik.html [10 Oktober 2013].
Faheipen. (2011). Pengembangan Strategi Konflik Kognitif dengan Berbantuan Alat Peraga dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan
Pemahaman Konsep Siswa SMAN. [Online]. Tersedia:
http://www.faheipen.blogspot.com/2011/05/pengembangan-strategi-konflik-kognitif_30.html?m=1/ [28 November 2013].
Fatah, A. (2008). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended. Tesis pada PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan
Hudiono, B. (2005). Peran Pembelajaran Diskursus Multi Representasi (DMR) terhadap Perkembangan Kemampuan Matematik dan Daya Representasi pada Siswa SLTP. Disertasi pada PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Indrawati, dkk. (2007). Teori Observasi. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195010101980022-SITI_WURYAN_INDRAWATI/PD2-Teori_Observasi.pdf
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Arti kata strategi. [Online]. Tersedia: http://kbbi.web.id/strategi [2 Desember 2013]
Kartini. (2009). Peranan Representasi dalam Pembelajaran Matematika. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009 36.
Lee, G., dkk. (2003). Development of an instrument for measuring cognitive conflict in secondary-level science classes. Journal of Research in Science Teaching 40(6), 585–603 (2003).
Malik, A. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis dan Sikap Positif Siswa Terhadap Matematika Melalui Realistic Mathematics Education (RME) pada Materi Aritmatika Sosial Siswa Kelas VII MTs Surya Buana
Malang.[Online]. Tersedia:
http://jurnaljp3.files.wordpress.com/2013/09/anas-malik.pdf. [15 Juli 2014].
Mohd, R. N & Bee, W, Y. (2011). Power Comparisons of Shapiro-Wilk, Kolmogorov-Smirnov, Liliefors and Andersonn-Darling tests. Journal of Statistical Modeling and Analytics 2 (1), 21-33, 2011.
Nadler, P. D., dkk. (2009). Detecting and understanding the impact of cognitive and interpersonal conflict in computer supported collaborative learning environments. NSF grand REC-043779.
National Center for Education Statistics. (2013). Highlight from TIMMS 2011. [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/pubs2009/2009001.pdf. [7 Juli 2014].
Nurjanah. (2012).Open- Ended Approach In Lesson Study Activites. [Online]. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/19651 1161990012-NURJANAH/MAKALAH_seminar_LS_Open-_ended.pdf [30 Desember 2013]
Pirdaus, (2012). Open-Ended Approach dalam Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia: http://sukses.guru-indonesia.net/artikel_detail-27656.html [30 Desember 2013]
Nadler, P. D., dkk. (2009). Detecting and understanding the impact of cognitive and interpersonal conflict in computer supported collaborative learning environments. NSF grand REC-043779.
Pujiastuti. (2008). Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan kemampuan Koneksi dan Representasi Matematik Siswa SMP.Tesis pada PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan
Rumallang. (2013). Konflik Kognitif sebagai Salah Satu Pendekatan
Susilawati, 2014
http://ejurnal.fip.ung.ac.id/index.php/PDG/article/viewFile/277/271. [10 Desember 2013]
Ruseffendi. (2010). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Ruseffendi. (1988). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Ruseffendi. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Andira.
Rusgianto. (2006).Hubungan antara Sikap terhadap Matematika, Kecerdasan Emosional dalam Interaksi Sosial di Kelas dengan Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta Tahun 2006. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/7239/1/PM-4%20-%20Rusgianto%20H.S.pdf [14 Juli 2014].
Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2002). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia.
Suherman, E., dkk.,(2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia.
Suherman & Sukjaya. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.
Suryana, A. (2012). Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Lanjut (Advanced Mathematical Thinking) dalam Mata Kuliah Statistika Matematika 1. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika [Onlie]. Tersedia:
http://eprints.uny.ac.id/7491/1/P%20-%205.pdf [9 Oktober 2013]
Tanidja, T., &Mustafidah, H. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Tim sosialisasi KTSP Dikti. Pengembangan Bahan Ajar. [Online]. Tersedia: http://www.dikti.go.id/files/atur/KTSP-SMK/11.ppt [10 April 2013]
TIMMS. (2013). Released Mathematics Items. [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/timss/pdf/TIMSS2011_G8_Math.pdf [7 Juli 2013].
Kemampuan Berpikir Kritis. Tesis pada PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan
Zakaria, A. (2014). Perbandingan Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP antara yang Mendapatkan Pembelajaran dengan Menggunakan Strategi Konflik Kognitif Piaget dan Hasweh. Skripsi UPI: Tidak Diterbitkan.