• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIF REMAJA DALAM MENONTON FILM TENDANGAN DARI LANGIT (Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Dalam Menonton Film Tendangan Dari Langit di Kota Malang).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOTIF REMAJA DALAM MENONTON FILM TENDANGAN DARI LANGIT (Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Dalam Menonton Film Tendangan Dari Langit di Kota Malang)."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

Langit di Kota Malang)

S K R I P S I

Oleh :

CITRA RANI ANGGA RISWARI

NPM. 0843010069

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

(2)

Syukur Alhamdulillah kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan

Hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “ MOTIF REMAJA DALAM MENONTON FILM

TENDANGAN DARI LANGIT “ ( Studi Deskriptif Motif Remaja Dalam Menonton

Film Tendangan Dari Langit di kota Malang ) ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis

mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada bapak Ir. Didiek Tranggono. Msi

selaku dosen pembimbing yang selama ini dengan sabarnya memberikan bimbingan dan

masukan hingga terselesaikannya skripsi ini.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak

terkait dalam pelaksanaan skripsi ini antara lain yang terhormat :

1.

Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.

2.

Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si. Dekan Fisip – UPN “Veteran” Jawa Timur

3.

Bapak Juwito, S.sos, Msi. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

4.

Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi. Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi.

5.

Expecialy for My Big Family Mama, Papa, Mbak Nindi, Dek Rendy, Ms Deka,

Viatun, Cece Arin, koko Arif, Mb Pe yang senantiasa mensupport dan memotivasi

(3)

7.

For My Besties Ever Dewi, Sari, Anyuk, Nyak, Tika yang selama 6 tahun ini

banyak memberikan wejangan dan motivasi buat penulis.

8.

Teman – teman yang membantu penelitian selama di kota Malang Mirza, Dimas,

Yuda, Adit, Dek Rika sehingga penyebaran kuesionernya ini berjalan lancar.

9.

Keluarga besar Brother FC Papa, Mama, Kk Arvin, mb Ayu, Izam, Mb Anis,

Ndull Doni, yang selalu mendukung dan memberi masukan.

10.

Buat Gank Huru – Hara Deby, Putri, Cintyong, Widhi, Cinpink, Angel, Lisa,

Burky, Ratih, Momo, Sapi, Iconk yang selalu memeriahkan suasana dikala

penulis suntuk.

11.

Buat Amigos Club Lely. Wury, Leanda, Wida, Citra, Didi, Indra, Dandi, Yudo,

Fichi yang selalu menghiburku dan memberikan saran dan kritik sehingga

terselesaikan skripsi ini.

12.

Special for Keluarga besar KINNE Komunikasi dan teman – teman seangkatan

seperjuangan Ryo, Dori, Dodo, Indri, Desi yang gak capek – capeknya memberi

semangat dan motivasi hingga skripsi ini terselesaikan.

13.

Tak Lupa buat Alayers Mb Ade yang selalu memberikan bimbingan intensif dan

(4)

14.

Dienan Silmy, Hanung Bramantyo dan segenap kru Sinemart Picture yang tidak

keberatan untuk memberikan data – data yang mendukung penelitian ini kepada

penulis.

Penulis masih menyadari akan banyaknya kekurangan dari skripsi ini. Penulis

berharap kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi teman – teman jurusan Ilmu

Komunikasi, semua pihak umumnya, serta bagi penulis khususnya. Terima Kasih.

Wassalam’alaikum Wr. Wb

Surabaya, 26 November 2011

(5)

ABSTRAKSI

Citr a Rani, 0843010069, Motif Remaja Dalam Menonton Film Tendangan Dar i Langit ( Studi Deskr iptif Motif Remaja Dalam Menonton film Tendangan Dar i Langit di Kota Malang )

Perfilman Indonesia telah diramaikan oleh kehadiran beberapa sutradara muda dan berbakat, yang turut pula menghadirkan tema film yang beragam. Salah satu tema dan cerita film yang menarik bagi peneliti untuk dianalisi lebih mendalam adalah film yang bertema sepak bola yaitu Film Tendangan dari Langit (TDL). Hal ini muncul seiring dengan kompleksnya kebutuhan manusia, individu yang mulai aktif dalam menentukan media yang dapat menjadi sarana untuk dapat memenuhi kebutuha mereka.

Berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan media maka penelitian ini menggunakan teori Uses and Gratifictions, yang menunjukan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. Kebutuhan tersebut yakni kebutuhan akan informasi, identitas pribadi, integrasi & interaksi sosial, dan kebutuhan untuk melepaskan diri dari kejenuhan (hiburan).

Penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental

sampling, yaitu mencari sampel secara kebetulan. Jadi setiap remaja yang ditemui

mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel atau responden dalam penelitian. Penyebaran kuesioner dan wawancara dilakukan dengan berkunjung ke berbagai lembaga pendidikan seperti SMA dan Perguruan Tinggi dan juga Bioskop yang tersebar di kota Malang Raya.

Berdasarkan hasil dan pengolahan data yang didapatkan dari penyebaran kuesioner maka dapat diketahui bahwa sebagian besar remaja penonton film Tendangan Dari Langit yang didorong oleh motif kognitif, motif identitas personal, motif integrasi dan interaksi sosial dan motif diversi dalam penelitian ini tergolong pada kategori sedang. Kenyataan ini menunjukan bahwa pada dasarnya remaja dalam menonton film TDL kebutuhan akan masing – masing motif hanya sebagian saja yang terpenuhi. Sedangkan sebagian lainnya didorong oleh keinginan yang bervariasi diantaranya karena sekedar iseng atau hobi tanpa adanya motif yang mendorong remaja untuk menontonnya.

(6)

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR GAMBAR ………... viii

DAFTAR TABEL ………... ix

DAFTAR LAMPIRAN ……… xii

ABSTRAKSI ……… xiii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 13

1.3 Tujuan Penelitian ……… 14

1.4 Kegunaan Penelitian ……… 14

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ……… 15

2.1 Landasan Teori ………. 15

2.1.1 Film Sebagai Komunikasi Massa …………. 15

2.1.2 Perkembangan Film Di Indonesia …………. 18

2.1.3 Pengertian dan Deskriptif Motif …………. 19

2.1.4 Teori Kebutuhan ………. 22

2.1.5 Teori Uses and Gratifications ………. 23

2.1.6 Remaja Sebagai Khalayak ………. 25

2.1.7 Film Tendangan Dari Langit ………. 27

(7)

3.1.2 Pengukuran Variabel ……….... 34

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel………… 39

3.2.1 Populasi ……… 39

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ………….. 39

3.3 Teknik Pengumpulan Data ………. 41

3.4 Teknik Analisa Data ………. 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 43

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ……… 43

4.1.1 Gambaran Umum Remaja Kota Malang ……… 43

4.1.2 Gambaran Umum Film Tendangan Dari Langit ………... 44

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ……… 46

4.2.1 Identitas responden ……… 46

4.2.2 Motif responden Menonton Film Tendangan Dari Langit . 49 4.2.2.1 Motif Kognitif ……… 49

4.2.2.2 Motif Identitas Personal ……… 58

4.2.2.3 Motif Interaksi dan Integrasi sosial ……… 66

4.2.2.4 Motif Diversi ……….... 72

4.2.3 Kategorisasi Motif Kognitif, Motif Identitas Personal, Motif Interaksi dan Integrasi sosial, Motif Diversi …….. 81

4.2.4 Kategori Motif Secara Umum ……… 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….... 88

5.1 Kesimpulan ……… 88

5.2 Saran ……… 90

(8)
(9)

1.1 Latar Belakang Masa lah

Masyarakat di negara berkembang menemukan radio dan film sebelum

mereka berhadapan dengan media cetak, dan demikian wajar jika kita berharap

apabila kedua media ini memiliki signifikasi dan gambaran yang sangat hidup

(vividness) bagi negeri – negeri tersebut, karena mereka tidak pernah berada di

sebuah negeri dimana media cetak sudah jauh berkembang sebelum kemunculan

media audio visual. (Schramm 1964 : 123)

Media massa yang akan di bahas pada penelitian ini adalah Media Film.

Film hadir sebagai bagian dari kebudayaan massa yang muncul seiring dengan

perkembangan masyarakat perkotaan dan industri. Film menjadi bagian dari

media massa yang modern dan budaya massa yang populer. Film merupakan

pernyataan budaya yang melakukan komunikasi pesan dari pembuat film kepada

penonton ke seluruh daerah atau nasional, bahkan dunia.

Film menyampaikan sebuah cerita yang berasal dari hasil karya pikiran

manusia, sama seperti halnya dengan bahasa. Cerita yang terdapat dalam sebuah

film sama halnya dengan sebuah cerita atau kisah hidup yang dimiliki oleh

seorang manusia. Ini sama artinya dengan story telling yang merupakan bagian

dari pengalaman budaya, yang tidak dapat dipisahkan dari pembuat film, karena

(10)

Semakin maraknya perfilman Indonesia akhir-akhir ini bisa dikatakan

sebagai fenomena yang positif dalam industri film itu sendiri. Berdasarkan

pernyataan yang dirilis filmindonesia.or.id kini setidaknya hampir setiap minggu

bermunculan judul-judul film baru di setiap bioskop yang tersebar

seantero Indonesia. Hal itu juga yang membuat persaingan di industri film pun

kini semakin ketat. Demikian juga dapat memicu penonton untuk lebih selektif

lagi pada setiap judul yang ditawarkan.

Jalan satu-satunya terkadang promosi yang gencar di setiap media

(televisi,cetak ataupun radio) menjadi salah satu alternatif untuk menarik minat

penonton. Dilihat dari segi genre pun kini bisa dikatakan semakin beragam

walaupun selalu menghadirkan tema percintaan dan tetap horror yang menjadi

santapan utama di kancah perfilman Indonesia. Padahal tidak jarang tema-tema

lain yang berbumbu komedi pun harus disisipi diantara kedua tema tadi.

Setidaknya akan semakin beragam menu yang bisa dinikmati nantinya.

Produksi Film Indonesia mengalami pasang surut dari tahun ke tahun.

Sejak krisis ekonomi pada akhir 1997 dan awal 1998, produksi film Indonesia

mengalami penurunan. Tapi sejak tahun 2002 industri film Indonesia mulai

bangkit. Diawali dengan kemunculan Film Ada Apa Dengan Cinta. Jika dilihat

dari data dibawah ini mulai tahun 2002 jumlah produksi film naik menjadi 9 film.

Angka produksi tersebut terus naik hingga pada tahun 2005 dan 2006 menjadi 33

film. Kemudian pada tahun 2007 dan 2008 masih mengalami kenaikan masing

masing 53 film menjadi 75 film.(www.dapurfilm.com) diakses pada 5 Oktober

(11)

Perfilman Indonesia telah diramaikan oleh kehadiran beberapa sutradara

muda dan berbakat, yang turut pula menghadirkan tema film yang beragam. Hal

ini didukung oleh adanya tolak ukur yang telah dimiliki masing-masing sineas

dalam memilih cerita yang akan diangkat dalam filmnya. Salah satu tema dan

cerita film yang menarik bagi peneliti untuk dianalisi lebih mendalam adalah film

yang bertema sepak bola yaitu Film Tendangan dari Langit (TDL).

Film bertemakan olah raga sepak bola muncul kembali setelah Garuda Di

Dadaku (2009). Sebelumnya film yang bertemakan sepak bola ini diantaranya

adalah The Conductor, Romeo dan Julian, The Viking vs The Jack, Garuda di

Dadaku.(www.komunitasfilm.org) di akses 24 Oktober 2011.

Fenomena yang menarik adalah bahwa film – film yang bertemakan

olahraga sepak bola TDL tersebut lahir ditengah gonjang-ganjing dan kisruh

kepengurusan PSSI yang tengah bergejolak menghadapi Kongres yang sudah

mengalami 2 kali deadlock serta ditengah keterpurukan prestasi Nasional yang

semakin jauh dari harapan para pencinta Bola di Indonesia, PSSI tak kunjung

bangkit dari tidur panjangnya.(Kompas (29/9))

Hanung Bramantyo sang sutradara Film TDL ini berfikir apapun yang

terjadi natinya di dunia sepak bola Indonesia, mau kena sanksi atau buruknya

tidak akan ada lagi, Film ini akan tetap eksis. Karena Film itu sifatnya menangkap

momen. Film ini akan di tonton sebagai sebuah nostalgia. Bisa menjadi

monument, misalnya bila tidak ada lagi akhirnya bahwa dulu pernah ada Irfan,

Kim yang pernah besar. Apalagi kalau ternyata di kemudian hari Irfan bisa

(12)

menarik menjadi tema hiburan, karena sepakbola adalah sebuah drama yang tidak

bisa diramalkan akhir dan endingnya. Makannya akan tetap menjadi sebuah

drama yang menarik.( http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9734364) di akses

5 Oktober 2011

Hanung Bramantyo sang sutradara film TDL mengatakan “ Irfan Bachdim

buat saya sudah menjadi icon, icon anak muda dan bola. Dimana ini penting untuk

menarik minat masyarakat yang dulu tidak percaya sepak bola Indonesia. Dengan

sosoknya Irfan Bachdim, Gonzales, Bambang Pamungkas, Kim Kurniawan kita

jadi melihat kembali sepak bola Indonesia dalam sudut pandang yang berbeda.

Kita tidak bisa memungkiri, sebelum AFF, dimana ada Gonzales, Irfan Bachdim,

dll disitu menarik minat remaja – remaja Indonesia datang ke Gelora Bung Karno

dan melihat secara dekat. Dan fenomena itu penting bagi saya dan tentunya

bangsa sini, karena bola sudah mendapatkan kepercayaan kembali. Nah film ini

hadir untuk merespon kondisi itu, kondisi masyarakat yang mencintai bola.

Dimana kita berharap bola di Indonesia itu bisa menjadi tempat kita berteriak

bersama mencintai negeri ini. Kebetulan Irfan Bachdim sudah menjadi icon

remaja. Dan Irfan Bachdim dimiliki Persema. Itu aja, sesimpel itu. Kenapa harus

Irfan Bachdim bukan yang lain ?. Pertama Irfan Bachdim sudah menjadi icon

remaja. Dan itu penting buat saya, karena ke depan tidak ada tempat untuk anak –

anak muda kita meletakan nasionalisme, kecuali pertandingan sepakbola. Di

pertandingan sepakbola, kita bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan

serempak, dengan enak, dengan jujur tanpa ada yang memaksa. Kita bisa

(13)

http://dapurfilm.com/2011/07/hanung-bramantyo-ingin-menginspirasi-anak-muda-lewat-film-tendangan-dari-langit/ di akses 25 juli 2011.

Film yang bertemakan olahraga sepak bola ini banyak diminati oleh

penonton khususnya para remaja. Film TDL ini telah menjadi favorit para remaja

di Kota Malang. Malang merupakan kota asal bintang Yosi kristanto yang

memerankan tokoh Wahyu. Selain tokoh utama dari kota Malang film ini juga

menggunakan Irfan Bachdim dan Kim kurniawan bintang dari PERSEMA sebagai

icon. Film ini juga bersetting di kota Malang dan Bromo, jadi bisa dipastikan

antusiasme warga malang terhadap film garapan Sinemart Picture ini sangat

tinggi. Selama pemutaran di kota Malang, film ini meraih penonton teringgi.

Bahkan mereka rela antri dari pagi untuk bisa menonton Film Tendangan dari

Langit. Selain film ini sangat berkualitas dan bisa di nikmati semua kalangan,

sosok Yosi Kristanto yang merupakan arek malang menjadi daya tarik tersendiri.

http://www.sinemart.com/new/News.php?select=berita&sub=terbaru&action=vie

w&bID=706 di akses 5 Oktober 2011.

Film TDL ini di sutradarai oleh Sutradara terkenal Hanung Bramantyo

yang di produksi oleh Sinemart Picture. Mengenai penokohan Film TDL ini

banyak diperankan oleh aktor maupun aktris senoior seperti Yati Surachman,

Agus Kuncoro. Muda seperti Jordi Onsu, Joshua suherman, Maudy Ayunda

budayawan Sudjiwo Tedjo, pemeran utama hasil audisi Yosie Kristanto,

(14)

Film ini menceritakan tentang seorang remaja berusia 16 tahun bernama

Wahyu yang memiliki kemampuan luar biasa dalam bermain sepakbola. Ia tinggal

di Desa Langitan Lereng Gunung Bromo bersama ayahnya penjual minuman

hangat di kawasan wisata gunung api itu dan ibunya. Demi membahagiakan orang

tuanya, Wahyu memanfaatkan keahliannya dalam bermain bola dengan menjadi

pemain sewaan dan bermain bola dari satu tim desa ke tim desa lain dengan

bantuan Hasan, pamannya. Pak Darto ayah Wahyu tidak menyukai apa yang

dilakukan Wahyu.

Keahlian istimewanya tak sengaja dilihat oleh Coach Timo yang tengah

hiking bersama Matias di lereng Bromo. Timo kemudian menawari Wahyu untuk

dating ke Malang dan menjalani tes bersama Persema Malang. Berbagai ujian

dalam meraih kesempatan emas bermain bersama Irfan Bachdim dan Kim

Kurniawan di Persema Malang mendapat banyak halangan. Selain harus memilih

antara cintanya kepada Indah dan impiannya untuk bermain bola di jenjang yang

lebih tinggi, Wahyu juga harus mampu meyakinkan Pak Darto. Belum lagi

ternyata Hasan memiliki kepentingannya sendiri terhadap Wahyu.

Selain berbagai rintangan yang harus dihadapinya, layaknya seorang

pemain boola sebelum mencetak gol, wahyu juga harus mengahadapi tangtangan

terakhir dari dirinya sendiri. Sebuah penyakit yang biasa menyerang anak – anak

usia 16 tahun seperti Wahyu.

(http://www.sinemart.com/new/Movies.php?select=terbaru&sub=sinopsis&pID=1

(15)

Film ini mengambil latar belakang alam Gunung Bromo. Joke detailnya

sangat terlihat sekali seperti ketika memperlihatkan penjual peci dan tasbih serta

kelakar si penjual warung kopi. Logat bahasa daerahnya sagat kental sehingga

membuat film ini semakin menarik untuk di tonton percakapannya terutama untuk

penonoton yang berasal dari daaerah yang sama yaitu Malang dan sekitar Jawa

Timur.

Film TDL menjadi film terlaris pada akhir bulan ini. Sebagaimana data

resmi yang dirilis Filmindonesia.or.id, hingga saat ini, dari sejumlah film

Indonesia yang masih beredar dan diputar di sejumlah layar bioskop di Indonesia,

film Tendangan dari Langit masih menjadi pengumpul penonton terbanyak.

Dengan jumlah penonton, sejak pertama kali pertama diputar mencapai angka

449.368 penonton. Diikuti berikutnya, film Di Bawah Lindungan Ka'bah

(434.056), Get Married 3 (410.354), Lima Elang (151.509), Kejarlah Jodoh Kau

Kutangkap (139.182), dan Mudik (8.294).

Meskipun demikian, secara keseluruhan, sebagaimana data resmi yang

dikeluarkan PPFI, Blitzmegaplex, produser film dan sumber-sumber lainnya.

Hingga tahun berjalan sampai bulan Agustus ini akan terus diperbarui setiap

Minggu. 10 film Indonesia peringkat teratas dalam perolehan jumlah penonton

pada tahun 2011 berdasarkan tahun edar film.

Pesan – Pesan yang dismpaikan film TDL ini di kemas sangat rinci dan

berkesinambungan antara scene ke scene. Diantaranya pesan mengenai tulisan “

Never Give Up “ yang dituliskan coach Timo di Poster bergambar Irfan Bachdim

(16)

terlihat pada keakraban antara pemain yang sangat dekat dan terbuka. Sedangkan

pesan persatuan terlihat pada bahasa keseharian yang mereka pakai. Unsur politik

yang menjadi kritikan orang – orang yang sering muncul di media saat ini juga

ada dalam pesan yang disampaikan film TDL ini. Yaitu pada cletukan Pak Darto

(Sudjiwo Tedjo) “ tidak mungkin menjadi pemain sepak bola, banyak club yang

mendatangkan pemain asing, yang gampang di negri ini Cuma jadi maling dan

koruptor.

Pesan yang paling dalam yang ingin disampaikan oleh Pembuat Film ini

adalah bahwa untuk meraih mimpi, setiap orang dapat mempersonafikasikan

dirinya dengan Idolanya untuk meraih harapan. Ditengah persepakbolaan kita

yang sedang merosot hampir sampai ketitik Nadir, akibat minimnya prestasi dan

gonjang-ganjing kepengurusan yang tak kunjung usai Film ini memang punya arti

yang dalam bagi Insan persepakbolaan kita.

Diseluruh pelosok Tanah air, di Sabang sampai Merauke, tak terkecuali

dilereng-lereng bukit yang terjal, di ditepian Danau, di lembah dan ngarai, pelosok

terpencil sekalipun bibit-bibit sepakbola bisa didapatkan asal saja para pembina,

pengurus, Manajemen dan pencinta Olahraga sepakbola kita bisa jeli membuka

kesempatan bagi bibit-bibit potensial dengan melakukan pembinaan secara dini

kepada anak-anak darimanapun berasal diseluruh Indonesia tanpa membedakan

asal, usul, dan usulan, tak mencampur adukkan antara sepakbola dengan politik

(17)

Film TDL ini diharapkan memberikan motivasi dan inspirasi untuk para

remaja yaitu dengan kemasan menarik dan mengandung muatan – muatan yang

positif sehingga dapat memenuhi kebutuhan penontonnya. Sebagian besar remaja

di dunia ini hampir dapat dipastikan merupakan pecinta film. Terbukti dengan

antusiasme remaja ketika para kru dan pemain film mempromosikan filmnya di

kota – kota mereka tinggal. Maka dari itu film menjadi hal yang wajar ketika

diidentikan dengan para remaja.

Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang

motif remaja dalam menonton film Tendangan Dari Langit yang di produksi oleh

Sinemart Picture. Peneliti menganggap film-film karya sutradara Hanung

Bramantyo berusaha mengangkat realitas tentang para pecinta sepak bola dan

issue – issue politik yang tengah di bicarakan oleh masyarakat yang diproyeksikan

ke dalam layar. Semangat yang terkandung dalam film ini akan dapat memotivasi,

menginspirasi dan memberi semangat kepada para penontonnya, bahwa segalanya

bukan tidak mungkin, merealisasikan mimpi tidaklah mustahil, tentunya dengan

kerja keras dan semangat yang membara, dengan semangat “Change and

Challenge” impian akan bisa menjadi kenyataan

Menonton film merupakan sebuah kebutuhan remaja. Adapun kebutuhan –

kebutuhan yang dapat mendorong seseorang untuk menggunakan media tertentu

antara lain adalah adanya kebutuhan akan informasi (kognitif), kebutuhan akan

(18)

penting dalam kehidupan khalayak itu sendiri (identitas personal) (Rahmat , 2001

: 66).

Kebutuhan informasi ini merupakan kebutuhan seseorang untuk

mengetahui keadaan lingkungan sekitarnya, misalnya informasi tentang

kebutuhan idolanya atau bahkan informasi mengenai tips – tips belajar dan

berbagai informasi lainnya. Individu juga memerlukan motif integrasi dan

interaksi social dalam kehidupan sehari – hari. Untuk identitas personal, seorang

butuh untuk menonjolkan dirinya terhadap orang lain, misalnya dengan

menonjolkan kelebihannya. Selain itu seorang individu terkadang membutuhkan

hiburan untuk melepaskan ketegangannya dari aktifitasnya sehari – hari.

Kebutuhan – kebutuhan itulah yang akhirnya menimbulkan motif

seseorang untuk menggunakan media tertentu, adapun menurut Thornburg

(Effendy, 2000 : 34) motif merupaka sesuatu yang menggerakkan tingakh laku,

selain itu motif memberikan arah bagi tingkah laku, motif juga dapat

menimbulkan intensitas dalam bertindak, serta merupakan kunci pemuas

kebutuhan. Motif dapat timbul karena adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.

individu merespon kebutuhan tersebut dengan bertingkah laku, bertindak untuk

memenuhi kebutuhan tersebut melalui penggunaan media.

Motif kognitif dalam film TDL ini memberikan pengetahuan tentang tips

dan triks dalam bermain bola . Film ini juga memberikan pengetahuan tentang

proses seleksi pemain sepakbola profesional yang diselenggararakan oleh

PERSEMA. Mengetahui tentang usaha dan perjuangan yang dilakukan tokoh

(19)

sutradara Hanung Bramantyo, remaja juga ingin mengetahui sisi Point of

Viewnya. Film ini juga memperlihatkan bagaimana kehidupan sosial budaya

masyarakat Tengger, Bromo. Namun permasalahannya adalah remaja pada usia

15 – 19 tahun mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah tentang bagaimana

usaha dan perjuangan untuk menjadi pemain sepakbola profesional, dan mereka

tidak mengetahui bagaimana proses seleksi yang diselenggarakan oleh club – club

sepakbola terbesar di Indonesia.

(http://dapurfilm.com/2011/07/hanung-bramantyo-ingin-menginspirasi-anak-muda-lewat-film-tendangan-dari-langit/ di

akses 25 juli 2011

Motif identitas personal film TDL memberikan gambaran tentang nilai –

nilai pribadi yang penting bagi pribadi remaja, seperti menemukan model prilaku

atau Figure untuk dicontoh, menemukan pemahaman tentang menjalani realitas

social demi mendapatkan cita dan cinta, dapat menerapkan tips dan trik tersebut

dalam kehidupan sehari – hari. Permasalahannya, remaja cenderung untuk

memperkuat nilai – nilai pribadi yang di dominasi oleh teman, keluarga atau

media karena dalam mengidentitas diri, remaja di pengaruhi oleh orang lain

(Rakhmat,2005:100).

Motif Integrasi dan Interaksi Sosial, dengan menonton film TDL kita dapat

menemukan wacana tentang tampilan yang disajikan dalam film tersebut, seperti

kisah persahabatan yang di potretkan dalam film ini, bahasa keseharian yang

sangat merakyat untuk remaja Malang, dan perjalan tokoh utama yang penuh

halangan dan rintangan dalam meraih cita dan cintanya untuk menjadi bahan

(20)

permasalahannya adalah remaja cenderung melihat apa yang sedang hangat

dibicarakan oleh masyarakat dan kemudian di gunakan sebagai bahan

pembicaraan kepada teman – temannya agar terlihat exist.

(http://www.kulinet.com/artikel/fenomena+sosial+pergaulan+remaja/)

Motif diversi dalam menonton film TDL dapat memberikan hiburan

tersendiri bagi remaja karena dalam film ini ceritanya dikemas dengan menarik,

begitu pula para pemainnya. Ditampilkan pula para pemain yang masih fresh

seperti Joshua, jordi onus, dan Maudy Ayunda yang mempunyai daya tarik

tersendiri bagi para penontonya. Bahasa percakapan keseharian yang kocak dan

merakyat seperti perkataan yang menjadi khas Jawa Timur “ Jancok “ yang di

ucapkan berkali – kali oleh Pak Darto ayah dari tokoh utama akan memberikan

hiburan tersendiri bagi para penontonya.

(http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9734364). Permasalahan yang terjadi

dalam motif hiburan yang terjadi adalah remaja pada saat ini banyak disuguhkan

tontonan – tontonan yang tidak sehat seperti film – film yang berbau sex dan

pornografi. Untuk mencegah hal – hal yang tidak diinginkan banyak insane

perfilman menyuguhkan tontonan yang mempunyai unsur edukasi tinggi seperti

Tendangan Dari Langit ini.

(sofia-psy.staff.ugm.ac.id/files/remaja_dan_permasalahannya.doc )

Berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan media maka penelitian ini

menggunakan teori Uses and Gratifictions, yang menunjukan bahwa yang

menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan

(21)

sosial khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai

tujuan khusus (Effendy, 2003:289). Model ini tidak tertarik pada apa yang

dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan

seseorang terhadap media. Aggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan

media untuk memenuhi kebutuhannya.

Pada peneliian ini sampel yang akan diteliti adalah remaja karena memang

film TDL ini bergenre Remaja. Selain itu pada fase remaja merupakan masa

dimana mereka suka beraktifitas malam serta mempunyai tingkat keinginantahuan

yang tinggi terhadap sesuatu yang baru. Seperti yang dikataka oleh Monks et. Al

(2002 : 260) dalam bukunya Psikologi Perkembangan, bahwa remaja dibagi

menjadi tiga fase yaitu masa remaja awal (12 – 15 tahun). Masa remaja

pertengahan (16 – 18 tahun) dan masa remaja akhir (19 – 21 tahun). Istilah remaja

masih digunakan bagi mereka bahkan sampai usia 21 tahun, menunjukan bahwa

mereka masih pada tahap peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa.

Pada penelitian ini peneliti memilih lokasi di Malang. Pemilihan kota

Malang sebagai lokasi penelitian dikarenakan kota Malang adalah tempat lokasi

syuting dengan menggunakan icon PERSEMA club sepak bola dari Malang.

Selain itu pemeran utama dalam film ini berasal dari kota Malang sehingga dapat

dipastikan penonton terbanyaknya adalah para remaja di kota Malang karena

adanya proximity ( unsur kedekatan ) dari pemain utama dengan remaja kota

Malang.

(22)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diurikan di atas, maka

masalah yang diajukan adalah : “ Bagaimana motif remaja di kota Malang dalam

menonton film “Tendangan Dari Langit”?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motif

remaja di kota Malang dalam menonton film “ Tendangan Dari Langit “.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Secara Teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran pada

ilmu komunikasi dalam hal motif yang mendorong remaja di kota Malang

dalam menonton film Tendangan Dari langit.

2. Kegunaan Praktis

Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pembanding antara teori yang didapatkan dari pengenalan belajar dibangku

(23)

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Film hadir sebagai bagian kebudayaan massa yang muncul seiring dengan

perkembangan masyarakat perkotaan dan industri. Film menjadi bagian dari

media massa yang modern dan budaya massa yang populer. Film di bioskop, film

di televisi ataupun film di kaset video, merupakan pernyataan budaya yang berada

dalam bingkai berbagai seni (seperti halnya teater, drama atau peran, tari, musik

dan sebagainya) yang melakukan komunikasi pesan kepada penonton yang berada

diseluruh daerah atau nasional, bahkan dunia.

Film menyampaikan sebuah cerita yang berasal dari hasil karya pikiran

manusia, sama seperti halnya dengan bahasa. Cerita yang terdapat dalam sebuah

film sama halnya dengan sebuah cerita atau kisah hidup yang dimiliki oleh

seorang manusia. Sebuah kisah dapat terbentuk dari masing-masing fungsi sosial

yang berbeda. Ini sama artinya dengan story telling yang merupakan bagian dari

pengalaman budaya, yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena

semuanya memiliki kaitan dan bersifat hakiki. Karena itu, narasi juga dapat

digunakan sebagai fungsi sosial yang mendasar, dan sangat diperlukan oleh

kelompok masyarakat (Tumer:78).

Film adalah potret dari masyarakat dimana film itu dibuat. Film selalu

(24)

memproyeksikannya ke dalam layar (Sobur,2002:127). Ini menjadi salah satu

usaha yang dilakukan sebagian manusia untuk memiliki kenangan yang selalu

ingin di abadikan sepanjang hidupnya. Namun selalu ada waktu yang

lama-kelamaan akan menghapus kenangan tersebut dan kemudian itu tidak akan

menjadi abadi bagi siapapun, karena terdapat keterbatasan sebuah kenangan yang

ada dalam pikiran dan ingatan seseorang.

Menurut Victor C Mambor film sebagai dokumen kehidupan sosial sebuah

komunitas, akan mewakili realitas kelompok masyarakat pendukungnya itu. Baik

realitas dalam bentuk imajinasi maupun realitas dalam arti sebenarnya. Film

menunjukkan pada kita jejak-jejak yang ditinggalkan pada massa lampau, cara

menghadapi masa kini dan keinginan manusia terhadap masa yang akan datang,

sehingga dalam perkembangannya film bukan lagi sekedar usaha menampilkan

“citra bergerak” (moving images) namun juga telah di ikuti oleh muatan- muatan

kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi manusia atau gaya

hidup. Kehadiran sebuah film dapat memberi pengaruh yang beragam bagi

penontonnya. Sebuah film dapat memberikan pengaruh baik bagi penontonnya

atau bahkan sebaliknya, dapat memberi pengaruh buruk. Film mempunyai sifat

yang universal, sehingga film juga bisa mewakili citra atau identitas komunitas

tertentu, dan bahkan bisa membentuk sebuah komunitas tersendiri.(

www.situskunci.tripod.com )

Menurut Hill dan Gibson dalam Studi Film (1998:34) sebuah film

diproduksi untuk ditampilkan kepada penonton, dan akan bertahan jika penonton

(25)

struktur yang kreatif dan mendidik. Film sebagai media massa yang dapat

mempengaruhi khalayak, tidak hanya berperan untuk menampilkan hiburan bagi

penontonnya, namun juga sebagai media penerangan dan pendidikan. Film dapat

memberi pengaruh yang besar bagi jiwa manusia, karena film diproduksi secara

mekanik, bukan hanya sekedar secara elektronik seperti halnya film televisi

(Effendy,1993:206). Hal ini bisa juga disebabkan karena suasana di gedung

bioskop yang dapat menyebabkan pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah

film bisa lebih mudah untuk diterima secara personal.

Pengaruh film itu besar sekali terhadap jiwa manusia. Penonton tidak

hanya terpengaruh sewaktu atau selama duduk di dalam gedung bioskop, tetapi

terus sampai waktu yang cukup lama. Penonton film sering kali memposisikan

dirinya memiliki persamaan (mengidentifikasikan) seluruh pribadinya dengan

salah seorang pemain atau tokoh dalam film itu, seolah-olah dirinya dapat

memahami dan merasakan apa yang dipikirkan atau dialami oleh tokoh dalam

film tersebut, atau bahkan penonton akan merasa bahwa dirinya sendiri yang

sedang bermain dan berperan dalam cerita film yang ditontonnya itu (Effendy,

2003:208).

Menonton film merupakan sebuah kebutuhan remaja. Adapun kebutuhan –

kebutuhan yang dapat mendorong seseorang untuk menggunakan media tertentu

antara lain adalah adanya kebutuhan akan informasi (kognitif), kebutuhan akan

hiburan (diversi), kebutuhan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang

penting dalam kehidupan khalayak itu sendiri (identitas personal) (Rahmat , 2001

(26)

2.1.2 Per k embangan Film di Indonesia

Perfilman Indonesia dalam pertumbuhannya tidak mengalami fase-fase

kelahiran kembali yang cukup kuat, karena perfilman kita itu tidak mampu secara

dinamis mencangkok aspek penemuan dan pertumbuhan sains, estetika, dan

teknologi, di satu sisi, dan kenyataan sosial, ekonomi, politik dan budaya yang

tumbuh dan hidup dalam masyarakat dewasa ini di sisi lain. Hal ini tercerminkan

dalam tema, karakter, jenis film, dan sebagainya (Garin,1998:142)

Semakin maraknya perfilman Indonesia akhir-akhir ini bisa dikatakan

sebagai fenomena yang positif dalam industri film itu sendiri. Kini setidaknya

hampir setiap minggu bermunculan judul-judul film baru di setiap bioskop yang

tersebar seantero Indonesia. Hal itu juga yang membuat persaingan di industri

film pun kini semakin ketat. Demikian juga dapat memicu penonton untuk lebih

selektif lagi pada setiap judul yang ditawarkan.

Jalan satu-satunya terkadang promosi yang gencar di setiap media

(televisi,cetak ataupun radio) menjadi salah satu alternatif untuk menarik minat

penonton. Dilihat dari segi genre pun kini bisa dikatakan semakin beragam

walaupun selalu menghadirkan tema percintaan dan tetap horror yang menjadi

santapan utama di kancah perfilman Indonesia. Padahal tidak jarang tema-tema

lain yang berbumbu komedi pun harus disisipi diantara kedua tema tadi.

Setidaknya akan semakin beragam menu yang bisa dinikmati nantinya.

Produksi Film Indonesia mengalami pasang surut dari tahun ke tahun.

(27)

mengalami penurunan. Tapi sejak tahun 2002 industri film Indonesia mulai

bangkit. Diawali dengan kemunculan Film Ada Apa Dengan Cinta. Jika dilihat

dari data dibawah ini mulai tahun 2002 jumlah produksi film naik menjadi 9 film.

Angka produksi tersebut terus naik hingga pada tahun 2005 dan 2006 menjadi 33

film. Kemudian pada tahun 2007 dan 2008 masih mengalami kenaikan masing

masing 53 film menjadi 75 film.(www.dapurfilm.com).

Perfilman Indonesia telah diramaikan oleh kehadiran beberapa sutradara

muda dan berbakat, yang turut pula menghadirkan tema film yang beragam. Hal

ini didukung oleh adanya tolak ukur yang telah dimiliki masing-masing sineas

dalam memilih cerita yang akan diangkat dalam filmnya.

2.1.3 Penger tian dan Deskr iptif Motif

Menurut Gerungan, motif merupakan suatu pengertian yang mencakup

semua penggerak, alasan – alasan atau dorongan – dorongan dalam diri manusia

yang menyebabkan dia berbuat sesuatu. Disamping sebagai pendorong dari dalam

diri individu, motif juga mencakup pengertian tentang tujuan yang hendak

dicapai. Sehingga dapat dikatakan bahwa manusia berbuat sesuatu karena adanya

dorongan atau motif tertentu. Motif juga bertalian erat dengan suatu tujuan, suatu

cita – cita dalam artian semakin berharga suatu tujuan bagi yang bersangkutan,

semakin kuat pula motifnya. (Gerungan, 2002 : 40)

Motif tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan seseorang suatu organism

yang berbuat sesuatu, sedikit banyak ada kebutuhan didalam dirinya atau ada

sesuatu yang hendak dicapai. kebutuhan inilah yang menyebabkan timbulnya

(28)

individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena

didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya (Gerungan, 2002 :

140-142)

Dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia berbuat

sesuatu karena adanya dorongan atau motif, adapun menurut Purwanto Fungsi –

fungsi dari motif adalah sebagai berikut :

1. Motif sebagai pendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu

berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi atau

(kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu suatu tugas.

2. Motif menentukan arah perubahan, yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau

cita – cita.

3. Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan – perbuatan

mana yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan

mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

(Purwanto, 1990 : 70)

Motif dapat timbul karena adanya kebutuhan – kebutuhan yang harus

dipenuhi oleh seseorang dan dalam pengklasifikasiannya ada beberapa kategori

dalam motif tetapi dalam penelitian ini digunakan kategori motif menurut

McQuail (2002 : 72) yaitu :

1. Motif Informasi (Surveillance)

Motif ini berkenaan dengan individu untuk mencari berita atau informasi

tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat,

(29)

pendapat atau suatu pilihan, dorongan rasa ingin tahu, dorongan belajar serta

dorongan memperoleh rasa aman melalui pengetahuan yang didapat,

misalnya remaja di kota Malang ingin mengetahui tips dan triks dalam

bermain bola.

2. Motif identitas pribadi (personal Identity)

Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau

menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi. Khalayak

sendiri menemukan model perilaku, mengidentifikasi diri dengan nilai – nilai,

meningkatkan harga diri dan meningkatkan pemahaman diri, misalnya

menemukan model prilaku dari tokoh dalam film TDL yang menjadi inspirasi

buat mereka.

3. Motif integrasi dan Interaksi sosial (Personal Relationship)

Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk berhubungan dengan

orang lain atau suatu nilai tertentu, didalam mempertahankan norma – norma

sosial. Motif ini didasarkan oleh adanya keinginan setiap individu untuk

berafiliasi, misalnya ingin menjadikan segala wacana yang di peroleh dari

menonton film TDL sebagai bahan pembicaraan dengan pasangan, teman,

keluarga atau orang lain.

4. Motif Hiburan (Diversi)

Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri dari

permasalahan atau ketegangan, dorongan bersantai, memperoleh kenikmatan

jiwa dan penyaluran emosi. Misalnya, remaja di kota Malang melihat film

(30)

Berdasarkan motif – motif inilah yang kemudian mendorong individu

untuk memenuhi kebutuhannya dalam menonton film TDL. Jadi dalam penelitian

ini, penelitian hanya dibatasi pada motif yang mendorong individu untuk

memenuhi kebutuhan melalui film TDL.

2.1.4 Teor i Kebutuhan

Kebutuhan dapat di definisikan sebagai suatu kesenjangan atau

pertentangan yang dialami antara suatu kesenjangan dengan dorongan yang ada

dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut

akan menunjukan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi

maka pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai

manifestasi dari rasa puasnya.

Abraham Maslow mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia

adalah sebagai berikut (Mangkunegara, 2002):

1. Kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah

atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.

2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman,

bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.

3. Kebutuhan untuk rasa memiliki, yaitu kebutuha untuk ditrima oleh kelompok,

berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.

4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk di hormati, dan dihargai

(31)

5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk

menggunakan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat

dengan menggunakan ide – ide memberi penilaian dan kritik terhadap sesuatu.

2.1.5 Teor i Uses and Gratifications

Teori ini menjelaskan bahwa sebenarnya khalayak adalah pihak yang aktif.

Model Uses and Gratification tidak tertarik pada apa yang dilakukan media

kepada diri orang lain, tetapi lebih tertarik kepada apa yang dilakukan orang lain

terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media

untuk memenuhi kebutuhannya. (Rakhmat, 2001 : 65) jadi bisa dikatakan bahwa

pemilihan dan penggunaan media massa ditentukan oleh khalayak berdasarkan

kebutuhan – kebutuhan yang akan dipenuhi.

Model Uses and Gratification menunjukkan bahwa yang menjadi

permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku

khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial

khalayak (Effendy, 2000 : 209). Adapun asumsi – asumsi dasar dari model uses

and gratifications menurut Blummer dan Katz adalah :

1. Khalayak dianggap aktif, beararti sebagian penting dari penggunaan media

massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan

pemenuhan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota

khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber –sumber lain untuk memenuhi

(32)

tantangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini dapat

terpenuhi oleh konsumsi media, ini tergantung pada perilaku khalayak yang

bersangkutan.

4. Banyak tujuan pemilik media massa menganggap orang cukup mengerti untuk

melaporkan kepentingan dan motif pada situasi – situasi tertentu. Dalam

asumsi ini tersirat bahwa komunikasi massa adalah berguna (Utility), bahwa

konsumsi media diarahkan oleh motif (intentionality), dan bahwa perilaku

media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity), juga bahwa

khalayak sebenarnya keras kepala (stubborn).

5. Penilaian tentang arti cultural dari media massa harus ditangguhakn sebelum

diteliti terlebih dahulu orientasi khalayak. (Rakhmat, 2001 : 65)

Secara umum Katz, Gueviricth dan Haas dalam Effendy (2003:294)

berkeyakinan terhadap tipologi kebutuhan manusia yang berkaitan dengan media

yang di klasifikasikan dalam lima kelompok yaitu :

1. Conitive needs ( Kebutuhan kognitif ) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan

peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan.

2. Affective needs ( kebutuhan afektif )adalah kebutuhan yang berkaitan dengan

peneguhan pengalaman – pengalaman estetis, menyenangkan, dan emosional.

3. Personal Integrative needs ( kebutuhan pribadi secara integratif ) adalah

kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan,

stabilitas, dan status individual. Hal – hal tersebut di peroleh dari hasrat akan

(33)

4. Sosial integrative needs ( kebutuhan sosial secara integratif ) kebutuhan yang

berkaitan dengan peneguh kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal – hal

tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

5. Escaipst needs ( kebutuhan pelepasan ) adalah kebutuhan yang berkaitan

dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan

keanekaragaman

Kebutuhan terhadap media massa di penuhi melalui surat kabar, majalah,

radio, televisi, dan film. Baik dalam isi maupun melalui daya terpaannya

(exposure) secara konteks sosial temapat dimana terpaan berlangsung.

2.1.6 Remaja Sebagai Khalayak

Secara universal dan sederhana khalyak media dapat diartikan sebagai

sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton dan pemirsa

sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih di tekankan,

khalayak media ini memiliki beberapa kharakteristik yaitu memiliki jumlah besar,

bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan dalam

ikatan organisasi social sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat berubah

dengan cepat (Mc.Quail,1994:201).

Dalam penelitian ini khalayak yang dijadikan obyek penelitian adalah

remaja. Secara psikologis, remaja adalah suatu masa dimana individu mulai

terintegrasi beralih ke dalam masyarakat dewasa. Pada masa remaja

perkembangan intelektual juga sedang mengalami perkembangan yang sangat

pesat dalam aspek intelektual. Tranformasi intelektual dari cara berfikir remaja ini

(34)

masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol

dari semua perkembangan.

Seperti yang dikataka oleh Monks et. Al (2002 : 260) dalam bukunya

Psikologi Perkembangan, bahwa remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu masa

remaja awal (12 – 15 tahun). Masa remaja pertengahan (16 – 18 tahun) dan masa

remaja akhir (19 – 21 tahun). Istilah remaja masih digunakan bagi mereka bahkan

sampai usia 21 tahun, menunjukan bahwa mereka masih pada tahap peralihan dari

dunia remaja ke dunia dewasa.

Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan manusia yang

sangat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik.

Perkembangan intelektual yang terus menerus menyebabkan remaja mencapai

tahap berfikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja mampu

berfikir secara abstrak, menguji hipotesis dan mempertimbangkan apa saja

peluang yang ada padanya daripada sekedar melihat apa adanya. Kemampuan

intelektual ini membedakan fase remaja dari fase – fase sebelumnya (Ali, 2005 :

9) .Karena itulah pada fase ini remaja yang sedang mengalami perkembangan

intelektualnya menjadi haus akan informasi dan informasi bisa didapatkan dari

berbagai sumber yang termasuk diantaranya adalah media massa.

Menurut Gunarsa (1989) terdapat beberapa karakteristik remaja yang

dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu :

1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kelakuan dalam gerakan.

2. Ketidakstabilan emosi

(35)

4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.

5. Pertentangtan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan

– pertentangan dengan orang tua

6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup

memenuhi semuanya.

7. Senang bereksperimentasi.

8. Senang bereksplorasi.

9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan

10.Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan

berkelompok.

2.1.7 Film Tendangan Dar i Langit

1. Judul Film : Tendangan Dari Langit

2. Jenis Film : Drama

3. Produser : Leo Sutanto

4. Sutradara : Hanung Bramantyo

5. Produksi : Sinemart Picture

6. Tayang Perdana : 25 Agustus di Bioskop seluruh Indonesia

7. Pemain :

1. Yosie Kristanto 5. Irfan Bachdim 9. Kim Jeffrey Kurniawan

2. Maudy Ayunda 6. Giorgino Abraham 10. Jordi Onsu

3. Joshua Suherman 7. Agus Kuncoro 11. Sujiwo Tejo

(36)

8. Sinopsis Film

Film ini menceritakan tentang seorang remaja berusia 16 tahun bernama

Wahyu yang memiliki kemampuan luar biasa dalam bermain sepakbola. Ia tinggal

di Desa Langitan Lereng Gunung Bromo bersama ayahnya penjual minuman

hangat di kawasan wisata gunung api itu dan ibunya. Demi membahagiakan orang

tuanya, Wahyu memanfaatkan keahliannya dalam bermain bola dengan menjadi

pemain sewaan dan bermain bola dari satu tim desa ke tim desa lain dengan

bantuan Hasan, pamannya. Pak Darto ayah Wahyu tidak menyukai apa yang

dilakukan Wahyu.

Keahlian istimewanya tak sengaja dilihat oleh Coach Timo yang tengah

hiking bersama Matias di lereng Bromo. Timo kemudian menawari Wahyu untuk

dating ke Malang dan menjalani tes bersama Persema Malang. Berbagai ujian

dalam meraih kesempatan emas bermain bersama Irfan Bachdim dan Kim

Kurniawan di Persema Malang mendapat banyak halangan. Selain harus memilih

antara cintanya kepada Indah dan impiannya untuk bermain bola di jenjang yang

lebih tinggi, Wahyu juga harus mampu meyakinkan Pak Darto. Belum lagi

ternyata Hasan memiliki kepentingannya sendiri terhadap Wahyu.

Selain berbagai rintangan yang harus dihadapinya, layaknya seorang

pemain boola sebelum mencetak gol, wahyu juga harus mengahadapi tangtangan

terakhir dari dirinya sendiri. Sebuah penyakit yang biasa menyerang anak – anak

usia 16 tahun seperti Wahyu.

(http://www.sinemart.com/new/Movies.php?select=terbaru&sub=sinopsis&pID=1

(37)

2.2 Ker angka Berfikir

Film menyampaikan sebuah cerita yang berasal dari hasil karya pikiran

manusia, sama seperti halnya dengan bahasa. Cerita yang terdapat dalam sebuah

film sama halnya dengan sebuah cerita atau kisah hidup yang dimiliki oleh

seorang manusia. Sebuah kisah dapat terbentuk dari masing-masing fungsi sosial

yang berbeda. Ini sama artinya dengan story telling yang merupakan bagian dari

pengalaman budaya, yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena

semuanya memiliki kaitan dan bersifat hakiki. Karena itu, narasi juga dapat

digunakan sebagai fungsi sosial yang mendasar, dan sangat diperlukan oleh

kelompok masyarakat (Tumer:78).

Menonton film ” Tendangan Dari Langit ” merupakan kegiatan yang

bertujuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, baik kebutuhan berupa hiburan

maupun informasi. Menurut Mc Quail (2002:72) motif terdiri dari motif kognitif

yaitu kebutuhan akan informasi, motif identitas personal yaitu kebutuhan untuk

menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan yang penting dalam

kehidupan, dan motif integrasi dan interaksi sosial yaitu kebutuhan untuk merujuk

pada kelangsungan hubungan individu tersebut dengan orang lain serta motif

diversi yaitu kebutuhan akan mencari hiburan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada kerangka berfikir sebagai berikut :

Kebutuhan 1. Kebutuhan Kognitif 2. Kebuthan Afektif 3. Kebutuhan

Motif remaja Malang dalam menonton film Tendangan Dari Langit

1. Motif Informasi

Menonton Film Tendangan Dari Langit Analisis Deskriptif tentang Motif Remaja Malang Dalam K E S I

(38)
(39)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Var iabel

3.1.1. Definisi Operasional

Pada penelitian ini, peneliti tidak membicarakan hubungan antara variabel

sehingga tidak ada pengukuran variabel x dan y. Penelitian ini difokuskan pada

motif remaja Malang dalam menonton film Tendangan Dari Langit, sehingga

penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan type analisis

deskriptif untuk menggambarkan dan menjelaskan motif remaja tersebut. Dalam

hal ini motif dapat dioperasionalkan sebagai semua penggerak alasan – alasan atau

dorongan – dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan berbuat sesuatu.

Motif timbul karena adanya kebutuhan dengan kata lain motif merupakan ciri dari

kebutuhan.

Motif yang digunakan dalam penelitian ini adalah motif yang

dikemukakan oleh McQuail yaitu motif informasi, motif identitas personal, motif

integrasi dan interaksi sosial serta motif hiburan. Adapun indikator dari keempat

motif tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Motif Informasi (keinginan untuk mencari berita atau informasi)

Individu dalam menonton film “ Tendangan Dari Langit “ bertujuan untuk

(40)

a. Ingin mengetahui berbagai tips dan triks dalam bermain sepakbola yang

baik dan benar.

b. Ingin mengetahui proses seleksi pemain sepakbola profesional yang

diselenggararakan oleh PERSEMA.

c. Ingin mengetahui usaha dan perjuangan yang dilakukan tokoh utama

untuk menjadi pemain sepakbola professional.

d. Ingin mengetahui bagaimana kehidupan sosial & budaya masyarakat

Tengger, Bromo

e. Ingin mengetahui sosok pemain naturalisasi seperti Irfan Bachdim dan

Kim Kurniawan yang ada dalam PERSEMA

f. Ingin mengetahui point of view dari sutradara Hanung Bramantyo.

2. Motif identitas personal (keinginan untuk memperkuat atau menonjolkan

sesuatu dari dalam diri sendiri)

Dalam hal ini berkaitan dengan keinginan individu untuk memperkuat atau

menonjolkan sesuatu yang penting dalam diri sendiri, antara lain :

a. Untuk mengidentifikasi persamaan personal yang dialami tokoh dalam

film, dengan dirinya sendiri

b. Menemukan figure yang pantas dijadikan sebagai inspirator.

c. Menerapkan model perilaku dari tokoh yang ada dalam film sebagai

inspirasi mereka.

d. Menemukan pemahaman menjalani kehidupan untuk mendapatkan cita

(41)

e. Menerapkan tips & trik tersebut dalam kehidupan sehari – hari dalam hal

Olahraga.

3. Motif integrasi dan interaksi sosial (keinginan untuk berhunbungan dengan

orang lain atau suatu nilai tertentu)

Dalam hal ini berkaitan dengan keinginan individu untuk berhubungan dengan

orang lain atau suatu nilai tertentu, antara lain :

a. Dapat memotivasi sesama remaja tentang semangat meraih cita – cita

b. Untuk memupuk sportifitas dalam persahabatan.

c. Untuk memupuk sportifitas dalam kompetisi.

d. Ingin menjadikan segala wacana yang ada dalam film TDL sebagai bahan

pembicaraan dengan pasangan, teman, keluarga atau orang lain

4. Motif hiburan (keinginan untuk melepaskan diri dari kejenuhan)

Dalam hal ini berkaitan dengan keinginan individu untuk melepaskan diri dari

kejenuhan, antara lain :

a. Ingin melihat para pemain dalam film TDL yang menarik

b. Menonton di bioskop sebagai salah satu hiburan remaja perkotaan.

c. Ingin menikmati sountrack film yang dinyanyikan oleh Band Kotak.

d. Ingin melihat kota Malang sebagai salah satu lokasi syuting yang

mengandung unsure kedekatan.

e. Ingin melihat keadaan Bromo yang digunakan sebagai lokasi syuting dan

sebagai obyek wisata.

f. Ingin melepaskan diri dari kejenuhan, seperti kejenuhan dari rutinitas

(42)

3.1.2. Pengukuran Var iabel

Pengukuran motif ini diukur melalui pemberian skor dengan menggunakan

modifikasi model skala Likert (skala sikap). Metode ini merupakan metode

pengskalaan pernyataan sikap dengan menggunakan distribusi respon sebagai

dasar penentuan skalanya. Untuk melakukan pengskalaan dengan menggunakan

model ini, responden diberi daftar pernyataan mengenai motif dan setiap

pernyataan akan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh responden untuk

menyatakan ketidaksetujuannya (Singaribumbun, 1995:111). Pilihan jawaban

masing–masing pernyataan golongan dalam empat macam kategori, yaitu “Sangat

Tidak Setuju” (STS), “Tidak Setuju” (TS), “Setuju” (S), “Sangat Setuju” (SS).

Dalam penelitian ini tidak digunakan alternatif jawaban ragu–ragu

(undecided), alasannya menurut Hadi (2004:20) adalah sebagai berikut :

a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat

memberikan jawaban netral dan ragu–ragu. Kategori jawaban yang memiliki

arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrument.

b. Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab

ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu – ragu

akan kecenderungan jawabannya.

c. Disediakan jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian

hingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden.

Pada tahap selanjutnya, empat kategori jawaban diatas akan diberi nilai sesuai

dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian nilainya

(43)

Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1

Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2

Setuju (S) : diberi skor 3

Sangat Setuju (SS) : diberi skor 4

Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap item dari

tiap – tiap angket, sehingga diperoleh skor total dari setiap pernyataannya tersebut

untuk masing – masing individu. Selanjutnya, tiap – tiap indikator untuk motif

diukur melalui pernyataan – pernyataan yang terdapat pada angket. Kemudian

jawaban yang telah dipilih, diberi skor dan ditotal. Total skor dari tiap kategori,

dikategorikan kedalam 3 interval, yaitu rendah, sedang, tinggi. Penentuan interval

dilakukan dengan penggunaan range.

Range masing – masing kategori ditentukan dengan :

R (Range) = Skor tertinggi – Skor Terendah

jenjang yang diinginkan

Keterangan :

Range : batasan dari tiap tingkatan

Skor Tertinggi : perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item

pertanyaan

Skor terendah : perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item

pertanyaan

(44)

Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh tingkat interval untuk

mengetahui motif remaja Malang dalam menonton film tendangan Dari Langit,

untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Motif Kognitif

Pada motif kognitif terdapat 6 pertanyaan tentang responden yang

menonton film TDL, Ingin mengetahui tips dan triks dalam bermain bola yang

baik dan benar, Ingin mengetahui proses seleksi pemain sepakbola profesional

yang diselenggararakan oleh PERSEMA, Ingin mengetahui usaha dan perjuangan

yang dilakukan tokoh utama dalam film TDL demi menjadi pemain sepakbola

profesional. Ingin mengetahui bagaimana kehidupan sosial & budaya masyarakat

Tengger, Bromo. Ingin mengetahui sosok pemain naturalisasi yang ada dalam

PERSEMA. Ingin mengetahui point of view dari sutradara Hanung Bramantyo.

Motif informasi = ( 4 x 6 ) - ( 1 x 6 ) = (24 – 6) = 6

3 3

Rendah = 6 – 12

Sedang = 13 –18

Tinggi = 19 – 24

2. Motif Identitas Personal

Pada motif identitas personal terdapat 5 pertanyaan tentang responden

yang menonton film TDL, responden ingin mengidentifikasi persamaan personal

yang dialami tokoh dalam film, dengan dirinya sendiri. Menemukan figure yang

pantas dijadikan sebagai inspirator.Menerapkan model perilaku dari tokoh yang

(45)

kehidupan untuk mendapatkan cita dan cinta.Menerapkan tips & trik tersebut

dalam kehidupan sehari – hari dalam hal Olahraga.

Motif identitas personal = (4 x 5) – (1 x 5) = (20 – 5) = 5

3 3

Rendah = 5 – 9

Sedang = 10 – 15

Tinggi = 16 – 20

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial

Pada motif integrasi dan interaksi sosial terdapat 4 pertanyaan tentang

responden yang menonton film TDL, responden dapat memotivasi sesama remaja

tentang semangat meraih cita – cita, Untuk memupuk sportifitas dalam

persahabatan. Untuk memupuk sportifitas dalam kompetisi. Ingin menjadikan

segala wacana yang ada dalam film TDL sebagai bahan pembicaraan dengan

pasangan, teman, keluarga atau orang lain

Motif integrasi dan interaksi sosial = (4 x 4) – (1 x 4) = (16 – 4) = 4

3 3

Rendah = 4 – 8

Sedang = 9 – 12

Tinggi = 13 – 16

4. Motif hiburan

Pada motif Hiburan terdapat 6 pertanyaan tentang responden yang

menonton film TDL, responden ingin melihat para pemain dalam Film TDL yang

(46)

menikmati sountrack film yang dibawakan oleh band Kotak. Ingin melihat kota

Malang sebagai salah satu lokasi syuting yang mengandung unsure

kedekatan.Ingin melihat keadaan Bromo yang digunakan sebagai lokasi syuting

dan sebagai obyek wisata. Ingin melepaskan diri dari kejenuhan, seperti

kejenuhan dari rutinitas sehari – hari, adanya kesibukan di kampus atau dirumah.

Motif hiburan = (4 x 6) – (1x 6) = (24 – 6) = 6

3 3

Rendah = 6 – 12

Sedang = 13 – 18

Tinggi = 19 – 24

5. Motif secara keseluruhan

Pada motif secara keseluruhan terdapat 21 item pertanyaan tentang

responden dalam menonton film TDL. Maka selanjutnya diberi batasan – batasan

dalam menentukan lebar interval dalam pertanyaan yang akan dijawab yaitu

tinggi, sedang, rendah dengan menggunakan rumus :

Motif secara keseluruhan = (4x 21) – (1x 21) = ( 63 ) = 21

3 3

Rendah = 21 – 41

Sedang = 42 – 62

(47)

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel

3.2.1 Populasi

Dalam riset social, seorang periset tidak harus meriset seluruh obyek yang

dijadikan pengamatan. Hal ini disebabkan keterbatasan yang di miliki periset baik

biaya, waktu, tenaga. Kenyataannya periset dapat mempelajari, mempredeksi, dan

menjelaskan sifat – sifat suatu obyek atau fenomena hanya dengan mempelajari

dan mengamati sebagian dari obyek atau fenomena tersebut. Sebagian dari

keseluruhan obyek atau fenomena yang akan diamati inilah yang disebut sampel.

Sedangkan keseluruhan obyek atau fenomena yang akan diamati disebut

populasi.(Rachmat,2006:151).

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja kota Malang yang berusia

15 – 19 tahun dengan jumlah 94.145 jiwa yang tersebar dalam 5 wilayah

kecamatan yaitu Kecamatan Kedungkandang, Kecamatan Sukun, Kecamatan

Klojen, Kecamatan Blimbing, dan Kecamatan Lowokwaru ( Badan Pusat Statistik

Jawa Timur ).

3.2.2 Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan remaja di

Malang yang menonton film” Tendangan Dari Langit “. Adapun dalam

menentukan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan rumus Yamane, berikut penghitungan sampel menurut

(48)

N = N N.d² + 1

Keterangan :

N : Ukuran / besar populasi

N : Ukuran / besar sampel

d : Presisi ( derajat ketelitian 0,1 )

N = 94.145

94.145 (0,1)²+ 1

= 94.145

942,45

= 99,89 ( Angka ini kemudian dibulatkan menjadi 100 ) = 100 responden

Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling kebetulan atau

accidental sampling . Teknik ini adalah memilih siapa saja yang kebetulan

dijumpai untuk dijadikan sampel . Teknik ini digunakan, antara lain karena periset

merasa kesulitan untuk menemui responden atau karena topic yang diriset adalah

persoalan umum di mana semua orang mengetahuinya.Yakni mengenai dunia film

dimana hampir setiap orang remaja di dunia ini mempunyai perhatian lebih

terhadap film yang sedang gencar ditayangkan saat ini (Kriyantono,2009:158).

Untuk mendukung hal ini pada kuesioner terdapat pertanyaan saringan mengenai

(49)

3.3 Tek nik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini, menurut cara memperolehnya

dilakukan dengan dua pendekatan yaitu :

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang dikumpulkan dari responden. Data

primer dari penelitian ini diperoleh dari wawancara pada responden dengan

berdasarkan kuesioner yang terdiri dari pertanyaan – pertanyaan tertutup dan

terbuka.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari

lapangan. Data sekunder dikumpulakn melalui sumber – sumber informasi

kedua seperti perpustakaan, pusat pengolahan data, pusat penelitian, dan lain

sebagainya. Data sekunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk

melakukan analisis.

3.4 Tek nik Analisis Data

Penelitian ini menjelaskan variabel – variabel tanpa mencari korelasi satu

sama lainnya. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah

untuk mendeskripsikan motif remaja di kota Malang dalam menonton film “

Tendangan Dari Langit “. Pengolahan data dari hasil kuesioner tersebut terdiri

dari : mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut kedalam tabulasi data

untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif berdasarkan table frekuensi dari

setiap pertanyaan yang diajukan.

(50)

Keterangan :

P : Presentase Responden

F : Frekuensi Responden

N : Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang diinginkan

peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan

dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah diinterpretasikan. P = F x 100%

(51)

4.1 Gambar an Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Gambar an Umum Remaja Kota Malang.

Pada penelitian ini sampel

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 4.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh terhadap komitmen organisasi KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera Lasem ini dibuktikan dari hasil pengolahan komputer

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin penegak.. hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual.. Khususnya

Perbedaan dari skripsi dari Purwanti dengan yang peniliti tulis terletak pada obyek yang diteliti dimana peneliti lebih dalam meneliti sosok Saridin yang

Ketika pemilik persil baru yang mendapatkan peralihan hak kepemilikan persil dari jual beli dengan cara pelelangan tersebut bermaksud untuk mengajukan

Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio, Cash Ratio, dan Working Capital Turnover secara parsial terhadap Return on Assets pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa

Universitas Kristen Maranatha

Dalam rangka penyusunan skripsi, saya selaku mahasiswa jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha melakukan penelitian untuk mengetahui persepsi dari

Berdasarkan evaluasi pada siklus pertama, maka masih terdapat masalah yang dialami oleh huffadz dalam menguatkan akidah mereka. Masalah yang dialami oleh huffadz