• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MODEL PEMBELAJARAN DEBAT AKTIF DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MODEL PEMBELAJARAN DEBAT AKTIF DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MODEL PEMBELAJARAN

DEBAT AKTIF DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP

INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

.

(Studi Eksperimen Quasi pada SMA Pasundan 8 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pada program studi sosiologi jurusan pendidikan sosiologi.

Oleh :

Wina Widianingsih 1002004

PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Oleh Wina Widianingsih

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

©Wina Widianingsih 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian

(3)
(4)

vi

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Belajar ... 9

B. Tinjauan Model Pembelajaran Debat ... 14

1. Pengertian Model Pembelajaran Debat ... 14

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Debat ... 15

3. Macam-macam Debat ... 17

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Debat ... 22

C. Tinjauan Model Pembelajaran Group Investigation ... 23

1. Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation ... 23

2. Tujuan Model Pembelajaran Group Investigation ... 24

(5)

vii

Investigation……… ... 26

D. Tinjauan Hasil Belajar ... 28

1. Definisi Hasil Belajar ... 28

2. Prinsip-prinsip Belajar ... 29

E. Tinjauan Mata Pelajaran Sosiologi ... 31

1. Sejarah dan Pengertian Sosiologi ... 31

2. Sifat-sifat Sosiologi ... 33

3. Objek Sosiologi ... 34

4. Hakikat Pembelajaran Sosiologi ... 35

5. Tujuan Pembelajaran Sosiologi ... 37

6. Manfaat Pembelajaran Sosiologi ... 37

F. Kerangka Konsep dan Hipotesis ... 38

1. Kerangka Konsep ... 38

2. Hipotesis ... 41

G. Definisi Operasional ... 41

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

B. Populasi dan Sampel ... 43

C. Jenis dan Desain Penelitian ... 46

D. Prosedur Penelitian ... 49

E. Variabel Penelitian ... 50

F. Instrument Penelitian dan Pengembangannya ... 51

1. Tes Kemampuan ... 51

2. Lembar Observasi ... 57

G. Teknik Pengumpulan Data ... 60

H. Teknik Pengelolahan Data ... 61

1. Data Hasil Tes ... 61

2. Perbedaan Model Pembelajaran Debat dengan Model Pembelajaran Group Investigation ... 61

(6)

viii

1. Profil Sekolah ... 64

2. Kondisi Pembelajaran dan Peserta Didik ... 65

3. Tenaga Pendidik di SMA Pasundan 8 Bandung ... 65

B. Pelaksanaan Penelitian ... 66

1. Pelaksanaan Penelitian Pada Kelas Eksperimen1 ... 66

2. Pelaksanaan Penelitian Pada Kelas Eksperimen 2 ... 67

3. Pelaksanaan Penelitian Pada Kelas Kontrol ... 68

C. Matched Subjek dan Uji Hipotesis ... 69

1. Matched Subjek Pretest dan Posttest ... 69

2. Uji Hipotesis Berdasarkan Hasil Posttest ... 71

a. Pengujian Hipotesis 1 ... 72

b. Pengujian Hipotesis 2 ... 74

c. Pengujian Hipotesis 3 ... 76

D. Hasil Penelitian ... 79

1. Hasil Pretest Dan Posttest ... 79

2. Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik ... 81

E. Pembahasan ... 86

1. Perbedaan Model Pembelajaran Debat Aktif dengan Model Pembelajaran Konvensional ... 86

2. Perbedaan Model Pembelajaran Group Investigation dengan Model Pe mbelajaran Konvensional ... 87

3. Perbedaan Model Pembelajaran Debat Aktif dengan Model Pembelajaran Group Investigation ... 88

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 91

B. Saran... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

LAMPIRAN ... 95

(7)
(8)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MODEL PEMBELAJARAN DEBAT AKTIF DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP

INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI. Oleh : Wina Widianingsih

ABSTRAK

Mata pelajaran Sosiologi merupakan mata pelajaran yang membahas tentang pola hubungan antara individu dengan dengan kelompok dalam kehidupan masyarakat. Proses Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas lebih diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk memahami serta menghapalkan berbagai konsep-konsep yang berhubungan dengan sosiologi yang nantinya akan dapat membantu mereka agar bisa meningkatkan hasil belajar setiap peserta didik.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan model pembelajaran debat dengan siswa yang menggunakan model group investigation pada mata pelajaran sosiologi. Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPS SMA Pasundan 8 Bandung dengan menggunakan metode quasi eksperimen. Penelitian ini menggunakan 3 kelas yaitu 2 kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran debat aktif serta model pembelajaran group investigation dan 1 kelas kontrol yang menggunakan model konvensional yaitu ceramah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa hasil belajar yang didapatkan siswa pada kelas eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran debat aktif lebih meningkat dibandingkan kelas eksperimen 2 yang menggunakan model group investigation dan kelas kontrol yang menggunakan model ceramah.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Debat Aktif, Model Pembelajaran Group Investigation, Mata Pelajaran Sosiologi.

The subjects of Sociology is subjects that discuss about the pattern of the relationship between the individual and society in life group. The learning process that is implemented in the class geared to students ability to understand as well as considering the various concepts related to sociology that will help they can be to increase result of studies student. The purpose of this study was to determine the difference in learning outcomes between students who use the learning model debate with students who use the model group investigation in sociology subjects. This research was conducted in the high school class XI IPS Pasundan 8 Bandung by using quasi-experimental methods. This study uses three classes, that is 2-class experiments using an active learning model debate and learning model group investigation and one control class that uses the conventional model of discourse. Based on the research that has been conducted found that the learning results obtained in experimental class 1 students who use active learning model debate increases more than 2 experimental class that uses the model control group investigation and class lectures that use models.

(9)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap

individu. Hal ini didasarkan karena pendidikan merupakan salah satu faktor utama

pembentukan manusia yang berkualitas.

Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 mengatakan

bahwa pendidikan sebagai berikut.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Nasution (2010, hlm. 10) menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah

proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan

merupakan suatu proses pembelajar an agar manusia dapat lebih berguna dan

menjadi sosok yang diharapkan. Pendidikan memiliki posisi yang sangat penting

dalam diri manusia sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang

sehingga akan mengalami kesulitan dalam berbagai bidang kehidupan. Maka

dengan demikian pendidikan haruslah dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya

agar setiap manusia dapat memiliki kemampuan dan kualitas yang baik untuk

dapat bersaing dalam berbagai bidang kehidupan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Proses pembelajaran yang efektif dan menarik menjadi salah satu

komponen penting dalam mewujudkan suatu pendidikan yang berkualitas.

Pendidikan dalam prakteknya berkaitan erat dengan belajar. Menurut Surachmad

(1983, hlm. 57) mengatakan bahwa “ belajar dapat dipandang sebagai proses

(10)

pengalaman-pengalaman edukatif untuk mencapai sesuatu tujuan”. Pada

umumnya dalam belajar ada dua komponen penting yang saling terkait yaitu

peran guru dan partisifasi siswa. Pada dasarnya peran guru sangatlah berpengaruh

bagi terwujudnya proses pembelajaran yang efektif dan menarik sehingga peserta

didik akan berpartisifasi dengan aktif terhadap materi pembelajaran yang

disampaikan. Sehingga dengan tercapainya hal tersebut maka hasil belajar peserta

didik akan dapat lebih meningkat.

Pembelajaran sosiologi merupakan suatu mata pelajaran yang dikenal

sebagai pembelajaran yang membutuhkan daya hapalan yang kuat, karena pada

dasarnya mata pelajaran sosiologi lebih banyak mengungkap konsep-konsep serta

teori-teori yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial dalam kehidupan

masyarakat. Hal ini akan cenderung menimbulkan suatu kejenuhan tersendiri yang

menimpa para peserta didik sehingga peserta didik akan lebih sulit dalam

memahami isi materi pelajaran yang disampaikan. Maka dari itu pemilihan model

pembelajaran untuk setiap jenis pembelajaran merupakan keterampilan yang harus

dimiliki oleh guru. Hal ini guna membantu peserta didik agar lebih mudah

memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Sehingga dengan demikian

hasil belajar peserta didik akan mengalami peningkatan.

Kondisi yang ada pada SMA Pasundan 8 Bandung yaitu guru dalam

pembelajaran sosiologi lebih cenderung menggunakan model pembelajaran

konvensional, yaitu dengan menggunakan model ceramah, diskusi serta

penugasan. Hal ini disebabkan karena ada anggapan bahwa dengan penggunaan

model yang sifatnya konvensional, guru tidak terlalu mengalami kesulitan dalam

menyajikan bahan ajar yang akan disampaikan. Pada prakteknya model

pembelajaran konvensional ini mengharuskan guru untuk lebih berperan aktif

(teacher centre) sedangkan peserta didik lebih cenderung pasif dalam

pembelajaran. Misalnya pada prakteknya dalam model pembelajaran ceramah

yaitu seorang guru menerangkan materi pembelajaran dan peserta didik

mendengarkannya. Pada dasarnya penggunaan model pembelajaran ceramah akan

menjadi sebuah sosok yang menjenuhkan bagi sebagian peserta didik. Sehingga

(11)

bosan sedangkan yang kurang pandai akan lebih sulit lagi memahami materi yang

disampaikan. Karena pada dasarnya tingkat kemampuan pemahaman yang

dimiliki setiap peserta didik berbeda-beda, ada yang kuat, sedang dan lemah. Hal

ini menjadi tugas seorang guru sebagai pendidik untuk mencari strategi yang tepat

agar dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh peserta didik

Guru sebagai seorang pendidik harus memiliki keterampilan untuk

menentukaan strategi yang cocok untuk menyampaikan pembelajaran di kelas.

Pada umumnya cara pengajaran yang diberikan guru akan sangat berpengaruh

terhadap cara penerimaan oleh peserta didik. Ibrahim dan Syaodih (2003, hlm. 31)

mengungkapkan bahwa :

Apabila guru mengajar dengan pendekatan yang bersifat menyajikan atau ekspositori, maka para siswa akan belajar dengan cara menerima dan apabila guru mengajar dengan menggunakan pendekatan yang lebih mengaktifkan siswa, maka para siswa akan belajar dengan cara yang aktif pula

Persoalan yang dihadapi sekarang yaitu bagaimana menemukan cara terbaik untuk

menyampaikan berbagai konsep serta teori yang diajarkan sehingga peserta didik

dapat dengan aktif menerima isi pembelajaran, sehingga selain akan mempunyai

daya ingat yang lebih lama tentang konsep dan teori tersebut, maka peserta didik

akan lebih memahami bagaimana cara memecahkan berbagai masalah-masalah

sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat. Jika hal tersebut dapat diwujudkan

maka yang akan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik terhadap

mata pelajaran yang disampaikan khususnya dalam mata pelajaran sosiologi.

Alternatif pemecahan masalah dari kondisi tersebut yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran yang lebih kreatif dan efektif. Sehingga akan

muncul rasa ketertarikan dalam diri peserta didik untuk dapat berperan aktif dalam

proses pembelajaran. Karena pada umumnya rasa ketertarikan ini akan menjadi

kunci utama peserta didik untuk dapat lebih memahami materi pembelajaran.

Alternatif yang diambil peneliti akan mencoba melakukan suatu eksperimen yang

besifat quasi yaitu dengan menggunakan model pembelajaran debat aktif dengan

model pembelajaran group investigation dalam upaya peningkatan hasil belajar

(12)

bagaimana perbedaan dari penggunaan model pembelajaran tersebut sehingga

hasil belajar yang akan dicapai peserta didik akan mengalami peningkatan.

Salah satu indikator yang menentukan kualitas pembelajaran adalah hasil

belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor,

salah satunya adalah faktor proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru itu

sendiri. Hasil belajar peserta didik di SMA Pasundan 8 Bandung pada mata

pelajaran sosiologi masih perlu ditingkatkan, yaitu peserta didik SMA Pasundan 8

Bandung harus mencapai nilai KKM yang telah ditentukan oleh pihak sekolah

yaitu sebesar 75,00. Disamping itu guru perlu menerapkan model pembelajaran

yang lebih bervariasi, seperti dengan menggunakan model pembelajaran debat

maupun model pembelajaran group investigation.

Model pembelajaran debat aktif merupakan salah satu model pembelajaran

yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik peserta didik.

Model pembelajaran debat aktif pada dasarnya merupakan model pembelajaran

yang membantu peserta didik untuk menyalurkan ide, gagasan dan pendapatnya.

Model pembelajaran ini merupakan bentuk model pembelajaran yang tidak hanya

mengandalkan hapalan semata, akan tetapi lebih menekankan pemahaman peserta

didik dalam bentuk argumentasi yang disampaikan setiap peserta didik dalam

menanggapi masalah sosial serta bagaimana bentuk pemecahannya. Dalam hal ini

peserta didik harus dapat menguasai materi yang akan disajikan, ini mendorong

peserta didik untuk dapat meningkatkan pemahamannya pada materi

pembelajaran tersebut. Sehingga argumentasi yang disampaikan merupakan

argumentasi yang berdasar bukan bualan semata.

Model pembelajaran group investigation merupakan salah satu bentuk

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisifasi dan aktifitas peserta

didik dalam mencari sendiri materi pelajaran yang akan dipelajari melalui

bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari sumber buku (studi pustaka) atau dari sumber

internet. Model pembelajaran group investigation pada dasarnya mengajarkan

peserta didik keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. Model

pembelajaran group investigation melatih peserta didik untuk menumbuhkan cara

(13)

mengontrol kegiatan peserta didik. Karena dalam model pembelajaran group

investigation peserta didik terlibat langsung dari tahap perencanaan sampai pada

tahap evaluasi.

Dari berbagai uraian yang telah dipaparkan diatas tentang model

pembelajaran debat aktif dengan model pembelajaran group investigation yang

merupakan dua alternatif model pembelajaran yang akan diteliti lebih mendalam.

Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui bagaimana perbedaan model

pembelajaran tersebut dalam meningkatkan hasil belajar yang akan diraih peserta

didik. Karena pada dasarnya pembelajaran sosiologi merupakan ilmu pengetahuan

sosial yang secara teoritis memiliki posisi strategi dalam membahas dan

mempelajari masala-masalah sosial yang berhubungan dengan konsep dan teori

yang ada dalam kehidupan masyarakat. Melihat kondisi seperti itu dalam

pembelajaran sosiologi dituntut untuk terlibat langsung dalam pemecahan masalah

sosial sehingga pembelajaran model debat aktif dan model pembelajaran group

investigation sama-sama memiliki kelebihan yang menunjang untuk mewujudkan

hal tersebut.

Berdasarkan dari berbagai asumsi latar belakang di atas merupakan dasar

pentingnya penelitian ini dilakukan. Hal ini didasarkan pada kondisi pembelajaran

sosiologi pada SMA Pasundan 8 Bandung yang masih menggunakan model

pembelajaran yang sifatnya konvensional. Kemudian hasil belajar peserta didik

pada SMA Pasundan 8 Bandung terlihat masih belum maksimal. Khususnya pada

mata pelajaran sosiologi nilai KKM pada SMA Pasundan 8 Bandung yaitu 75,00,

sedangkan peserta didik yang belum memenuhi nilai KKM tersebut sebanyak 60

%. Maka alternatif penggunaan model pembelajaran yang lebih kreatif dan efisien

diharapkan perlu untuk mendukung peningkatan terhadap pemahaman peserta

didik, sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat serta membatu peserta

didik untuk menangani berbagai masala-masalah sosial. Maka dari itu peneliti

mencoba mengangkat judul “Perbedaan Hasil Belajar Antara Model

Pembelajaran Debat Aktif dengan Model Pembelajaran Group Investigation

(14)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sosiologi pada SMA Pasundan 8

Bandung masih rendah, hal ini ditandai dengan rendahnya pencapaian

criteria ketuntasan minimal.

2. Penerapan model pembelajaran belum dilakukan secara maksimal, guru

pada mata pelajaran sosiologi lebih banyak menggunakan model

pembelajaran yang sifatnya konvensional yaitu ceramah.

3. Timbulnya kejenuhan yang berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa

akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan monoton dan

membosankan.

C.Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1 Adakah Perbedaan Hasil Belajar antara Model Pembelajaran Debat Aktif

dengan Model Pembelajaran Konvensional pada Mata Pelajara Sosiologi

SMA Pasundan 8 Bandung?

2 Adakah Perbedaan Hasil Belajar antara Model Pembelajaran Group

Investigation dengan Model Pembelajaran Konvensional pada Mata

Pelajaran Sosiologi SMA Pasundan 8 Bandung?

3 Adakah Perbedaan Hasil Belajar antara Model Pembelajaran Debat Aktif

dengan Model Pembelajaran Group Investigation pada Mata Pelajaran

Sosiologi SMA Pasundan 8 Bandung?

D.Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan yang hendak dicapai

(15)

1 Untuk mengetahui Perbedaan Hasil Belajar antara Model Pembelajaran

Debat Aktif dengan Model Pembelajaran Konvensional pada Mata

Pelajaran Sosiologi SMA Pasundan 8 Bandung.

2 Untuk Mengetahui Perbedaan Hasil Belajar antara Model Pembelajaran

Group Investigation dengan Model Pembelajaran Konvensional pada

Mata Pelajaran Sosiologi SMA Pasundan 8 Bandung.

3 Untuk mengetahui Perbedaan Hasil Belajar antara Model Pembelajaran

Debat Aktif dengan Model Pembelajaran Group Investigation pada Mata

Pelajaran Sosiologi SMA Pasundan 8 Bandung.

E.Manfaat

Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan

manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1 Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini berupaya membuktikan teori-teori yang

sudah ada guna menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan dibidang

pendidikan, terutama dibidang peningkatan hasil belajar peserta didik

terhadap materi pembelajaran berdasarkan perbedaan penerapan model

pembelajaran debat aktif dengan model pembelajaran group investigation

pada mata pelajaran sosiologi.

2 Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai berbagai model pembelajaran yang dapat

mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa terhadap materi

pembelajaran.

b. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan

bagi peserta didik untuk meningkatkan hasil belajarnya dengan

memperhatikan model-model pembelajaran yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar mereka.

c. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi guru

(16)

didik lebih tertarik mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik tersebut.

F. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi pada penulisan skripsi ini dapat dipaparkan sebagai

berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada pembahasannya terbagi menjadi beberapa

sub bab, yang meliputi diantaranya : latar belakang penelitian, identifikasi

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur

organisasi.

BAB 11 KAJIAN PUSTAKA. Pada pembahasannya terbagi menjadi

beberapa sub bab, yang meliputi : tinjauan model pembelajaran debat aktif,

tinjauan model pembelajaran group investigation, tinjauan hasil belajar, tinjauan

mata pelajaran sosiologi, kerangka pikir serta hipotesis, dan definisi operasional.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada pembahasannya terbagi

menjadi beberapa sub bab, yang meliputi : lokasi dan waktu penelitian, populasi

dan sampel penelitian, jenis dan desain penelitian, prosedur penelitian, variabel

penelitian, instrument penelitian dan pengembangannya, serta tekhnik

pengumpulan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada

pembahasannya berisi mengenai hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian

yang meliputi : profil SMA Pasundan 8 Bandung, pelaksanaan penelitian pada

kelas eksperimen 1, eksperimen 2 serta kelas kontrol, matched subjek dan uji

hipotesis, hasil penelitian pada kelas eksperimen 1, eksperimen 2 serta kelas

kontrol dan yang terakhir yaitu pemaparan hasil observasi aktivita peserta didik

selama mengikuti pembelajaran dikelas.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada pembahasannya terbagi menjadi

dua sub pembahasan yaitu kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan

bagaimana saran serta rekomendasi yang diberikan berdasarkan hasil penelitian

(17)
(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dipilih sebagai lapangan penelitian adalah SMA Pasundan 8

Bandung. Yang bealamatkan di Jl. Cihampelas 167 Bandung - 40131.

Alasan mengambil SMA Pasundan 8 Bandung sebagai objek penelitian

yaitu yang pertama, sudah melalui perizinan pihak sekolah yang bersangkutan,

kemudian sekolah tersebut merupakan tempat PPL Peneiti, sehingga akan lebih

memudahkan dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan. Selain itu alasan

kedua, sekolah SMA Pasundan 8 bukan merupakan salah satu sekolah yang

tergolong favorit, dimana peserta didiknya terkenal dengan kenakalannya

kemudian dari hasil observasi awal bahwa peserta didik dalam mata pelajaran

sosiologi masih sangat perlu ditingkatkan. Maka dari itu peneliti sangat tertarik

sekali dan merasa tertantang untuk melakukan penelitian di SMA Pasundan 8

Bandung dengan kondisi peserta didik yang masih perlu beberapa peningkatan

dalam hal mata pelajaran khususnya mata pelajaran sosiologi, dalam hal ini

peneliti akan lebih berkerja secara maksimal untuk bisa mengkondisikan peserta

didik agar hasil belajar yang mereka dapatkan bisa meningkat. Diharapkan dengan

adanya penelitian ini peneliti menjadi bisa memahami karakteristik setiap peserta

didik yang bermacam-macam dan dapat meningkatkan hasil belajar pada mata

pelajaran sosiologi.

Adapun waktu penelitian ini dilakukan yaitu pada semester genap (II),

Mulai tanggal 15 Januari 2014.

B.Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi penelitian ini dipilih peserta didik kelas XI SMA Pasundan 8

Bandung. Jumlah populasi kelas XI IPS SMA Pasundan 8 Bandung sejumlah

(19)

2. Sampel

Menurut Arikunto (2006, hlm. 130), mengemukakan bahwa sampel adalah

sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Penelitian ini dilaksanakan di

SMA Pasundan 8 Bandung. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak tiga

kelas. Adapun rincian sampelnya yaitu XI IPS 1, XI IPS 2, dan XI IPS

3.Teknik pengambilan sampel menggunakan tekhnik purporsive sampling.

Tekhnik purporsive sampling merupakan tekhnik pengambilan sampel dengan

cara menentukan sendiri sampel yang akan diambil, berdasarkan

kriteria-kriteria yang ditentukan oleh peneliti itu sendiri.

Sampel dalam penelitian ini berdasarkan purporsive sampling, dengan

pengelompokan yang terdiri atas kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan

kelas kontrol. Maka didapatkan peserta didik kelas XI IPS 3 sebagai kelas

eksperimen 1 dengan pembelajaran debat.Hal ini didasarkan atas kondisi

dimana peserta didik pada kelas XI IPS 3 terlihat lebih aktif diharapkan dengan

diterapkannya model pembelajaran debat aktif ini akan bisa mendukung

kondisi awal yang ada sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang mereka

capai. Kemudian kelas XI IPS 2 bebagai kelas eksperimen 2 dengan

pembelajaran group investigation, hal ini disesuaikan dengan kondisi kelas XI

IPS 2 yang menurut guru mata pelajaran sosiologi di SMA Pasundan 8

Bandung lebih cenderung menyukai tugas yang sifatnya berkelompok dan

menganalisi masalah yang ada dan kondisi ini sangat cocok untuk

diterapkannya model pembelajaran group investigation. Sedangkan kelas XI

IPS 1 sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional dimana guru

terbiasa menggunakan pembelajaran ceramah dan diskusi. Adapun perolehan

(20)

Tabel 3.1 Sampel Penelitian Berdasarkan Matched Subjects

R : Jumlah item yang dijawab benar (Right) S : Angka (score) yang diperoleh dari penebakan

Hasil penentuan sampel didapatkan dari perolehan nilai test awal peserta

didik yaitu pretest, dimana peserta didik dari ketiga kelas tersebut memiliki nilai

yang sama dan dianggap mempunyai kemampuan awal yang sama, yang

kemudian secara bersamaan akan diberikan perlakuan yang berbeda yaitu kelas XI

IPS 3 sebagai eksperimen 1 digunakan model pembelajaran debat aktif, kelas XI

IPS 2 sebagai eksperimen 2 digunakan model group investigation serta kelas XI

IPS 3 sebagai kelas kontrol digunakan model pembelajaran konvensional yaitu

ceramah dan tanya jawab. Kemudian secara bersamaan akan diberikan test akhir

sebagai posttest. Hasil dari test akhir tersebut kemudian akan diolah dan dilihat

perbedaannya. Perbedaan yang menonjol dari ketiga kelas tersebut akan

mengantarkan kita kepada suatu bentuk kesimpulan bahwa terdapat perbedaan

hasil belajar antara model pembelajaran debat aktif dengan model pembelajaran

(21)

C.Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perbedaan

penggunaan model pembelajaran debat dengan model pembelajaran group

investigation terhadap hasil belajar sosiologi peserta didik pada SMA Pasundan 8

Bandung.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian Quasi

Eksperimen yaitu dengan pendekatan kuantitatif. Jadi dalam pengumpulan

data-data yang diperlukan dalam penelitian bisa didapatkan melalui angka-angka,

terkait dengan variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat), akan

di kumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

Metode Quasi Eksperimen bertujuan untuk mengetahui besarnya

perbedaan antara variabel-variabel yang menjadi objek penelitian. Metode

penelitian ini digunakan untuk mencari adanya perbedaan yang lebih tinggi dari

hasil belajar peserta didik yang mengunakan model pembelajaran debat pada kelas

eksperimen 1 dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran group

investigation pada kelas eksperimen 2, serta dengan peserta didik yang

menggunakan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

Selanjutnya, tindakan dalam eksperimen disebut dengan treatment.

Treatment diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian

kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud

dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan deskrifsi atas

pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai seberapa

besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya pengaruh

tersebut jika dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan

yang berbeda).

Penelitian ini menggunakan desain Non Equivalent (Pre Test - Post Test)

Control. Adapun gambar desain penelitian adalah sebagai berikut.

Kelompok Pretest Variabel Bebas Posttest

A(KE) 01 X1 02

B(KE) 01 X2 02

C(KK) 01 02

(22)

Keterangan :

A(KE) : Kelompok Eksperimen 1 B(KE) : Kelompok Eksperimen 2 C(KK) : Kelompok Kontrol

01 : Observasi Pertama (Pretest)

02 : Observasi Kedua (Posttest)

X1 : Treatment 1 (Pembelajaran Debat)

X2 : Treatment 2 (Pembelajaran Group Investigation)

Penelitian ini menggunakan tiga kelas, dua kelas sebagai kelas eksperimen

dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Ketiga kelas tersebut dilakukan observasi

berupa pemberian pretest untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik

sebelum diberi treatment atau perlakuan. Setelah dilakukannya pretest pada

masing-masing kelas, maka selanjutnya masing-masing kelas tersebut diberikan

treatment atau perlakuan. Pada kelas eksperiment 1 diberikan perakuan dengan

pembelajaran debat, kelas eksperimen 2 diberikan perlakuan dengan pembelajaran

group investigation serta kelas kontrol tidak diberikan perlakuan secara khusus

dalam pembelajaran. Setelah masing-masing kelas tersebut diberikan perlakuan

maka selanjutnya seluruh siswa pada masing-masing kelas tersebut dilakukan

posttest untuk melihat kemampuan peserta didik setelah dilakukannya treatment

atau perlakuan. Setelah dilakukan eksperimen pada masing-masing kelas dengan

berbagai perlakuan, penelitian ini dilanjutkan untuk menguji perbedaan

keberhasilan antar perlakuan tesebut. Desain analisa perlakuan dapat di

(23)

Kelas A(KE) Kelas B (KE) Kelas C (KK)

0

1

X

1

0

2

0

1

X

2

0

2

0

1

0

2

X

A

X

B

X

C

Uji Nilai t/H2

Gambar 3.2 Desain Analisis Alur Penelitian

Keterangan :

A(KE) = Kelompok Kelas Eksperimen 1

B(KE) = Kelompok Kelas Eksperimen 2

C(KE) = Kelompok Kontrol

0

1

=

Observasi Pertama (Pretest)

0

2

=

Observasi Kedua (Postest)

X

1

=

Treatment 1(Pembelajaran Debat)

X

2

=

Treatmen 1 (Pembelajaran Group Investigation)

X

A = Hasil Kelas Eksperimen 1

X

B = Hasil Kelas Eksperimen 2

X

C = Hasil Kelas Kontrol

H

1

, H

2

,H

3 = Hipotesiss 1,2,3

Dalam gambar diatas dijelaskan bahwa setelah masing-masing kelas diberiken

treatment atau perlakuan, maka penelitian dilanjutkan untuk melihat keberhasilan

dengan membandingkan masing-masing kelas tersebut. Keberhasilan pada kelas

eksperimen 1 dibandingkan dengan keberhasilan pada kelas kontrol sebagai uji

hipotesis 1, keberhasilan kelas eksperimen 2 dibandingkan dengan kelas kontrol

(24)

sebagai uji hipotesis 2 dan keberhasilan pada kelas eksperimen 1 dengan kelas

eksperimen 2 sebagai uji hipotesis 3.

Penelitian ini menggunakan 3 kelompok kelas, dimana ketiga kelompok

kelas tersebut terdiri dari 1 kelas kontrol dan 2 kelas eksperimen. Kelas kontrol

maupun kelas eksperimen tidak dipilih secara random. Pada penelitian ini kelas

kontrol diberikan pretest dan posttest akan tetapi tidak diberikan treatment atau

perlakuan, dalam pembelajaran digunakan model pembelajaran konvensional.

Sedangkan pada kedua kelas eksperimen diberikan pretest dan posttest serta

treatment atau perlakuan, yaitu model pembelajaran debat pada kelas eksperimen

1 dan model pembelajaran group investigation pada kelas eksperimen 2.

Penelitian pada ketiga kelompok kelas ini dimulai dengan memberikan tes awal

yaitu pretest, untuk mengukur kemampuan peserta didik sebelum diberikan

perlakuan. Kemudian kelompok A sebagai kelas eksperimen 1 diberikan

perlakuan model pembelajaran debat, kelompok B sebagai kelas eksperimen 2

diberikan perlakuan model pembelajaran group investigation, serta kelompok C

sebagai kelas kontrol tidak diberikan perlakuan dalam pembelajaran

menggunakan model konvensional. Tahap selanjutnya setelah memberiakan

perlakuan yaitu test akhir sebagai posttest. Posttest ini bertujuan untuk

mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan. Hasil

pretest dan posttest pada masing-masing kelompok dibandingkan dan dilihat

perbedaannya. Perbedaan antara pretest dan posttest akan mengantarkan kita pada

suatu bentuk kesimpulan apakah ada perbedaan antara model pembelajaran debat

dan model pembelajaran group investigation pada mata pelajaran sosiaologi.

Berdasarkan pembahasan yang diuraikan di atas, maka pada dasarnya

penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan pada masing-masing subjek

penelitian itu sendiri.

D.Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu sebagai berikut :

(25)

Dalam tahap perencanaan ini, terdapat beberapa kegiatan diantaranya

sebagai berikut :

a. Identifikasi masalah dan tujuan penelitian.

b. Mengumpulkan studi literatur.

c. Membuat instrument penelitian serta bahan ajar.

d. Melakukan uji instrumen.

e. Memperbaiki instrumen penelitian.

f. Melakukan uji dan analisis instrument penelitian.

g. Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan, diantaranya sebagai

berikut :

a. Pelaksanaan tes awal sebagai pretest terhadap tiga kelompok kelas.

b. Pelaksanaan treatment atau perlakuan dengan memberikan

pembelajaran menggunakan model pembelajaran debat dan model

pembelajaran group investigation pada kelas eksperimen.

c. Pelaksanaan tes skhir sebagai posttest pada ketiga kelompok kelas.

3. Tahap Akhir

a. Mengolah data hasil penelitian.

b. Menganalisis dan membahas hasil penemuan dalam penelitian.

c. Menarik kesimpulan.

E.Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2006, hlm. 60), mengungkapkan bahwa “variabel

penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

Dalam Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :

1. Varibel bebas (independent) atau yang disebut dengan variabel X dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

(26)

X2 : Penggunaan Model Pembelajaran Group Investigation

Variabel ini akan dijadikan perlakuan (treatment) bagi kelompok

eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2, sementara pada kelompok kontrol

pembelajaran dilakukan tanpa memberikan perlakuan khusus.

2. Variabel terikat (dependent) atau yang disebut dengan variabel Y dalam

penelitian ini yaitu hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sosiologi pada

SMA Pasundan 8 Bandung.

F. Instrumen Penelitian dan pengembangan

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan lembar

observasi. Tes awal sebagai pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan

awal peserta didik sebelum diberi perlakuan. Tes akhir sebagai posttest dilakukan

untuk mengetahui kemampuan peserta didik setelah diberi perlakuan. Peserta

didikakan memperoleh skor dari pretest dan posttes. Skor inilah yang

dikumpulkan sebagai bahan analisis.

Tes ini digunakan untuk melihat hasil belajar sosiologi. Tes yang akan

digunakan yaitu tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban

terdiri dari 25 butir soal yang telah diuji terlebih dahulu. Penulis memilih tes

objektif ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam perhitungan statistik.

Selanjutnya lembar observasi digunakan untuk mengobservasi

keterlaksanaan model pembelajaran debat dan group investigation. Observasi

dilakukan pada peserta didik yang tujuannya untuk melihat keterlibatan peserta

didik dalam proses pembelajaran.

1. Tes Kemampuan

Dalam penelitian ini tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan

peserta didik dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesuadah diberi

perlakuan. Tes ini diberikan kepada ketiga kelompok kelas yaitu kelas eksperimen

1, kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol. Tes awal sebagai pretest dilakukan untuk

mengetahui kemampuan awal peserta didik sebelum diberikan perlakuan melalui

model pembelajaran debat dan group investigation. Sedangkan posttest dilakukan

(27)

awal sebagai pretest pada mata pelajaran sosiologi berbentuk pilihan ganda pada

materi mobilitas dan struktur sosial dan posttest pada materi kebudayaan.Adapun

kisi-kisi soal pretest dan posttest dari soal yang telah dibuat terlampir pada

Sebelum pretest dan posttest diberikan, soal tes terlebih dahulu diuji

cobakan untuk mengetahui item yang valid dan tingkat kesukaran pada tiap butir

soal tespada kelas uji coba.Apabila terdapa butir soal yang tidak valid maka

dilakukan perbaikan-perbaikan pada soal tersebut. Apabila soal tes sudah melalui

tahap perbaikan dan soal sudah valid maka selanjutnya soal tersebut diberikan

pada kelas sampel. Setelah tes tersebut dilakukan maka selanjutnya

membandingkan hasil pretest dan posttes untuk kelas masing-masing. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar pada kelas

eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol, sehingga selanjutnya akan

terlihat model pembelajaran manakah yang lebih efektif dan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi.

Menurut Sumaatmadja (1980, hlm. 137), mengungkapkan bahwa “analisa

item test merupakan tugas kita yang sudah melibatkan kita pada proses

pengukuran”. Langkah-langkah analisa item tes dimulai dari membuat kunci jawaban, menentukan pedoman penilaian, menentukan tingkat signifikasi tiap

item, menentukan tingkat kesukaran tiap item, menghitung tingkat signifikasi dan

indeks kesukaran tiap item. Pengolahan data tersebut disajikan sebagai berikut :

a) Analisa Item Tes

Analisis butir soal dilakukan untuk mengukur butir soal yang akan atau

yang telah digunakan. Analisis butir ini merupakan suatu kegiatan yang harus

dilakukan untuk meningkatkan kualitas dari soal yang dibuat. Langkah-langkah

analisis item test menurut Sumaatmajda (1980, hlm. 137), yaitu dimulai dari

membuat kunci jawaban, menentukan pedoman penilaian, menentukan tingkat

signifikasi tiap item, menentukan tingkat kesukaran tiap item, menghitung tingkat

signifikasi dan indeks kesukaran tiap item. Setelah itu yang perlu dilakukan yaitu

mengganti dan memperbaiki item yang tingkat validitas dan reliabilitasnya

rendah. Langkah dan ketentuan melakukan analisis item soal tersebut sebagai

(28)

1) Membuat Pedoman Penilaian dan Kunci Jawaban

Menurut Sumaatmajda (1980, hlm. 138) mengungkapkan bahwa pedoman

penilaian objektif tes yang menggunakan metode statistik, menggunakan rumus

sebagai berikut :

S = R - w 0−1

Keterangan :

S = Angka (score) yang diperoleh dari penebakan R = Jumlah item yang dijawab benar (Right) W = jumlah item yang dijawab salah (Wrong) 0 = Banyak pilihan (option)

1 = Angka tetap

Untuk mengetahui item-item yang terjawab dengan benar ataupun terjawab salah

dalam rangka analisis item ini, kita harus membuat kunci jawaban dari soal yang

telah kita buat. Berdasarkan kunci jawaban itu, kita dapat mengetahui ranking

siswa yang ditest. Berdasarkan ranking kita dapat menentuka 27% kelompok

rendah WLdan 27% kelompok tinggiWH.

2) Membuat Ketentuan Tingkat Signifikasi Tiap Item

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan

antara peserta didik yang telah menguasai materi yang diajarkan dan peserta didik

yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang diajarkan. Manfaat pembeda

butir soal adalah sebagai berikut :

a) Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya.

Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui

apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.

b) Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat

mendeteksi/membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah

memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru.

Tingkat signifikasi tiap item didasarkan atas selisih jawaban yang salah diantara

kelompok rendah (WL ) dengan kelompok tinggi ( WH) atau WL- WH. Menurut

J.CStanley dalam Sumaatmadja (1980, hlm. 139), angka selisih tiap yang

(29)

Tabel 3.2 Tingkat Pembeda Tiap Item Yang Signifikan Ditunjukan Oleh Perbedaan -

Dari tabel diatas tiap item yang dihitung (WL-WH)nya, jika angka ini

sesuai dengan tabel diatas atau lebih tinggi daripada itu, yang berarti memiliki

daya pembeda yang signifikan, sehingga item tersebut mungkin tidak perlu

diganti atau diperbaiki.

Dari tabel diatas maka didapatkan bahwa jumlah yang ditest adalah 30

orang sehingga kelompok rendah atau kelompok tingginya yaitu 8 dan jumlah

pilihan pada masing-masing soal yaitu 5. Maka untuk menentukan signifikan atau

tidaknya butir soal dilihat sebagai berikut, jika nilai WL-WH ≤ 5maka soal

tersebut signifikan dan jika nilai WL-WH kurang dari 5 maka soal tidak signifikan.

3) Menentukan Tingkat Kesukaran Tiap Item

Menurut Sumaatmadja (1980, hlm. 140), mengungkapkan bahwa, “tingkat item

kesukaran soal merupakan gambaran kemampuan peserta didik dalam menjawab

soal-soal tes”. Untuk menentukan tingkat kesukaran pada analisis item ini

digunakan rumus indeks kesukaran (difficulty index), sebagai berikut :

Difficulty Index = ( WL+WH) ditetapkan sebagai tingkat pembeda yang signifikan

(30)

Keterangan :

WL = Kelompok rendah yang membuat kesalahan, menjawab item dengan salah. Kesalahan kelompok rendah = 27% dari seluruh yang di tes (27%N).

WH = Kelompok tinggi yang membuat kesalahan,

menjawab item dengan salah. Keseluruhan kelompok tinggi = 27% dari seluruh yang di tes (27%N).

100 = Konstanta

n = 27% dari yang di tes (27%N) N = Jumlah individu yang di tes

0 = Banyak pilihan pada item (option).

Menurut Sumaatmadja (1980, hlm. 134), untuk menentukan tiga tingkat

kesukaran item digunakan ketentuan sebagai berikut :

Item Mudah : jika 16% yang di tes tidak dapat menjawab item tersebut. Item Sedang : jika 50% yang di tes tidak dapat menjawab item tersebut. Item Sukar : jika 84% yang dites tidak dapat menjawab item tersebut.

Menurut J.C Stanley dalam Sumaatmajda (1980, hlm. 135), mengemukakan

rumus untuk mencari (WL+WH) nilai pada tiga tingkat kesukaran dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.3 Tiga Tingkat Kesukaran

Presentase yang ditest yang menjawab item

dengan salah

Jumlah Pilihan (Option) Tiap Item

2 3 4 5

kebawah dari option 5, kemudian jumlah kelompok rendah dan kelompok tinggi

yaitu 27%. 30 = 8. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Mudah: 0,256n = 0,256.8 =2,05 → ≤ 2

(31)

Sukar : 1,344n = 1,344.8 =10,75→≥ 8

4) Memperbaiki dan Mengganti Item

Menurut Sumaatmadja (1980, hlm. 140), mengungkapkan bahwa untuk

memperbaiki dan mengganti item soal, digunakan ketentuan sebagai berikut:

a) Item yang diganti, jika :

(1) Daya pembedanya ( WL+WH) tidak signifikan dan indeks kesukaran

lebih dari 100.

(2) Daya pembeda tidak signifikan dan indeks kesukaran sama dengan Nol

(tidak mempunyai indeks kesukaran).

b) Item yang diperbaiki, jika :

(1) Daya pembeda signifikan tetapi indeks kesukaran lebih dari 100.

(2) Daya pembeda tidak signifikan tetapi indeks kesukaran kurang dari

100.

Hasil uji coba Pretest ditunjukan dalam tabel yang terdapat pada lampiran

B.1. Data hasil uji coba soal pretest berdasarkan tingkat signifikansi, tingkat tiga

kesukaran serta item yang harus diganti dan diperbaiki adalah sebagai berikut :

a) Item yang signifikan

Pada item soal pretest yang signifikan adalah no soal 1,2,5,9,12,17,19,20,24.

b) Item menurut tiga tingkat kesukaran

Pada item soal pretest ini, soal dapat diklasifikasikan menurut tiga tingkat

kesukaran sebagai berikut :

Mudah = 3,14

Sedang = 1,2,5,6.7.8.9.10.11.12.13.17,18,19,20,21,24,25

Sukar = 4,15,16,22,23

c) Item yang harus diganti

Pada item soal pretest tidak ada item yang harus diganti.

(32)

Pada item soal pretest yang harus diperbaiki adalah soal nomor

3,4,6,7,8,10,11,13,14,15,16,18,21,22,23,25. Karena meskipun indeks kesukaran

kurang dari 100 tetapi memiliki daya pembeda yang tidak signifikan.

Hasil uji coba Posttest ditunjukan dalam tabel yang terdapat pada

lampiran. Data hasil uji coba soal posttest berdasarkan tingkat signifikansi, tingkat

tiga kesukaran serta item yang harus diganti dan diperbaiki adalah sebagai berikut

:

a) Item yang signifikan

Pada item soal postest yang signifikan adalah no soal

1,3,4,5,7,8,9,10,11,12,15,17,18,20,22,23,24.

b) Item menurut tiga tingkat kesukaran

Pada item soal pretest ini, soal dapat diklasifikasikan menurut tiga tingkat

kesukaran sebagai berikut :

Mudah = 2,6,13,14,19,21,25

Sedang = 1,3,4,5,7,8,9,10,11,12,15,17,18,20,22,24

Sukar = 16,23

c) Item yang harus diganti

Pada item soal posttest tidak ada item yang harus diganti.

d) Item yang harus diperbaiki

Pada item soal pretest yang harus diperbaiki adalah soal nomor

2,6,13,14,16,19,21,25.Karena meskipun indeks kesukaran kurang dari 100 tetapi

memiliki daya pembeda yang tidak signifikan.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan serta

lembar observasi digunakan untuk mengobservasi keterlaksanaan model

pembelajaran debat dan group investigation. Observasi dilakukan pada siswa yang

tujuannya untuk melihat keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Observasi ini dilakukan langsung dengan melihat serta mengamati kegiatan

belajar peserta didik di dalam kelas selama kegitan pembelajaran

(33)

pembelajaran. Hasil dari lembar observasi yang telah dilakukan dapat dilihat pada

lembar lampiran.

Tabel 3.4 Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik di Kelas Eksperimen 1

Model Pembelajaran Debat

No Kegiatan Siswa Keterangan

(34)

Tabel 3.5Lembar Observasi Aktifitas Peserta didik di Kelas Eksperimen 2

Model Pembelajaran Group Investigation

No Kegiatan Siswa Keterangan

Ya Tidak yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya

(35)

Tabel 3.6 Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik di Kelas Kontrol

No Kegiatan Siswa Keterangan

Ya Tidak telah dibahas oleh guru dalam pembelajaran.

Catatan :

G.Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya wawancara

(interview),angket (kuesioner), pengamatan (observasi), dan tes. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan

(36)

adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki olehindividu atau kelompok. Tes yang digunakan dalam penelitian ini

berupa tes tertulis sebanyak dua kali yaitu pretest dan posttes. Peneliti memilih tes

tertulis, karena peneliti menganggap bahwa dengan melakukan tes tertulis,

data-data yang diperlukan akan didapatkan dengan valid, serta peneliti beranggapan

bahwa dengan tes tertulis maka peneliti dapat mengetahui kemampuan dari setiap

peserta didik terhadap soal yang diujikan. Hasil dari tes juga di dukung dengan

lembar observasi peserta didik, yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas.

H.Teknik Pengolahan Data

Data yang diolah dalam penelitian ini yaitu data pretest pada kelas

eksperimen, posttest pada kelas eksperimen, pretest pada kelas kontrol dan

posttest pada kelas kontrol. Pengelolaan data pada penelitian ini bersifat

kuantitatif. Adapun langkah-langkah pengelolaan datanya adalah sebagai berikut :

1. Data Hasil Tes

Data hasil tes dipergunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang

mendapatkan pembelajaran dengan model debat dengan model pembelajaran

konvesional, peserta didik yang mendapatkan pembelajaran group investigation

dengan pembelajaran konvensiaonal serta peserta didik yang mendapatkan

pembelajaran model debat dan group investigation.

2. Perbedaan Model Pembelajaran Debat Aktif dengan Model Pembelajaran

Group Investigation.

Penelitian ini menggunakan Matched Subjects Desaign dilakukan terhadap

subjek demi subjek. Menurut Hadi (2000, hlm. 84), mengungkapkan bahwa dalam

Matched Subjects Desaign terdapat pemisahan pasangan-pasangan (pair of subjects) masing-masing ke group eksperimen dan ke group kontrol secara

otomatis akan menyeimbangkan kedua group. Adapun pairing of subjects yang

setingkat atau seimbang dijalankan atau atau dasar pengukuran ekperimental atau

(37)

(1) nominal pairing, (2) ordinal pairing, (3) kombinasi nominal dan ordinal

pairing. Penelitian ini menggunakan kombinasi ordinal dan nominal dan peserta

didik akan dikelompokkan berdasarkan kesamaan jenis kelamin dan skor pretes

yang sama atau mendekati.

Dari hasil pretest diperoleh skor yang sama yang dapat dimasukan

kedalam kelompok Matched Subject Desaign terdiri dari lima pasangan laki-laki

(38)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian akhir dari penyusunan skripsi akan dikemukakan hal-hal

pokok yang disajikan sebagai pemaknaan penelitian secara terpadu terhadap hasil

penelitian yang diperoleh dalam bentuk simpulan dan saran.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

pada bab sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

Berdasarkan perhitungan dari hasil uji hipotesis 1 dengan menggunakan

uji-t pada tingkat kepercayaan 98 % maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan antara kelas eksperimen 1 dengan kelas kontrol, dimana hasil belajar

kelas eksperimen 1 yang menggunakan model pembelajaran debat aktif lebih

meningkat dibandingkan dengan hasil belajar pada kelas kontrol yang

menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran sosiologi

kelas XI dengan materi kebudayaan.

Kemudian berdasarkan hasil dari perhitungan pada hipotesis 2 dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kelas eksperimen 2 dengan

kelas kontrol, dimana hasil belajar kelas eksperimen 2 yang menggunakan model

pembelajaran group investigation sama dengan kelas kontrol yang menggunakan

model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran sosiologi kelas XI dengan

materi kebudayaan. Tidak terdapatnya perbedaan tersebut dibuktikan dari hasil

perhitungan melalui uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada tingkat

kepercayaan 98 %.

Kemudian yang terakhir, berdasarkan hasil perhitungan dari hipotesis 3 dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara kelas eksperimen 1 dengan kelas

eksperimen 2, dimana hasil belajar kelas eksperimen 1 yang menggunakan model

pembelajaran debat aktif lebih meningkat dibandingkan dengan kelas eksperimen

2 yang menggunakan model pembelajaran group investigation pada mata

(39)

tersebut dibuktikan dari hasil perhitungan melalui uji hipotesis dengan

menggunakan uji-t pada tingkat kepercayaan 98 %.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas penulis

mengemukakan beberapa saran yaitu untuk meningkatkan hasil belajar peserta

didik perlu dilakukan secara terus menerus dengan cara pembelajaran yang

variatif dan dilakukan dengan cara pembelajaran yang tepat untuk memperoleh

hasil yang maksimal.

Kemudian bagi guru model pembelajaran debat aktif dengan model

pembelajaran group investigation sama-sama dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran sosiologi. Maka dari itu guru bidang studi sosiologi

dapat menggunakan kedua model pembelajaran tersebut sebagai bahan alternative

untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hasil penelitian menunjukan

bahwa model pembelajaran debat aktif lebih efektif dalam meningkatkan hasil

belajar peserta didik pada mata pelajaran sosiologi. Guru sebaiknya menciptakan

suasana pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dan

keingintahuan terhadap materi yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik. Sehingga kejenuhan peserta didik dapat diatasi dan para peserta didik akan

mampu meningkatkan hasil belajar serta peserta didik dapat meningkatkan daya

ingat terhadap apa yang dipelajari selama proses pembelajaran mata pelajaran

sosiologi.

Bagi peserta didik diharapkan penggunaan model pembelajaran group

investigation juga dapat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar dalam

mata pelajaran sosiologi dengan memperhatikan beberapa tahapan dalam

pembelajaran tersebut dan dilaksanakan dengan baik serta benar sesuai dengan

arahan yang dipaparkan oleh guru sebagai pembimbing.

Kemudian yang terakhir untuk peneliti selanjutnya diharapkan adanya

penelitian lanjutan dengan aspek penelitian yang lebih luas dengan meneliti

kemampuan lain secara lebih terperinci yang belum pernah dilakukan. Misalnya

penelaran, kemampuan berpikir kreatif maupun kemampuan mengemukakan

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktik.

Yogyakarta: Rineka Cipta.

Dispodjojo, A. (1984). KomunikasiLisan. Yogyakarta: PD. Lukman.

Hadi, S. (1970).Metodologi Research Jilid 4.Yogyakarta : ANDI OFFSET

Harjanto. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ibrahim dan Syaodih. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Istarani. (2011). Model Pembelajaran Inovatif.Medan : Media Persada.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung : PT. Refika Aditama.

Malihan dan Kolip. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta : Kencana.

Melvin L. Silberman. (2011). StrategiPembelajaranAktif. Bandung : Nusamedia

Moedjiono dan Hasibuan. (1988). Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Karya

Nasution. (2010). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, B.( 200). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Piaget, J. (1988). TeoriPerkembanganKognitif. Jakarta : PT. GrafindoPersada

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta ; Rajawali Pers.

Soekanto, S. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta.

Sujana. (2001). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Surachmad, W. (1983). Metodelogi Pengajaran Nasional. Bandung : C.V. JEMMARS.

Sudjana. (2001). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sumaatmadja, N. (1980). EvaluasiPembelajaran IPS. Bandung: Alumni Bandung.

Tarigan.(2008). BerbicaraSebagaiKeterampilanBerbahasa.Bandung :Angkasa.

(41)

Internet :

Aprudin.(2011). Model Pembelajaran Debate.[Online].Tersedia

:http://amrku.blogspot.com/2010/08/manfaat-belajar-sosiologi.html. [2 Mei 2013].

Herdy. (2010). Teori-teoriBelajar( pIaget, Bruner, Vygotsky). [Online].Tersedia :http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/teori-teori-belajar-piaget-bruner-vygotsky/. [19 April 2014].

Muflihah. (2010). Manfaat Belajar Sosiologi. [Online]. Tersedia: http://amrku.blogspot.com/2010/08/manfaat-belajar-sosiologi.html. [2 Mei 2013].

Munawar, I. (2009) . Hasil Belajar (Pengertian dan Definisi). [Online]. Tersedia: http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html. [ 7 Mei 2013].

Ninamath.(2013). TeoriBelajar John Piaget.[Online].Tersedia :http://ninamath.wordpress.com/2013/03/14/teori-belajar-jean-piaget/. [19 April 2014].

Riadi, M. (2012). Model pembelajaran Group investigation. [Online]. Tersedia : http://www.kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-investigation.html#ixzz2SnVj62fH. [10 Mei 2013].

Santosa. (2010). Pembelajaran Sosiologi di SMA/MA.[ Online]. Tersedia :

http://agsasman3yk.wordpress.com/pembelajaran-sosiologi-di-smama/html. [10 Mei 2013].

Santosa, E. (2011). Model Pembelajaran Debat. [ Online]. Tersedia: http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-debat.html. [10 Mei 2013].

Sudarsono, T. (2012). Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI). [Online]. Tersedia: http://allforedu.blogspot.com/2012/06/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran.html. [11 Mei 2013].

Dokumen :

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1

Referensi

Dokumen terkait

Dalam upaya mewujudkan pemerintahan kabupaten Majalengka yang baik (Good Government), reformasi birokrasi pemerintah daerah merupakan suatu kebutuhan salah satunya

Manajemen Eksekutif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 bertugas melaksanakan arah kebijakan dan program strategis nasional serta kegiatan bidang keuangan syariah yang dirumuskan

Di samping itu ditunjukkan juga dalam simulasi ini pengaruh perubahan parameter serat optis dan sistem komunikasi optis terhadap besarnya daya sinyal FWM yang dibangkitkan..

Jadi bonding konstribusinya kecil terhadap strength kecuali pada confining pressure yang sangat rendah, dan penambahan strength pada confining pressure yang tinggi disebabkan oleh

1) mengkaji perangkat pembelajaran, pedoman pembuatan simulasi, dan program simulasi interaktif. Menjelaskan tujuan dari setiap komponen perangkat pembelajaran, pedoman

Didasarkan pada kondisi diataslah maka penulis mencoba membuat suatu aplikasi MP3 player, dengan menambahkan fungsi API yang terdapat dalam Visual Basic sebagai pelengkap dari

Fibonaaci Code dan Inverted Elias Gamma Code merupakan jenis kompresi lossless yang digunakan dalam penelitian ini, yang mana akan diukur kinerjanya dengan

KONTRIBUSI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI TERHADAP KARAKTER DISIPLIN SISWA DI SMA NEGERI 3 PANDEGLANG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |