• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIF ANGGOTA BALAP MOBIL DALAM MENONTON FILM THE FAST AND THE FURIOUS: TOKYO DRIFT (Studi Deskriptif Motif Anggota Balap Mobil Jawa Timur Slalom Community).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOTIF ANGGOTA BALAP MOBIL DALAM MENONTON FILM THE FAST AND THE FURIOUS: TOKYO DRIFT (Studi Deskriptif Motif Anggota Balap Mobil Jawa Timur Slalom Community)."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

FILM THE FAST AND THE FURIOUS: TOKYO DRIFT

(Studi Deskriptif Motif Anggota Balap Mobil Jawa Timur Slalom Community)

SKRIPSI

Oleh :

Oleh : FERZA AGUSTIA

0843010245

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSUTAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

(Studi Deskriptif Motif Anggota Balap Mobil Jawa Timur Slalom Community)

Oleh : FERZA AGUSTIA

0843010245

Telah di pertahankan dan deterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Sosial dan Ilmu politik Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur Pada Tanggal 31 Januari 2013

PEMBIMBING TIM PENGUJI

1. Ketua

Drs.Saifuddin Zuhri,M.Si Juwito,S.Sos.M.Si

NPT. 3 700694 0035 1 NPT.3 6704 9500 361

2. Sekertaris

Drs.Saifuddin Zuhri,M.Si NPT. 3 700694 0035 1 3. Anggota

Z.Abidin Achmad,S.Sos.M.Si.M.Ed NPTY. 373 039 901 701

Mengetahui DEKAN

(3)

MOTIF ANGGOTA BALAP MOBIL DALAM MENONTON FILM THE FAST AND THE FURIOUS: TOKYO DRIFT

(Studi Deskriptif Motif Anggota Balap Mobil Jawa Timur Slalom Community)

Nama Mahasiswa : FERZA AGUSTIA

NPM : 0843010245

Program Studi : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti ujian Lisan/Skripsi

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Z.Abidin Achmad,S.Sos.M.Si.M.Ed NPTY. 373 039 901 701

Mengetahui DEKAN

(4)

Alhamdullilahirobbil ‘Alamiin, sujud syukur pada Allah SWT yang tiada hentinya memberikan rahmat, hidayah dan barokahnya sehingga penulis mempunyai kekuatan menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penelitian ini, penulis mendapat pengalaman yang luar biasa. Pengalaman yang mampu menjadi pelajaran yang sesuai dengan Ilmu Komunikasi yang menjadi studi kuliah penulis. Dalam pelaksanaan penelitian, penulis diberi kesempatan untuk mencari informasi seakurat dan sedetail mungkin, serta menganalisanya untuk dijadikan penelitian.

Keberhasilan dalam penelitian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan bapak Zainal Abidin Achmad S.sos.,M.Si.M.Ed selaku pembimbing utama dan ketua jurusan Ilmu Komunikasi bapak Juwito,S.Sos.M.si. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Syafruddin Zuhfri, S.Sos, M.Si selaku sekretaris program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

(5)

sayang yang tak terhingga juga mendukung saya untuk menyelesaikan laporan ini baik moril maupun materiil.

5. Untuk Istri saya Ika Septriandini Putri yang telah mensupport menyelesaikan skripsi ini.

6. Untuk Anak saya Gadiza Inayah Putri yang telah memberi inspirasi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Untuk teman-teman ilmu komunikasi UPN veteran Jawa Timur khususnya angkatan 2008 yaitu Herly, Karsa, Agung, Tino, Fajar, Riski

8. Untuk teman-teman Bontang Slalom Team dan Jatim Slalom Community yang telah memberi masukan dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat serta karunia-nya atas jasa-jasa yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyususnan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, penulis dengan sanang hati menerima kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Surabaya, 23 Januari 2013

(6)

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 8

1.3.Tujuan Penelitian ... 9

1.4.Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 9

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 9

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori ... 10

2.1.1. Teori SOR (Stimulus, Organism, and Response) ... 10

2.1.2. Film Sebagai Media Komunikasi Massa... 12

2.1.3. Unsur-Unsur Film ... 18

2.1.4. Motif ... 21

2.1.5. Teori Uses and Grattifications (Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kebutuhan ... 23

2.2.Kerangka Berfikir ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

3.1.1. Definisi Operasional ………... 30

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 31

3.2.Populasi dan Sampel ... 37

3.2.1 Populasi ... 37

3.2.2 Sampel dan Teknik Pengumpulan Sampel ... 38

3.3.Sumber Data ... 39

3.4.Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Objek Penelitian ... 42

4.1.1. Sejarah Perkembangan Film The Fast and The Furious ... 42

4.1.2. Deskripsi Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift ... 44

4.1.3. Deskripsi Jawa Timur Slalom Community ... 47

4.2.Analisis Penyajian Data ... 49

4.2.1. Karakteristik Responden ... 50

4.2.2. Motif Responden dalam Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift ... 56 4.2.2.1. Motif Kognitif ... 57

4.2.2.2. Motif Identitas Personal ... 63

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan ... 83

5.2.Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(8)

Nomor J udul Halaman

Gambar 2.1. Teori SOR Penelitian ... 11

Gambar 2.2. The Learning Hierarchy (Hierarki Pembelajaran) ... 15

Gambar 2.3. Model Uses and Gratifications …... 25

Gambar 2.4. Kerangka Berfikir ... 29

(9)

Nomor J udul Halaman

Tabel 4.1. Perkembangan Film The Fast and The Furious ... 42

Tabel 4.2. Kru dan Pemain Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift ... 47

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 51

Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 52

Tabel 4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 53

Tabel 4.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pernah Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift Lebih dari 1 Kali ... 55 Tabel 4.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Mengikuti Serial Film The Fast and The Furious ... 55 Tabel 4.9. Responden Ingin Mengetahui Informasi Terkini Tentang Mobil Balap dengan Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift ... 57 Tabel 4.10. Responden Ingin Mengetahui Informasi Terbaru Tentang Teknik Terbaru yang digunakan dalam Balap Mobil dengan Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift ... 59 Tabel 4.11. Responden Ingin Mengetahui Informasi Tentang Sparepart Mobil Balap Berkualitas Tinggi dengan Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift ... 59 Tabel 4.12. Responden Ingin Mengetahhui Informasi Terbaru Tentang Perbedaan Budaya Antara Pembalap Mobil Jepang dan Amerika dengan Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift .... 61 Tabel 4.13. Responden Ingin Mengetahui Informasi Terbaru Tentang Gaya Hidup Pembalap dan Kebiasaan (Tradisi) Balap Mobil di Jepang dengan Menonton film The Fast and The Furious: Tokyo Drift .... 62 Tabel 4.14. Tingkat Motif Kognitif ... 63

Tabel 4.15. Responden Ingin Memenuhi Kebutuhan Tentang Hal yang Membuat Pembalap Mobil Mampu Meraih Kemenangan pada Tiap Perlombaan dengan Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift ... 64 Tabel 4.16. Responden Ingin Membentuk Kepribadian yang Lebih Baik dalam Keikutsertaan di Jawa Timur Slalom Community dengan Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift ... 65 Tabel 4.17. Responden Ingin Menambah Rasa Percaya Diri Sebagai Anggota Jawa Timur Slalom Community dengan Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift ... 66 Tabel 4.18. Responden Ingin Menonjolkan Perannya dalam Jawa Timur Slalom Community dengan Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift ... 67 Tabel 4.19. Responden Ingin Meniru Tokoh di Film Agar Popularitasnya Meningkat dengan Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift ... 68 Tabel 4.20. Tingkat Motif Identitas Personal ... 70 Tabel 4.21. Responden Ingin Menghibur Diri dari Kejenuhan Balap Mobil

dan Aktivitas Rutinnya dengan Menonton Film The Fast and The

(10)

Tabel 4.23. Responden Ingin Mengisi Waktu Luang yang Dimiliki dengan Hal yang Bermanfaat untuk Aktivitasnya dalam Balap Mobil dengan Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift ....

73

Tabel 4.24. Responden Ingin Mengajak Anggota Keluarganya Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift untuk

Memberitahukan Tentang Aktivitas Balap Mobilnya ...

74

Tabel 4.25. Responden Ingin Menonton Film The Fast and The Furious:

Tokyo Drift dengan Senang Tanpa Tekanan Apapun ...

75 Tabel 4.26. Tingkat Motif Diversi ... 76 Tabel 4.27. Kesimpulan Motif yang Mendominasi Responden dalam

Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift ...

(11)

Nomor J udul Halaman Lampiran I Kuesioner ... 84 Lampiran II Susunan Anggota Jawa Timur Slalom Community ... 89 Lampiran III Daftar Responden Penelitian ... 92 Lampiran IV Rekapitulasi Jawaban Responden Tentang Motif Menonton Film

The Fast and The Furious: Tokyo Drift ...

(12)

THE FURIOUS: TOKYO DRIFT ?”

Oleh :

FERZA AGUSTIA 0843010245

ABSTRAKSI

Ferza Agustia. Motif Anggota Balap Mobil Jawa Timur Slalom Community dalam Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift (Studi Deskriptif Motif Anggota Balap Mobil dalam Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift).

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang motif apa yang mendasari anggota balap mobil Jawa Timur Slalom Community dalam menonton film The Fast and The Furious: Tokyo Drift. Sementara metode yang digunakan yaitu metode uses and gratifications, yang menunjukkan tentang tujuan seseorang menggunakan sebuah media. Dalam penelitian ini, motif yang digunakan terdiri dari tiga macam, antara lain: motif kognitif, motif identitas personal, dan motif diversi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Kemudian populasinya merupakan seluruh anggota Jawa Timur Slalom Community yang berjumlah 125 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purpossive sampling dengan kriteria anggota terdaftar, aktif mengikuti kegiatan balap, dan menonton film The Fast and The Furious lebih dari 1 kali. Dengan kriteria tersebut, sampel yang diperoleh berjumlah 60 orang. Dari sampel tersebut maka akan diperoleh data hasil penelitian melalui penyebaran kuesioner, observasi, dan dokumenter.

(13)

mendominasi anggota balap mobil Jawa Timur Slalom Community dalam menonton film The Fast and The Furious: Tokyo Drift.

Kata Kunci: Motif, Balap Mobil, Jawa Timur Slalom Community, Film The Fast

and The Furious: Tokyo Drift, Motif Kognitif, Motif Identitas

Personal, Motif Diversi

ABSTRACT

Ferza Agustia. A Member’s Motives of Slalom Racing Cars East Java Community to Watching Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift (Motives A Descriptive Study of Race Cars in Film Watching The Fast and The Furious: Tokyo Drift).

The purpose of this research is to find out what the motives of members of the East Java racing Slalom Community in watching the movie The Fast and The Furious: Tokyo Drift. While the method used is the method uses and gratifications, which shows the purpose of using a media person. In this study, which used motif consists of three kinds, such as: cognitive motives, motives of personal identity and motives diversion.

(14)

Fast and The Furious: Tokyo Drift. This shows that respondents movie because compliance needs for the latest information related to the world of racing. Furthermore motif that dominates the diversion motive and the motive of personal identity. Thus, it can be concluded that the cognitive motive is the motive that dominates the majority of the members of the East Java racing Slalom Community in watching the movie The Fast and The Furious: Tokyo Drift.

Keywords: Motif, Racing Car, East Java Community Slalom, movie The Fast and The Furious: Tokyo Drift, Cognitive Motif, Motif Personal Identity, Motive Diversion

Dalam setiap aktivitas yang dilakukan manusia, komunikasi tidak akan dapat dipisahkan. Hal ini membuktikan bahwa komunikasi memiliki peran vital dalam membina hubungan yang terjadi antarmanusia. Dengan adanya komunikasi, maka hubungan yang dihasilkan akan menjadi lebih maksimal. Adapun definisi komunikasi menurut Handoko (2003:272), bahwa komunikasi merupakan proses pemindahan pengertian yang berbentuk gagasan, informasi, atau lainnya dari seorang komunikator kepada komunikan. Dari definisi komunikasi tersebut, dapat diketahui bahwa komunikasi merupakan sebuah proses yang dilakukan dua orang atau lebih, dimana satu pihak yang ingin menyampaikan informasi maupun gagasan disebut komunikator dan yang menerima informasi tersebut disebut komunikan. Dengan adanya komunikasi yang terjadi antara dua pihak tersebut, maka hubungan yang dijalin akan menjadi lebih baik, jika penerjemahan informasi yang disampaikan komunikator mampu dipahami oleh komunikan, walaupun dimungkinkan banyaknya gangguan dalam penyampaian informasi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa begitu banyak komunikasi yang terjadi dalam kehidupan manusia yang dapat dibedakan menjadi beberapa tipe.

Menurut Cangara (2009:30), tipe komunikasi terdiri dari empat macam, antara lain: komunikasi dengan diri sendiri (interpersonal communication) yang terjadi dalam diri seseorang, komunikasi antarpribadi (interpersonal

communication) yang terjadi antara dua orang maupun sekelompok kecil orang,

komunikasi publik (public communication) yang disampaikan seorang komunikator dengan bertatap muka di depan khalayak ramai, dan komunikasi massa yang dilakukan melalui media massa modern. Salah satu tipe komunikasi yang disoroti akhir-akhir ini yaitu komunikasi massa. Hal ini dikarenakan masyarakat memiliki salah satu kebutuhan yang cukup penting, yaitu kebutuhan akan adanya informasi.

(15)

meningkatkan kedudukan dan strata sosial masyarakat dalam lingkungannya. Adapun informasi yang dibutuhkan masyarakat tersebut didapatkan melalui komunikasi massa. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa komunikator dalam komunikasi massa yaitu media massa modern. Menurut Sobur (2004:162), media massa modern merupakan sebuah media yang menyajikan berbagai realitas kehidupan dalam bentuk informasi kepada masyarakat terkini. Dengan kesadaran akan pentingnya sebuah informasi, maka masyarakat tidak akan melepaskan diri dari informasi yang ditawarkan oleh media massa modern. Dalam hal ini, contoh dari media massa modern antara lain televisi, majalah, koran, radio, film, jejaring sosial, dan lain sebagainya.

Dari berbagai contoh media massa modern yang ada, film merupakan salah satu media massa yang saat ini populer di kalangan masyarakat. Film merupakan salah satu karya dalam kehidupan modern yang memiliki pengaruh cukup signifikan pada kehidupan manusia. Menurut Sumarno (1998:85), film merupakan seni abad 20 yang menghibur, mendidik, melibatkan perasaan, membentuk pemikiran, dan memberikan pengaruh terhadap khalayak luas. Adapun bentuk karya film tersebut berupa komedi, pendidikan, dokumenter, dan lainnya.

Film dalam bentuk karya apapun memiliki posisi penting dalam meningkatkan potensi sosial, kebudayaan, dan perekonomian rakyat (Parlindungan, 2011). Selain itu, film juga merupakan media komunikasi massa terbaik, karena akan banyak hal yang dapat disampaikan komunikator kepada komunikan melalui pesan yang tersirat maupun tersurat melalui film yang diproduksinya. Populernya film di masyarakat dapat dilihat dari semakin berkembangnya dunia perfilman Indonesia sebagai sarana penghibur dan pemberi informasi bagi seluruh masyarakat. Saat ini, perkembangan dunia perfilman di Indonesia begitu pesat. Berbagai produk film lahir dari dapur perfilman Indonesia

dan mampu bersaing di pasar perfilman dunia

( http://www.kapanlagi.com/showbiz/film/indonesia/23-film-indonesia-bersaing-di-ajang-film-cannes.html).

Berkembangnya dunia perfilman di Indonesia tersebut, tidak lepas dari perkembangan perfilman dunia yang kini menjadi semakin ramai. Banyaknya produksi film versi Hollywood, Bollywood, dan lainnya terus memotivasi dunia perfilman dimanapun untuk selalu berkembang dan memproduksi film. Adapun salah satu kiblat perfilman yang menjadi tolok ukur dunia perfilman dunia yaitu Hollywood, pusat industri film yang dimiliki Amerika. Contoh karya film hasil dari dapur perfilman Hollywood antara lain: Basic Instinct, Robocop, Total

Recall, Saving Private Ryan,The Fast and The Furious, Black Hawk Down, dan

(16)

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam setiap aktivitas yang dilakukan manusia, komunikasi tidak akan dapat dipisahkan. Hal ini membuktikan bahwa komunikasi memiliki peran vital dalam membina hubungan yang terjadi antarmanusia. Dengan adanya komunikasi, maka hubungan yang dihasilkan akan menjadi lebih maksimal. Adapun definisi komunikasi menurut Handoko (2003:272), bahwa komunikasi merupakan proses pemindahan pengertian yang berbentuk gagasan, informasi, atau lainnya dari seorang komunikator kepada komunikan. Dari definisi komunikasi tersebut, dapat diketahui bahwa komunikasi merupakan sebuah proses yang dilakukan dua orang atau lebih, dimana satu pihak yang ingin menyampaikan informasi maupun gagasan disebut komunikator dan yang menerima informasi tersebut disebut komunikan. Dengan adanya komunikasi yang terjadi antara dua pihak tersebut, maka hubungan yang dijalin akan menjadi lebih baik, jika penerjemahan informasi yang disampaikan komunikator mampu dipahami oleh komunikan, walaupun dimungkinkan banyaknya gangguan dalam penyampaian informasi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa begitu banyak komunikasi yang terjadi dalam kehidupan manusia yang dapat dibedakan menjadi beberapa tipe.

Menurut Cangara (2009:30), tipe komunikasi terdiri dari empat macam, antara lain: komunikasi dengan diri sendiri (interpersonal communication) yang terjadi dalam diri seseorang, komunikasi antarpribadi (interpersonal

(17)

komunikasi publik (public communication) yang disampaikan seorang komunikator dengan bertatap muka di depan khalayak ramai, dan komunikasi massa yang dilakukan melalui media massa modern. Salah satu tipe komunikasi yang disoroti akhir-akhir ini yaitu komunikasi massa. Hal ini dikarenakan masyarakat memiliki salah satu kebutuhan yang cukup penting, yaitu kebutuhan akan adanya informasi.

(18)

Dari berbagai contoh media massa modern yang ada, film merupakan salah satu media massa yang saat ini populer di kalangan masyarakat. Film merupakan salah satu karya dalam kehidupan modern yang memiliki pengaruh cukup signifikan pada kehidupan manusia. Menurut Sumarno (1998:85), film merupakan seni abad 20 yang menghibur, mendidik, melibatkan perasaan, membentuk pemikiran, dan memberikan pengaruh terhadap khalayak luas. Adapun bentuk karya film tersebut berupa komedi, pendidikan, dokumenter, dan lainnya.

Film dalam bentuk karya apapun memiliki posisi penting dalam meningkatkan potensi sosial, kebudayaan, dan perekonomian rakyat (Parlindungan, 2011). Selain itu, film juga merupakan media komunikasi massa terbaik, karena akan banyak hal yang dapat disampaikan komunikator kepada komunikan melalui pesan yang tersirat maupun tersurat melalui film yang diproduksinya. Populernya film di masyarakat dapat dilihat dari semakin berkembangnya dunia perfilman Indonesia sebagai sarana penghibur dan pemberi informasi bagi seluruh masyarakat. Saat ini, perkembangan dunia perfilman di Indonesia begitu pesat. Berbagai produk film lahir dari dapur perfilman Indonesia

dan mampu bersaing di pasar perfilman dunia

(http://www.kapanlagi.com/showbiz/film/indonesia/23-film-indonesia-bersaing-di-ajang-film-cannes.html).

(19)

salah satu kiblat perfilman yang menjadi tolok ukur dunia perfilman dunia yaitu Hollywood, pusat industri film yang dimiliki Amerika. Contoh karya film hasil dari dapur perfilman Hollywood antara lain: Basic Instinct, Robocop, Total

Recall, Saving Private Ryan,The Fast and The Furious, Black Hawk Down, dan

masih banyak lagi film yang dihasilkan. Semua film tersebut memiliki cerita yang unik, teknologi yang maju, sebuah pesan kehidupan, dan lainnya.

Dari berbagai karya film yang dihasilkan dari dapur perfilman Hollywood tersebut, terdapat satu film yang memiliki genre tersendiri bagi sekelompok orang. Film tersebut adalah film The Fast and The Furious. Film tersebut merupakan sebuah film yang menyajikan sebuah kisah tentang balap mobil yang ilegal di jalanan. Film The Fast and The Furious diproduksi oleh Universal Studios, salah satu rumah produksi Hollywood. Adapun peluncuran film tersebut pertama kali dilakukan pada tahun 2001 dengan judul film The Fast and The Furious, kemudian tahun 2003 disusul dengan diluncurkan fil 2 Fast 2 Furious, lalu tahun 2006 The Fast and The Furious: Tokyo Drift, tahun 2009 Fast and Furious, dan terakhir tahun 2011 yaitu Fast Five.

Dari kelima film tersebut, semua cerita yang diangkat berpusat pada balapan ilegal di jalanan kota. Mulai dari peristiwa perampokan, kecelakaan, dan berbagai peristiwa disajikan dalam film tersebut. Akan tetapi, film yang kemungkinan lebih mendekati kultur masyarakat Indonesia adalah The Fast and

The Furious: Tokyo Drift. Hal ini dikarenakan film ketiga tersebut memiliki latar

(20)

Fast and The Furious: Tokyo Drift memiliki informasi yang mampu ditangkap dan kemungkinan besar mampu diimplementasikan oleh masyarakat Indonesia dibandingkan seri film yang lain. Selain itu, film The Fast and The Furious:

Tokyo Drift tersebut juga memiliki pemeran film yang berusia muda, deskripsi

tentang mobil balap yang luar biasa, memberikan informasi tentang trend mobil balap terkini, teknik mobil yang lebih tinggi dibandingkan tingkat Slalom, dan hal lain yang menarik minat para penggemar otomotif, terutama bagi sekelompok masyarakat yang memiliki hobi balap mobil (komunitas balap mobil).

(21)

tersebut mampu memberikan hasil yang lebih baik dari yang diharapkan sebelumnya (http://www.imdb.com/title/tt0463985/).

Menonton film The Fast and The Furious: Tokyo Drift ini, seseorang pasti memiliki sebuah motif. Menurut Effendy (2004:45), motif memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup seorang individu dan untuk mempertahankan eksistensi individu tersebut dalam strata sosialnya. Uno (2008:3) menambahkan bahwa motif merupakan kekuatan yang ada dalam individu, sehingga membuat individu tersebt bertindak atau berbuat. Dengan demikian, motif merupakan pondasi yang akan menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Adapun motif yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah motif yang dimiliki oleh para anggota balap mobil dalam komunitas Jawa Timur Slalom Community. Komunitas tersebut merupakan sebuah komunitas balap mobil yang ada di Jawa Timur dan memiliki anggota komunitas sebanyak 75 orang yang terbagi dalam 5 tim balap mobil dengan memiliki rentang usia antara 20 – 40 tahun dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang berbeda-beda. Jawa Timur Slalom

Community memiliki aktivitas balap mobil yang cukup tinggi, sehingga memiliki

jam terbang yang cukup memadai sebagai anggota balap mobil. Adapun yang membedakan Jawa Timur Slalom Community dengan pemeran film The Fast and

The Furious: Tokyo Drift adalah legalitas dalam hal balap mobil yang dilakukan

komunitas Jawa Timur Slalom Community.

(22)

(2009:7) yang mengatakan bahwa motif terfokus pada kebutuhan seseorang. Hal ini dapat dibuktikan dari pengalaman sehari-hari dan riset psikologi sosial yang mampu memberi contoh bagaimana kebutuhan seseorang akan mampu mempengaruhi persepsi orang tersebut. Hal ini dapat dicontohkan ketika harus menjaga diri dan membuat nyaman diri sendiri, seseorang dimungkinkan akan dapat menyalahkan orang lain jika mengalami suatu kegagalan maupun kesalahan. Akan tetapi ketika melakukan keberhasilan dan membawanya pada kesuksesan, maka seseorang akan dengan sombongnya mengakui bahwa itu murni merupakan hasil jerih payahnya. Oleh karenanya, banyak penelitian yang membahas tentang motif seseorang. Menurut Blummer (dalam Rakhmat, 2001:66), motif dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: motif kognitif yang berdasarkan kebutuhan informasi up to date, motif identitas prbadi yang berdasarkan kebutuhan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam diri seseorang, dan motif diversi yang berdasarkan kebutuhan individu akan hiburan. Menurut ketiga motif tersebut, adapun permasalahannya antara lain: motif kognif merupakan motif yang mendasari seorang anggota Jawa Timur Slalom

Community menonton film The Fast and The Furious: Tokyo Drift untuk

(23)

sehari-harinya yang menjenuhkan sehingga memiliki kebutuhan akan sebuah hiburan yang sesuai dengan hobinya.

Penelitian tentang motif tersebut menggunakan teori komunikasi massa yang sering digunakan, yaitu uses and gratifications. Pendekatan tersebut menekankan bahwa penelitian komunikasi massa pada komunikasi tidak begitu memperhatikan pesan yang didapatkan. Akan tetapi, lebih kepada alasan seseorang menggunakan sebuah media dan apa yang akan digunakannya untuk media tersebut. Dengan demikian, model pendekatan tersebut lebih tertarik pada apa yang dilakukan seseorang terhadap media untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian yang menggunakan uses and gratifications

ini lebih terfokus pada sekelompok orang yang menjadi boyek penelitian (Rakhmat, 2005:65).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul “Motif Anggota Balap Mobil dalam Menonton Film The Fast and The Furious:

Tokyo Drift (Studi Deskriptif Motif Anggota Balap Mobil Jawa Timur Slalom

Community)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana motif anggota balap mobil Jawa Timur Slalom Community dalam menonton film The Fast and The

(24)

1.3. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motif anggota balap mobil Jawa Timur Slalom Community dalam menonton film The Fast and The Furious: Tokyo Drift.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

1. Memperkaya kajian ilmu komunikasi, khususnya yang berhubungan dengan motif anggota balap mobil terhadap film yang berhubungan dengan balap mobil melalui pendekatan penelitian kuantitatif.

2. Mampu memberikan pemikiran pada ilmu komunikasi dalam motif yang mendorong seseorang menonton film yang bermanfaat.

3. Sebagai bahan acuan dan referensi perpustakaan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Bahan masukan bagi media massa dalam melihat kecenderungan motif masyarakat menonton sebuah film.

2. Diharapkan menjadi bahan masukan bagi para penonton, khususnya anggota balap mobil, tentang pentingnya kelegalan sebuah balapan yang dilakukan di jalanan.

(25)

KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Pada bab ini akan dijelaskan tentang landasan teori berdasarkan kajian pustaka tentang teori SOR, film sebagai komunikasi massa, unsur-unsur film, motif, dan teori uses and gratifications.

2.1.1. Teori SOR (Stimulus, Organism, and Response)

Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah model dari teori SOR yang memiliki objek manusia karena jiwa manusia yang meliputi sikap, opini, perilaku, kognisi, afektif, dan konasi. Teori SOR melandasi sebuah tanggapan yang menyebutkan bahwa organisme mampu menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu. Adapun elemen-elemen yang ada dalam teori SOR ini antara lain:

1. Stimulus (pesan);

2. Organism (organisme);

3. Response (efek).

(26)

Effendy (2004: 255) menambahkan bahwa teori SOR semula berasal dari psikologi, namun kemudian menjadi teori komunikasi. Hal ini dikarenakan objek model dari ilmu psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia. Stimulus yang disampaikan kepada komunikan memiliki dua kemungkinan, ditolak atau diterima. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya yaitu pengertian dan kemampuan komunikan yang akan menentukan proses selanjutnya. Setelah komunikan mengelola dan menerimanya, maka terjadilah respon dari komunikan.

Dalam penelitian ini, teori SOR yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut,

Gambar 2.1. Teori SOR Penelitian Sumber: Effendy (2004:255), diolah

Stimulus disini adalah pesan yang disampaikan. Dalam penelitian ini, stimulusnya adalah film The Fast and The Furious: Tokyo Drift. Organisme adalah komunikan yang diberi pesan yaitu anggota balap mobil Jawa Timur Slalom Community. Sementara respon merupakan efek dari pesan tersebut berupa sikap, opini, dan perilaku. Dengan demikian, akan mampu ditunjukkan tentang aplikasi teori SOR pada penelitian ini. Adapun film The Fast and The Furious: Tokyo Drift bercerita tentang balap mobil yang ilegal di jalanan kota, sehingga organisme yang diambil juga memiliki latar belakang yang sama, yaitu anggota balap mobil.

Stimulus (Film The Fast and The Furious:

Tokyo Drift)

Organisme (anggota balap mobil

Jawa Timur Slalom

Community)

Respon (Sikap, opini, dan

(27)

2.1.2. Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Dalam Bahasa Inggris, komunikasi berasal dari kata dasar common yang kemudian menjadi communication yang bermakna suatu pertukaran informais, konsep, ide, perasaan, dan lainnya antara dua pihak ataupun lebih (Fajar, 2009:31). Hal tersebut menunjukkan bahwa komunikasi memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Dengan besarnya peranan tersebut, maka komunikasi dibagi menjadi empat menurut Cangara (2009:30), antara lain: komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antarpribadi, komunikasi publik, dan komunikasi massa. Dari keempat komunikasi tersebut, penelitian ini menggunakan tipe komunikasi massa.

Menurut Rakhmat (dalam Darwanto, 2007:30), komunikasi massa merupakan salah satu jenis komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang tersebar, heterogen, dan menimbulkan media alat-alat elektronik sehingga pesan yang sama dapat diartikan secara serempak dan sesaat. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang ditujukan kepada massa dengan media massa merupakan komunikasi massa. Nurudin (2007:19-32) menambahkan tentang ciri-ciri komunikasi massa antara lain: komunikator melembaga, komunikan bersifat heterogen, pesan bersifat umum, berlangsung satu arah, menimbulkan keserempakan, mengandalkan peralatan teknis, dan dikontrol oleh gatekeeper

yang berfungsi untuk menambah atau mengurangi informasi yang disebarkan agar lebih mudah dipahami. Dengan demikian, komunikasi massa selalu menggunakan peralatan teknis berupa media massa.

(28)

menerima dengan menggunakan alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. Dalam penelitian ini, media massa yang difokuskan yaitu film. Hal ini dikarenakan film merupakan media unik yang berbeda dengan bentuk kesenian lainnya seperti seni lukis, seni pahat, seni musik, dan cabang seni lainnya. Adapun alasan ketertarikan pembahasan film dalam penelitian ini adalah film merupakan perpaduan antara semua cabang seni yang pernah ada.

Dalam Anggaran Dasar Pasal 3 pada Persatuan Karya Film dan Televisi Indonesia, menyebutkan bahwa film dan televisi adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa audiovisual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil teknologi lainnya dalam bentuk, jenis, ukuran, melalui kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya. Hal tersebut menunjukkan kekayaan seni dari sebuah hasil karya yang dinamakan film.

(29)

proyeksi. Dari beberapa definisi film tersebut dapat disimpulkan bahwa film merupakan media komunikasi massa yang terbentuk dari dua indera, yaitu penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti cerita yang mengungkapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana film itu sendiri tumbuh.

Dari definisi film di atas, dapat ditunjukkan bahwa film merupakan sebuah karya seni yang banyak digunakan di zaman modern saat ini. Pada saat film dimulai, suasana di bioskop akan diatur sedemikian rupa sehingga emosi penonton akan tercurah habis di tempat tersebut. Adapun adegan-adegan yang ditimbulkan oleh orang-orang film dibuat senyata mungkin. Hal ini mengakibatkan adanya istilah “peralihan dunia” seorang penonton yang mampu mengimajinasikan dirinya sebagai tokoh yang dilihat dalam cerita tersebut. Adanya “peralihan dunia” tersebut memberikan pengaruh yang sangat besar dan biasanya akan berlangsung sampai waktu yang cukup lama. Adapun pengaruh tersebut tidak hanya akan timbul di gedung bioskop saja, melainkan mampu berpengaruh ke luar gedung bioskop, bahkan sampai pada aktivitas kesehariannya. Biasanya remaja dan anak-anak relatif lebih mudah terpengaruh. Hal ini ditunjukkan dengan remaja dan anak-anak menirukan gaya atau tingkah laku para bintang film (Effendy, 2004:208).

Dengan menirukan gaya atau tingkah laku para bintang film, hal tersebut membuktikan bahwa film sebagai media komunikasi massa mampu memberikan efek yang dirasakan oleh komunikan. Menurut Ray dalam bukunya yang berjudul

The Marketing Communication and The Hierarchy of Effects menjelaskan bahwa

(30)

efektif, dan tahap ketiga yaitu konatif (behavioral). Menurut Ray (dalam Ruslan, 2004:115), tahapan efek komunikasi massa tersebut dapat digambarkan dalam hierarki pembelajaran seperti Gambar 2.2. berikut,

Gambar 2.2. The Learning Hierarchy (Hierarki Pembelajaran) Sumber: Ruslan (2004:115)

Dari Gambar 2.2. di atas, Rakhmat (2005:189) dan Effendy (2004:318) menjelaskan sebagai berikut:

1. Kognitif

Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, misalnya dengan apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Pengetahuan didapatkan dari informasi yang terstruktur. Gambaran ini disebut citra (image), yang didefinisikan bahwa citra menunjukkan keseluruhan informasi tentang dunia yang diolah dan disimpan oleh individu. Tanpa citra, seseorang akan selalu berada dalam suasana yang tidak pasti. Hal ini menunjukkan bahwa khalayak yang semula tidak tahu dan tidak mengerti, akan menjadi jelas karena telah mendapatkan informasi yang menggambarkan realitas.

2. Afektif

Efek afektif akan timbul bila ada perubahan sikap, yaitu perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci oleh khalayak. Efek ini Tahap ke-1

Cognitive

(Kognitif)

Tahap ke-2 Tahap ke-3

Affective

(Afektif)

Behavioral

(31)

mengarah pada perasaan secara emosional setelah mengonsumsi media, seperti melihat film, mendengarkan radio, menonton televisi, dan lainnya. Efek ini berhubungan erat dengan emosi, sikap, ataupun nilai. Adapun efek afektif ini bersumber pada efek kognitif.

3. Konatif (perilaku)

Efek konatif ini bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang merujuk apda perilaku nyata yang dapat diamati. Adapun efek tersebut meliputi pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. Efek ini baru muncul setelah efek kognitif dan efek afektif.

Dengan adanya efek film sebagai media komunikasi massa tersebut, posisi film menurut Qardhawi (2009:311) merupakan alat yang sangat vital untuk mengarahkan dan memberikan hiburan yang dapat dilakukan untuk hal-hal yang baik maupun hal-hal yang tidak baik. Hal tersebut dikuatkan oleh teori Siagian (2006:3) yang menyebutkan bahwa jika ada itikad baik dan sanggup mempergunakan dengan baik kemungkinan-kemungkinan yang positif dari film, maka itu akan dapat memberi manfaat yang sangat besar bagi manusia. Salah satu manfaatnya adalah akan mampu memperkaya jiwa manusia sehingga dapat memberi bantuan yang sangat berharga bagi manusia. Jika itikad tidak baik, maka akan dapat menyalahgunakan dengan mengeksploitir segi negatif film dan meracuni jiwa manusia. Oleh karenanya, film dapat disebut sebagai sebuah propaganda yang paling ampuh untuk mempengaruhi umum dengan tujuan baik maupun tidak baik.

(32)

bukunya Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, film dapat dibedakan menurut jenisnya menjadi 4 macam, antara lain:

1. Film cerita (story film)

Merupakan jenis film yang menceritakan kepada khalayak atau publik sebuah cerita. Sebagai sebuah film cerita, film harus mengandung unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Film yang bersifat audiovisual yang dapat disajikan kepada khalayak dalam bentuk gambar yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar, merupakan sebuah hidangan yang sudah masak untuk dinikmati.

2. Film berita (newsreel)

Film berita ini merupakan film tentang sebuah fakta ataupun peristiwa yang benar-benar terjadi. Dengan sifat film sebagai berita, maka film disajikan kepada khalayak harus mengandung nilai berita (news value). Sebenarnya, jika dibandingkan dengan media lainnya seperti surat kabar dan radio, film berita tidak ada. Hal ini dikarenakan berita harus aktual, sehingga proses pembuatan dan penyajiannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Akan tetapi, dengan adanya televisi yang juga bersifat audiovisual seperti film, maka berita dapat difilmkan dan dihidangkan lebih cepat ke khalayak melalui televisi daripada dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Biasanya, film berita ini mengawali film utama, yang mayoritas merupakan jenis film cerita.

3. Film dokumenter (documentary film)

(33)

film dokumenter didefinisikan sebagai karya cipta tentang sebuah kenyataan

(creative treatment of actuality). Adapun titik berat dari film dokumenter

adalah fakta ataupun persitiwa yang terjadi. Perbedaan film dokumenter dengan film berita ini pada hidangan film berita yang harus dihidangkan kepada khalayak secepat-cepatnya, sedangkan film dokumenter dapat dihidangkan dengan pemikiran dan perencanaan yang matang.

4. Film kartun (cartoon film)

Titik berat pembuatan film kartun ini adalah pada seni lukis yang pada tiap lukisannya memerlukan ketelitian. Satu persatu dilukis dengan seksama untuk kemudian dipotret satu persatu pula. Jika rangkaian lukisan yang berjumlah 16 buah setiap detiknya diputar dalam proyeksi film, maka lukisan-lukisan itu menjadi hidup. Sebuah film kartun tidaklah mungkin dilukis hanya satu orang, tetapi membutuhkan pelukis dalam jumlah banyak.

Dari berbagai jenis film di atas, pada dasarnya film terdiri dari unsur-unsur yang bersatu membentuk film.

2.1.3. Unsur-Unsur Film

(34)

Dengan demikian, kedua bahan tersebut tidak akan dapat membentuk sesuatu yang baru jika tidak bersatu. Adapun penjelasan kedua unsur tersebut sebagai berikut:

1. Unsur naratif

Unsur naratif ini berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur naratif. Setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur tersendiri seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, dan lainnya. Seluruh elemen tersebut membentuk unsur naratif secara keseluruhan. Elemen-elemen tersebut saling berinteraksi secara berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan. Adapun semua elemen tersebut terikat dilandasi dengan sebuah aturan sebab akibat. Hal tersebut menunjukkan bahwa unsur naratif ini tidak mampu hanya terdiri dari elemen tokoh saja, akan tetapi semua elemen dalam unsur naratif ini harus bersatu agar dapat membentuk sebuah aspek cerita dalam sebuah film yang akan diproduksi sehingga menghasilkan film yang baik.

2. Unsur sinematik

Unsur sinematik merupakan aspek teknis pembentuk film yang terdiri dari empat elemen pokok, antara lain:

a. Miseenscene yaitu segala hal yang terletak di depan kamera yang akan

(35)

b. Sinematografi yaitu seluruh perlakuan pelaku produksi film terhadap kamera dan unsur filmnya. Unsur sinematografi ini dibagi menjadi tiga aspek, yaitu:

1) Kamera dan film, meliputi teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar, dan sebagainya;

2) Framing, yaitu hubungan kamera dengan objek yang diambil,

misalnya batasan wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera, dan lainnya

3) Durasi gambar, meliputi lamanya sebuah objek yang diambil oleh kamera.

c. Editing pada tahap produksi yaitu sebuah proses pemilihan serta penyambungan gambar-gambar yang telah diambil. Kemudian ketika tahap pascaproduksi, editing didefinisikan sebagai teknik-teknik yang digunakan untuk menghubungkan tiap shoot yang diambil.

d. Suara yaitu seluruh suara yang keluar dari gambar, meliputi dialog, musik, dan efek suara.

(36)

karenanya, film akan mampu menarik perhatian seseorang untuk menontonnya dengan motif apapun sesuai kebutuhan masing-masing.

2.1.4. Motif

Pengamatan pada tingkah laku individu menunjukkan bahwa tingkah laku tersebut mengarah pada suatu tujuan tertentu yang mendorong individu tersebut untuk melakukan suatu tindakan. Tingkah laku bukanlah hal yang terjadi begitu saja, melainkan ada faktor dorongan dan ada faktor yang ditujunya. Faktor dorongan dan faktor yang dituju tersebut disebut sebagai motif.

(37)

Dari definisi tersebut, menunjukkan bahwa motif memiliki beberapa fungsi. Menurut Purwanto (2007:27), fungsi motif antara lain:

1. Fungsi penggerak, yaitu sebuah fungsi yang mendorong seseorang untuk bertindak dalam rangkai mencapai sebuah tujuan;

2. Fungsi menentukan arah perbuatan, yaitu sebuah fungsi yang akan digunakan untuk memilih teknik yang digunakan agar tujuan dapat tercapai;

3. Fungsi seleksi-menyeleksi perbuatan diri seseorang, yaitu sebuah fungsi untuk menyeleksi perbuatan seseorang yang sesuai dengan kepribadian untuk mencapai tujuan dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dengan berbagai fungsi di atas, dapat ditunjukkan bahwa pada hakikatnya setiap individu memiliki motif seseorang dalam melakukan suatu perbuatan. Hal ini didasarkan pada teori Taylor, et. al. (2009:7) yang mengatakan bahwa motif terfokus pada kebutuhan seseorang. Hal ini dapat dibuktikan dari pengalaman sehari-hari dan riset psikologi sosial yang mampu memberi contoh bagaimana kebutuhan seseorang akan mampu mempengaruhi persepsi orang tersebut. Hal ini dapat dicontohkan ketika harus menjaga diri dan membuat nyaman diri sendiri, seseorang dimungkinkan akan dapat menyalahkan orang lain jika mengalami suatu kegagalan maupun kesalahan. Akan tetapi ketika melakukan keberhasilan dan membawanya pada kesuksesan, maka seseorang akan dengan sombongnya mengakui bahwa itu murni merupakan hasil jerih payahnya.

(38)

1. Motif kognitif (cognitive), merupakan motif yang berkenaan dengan kebutuhan akan informasi yang up to date untuk penambahan wawasan/pengetahuan dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan motif seseorang yang melihat film tertentu dengan tujuan ingin mengetahui perkembangan terkini tentang informasi tertentu;

2. Motif identitas pribadi (personal identity), merupakan motif tentang kebutuhan menggunakan media massa yang ada untuk memperkuat sesuatu yang penting dalam kehidupannya sendiri. Hal ini dapat ditunjukkan dengan motif seseorang yang ingin mengambil suatu pelajaran dari film tertentu untuk memperkuat posisinya dalam perannya di komunitas yang diikutinya selama ini;

3. Motif hiburan (diversi), merupakan sebuah motif tentang keinginan untuk melepaskan diri dari kejenuhan, tekanan, dan kebutuhan akan hiburan. Hal ini ditunjukkan dengan motif seseorang terhadap film tertentu merupakan hiburan yang menarik baginya.

Dengan berbagai jenis motif tersebut, adapun penelitian ini menggunakan pendekatan dengan teori Uses and Gratifications.

2.1.5. Teori Uses and Grattifications (Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kebutuhan)

Menurut Rakhmat (2005:217), pendekatan dengan teori Uses and

Gratifications dilakukan pada orang media dengan menggunakan media untuk

(39)

ditunjukkan dengan misalnya apa alasan seseorang membaca surat kabar, menonton film, dan sebagainya. Dengan menggunakan pendekatan tersebut, maka akan ada pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke tujuan komunikan. Effendy (2004:284) menambahkan bahwa teori Uses and Gratifications menunjukkan permasalahan utama bukan media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana khalayak mampu memenuhi kebutuhan pribadi dan sosialnya. Dengan demikian, fokus teori Uses and Gratifications ini terletak pada khalayak yang aktif menggunakan media tersebut untuk mencapai suatu tujuan.

Teori Uses and Gratifications ini dicetuskan oleh Elihu Katz, Michel Gurevitch, dan Hadassa Hass. Teori ini mengasumsikan bahwa orang mempunyai kebutuhan dan keinginan yang dapat dipenuhi dengan cara menggunakan media massa, baik digunakan dengan membaca, menonton, ataupun mendengarkan. Adapun menurut Katz, Gurevitch, dan Hass (dalam Ardianto, Elvinaro, dan Lukiati, 2004:71) menjelaskan asumsi dasar teori Uses and Gratifications antara lain:

1. Khalayak dianggap aktif, berarti khalayak merupakan bagian penting dari penggunaan media massa yang diasumsikan mempunyai tujuan;

2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk menghubungkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak;

(40)

4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak yang artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi tertentu;

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu, karena orientasi ada pada khalayak.

Blummer (dalam Palupi, 2008:11) menambahkan bahwa asumsi teori Uses and

Gratifications menyiratkan bahwa komunikasi massa itu memiliki manfaat

(utility), konsumsi media diarahkan oleh motif (intentionality), perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity), dan bahwa khalayak sebenarnya memiliki karakter seperti kepala batu (stubborn).

Adapun penggambaran lebih jelas tentang teori Uses and Gratifications

ini dapat dilihat pada Gambar 2.3. berikut,

Gambar 2.3. Model Uses and Gratifications

Sumber: Rakhmat (2005:66)

Adapun dari Gambar 2.3. tentang model Uses and Gratifications di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Anteseden

a. Variabel individual b. Variabel

lingkungan

Motif Penggunaan

media

Efek

a. Cognitive

b. Personal

identity

c. Divertisity

a. Hubungan b. Macam isi c. Hubungan dengan isi

(41)

1. Antiseden: meliputi variabel individual (contohnya data demografis seperti usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor fisiologis komunikan) dan variabel lingkungan (seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial);

2. Motif: dioperasionalisasikan menjadi tiga orientasi, yaitu motif kognitif (tentang kebutuhan akan informasi yang up to date untuk mencapai tingkat yang diinginkan), motif identitas pribadi (kebutuhan menggunakan media massa untuk memperkuat sesuatu yang penting dalam kehidupannya sendiri), dan motif hiburan (keinginan untuk melepaskan diri dari kejenuhan, tekanan, dan kebutuhan akan hiburan);

3. Penggunaan media: terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai jenis media yang dikonsumsikan dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsikan secara keseluruhan; 4. Efek media: dapat dioperasionalisasikan sebagai evaluasi kemampuan media

untuk memberi kepuasan bagi khalayak.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa model Uses and Gratifications

menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukan bagaimana media massa mengubah perilaku dan sikap khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak.

(42)

terbaru tentang dunia balap tersebut. Hal ini dikarenakan minat anggota balap menonton film tentang dunia balap tersebut menumbuhkan sebuah ketertarikan.

2.2. Kerangka Ber fikir

Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang audiovisual dan merupakan seni yang paling komplit. Hal ini dikarenakan film merupakan perpaduan dari seni lukis, seni musik, dan berbagai macam cabang seni lainnya. Jenis film dapat dibedakan menjadi empat, antara lain: film cerita, film berita, film dokumenter, dan film kartun. Dalam penelitian ini, jenis film yang digunakan yaitu film cerita.

Adapun film cerita yang digunakan dalam penelitian ini adalah film The

Fast and The Furious: Tokyo Drift yang menceritakan tentang seorang pelajar

yang diasingkan ke Jepang karena telah melakukan kenakalan yang menurut ibunya keterlaluan. Dengan diasingkan ke Jepang, pelajar tersebut bukannya menjadi lebih baik, malah semakin berkenalan dengan dunia balap ilegal di jalanan kota. Secara universal, film The Fast and The Furious: Tokyo Drift

tersebut menceritakan tentang dunia balap ilegal yang dilakukan di jalan kota. Selain itu, film tersebut juga menunjukkan tentang teknologi terkini yang berhubungan dengan dunia balap mobil dan motor.

Film tersebut akan mampu menarik perhatian khusus bagi para khalayak yang hobi melakukan balap mobil, baik yang ilegal maupun yang legal. Adapun salah satu komunitas balap mobil yang legal yaitu Jawa Timur Slalom

Community. Anggota Jawa Timur Slalom Community sebagian besar menjadikan

(43)

memenuhi kebutuhannya tentang dunia balap. Akan tetapi tiap anggota memiliki motif yang berbeda dalam menonton film tersebut.

Menurut Blummer dalam Rakhmat (2001:66) motif yang dimiliki seseorang dapat dibedakan menjadi tiga tipe sebagai berikut:

1. Motif kognitif (cognitive), merupakan motif tentang kebutuhan akan informasi yang up to date dalam menambah wawasan/ pengetahuan dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan motif anggota Jawa Timur Slalom Community terhadap film The Fast and The Furious: Tokyo Drift yang ingin mengetahui perkembangan terkini tentang dunia balap ilegal dan berbagai unsur di dalamnya;

2. Motif identitas pribadi (personal identity), merupakan motif tentang kebutuhan menggunakan media massa yang ada untuk memperkuat sesuatu yang penting dalam kehidupannya sendiri. Hal ini dapat ditunjukkan dengan motif anggota Jawa Timur Slalom Community yang ingin mengambil suatu pelajaran dari film The Fast and The Furious: Tokyo Drift untuk memperkuat posisinya dalam perannya di komunitas balapnya;

(44)

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha melihat motif anggota Jawa Timur Slalom Community menonton film The Fast and The Furious: Tokyo Drift, untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.4. berikut,

Gambar 2.4. Kerangka Berfikir Penelitian Tentang Motif Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift

Anteseden

1. Variabel

individu ;

2. Variabel

lingkung an.

Motif

1. Motif kognitif; 2. Motif identitas

pribadi;

3. Motif hiburan.

Menonton film The Fast and The

Furious: Tokyo Drift

Analisis

(45)

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini difokuskan pada motif anggota balap mobil Jawa Timur Slalom Community terhadap film The Fast and The Furious: Tokyo Drift. Penelitian tentang motif penggunaan film sebagai media komunikasi massa ini menggunakan metode survei dengan tipe penelitian deskriptif. Menurut Soehartono (2004:35), penelitian yang menggunakan metode survei dengan tipe penelitian deskriptif ini merupakan sebuah metode yang digunakan untuk memperoleh data yang ada saat penelitian dilakukan. Adapun hal tersebut bertujuan untuk menjelaskan pembahasan dari permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Dengan menggunakan metode tersebut, maka peneliti akan melakukan survei dengan mengunjungi, menyebarkan kuesioner, dan mencari data sekunder yang berhubungan dengan komunitas balap mobil Jawa Timur Slalom

Community. Setelah itu, hasil penelitian akan dianalisis dan disajikan dalam

bentuk deskriptif.

3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan dalam penelitian yang dapat dioperasionalkan. Akan tetapi, dalam penelitian ini tidak membahas tentang hubungan antara variabel x dan variabel y. Penelitian ini membahas tentang motif anggota balap mobil Jawa Timur Slalom

(46)

demikian, motif akan dioperasionalkan sebagai penggerak atau dorongan yang ada dalam diri anggota balap mobil Jawa Timur Slalom Community yang menyebabkan bersikap maupun berperilaku setelah menonton film The Fast and

The Furious: Tokyo Drift. Adapun motif anggota balap mobil tersebut tidak akan

dapat dipisahkan dengan kebutuhan (needs) seseorang untuk melakukan sesuatu agar kebutuhan tersebut dapat dicapai.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah motif. Motif merupakan segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu untuk memuaskan kebutuhannya. Hal ini menunjukkan bahwa motif merupakan pemuasan kebutuhan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adapun pengukuran variabel motif ini menggunakan 3 indikator yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Motif kognitif

Motif kognitif ini merupakan motif tentang kebutuhan akan informasi yang up to date dan kebutuhan untuk mencapai tingkat tertentu yang diinginkan oleh anggota balap mobil Jawa Timur Slalom Community terhadap film The Fast and The Furious: Tokyo Drift. Adapun operasionalisasi dari indikator ini antara lain:

a. Anggota balap mobil ingin mengetahui informasi terkini tentang mobil balap yang ada;

(47)

c. Anggota balap mobil ingin mengetahui tentang sparepart mobil balap apa saja yang memiliki kualitas tinggi;

d. Anggota balap mobil ingin mengetahui tentang perbedaan budaya antara pembalap mobil Jepang dan Amerika;

e. Anggota balap mobil ingin mengetahui gaya hidup pembalap dan kebiasaan (tradisi) balap mobil di Jepang.

2. Motif identitas pribadi

Motif identitas pribadi (personal identity) ini merupakan motif tentang kebutuhan menggunakan media massa yang ada untuk memperkuat sesuatu yang penting dalam kehidupannya sendiri. Hal ini dapat ditunjukkan dengan motif anggota Jawa Timur Slalom Community yang ingin mengambil suatu pelajaran dari film The Fast and The Furious: Tokyo Drift untuk memperkuat posisinya dalam perannya di komunitas balapnya. Indikator ini dapat dioperasionalisasikan sebagai berikut:

a. Anggota balap mobil ingin memenuhi kebutuhan tentang hal-hal yang membuat seorang pembalap mobil meraih kemenangan dalam setiap perlombaannya;

b. Anggota balap mobil ingin sisi lain dari dunia balap, yaitu tentang kepribadian pembalap yang lebih baik dalam keikutsertaan di komunitasnya;

(48)

d. Anggota balap mobil ingin lebih menonjol perannya dalam komunitasnya setelah menonton film The Fast and The Furious: Tokyo Drift;

e. Anggota balap mobil ingin menjadi seseorang seperti yang ada di film The

Fast and The Furious: Tokyo Drift untuk meningkatkan popularitasnya di

dalam Jawa Timur Slalom Community. 3. Motif hiburan

Motif hiburan (diversi) merupakan sebuah motif tentang keinginan untuk melepaskan diri dari kejenuhan, tekanan, dan kebutuhan akan hiburan. Indikator ini dioperasionalisasikan sebagai berikut:

a. Anggota balap mobil ingin menghibur diri sendiri dari kejenuhan balap mobil dan aktivitasnya sehari-hari;

b. Anggota balap mobil ingin me-refresh pikirannya sejenak dengan melihat tontonan yang tidak jauh dari aktivitasnya sehari-hari;

c. Anggota balap mobil ingin mengisi waktu luang yang dimiliki dengan hal yang bermanfaat untuk aktivitasnya dalam melakukan balap mobil;

d. Anggota balap mobil ingin mengajak anggota keluarganya dalam menonton film The Fast and The Furious: Tokyo Drift untuk memberitahukan kepada anggota keluarganya tentang aktivitas balap mobilnya selama ini;

e. Anggota balap mobil ingin menonton film The Fast and The Furious:

Tokyo Drift dengan senang tanpa tekanan apapun, tidak seperti ketika

(49)

Adapun indikator-indikator tersebut akan disajikan melalui total skor dari seluruh jawaban responden atas pernyataan-pernyataan yang diajukan dalam kuesioner. Penyajian data tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1 TS (Tidak Setuju) diberi skor 2

S (Setuju) diberi skor 3

SS (Sangat Setuju) diberi skor 4

Dari pemberian skor di atas, maka nilai motif anggota balap mobil Jawa Timur Slalom Community akan digolongkan menjadi tiga tingkat, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Ketiga tingkat motif tersebut didasarkan pada jumlah skor jawaban masing-masing responden. Adapun cara membedakan ketiga tingkat tersebut menggunakan rumus berikut:

diinginkan yang

erval Jenjang

terendah jawaban

Skor tertinggi jawaban

Skor R

Range

/ int )

( = −

Keterangan:

Range : Batas dari semua tingkat

Skor tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pernyataan Skor terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item pernyataan Jenjang interval: 3

Berdasarkan rumus di atas, maka akan diperoleh lebar interval untuk mengetahui motif anggota balap Jawa Timur Slalom Community dalam menonton film The Fast and The Furious: Tokyo Drift yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

(50)

Tokyo Drift akan mencari informasi terkini tentang dunia balap. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

5 3 15 3 5 20 3 ) 1 5 ( ) 4 5 ( = = − = −

= x x

kognitif motif

Rendah : 5 – 10 Sedang : 11 – 15 Tinggi : 16 – 20

2. Pada motif identitas pribadi terdapat 5 pernyataan tentang anggota balap mobil Jawa Timur Slalom Community yang menggunakan film The Fast and

The Furious: Tokyo Drift untuk memperkuat posisinya dalam peran di

komunitas balapnya. Hal ini dilakukan agar orang lain di komunitas tersebut dapat melihatnya sebagai seseorang yang patut diperhitungkan keberadaannya, karena terkadang ada beberapa anggota dalam satu komunitas yang tidak diperhitungkan keberadaannya oleh anggota yang lain. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

5 3 15 3 5 20 3 ) 1 5 ( ) 4 5 ( = = − = −

= x x

pribadi identitas

motif

Rendah : 5 – 10 Sedang : 11 – 15 Tinggi : 16 – 20

3. Pada motif hiburan terdapat 5 pernyataan tentang keinginan anggota balap mobil Jawa Timur Slalom Community untuk melepaskan diri dari kejenuhan, tekanan, dan kebutuhan akan hiburan dengan menonton film The Fast and

(51)

membuat anggota balap mobil merasakan bebas, walau sebentar saja. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

5 3 15 3 5 20 3 ) 1 5 ( ) 4 5 ( = = − = −

= x x

hiburan motif

Rendah : 5 – 10 Sedang : 11 – 15 Tinggi : 16 – 20

Dari perhitungan di atas, selanjutnya yaitu ditarik sebuah kesimpulan dari

masing-masing indikator yang ada di masing-masing motif. Adapun kesimpulan

tersebut dibagi menjadi tiga kategori, antara lain:

1. Kategori tinggi, artinya bahwa motif anggota balap mobil Jawa Timur Slalom

Community sudah mampu mewakili mayoritas. Hal ini dapat dicontohkan seperti ini, jika motif kognitif berada dalam kategori tinggi, hal ini diartikan

bahwa motif kognitif atau keingintahuan anggota balap mobil Jawa Timur

Slalom Community lebih besar dibandingkan keinginan untuk menonjolkan diri sendiri dan keinginannya untuk mencari hiburan.

2. Kategori sedang, artinya bahwa motif anggota balap mobil Jawa Timur

Slalom Community dalam kategori pertengahan, sehingga belum mampu mewakili motif seluruh responden. Hal ini dapat dicontohkan, misal motif

identitas personal dalam kategori sedang, hal ini berarti keinginan anggota

balap mobil untuk menonjolkan pribadinya dalam komunitas dengan

menonton film The Fast and The Furious: Tokyo Drift tidaklah dapat dikatakan besar namun tidak pula dikatakan kecil, melainkan dalam skala

(52)

3. Kategori rendah, artinya bahwa motif tersebut bukanlah motif yang

mendasari anggota balap mobil Jawa Timur Slalom Community. Hal ini dikarenakan kategori rendah merupakan sisi minoritas yang ada dalam

komunitas tersebut. Misalnya jika motif diversi berkategori rendah, hal ini

dapat diartikan bahwa keinginan anggota balap mobil Jawa Timur Slalom

Community sangat rendah dalam menginginkan sebuah hiburan dengan menontin film The Fast and The Furious: Tokyo Drift.

3.2. Populasi dan Sampel

Berikut ini akan dijelaskan tentang populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini.

3.2.1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan setelah itu ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:61). Berdasarkan definisi tersebut, maka populasi dalam penelitian ini harus sesuai dengan karakteristik yang diinginkan oleh peneliti. Karakteristik populasi yang diinginkan peneliti yaitu yang berhubungan dengan balap mobil, karena objek yang diamati dalam penelitian ini adalah film The Fast and The Furious:

Tokyo Drift. Dengan demikian, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

(53)

3.2.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Sugiyono (2010: 62), sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Hal ini menunjukkan bahwa sampel merupakan beberapa bagian dari populasi. Dengan kata lain, sampel sudah pasti merupakan bagian dari populasi, sedangkan populasi belum tentu dapat menjadi sampel penelitian.

Kemudian untuk teknik pengambilan sampel, penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2008:218), purposive sampling

merupakan sebuah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Hal ini dilakukan karena sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi obyek atau situasi yang sedang diteliti.

Adapun kriteria tertentu selain merupakan anggota balap mobil Jawa Timur Slalom Community yang merupakan anggota aktif mengikuti kegiatan balap mobil. Hal ini dikarenakan keaktifan anggota balap mobil dalam seluruh kegiatan Jawa Timur Slalom Community akan membuat seseorang tersebut memiliki keinginan yang lebih besar untuk menonton film The Fast and The

Furious: Tokyo Drift. Dari 125 anggota Jawa Timur Slalom Community yang

tercatat, hanya ada 60 anggota aktif, seperti ditunjukkan pada Lampiran 2. Dengan demikian, jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 orang.

Untuk penelitian ini, peneliti menetapkan kriteria atau syarat kepada anggota populasi agar menjadi sampel, antara lain:

(54)

3. Pernah menonton film The Fast and The Furious: Tokyo Drift lebih dari satu kali.

Dari ketiga kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti tersebut, maka diperoleh jumlah 60 orang sebagai sampel penelitian. Keenam puluh orang tersebut yang kemudian menjadi responden dalam penelitian ini.

3.3. Sumber Data

Data untuk penelitian dapat dikumpulkan dari berbagai macam sumber yang ada. Menurut Silalahi (2009:289-291), sumber data dibedakan menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Sumber data primer, merupakan data yang dikumpulkan dari situasi aktual ketika suatu peristiwa terjadi secara langsung. Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil kuesioner.

2. Sumber data sekunder merupakan data-data yang dikumpulkan dari tangan kedua ataupun dari sumber-sumber lain yang ada. Contoh sumber data sekunder antara lain: komentar, interpretasi, dan pembahasan tentang data asli. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang dimiliki Jawa Timur Slalom Community.

3.4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(55)

Menurut Bungin (2005:134), observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian yang kemudian data tersebut dapat diamati oleh peneliti. Observasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap anggota balap mobil Jawa Timur Slalom Community yanga ada di Surabaya. Observasi dilakukan untuk mengetahui sikap, perilaku, dan opini para anggota balap mobil setelah menonton film The Fast and The Furious: Tokyo Drift.

2. Kuesioner

Menurut Silalahi (2009:296), kuesioner adalah salah satu teknik pengumpulan data yang efisien digunakan dalam penelitian jika syarat penelitian dan variabel yang diamati sudah jelas. Dalam penelitian ini, akan dibagikan kuesioner kepada para responden yang menjadi sampel penelitian untuk mendapatkan data yang valid.

3. Dokumenter

Menurut Bungin (2010: 121), metode pengumpulan data dengan metode dokumenter adalah dengan menelusuri data-data historis yang dimiliki oleh sebuah organisasi tertentu. Sebagian besar data yang tersedia berupa surat, catatan harian, laporan, dan sebagainya. Data-data historis tersebut merupakan data-data Jawa Timur Slalom Community.

Selanjutnya yaitu teknik analisis yang dilakukan setelah memperoleh hasil kuesioner adalah mendeskripsikan motif anggota balap mobil Jawa Timur Slalom

Community. Adapun teknik analisis tersebut yaitu mulai dari mengedit,

(56)

% 100 x N F P=

Keterangan: P: Persentase

F: Frekuensi responden N: Jumlah responden

(57)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Sejarah Per kembangan Film The Fast and The Furious

Film The Fast and The Furious merupakan serangkaian film aksi yang ceritanya berpusat pada balap jalanan ilegal dan perampokan. Film ini

Gambar

Gambar 2.1. berikut,
Gambar 2.2. The Learning Hierarchy (Hierarki Pembelajaran)
Gambar 2.3. Model Uses and Gratifications
Gambar 2.4. Kerangka Berfikir Penelitian Tentang Motif Menonton Film The Fast and The Furious: Tokyo Drift
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah, extension yang dibuat akan menerapkan Page Synthesis pada Google Chrome Extension. Page Synthesis digunakan

Dalam melaksanakan kegiatan observasi tersebut dapat memperoleh gambaran dari kegiatan guru pembimbing dalam pembelajaran dikelas, sehingga para mahasiswa dapat

Berdasarkan evaluasi pada siklus pertama, maka masih terdapat masalah yang dialami oleh huffadz dalam menguatkan akidah mereka. Masalah yang dialami oleh huffadz

untuk ibu.. d) Ruang bersalin dan alat pertolongan persalinan telah siap. e) Alat pertolongan untuk bayi baru lahir sudah siap. f) Kebutuhan fisik ibu telah terpenuhi. g) Ibu telah

This follows previous literature in this ield (see Deaton 2001, Ravallion and Chen 1997, Ravallion and Chen 2003, Adams 2004, and Miranti 2010) and is justiied for

Yettie Wandansari, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah memberikan saran dan petunjuk berharga ketika awal

berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kohesivitas kelompok dan. komunikasi interpersonal secara simultan

Dasar hukum pengembangan pariwisata yang sesuai dengan prinsip pengembangan adalah Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan tentang Pembangunan