Langit di Kota Malang)
S K R I P S I
Oleh :
CITRA RANI ANGGA RISWARI
NPM. 0843010069
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
Syukur Alhamdulillah kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “ MOTIF REMAJA DALAM MENONTON FILM
TENDANGAN DARI LANGIT “ ( Studi Deskriptif Motif Remaja Dalam Menonton
Film Tendangan Dari Langit di kota Malang ) ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis
mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada bapak Ir. Didiek Tranggono. Msi
selaku dosen pembimbing yang selama ini dengan sabarnya memberikan bimbingan dan
masukan hingga terselesaikannya skripsi ini.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak
terkait dalam pelaksanaan skripsi ini antara lain yang terhormat :
1.
Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.
2.
Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si. Dekan Fisip – UPN “Veteran” Jawa Timur
3.
Bapak Juwito, S.sos, Msi. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.
4.
Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi. Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi.
5.
Expecialy for My Big Family Mama, Papa, Mbak Nindi, Dek Rendy, Ms Deka,
Viatun, Cece Arin, koko Arif, Mb Pe yang senantiasa mensupport dan memotivasi
7.
For My Besties Ever Dewi, Sari, Anyuk, Nyak, Tika yang selama 6 tahun ini
banyak memberikan wejangan dan motivasi buat penulis.
8.
Teman – teman yang membantu penelitian selama di kota Malang Mirza, Dimas,
Yuda, Adit, Dek Rika sehingga penyebaran kuesionernya ini berjalan lancar.
9.
Keluarga besar Brother FC Papa, Mama, Kk Arvin, mb Ayu, Izam, Mb Anis,
Ndull Doni, yang selalu mendukung dan memberi masukan.
10.
Buat Gank Huru – Hara Deby, Putri, Cintyong, Widhi, Cinpink, Angel, Lisa,
Burky, Ratih, Momo, Sapi, Iconk yang selalu memeriahkan suasana dikala
penulis suntuk.
11.
Buat Amigos Club Lely. Wury, Leanda, Wida, Citra, Didi, Indra, Dandi, Yudo,
Fichi yang selalu menghiburku dan memberikan saran dan kritik sehingga
terselesaikan skripsi ini.
12.
Special for Keluarga besar KINNE Komunikasi dan teman – teman seangkatan
seperjuangan Ryo, Dori, Dodo, Indri, Desi yang gak capek – capeknya memberi
semangat dan motivasi hingga skripsi ini terselesaikan.
13.
Tak Lupa buat Alayers Mb Ade yang selalu memberikan bimbingan intensif dan
14.
Dienan Silmy, Hanung Bramantyo dan segenap kru Sinemart Picture yang tidak
keberatan untuk memberikan data – data yang mendukung penelitian ini kepada
penulis.
Penulis masih menyadari akan banyaknya kekurangan dari skripsi ini. Penulis
berharap kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi teman – teman jurusan Ilmu
Komunikasi, semua pihak umumnya, serta bagi penulis khususnya. Terima Kasih.
Wassalam’alaikum Wr. Wb
Surabaya, 26 November 2011
ABSTRAKSI
Citr a Rani, 0843010069, Motif Remaja Dalam Menonton Film Tendangan Dar i Langit ( Studi Deskr iptif Motif Remaja Dalam Menonton film Tendangan Dar i Langit di Kota Malang )
Perfilman Indonesia telah diramaikan oleh kehadiran beberapa sutradara muda dan berbakat, yang turut pula menghadirkan tema film yang beragam. Salah satu tema dan cerita film yang menarik bagi peneliti untuk dianalisi lebih mendalam adalah film yang bertema sepak bola yaitu Film Tendangan dari Langit (TDL). Hal ini muncul seiring dengan kompleksnya kebutuhan manusia, individu yang mulai aktif dalam menentukan media yang dapat menjadi sarana untuk dapat memenuhi kebutuha mereka.
Berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan media maka penelitian ini menggunakan teori Uses and Gratifictions, yang menunjukan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. Kebutuhan tersebut yakni kebutuhan akan informasi, identitas pribadi, integrasi & interaksi sosial, dan kebutuhan untuk melepaskan diri dari kejenuhan (hiburan).
Penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental
sampling, yaitu mencari sampel secara kebetulan. Jadi setiap remaja yang ditemui
mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel atau responden dalam penelitian. Penyebaran kuesioner dan wawancara dilakukan dengan berkunjung ke berbagai lembaga pendidikan seperti SMA dan Perguruan Tinggi dan juga Bioskop yang tersebar di kota Malang Raya.
Berdasarkan hasil dan pengolahan data yang didapatkan dari penyebaran kuesioner maka dapat diketahui bahwa sebagian besar remaja penonton film Tendangan Dari Langit yang didorong oleh motif kognitif, motif identitas personal, motif integrasi dan interaksi sosial dan motif diversi dalam penelitian ini tergolong pada kategori sedang. Kenyataan ini menunjukan bahwa pada dasarnya remaja dalam menonton film TDL kebutuhan akan masing – masing motif hanya sebagian saja yang terpenuhi. Sedangkan sebagian lainnya didorong oleh keinginan yang bervariasi diantaranya karena sekedar iseng atau hobi tanpa adanya motif yang mendorong remaja untuk menontonnya.
HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
KATA PENGANTAR ……… iii
DAFTAR ISI ……… vi
DAFTAR GAMBAR ………... viii
DAFTAR TABEL ………... ix
DAFTAR LAMPIRAN ……… xii
ABSTRAKSI ……… xiii
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1
1.2 Perumusan Masalah ……… 13
1.3 Tujuan Penelitian ……… 14
1.4 Kegunaan Penelitian ……… 14
BAB II KAJ IAN PUSTAKA ……… 15
2.1 Landasan Teori ………. 15
2.1.1 Film Sebagai Komunikasi Massa …………. 15
2.1.2 Perkembangan Film Di Indonesia …………. 18
2.1.3 Pengertian dan Deskriptif Motif …………. 19
2.1.4 Teori Kebutuhan ………. 22
2.1.5 Teori Uses and Gratifications ………. 23
2.1.6 Remaja Sebagai Khalayak ………. 25
2.1.7 Film Tendangan Dari Langit ………. 27
3.1.2 Pengukuran Variabel ……….... 34
3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel………… 39
3.2.1 Populasi ……… 39
3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ………….. 39
3.3 Teknik Pengumpulan Data ………. 41
3.4 Teknik Analisa Data ………. 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 43
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ……… 43
4.1.1 Gambaran Umum Remaja Kota Malang ……… 43
4.1.2 Gambaran Umum Film Tendangan Dari Langit ………... 44
4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ……… 46
4.2.1 Identitas responden ……… 46
4.2.2 Motif responden Menonton Film Tendangan Dari Langit . 49 4.2.2.1 Motif Kognitif ……… 49
4.2.2.2 Motif Identitas Personal ……… 58
4.2.2.3 Motif Interaksi dan Integrasi sosial ……… 66
4.2.2.4 Motif Diversi ……….... 72
4.2.3 Kategorisasi Motif Kognitif, Motif Identitas Personal, Motif Interaksi dan Integrasi sosial, Motif Diversi …….. 81
4.2.4 Kategori Motif Secara Umum ……… 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….... 88
5.1 Kesimpulan ……… 88
5.2 Saran ……… 90
1.1 Latar Belakang Masa lah
Masyarakat di negara berkembang menemukan radio dan film sebelum
mereka berhadapan dengan media cetak, dan demikian wajar jika kita berharap
apabila kedua media ini memiliki signifikasi dan gambaran yang sangat hidup
(vividness) bagi negeri – negeri tersebut, karena mereka tidak pernah berada di
sebuah negeri dimana media cetak sudah jauh berkembang sebelum kemunculan
media audio visual. (Schramm 1964 : 123)
Media massa yang akan di bahas pada penelitian ini adalah Media Film.
Film hadir sebagai bagian dari kebudayaan massa yang muncul seiring dengan
perkembangan masyarakat perkotaan dan industri. Film menjadi bagian dari
media massa yang modern dan budaya massa yang populer. Film merupakan
pernyataan budaya yang melakukan komunikasi pesan dari pembuat film kepada
penonton ke seluruh daerah atau nasional, bahkan dunia.
Film menyampaikan sebuah cerita yang berasal dari hasil karya pikiran
manusia, sama seperti halnya dengan bahasa. Cerita yang terdapat dalam sebuah
film sama halnya dengan sebuah cerita atau kisah hidup yang dimiliki oleh
seorang manusia. Ini sama artinya dengan story telling yang merupakan bagian
dari pengalaman budaya, yang tidak dapat dipisahkan dari pembuat film, karena
Semakin maraknya perfilman Indonesia akhir-akhir ini bisa dikatakan
sebagai fenomena yang positif dalam industri film itu sendiri. Berdasarkan
pernyataan yang dirilis filmindonesia.or.id kini setidaknya hampir setiap minggu
bermunculan judul-judul film baru di setiap bioskop yang tersebar
seantero Indonesia. Hal itu juga yang membuat persaingan di industri film pun
kini semakin ketat. Demikian juga dapat memicu penonton untuk lebih selektif
lagi pada setiap judul yang ditawarkan.
Jalan satu-satunya terkadang promosi yang gencar di setiap media
(televisi,cetak ataupun radio) menjadi salah satu alternatif untuk menarik minat
penonton. Dilihat dari segi genre pun kini bisa dikatakan semakin beragam
walaupun selalu menghadirkan tema percintaan dan tetap horror yang menjadi
santapan utama di kancah perfilman Indonesia. Padahal tidak jarang tema-tema
lain yang berbumbu komedi pun harus disisipi diantara kedua tema tadi.
Setidaknya akan semakin beragam menu yang bisa dinikmati nantinya.
Produksi Film Indonesia mengalami pasang surut dari tahun ke tahun.
Sejak krisis ekonomi pada akhir 1997 dan awal 1998, produksi film Indonesia
mengalami penurunan. Tapi sejak tahun 2002 industri film Indonesia mulai
bangkit. Diawali dengan kemunculan Film Ada Apa Dengan Cinta. Jika dilihat
dari data dibawah ini mulai tahun 2002 jumlah produksi film naik menjadi 9 film.
Angka produksi tersebut terus naik hingga pada tahun 2005 dan 2006 menjadi 33
film. Kemudian pada tahun 2007 dan 2008 masih mengalami kenaikan masing
masing 53 film menjadi 75 film.(www.dapurfilm.com) diakses pada 5 Oktober
Perfilman Indonesia telah diramaikan oleh kehadiran beberapa sutradara
muda dan berbakat, yang turut pula menghadirkan tema film yang beragam. Hal
ini didukung oleh adanya tolak ukur yang telah dimiliki masing-masing sineas
dalam memilih cerita yang akan diangkat dalam filmnya. Salah satu tema dan
cerita film yang menarik bagi peneliti untuk dianalisi lebih mendalam adalah film
yang bertema sepak bola yaitu Film Tendangan dari Langit (TDL).
Film bertemakan olah raga sepak bola muncul kembali setelah Garuda Di
Dadaku (2009). Sebelumnya film yang bertemakan sepak bola ini diantaranya
adalah The Conductor, Romeo dan Julian, The Viking vs The Jack, Garuda di
Dadaku.(www.komunitasfilm.org) di akses 24 Oktober 2011.
Fenomena yang menarik adalah bahwa film – film yang bertemakan
olahraga sepak bola TDL tersebut lahir ditengah gonjang-ganjing dan kisruh
kepengurusan PSSI yang tengah bergejolak menghadapi Kongres yang sudah
mengalami 2 kali deadlock serta ditengah keterpurukan prestasi Nasional yang
semakin jauh dari harapan para pencinta Bola di Indonesia, PSSI tak kunjung
bangkit dari tidur panjangnya.(Kompas (29/9))
Hanung Bramantyo sang sutradara Film TDL ini berfikir apapun yang
terjadi natinya di dunia sepak bola Indonesia, mau kena sanksi atau buruknya
tidak akan ada lagi, Film ini akan tetap eksis. Karena Film itu sifatnya menangkap
momen. Film ini akan di tonton sebagai sebuah nostalgia. Bisa menjadi
monument, misalnya bila tidak ada lagi akhirnya bahwa dulu pernah ada Irfan,
Kim yang pernah besar. Apalagi kalau ternyata di kemudian hari Irfan bisa
menarik menjadi tema hiburan, karena sepakbola adalah sebuah drama yang tidak
bisa diramalkan akhir dan endingnya. Makannya akan tetap menjadi sebuah
drama yang menarik.( http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9734364) di akses
5 Oktober 2011
Hanung Bramantyo sang sutradara film TDL mengatakan “ Irfan Bachdim
buat saya sudah menjadi icon, icon anak muda dan bola. Dimana ini penting untuk
menarik minat masyarakat yang dulu tidak percaya sepak bola Indonesia. Dengan
sosoknya Irfan Bachdim, Gonzales, Bambang Pamungkas, Kim Kurniawan kita
jadi melihat kembali sepak bola Indonesia dalam sudut pandang yang berbeda.
Kita tidak bisa memungkiri, sebelum AFF, dimana ada Gonzales, Irfan Bachdim,
dll disitu menarik minat remaja – remaja Indonesia datang ke Gelora Bung Karno
dan melihat secara dekat. Dan fenomena itu penting bagi saya dan tentunya
bangsa sini, karena bola sudah mendapatkan kepercayaan kembali. Nah film ini
hadir untuk merespon kondisi itu, kondisi masyarakat yang mencintai bola.
Dimana kita berharap bola di Indonesia itu bisa menjadi tempat kita berteriak
bersama mencintai negeri ini. Kebetulan Irfan Bachdim sudah menjadi icon
remaja. Dan Irfan Bachdim dimiliki Persema. Itu aja, sesimpel itu. Kenapa harus
Irfan Bachdim bukan yang lain ?. Pertama Irfan Bachdim sudah menjadi icon
remaja. Dan itu penting buat saya, karena ke depan tidak ada tempat untuk anak –
anak muda kita meletakan nasionalisme, kecuali pertandingan sepakbola. Di
pertandingan sepakbola, kita bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan
serempak, dengan enak, dengan jujur tanpa ada yang memaksa. Kita bisa
http://dapurfilm.com/2011/07/hanung-bramantyo-ingin-menginspirasi-anak-muda-lewat-film-tendangan-dari-langit/ di akses 25 juli 2011.
Film yang bertemakan olahraga sepak bola ini banyak diminati oleh
penonton khususnya para remaja. Film TDL ini telah menjadi favorit para remaja
di Kota Malang. Malang merupakan kota asal bintang Yosi kristanto yang
memerankan tokoh Wahyu. Selain tokoh utama dari kota Malang film ini juga
menggunakan Irfan Bachdim dan Kim kurniawan bintang dari PERSEMA sebagai
icon. Film ini juga bersetting di kota Malang dan Bromo, jadi bisa dipastikan
antusiasme warga malang terhadap film garapan Sinemart Picture ini sangat
tinggi. Selama pemutaran di kota Malang, film ini meraih penonton teringgi.
Bahkan mereka rela antri dari pagi untuk bisa menonton Film Tendangan dari
Langit. Selain film ini sangat berkualitas dan bisa di nikmati semua kalangan,
sosok Yosi Kristanto yang merupakan arek malang menjadi daya tarik tersendiri.
http://www.sinemart.com/new/News.php?select=berita&sub=terbaru&action=vie
w&bID=706 di akses 5 Oktober 2011.
Film TDL ini di sutradarai oleh Sutradara terkenal Hanung Bramantyo
yang di produksi oleh Sinemart Picture. Mengenai penokohan Film TDL ini
banyak diperankan oleh aktor maupun aktris senoior seperti Yati Surachman,
Agus Kuncoro. Muda seperti Jordi Onsu, Joshua suherman, Maudy Ayunda
budayawan Sudjiwo Tedjo, pemeran utama hasil audisi Yosie Kristanto,
Film ini menceritakan tentang seorang remaja berusia 16 tahun bernama
Wahyu yang memiliki kemampuan luar biasa dalam bermain sepakbola. Ia tinggal
di Desa Langitan Lereng Gunung Bromo bersama ayahnya penjual minuman
hangat di kawasan wisata gunung api itu dan ibunya. Demi membahagiakan orang
tuanya, Wahyu memanfaatkan keahliannya dalam bermain bola dengan menjadi
pemain sewaan dan bermain bola dari satu tim desa ke tim desa lain dengan
bantuan Hasan, pamannya. Pak Darto ayah Wahyu tidak menyukai apa yang
dilakukan Wahyu.
Keahlian istimewanya tak sengaja dilihat oleh Coach Timo yang tengah
hiking bersama Matias di lereng Bromo. Timo kemudian menawari Wahyu untuk
dating ke Malang dan menjalani tes bersama Persema Malang. Berbagai ujian
dalam meraih kesempatan emas bermain bersama Irfan Bachdim dan Kim
Kurniawan di Persema Malang mendapat banyak halangan. Selain harus memilih
antara cintanya kepada Indah dan impiannya untuk bermain bola di jenjang yang
lebih tinggi, Wahyu juga harus mampu meyakinkan Pak Darto. Belum lagi
ternyata Hasan memiliki kepentingannya sendiri terhadap Wahyu.
Selain berbagai rintangan yang harus dihadapinya, layaknya seorang
pemain boola sebelum mencetak gol, wahyu juga harus mengahadapi tangtangan
terakhir dari dirinya sendiri. Sebuah penyakit yang biasa menyerang anak – anak
usia 16 tahun seperti Wahyu.
(http://www.sinemart.com/new/Movies.php?select=terbaru&sub=sinopsis&pID=1
Film ini mengambil latar belakang alam Gunung Bromo. Joke detailnya
sangat terlihat sekali seperti ketika memperlihatkan penjual peci dan tasbih serta
kelakar si penjual warung kopi. Logat bahasa daerahnya sagat kental sehingga
membuat film ini semakin menarik untuk di tonton percakapannya terutama untuk
penonoton yang berasal dari daaerah yang sama yaitu Malang dan sekitar Jawa
Timur.
Film TDL menjadi film terlaris pada akhir bulan ini. Sebagaimana data
resmi yang dirilis Filmindonesia.or.id, hingga saat ini, dari sejumlah film
Indonesia yang masih beredar dan diputar di sejumlah layar bioskop di Indonesia,
film Tendangan dari Langit masih menjadi pengumpul penonton terbanyak.
Dengan jumlah penonton, sejak pertama kali pertama diputar mencapai angka
449.368 penonton. Diikuti berikutnya, film Di Bawah Lindungan Ka'bah
(434.056), Get Married 3 (410.354), Lima Elang (151.509), Kejarlah Jodoh Kau
Kutangkap (139.182), dan Mudik (8.294).
Meskipun demikian, secara keseluruhan, sebagaimana data resmi yang
dikeluarkan PPFI, Blitzmegaplex, produser film dan sumber-sumber lainnya.
Hingga tahun berjalan sampai bulan Agustus ini akan terus diperbarui setiap
Minggu. 10 film Indonesia peringkat teratas dalam perolehan jumlah penonton
pada tahun 2011 berdasarkan tahun edar film.
Pesan – Pesan yang dismpaikan film TDL ini di kemas sangat rinci dan
berkesinambungan antara scene ke scene. Diantaranya pesan mengenai tulisan “
Never Give Up “ yang dituliskan coach Timo di Poster bergambar Irfan Bachdim
terlihat pada keakraban antara pemain yang sangat dekat dan terbuka. Sedangkan
pesan persatuan terlihat pada bahasa keseharian yang mereka pakai. Unsur politik
yang menjadi kritikan orang – orang yang sering muncul di media saat ini juga
ada dalam pesan yang disampaikan film TDL ini. Yaitu pada cletukan Pak Darto
(Sudjiwo Tedjo) “ tidak mungkin menjadi pemain sepak bola, banyak club yang
mendatangkan pemain asing, yang gampang di negri ini Cuma jadi maling dan
koruptor.
Pesan yang paling dalam yang ingin disampaikan oleh Pembuat Film ini
adalah bahwa untuk meraih mimpi, setiap orang dapat mempersonafikasikan
dirinya dengan Idolanya untuk meraih harapan. Ditengah persepakbolaan kita
yang sedang merosot hampir sampai ketitik Nadir, akibat minimnya prestasi dan
gonjang-ganjing kepengurusan yang tak kunjung usai Film ini memang punya arti
yang dalam bagi Insan persepakbolaan kita.
Diseluruh pelosok Tanah air, di Sabang sampai Merauke, tak terkecuali
dilereng-lereng bukit yang terjal, di ditepian Danau, di lembah dan ngarai, pelosok
terpencil sekalipun bibit-bibit sepakbola bisa didapatkan asal saja para pembina,
pengurus, Manajemen dan pencinta Olahraga sepakbola kita bisa jeli membuka
kesempatan bagi bibit-bibit potensial dengan melakukan pembinaan secara dini
kepada anak-anak darimanapun berasal diseluruh Indonesia tanpa membedakan
asal, usul, dan usulan, tak mencampur adukkan antara sepakbola dengan politik
Film TDL ini diharapkan memberikan motivasi dan inspirasi untuk para
remaja yaitu dengan kemasan menarik dan mengandung muatan – muatan yang
positif sehingga dapat memenuhi kebutuhan penontonnya. Sebagian besar remaja
di dunia ini hampir dapat dipastikan merupakan pecinta film. Terbukti dengan
antusiasme remaja ketika para kru dan pemain film mempromosikan filmnya di
kota – kota mereka tinggal. Maka dari itu film menjadi hal yang wajar ketika
diidentikan dengan para remaja.
Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang
motif remaja dalam menonton film Tendangan Dari Langit yang di produksi oleh
Sinemart Picture. Peneliti menganggap film-film karya sutradara Hanung
Bramantyo berusaha mengangkat realitas tentang para pecinta sepak bola dan
issue – issue politik yang tengah di bicarakan oleh masyarakat yang diproyeksikan
ke dalam layar. Semangat yang terkandung dalam film ini akan dapat memotivasi,
menginspirasi dan memberi semangat kepada para penontonnya, bahwa segalanya
bukan tidak mungkin, merealisasikan mimpi tidaklah mustahil, tentunya dengan
kerja keras dan semangat yang membara, dengan semangat “Change and
Challenge” impian akan bisa menjadi kenyataan
Menonton film merupakan sebuah kebutuhan remaja. Adapun kebutuhan –
kebutuhan yang dapat mendorong seseorang untuk menggunakan media tertentu
antara lain adalah adanya kebutuhan akan informasi (kognitif), kebutuhan akan
penting dalam kehidupan khalayak itu sendiri (identitas personal) (Rahmat , 2001
: 66).
Kebutuhan informasi ini merupakan kebutuhan seseorang untuk
mengetahui keadaan lingkungan sekitarnya, misalnya informasi tentang
kebutuhan idolanya atau bahkan informasi mengenai tips – tips belajar dan
berbagai informasi lainnya. Individu juga memerlukan motif integrasi dan
interaksi social dalam kehidupan sehari – hari. Untuk identitas personal, seorang
butuh untuk menonjolkan dirinya terhadap orang lain, misalnya dengan
menonjolkan kelebihannya. Selain itu seorang individu terkadang membutuhkan
hiburan untuk melepaskan ketegangannya dari aktifitasnya sehari – hari.
Kebutuhan – kebutuhan itulah yang akhirnya menimbulkan motif
seseorang untuk menggunakan media tertentu, adapun menurut Thornburg
(Effendy, 2000 : 34) motif merupaka sesuatu yang menggerakkan tingakh laku,
selain itu motif memberikan arah bagi tingkah laku, motif juga dapat
menimbulkan intensitas dalam bertindak, serta merupakan kunci pemuas
kebutuhan. Motif dapat timbul karena adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.
individu merespon kebutuhan tersebut dengan bertingkah laku, bertindak untuk
memenuhi kebutuhan tersebut melalui penggunaan media.
Motif kognitif dalam film TDL ini memberikan pengetahuan tentang tips
dan triks dalam bermain bola . Film ini juga memberikan pengetahuan tentang
proses seleksi pemain sepakbola profesional yang diselenggararakan oleh
PERSEMA. Mengetahui tentang usaha dan perjuangan yang dilakukan tokoh
sutradara Hanung Bramantyo, remaja juga ingin mengetahui sisi Point of
Viewnya. Film ini juga memperlihatkan bagaimana kehidupan sosial budaya
masyarakat Tengger, Bromo. Namun permasalahannya adalah remaja pada usia
15 – 19 tahun mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah tentang bagaimana
usaha dan perjuangan untuk menjadi pemain sepakbola profesional, dan mereka
tidak mengetahui bagaimana proses seleksi yang diselenggarakan oleh club – club
sepakbola terbesar di Indonesia.
(http://dapurfilm.com/2011/07/hanung-bramantyo-ingin-menginspirasi-anak-muda-lewat-film-tendangan-dari-langit/ di
akses 25 juli 2011
Motif identitas personal film TDL memberikan gambaran tentang nilai –
nilai pribadi yang penting bagi pribadi remaja, seperti menemukan model prilaku
atau Figure untuk dicontoh, menemukan pemahaman tentang menjalani realitas
social demi mendapatkan cita dan cinta, dapat menerapkan tips dan trik tersebut
dalam kehidupan sehari – hari. Permasalahannya, remaja cenderung untuk
memperkuat nilai – nilai pribadi yang di dominasi oleh teman, keluarga atau
media karena dalam mengidentitas diri, remaja di pengaruhi oleh orang lain
(Rakhmat,2005:100).
Motif Integrasi dan Interaksi Sosial, dengan menonton film TDL kita dapat
menemukan wacana tentang tampilan yang disajikan dalam film tersebut, seperti
kisah persahabatan yang di potretkan dalam film ini, bahasa keseharian yang
sangat merakyat untuk remaja Malang, dan perjalan tokoh utama yang penuh
halangan dan rintangan dalam meraih cita dan cintanya untuk menjadi bahan
permasalahannya adalah remaja cenderung melihat apa yang sedang hangat
dibicarakan oleh masyarakat dan kemudian di gunakan sebagai bahan
pembicaraan kepada teman – temannya agar terlihat exist.
(http://www.kulinet.com/artikel/fenomena+sosial+pergaulan+remaja/)
Motif diversi dalam menonton film TDL dapat memberikan hiburan
tersendiri bagi remaja karena dalam film ini ceritanya dikemas dengan menarik,
begitu pula para pemainnya. Ditampilkan pula para pemain yang masih fresh
seperti Joshua, jordi onus, dan Maudy Ayunda yang mempunyai daya tarik
tersendiri bagi para penontonya. Bahasa percakapan keseharian yang kocak dan
merakyat seperti perkataan yang menjadi khas Jawa Timur “ Jancok “ yang di
ucapkan berkali – kali oleh Pak Darto ayah dari tokoh utama akan memberikan
hiburan tersendiri bagi para penontonya.
(http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9734364). Permasalahan yang terjadi
dalam motif hiburan yang terjadi adalah remaja pada saat ini banyak disuguhkan
tontonan – tontonan yang tidak sehat seperti film – film yang berbau sex dan
pornografi. Untuk mencegah hal – hal yang tidak diinginkan banyak insane
perfilman menyuguhkan tontonan yang mempunyai unsur edukasi tinggi seperti
Tendangan Dari Langit ini.
(sofia-psy.staff.ugm.ac.id/files/remaja_dan_permasalahannya.doc )
Berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan media maka penelitian ini
menggunakan teori Uses and Gratifictions, yang menunjukan bahwa yang
menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan
sosial khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai
tujuan khusus (Effendy, 2003:289). Model ini tidak tertarik pada apa yang
dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan
seseorang terhadap media. Aggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan
media untuk memenuhi kebutuhannya.
Pada peneliian ini sampel yang akan diteliti adalah remaja karena memang
film TDL ini bergenre Remaja. Selain itu pada fase remaja merupakan masa
dimana mereka suka beraktifitas malam serta mempunyai tingkat keinginantahuan
yang tinggi terhadap sesuatu yang baru. Seperti yang dikataka oleh Monks et. Al
(2002 : 260) dalam bukunya Psikologi Perkembangan, bahwa remaja dibagi
menjadi tiga fase yaitu masa remaja awal (12 – 15 tahun). Masa remaja
pertengahan (16 – 18 tahun) dan masa remaja akhir (19 – 21 tahun). Istilah remaja
masih digunakan bagi mereka bahkan sampai usia 21 tahun, menunjukan bahwa
mereka masih pada tahap peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa.
Pada penelitian ini peneliti memilih lokasi di Malang. Pemilihan kota
Malang sebagai lokasi penelitian dikarenakan kota Malang adalah tempat lokasi
syuting dengan menggunakan icon PERSEMA club sepak bola dari Malang.
Selain itu pemeran utama dalam film ini berasal dari kota Malang sehingga dapat
dipastikan penonton terbanyaknya adalah para remaja di kota Malang karena
adanya proximity ( unsur kedekatan ) dari pemain utama dengan remaja kota
Malang.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diurikan di atas, maka
masalah yang diajukan adalah : “ Bagaimana motif remaja di kota Malang dalam
menonton film “Tendangan Dari Langit”?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motif
remaja di kota Malang dalam menonton film “ Tendangan Dari Langit “.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Secara Teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran pada
ilmu komunikasi dalam hal motif yang mendorong remaja di kota Malang
dalam menonton film Tendangan Dari langit.
2. Kegunaan Praktis
Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pembanding antara teori yang didapatkan dari pengenalan belajar dibangku
2.1 Landasan Teor i
2.1.1 Film Sebagai Media Komunikasi Massa
Film hadir sebagai bagian kebudayaan massa yang muncul seiring dengan
perkembangan masyarakat perkotaan dan industri. Film menjadi bagian dari
media massa yang modern dan budaya massa yang populer. Film di bioskop, film
di televisi ataupun film di kaset video, merupakan pernyataan budaya yang berada
dalam bingkai berbagai seni (seperti halnya teater, drama atau peran, tari, musik
dan sebagainya) yang melakukan komunikasi pesan kepada penonton yang berada
diseluruh daerah atau nasional, bahkan dunia.
Film menyampaikan sebuah cerita yang berasal dari hasil karya pikiran
manusia, sama seperti halnya dengan bahasa. Cerita yang terdapat dalam sebuah
film sama halnya dengan sebuah cerita atau kisah hidup yang dimiliki oleh
seorang manusia. Sebuah kisah dapat terbentuk dari masing-masing fungsi sosial
yang berbeda. Ini sama artinya dengan story telling yang merupakan bagian dari
pengalaman budaya, yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena
semuanya memiliki kaitan dan bersifat hakiki. Karena itu, narasi juga dapat
digunakan sebagai fungsi sosial yang mendasar, dan sangat diperlukan oleh
kelompok masyarakat (Tumer:78).
Film adalah potret dari masyarakat dimana film itu dibuat. Film selalu
memproyeksikannya ke dalam layar (Sobur,2002:127). Ini menjadi salah satu
usaha yang dilakukan sebagian manusia untuk memiliki kenangan yang selalu
ingin di abadikan sepanjang hidupnya. Namun selalu ada waktu yang
lama-kelamaan akan menghapus kenangan tersebut dan kemudian itu tidak akan
menjadi abadi bagi siapapun, karena terdapat keterbatasan sebuah kenangan yang
ada dalam pikiran dan ingatan seseorang.
Menurut Victor C Mambor film sebagai dokumen kehidupan sosial sebuah
komunitas, akan mewakili realitas kelompok masyarakat pendukungnya itu. Baik
realitas dalam bentuk imajinasi maupun realitas dalam arti sebenarnya. Film
menunjukkan pada kita jejak-jejak yang ditinggalkan pada massa lampau, cara
menghadapi masa kini dan keinginan manusia terhadap masa yang akan datang,
sehingga dalam perkembangannya film bukan lagi sekedar usaha menampilkan
“citra bergerak” (moving images) namun juga telah di ikuti oleh muatan- muatan
kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi manusia atau gaya
hidup. Kehadiran sebuah film dapat memberi pengaruh yang beragam bagi
penontonnya. Sebuah film dapat memberikan pengaruh baik bagi penontonnya
atau bahkan sebaliknya, dapat memberi pengaruh buruk. Film mempunyai sifat
yang universal, sehingga film juga bisa mewakili citra atau identitas komunitas
tertentu, dan bahkan bisa membentuk sebuah komunitas tersendiri.(
www.situskunci.tripod.com )
Menurut Hill dan Gibson dalam Studi Film (1998:34) sebuah film
diproduksi untuk ditampilkan kepada penonton, dan akan bertahan jika penonton
struktur yang kreatif dan mendidik. Film sebagai media massa yang dapat
mempengaruhi khalayak, tidak hanya berperan untuk menampilkan hiburan bagi
penontonnya, namun juga sebagai media penerangan dan pendidikan. Film dapat
memberi pengaruh yang besar bagi jiwa manusia, karena film diproduksi secara
mekanik, bukan hanya sekedar secara elektronik seperti halnya film televisi
(Effendy,1993:206). Hal ini bisa juga disebabkan karena suasana di gedung
bioskop yang dapat menyebabkan pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah
film bisa lebih mudah untuk diterima secara personal.
Pengaruh film itu besar sekali terhadap jiwa manusia. Penonton tidak
hanya terpengaruh sewaktu atau selama duduk di dalam gedung bioskop, tetapi
terus sampai waktu yang cukup lama. Penonton film sering kali memposisikan
dirinya memiliki persamaan (mengidentifikasikan) seluruh pribadinya dengan
salah seorang pemain atau tokoh dalam film itu, seolah-olah dirinya dapat
memahami dan merasakan apa yang dipikirkan atau dialami oleh tokoh dalam
film tersebut, atau bahkan penonton akan merasa bahwa dirinya sendiri yang
sedang bermain dan berperan dalam cerita film yang ditontonnya itu (Effendy,
2003:208).
Menonton film merupakan sebuah kebutuhan remaja. Adapun kebutuhan –
kebutuhan yang dapat mendorong seseorang untuk menggunakan media tertentu
antara lain adalah adanya kebutuhan akan informasi (kognitif), kebutuhan akan
hiburan (diversi), kebutuhan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang
penting dalam kehidupan khalayak itu sendiri (identitas personal) (Rahmat , 2001
2.1.2 Per k embangan Film di Indonesia
Perfilman Indonesia dalam pertumbuhannya tidak mengalami fase-fase
kelahiran kembali yang cukup kuat, karena perfilman kita itu tidak mampu secara
dinamis mencangkok aspek penemuan dan pertumbuhan sains, estetika, dan
teknologi, di satu sisi, dan kenyataan sosial, ekonomi, politik dan budaya yang
tumbuh dan hidup dalam masyarakat dewasa ini di sisi lain. Hal ini tercerminkan
dalam tema, karakter, jenis film, dan sebagainya (Garin,1998:142)
Semakin maraknya perfilman Indonesia akhir-akhir ini bisa dikatakan
sebagai fenomena yang positif dalam industri film itu sendiri. Kini setidaknya
hampir setiap minggu bermunculan judul-judul film baru di setiap bioskop yang
tersebar seantero Indonesia. Hal itu juga yang membuat persaingan di industri
film pun kini semakin ketat. Demikian juga dapat memicu penonton untuk lebih
selektif lagi pada setiap judul yang ditawarkan.
Jalan satu-satunya terkadang promosi yang gencar di setiap media
(televisi,cetak ataupun radio) menjadi salah satu alternatif untuk menarik minat
penonton. Dilihat dari segi genre pun kini bisa dikatakan semakin beragam
walaupun selalu menghadirkan tema percintaan dan tetap horror yang menjadi
santapan utama di kancah perfilman Indonesia. Padahal tidak jarang tema-tema
lain yang berbumbu komedi pun harus disisipi diantara kedua tema tadi.
Setidaknya akan semakin beragam menu yang bisa dinikmati nantinya.
Produksi Film Indonesia mengalami pasang surut dari tahun ke tahun.
mengalami penurunan. Tapi sejak tahun 2002 industri film Indonesia mulai
bangkit. Diawali dengan kemunculan Film Ada Apa Dengan Cinta. Jika dilihat
dari data dibawah ini mulai tahun 2002 jumlah produksi film naik menjadi 9 film.
Angka produksi tersebut terus naik hingga pada tahun 2005 dan 2006 menjadi 33
film. Kemudian pada tahun 2007 dan 2008 masih mengalami kenaikan masing
masing 53 film menjadi 75 film.(www.dapurfilm.com).
Perfilman Indonesia telah diramaikan oleh kehadiran beberapa sutradara
muda dan berbakat, yang turut pula menghadirkan tema film yang beragam. Hal
ini didukung oleh adanya tolak ukur yang telah dimiliki masing-masing sineas
dalam memilih cerita yang akan diangkat dalam filmnya.
2.1.3 Penger tian dan Deskr iptif Motif
Menurut Gerungan, motif merupakan suatu pengertian yang mencakup
semua penggerak, alasan – alasan atau dorongan – dorongan dalam diri manusia
yang menyebabkan dia berbuat sesuatu. Disamping sebagai pendorong dari dalam
diri individu, motif juga mencakup pengertian tentang tujuan yang hendak
dicapai. Sehingga dapat dikatakan bahwa manusia berbuat sesuatu karena adanya
dorongan atau motif tertentu. Motif juga bertalian erat dengan suatu tujuan, suatu
cita – cita dalam artian semakin berharga suatu tujuan bagi yang bersangkutan,
semakin kuat pula motifnya. (Gerungan, 2002 : 40)
Motif tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan seseorang suatu organism
yang berbuat sesuatu, sedikit banyak ada kebutuhan didalam dirinya atau ada
sesuatu yang hendak dicapai. kebutuhan inilah yang menyebabkan timbulnya
individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena
didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya (Gerungan, 2002 :
140-142)
Dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia berbuat
sesuatu karena adanya dorongan atau motif, adapun menurut Purwanto Fungsi –
fungsi dari motif adalah sebagai berikut :
1. Motif sebagai pendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu
berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi atau
(kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu suatu tugas.
2. Motif menentukan arah perubahan, yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau
cita – cita.
3. Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan – perbuatan
mana yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan
mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
(Purwanto, 1990 : 70)
Motif dapat timbul karena adanya kebutuhan – kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh seseorang dan dalam pengklasifikasiannya ada beberapa kategori
dalam motif tetapi dalam penelitian ini digunakan kategori motif menurut
McQuail (2002 : 72) yaitu :
1. Motif Informasi (Surveillance)
Motif ini berkenaan dengan individu untuk mencari berita atau informasi
tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat,
pendapat atau suatu pilihan, dorongan rasa ingin tahu, dorongan belajar serta
dorongan memperoleh rasa aman melalui pengetahuan yang didapat,
misalnya remaja di kota Malang ingin mengetahui tips dan triks dalam
bermain bola.
2. Motif identitas pribadi (personal Identity)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau
menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi. Khalayak
sendiri menemukan model perilaku, mengidentifikasi diri dengan nilai – nilai,
meningkatkan harga diri dan meningkatkan pemahaman diri, misalnya
menemukan model prilaku dari tokoh dalam film TDL yang menjadi inspirasi
buat mereka.
3. Motif integrasi dan Interaksi sosial (Personal Relationship)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk berhubungan dengan
orang lain atau suatu nilai tertentu, didalam mempertahankan norma – norma
sosial. Motif ini didasarkan oleh adanya keinginan setiap individu untuk
berafiliasi, misalnya ingin menjadikan segala wacana yang di peroleh dari
menonton film TDL sebagai bahan pembicaraan dengan pasangan, teman,
keluarga atau orang lain.
4. Motif Hiburan (Diversi)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri dari
permasalahan atau ketegangan, dorongan bersantai, memperoleh kenikmatan
jiwa dan penyaluran emosi. Misalnya, remaja di kota Malang melihat film
Berdasarkan motif – motif inilah yang kemudian mendorong individu
untuk memenuhi kebutuhannya dalam menonton film TDL. Jadi dalam penelitian
ini, penelitian hanya dibatasi pada motif yang mendorong individu untuk
memenuhi kebutuhan melalui film TDL.
2.1.4 Teor i Kebutuhan
Kebutuhan dapat di definisikan sebagai suatu kesenjangan atau
pertentangan yang dialami antara suatu kesenjangan dengan dorongan yang ada
dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut
akan menunjukan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi
maka pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai
manifestasi dari rasa puasnya.
Abraham Maslow mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia
adalah sebagai berikut (Mangkunegara, 2002):
1. Kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah
atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.
2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman,
bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.
3. Kebutuhan untuk rasa memiliki, yaitu kebutuha untuk ditrima oleh kelompok,
berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.
4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk di hormati, dan dihargai
5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk
menggunakan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat
dengan menggunakan ide – ide memberi penilaian dan kritik terhadap sesuatu.
2.1.5 Teor i Uses and Gratifications
Teori ini menjelaskan bahwa sebenarnya khalayak adalah pihak yang aktif.
Model Uses and Gratification tidak tertarik pada apa yang dilakukan media
kepada diri orang lain, tetapi lebih tertarik kepada apa yang dilakukan orang lain
terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media
untuk memenuhi kebutuhannya. (Rakhmat, 2001 : 65) jadi bisa dikatakan bahwa
pemilihan dan penggunaan media massa ditentukan oleh khalayak berdasarkan
kebutuhan – kebutuhan yang akan dipenuhi.
Model Uses and Gratification menunjukkan bahwa yang menjadi
permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku
khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial
khalayak (Effendy, 2000 : 209). Adapun asumsi – asumsi dasar dari model uses
and gratifications menurut Blummer dan Katz adalah :
1. Khalayak dianggap aktif, beararti sebagian penting dari penggunaan media
massa diasumsikan mempunyai tujuan.
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan
pemenuhan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota
khalayak.
3. Media massa harus bersaing dengan sumber –sumber lain untuk memenuhi
tantangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini dapat
terpenuhi oleh konsumsi media, ini tergantung pada perilaku khalayak yang
bersangkutan.
4. Banyak tujuan pemilik media massa menganggap orang cukup mengerti untuk
melaporkan kepentingan dan motif pada situasi – situasi tertentu. Dalam
asumsi ini tersirat bahwa komunikasi massa adalah berguna (Utility), bahwa
konsumsi media diarahkan oleh motif (intentionality), dan bahwa perilaku
media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity), juga bahwa
khalayak sebenarnya keras kepala (stubborn).
5. Penilaian tentang arti cultural dari media massa harus ditangguhakn sebelum
diteliti terlebih dahulu orientasi khalayak. (Rakhmat, 2001 : 65)
Secara umum Katz, Gueviricth dan Haas dalam Effendy (2003:294)
berkeyakinan terhadap tipologi kebutuhan manusia yang berkaitan dengan media
yang di klasifikasikan dalam lima kelompok yaitu :
1. Conitive needs ( Kebutuhan kognitif ) adalah kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan.
2. Affective needs ( kebutuhan afektif )adalah kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan pengalaman – pengalaman estetis, menyenangkan, dan emosional.
3. Personal Integrative needs ( kebutuhan pribadi secara integratif ) adalah
kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan,
stabilitas, dan status individual. Hal – hal tersebut di peroleh dari hasrat akan
4. Sosial integrative needs ( kebutuhan sosial secara integratif ) kebutuhan yang
berkaitan dengan peneguh kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal – hal
tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.
5. Escaipst needs ( kebutuhan pelepasan ) adalah kebutuhan yang berkaitan
dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan
keanekaragaman
Kebutuhan terhadap media massa di penuhi melalui surat kabar, majalah,
radio, televisi, dan film. Baik dalam isi maupun melalui daya terpaannya
(exposure) secara konteks sosial temapat dimana terpaan berlangsung.
2.1.6 Remaja Sebagai Khalayak
Secara universal dan sederhana khalyak media dapat diartikan sebagai
sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton dan pemirsa
sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih di tekankan,
khalayak media ini memiliki beberapa kharakteristik yaitu memiliki jumlah besar,
bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan dalam
ikatan organisasi social sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat berubah
dengan cepat (Mc.Quail,1994:201).
Dalam penelitian ini khalayak yang dijadikan obyek penelitian adalah
remaja. Secara psikologis, remaja adalah suatu masa dimana individu mulai
terintegrasi beralih ke dalam masyarakat dewasa. Pada masa remaja
perkembangan intelektual juga sedang mengalami perkembangan yang sangat
pesat dalam aspek intelektual. Tranformasi intelektual dari cara berfikir remaja ini
masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol
dari semua perkembangan.
Seperti yang dikataka oleh Monks et. Al (2002 : 260) dalam bukunya
Psikologi Perkembangan, bahwa remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu masa
remaja awal (12 – 15 tahun). Masa remaja pertengahan (16 – 18 tahun) dan masa
remaja akhir (19 – 21 tahun). Istilah remaja masih digunakan bagi mereka bahkan
sampai usia 21 tahun, menunjukan bahwa mereka masih pada tahap peralihan dari
dunia remaja ke dunia dewasa.
Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan manusia yang
sangat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik.
Perkembangan intelektual yang terus menerus menyebabkan remaja mencapai
tahap berfikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja mampu
berfikir secara abstrak, menguji hipotesis dan mempertimbangkan apa saja
peluang yang ada padanya daripada sekedar melihat apa adanya. Kemampuan
intelektual ini membedakan fase remaja dari fase – fase sebelumnya (Ali, 2005 :
9) .Karena itulah pada fase ini remaja yang sedang mengalami perkembangan
intelektualnya menjadi haus akan informasi dan informasi bisa didapatkan dari
berbagai sumber yang termasuk diantaranya adalah media massa.
Menurut Gunarsa (1989) terdapat beberapa karakteristik remaja yang
dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu :
1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kelakuan dalam gerakan.
2. Ketidakstabilan emosi
4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5. Pertentangtan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan
– pertentangan dengan orang tua
6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup
memenuhi semuanya.
7. Senang bereksperimentasi.
8. Senang bereksplorasi.
9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan
10.Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan
berkelompok.
2.1.7 Film Tendangan Dar i Langit
1. Judul Film : Tendangan Dari Langit
2. Jenis Film : Drama
3. Produser : Leo Sutanto
4. Sutradara : Hanung Bramantyo
5. Produksi : Sinemart Picture
6. Tayang Perdana : 25 Agustus di Bioskop seluruh Indonesia
7. Pemain :
1. Yosie Kristanto 5. Irfan Bachdim 9. Kim Jeffrey Kurniawan
2. Maudy Ayunda 6. Giorgino Abraham 10. Jordi Onsu
3. Joshua Suherman 7. Agus Kuncoro 11. Sujiwo Tejo
8. Sinopsis Film
Film ini menceritakan tentang seorang remaja berusia 16 tahun bernama
Wahyu yang memiliki kemampuan luar biasa dalam bermain sepakbola. Ia tinggal
di Desa Langitan Lereng Gunung Bromo bersama ayahnya penjual minuman
hangat di kawasan wisata gunung api itu dan ibunya. Demi membahagiakan orang
tuanya, Wahyu memanfaatkan keahliannya dalam bermain bola dengan menjadi
pemain sewaan dan bermain bola dari satu tim desa ke tim desa lain dengan
bantuan Hasan, pamannya. Pak Darto ayah Wahyu tidak menyukai apa yang
dilakukan Wahyu.
Keahlian istimewanya tak sengaja dilihat oleh Coach Timo yang tengah
hiking bersama Matias di lereng Bromo. Timo kemudian menawari Wahyu untuk
dating ke Malang dan menjalani tes bersama Persema Malang. Berbagai ujian
dalam meraih kesempatan emas bermain bersama Irfan Bachdim dan Kim
Kurniawan di Persema Malang mendapat banyak halangan. Selain harus memilih
antara cintanya kepada Indah dan impiannya untuk bermain bola di jenjang yang
lebih tinggi, Wahyu juga harus mampu meyakinkan Pak Darto. Belum lagi
ternyata Hasan memiliki kepentingannya sendiri terhadap Wahyu.
Selain berbagai rintangan yang harus dihadapinya, layaknya seorang
pemain boola sebelum mencetak gol, wahyu juga harus mengahadapi tangtangan
terakhir dari dirinya sendiri. Sebuah penyakit yang biasa menyerang anak – anak
usia 16 tahun seperti Wahyu.
(http://www.sinemart.com/new/Movies.php?select=terbaru&sub=sinopsis&pID=1
2.2 Ker angka Berfikir
Film menyampaikan sebuah cerita yang berasal dari hasil karya pikiran
manusia, sama seperti halnya dengan bahasa. Cerita yang terdapat dalam sebuah
film sama halnya dengan sebuah cerita atau kisah hidup yang dimiliki oleh
seorang manusia. Sebuah kisah dapat terbentuk dari masing-masing fungsi sosial
yang berbeda. Ini sama artinya dengan story telling yang merupakan bagian dari
pengalaman budaya, yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena
semuanya memiliki kaitan dan bersifat hakiki. Karena itu, narasi juga dapat
digunakan sebagai fungsi sosial yang mendasar, dan sangat diperlukan oleh
kelompok masyarakat (Tumer:78).
Menonton film ” Tendangan Dari Langit ” merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, baik kebutuhan berupa hiburan
maupun informasi. Menurut Mc Quail (2002:72) motif terdiri dari motif kognitif
yaitu kebutuhan akan informasi, motif identitas personal yaitu kebutuhan untuk
menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan yang penting dalam
kehidupan, dan motif integrasi dan interaksi sosial yaitu kebutuhan untuk merujuk
pada kelangsungan hubungan individu tersebut dengan orang lain serta motif
diversi yaitu kebutuhan akan mencari hiburan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada kerangka berfikir sebagai berikut :
Kebutuhan 1. Kebutuhan Kognitif 2. Kebuthan Afektif 3. Kebutuhan
Motif remaja Malang dalam menonton film Tendangan Dari Langit
1. Motif Informasi
Menonton Film Tendangan Dari Langit Analisis Deskriptif tentang Motif Remaja Malang Dalam K E S I
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Var iabel
3.1.1. Definisi Operasional
Pada penelitian ini, peneliti tidak membicarakan hubungan antara variabel
sehingga tidak ada pengukuran variabel x dan y. Penelitian ini difokuskan pada
motif remaja Malang dalam menonton film Tendangan Dari Langit, sehingga
penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan type analisis
deskriptif untuk menggambarkan dan menjelaskan motif remaja tersebut. Dalam
hal ini motif dapat dioperasionalkan sebagai semua penggerak alasan – alasan atau
dorongan – dorongan dari dalam diri manusia yang menyebabkan berbuat sesuatu.
Motif timbul karena adanya kebutuhan dengan kata lain motif merupakan ciri dari
kebutuhan.
Motif yang digunakan dalam penelitian ini adalah motif yang
dikemukakan oleh McQuail yaitu motif informasi, motif identitas personal, motif
integrasi dan interaksi sosial serta motif hiburan. Adapun indikator dari keempat
motif tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Motif Informasi (keinginan untuk mencari berita atau informasi)
Individu dalam menonton film “ Tendangan Dari Langit “ bertujuan untuk
a. Ingin mengetahui berbagai tips dan triks dalam bermain sepakbola yang
baik dan benar.
b. Ingin mengetahui proses seleksi pemain sepakbola profesional yang
diselenggararakan oleh PERSEMA.
c. Ingin mengetahui usaha dan perjuangan yang dilakukan tokoh utama
untuk menjadi pemain sepakbola professional.
d. Ingin mengetahui bagaimana kehidupan sosial & budaya masyarakat
Tengger, Bromo
e. Ingin mengetahui sosok pemain naturalisasi seperti Irfan Bachdim dan
Kim Kurniawan yang ada dalam PERSEMA
f. Ingin mengetahui point of view dari sutradara Hanung Bramantyo.
2. Motif identitas personal (keinginan untuk memperkuat atau menonjolkan
sesuatu dari dalam diri sendiri)
Dalam hal ini berkaitan dengan keinginan individu untuk memperkuat atau
menonjolkan sesuatu yang penting dalam diri sendiri, antara lain :
a. Untuk mengidentifikasi persamaan personal yang dialami tokoh dalam
film, dengan dirinya sendiri
b. Menemukan figure yang pantas dijadikan sebagai inspirator.
c. Menerapkan model perilaku dari tokoh yang ada dalam film sebagai
inspirasi mereka.
d. Menemukan pemahaman menjalani kehidupan untuk mendapatkan cita
e. Menerapkan tips & trik tersebut dalam kehidupan sehari – hari dalam hal
Olahraga.
3. Motif integrasi dan interaksi sosial (keinginan untuk berhunbungan dengan
orang lain atau suatu nilai tertentu)
Dalam hal ini berkaitan dengan keinginan individu untuk berhubungan dengan
orang lain atau suatu nilai tertentu, antara lain :
a. Dapat memotivasi sesama remaja tentang semangat meraih cita – cita
b. Untuk memupuk sportifitas dalam persahabatan.
c. Untuk memupuk sportifitas dalam kompetisi.
d. Ingin menjadikan segala wacana yang ada dalam film TDL sebagai bahan
pembicaraan dengan pasangan, teman, keluarga atau orang lain
4. Motif hiburan (keinginan untuk melepaskan diri dari kejenuhan)
Dalam hal ini berkaitan dengan keinginan individu untuk melepaskan diri dari
kejenuhan, antara lain :
a. Ingin melihat para pemain dalam film TDL yang menarik
b. Menonton di bioskop sebagai salah satu hiburan remaja perkotaan.
c. Ingin menikmati sountrack film yang dinyanyikan oleh Band Kotak.
d. Ingin melihat kota Malang sebagai salah satu lokasi syuting yang
mengandung unsure kedekatan.
e. Ingin melihat keadaan Bromo yang digunakan sebagai lokasi syuting dan
sebagai obyek wisata.
f. Ingin melepaskan diri dari kejenuhan, seperti kejenuhan dari rutinitas
3.1.2. Pengukuran Var iabel
Pengukuran motif ini diukur melalui pemberian skor dengan menggunakan
modifikasi model skala Likert (skala sikap). Metode ini merupakan metode
pengskalaan pernyataan sikap dengan menggunakan distribusi respon sebagai
dasar penentuan skalanya. Untuk melakukan pengskalaan dengan menggunakan
model ini, responden diberi daftar pernyataan mengenai motif dan setiap
pernyataan akan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh responden untuk
menyatakan ketidaksetujuannya (Singaribumbun, 1995:111). Pilihan jawaban
masing–masing pernyataan golongan dalam empat macam kategori, yaitu “Sangat
Tidak Setuju” (STS), “Tidak Setuju” (TS), “Setuju” (S), “Sangat Setuju” (SS).
Dalam penelitian ini tidak digunakan alternatif jawaban ragu–ragu
(undecided), alasannya menurut Hadi (2004:20) adalah sebagai berikut :
a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat
memberikan jawaban netral dan ragu–ragu. Kategori jawaban yang memiliki
arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrument.
b. Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab
ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu – ragu
akan kecenderungan jawabannya.
c. Disediakan jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian
hingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden.
Pada tahap selanjutnya, empat kategori jawaban diatas akan diberi nilai sesuai
dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian nilainya
Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1
Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2
Setuju (S) : diberi skor 3
Sangat Setuju (SS) : diberi skor 4
Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap item dari
tiap – tiap angket, sehingga diperoleh skor total dari setiap pernyataannya tersebut
untuk masing – masing individu. Selanjutnya, tiap – tiap indikator untuk motif
diukur melalui pernyataan – pernyataan yang terdapat pada angket. Kemudian
jawaban yang telah dipilih, diberi skor dan ditotal. Total skor dari tiap kategori,
dikategorikan kedalam 3 interval, yaitu rendah, sedang, tinggi. Penentuan interval
dilakukan dengan penggunaan range.
Range masing – masing kategori ditentukan dengan :
R (Range) = Skor tertinggi – Skor Terendah
jenjang yang diinginkan
Keterangan :
Range : batasan dari tiap tingkatan
Skor Tertinggi : perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item
pertanyaan
Skor terendah : perkalian antara nilai terendah dengan jumlah item
pertanyaan
Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh tingkat interval untuk
mengetahui motif remaja Malang dalam menonton film tendangan Dari Langit,
untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Motif Kognitif
Pada motif kognitif terdapat 6 pertanyaan tentang responden yang
menonton film TDL, Ingin mengetahui tips dan triks dalam bermain bola yang
baik dan benar, Ingin mengetahui proses seleksi pemain sepakbola profesional
yang diselenggararakan oleh PERSEMA, Ingin mengetahui usaha dan perjuangan
yang dilakukan tokoh utama dalam film TDL demi menjadi pemain sepakbola
profesional. Ingin mengetahui bagaimana kehidupan sosial & budaya masyarakat
Tengger, Bromo. Ingin mengetahui sosok pemain naturalisasi yang ada dalam
PERSEMA. Ingin mengetahui point of view dari sutradara Hanung Bramantyo.
Motif informasi = ( 4 x 6 ) - ( 1 x 6 ) = (24 – 6) = 6
3 3
Rendah = 6 – 12
Sedang = 13 –18
Tinggi = 19 – 24
2. Motif Identitas Personal
Pada motif identitas personal terdapat 5 pertanyaan tentang responden
yang menonton film TDL, responden ingin mengidentifikasi persamaan personal
yang dialami tokoh dalam film, dengan dirinya sendiri. Menemukan figure yang
pantas dijadikan sebagai inspirator.Menerapkan model perilaku dari tokoh yang
kehidupan untuk mendapatkan cita dan cinta.Menerapkan tips & trik tersebut
dalam kehidupan sehari – hari dalam hal Olahraga.
Motif identitas personal = (4 x 5) – (1 x 5) = (20 – 5) = 5
3 3
Rendah = 5 – 9
Sedang = 10 – 15
Tinggi = 16 – 20
3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
Pada motif integrasi dan interaksi sosial terdapat 4 pertanyaan tentang
responden yang menonton film TDL, responden dapat memotivasi sesama remaja
tentang semangat meraih cita – cita, Untuk memupuk sportifitas dalam
persahabatan. Untuk memupuk sportifitas dalam kompetisi. Ingin menjadikan
segala wacana yang ada dalam film TDL sebagai bahan pembicaraan dengan
pasangan, teman, keluarga atau orang lain
Motif integrasi dan interaksi sosial = (4 x 4) – (1 x 4) = (16 – 4) = 4
3 3
Rendah = 4 – 8
Sedang = 9 – 12
Tinggi = 13 – 16
4. Motif hiburan
Pada motif Hiburan terdapat 6 pertanyaan tentang responden yang
menonton film TDL, responden ingin melihat para pemain dalam Film TDL yang
menikmati sountrack film yang dibawakan oleh band Kotak. Ingin melihat kota
Malang sebagai salah satu lokasi syuting yang mengandung unsure
kedekatan.Ingin melihat keadaan Bromo yang digunakan sebagai lokasi syuting
dan sebagai obyek wisata. Ingin melepaskan diri dari kejenuhan, seperti
kejenuhan dari rutinitas sehari – hari, adanya kesibukan di kampus atau dirumah.
Motif hiburan = (4 x 6) – (1x 6) = (24 – 6) = 6
3 3
Rendah = 6 – 12
Sedang = 13 – 18
Tinggi = 19 – 24
5. Motif secara keseluruhan
Pada motif secara keseluruhan terdapat 21 item pertanyaan tentang
responden dalam menonton film TDL. Maka selanjutnya diberi batasan – batasan
dalam menentukan lebar interval dalam pertanyaan yang akan dijawab yaitu
tinggi, sedang, rendah dengan menggunakan rumus :
Motif secara keseluruhan = (4x 21) – (1x 21) = ( 63 ) = 21
3 3
Rendah = 21 – 41
Sedang = 42 – 62
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel
3.2.1 Populasi
Dalam riset social, seorang periset tidak harus meriset seluruh obyek yang
dijadikan pengamatan. Hal ini disebabkan keterbatasan yang di miliki periset baik
biaya, waktu, tenaga. Kenyataannya periset dapat mempelajari, mempredeksi, dan
menjelaskan sifat – sifat suatu obyek atau fenomena hanya dengan mempelajari
dan mengamati sebagian dari obyek atau fenomena tersebut. Sebagian dari
keseluruhan obyek atau fenomena yang akan diamati inilah yang disebut sampel.
Sedangkan keseluruhan obyek atau fenomena yang akan diamati disebut
populasi.(Rachmat,2006:151).
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja kota Malang yang berusia
15 – 19 tahun dengan jumlah 94.145 jiwa yang tersebar dalam 5 wilayah
kecamatan yaitu Kecamatan Kedungkandang, Kecamatan Sukun, Kecamatan
Klojen, Kecamatan Blimbing, dan Kecamatan Lowokwaru ( Badan Pusat Statistik
Jawa Timur ).
3.2.2 Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan remaja di
Malang yang menonton film” Tendangan Dari Langit “. Adapun dalam
menentukan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan rumus Yamane, berikut penghitungan sampel menurut
N = N N.d² + 1
Keterangan :
N : Ukuran / besar populasi
N : Ukuran / besar sampel
d : Presisi ( derajat ketelitian 0,1 )
N = 94.145
94.145 (0,1)²+ 1
= 94.145
942,45
= 99,89 ( Angka ini kemudian dibulatkan menjadi 100 ) = 100 responden
Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling kebetulan atau
accidental sampling . Teknik ini adalah memilih siapa saja yang kebetulan
dijumpai untuk dijadikan sampel . Teknik ini digunakan, antara lain karena periset
merasa kesulitan untuk menemui responden atau karena topic yang diriset adalah
persoalan umum di mana semua orang mengetahuinya.Yakni mengenai dunia film
dimana hampir setiap orang remaja di dunia ini mempunyai perhatian lebih
terhadap film yang sedang gencar ditayangkan saat ini (Kriyantono,2009:158).
Untuk mendukung hal ini pada kuesioner terdapat pertanyaan saringan mengenai
3.3 Tek nik Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini, menurut cara memperolehnya
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu :
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang dikumpulkan dari responden. Data
primer dari penelitian ini diperoleh dari wawancara pada responden dengan
berdasarkan kuesioner yang terdiri dari pertanyaan – pertanyaan tertutup dan
terbuka.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari
lapangan. Data sekunder dikumpulakn melalui sumber – sumber informasi
kedua seperti perpustakaan, pusat pengolahan data, pusat penelitian, dan lain
sebagainya. Data sekunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk
melakukan analisis.
3.4 Tek nik Analisis Data
Penelitian ini menjelaskan variabel – variabel tanpa mencari korelasi satu
sama lainnya. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah
untuk mendeskripsikan motif remaja di kota Malang dalam menonton film “
Tendangan Dari Langit “. Pengolahan data dari hasil kuesioner tersebut terdiri
dari : mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut kedalam tabulasi data
untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif berdasarkan table frekuensi dari
setiap pertanyaan yang diajukan.
Keterangan :
P : Presentase Responden
F : Frekuensi Responden
N : Jumlah Responden
Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang diinginkan
peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan
dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah diinterpretasikan. P = F x 100%
4.1 Gambar an Umum Obyek Penelitian
4.1.1 Gambar an Umum Remaja Kota Malang.
Pada penelitian ini sampel