• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI KPP PRATAMA SURABAYA WILAYAH MULYOREJO (Studi Iklim Komunikasi Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Wilayah Mulyorejo di Waskon Tiga Dan Empat).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI KPP PRATAMA SURABAYA WILAYAH MULYOREJO (Studi Iklim Komunikasi Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Wilayah Mulyorejo di Waskon Tiga Dan Empat)."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Surabaya Wilayah Mulyorejo di Waskon Tiga Dan Empat)

SKRIPSI

Oleh :

Yudha Trisatria Utama

NPM. 0843010210

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

(2)

Disusun Oleh :

YUDHA TRISATRIA UTAMA NPM. 0843010210

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 20 J UNI 2013

(3)

Disusun Oleh :

YUDHA TRISATRIA UTAMA NPM. 0843010210

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 20 J UNI 2013

PEMBIMBING TIM PENGUJ I :

(4)

Surabaya Wilayah Mulyorejo di Waskon Tiga Dan Empat)

Disusun Oleh :

YUDHA TRISATRIA UTAMA NPM. 0843010210

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dr s. Kusnarto, M.Si NIP. 195808011984021001

Mengetahui,

DEKAN

Dra. Hj. Suparwati, M.Si

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang

telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi Skripsi penelitian ini.

Keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman penulis membuat

Skripsi Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Berkat usaha, dorongan serta

bimbingan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan Skripsi Skripsi ini. Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada

Bapak Drs. Kusnarto, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang selama ini

telah membimbing serta memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh

kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi Skripsi ini.

Pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan bimbingannya kepada :

1. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, Dekan FISIP UPN “Veteran” JATIM

2. Bapak Juwito, S.Sos., M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP

UPN “Veteran” JATIM

3. Drs. Saiffudin Zuhri, M.Si, Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi

FISIP UPN “Veteran” JATIM

4. Drs. Kusnarto, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing

5. Drs. Irwan Dwi Arianto, M.Si, sebagai Dosen Wali

(6)

7. Pak Didik, Mas Yudhi, Mbak Dwi, Mbak Wahyu, dan seluruh staf karyawan

KPP Pratama Surabaya Mulyorejo.

8. Keluarga penulis, Bapak, Ibu, Mbak Evi, Mas Anang, Tante Wati dan semua

keluarga besar penulis, terima kasih atas segala dorongan, bimbingan,

nasihat-nasihat, serta doanya.

9. Sahabat-sahabatku tercinta Aldy, Alby, Anto, Jojo, Breng, Joko, Stanley,

Amel, Fifi, Deasy.

10. Ayaaaa dan Adrina yang biasanya menemani penyelesaian tugas akhir ini.

11. Zeze

12. Seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan Skripsi Skripsi

ini.

Akhir kata, penulis memohon kehadirat Tuhan YME semoga segala

bantuan yang telah mereka berikan kepada penulis mendapatkan balasan dari

Tuhan YME.

Harapan penulis, semoga Skripsi Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang

menggunakannya.

Surabaya, 9 Juni 2013

(7)

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAKS... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ………. 7

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 komunikasi Organisasi. ………. 9

(8)

2.1.5 Proses Komunikasi di Perusahaan ……… 18

2.1.6 Komunikasi Interaksional ………..……….... 19

2.1.7 Konsep Hubungan Dalam Suatu Perusahaan ………. 21

2.2 Kerangka Berpikir ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Metode Penelitian ... 28

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28

3.2.1 Definisi Operasional ... 28

3.2.2 Pengukuran Variabel ... 30

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 34

3.3.1 Populasi ... 34

3.3.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 35

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 35

(9)

4.1.1 Latar Belakang Perusahaan ... 41

4.1.2 Struktur Organisasi ... 43

4.2 Penyajian Data dan Analisa Data ... 43

4.2.1 Identitas Responden ... 44

4.2.2 Kepercayaan ... 47

4.2.3 Keputusan Partisipatif ... 50

4.2.4 Kejujuran ... 54

4.2.5 Keterbukaan Dalam Komunikasi ke Bawah ... 57

4.2.6 Mendengarkan Dalam Komunikasi ke Atas ... 60

4.2.7 Perhatian Pada Tujuan Berkinerja Tinggi ... 63

4.2.8 Nilai Iklim Komposit ... 67

4.3 pembahasan ... 68

BAB V KESIMPULAN & SARAN ... 73

5.1 Kesimpulan ... 74

(10)
(11)

ABSTRAKS

YUDHA TRISATRIA UTAMA, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI KPP PRATAMA SURABAYA DI WASKON TIGA DAN EMPAT(Studi Deskriptif Kuantitatif Iklim Komunikasi Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pr atama Surabaya Wilayah Mulyorejo)

Iklim komunikasi organisasi dibentuk melalui interaksi antara anggota organisasi. Iklim bukanlah sifat seseorang individu, tetapi dipelihara oleh para anggota organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui iklim komunikasi organisasi KPP Pratama Surabaya yang didasarkan atas permasalahan yang terjadi, yaitu terjadinya kesenjangan hubungan atasan dengan bawahan KPP Pratama Surabaya. Dalam pelaksanaannya sering kali ditemukan beberapa masalah hubungan komunikasi di perusahaan, terlebih di Seksi Pengawanan dan Konsultasi (Waskon) tiga dan empat dan sering juga terjadi konflik internal antar Waskon, sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana iklim komunikasi organisasi KPP Pratama Surabaya.

Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik penarikan sample menggunakan Total Sampling yakni jumlah dari kepala dan bawahan dua waskon tiga dan empat.

Berdasarkan penyajian data dan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa iklim komunikasi organisasi pada Seksi Pengawasan dan Konsultasi KPP Pratama Surabaya dapat dikatakan kurang baik.

Kata Kunci :Iklim Komunikasi Organisasi, KPP Pratama Surabaya Mulyorejo

ABSTRACT

YUDHA TRISATRIA UTAMA, ORGANIZATIONAL

COMMUNICATION CLIMATE KPP PRATAMA SURABAYA IN WASKON THREE AND FOUR (Study Quantitative Descriptive of Organizational Communication Climate Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Region Mulyorejo)

Organizational communication climate is formed through the interaction between members of the organization. Climate is not the nature of an individual, but maintained by the members of the organization. This study aims to determine the organizational communication climate KPP Pratama Surabaya Mulyorejo based on problems that occur, gap relationships superior and subordinates in KPP Pratama Surabaya. In practice often found some problems in corporate sommunication, especially in supervision and consultation section with each other and conflicts in that section, so the researchers wanted to know how the climate of organizational communication KPP Pratama Surabaya

This research method is a quantitative method with sample withdrawal technique using total Sampling that is based on certain total of heads and employees Waskon third and fourth. Based on data presentation and analysis of data obtained the conclusion that the climate of organizational communication at supervision and consultation section KPP Pratama Surabaya can be said is not good

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup tanpa

berkomunikasi, Pada dasarnya komunikasi menyentuh hampir seluruh

kehidupan dimanapun dan apapun yang dilakukan manusia tersebut.

Dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain

dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan dengan orang lain merupakan

proses yang terus berlanjut, jumlah dan mutu komunikasi yang ada pada

hubungan tersebut adalah yang membawa hubungan tersebut dalam

kehidupan.

Komunikasi mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Thomas M

Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk

menyatakan dan mendukung identitas diri untuk membangun kontak sosial

dengan orang disekitar kita dan mempengaruhi orang lain, merasa berpikir

atau beperilaku yang seperti kita inginkan.

Melalui hubungan dengan orang lain, manusia dapat berkumpul

dalam suatu tempat untuk mempermudah pencapaian tujuan hidupnya. Hal

tersebut sesuai dengan sifat dasar manusia yang merupakan makhluk

sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan kerja sama dengan

(13)

hubungan antar individu, hubungan individu dengan kelompok, maupun

hubungan antar kelompok.

Manusia dalam berinteraksi tidak sekedar untuk memenuhi

kepentingan pribadinya semata, tetapi berusaha untuk menjadi suatu

bagian dalam kelompok-kelompok masyarakat. Keberadaan manusia

dalam suatu kelompok masyarakat dapat diakui jika manusia tersebut

memiliki peran dalam kelompok tersebut. Dengan sikap saling

menghormati, saling menolong, dan saling menghargai, hubungan antar

manusia dapat berjalan dengan harmonis.

Bentuk interaksi antar manusia dapat diwujudkan dalam sebuah

organisasi. Organisasi merupakan sebuah tempat yang menampung

orang-orang yang berusaha mencapai tujuan bersama. Organisasi yang sehat

ditunjukkan dengan interdependen bekerja dengan cara yang sistematik

untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Organisasi dianggap sebagai

pemroses informasi terbesar dengan input, throughput, dan output. Sistem

terstruktur atas perilaku ini mengandung jabatan-jabatan (posisi-posisi)

dan peranan-peranan yang dapat dirancang sebelum peranan-peranan

tersebut diisi oleh pelaku organisasi (Pace dan Faules, 1993 : 17).

Sifat terpenting organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran,

dan penanganan kegiatan anggota organisasi dan bagaimana komunikasi

berlangsung dalam suatu organisasi dan apa maknanya adalah tergantung

(14)

Dalam suatu organisasi terdapat pimpinan dan bawahan. Pimpinan

dalam kedudukannya sebagai komunikator bagi organisasi dituntut

memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien.

Maksudnya adalah perintah atau instruksi yang disampaikan dapat

dipahami oleh karyawan. Kemampuan seorang pemimpin yaitu dalam

memberikan informasi mengenai tujuan organisasi dan memberikan

penjelasan dalam kaitannya dengan tujuan masing-masing kelompok

sehingga masing-masing kelompok merasa bahwa organisasi adalah tujuan

mereka bersama. Dengan cara tersebut, seorang pimpinan dapat

memotivasi karyawannya untuk bekerja dengan baik. Untuk menciptakan

motivasi yang tinggi di dalam diri anggota organisasi, maka lingkungan

tempat mereka bekerja turut mendukung.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan

penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian

dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit

tertentu komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara satu

dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi

organisasi terjadi kapanpun, setidaknya satu orang menduduki suatu

jabatan dalam organisasi menafsirkan pertunjukan. Komunikasi yang akan

ditelaah adalah anggota-anggota organisasi, analisis komunikasi organisasi

menyangkut penelaahan atas banyak transaksi yang terjadi secara

(15)

Komunikasi yang terjadi di dalam suatu organisasi disebut dengan

komunikasi organisasi. adapun tujuan komunikasi dalam organisasi adalah

untuk membentuk saling pengertian (mutual understanding) sehingga

terjadi kesetaraan kerangka referensi (frame of reference) dan kesamaan

pengalaman (fields of experience) diantara anggota organisasi.

Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi

suatu evaluasi menyeluruh mengenai peristiwa, komunikasi, perilaku

manusia, respons pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan,

konflik-konflik antar karyawan dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam

organisasi tersebut (Pace dan Faules, 2006 : 147).

Iklim komunikasi di dalam suatu organisasi memiliki peran yang

cukup penting. Upaya suatu organisasi menciptakan iklim kerja yang

positif selain memerlukan dukungan dari anggota organisasi juga

memerlukan proses waktu karena setiap individu yang berada dalam

organisasi tersebut memerlukan adaptasi dan pembenahan secara bertahap

untuk mencapai hasil yang maksimal dan bermanfaat bagi organisasi.

Iklim komunikasi yang positif akan menyebabkan tujuan

organisasi akan dapat cepat tercapai sesuai dengan yang diharapkan oleh

para anggotanya serta cenderung akan meningkatkan dan mendukung

komitmen pada organisasi. sebaliknya, iklim komunikasi yang negatif

akan menyebabkan terciptanya lingkungan kerja organisasi yang tidak

(16)

Iklim komunikasi yang negatif juga dapat mengakibatkan para

anggotanya menjadi tidak memiliki komitmen pada organisasi dan tidak

memiliki sense of belonging terhadap organisasi tempat mereka bekerja.

Iklim komunikasi yang terjadi dapat dibedakan menjadi dua

karakteristik, yaitu karakteristik iklim komunikasi bertahan dan

karakteristik iklim komunikasi mendukung.

Iklim komunikasi bertahan adalah keadaan komunikasi di

perusahaan tertentu yang cenderung dingin dan individualis. Sedangkan

iklim komunikasi mendukung adalah keadaan yang cenderung hangat dan

saling mendukung. Menurut Curtis, Floyd, dan Winsor. “Pada umumnya,

karakteristik iklim komunikasi mendukung lebih disukai daripada

karakteristik ikilm komunikasi bertahan. Ini disebabkan karena

karakteristik iklim komunikasi bertahan atmosfirnya terkesan berat dan

represif (2004, p.42)” iklim komunikasi dianggap penting karena hal ini

memberikan pengaruh kepada cara berpikir, perilaku, dan pesan-pesan

tentang organisasi diantara anggota perusahaan. Sebuah organisasi akan

dikatakan baik jika didalamnya terbentuk iklim komunikasi organisasi

yang positif dan mendukung.

Sebuah organisasi tidak terlepas dari permasalahan yang bisa

terjadi di dalamnya. Terdapat hierarki dalam sebuah struktur organisasi

yang diisi dengan berbagai orang yang mempunyai sifat, latar belakang

dan tingkat pendidikan yang berbeda. Maka dari itu tidak semua arus

(17)

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo atau yang

lebih dikenal dengan KPP Pratama Surabaya Mulyorejo. Perusahaan ini

berada di Surabaya tepatnya di Jl. Jagir Wonokromo No. 100 Surabaya.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo adalah institusi

pemerintah bagian dari Kementrian Keuangan Republik Indonesia yang

memiliki fungsi administrasi perpajakan secara adil untuk membiayai

penyelenggaraan Negara demi kemakmuran rakyat. Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo sendiri juga mempunyai

permasalahan-permasalahan intern yang dapat mengahambat kelancaran

informasi dan komunikasi serta suasana kurang kondusif.

Penulis tertarik menjadikan Kantor Pelayanan Pajak Surabaya

sebagai objek penelitian karena penulis aktif dalam institusi kantor pajak

tersebut sebagai karyawan kontrak atau outsourcing selama empat bulan.

Penulis menemukan kesenjangan hubungan antara atasan dengan bawahan

atau karyawan KPP Pratama Surabaya. Dalam pelaksanaannya seringkali

ditemukan beberapa masalah hubungan komunikasi di perusahaan, terlebih

lagi antara Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) yang terdiri dari

empat waskon, namun penulis kali ini lebih fokus dalam penelitiannya di

dalam waskon tiga dan empat saja. Kurangnya kedekatan antara kepala

waskon dengan bawahannya seringkali menimbulkan masalah seperti

pemetaan lokasi sensus sering terjadi kesalahan. Kesejnangan antara

kepala waskon dengan unit-unit pelaksana sensus juga terlihat dengan

(18)

sensus pajak nasional. Sering juga terdengar gunjingan-gunjingan di antara

karyawan maupun antara divisi bidang lain, sehingga menyebabkan

kurang adanya pengertian diantara pimpinan dan bawahan.

Masalah atau ancaman yang muncul dari dalam organisasi jauh

lebih berbahaya bila dibandingkan masalah atau ancaman yang berasal

dari luar perusahaan (Pace dan Faules, 2006).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka perumusan

masalah pada penelitian ini adalah :

“Bagaimana iklim komunikasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya

Mulyorejo di Seksi Pengawasan dan Konsultasi terlebih di waskon tiga

dan empat ? ”

1.3 Tujuan Penelitian

Mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah yang telah

dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana iklim komunikasi organisasi KPP Pratama Surabaya Mulyorejo

dalam Seksi Pengawasan dan Konsultasi tiga dan empat.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini untuk berbagai

(19)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada ilmu

komunikasi dan sebagai tambahan bahan referensi khususnya tentang

iklim komunikasi organisasi, serta sebagai sarana untuk menerapkan,

mengaplikasikan, sekalligus sebagai tambahan bahan literatur untuk

penulisan karya ilmiah mendatang.

2 Manfaat Praktis

Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk mengetahui iklim

komunikasi organisasi, yang nantinya dapat digunakan sebagai

(20)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Komunikasi Organisasi

Adapun definisi dari komunikasi organisasi dibagi menjadi dua,

yaitu fungsional dan definisi interpretif. “Secara funsional, komunikasi

organisasi didefinisikan sebagai petunjuk dan penafsiran pesan di antara

unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi

tertentu, suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam suatu

lingkungan”. (Pace & Faules, 2006, p.31)

Kemudian di sisi lain , “Secara interpretif, komunikasi organisasi

didefinisikan sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang

merupakan organisasi. Komunikasi organisasi adalah “perilaku

pengorganisasian” yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam

proses itu berinteraksi dan memberikan makna atas apa yang sedang

terjadi. Lebih jelasnya, komunikasi organisasi adalah prosess penciptaaan,

memelihara, dan mengubah organisasi”. (Pace & Faules, 2006, p.33)

Komunikasi mengikat bersama bagian-bagian dari suatu organisasi

dan mendorong orang-orang untuk bertindak. Dalam suatu organisasi kerja

(21)

1. Komunikasi berfungsi menyampaikan informasi dan pengetahuan dari

orang yang satu kepada orang yang lain sehingga terjadi tindakan kerja

sama.

2. Komunikasi berfungsi membantu mendorong dan mengarahkan

orang-orang untuk melakukan sesuatu.

3. Komunikasi berfungsi membantu membentuk sikap dan menanamkan

kepercayaan untuk mengajak, meyakinkan, dan mempengaruhi

perilaku seseorang.

4. Komunikasi berfungsi membantu memperkenalkan pegawai-pegawai

dengan lingkungan fisik dan sosial mereka.

Disamping keempat fungsi tersebut, komunikasi juga menjalankan

fungsi-fungsi tambahan seperti pemeliharaan hubungan sosial diantara

manusia-manusia (Moekijat, 1993 : 7).

Menurut Dale Yoder (Moekijat, 1993 : 14-17), tujuan utama

komunikasi dalam pekerjaan adalah untuk memudahkan pelaksanaan dan

memperlancar jalannya organisasi. Tujuan komunikasi dalam pekerjaan

antara lain sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kesetiaan, kerja sama dan pengertian pegawai.

2. Untuk memberikan informasi kepada manajemen tentang kebutuhan

dan tujuan pegawai.

3. Untuk memberikan informasi kepada manajemen tentang reaksi

(22)

4. Untuk meberikan informasi, menjelaskan, dan menafsirkan

program-program perusahaan dan keefektifan dari program-program-program-program.

5. Untuk meningkatkan hubungan pribadi dan peran serta pegawai.

6. Untuk memberikan alat ekspresi dan penjelasan.

7. Untuk memberikan kebutuhan pribadi dan kebutuhan jabatan pegawai.

8. Untuk memotivasi pegawai.

9. Untuk memberikan propaganda kepada pegawai dan merintangi

propaganda dari sumber-sumber lain.

10.Untuk mencapai tujuan manajemen.

Dalam arti yang luas, tujuan komunikasi dalam suatu perusahaan

adalah untuk mengadakan perubahan-perubahan dan untuk mempengaruhi

tindakan ke arah kesejahteraan perusahaan. Komunikasi penting untuk

berfungsinya interen perusahaan karena komunikasi menyatukan

fungsi-fungsi manajerial yang menurut Harold Koonts komunikasi diperlukan

untuk :

1. Menentukan dan menyebarkan tujuan perusahaan.

2. Mengembangkan rencana guna pencapaiannya.

3. Mengatur Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber daya lainnya

dengan cara yang se-efektif dan se-efisien mungkin.

4. Memilih, mengembangkan, dan menilai anggota organisasi.

5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi, dan menciptakan suasana agar

orang-orang mau memberikan sumbangan dan mengawasi pelaksanaan

(23)

Komunikasi antar manusia merupakan komunikasi langsung (tatap

muka) dan dengan sikap dialogis serta umpan balik yang terjadi secara

langsung dalam artian komunikator dapat mengetahui efek komunikasinya

pada saat itu juga sehingga sering digunakan untuk melakukan persuasif.

Komunikasi persuasif dapat berlangsung dalam situasi komunikasi yang

melibatkan upaya seseorang yang dengan sadar berubah tingkah lakunya

melalui penyampaian pesan (Effendy, 2003 : 25-26).

Dalam suatu organisasi (baik profit maupun non profit), tindak

komunikasi dalam organisasi akan melibatkan :

1. Informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem proses informasi

yang seluruh anggotanya berharap dapat memperoleh informasi yang

lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu.

2. Regulatif

Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam

suatu organisasi.

3. Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak

akan selalu membawa hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan,

maka banyak pimpinan yang lebih suka mempersuasikan bawahan

daripada memberi perintah, sebab pekerjaan yang dilakukan secara

(24)

4. Integratif

Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang

memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan

yang baik, yaitu saluran komunikasi formal dan saluran komunikasi

informal. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan

untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap

organisasi (Sendjaja, 1992 : 136).

2.1.2 Komunikasi Organisasi Dalam Suatu Perusahaan

Komunikasi organisasi sering juga diartikan sebagai perilaku

pengorganisasian (organizing behavior), yakni bagaimana para karyawan

terlibat dalam proses berinteraksi dan memberikan makna atas apa yang

terjadi (komunikasi transaksional). Oleh karena itu, ketika organisasi

dianggap sekedar sekumpulan orang yang berinteraksi maka komunikasi

hanya berfungsi sebagai organisasi. Komunikasi tidak sekedar melayani

organisasi, tetapi merupakan organisasi itu sendiri. Jadi komunikasi

organisasi akan berpusat pada simbol-simbol yang memungkinkan

kehidupan organisasi, apakah kata-kata, gagasan-gagasan, dan konstruk

yang mendorong, mengesahkan, mengkoordinasikan, dan mewujudkan

aktivitas yang terorganisir dalam situasi-situasi spesifik (Liliweri, 2004 :

60).

Menurut Mulyana (2001:75), komunikasi organisasi

(25)

formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang

lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi

seringkali melibatkan komunikasi diadik, komunikasi antar pribadi, dan

adakalanya juga komunikasi publik.

2.1.3 Iklim Komunikasi Organisasi

Iklim komunikasi dan organisasi merupakan hal yang perlu

menjadi perhatian seorang pimpinan organisasi karena faktor tersebut

sedikit banyaknya ikut mempengaruhi kepada tingkah laku karyawan.

Untuk dapat menciptakan iklim komunikasi dan organisasi yang baik perlu

memahami kedua hal tersebut serta keadaan karyawan.

Ada hubungan yang sirkuler antara iklim komunikasi dengan iklim

organisasi. Tingkah laku komunikasi mengarahkan pada perkembangan

iklim organisasi. Iklim organisasi dipengaruhi oleh macam-macam cara

anggota organisasi bertingkah laku dan berkomunikasi. Iklim komunikasi

yang penuh persaudaraan mendorong para anggota organisasi

berkomunikasi secara rileks dan ramah tamah dengan anggota lain.

Sedangkan iklim komunikasi yang negatif menjadikan anggota tidak

berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan.

Iklim komunikasi lebih luas dari persepsi karyawan terhadap

kualitas hubungan dan komunikasi dalam organisasi serta tingkat pengaruh

dan keterlibatan. Reeding (Goldhaber, 1986) mengemukakan lima dimensi

(26)

1. Partisipasi membuat keputusan.

2. Kepercayaan, dapat dipercaya, dan dapat menyimpan rahasia.

3. Keterbukaan dan keterusterangan.

4. Tujuan berkinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja

dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.

5. “Supportiveness”, atau bawahan mengakui dan mengamati bahwa

hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka

membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting

(Muhammad, 2001 : 82-85).

2.1.4 Iklim Komunikasi Organisasi Dalam Suatu Perusahaan

Iklim komunikasi organisasi dibentuk melalui interaksi antara

anggota-anggota organisasi. Interaksi-interaksi dan proses-proses yang

membentuk, menciptakan kembali, mengubah, dan memelihara iklim

adalah hal-hal yang seharusnya menjadi pusat perhatian. Interaksi adalah

hal yang penting untuk perkembangan iklim komunikasi organisasi. Iklim

bukanlah sifat seorang individu, tetapi sifat yang dibentuk, dimiliki

bersama dan dipelihara oleh para anggota organisasi ( Pace dan Faules,

1993 : 165-166).

Perusahaan yang memiliki iklim komunikasi organisasi yang sehat

dapat digunakan sebagai indikasi bahwa perusahaan tersebut memiliki

citra yang baik dalam kompetisi antar perusahaan. Iklim ini dibentuk dari

(27)

dengan lingkungan yang penuh persahabatan, saling menghargai, dan

kepercayaan yang tinggi akan menuju ke arah iklim komunikasi yang

positif.

Iklim organisasi dipengaruhi oleh bermacam-macam cara anggota

organisasi bertingkah laku dan berkomunikasi. Iklim komunikasi

organisasi yang positif yaitu yang penuh persaudaraan mendorong para

anggota organisasi berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah

dengan anggota lain. Sedangkan iklim yang negatif menjadikan anggota

tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa keterbukaan

(Muhammad, 2001 : 85).

Menurut Pace dan Faules (1993 : 159-160), ada enam faktor besar

yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi, antara lain :

1. Kepercayaan

Personel disemua tingkat harus berusaha keras untuk

mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang ada

didalamnya kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh

pernyataan dan tindakan. Menurut Haney (1973), semakin tinggi

kepercayaan, cenderung motivasi kinerja semakin tinggi (Muhammad,

2004).

2. Pembuatan Keputusan Partisipasif

Para pegawai di semua tingkat dalam organisasi harus diajak

berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam

(28)

mereka. Serta para pegawai di semua tingkat harus diberi kesempatan

berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka

agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan

tujuan.

3. Kejujuran

Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus

mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai

mampu mengatakan “apa yang ada dalam pikiran mereka” tanpa

mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat,

bawahan atau atasan.

4. Keterbukaan Dalam Komunikasi ke Bawah

Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi

harus relatif mudah untuk memperoleh informasi yang berhubungan

langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi

kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka

dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan berhubungan luas

dengan perusahaan, para pemimpin, dan rencana-rencana.

5. Mendengarkan Dalam Komunikasi ke Atas

Personel di setiap tingkat dalam organisasi harus mendengarkan

saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan personel

di setiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan

(29)

cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang

berlawanan.

6. Perhatian Pada Tujuan-tujuan Berkinerja Tinggi

Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi yang dimaksud

adalah personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan

suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktifitas

tinggi, biaya rendah, demikian pula menunjukkan perhatian besar pada

anggota organisasi lainnya.

2.1.5 Proses Komunikasi di Perusahaan

Proses-proses komunikasi di dalam perusahaan bisa

bermacam-macam cara penyampaiannya. Harus dilaksanakan seefektif mungkin

karena dibutuhkan feedback untuk mengetahui apakah komunikasi yang

disampaikan sukses atau tidaknya. Dari sana kita tahu apakah respons

yang didapat positif atau negatif.

Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran

(interpretation) adalah inti persepsi yang identik dengan penyandian balik

(decoding) dalam proses komunikasi. Jika persepsi tidak akurat, tidak

mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan

untuk memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain (Mulyana,

2001 : 167-168).

Informasi yang merujuk kepada kata-kata (dalam pesan tertulis)

(30)

dirujuk , seperti dalam konteks “arus informasi” dan “pemrosesan

informasi”. Informasi adalah suatu istilah untuk merujuk kepada apa yang

kita sebut pesan dan sering digunakan untuk merujuk kepada nilai

keuntungan dan kerugian, evaluasi kinerja, dan pendapat pribadi yang

dinyatakan dalam surat dan memo, laporan teknis, dan data (Pace dan

Faules, 1993 : 29).

Proses komunikasi yang terjadi dalam suatu perusahaan harus

memiliki komunikasi yang efektif di semua karyawan. Persepsi mengenai

informasi yang diterima maupun yang disampaikan antara pimpinan

kepada bawahan atau sebaliknya harus benar-benar akurat. Pola

komunikasi yang di dalamnya terjadi proses saling tukar menukar

informasi menjadikan efektifitas pesan dapat diterima dengan baik antara

kedua belah pihak.

Konsep umpan balik ini dalam proses komunikasi sangat penting

karena dengan terjadinya umpan balik, komunikator mengetahui apakah

komunikasinya ini berhasil atau malah gagal. Dengan kata lain, apakah

umpan baliknya itu positif maupun negatif.

2.1.6 Komunikasi Interaksional

Komunikasi pada hakekatnya adalah interaksi. Pandangan ini

menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab akibat atau

(31)

verbal maupun non verbal penerima bereaksi lagi setelah menerima respon

atau umpan balik dari orang kedua dan seterusnya.

Pada model komunikasi interaksional, manusia dianggap lebih

aktif. Kualitas simbolik secara implicit terkandung dalam istilah

interaksional sehingga model komunikasi interaksional ini berbeda dengan

interaksi biasa yang ditandai dengan penukaran stimulus respons

(Mulyana, 2003 : 159).

Model komunikasi interaksional merujuk pada model komunikasi

yang dikembangkan oleh para ilmuwan sosial yang menggunakan

perspektif interaksi simbolik. Perspektif interaksi simbolik lebih dikenal

dalam sosiologi, meskipun pengaruhnya juga berdampak pada disiplin

ilmu lainnya. Pada model komunikasi interaksional sangat sulit untuk

menggambarkan model diagramatik, karena karakter yang kualitatif, non

sistematik dan non linier. Beberapa model yang sesuai untuk

menggambarkan komunikasi interaksional adalah model verbal.

Mulyana (2003 : 160), menjelaskan bahwa beberapa konsep

penting yang digunakan dalam komunikasi interaksional adalah :

1. Diri (self)

2. Diri yang lain (other)

3. Simbol

4. Makna

5. Penafsiran

(32)

Menurut model interaksi simbolik, orang-orang sebagai peserta

komunikasi bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan

perilaku yang rumit dan sulit diramalkan (Mulyana, 2003 : 160). Dalam

hal ini model interaksional menolak anggapan bahwa manusia bersifat

pasif yang perilakunya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan atau struktur

yang ada di luar dirinya.

2.1.7 Konsep Hubungan Dalam Suatu perusahaan

Komunikasi organisasi yang paling nyata adalah konsep hubungan

(relationship). Goldhaber (1979) mendefinisikan organisasi sebagai

“sebuah jaringan hubungan yang saling tergantung (interpendent)”. Bila

sesuatu yang saling bergantung, ini berarti hal-hal tersebut saling

mempengaruhi dan saling dipengaruhi satu sama lainnya. Pola dan sifat

hubungan dalam organisasi dapat ditentukan oleh jabatan dan peranan

yang ditetapkan bagi jabatan tersebut. Ini memberi struktur dan stabilitas

kepada organisasi tersebut.

1. Hubungan Antar Pesona

Hubungan yang paling intim yang kita miliki dengan orang-orang

lain dalam tingkat pribadi, antar teman, sesama sebaya, biasanya

disebut sebagai hubungan antar pesona. Dengan merekalah kita

beresonansi, bergetar dan sesuai, menunjukkan bahwa dapat

memperdulikan mereka. Hubungan antar pesona memiliki pengaruh

(33)

hubungan antar pesona yang baik hadir, sehingga cenderung

menemukan respons-respons positif terhadap penyelia (supervisor),

sikap tanggap atas kebutuhan-kebutuhan pribadi dan organisasi,

kepekaan terhadap perasaan pegawai, dan kesediaan untuk barbagai

informasi, semua ini adalah prasyarat untuk komunikasi ke atas dan ke

bawah yang efektif.

2. Hubungan Posisional

Hubungan posisional yang paling umum, dan mungkin paling

penting untuk kerja organisasi secara efektif dan efisien, adalah hubungan

atasan-bawahan. Dalam organisasi, jabatan-jabatan disusun dalam urutan

hierarki, menciptakan serangkaian hubungan atasan-bawahan di seluruh

organisasi memiliki implikasi untuk hampir seluruh organisasi. Bila

hubungan-hubungan atasan-bawahan dapat diperkokoh sumber daya

manusia di seluruh organisasi dapat ditingkatkan.

Komunikasi atasan-bawahan menunjukkan bahwa bawahan

cenderung mengatakan kepada atasan apa yang ingin didengar oleh atasan

mereka menurut pikiran mereka, dan memberi informasi kepada atasan

yang menggambarkan kelebihan bawahan, atau paling sedikit, tidak

mencerminkan kekurangan bawahan. Konsekuensi yang tampak berkaitan

dengan sifat hubungan posisional dalam organisasi dan terutama dengan

hubungan atasan-bawahan yang melekat hierarkis yang muncul dari

(34)

Hubungan antara manajer, penyelia (supervisor) dan staf dalam

suatu organisasi perusahaan ditentukan oleh hubungan secara terstruktur

dan hubungan antar pribadi. Hubungan struktur berdasarkan jabatan yang

ada dalam struktur organisasi tersebut. Hubungan ini digunakan dalam

pelaksanaaninstruksi dari manajer ke penyelia dan diteruskan kepada staf.

Sedangkan hubungan antar pribadi menguatkan pesan tersebut agar

instruksi dilaksanakan tidak kaku, melainkan ada suasana yang akrab

supaya hubungan antar anggota organisasi terjalin dengan baik.

2.2 Kerangka Berpikir

Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan

berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain di dalam

kehidupan sehari-hari. Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat

diabaikan, begitu juga halnya dalam kehidupan berorganisasi.

Perkembangan aktivitas organisasi terpusat pada iklim komunikasi

organisasi. Ini menjadi perhatian bagi pemimpin guna meningkatkan

kinerja perusahaan.

Dalam meneliti iklim komunikasi organisasi KPP Pratama

Surabaya Mulyorejo terlebih di waskon tiga dan empat, penulis mengukur

faktor-faktor yang mempengauhi iklim komunikasi organisasi tersebut.

Pada iklim komunikasi organisasi terdapat enam faktor yang

(35)

1. Kepercayaan

Kepercayaan adalah bagaimana karyawan menilai kepercayaan

yang mereka peroleh dari atasan dan bagaimana karyawan merespon

kepercayaan itu dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan

organisasi. Personel di semua tingkat berusaha keras untuk

mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya

ada kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan

dan tindakan.

2. Pembuatan Keputusan Partisipatif

Pembuatan keputusan partisipatif yang dimaksud adalah

bagaimana karyawan dapat berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai

permasalahan yang dihadapi di dalam perusahaan dan bagaimana

mencari jalan keluar bersama untuk menyelesaikannya. Para pegawai

di semua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan

berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah

kebijakan organisasi, yang relevan terhadap kedudukan mereka. Para

pegawai di semua tingkat harus diberi kesempatan berkomunikasi dan

berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta

(36)

3. Kejujuran

Kejujuran yang dimaksud adalah bagaimana karyawan mampu

menyampaikan isi pikiran mereka dan saling berterus terang sehingga

tidak ada selisih paham serta tidak ada kebohongan diantara karyawan.

Suasana umum yang meliputi kejujuran dan keterusterangan harus

mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi dan para pegawai

mampu mengatakan apa yang ada dalam pikiran mereka tanpa

mengindahkan apakah mereka berbicara pada teman sejawat, bawahan,

atau atasan.

4. Keterbukaan Dalam Komunikasi ke Bawah

Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah yang dimaksud adalah

bagaimana karyawan mampu secara terbuka mengkoordinasikan

pekerjaan supaya mulai dari tingkat manajer, penyelia (supervisor),

sampai staf apapun mengenai informasi dapat disebarluaskan dengan

terbuka. Kecuali untuk informasi rahasia, anggota organisasi harus

relatif lebih mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung

dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka

untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau

bagian-bagian lainnya, dan berhubungan luas dengan perusahaan, para

(37)

5. Mendengarkan Dalam Komunikasi ke Atas

Mendengarkan dalam komunikasi ke atas yang dimaksud adalah

bagaimana karyawan atau staf merasa bahwa informasi yang dimiliki

dianggap penting oleh manajemen sehingga manajemen mau

mendengarkan masukan dari bawahan dengan pikiran yang terbuka.

Personel di setiap tingkat dalam organisasi harus mendengarkan

saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan personel di

setiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan

dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang

cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang

berlawanan.

6. Perhatian Pada Tujuan-tujuan Berkinerja Tinggi

Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi yang dimaksud

adalah personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan

suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktivitas

tinggi, biaya rendah, demikian pula menunjukkan perhatian besar pada

anggota organisasi lainnya.

Umpan balik dari komunikasi yang terjalin di KPP Pratama

Surabaya Mulyorejo antara pimpinan dan karyawan dalam penelitian ini

dikategorikan positif dan negatif. Pertanyaan yang dijawab responden

(38)

pertanyaan yang dijawab responden dengan jawaban “Tidak” mengarah

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2006 : 8), metode kuantitatif dinamakan metode

tradisional. Karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga

sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini sebagai

metode ilmiah atau scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah

yang konkrit atau empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis.

Metode kuantitatif diartikan juga sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu, pengumpulan datanya menggunakan

instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistic

(berhubungan dengan angka-angka).

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.2.1 Definisi Operasional

Definisi operasional menjelaskan bagaimana variabel penelitian

dapat diukur atau dioperasionalkan. Penelitian ini difokuskan pada iklim

komunikasi organisasi pada KPP Pratama Surabaya Mulyorejo. Penelitian

ini menggunakan metode survey dan termasuk penelitian kuantitatif

(40)

Iklim komunikasi organisasi merupakan variabel untuk mengetahui

situasi dalam lingkungan kerja di suatu organisasi secara keseluruhan.

Namun penulis lebih fokus terhadap satu divisi atau bagian saja, yaitu

Seksi Pengawansan Dan Konsultasi (Waskon). Iklim komunikasi

organisasi ini dibentuk melalui interaksi yang intens antar anggota

organisasi (seluruh karyawan) dengan lingkungan yang penuh

persahabatan, saling menghargai dan kepercayaan yang tinggi akan

menuju ke arah iklim yang baik dan positif. Iklim juga dibentuk dari

interaksi karyawan dalam mempersepsi aturan, kebijakan, dan nilai yang

ada dalam organisasi tersebut.

Dalam iklim komunikasi organisasi yang baik adalah yang positif,

yaitu terdapat kepercayaan antara atasan dengan bawahan. Karyawan

dapat berkonsultasi dan berkomunikasi serta diikutsertakan dalam

pengambilan keputusan dan pencapaian tujuan perusahaan yang

berhubungan dengan posisi para karyawan. Terdapat keterusterangan dan

kejujuran diantara sesama karyawan dan mudah menerima segala

informasi yang berhubungan dengan kemampuan karyawan dalam

pekerjaan dan pendapat serta pemikiran karyawan yang dianggap penting

oleh manajemen. Karyawan menunjukkan komitmen terhadap tujuan

berkinerja tinggi dan manajemen menganggap kesejahteraan karyawan

sama pentingnya dengan tujuan perusahaan berkinerja tinggi. Semua ini

merupakan prasyarat untuk komunikasi ke atas dan ke bawah dapat

(41)

3.2.2 Pengukuran Variabel

Iklim komunikasi organisasi meliputi persepsi-persepsi mengenai

pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam

organisasi. Dalam hal ini variabel iklim komunikasi organisasi dapat

diukur dengan menggunakan indikator sebagai berikut :

a. Kepercayaan

Adalah keyakinan, dan kredibilitas yang didukung oleh pernyataan dan

tindakan yang dikembangkan oleh para personel organisasi.

Variabel ini dijabarkan dalam empat indikator, yaitu :

1. Karyawan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan atasan

dalam memimpin divisi.

2. Atasan memiliki kepercayaan pada laporan bawahan serta

kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan

3. Adanya kepercayaan terhadap sesama kepala waskon

4. Adanya kepercayaan terhadap sesama rekan kerja.

b. Pembuatan Keputusan Partisipatif

Adalah upaya para pegawai dalam organisasi untuk berperan serta

dalam proses pembuatan keputusan bersama atau partisipatif dan

penentuan tujuan dengan cara berkomunikasi dan berkonsultasi

mengenai masalah dalam wilayah kebijakan organisasi yang relevan

dengan kedudukan mereka.

(42)

1. Personel di semua tingkat dalam organisasi berkomunikasi dan

berkonsultasi mengenai kebijakan organisasi yang relevan

dengan kedudukan mereka.

2. Banyak kesempatan berkomunikasi yang tersedia bagi seluruh

personel untuk berkonsultasi dengan tingkat manejemen yang

berada diatas mereka dalam proses pengambilan keputusan dan

penetapan tujuan organisasi.

3. Dalam menyelesaikan masalah yang terjadi selalu diselesaikan

bersama antara pemimpin dan karyawan atau antara sesama

karyawan serta dicari jalan keluar penyelesaiannya.

c. Kejujuran

Adalah suasana umum yang diliputi keterusterangan sehingga para

karyawan dalam divisi tersebut mampu mengatakan apa yang ada

dalam pikiran mereka tanpa mengindahkan apa mereka berbicara

kepada teman sejawat, bawahan, atau atasan sehingga tidak ada selisih

paham serta kebohongan diantara karyawan.

Variabel ini dijabarkan dalam tiga indikator, yaitu :

1. Atasan terlibat memiliki kejujuran yang tinggi kepada bawahan

mereka dalam membimbing pelaksanaan tugas-tugas bawahan.

2. Bawahan terlibat memiliki kejujuran yang tinggi kepada atasan

dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan mereka.

3. Kebebasan mengutarakan pendapat dan isi hati juga

(43)

atasan untuk mencapai suasana kerja yang kondusif antara

rekan sejawat dan hasil kerja yang maksimal.

d. Keterbukaan Dalam Komunikasi ke Bawah

Adalah kemudahan bagi anggota organisasi untuk memperoleh

informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu,

yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan

pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan

yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasinya, para

pemimpin dan rencana-rencana.

Variabel ini dijabarkan dalam dua indikator, yaitu :

1. Pimpinan mengkomunikasikan secara terbuka setiap informasi

yang didapat mengenai kebijakan-kebijakan baru maupun

mengenai apapun sehubungan pekerjaan kepada karyawannya.

2. Semua personel relatif mudah memperoleh informasi yang

berkaitan langsung dengan pekerjaan mereka, kecuali untuk

informasi rahasia organisasi yang penting.

e. Mendengarkan Dalam Komunikasi ke Atas

Adalah upaya personel organisasi di setiap tingkatan dalam organisasi

untuk mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah yang

dikemukakan personel di setiap tingkat bawahan dalam organisasi,

secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari

bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali

(44)

Variabel ini dijabarkan dalam tiga indikator, yaitu :

1. Atasan mendengarkan secara berkesinambungan dan berpikiran

luas mengenai semua saran atau laporan masalah yang diajukan

oleh personil pada tingkat bawahan dalam organisasi.

2. Penerimaan atas usulan yang disampaikan staf atau karyawan

dalam kaitannya keterbukaan dengan atasan, dapat diterima dan

direspon dengan baik oleh pihak pimpinan.

3. Informasi yang diterima dari bawahan dipandang cukup

penting oleh atasan mereka untuk dilaksanakan.

f. Perhatian Pada Tujuan-tujuan Berkinerja Tinggi

Adalah upaya anggota di setiap tingkatan dalam organisasi yang

menunjukkan komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi,

produktivitas tinggi, biaya rendah, demikian pula menunjukkan

perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.

Variabel ini dijabarkan dalam tiga indikator, yaitu :

1. Perhatian yang serius kepada kesejahteraan semua personil penting

bagi manajemen seperti pentingnya tujuan organisasi berkinerja

tinggi.

2. Pimpinan selalu memberikan motivasi, memperhatikan

kesejahteraan dan reward kepada semua karyawan untuk membuat

(45)

3. Karyawan disemua tingkat dalam organisasi menunjukan

komitmen terhadap tujuan berkinerja tinggi (produktivitas tinggi,

kualitas tinggi, biaya rendah).

Umpan balik dari komunikasi yang terjalin di KPP Pratama

Surabaya Mulyorejo antara pimpinan dan bawahan ini di kategorikan

menjadi positif dan negatif. Pertanyaan yang dijawab responden dengan

jawaban “Ya” mengarah pada iklim komunikasi organisasi positif dan

pertanyaan yang dijawab responden dengan jawaban “Tidak” mengarah

pada iklim komunikasi organisasi negatif.

Sakala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Skala ini

hanya mengelompokkan peristiwa dalam kategori tertentu. Angka yang

tidak menunjukkan kedudukan suatu kategori terhadap kategori lain

melainkan hanya sekedar kode saja. Dalam penelitian ini, pertanyaan

dengan jawaban “Ya” diberi angaka 1 dan pertanyaan dengan jawaban

“Tidak” diberi angka 0.

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah karyawan KPP Pratama Surabaya

Mulyorejo. Populasi ini merupakan jumlah karyawan yang berkerja di

(46)

karyawan tersebut terkait langsung dengan setiap kebijakan, sistem, dan

budaya organisasi yang ada.

3.3.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Perusahaan KPP Pratama Surabaya Mulyorejo memiliki karyawan

dalam organisasi tersebut yang akan dijadikan populasi dalam penelitian

ini. Karyawan organisasi ini terdiri dari kepala kantor, bagian umum,

sampai dengan staf kelompok jabatan fungsional.

Penentuan sampel menggunakan Total Sampling, yaitu jumlah

karyawan dan kepala seksi waskon tiga dan empat yang berada di KPP

Pratama Surabaya Mulyorejo. Jumlah karyawan yang bekerja di seksi

waskon tiga dan empat perusahaan tersebut totalnya berjumlah 13 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder,

penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Jenis Data :

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dari responden. Dalam hal ini, responden memberikan jawaban

atas pernyataan-pernyataan dalam kuisioner yang telah

(47)

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan secara tidak

langsung melalui lembaga yang terkait atau perusahaan yang

bersangkutan, dalam hal ini KPP Pratama Surabaya Mulyorejo.

Data sekunder ini berupa struktur organisasi, serta data-data

lain yang berhubungan dengan penelitian.

2. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah berupa data internal yaitu data

yang diperoleh dari dalam KPP Pratama Surabaya Mulyorejo.

3. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data primer dan sekunder penulis

menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data, yaitu :

a. Kuisioner

Untuk memperoleh data primer penulis juga menggunakan

angket atau kuisioner yang disebarkan kepada responden

dengan harapan akan memperoleh data yang valid dan benar.

b. Dokumentasi

Untuk mendapatkan data sekunder dipergunakan cara

pencatatan dari dokumen yang berhubungan dengan penelitian

ini. Dalam hal ini adalah data yang berupa arsip perusahaan

yaitu tentang sejarah perusahaan dan struktur organisasi

(48)

3.5 Metode Analisis Data

Penelitian ini tidak menguji hipotesa, namun hanya menjelaskan

bagaimana keadaan iklim komunikasi organisasi KPP Pratama Surabaya

Mulyorejo. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

kuisioner dan akan disebarkan kepada seluruh sampel penelitian atau

responden dan hasilnya akan dianalisa secara deskriptif.

Dalam penelitian ini metode analisis data dilakukan dengan

menggunakan tabel frekuensi data yang telah diklasifikasikan, dihitung

untuk ditampilkan dalam prosentase, yaitu prosentasi dari masing-masing

data. Terakhir, data diinterpretasikan agar memberikan suatu kesimpulan

dari data yang sudah diperoleh.

Rumus yang digunakan :

P = ( F/N ) x 100 %

Keterangan :

P = Prosentase responden

F = Frekuensi

N = Jumlah populasi

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka akan diperoleh

(49)

selanjutnya akan disajikan dalam tabel agar mudah dibaca dan

diinterpretasikan.

Untuk mengukur nilai indikator-indikator iklim komunikasi kerja

dalam organisasi, penulis menggunakan rumus milik R. Wayne Pace.

1. Untuk mengukur Nilai Iklim Komposit (NIK) digunakan rumus :

NIK = ∑ Jawaban Individu

∑ Pernyataan

2. Untuk mengukur Nilai Iklim Kepercayaan (NIT) digunakan rumus :

NIT = ∑ N1

4

N1 : Pernyataan mengenai Kepercayaan

3. Untuk mengukur Nilai Pembuatan Keputusan Partisipatif (NIP)

digunakan rumus :

NIP = ∑ N2

3

N2 : Pernyataan mengenai Pembuatan Keputusan Partisipatif

4. Untuk mengukur Nilai Kejujuran (NIJ) digunakan rumus :

NIJ = ∑ N3

3

(50)

5. Untuk mengukur Nilai Keterbukaan Dalam Komunikasi ke Bawah

(NIB) digunakan rumus :

NIB = ∑ N4

2

N4 : Pernyataan mengenai Keterbukaan Dalam Komunikasi ke Bawah

6. Untuk mengukur Nilai Keterbukaan Dalam Komunikasi ke Atas (NIA)

digunakan rumus :

NIA = ∑ N5

3

N5 : Pernyataan mengenai Keterbukaan Dalam Komunikasi ke Atas

7. Untuk mengukur Nilai Perhatian Pada Tujuan Berkinerja Tinggi

(NIPBT) digunakan rumus :

NIPBT = ∑ N6

3

N6 : Pernyataan mengenai Perhatian Pada Tujuan Berkinerja Tinggi

Untuk mengukur indikator-indikator yang mempengaruhi iklim

komunikasi organisasi, pertanyaan-pertanyaan mengenai iklim komunikasi

(51)

Peterson dan Pace (1976) mengembangkan Inventaris Iklim

Komunikasi (IIK) yang dirancang untuk mengukur enam “pengaruh

komunikasi”, yang berasal dari analisis “iklim ideal yang berhubungan

dengan pengelolaan” yang dilengkapi oleh Redding (1972). Dalam

pengujian Inventaris Iklim Komunikasi (IIK) dalam suatu organisasi, hasil

perhitungan masing-masing nilai gabungan indikator iklim komunikasi

yang koefisiensinya berkisar antara 0,8 – 0,79 dapat dikatakan baik,

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Latar Belakang Perusahaan

Kantor Pelayanan Pajak adalah unit kerja dari Direktoratt Jendral

Pajak yang melaksanakan pelayanan kepada masyarakat baik yang telah

terdaftar sebagai Wajib Pajak maupun tidak.

Organisasi ini pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa

unit organisasi yaitu:

1. Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan

pajak berdasarkan perundang-undangan dan melakukan

tugas pemeriksaan kas bendaharawan pemerintah.

2. Jawatan Lelang yang bertugas melakukan pelelangan

terhadap barang-barang sitaan guna pelunasan piutang pajak

Negara.

3. Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan

Pajak untuk melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap

pembukuan wajib pajak badan.

4. Jawatan Pajak Hasil Bumi yang bertugas melakukan

pungutan pajak hasil bumi dan pajak atas tanah yang pada

(53)

dan kemudian pada tahun 1965 berubah lagi menjadi

Direktorat Iuran Pembangunan Daerah.

Secara bertahap sejak tahun 2002, Kantor Pelayanan Pajak telah

mengalami modernisasi system dan struktur organisasi menjadi instansi

yang berorientasu pada fungsi, bukan lagi pada jenis pajak. Kantor

Pelayanan Pajak konvensional dan kantor pemeriksaan dan penyidikan

pajak. Pada tahun 2002 tersebut, dibentuk 2 KPP WP besar atau LTO

(Large Tax Office). KPP ini menangani 300 WP (wajib pajak) badan

tersebar diseluruh Indonesia dan hanya mengadministrasi jenis pajak PPH

dan PPN. Pada tahun 2003 dibentuk 10 KPP khusus yang meliputi KPP

BUMN, perusahaan PMA, WP badan dan orang asing, dan perusahaan

masuk bursa. Kemudian pada tahun 2004 dibentuk pula KPP modern yang

menangani WP terbanyak adalah KPP Pratama atau STO (Small Tax

Office). KPP Pratama baru dibentuk pada tahun 2006 sampai dengan 2008.

Perbedaan utama antara KPP STO dengan KPP LTO maupun MTO antara

lain adalah dengan adanya Seksi Ekstensifikasi pada KPP STO, sehingga

dapat pula KPP STO merupakan ujung tombak bagi DJP untuk menambah

rasio perpajakan di Indonesia.

Jenis kantor Pelayanan Pajak modern terbagi dalam tiga jenis yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Besar

2. Kantor Pelayanan Pajak Madya

3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama

(54)

4.1.2 Struktur Organisasi

Dalam proses reorganisasi, data ini Kantor Pelayana Pajak modern

sudah dibentuk di seluruh Indonesia. Kantor Pelayanan Pajak membawahi

unit organisasi yang lebih kecil yaitu Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan

Konsultasi Perpajakan (KP2KP) untuk menjangkau masyarakat yang

tinggal di daerah-daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh KPP.

Pembagian seksi dan jabatan fungsional pada kantor pelayanan

pajak pratama adalah sebagai berikut:

1. Subbagian Umun

2. Seksi Pelayanan

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

4. Seksi Ekstensifikasi

5. Seksi Pelayanan dan Konsultasi (maksimal 4 Seksi

Pengawasan dan Konsultasi)

6. Seksi Penagihan

7. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

8. Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksaan Pajak

9. Kelompok Jabatan Fungsional Penilai

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data

Peneliti menyebarkan kuisioner kepada 13 responden. Data yang

yang telah diperoleh kemudian diolah dan disederhanakan ke dalam

(55)

4.2.1 Identitas Responden

Identitas responden yaitu identitas karyawan Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Surabaya yang meliputi : jenis kelamin, pendidikan

terakhir, dan umur. Identitas responden dipaparkan dalam bentuk tabel

seperti berikut :

1. J enis Kelamin Responden

Jenis kelamin dari responden dapat dijelaskan seperti pada tabel

berikut ini :

Tabel 4.2

J enis Kelamin Responden

No. J enis Kelamin Frekuensi Prosentase

(% )

1 Laki-laki 8 62 %

2 Perempuan 5 38 %

J umlah 13 100 %

Sumber : Data Kuisioner

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa responden

yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 8 responden dan responden

yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 5 responden. Hal ini

memperlihatkan bahwa karyawan KPP Pratama Mulyorejo Surabaya

yang menjadi responden penelitian di dominasi oleh laki-laki, yaitu

dengan prosentase 62%, sedangkan responden perempuan menempati

(56)

2. Umur Responden

Umur responden dari penelitian ini dapat dijelaskan dalam tabel di

bawah ini :

Tabel 4.3

Umur Responden

No. Umur Frekuensi Prosentase

(% )

1 15 – 19 tahun 0 0 %

2 20 – 29 tahun 2 15 %

3 30 – 39 tahun 6 46 %

4 40 tahun 5 39 %

J umlah 13 100 %

Sumber : Data Kuisioner

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa tidak ada jumlah

responden yang berumur antara 15 – 19 tahun, jumlah responden yang

berumur antara 20 – 29 tahun berjumlah 2 orang (15 %), yang berumur

antara 30 – 39 tahun berjumlah 6 orang (46 %) dan responden yang

berumur lebih dari 40 tahun berjumlah 5 orang (39 %). Hal ini

memperlihatkan bahwa mayoritas karyawan di KPP Pratama Mulyorejo

Surabaya termasuk ke dalam usia produktif dalam bekerja dan

(57)

3. Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan terakhir responden dalam penelitian ini meliputi

jenjang SMA/SMK, Diploma (D3), Sarjana (S1), serta lainnya seperti

S2. Pendidikan terakhir responden dalam penelitian ini dapat dijelaskan

seperti dalam tabel berikut :

Tabel 4.4

Pendidikan Terakhir Responden

No. Pend. Terakhir Frekuensi Prosentase

(% )

responden yang berpendidikan terakhir SMA/SMK, sedangkan yang

berpendidikan terakhir Diploma (D3) berjumlah 2 orang dengan

prosentase 15 %, untuk responden yang berpendidikan terakhir Sarjana

(S1) berjumlah 8 orang dengan prosentase 62 %, serta yang lainnya

(S2) berjumlah 3 orang dengan prosentase 23 %.

Berdasarkan hal tersebut di atas, bahwa setiap orang memiliki latar

belakang yang berbeda-beda yang dapat menghambat proses

(58)

4.2.2 Kepercayaan

Kepercayaan tidak hanya didukung oleh pernyataan, namun juga

diikuti dengan tindakan. Kepercayaan adalah modal dasar untuk

berkomunikasi dan menjalin hubungan antar sesama karyawan. Setiap

personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk mempertahankan

hubungan yang ada di dalamnya, kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas

didukung oleh pernyataan dan tindakan. Kepercayaan dapat

meminimalisasi salah penafsiran antar karyawan, sehingga jika

kepercayaan dapat berlangsung dengan baik maka komunikasi di dalam

organisasi dapat berjalan dengan baik pula. Pada tabel berikut ini akan

Berdasarkan tanggapan responden tentang kepercayaan, pada

pernyataan pertama diperoleh 11 responden atau 85 % yang menjawab

“ya”, dan sebanyak 2 responden atau 15 % yang menjawab “tidak”.

Berdasarkan pernyataan pertama pada kuisioner tersebut dapat diketahui

bahwa responden yang menjawab “ya” lebih banyak daripada responden

(59)

Berdasarkan banyaknya jawaban “ya” terlihat sebagian besar

responden menyatakan bahwa pimpinan sudah memberikan kepercayaan

yang tinggi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas yang diberikan.

Tetapi masih ada juga yang menganggap bahwa pimpinan mereka masih

kurang memberikan kepercayaan yang tinggi bagi karyawannya dalam

pelaksanaan tugas-tugas mereka. Hal ini disebabkan pimpinan KPP

Pratama sudah lama menjabat sebagai pimpinan sehingga membuat

bawahan percaya terhadap kepemimpinannya.

memberikan jawaban “tidak”. Dari hasil pernyataan diketahui bahwa

responden yang memilih jawaban “tidak” lebih banyak. Hal ini

menunjukkan bahwa pimpinan waskon KPP Pratama Mulyorejo Surabaya

belum memiliki rasa kepercayaan yang penuh terhadap bawahan mereka,

meskipun tidak sedikit juga yang menjawab pernyataan dengan jawaban

“ya” dan itu menunjukkan bahwa masih ada karyawan yang merasa

(60)

No Pernyataan Ya Tidak

Untuk pernyataan ketiga diperoleh sebanyak 2 responden atau 15

% yang menjawab “ya”, dan sebanyak 11 responden atau 85 % yang

menjawab “tidak”. Berdasarkan jawaban “tidak” pada pernyataan ketiga

terlihat sebagian responden tidak memiliki rasa saling percaya di antara

kepala waskon dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang harus

dilaksanakan secara bersama-sama.

Untuk pernyataan keempat diperoleh sebanyak 8 responden atau 71

% yang menjawab “ya”, dan sebanyak 5 responden atau 29 % yang

menjawab “tidak”. Berdasarkan jawaban “ya” pada pernyataan keempat

terlihat responden memiliki rasa saling percaya di antara sesama rekan

kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang harus dilaksanakan

secara bersama-sama.

Untuk mengetahui nilai iklim kepercayaan digunakan rumus :

Nilai individu =

Σ

N1

Referensi

Dokumen terkait

26 Terkait dengan agama, Susanto mendapati bahwa peran yang dimainkan agama pada dasarnya sama, yaitu sebagai alat untuk menghindar dari dilabeli sebagai

Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan ditetapkan dalam Standar

Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang dihitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang

Dalam penelitian ini, dilakukan oleh Furuyashiki et al durasi yang efektif dalam ekspresi ROR- α pada sel preadiposit yang berdiferensiasi pemberian catechins selama

Hasil wawancara dengan Nia Faricha selaku manajer KSPS Minna Mandiri Pusat Juwana, dikutip pada hari selasa, 13 Desember 2016.. kepada calon anggota/anggota yang ingin

belakang di atas penulis ingin mengetahui apakan pola asuh orang tua yang diberikan kepada anak dapat mempengaruhi perkembangan aqidah bagi anak,.. maka penelitian ini penulis

Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Pelaksanaan Sadari Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Sadari pada Kelompok Eksperimen. Keterangan

Hukum Low of Demand kalau harga naik maka quantity juga naik, hukum ekonomi yang sangat mutlak untuk menguikur semua di awali dengan Preferensi dimana bisa melihat bagaimana