PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MODEL PEMBELAJARAN
DEBAT AKTIF DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP
INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
.(Studi Eksperimen Quasi pada SMA Pasundan 8 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pada program studi sosiologi jurusan pendidikan sosiologi.
Oleh :
Wina Widianingsih 1002004
PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Oleh Wina Widianingsih
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
©Wina Widianingsih 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian
vi
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... …vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Struktur Organisasi ... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Belajar ... 9
B. Tinjauan Model Pembelajaran Debat ... 14
1. Pengertian Model Pembelajaran Debat ... 14
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Debat ... 15
3. Macam-macam Debat ... 17
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Debat ... 22
C. Tinjauan Model Pembelajaran Group Investigation ... 23
1. Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation ... 23
2. Tujuan Model Pembelajaran Group Investigation ... 24
vii
Investigation……… ... 26
D. Tinjauan Hasil Belajar ... 28
1. Definisi Hasil Belajar ... 28
2. Prinsip-prinsip Belajar ... 29
E. Tinjauan Mata Pelajaran Sosiologi ... 31
1. Sejarah dan Pengertian Sosiologi ... 31
2. Sifat-sifat Sosiologi ... 33
3. Objek Sosiologi ... 34
4. Hakikat Pembelajaran Sosiologi ... 35
5. Tujuan Pembelajaran Sosiologi ... 37
6. Manfaat Pembelajaran Sosiologi ... 37
F. Kerangka Konsep dan Hipotesis ... 38
1. Kerangka Konsep ... 38
2. Hipotesis ... 41
G. Definisi Operasional ... 41
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43
B. Populasi dan Sampel ... 43
C. Jenis dan Desain Penelitian ... 46
D. Prosedur Penelitian ... 49
E. Variabel Penelitian ... 50
F. Instrument Penelitian dan Pengembangannya ... 51
1. Tes Kemampuan ... 51
2. Lembar Observasi ... 57
G. Teknik Pengumpulan Data ... 60
H. Teknik Pengelolahan Data ... 61
1. Data Hasil Tes ... 61
2. Perbedaan Model Pembelajaran Debat dengan Model Pembelajaran Group Investigation ... 61
viii
1. Profil Sekolah ... 64
2. Kondisi Pembelajaran dan Peserta Didik ... 65
3. Tenaga Pendidik di SMA Pasundan 8 Bandung ... 65
B. Pelaksanaan Penelitian ... 66
1. Pelaksanaan Penelitian Pada Kelas Eksperimen1 ... 66
2. Pelaksanaan Penelitian Pada Kelas Eksperimen 2 ... 67
3. Pelaksanaan Penelitian Pada Kelas Kontrol ... 68
C. Matched Subjek dan Uji Hipotesis ... 69
1. Matched Subjek Pretest dan Posttest ... 69
2. Uji Hipotesis Berdasarkan Hasil Posttest ... 71
a. Pengujian Hipotesis 1 ... 72
b. Pengujian Hipotesis 2 ... 74
c. Pengujian Hipotesis 3 ... 76
D. Hasil Penelitian ... 79
1. Hasil Pretest Dan Posttest ... 79
2. Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik ... 81
E. Pembahasan ... 86
1. Perbedaan Model Pembelajaran Debat Aktif dengan Model Pembelajaran Konvensional ... 86
2. Perbedaan Model Pembelajaran Group Investigation dengan Model Pe mbelajaran Konvensional ... 87
3. Perbedaan Model Pembelajaran Debat Aktif dengan Model Pembelajaran Group Investigation ... 88
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 91
B. Saran... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 93
LAMPIRAN ... 95
PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MODEL PEMBELAJARAN DEBAT AKTIF DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP
INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI. Oleh : Wina Widianingsih
ABSTRAK
Mata pelajaran Sosiologi merupakan mata pelajaran yang membahas tentang pola hubungan antara individu dengan dengan kelompok dalam kehidupan masyarakat. Proses Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas lebih diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk memahami serta menghapalkan berbagai konsep-konsep yang berhubungan dengan sosiologi yang nantinya akan dapat membantu mereka agar bisa meningkatkan hasil belajar setiap peserta didik.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan model pembelajaran debat dengan siswa yang menggunakan model group investigation pada mata pelajaran sosiologi. Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPS SMA Pasundan 8 Bandung dengan menggunakan metode quasi eksperimen. Penelitian ini menggunakan 3 kelas yaitu 2 kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran debat aktif serta model pembelajaran group investigation dan 1 kelas kontrol yang menggunakan model konvensional yaitu ceramah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa hasil belajar yang didapatkan siswa pada kelas eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran debat aktif lebih meningkat dibandingkan kelas eksperimen 2 yang menggunakan model group investigation dan kelas kontrol yang menggunakan model ceramah.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Debat Aktif, Model Pembelajaran Group Investigation, Mata Pelajaran Sosiologi.
The subjects of Sociology is subjects that discuss about the pattern of the relationship between the individual and society in life group. The learning process that is implemented in the class geared to students ability to understand as well as considering the various concepts related to sociology that will help they can be to increase result of studies student. The purpose of this study was to determine the difference in learning outcomes between students who use the learning model debate with students who use the model group investigation in sociology subjects. This research was conducted in the high school class XI IPS Pasundan 8 Bandung by using quasi-experimental methods. This study uses three classes, that is 2-class experiments using an active learning model debate and learning model group investigation and one control class that uses the conventional model of discourse. Based on the research that has been conducted found that the learning results obtained in experimental class 1 students who use active learning model debate increases more than 2 experimental class that uses the model control group investigation and class lectures that use models.
1
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap
individu. Hal ini didasarkan karena pendidikan merupakan salah satu faktor utama
pembentukan manusia yang berkualitas.
Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 mengatakan
bahwa pendidikan sebagai berikut.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Nasution (2010, hlm. 10) menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah
proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan
merupakan suatu proses pembelajar an agar manusia dapat lebih berguna dan
menjadi sosok yang diharapkan. Pendidikan memiliki posisi yang sangat penting
dalam diri manusia sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang
sehingga akan mengalami kesulitan dalam berbagai bidang kehidupan. Maka
dengan demikian pendidikan haruslah dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya
agar setiap manusia dapat memiliki kemampuan dan kualitas yang baik untuk
dapat bersaing dalam berbagai bidang kehidupan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Proses pembelajaran yang efektif dan menarik menjadi salah satu
komponen penting dalam mewujudkan suatu pendidikan yang berkualitas.
Pendidikan dalam prakteknya berkaitan erat dengan belajar. Menurut Surachmad
(1983, hlm. 57) mengatakan bahwa “ belajar dapat dipandang sebagai proses
pengalaman-pengalaman edukatif untuk mencapai sesuatu tujuan”. Pada
umumnya dalam belajar ada dua komponen penting yang saling terkait yaitu
peran guru dan partisifasi siswa. Pada dasarnya peran guru sangatlah berpengaruh
bagi terwujudnya proses pembelajaran yang efektif dan menarik sehingga peserta
didik akan berpartisifasi dengan aktif terhadap materi pembelajaran yang
disampaikan. Sehingga dengan tercapainya hal tersebut maka hasil belajar peserta
didik akan dapat lebih meningkat.
Pembelajaran sosiologi merupakan suatu mata pelajaran yang dikenal
sebagai pembelajaran yang membutuhkan daya hapalan yang kuat, karena pada
dasarnya mata pelajaran sosiologi lebih banyak mengungkap konsep-konsep serta
teori-teori yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial dalam kehidupan
masyarakat. Hal ini akan cenderung menimbulkan suatu kejenuhan tersendiri yang
menimpa para peserta didik sehingga peserta didik akan lebih sulit dalam
memahami isi materi pelajaran yang disampaikan. Maka dari itu pemilihan model
pembelajaran untuk setiap jenis pembelajaran merupakan keterampilan yang harus
dimiliki oleh guru. Hal ini guna membantu peserta didik agar lebih mudah
memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Sehingga dengan demikian
hasil belajar peserta didik akan mengalami peningkatan.
Kondisi yang ada pada SMA Pasundan 8 Bandung yaitu guru dalam
pembelajaran sosiologi lebih cenderung menggunakan model pembelajaran
konvensional, yaitu dengan menggunakan model ceramah, diskusi serta
penugasan. Hal ini disebabkan karena ada anggapan bahwa dengan penggunaan
model yang sifatnya konvensional, guru tidak terlalu mengalami kesulitan dalam
menyajikan bahan ajar yang akan disampaikan. Pada prakteknya model
pembelajaran konvensional ini mengharuskan guru untuk lebih berperan aktif
(teacher centre) sedangkan peserta didik lebih cenderung pasif dalam
pembelajaran. Misalnya pada prakteknya dalam model pembelajaran ceramah
yaitu seorang guru menerangkan materi pembelajaran dan peserta didik
mendengarkannya. Pada dasarnya penggunaan model pembelajaran ceramah akan
menjadi sebuah sosok yang menjenuhkan bagi sebagian peserta didik. Sehingga
bosan sedangkan yang kurang pandai akan lebih sulit lagi memahami materi yang
disampaikan. Karena pada dasarnya tingkat kemampuan pemahaman yang
dimiliki setiap peserta didik berbeda-beda, ada yang kuat, sedang dan lemah. Hal
ini menjadi tugas seorang guru sebagai pendidik untuk mencari strategi yang tepat
agar dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh peserta didik
Guru sebagai seorang pendidik harus memiliki keterampilan untuk
menentukaan strategi yang cocok untuk menyampaikan pembelajaran di kelas.
Pada umumnya cara pengajaran yang diberikan guru akan sangat berpengaruh
terhadap cara penerimaan oleh peserta didik. Ibrahim dan Syaodih (2003, hlm. 31)
mengungkapkan bahwa :
Apabila guru mengajar dengan pendekatan yang bersifat menyajikan atau ekspositori, maka para siswa akan belajar dengan cara menerima dan apabila guru mengajar dengan menggunakan pendekatan yang lebih mengaktifkan siswa, maka para siswa akan belajar dengan cara yang aktif pula
Persoalan yang dihadapi sekarang yaitu bagaimana menemukan cara terbaik untuk
menyampaikan berbagai konsep serta teori yang diajarkan sehingga peserta didik
dapat dengan aktif menerima isi pembelajaran, sehingga selain akan mempunyai
daya ingat yang lebih lama tentang konsep dan teori tersebut, maka peserta didik
akan lebih memahami bagaimana cara memecahkan berbagai masalah-masalah
sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat. Jika hal tersebut dapat diwujudkan
maka yang akan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik terhadap
mata pelajaran yang disampaikan khususnya dalam mata pelajaran sosiologi.
Alternatif pemecahan masalah dari kondisi tersebut yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran yang lebih kreatif dan efektif. Sehingga akan
muncul rasa ketertarikan dalam diri peserta didik untuk dapat berperan aktif dalam
proses pembelajaran. Karena pada umumnya rasa ketertarikan ini akan menjadi
kunci utama peserta didik untuk dapat lebih memahami materi pembelajaran.
Alternatif yang diambil peneliti akan mencoba melakukan suatu eksperimen yang
besifat quasi yaitu dengan menggunakan model pembelajaran debat aktif dengan
model pembelajaran group investigation dalam upaya peningkatan hasil belajar
bagaimana perbedaan dari penggunaan model pembelajaran tersebut sehingga
hasil belajar yang akan dicapai peserta didik akan mengalami peningkatan.
Salah satu indikator yang menentukan kualitas pembelajaran adalah hasil
belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor,
salah satunya adalah faktor proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru itu
sendiri. Hasil belajar peserta didik di SMA Pasundan 8 Bandung pada mata
pelajaran sosiologi masih perlu ditingkatkan, yaitu peserta didik SMA Pasundan 8
Bandung harus mencapai nilai KKM yang telah ditentukan oleh pihak sekolah
yaitu sebesar 75,00. Disamping itu guru perlu menerapkan model pembelajaran
yang lebih bervariasi, seperti dengan menggunakan model pembelajaran debat
maupun model pembelajaran group investigation.
Model pembelajaran debat aktif merupakan salah satu model pembelajaran
yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik peserta didik.
Model pembelajaran debat aktif pada dasarnya merupakan model pembelajaran
yang membantu peserta didik untuk menyalurkan ide, gagasan dan pendapatnya.
Model pembelajaran ini merupakan bentuk model pembelajaran yang tidak hanya
mengandalkan hapalan semata, akan tetapi lebih menekankan pemahaman peserta
didik dalam bentuk argumentasi yang disampaikan setiap peserta didik dalam
menanggapi masalah sosial serta bagaimana bentuk pemecahannya. Dalam hal ini
peserta didik harus dapat menguasai materi yang akan disajikan, ini mendorong
peserta didik untuk dapat meningkatkan pemahamannya pada materi
pembelajaran tersebut. Sehingga argumentasi yang disampaikan merupakan
argumentasi yang berdasar bukan bualan semata.
Model pembelajaran group investigation merupakan salah satu bentuk
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisifasi dan aktifitas peserta
didik dalam mencari sendiri materi pelajaran yang akan dipelajari melalui
bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari sumber buku (studi pustaka) atau dari sumber
internet. Model pembelajaran group investigation pada dasarnya mengajarkan
peserta didik keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. Model
pembelajaran group investigation melatih peserta didik untuk menumbuhkan cara
mengontrol kegiatan peserta didik. Karena dalam model pembelajaran group
investigation peserta didik terlibat langsung dari tahap perencanaan sampai pada
tahap evaluasi.
Dari berbagai uraian yang telah dipaparkan diatas tentang model
pembelajaran debat aktif dengan model pembelajaran group investigation yang
merupakan dua alternatif model pembelajaran yang akan diteliti lebih mendalam.
Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui bagaimana perbedaan model
pembelajaran tersebut dalam meningkatkan hasil belajar yang akan diraih peserta
didik. Karena pada dasarnya pembelajaran sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
sosial yang secara teoritis memiliki posisi strategi dalam membahas dan
mempelajari masala-masalah sosial yang berhubungan dengan konsep dan teori
yang ada dalam kehidupan masyarakat. Melihat kondisi seperti itu dalam
pembelajaran sosiologi dituntut untuk terlibat langsung dalam pemecahan masalah
sosial sehingga pembelajaran model debat aktif dan model pembelajaran group
investigation sama-sama memiliki kelebihan yang menunjang untuk mewujudkan
hal tersebut.
Berdasarkan dari berbagai asumsi latar belakang di atas merupakan dasar
pentingnya penelitian ini dilakukan. Hal ini didasarkan pada kondisi pembelajaran
sosiologi pada SMA Pasundan 8 Bandung yang masih menggunakan model
pembelajaran yang sifatnya konvensional. Kemudian hasil belajar peserta didik
pada SMA Pasundan 8 Bandung terlihat masih belum maksimal. Khususnya pada
mata pelajaran sosiologi nilai KKM pada SMA Pasundan 8 Bandung yaitu 75,00,
sedangkan peserta didik yang belum memenuhi nilai KKM tersebut sebanyak 60
%. Maka alternatif penggunaan model pembelajaran yang lebih kreatif dan efisien
diharapkan perlu untuk mendukung peningkatan terhadap pemahaman peserta
didik, sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat serta membatu peserta
didik untuk menangani berbagai masala-masalah sosial. Maka dari itu peneliti
mencoba mengangkat judul “Perbedaan Hasil Belajar Antara Model
Pembelajaran Debat Aktif dengan Model Pembelajaran Group Investigation
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sosiologi pada SMA Pasundan 8
Bandung masih rendah, hal ini ditandai dengan rendahnya pencapaian
criteria ketuntasan minimal.
2. Penerapan model pembelajaran belum dilakukan secara maksimal, guru
pada mata pelajaran sosiologi lebih banyak menggunakan model
pembelajaran yang sifatnya konvensional yaitu ceramah.
3. Timbulnya kejenuhan yang berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa
akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan monoton dan
membosankan.
C.Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Adakah Perbedaan Hasil Belajar antara Model Pembelajaran Debat Aktif
dengan Model Pembelajaran Konvensional pada Mata Pelajara Sosiologi
SMA Pasundan 8 Bandung?
2 Adakah Perbedaan Hasil Belajar antara Model Pembelajaran Group
Investigation dengan Model Pembelajaran Konvensional pada Mata
Pelajaran Sosiologi SMA Pasundan 8 Bandung?
3 Adakah Perbedaan Hasil Belajar antara Model Pembelajaran Debat Aktif
dengan Model Pembelajaran Group Investigation pada Mata Pelajaran
Sosiologi SMA Pasundan 8 Bandung?
D.Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan yang hendak dicapai
1 Untuk mengetahui Perbedaan Hasil Belajar antara Model Pembelajaran
Debat Aktif dengan Model Pembelajaran Konvensional pada Mata
Pelajaran Sosiologi SMA Pasundan 8 Bandung.
2 Untuk Mengetahui Perbedaan Hasil Belajar antara Model Pembelajaran
Group Investigation dengan Model Pembelajaran Konvensional pada
Mata Pelajaran Sosiologi SMA Pasundan 8 Bandung.
3 Untuk mengetahui Perbedaan Hasil Belajar antara Model Pembelajaran
Debat Aktif dengan Model Pembelajaran Group Investigation pada Mata
Pelajaran Sosiologi SMA Pasundan 8 Bandung.
E.Manfaat
Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1 Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini berupaya membuktikan teori-teori yang
sudah ada guna menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan dibidang
pendidikan, terutama dibidang peningkatan hasil belajar peserta didik
terhadap materi pembelajaran berdasarkan perbedaan penerapan model
pembelajaran debat aktif dengan model pembelajaran group investigation
pada mata pelajaran sosiologi.
2 Praktis
a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai berbagai model pembelajaran yang dapat
mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa terhadap materi
pembelajaran.
b. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan
bagi peserta didik untuk meningkatkan hasil belajarnya dengan
memperhatikan model-model pembelajaran yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar mereka.
c. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi guru
didik lebih tertarik mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik tersebut.
F. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi pada penulisan skripsi ini dapat dipaparkan sebagai
berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN. Pada pembahasannya terbagi menjadi beberapa
sub bab, yang meliputi diantaranya : latar belakang penelitian, identifikasi
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur
organisasi.
BAB 11 KAJIAN PUSTAKA. Pada pembahasannya terbagi menjadi
beberapa sub bab, yang meliputi : tinjauan model pembelajaran debat aktif,
tinjauan model pembelajaran group investigation, tinjauan hasil belajar, tinjauan
mata pelajaran sosiologi, kerangka pikir serta hipotesis, dan definisi operasional.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada pembahasannya terbagi
menjadi beberapa sub bab, yang meliputi : lokasi dan waktu penelitian, populasi
dan sampel penelitian, jenis dan desain penelitian, prosedur penelitian, variabel
penelitian, instrument penelitian dan pengembangannya, serta tekhnik
pengumpulan data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada
pembahasannya berisi mengenai hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian
yang meliputi : profil SMA Pasundan 8 Bandung, pelaksanaan penelitian pada
kelas eksperimen 1, eksperimen 2 serta kelas kontrol, matched subjek dan uji
hipotesis, hasil penelitian pada kelas eksperimen 1, eksperimen 2 serta kelas
kontrol dan yang terakhir yaitu pemaparan hasil observasi aktivita peserta didik
selama mengikuti pembelajaran dikelas.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada pembahasannya terbagi menjadi
dua sub pembahasan yaitu kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan
bagaimana saran serta rekomendasi yang diberikan berdasarkan hasil penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang dipilih sebagai lapangan penelitian adalah SMA Pasundan 8
Bandung. Yang bealamatkan di Jl. Cihampelas 167 Bandung - 40131.
Alasan mengambil SMA Pasundan 8 Bandung sebagai objek penelitian
yaitu yang pertama, sudah melalui perizinan pihak sekolah yang bersangkutan,
kemudian sekolah tersebut merupakan tempat PPL Peneiti, sehingga akan lebih
memudahkan dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan. Selain itu alasan
kedua, sekolah SMA Pasundan 8 bukan merupakan salah satu sekolah yang
tergolong favorit, dimana peserta didiknya terkenal dengan kenakalannya
kemudian dari hasil observasi awal bahwa peserta didik dalam mata pelajaran
sosiologi masih sangat perlu ditingkatkan. Maka dari itu peneliti sangat tertarik
sekali dan merasa tertantang untuk melakukan penelitian di SMA Pasundan 8
Bandung dengan kondisi peserta didik yang masih perlu beberapa peningkatan
dalam hal mata pelajaran khususnya mata pelajaran sosiologi, dalam hal ini
peneliti akan lebih berkerja secara maksimal untuk bisa mengkondisikan peserta
didik agar hasil belajar yang mereka dapatkan bisa meningkat. Diharapkan dengan
adanya penelitian ini peneliti menjadi bisa memahami karakteristik setiap peserta
didik yang bermacam-macam dan dapat meningkatkan hasil belajar pada mata
pelajaran sosiologi.
Adapun waktu penelitian ini dilakukan yaitu pada semester genap (II),
Mulai tanggal 15 Januari 2014.
B.Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian ini dipilih peserta didik kelas XI SMA Pasundan 8
Bandung. Jumlah populasi kelas XI IPS SMA Pasundan 8 Bandung sejumlah
2. Sampel
Menurut Arikunto (2006, hlm. 130), mengemukakan bahwa sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Penelitian ini dilaksanakan di
SMA Pasundan 8 Bandung. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak tiga
kelas. Adapun rincian sampelnya yaitu XI IPS 1, XI IPS 2, dan XI IPS
3.Teknik pengambilan sampel menggunakan tekhnik purporsive sampling.
Tekhnik purporsive sampling merupakan tekhnik pengambilan sampel dengan
cara menentukan sendiri sampel yang akan diambil, berdasarkan
kriteria-kriteria yang ditentukan oleh peneliti itu sendiri.
Sampel dalam penelitian ini berdasarkan purporsive sampling, dengan
pengelompokan yang terdiri atas kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan
kelas kontrol. Maka didapatkan peserta didik kelas XI IPS 3 sebagai kelas
eksperimen 1 dengan pembelajaran debat.Hal ini didasarkan atas kondisi
dimana peserta didik pada kelas XI IPS 3 terlihat lebih aktif diharapkan dengan
diterapkannya model pembelajaran debat aktif ini akan bisa mendukung
kondisi awal yang ada sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang mereka
capai. Kemudian kelas XI IPS 2 bebagai kelas eksperimen 2 dengan
pembelajaran group investigation, hal ini disesuaikan dengan kondisi kelas XI
IPS 2 yang menurut guru mata pelajaran sosiologi di SMA Pasundan 8
Bandung lebih cenderung menyukai tugas yang sifatnya berkelompok dan
menganalisi masalah yang ada dan kondisi ini sangat cocok untuk
diterapkannya model pembelajaran group investigation. Sedangkan kelas XI
IPS 1 sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional dimana guru
terbiasa menggunakan pembelajaran ceramah dan diskusi. Adapun perolehan
Tabel 3.1 Sampel Penelitian Berdasarkan Matched Subjects
R : Jumlah item yang dijawab benar (Right) S : Angka (score) yang diperoleh dari penebakan
Hasil penentuan sampel didapatkan dari perolehan nilai test awal peserta
didik yaitu pretest, dimana peserta didik dari ketiga kelas tersebut memiliki nilai
yang sama dan dianggap mempunyai kemampuan awal yang sama, yang
kemudian secara bersamaan akan diberikan perlakuan yang berbeda yaitu kelas XI
IPS 3 sebagai eksperimen 1 digunakan model pembelajaran debat aktif, kelas XI
IPS 2 sebagai eksperimen 2 digunakan model group investigation serta kelas XI
IPS 3 sebagai kelas kontrol digunakan model pembelajaran konvensional yaitu
ceramah dan tanya jawab. Kemudian secara bersamaan akan diberikan test akhir
sebagai posttest. Hasil dari test akhir tersebut kemudian akan diolah dan dilihat
perbedaannya. Perbedaan yang menonjol dari ketiga kelas tersebut akan
mengantarkan kita kepada suatu bentuk kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
hasil belajar antara model pembelajaran debat aktif dengan model pembelajaran
C.Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perbedaan
penggunaan model pembelajaran debat dengan model pembelajaran group
investigation terhadap hasil belajar sosiologi peserta didik pada SMA Pasundan 8
Bandung.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian Quasi
Eksperimen yaitu dengan pendekatan kuantitatif. Jadi dalam pengumpulan
data-data yang diperlukan dalam penelitian bisa didapatkan melalui angka-angka,
terkait dengan variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat), akan
di kumpulkan dalam waktu yang bersamaan.
Metode Quasi Eksperimen bertujuan untuk mengetahui besarnya
perbedaan antara variabel-variabel yang menjadi objek penelitian. Metode
penelitian ini digunakan untuk mencari adanya perbedaan yang lebih tinggi dari
hasil belajar peserta didik yang mengunakan model pembelajaran debat pada kelas
eksperimen 1 dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran group
investigation pada kelas eksperimen 2, serta dengan peserta didik yang
menggunakan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
Selanjutnya, tindakan dalam eksperimen disebut dengan treatment.
Treatment diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian
kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud
dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan deskrifsi atas
pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai seberapa
besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya pengaruh
tersebut jika dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan
yang berbeda).
Penelitian ini menggunakan desain Non Equivalent (Pre Test - Post Test)
Control. Adapun gambar desain penelitian adalah sebagai berikut.
Kelompok Pretest Variabel Bebas Posttest
A(KE) 01 X1 02
B(KE) 01 X2 02
C(KK) 01 02
Keterangan :
A(KE) : Kelompok Eksperimen 1 B(KE) : Kelompok Eksperimen 2 C(KK) : Kelompok Kontrol
01 : Observasi Pertama (Pretest)
02 : Observasi Kedua (Posttest)
X1 : Treatment 1 (Pembelajaran Debat)
X2 : Treatment 2 (Pembelajaran Group Investigation)
Penelitian ini menggunakan tiga kelas, dua kelas sebagai kelas eksperimen
dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Ketiga kelas tersebut dilakukan observasi
berupa pemberian pretest untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik
sebelum diberi treatment atau perlakuan. Setelah dilakukannya pretest pada
masing-masing kelas, maka selanjutnya masing-masing kelas tersebut diberikan
treatment atau perlakuan. Pada kelas eksperiment 1 diberikan perakuan dengan
pembelajaran debat, kelas eksperimen 2 diberikan perlakuan dengan pembelajaran
group investigation serta kelas kontrol tidak diberikan perlakuan secara khusus
dalam pembelajaran. Setelah masing-masing kelas tersebut diberikan perlakuan
maka selanjutnya seluruh siswa pada masing-masing kelas tersebut dilakukan
posttest untuk melihat kemampuan peserta didik setelah dilakukannya treatment
atau perlakuan. Setelah dilakukan eksperimen pada masing-masing kelas dengan
berbagai perlakuan, penelitian ini dilanjutkan untuk menguji perbedaan
keberhasilan antar perlakuan tesebut. Desain analisa perlakuan dapat di
Kelas A(KE) Kelas B (KE) Kelas C (KK)
0
1X
10
20
1X
20
20
10
2∆
X
A∆
X
B∆
X
CUji Nilai t/H2
Gambar 3.2 Desain Analisis Alur Penelitian
Keterangan :
A(KE) = Kelompok Kelas Eksperimen 1
B(KE) = Kelompok Kelas Eksperimen 2
C(KE) = Kelompok Kontrol
0
1=
Observasi Pertama (Pretest)0
2=
Observasi Kedua (Postest)X
1=
Treatment 1(Pembelajaran Debat)X
2=
Treatmen 1 (Pembelajaran Group Investigation)∆
X
A = Hasil Kelas Eksperimen 1∆
X
B = Hasil Kelas Eksperimen 2∆
X
C = Hasil Kelas KontrolH
1, H
2,H
3 = Hipotesiss 1,2,3Dalam gambar diatas dijelaskan bahwa setelah masing-masing kelas diberiken
treatment atau perlakuan, maka penelitian dilanjutkan untuk melihat keberhasilan
dengan membandingkan masing-masing kelas tersebut. Keberhasilan pada kelas
eksperimen 1 dibandingkan dengan keberhasilan pada kelas kontrol sebagai uji
hipotesis 1, keberhasilan kelas eksperimen 2 dibandingkan dengan kelas kontrol
sebagai uji hipotesis 2 dan keberhasilan pada kelas eksperimen 1 dengan kelas
eksperimen 2 sebagai uji hipotesis 3.
Penelitian ini menggunakan 3 kelompok kelas, dimana ketiga kelompok
kelas tersebut terdiri dari 1 kelas kontrol dan 2 kelas eksperimen. Kelas kontrol
maupun kelas eksperimen tidak dipilih secara random. Pada penelitian ini kelas
kontrol diberikan pretest dan posttest akan tetapi tidak diberikan treatment atau
perlakuan, dalam pembelajaran digunakan model pembelajaran konvensional.
Sedangkan pada kedua kelas eksperimen diberikan pretest dan posttest serta
treatment atau perlakuan, yaitu model pembelajaran debat pada kelas eksperimen
1 dan model pembelajaran group investigation pada kelas eksperimen 2.
Penelitian pada ketiga kelompok kelas ini dimulai dengan memberikan tes awal
yaitu pretest, untuk mengukur kemampuan peserta didik sebelum diberikan
perlakuan. Kemudian kelompok A sebagai kelas eksperimen 1 diberikan
perlakuan model pembelajaran debat, kelompok B sebagai kelas eksperimen 2
diberikan perlakuan model pembelajaran group investigation, serta kelompok C
sebagai kelas kontrol tidak diberikan perlakuan dalam pembelajaran
menggunakan model konvensional. Tahap selanjutnya setelah memberiakan
perlakuan yaitu test akhir sebagai posttest. Posttest ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan. Hasil
pretest dan posttest pada masing-masing kelompok dibandingkan dan dilihat
perbedaannya. Perbedaan antara pretest dan posttest akan mengantarkan kita pada
suatu bentuk kesimpulan apakah ada perbedaan antara model pembelajaran debat
dan model pembelajaran group investigation pada mata pelajaran sosiaologi.
Berdasarkan pembahasan yang diuraikan di atas, maka pada dasarnya
penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan pada masing-masing subjek
penelitian itu sendiri.
D.Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu sebagai berikut :
Dalam tahap perencanaan ini, terdapat beberapa kegiatan diantaranya
sebagai berikut :
a. Identifikasi masalah dan tujuan penelitian.
b. Mengumpulkan studi literatur.
c. Membuat instrument penelitian serta bahan ajar.
d. Melakukan uji instrumen.
e. Memperbaiki instrumen penelitian.
f. Melakukan uji dan analisis instrument penelitian.
g. Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan, diantaranya sebagai
berikut :
a. Pelaksanaan tes awal sebagai pretest terhadap tiga kelompok kelas.
b. Pelaksanaan treatment atau perlakuan dengan memberikan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran debat dan model
pembelajaran group investigation pada kelas eksperimen.
c. Pelaksanaan tes skhir sebagai posttest pada ketiga kelompok kelas.
3. Tahap Akhir
a. Mengolah data hasil penelitian.
b. Menganalisis dan membahas hasil penemuan dalam penelitian.
c. Menarik kesimpulan.
E.Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2006, hlm. 60), mengungkapkan bahwa “variabel
penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.
Dalam Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :
1. Varibel bebas (independent) atau yang disebut dengan variabel X dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
X2 : Penggunaan Model Pembelajaran Group Investigation
Variabel ini akan dijadikan perlakuan (treatment) bagi kelompok
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2, sementara pada kelompok kontrol
pembelajaran dilakukan tanpa memberikan perlakuan khusus.
2. Variabel terikat (dependent) atau yang disebut dengan variabel Y dalam
penelitian ini yaitu hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sosiologi pada
SMA Pasundan 8 Bandung.
F. Instrumen Penelitian dan pengembangan
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan lembar
observasi. Tes awal sebagai pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan
awal peserta didik sebelum diberi perlakuan. Tes akhir sebagai posttest dilakukan
untuk mengetahui kemampuan peserta didik setelah diberi perlakuan. Peserta
didikakan memperoleh skor dari pretest dan posttes. Skor inilah yang
dikumpulkan sebagai bahan analisis.
Tes ini digunakan untuk melihat hasil belajar sosiologi. Tes yang akan
digunakan yaitu tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban
terdiri dari 25 butir soal yang telah diuji terlebih dahulu. Penulis memilih tes
objektif ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam perhitungan statistik.
Selanjutnya lembar observasi digunakan untuk mengobservasi
keterlaksanaan model pembelajaran debat dan group investigation. Observasi
dilakukan pada peserta didik yang tujuannya untuk melihat keterlibatan peserta
didik dalam proses pembelajaran.
1. Tes Kemampuan
Dalam penelitian ini tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan
peserta didik dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesuadah diberi
perlakuan. Tes ini diberikan kepada ketiga kelompok kelas yaitu kelas eksperimen
1, kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol. Tes awal sebagai pretest dilakukan untuk
mengetahui kemampuan awal peserta didik sebelum diberikan perlakuan melalui
model pembelajaran debat dan group investigation. Sedangkan posttest dilakukan
awal sebagai pretest pada mata pelajaran sosiologi berbentuk pilihan ganda pada
materi mobilitas dan struktur sosial dan posttest pada materi kebudayaan.Adapun
kisi-kisi soal pretest dan posttest dari soal yang telah dibuat terlampir pada
Sebelum pretest dan posttest diberikan, soal tes terlebih dahulu diuji
cobakan untuk mengetahui item yang valid dan tingkat kesukaran pada tiap butir
soal tespada kelas uji coba.Apabila terdapa butir soal yang tidak valid maka
dilakukan perbaikan-perbaikan pada soal tersebut. Apabila soal tes sudah melalui
tahap perbaikan dan soal sudah valid maka selanjutnya soal tersebut diberikan
pada kelas sampel. Setelah tes tersebut dilakukan maka selanjutnya
membandingkan hasil pretest dan posttes untuk kelas masing-masing. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar pada kelas
eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol, sehingga selanjutnya akan
terlihat model pembelajaran manakah yang lebih efektif dan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi.
Menurut Sumaatmadja (1980, hlm. 137), mengungkapkan bahwa “analisa
item test merupakan tugas kita yang sudah melibatkan kita pada proses
pengukuran”. Langkah-langkah analisa item tes dimulai dari membuat kunci jawaban, menentukan pedoman penilaian, menentukan tingkat signifikasi tiap
item, menentukan tingkat kesukaran tiap item, menghitung tingkat signifikasi dan
indeks kesukaran tiap item. Pengolahan data tersebut disajikan sebagai berikut :
a) Analisa Item Tes
Analisis butir soal dilakukan untuk mengukur butir soal yang akan atau
yang telah digunakan. Analisis butir ini merupakan suatu kegiatan yang harus
dilakukan untuk meningkatkan kualitas dari soal yang dibuat. Langkah-langkah
analisis item test menurut Sumaatmajda (1980, hlm. 137), yaitu dimulai dari
membuat kunci jawaban, menentukan pedoman penilaian, menentukan tingkat
signifikasi tiap item, menentukan tingkat kesukaran tiap item, menghitung tingkat
signifikasi dan indeks kesukaran tiap item. Setelah itu yang perlu dilakukan yaitu
mengganti dan memperbaiki item yang tingkat validitas dan reliabilitasnya
rendah. Langkah dan ketentuan melakukan analisis item soal tersebut sebagai
1) Membuat Pedoman Penilaian dan Kunci Jawaban
Menurut Sumaatmajda (1980, hlm. 138) mengungkapkan bahwa pedoman
penilaian objektif tes yang menggunakan metode statistik, menggunakan rumus
sebagai berikut :
S = R - w 0−1
Keterangan :
S = Angka (score) yang diperoleh dari penebakan R = Jumlah item yang dijawab benar (Right) W = jumlah item yang dijawab salah (Wrong) 0 = Banyak pilihan (option)
1 = Angka tetap
Untuk mengetahui item-item yang terjawab dengan benar ataupun terjawab salah
dalam rangka analisis item ini, kita harus membuat kunci jawaban dari soal yang
telah kita buat. Berdasarkan kunci jawaban itu, kita dapat mengetahui ranking
siswa yang ditest. Berdasarkan ranking kita dapat menentuka 27% kelompok
rendah WLdan 27% kelompok tinggiWH.
2) Membuat Ketentuan Tingkat Signifikasi Tiap Item
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan
antara peserta didik yang telah menguasai materi yang diajarkan dan peserta didik
yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang diajarkan. Manfaat pembeda
butir soal adalah sebagai berikut :
a) Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya.
Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui
apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.
b) Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat
mendeteksi/membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah
memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru.
Tingkat signifikasi tiap item didasarkan atas selisih jawaban yang salah diantara
kelompok rendah (WL ) dengan kelompok tinggi ( WH) atau WL- WH. Menurut
J.CStanley dalam Sumaatmadja (1980, hlm. 139), angka selisih tiap yang
Tabel 3.2 Tingkat Pembeda Tiap Item Yang Signifikan Ditunjukan Oleh Perbedaan ��- ��
Dari tabel diatas tiap item yang dihitung (WL-WH)nya, jika angka ini
sesuai dengan tabel diatas atau lebih tinggi daripada itu, yang berarti memiliki
daya pembeda yang signifikan, sehingga item tersebut mungkin tidak perlu
diganti atau diperbaiki.
Dari tabel diatas maka didapatkan bahwa jumlah yang ditest adalah 30
orang sehingga kelompok rendah atau kelompok tingginya yaitu 8 dan jumlah
pilihan pada masing-masing soal yaitu 5. Maka untuk menentukan signifikan atau
tidaknya butir soal dilihat sebagai berikut, jika nilai WL-WH ≤ 5maka soal
tersebut signifikan dan jika nilai WL-WH kurang dari 5 maka soal tidak signifikan.
3) Menentukan Tingkat Kesukaran Tiap Item
Menurut Sumaatmadja (1980, hlm. 140), mengungkapkan bahwa, “tingkat item
kesukaran soal merupakan gambaran kemampuan peserta didik dalam menjawab
soal-soal tes”. Untuk menentukan tingkat kesukaran pada analisis item ini
digunakan rumus indeks kesukaran (difficulty index), sebagai berikut :
Difficulty Index = ( WL+WH) ditetapkan sebagai tingkat pembeda yang signifikan
Keterangan :
WL = Kelompok rendah yang membuat kesalahan, menjawab item dengan salah. Kesalahan kelompok rendah = 27% dari seluruh yang di tes (27%N).
WH = Kelompok tinggi yang membuat kesalahan,
menjawab item dengan salah. Keseluruhan kelompok tinggi = 27% dari seluruh yang di tes (27%N).
100 = Konstanta
n = 27% dari yang di tes (27%N) N = Jumlah individu yang di tes
0 = Banyak pilihan pada item (option).
Menurut Sumaatmadja (1980, hlm. 134), untuk menentukan tiga tingkat
kesukaran item digunakan ketentuan sebagai berikut :
Item Mudah : jika 16% yang di tes tidak dapat menjawab item tersebut. Item Sedang : jika 50% yang di tes tidak dapat menjawab item tersebut. Item Sukar : jika 84% yang dites tidak dapat menjawab item tersebut.
Menurut J.C Stanley dalam Sumaatmajda (1980, hlm. 135), mengemukakan
rumus untuk mencari (WL+WH) nilai pada tiga tingkat kesukaran dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.3 Tiga Tingkat Kesukaran
Presentase yang ditest yang menjawab item
dengan salah
Jumlah Pilihan (Option) Tiap Item
2 3 4 5
kebawah dari option 5, kemudian jumlah kelompok rendah dan kelompok tinggi
yaitu 27%. 30 = 8. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Mudah: 0,256n = 0,256.8 =2,05 → ≤ 2
Sukar : 1,344n = 1,344.8 =10,75→≥ 8
4) Memperbaiki dan Mengganti Item
Menurut Sumaatmadja (1980, hlm. 140), mengungkapkan bahwa untuk
memperbaiki dan mengganti item soal, digunakan ketentuan sebagai berikut:
a) Item yang diganti, jika :
(1) Daya pembedanya ( WL+WH) tidak signifikan dan indeks kesukaran
lebih dari 100.
(2) Daya pembeda tidak signifikan dan indeks kesukaran sama dengan Nol
(tidak mempunyai indeks kesukaran).
b) Item yang diperbaiki, jika :
(1) Daya pembeda signifikan tetapi indeks kesukaran lebih dari 100.
(2) Daya pembeda tidak signifikan tetapi indeks kesukaran kurang dari
100.
Hasil uji coba Pretest ditunjukan dalam tabel yang terdapat pada lampiran
B.1. Data hasil uji coba soal pretest berdasarkan tingkat signifikansi, tingkat tiga
kesukaran serta item yang harus diganti dan diperbaiki adalah sebagai berikut :
a) Item yang signifikan
Pada item soal pretest yang signifikan adalah no soal 1,2,5,9,12,17,19,20,24.
b) Item menurut tiga tingkat kesukaran
Pada item soal pretest ini, soal dapat diklasifikasikan menurut tiga tingkat
kesukaran sebagai berikut :
Mudah = 3,14
Sedang = 1,2,5,6.7.8.9.10.11.12.13.17,18,19,20,21,24,25
Sukar = 4,15,16,22,23
c) Item yang harus diganti
Pada item soal pretest tidak ada item yang harus diganti.
Pada item soal pretest yang harus diperbaiki adalah soal nomor
3,4,6,7,8,10,11,13,14,15,16,18,21,22,23,25. Karena meskipun indeks kesukaran
kurang dari 100 tetapi memiliki daya pembeda yang tidak signifikan.
Hasil uji coba Posttest ditunjukan dalam tabel yang terdapat pada
lampiran. Data hasil uji coba soal posttest berdasarkan tingkat signifikansi, tingkat
tiga kesukaran serta item yang harus diganti dan diperbaiki adalah sebagai berikut
:
a) Item yang signifikan
Pada item soal postest yang signifikan adalah no soal
1,3,4,5,7,8,9,10,11,12,15,17,18,20,22,23,24.
b) Item menurut tiga tingkat kesukaran
Pada item soal pretest ini, soal dapat diklasifikasikan menurut tiga tingkat
kesukaran sebagai berikut :
Mudah = 2,6,13,14,19,21,25
Sedang = 1,3,4,5,7,8,9,10,11,12,15,17,18,20,22,24
Sukar = 16,23
c) Item yang harus diganti
Pada item soal posttest tidak ada item yang harus diganti.
d) Item yang harus diperbaiki
Pada item soal pretest yang harus diperbaiki adalah soal nomor
2,6,13,14,16,19,21,25.Karena meskipun indeks kesukaran kurang dari 100 tetapi
memiliki daya pembeda yang tidak signifikan.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan serta
lembar observasi digunakan untuk mengobservasi keterlaksanaan model
pembelajaran debat dan group investigation. Observasi dilakukan pada siswa yang
tujuannya untuk melihat keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Observasi ini dilakukan langsung dengan melihat serta mengamati kegiatan
belajar peserta didik di dalam kelas selama kegitan pembelajaran
pembelajaran. Hasil dari lembar observasi yang telah dilakukan dapat dilihat pada
lembar lampiran.
Tabel 3.4 Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik di Kelas Eksperimen 1
Model Pembelajaran Debat
No Kegiatan Siswa Keterangan
Tabel 3.5Lembar Observasi Aktifitas Peserta didik di Kelas Eksperimen 2
Model Pembelajaran Group Investigation
No Kegiatan Siswa Keterangan
Ya Tidak yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya
Tabel 3.6 Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik di Kelas Kontrol
No Kegiatan Siswa Keterangan
Ya Tidak telah dibahas oleh guru dalam pembelajaran.
Catatan :
G.Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya wawancara
(interview),angket (kuesioner), pengamatan (observasi), dan tes. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan
adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki olehindividu atau kelompok. Tes yang digunakan dalam penelitian ini
berupa tes tertulis sebanyak dua kali yaitu pretest dan posttes. Peneliti memilih tes
tertulis, karena peneliti menganggap bahwa dengan melakukan tes tertulis,
data-data yang diperlukan akan didapatkan dengan valid, serta peneliti beranggapan
bahwa dengan tes tertulis maka peneliti dapat mengetahui kemampuan dari setiap
peserta didik terhadap soal yang diujikan. Hasil dari tes juga di dukung dengan
lembar observasi peserta didik, yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas.
H.Teknik Pengolahan Data
Data yang diolah dalam penelitian ini yaitu data pretest pada kelas
eksperimen, posttest pada kelas eksperimen, pretest pada kelas kontrol dan
posttest pada kelas kontrol. Pengelolaan data pada penelitian ini bersifat
kuantitatif. Adapun langkah-langkah pengelolaan datanya adalah sebagai berikut :
1. Data Hasil Tes
Data hasil tes dipergunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang
mendapatkan pembelajaran dengan model debat dengan model pembelajaran
konvesional, peserta didik yang mendapatkan pembelajaran group investigation
dengan pembelajaran konvensiaonal serta peserta didik yang mendapatkan
pembelajaran model debat dan group investigation.
2. Perbedaan Model Pembelajaran Debat Aktif dengan Model Pembelajaran
Group Investigation.
Penelitian ini menggunakan Matched Subjects Desaign dilakukan terhadap
subjek demi subjek. Menurut Hadi (2000, hlm. 84), mengungkapkan bahwa dalam
Matched Subjects Desaign terdapat pemisahan pasangan-pasangan (pair of subjects) masing-masing ke group eksperimen dan ke group kontrol secara
otomatis akan menyeimbangkan kedua group. Adapun pairing of subjects yang
setingkat atau seimbang dijalankan atau atau dasar pengukuran ekperimental atau
(1) nominal pairing, (2) ordinal pairing, (3) kombinasi nominal dan ordinal
pairing. Penelitian ini menggunakan kombinasi ordinal dan nominal dan peserta
didik akan dikelompokkan berdasarkan kesamaan jenis kelamin dan skor pretes
yang sama atau mendekati.
Dari hasil pretest diperoleh skor yang sama yang dapat dimasukan
kedalam kelompok Matched Subject Desaign terdiri dari lima pasangan laki-laki
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian akhir dari penyusunan skripsi akan dikemukakan hal-hal
pokok yang disajikan sebagai pemaknaan penelitian secara terpadu terhadap hasil
penelitian yang diperoleh dalam bentuk simpulan dan saran.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
Berdasarkan perhitungan dari hasil uji hipotesis 1 dengan menggunakan
uji-t pada tingkat kepercayaan 98 % maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan antara kelas eksperimen 1 dengan kelas kontrol, dimana hasil belajar
kelas eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran debat aktif lebih
meningkat dibandingkan dengan hasil belajar pada kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran sosiologi
kelas XI dengan materi kebudayaan.
Kemudian berdasarkan hasil dari perhitungan pada hipotesis 2 dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kelas eksperimen 2 dengan
kelas kontrol, dimana hasil belajar kelas eksperimen 2 yang menggunakan model
pembelajaran group investigation sama dengan kelas kontrol yang menggunakan
model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran sosiologi kelas XI dengan
materi kebudayaan. Tidak terdapatnya perbedaan tersebut dibuktikan dari hasil
perhitungan melalui uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada tingkat
kepercayaan 98 %.
Kemudian yang terakhir, berdasarkan hasil perhitungan dari hipotesis 3 dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara kelas eksperimen 1 dengan kelas
eksperimen 2, dimana hasil belajar kelas eksperimen 1 yang menggunakan model
pembelajaran debat aktif lebih meningkat dibandingkan dengan kelas eksperimen
2 yang menggunakan model pembelajaran group investigation pada mata
tersebut dibuktikan dari hasil perhitungan melalui uji hipotesis dengan
menggunakan uji-t pada tingkat kepercayaan 98 %.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas penulis
mengemukakan beberapa saran yaitu untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik perlu dilakukan secara terus menerus dengan cara pembelajaran yang
variatif dan dilakukan dengan cara pembelajaran yang tepat untuk memperoleh
hasil yang maksimal.
Kemudian bagi guru model pembelajaran debat aktif dengan model
pembelajaran group investigation sama-sama dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran sosiologi. Maka dari itu guru bidang studi sosiologi
dapat menggunakan kedua model pembelajaran tersebut sebagai bahan alternative
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hasil penelitian menunjukan
bahwa model pembelajaran debat aktif lebih efektif dalam meningkatkan hasil
belajar peserta didik pada mata pelajaran sosiologi. Guru sebaiknya menciptakan
suasana pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dan
keingintahuan terhadap materi yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik. Sehingga kejenuhan peserta didik dapat diatasi dan para peserta didik akan
mampu meningkatkan hasil belajar serta peserta didik dapat meningkatkan daya
ingat terhadap apa yang dipelajari selama proses pembelajaran mata pelajaran
sosiologi.
Bagi peserta didik diharapkan penggunaan model pembelajaran group
investigation juga dapat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar dalam
mata pelajaran sosiologi dengan memperhatikan beberapa tahapan dalam
pembelajaran tersebut dan dilaksanakan dengan baik serta benar sesuai dengan
arahan yang dipaparkan oleh guru sebagai pembimbing.
Kemudian yang terakhir untuk peneliti selanjutnya diharapkan adanya
penelitian lanjutan dengan aspek penelitian yang lebih luas dengan meneliti
kemampuan lain secara lebih terperinci yang belum pernah dilakukan. Misalnya
penelaran, kemampuan berpikir kreatif maupun kemampuan mengemukakan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktik.
Yogyakarta: Rineka Cipta.
Dispodjojo, A. (1984). KomunikasiLisan. Yogyakarta: PD. Lukman.
Hadi, S. (1970).Metodologi Research Jilid 4.Yogyakarta : ANDI OFFSET
Harjanto. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ibrahim dan Syaodih. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Istarani. (2011). Model Pembelajaran Inovatif.Medan : Media Persada.
Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung : PT. Refika Aditama.
Malihan dan Kolip. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta : Kencana.
Melvin L. Silberman. (2011). StrategiPembelajaranAktif. Bandung : Nusamedia
Moedjiono dan Hasibuan. (1988). Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Karya
Nasution. (2010). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurgiyantoro, B.( 200). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Piaget, J. (1988). TeoriPerkembanganKognitif. Jakarta : PT. GrafindoPersada
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta ; Rajawali Pers.
Soekanto, S. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta.
Sujana. (2001). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Surachmad, W. (1983). Metodelogi Pengajaran Nasional. Bandung : C.V. JEMMARS.
Sudjana. (2001). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sumaatmadja, N. (1980). EvaluasiPembelajaran IPS. Bandung: Alumni Bandung.
Tarigan.(2008). BerbicaraSebagaiKeterampilanBerbahasa.Bandung :Angkasa.
Internet :
Aprudin.(2011). Model Pembelajaran Debate.[Online].Tersedia
:http://amrku.blogspot.com/2010/08/manfaat-belajar-sosiologi.html. [2 Mei 2013].
Herdy. (2010). Teori-teoriBelajar( pIaget, Bruner, Vygotsky). [Online].Tersedia :http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/teori-teori-belajar-piaget-bruner-vygotsky/. [19 April 2014].
Muflihah. (2010). Manfaat Belajar Sosiologi. [Online]. Tersedia: http://amrku.blogspot.com/2010/08/manfaat-belajar-sosiologi.html. [2 Mei 2013].
Munawar, I. (2009) . Hasil Belajar (Pengertian dan Definisi). [Online]. Tersedia: http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html. [ 7 Mei 2013].
Ninamath.(2013). TeoriBelajar John Piaget.[Online].Tersedia :http://ninamath.wordpress.com/2013/03/14/teori-belajar-jean-piaget/. [19 April 2014].
Riadi, M. (2012). Model pembelajaran Group investigation. [Online]. Tersedia : http://www.kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-investigation.html#ixzz2SnVj62fH. [10 Mei 2013].
Santosa. (2010). Pembelajaran Sosiologi di SMA/MA.[ Online]. Tersedia :
http://agsasman3yk.wordpress.com/pembelajaran-sosiologi-di-smama/html. [10 Mei 2013].
Santosa, E. (2011). Model Pembelajaran Debat. [ Online]. Tersedia: http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-debat.html. [10 Mei 2013].
Sudarsono, T. (2012). Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI). [Online]. Tersedia: http://allforedu.blogspot.com/2012/06/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran.html. [11 Mei 2013].
Dokumen :
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1