• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSTRAKSI ALKALOID DALAM DAUN TAPAK DARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSTRAKSI ALKALOID DALAM DAUN TAPAK DARA."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.I Tinjauan Secara Umum II.1.1 Tapak Dara

Gambar 2.1 Bunga tapak dara

Tapak dara adalah tanaman tahunan yang berasal dari Madagaskar, namun telah menyebar ke berbagai daerah tropika lainnya. Nama ilmiahnya

Catharanthus roseus (L.) Don. Di Indonesia tumbuhan hias pekarangan ini

dikenal dengan bermacam-macam nama, seperti sindapor (Sulawesi),

kembang tembaga (bahasa Sunda), dan kembang tapak dårå (bahasa Jawa).

Orang Malaysia mengenalnya pula sebagai kemunting cina, pokok rumput

jalang, pokok kembang sari cina, atau pokok ros pantai. Di Filipina ia dikenal

sebagai tsitsirika, di Vietnam sebagai hoa hai dang, di Cina dikenal sebagai

chang chun hua, di Inggris sebagai rose periwinkle, dan di Belanda sebagai

(2)

Tabel 2.1 Klasifikasi bunga tapak dara

Kerajaan Plantae (tumbuhan)

Divisi Magnoliophyta (berbunga)

Kelas Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Ordo Gentianales

Famili Apocynaceae

Genus Catharanthus

Spesies C. roseus

Kandungan Kimia

Herba tapak dara mengandung alkaloid diantaranya vinkaleukoblastin

(vinblastin), leurokristin (vinkristin), leurosin, vinkadiolin, leurosidin, dan

katarantin (Dalimartha, 1999). Sedangkan pada akar tapak dara mengandung

alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin (Dalimartha, 1999). Kulit akarnya

mengandung 2 % resin fenolik dan 3 % d-kamfor. Selain alkaloid daunnya

menghasilkan resin (oleoresin), sejumlah kecil minyak atsiri. Kandungan

terbesar yang biasa ditemukan adalah senyawa alkaloid pada daun yaitu

vinkristin (C46H56N4O10) dan vinblastin (C46H58N4O9) (Sutarno dan Radjiman

1999).

Habitat

Tapak dara tumbuh di tempat yang berpasir tapi juga dapat tumbuh di

pinggir sungai, vegetasi savanna dan tempat kering, di hutan. Tapak dara

(3)

sebagian besar ditemukan di dekat laut tapi seringkali ditemukan hingga 1500

m di atas permukaan laut. Tapak dara dapat hidup di lingkungan yang tidak

terlalu panas.

Morfologi Tanaman

Tapak dara berupa terna atau semak, menahun, tumbuh tegak, tinggi

mencapai 120 cm, banyak bercabang. Batang bulat, bagian pangkal berkayu,

berambut halus, warnanya merah tengguli (Dalimartha, 1999). Bunga

tunggal, keluar dari ujung tangkai dan ketiak daun dengan lima helai mahkota

bunga, entuknya seperti terompet, berwarna putih, ungu, merah muda atau

putih dengan warna merah ditengahnya, tabung mahkota bunga sepanjang

22-30 mm (Wijayakusuma, 2000). Buahnya buah bumbung berbulu,

menggantung, berisi banyak biji berwarna hitam. Perbanyakan dengan biji,

stek batang, atau akar (Dalimartha, 1999).

Cantik dan bermanfaat

Tanaman yang termasuk dalam famili Apocynaceae ini merupakan jenis

tumbuhan dengan berbagai kandungan kimia. Menurut Winarto, ahli tanaman

obat dari Kebun Obat Karyasari, terdapat lebih dari 70 macam alkaloid pada

seluruh bagian tanaman tapak dara. Bahkan di dalam tanaman tapak dara pun

terdapat alkaloid antikanker, yaitu komponen aktif vinblastine dan

leurocristine (vincristine).

Hanya saja, dijelaskan oleh Endah Lasmadiwati, ahli tanaman obat dari

(4)

tanaman tapak dara bisa digunakan untuk membuat ramuan obat. Jenis bunga

yang biasa digunakan adalah bunga putih karena sifatnya yang lebih dingin

atau yin.

Tapak dara yang berbunga merah jarang dimanfaatkan. Namun, bunga

merahnya biasa digunakan untuk menghentikan perdarahan. Inilah beberapa

ramuan tapak dara menurut Winarto dan Endah Lasmadiwati, yang berkhasiat

mengatasi beberapa penyakit seperti :

 Obat Diabetes

Lima lembar daun tapak dara diseduh dengan satu gelas air

mendidih. Diamkan hingga dingin, kemudian diminum.

 Obat Hipertensi

Daun tapak dara kering sebanyak 6-15 gram direbus. Setelah

dingin, diminum.

 Obat Bisul atau Bengkak

Tumbuk hingga halus satu genggam daun tapak dara. Tempelkan

pada bagian yang bengkak atau bisul. ( Winarto dan Endah

(5)

II.1.2 Senyawa Alkaloid

Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama

menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah

dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun

untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa

organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari

tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara

organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya

teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid

dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu. Bahwa hampir

semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek

fisiologis tertentu pada mahluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika

manusia dari dulu sampai sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai

ekstrak tumbuhan. Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum

diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid

diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit,

pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan

keseimbangan ion. Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu

buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin

heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik

lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga

(6)

ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang

paling sederhana sampai yang paling sulit ( Sinly Evan Putra, 1999 ).

Tabel 2.2 Beberapa contoh senyawa alkaloid

Senyawa Alkaloid Aktivitas Biologi

Nikotin Stimulan pada syaraf otonom

Morfin Analgesik

Kodein Analgesik, obat batuk

Atropin Obat tetes mata

Skopolamin Sedatif menjelang operasi

Kokain Analgesik

Piperin Antifeedant (bioinsektisida)

Quinin Obat malaria

Vinkristin Obat kanker

Ergotamin Analgesik pada migraine

Reserpin Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi

Mitraginin Analgesik dan antitusif

Vinblastin Anti neoplastik, obat kanker

(7)

II.1.3 Heksane (CH3(CH2)4CH3)

Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia

C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3). Awalan

heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan

akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang

menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Seluruh isomer heksana amat

tidak reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang inert.

Heksana juga terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil. Dalam

keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut

dalam air (http://id.wikipedia.org/wiki/Heksana).

Tabel 2.3 Sifat-sifat heksane :

Rumus kimia C6H14

Massa molar 86.18 g mol−1

Penampilan Cairan tidak berwarna

Densitas 0.6548 g/mL

Titik didih 69 °C (342 K)

Kelarutan dalam air 13 mg/L at 20°C[

Viskositas 0.294 cP

(8)

Tujuan Menggunakan Heksana

Heksana merupakan pelarut yang dapat membebasankan lemak dari

daun tapak dara karena adanya lemak - lemak akan mengganggu proses

pencarian alkaloid. Heksana sangat cocok untuk mengekstraksi senyawa yang

memiliki kepolaran rendah seperti minyak yang terdapat dalam tapak dara

karena bunga tapak dara mengandung minyak atsiri (Dalimartha, 2001).

II.1.4 Etanol (C2H5OH)

Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut,

atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah

terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan

dalam kehidupan sehari-hari.

Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia

yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah

pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia,

etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk

sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama

(9)

Kegunaan Etanol

Etanol dan alkohol membentuk larutan azeotrop. Karena itu pemurnian

etanol yang mengandung air dengan cara penyulingan biasa hanya mampu

menghasilkan etanol dengan kemurnian 96%. Etanol murni (absolut)

dihasilkan pertama kali pada tahun 1796 oleh Johan Tobias Lowitz yaitu

dengan cara menyaring alkohol hasil distilasi melalui arang.

Lavoisier menggambarkan bahwa etanol adalah senyawa yang terbentuk

dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Saussure berhasil

menentukan rumus kimia etanol. Lima puluh tahun kemudian

(1858), Coupermempublikasikan rumus kimia etanol. Dengan demikian

etanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus

kimianya.

Etanol pertama kali dibuat secara sintetik pada tahun 1826 secara

terpisah oleh Henry Hennel dari Britania Raya dan S.G. Sérullas dari

Perancis. Pada tahun 1828, Michael Faraday berhasil membuat etanol dari

hidrasi etilenayang dikatalisis oleh asam. Proses ini mirip dengan proses

sintesis etanol industri modern. Etanol telah digunakan sebagai bahan bakar

lampu di Amerika Serikat sejak tahun 1840, namun pajak yang dikenakan

pada alkohol industri semasa Perang Saudara Amerika membuat

penggunaannya tidak ekonomis. Pajak ini dihapuskan pada tahun 1906, dan

sejak tahun 1908 otomobil Ford Model T telah dapat dijalankan

(10)

Tabel 2.4 Sifat-sifat etanol

Rumus molekul C2H5OH

Massa molar 46,07 g/mol

Penampilan Cairan tak berwarna

Densitas 0,789 g/cm3

Titik lebur −114,3 C

Titik didih 78,4 C

Kelarutan dalam air Tercampur penuh

Keasaman (pKa) 15,9

Viskositas 1,200 cP (20 °C)

Momen dipol 1,69 D (gas)

Tujuan Menggunakan Etanol

Etanol merupakan pelarut organik yang biasa digunakan dalam

mengekstraksi senyawa alkaloid dari berbagai tumbuhan. Selain itu,

etanol lebih ramah lingkungan daripada metanol. Penggunaan etanol

96% lebih baik digunakan agar kapang dan kuman sulit tumbuh.

(11)

II.1.5 Asam sitrat (C6H8O7)

Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun

dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan

bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah

rasa masam pada makanan dan minuman ringan. Rumus kimia asam sitrat

adalah C6H8O7. Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam

2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.

Sifat Fisika dan Kimia

Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang

dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan

adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk

mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam

membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam

dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang

kesadahan air.

Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna

putih. Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air), atau

bentuk monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul

asam sitrat. Bentuk anhydrous asam sitrat mengkristal dalam air panas,

sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam

air dingin. Bentuk monohidrat tersebut dapat diubah menjadi bentuk

(12)

seperti asam karboksilat lainnya. Jika dipanaskan di atas 175 °C, asam sitrat

terurai dengan melepaskan karbon dioksida dan air.

Tabel 2.5 Sifat-sifat asam sitrat :

Rumus kimia C6H8O7

Titik lebur 426 K (153 °C)

Temperatur penguraian termal 448 K (175 °C)

Densitas 1,665 ×103 kg/m3

Keamanan Menimbulkan iritasi kulit dan mata

Sifat asam-basa 3,15 (pKa1)

4,77 (pKa2)

6,4 (pKa3)

II.1.6 Amonium Hidroksida (NH4OH)

Amonium Hidroksida adalah larutan gas amoniak (NH3) dalam air,

berbau khas menusuk hidung H3. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas

dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia

memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri

adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Administrasi

Keselamatan dan Kesehatan Pekerjaan Amerika Serikat memberikan batas 15

menit bagi kontak dengan amonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volum,

atau 8 jam untuk 25 ppm volum. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi

tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian.

(13)

digolongkan sebagai bahan beracun jika terhirup, dan pengangkutan amonia

berjumlah lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus disertai surat izin.

Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat.

Istilah ini menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia

mendidih di suhu -33 °C, cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi

atau temperatur amat rendah. Walaupun begitu, kalor penguapannya amat

tinggi sehingga dapat ditangani dengan tabung reaksi biasa di dalam sungkup

asap. "Amonia rumah" atau amonium hidroksida adalah larutan NH3 dalam

air. Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baumé. Produk larutan

komersial amonia berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki konsentrasi 26

derajat baumé (sekitar 30 persen berat amonia pada 15.5 °C). Amonia yang

berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10 persen berat

amonia. Amonia umumnya bersifat basa (pKb=4.75), namun dapat juga

bertindak sebagai asam yang amat lemah (pKa=9.25).

http://id.wikipedia.org/wiki/Amonia

Tabel 2.6 Sifat-sifat Amonium Hidroksida :

Rumus molekul NH4OH

Massa molar 17.0306 g/mol

Penampilan Gas tak berwarna berbau tajam

Massa jenis and fase 0.6942 g/L, gas.

Kelarutan dalam air 89.9 g/100 ml pada 0 °C

Titik lebur -77.73 °C (195.42 K)

Titik didih -33.34 °C (239.81 K)

Keasaman (pKa) 9.25

(14)

II.1.7 Kloroform (CHCl3)

Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3). Kloroform

disebut juga haloform disebabkan karena brom dan klor juga bereaksi dengan

metal keton, yang menghasilkan masing-masing bromoform (CHBr3) dan

kloroform (CHCl3). Hal ini disebut CHX3 atau haloform, maka reaksi ini

sering disebut reaksi haloform. Pembuatan kloroform :

1. Pengfoto kloran metana

2. Menurut reaksi haloform :

Zat + halogen + basa (halogen+basa=atau hipoklorit) CHCl3

Syarat untuk zat ini yaitu yang mempunyai atau pada oksidasi

menghasilkan gugus CH3COO (asetil) yang terikat pada atom H atau C.

Reaksi haloform ini berlangsung dalam tiga tingkat :

1. Oksidasi (bila perlu)

2. Substitusi

3. Penguraian oleh basa

Kegunaan Kloroform

1. Sebagai pelarut

Kloroform adalah pelarut yang umum di laboratorium karena relatif tidak

reaktif, miscible dengan cairan organik yang paling, dan nyaman volatile.

Kloroform digunakan sebagai pelarut dalam farmasi industri dan untuk

(15)

efektif untuk alkaloid dalam bentuk basis mereka dan dengan demikian

bahan tanaman biasanya diekstraksi dengan kloroform untuk diproses

farmasi.

2. Sebagai reagen dalam sintesis organik

Sebagai reagen , kloroform berfungsi sebagai sumber CCL

diklorokarbena 2 kelompok. Ia bereaksi dengan air natrium hidroksida

biasanya dalam kehadiran katalis transfer fase untuk menghasilkan

diklorokarbena , CCL 2. Reagen ini efek orto-Formilasi dari diaktifkan

cincin aromatik seperti fenol , memproduksi aril aldehida dalam reaksi

yang dikenal sebagai Tiemann-reaksi Reimer . Atau yang karbena bisa

terperangkap oleh alkena membentuk siklopropana derivatif. Di samping

Kharasch kloroform membentuk radikal bebas CHCl 2 selain alkena.

3. Sebagai obat bius

Kloroform yang pernah menjadi populer anestesi ; uap yang menekan

pada sistem saraf pusat dari pasien, yang memungkinkan dokter

melakukan berbagai prosedur lain yang menyakitkan. Pada 1847, di

Edinburgh dokter kandungan James Young Simpson kloroform

digunakan pertama untuk anestesi umum selama persalinan . Penggunaan

kloroform selama operasi berkembang pesat setelahnya di Eropa. Di

Amerika Serikat, kloroform mulai menggantikan eter sebagai obat bius

pada awal abad ke-20, namun ia dengan cepat ditinggalkan untuk eter

atas penemuan toksisitasnya, terutama kecenderungan untuk

(16)

disebut " 's sniffer kematian mendadak ". Neraswara,2009 “Kloroform”

Dietil eter, yang juga dikenal sebagai eter dan etoksi etana, adalah cairan

mudah terbakar yang jernih, tak berwarna, dan bertitik didih rendah serta

berbau khas. Anggota paling umum dari kelompok campuran kimiawi yang

secara umum dikenal sebagai eter ini merupakan sebuah isomernya butanol.

Berformula CH3-CH2-O-CH2-CH3, dietil eter digunakan sebagai pelarut biasa

dan telah digunakan sebagai anestesi umum. Eter dapat dilarutkan dengan

menghemat di dalam air (6.9 g/100 mL).

Penggunaan

Dietil eter merupakan sebuah pelarut laboratorium yang umum dan

memiliki kelarutan terbatas di dalam air, sehingga sering digunakan untuk

ekstrasi cair-cair. Karena kurang rapat bila dibandingkan dengan air, lapisan

eter biasanya berada paling atas. Sebagai salah satu pelarut umum untuk

reaksi Grignard, dan untuk sebagian besar reaksi yang lain melibatkan

berbagai reagen organologam. Dietil eter sangat penting sebagai salah satu

pelarut dalam produksi plastik selulosa sebagai selulosa asetat. Dietil eter

(17)

Tabel 2.8 Sifat-sifat dietil eter :

II.1.9 Tinjaun Berdasarkan Pengendapan

Beberapa pengendapan digunakan untuk memisah-misahkan jenis

alkaloid. Reagen sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk

bergabung dengan logam yang memiliki berat atom tinggi seperti

merkuri, bismut, tungsten, atau jood. Reagen yang sering digunakan

untuk mengidentifikasi senyawa alkaloid yaitu reagen Dragendorff,

reagen Mayer, reagen Wagner, reagen Bouchardat, dan reagen HNO3.

 Reagen Dragendorff mengandung kalium iodida dan bismut nitrat

dalam asam klorida pekat yang akan memberikan endapan warna

merah bata.

 Reagen Mayer mengandung merkuri klorida dan kalium Iodida

yang akan memberikan endapan warna putih.

 Reagen Bouchardat mirip dengan reagen Wagner dan mengandung

kalium Iodida dan jood. Kedua reagen ini akan memberikan

endapan warna coklat untuk senyawa alkaloid.

(18)

Adanya senyawa alkaloid pada tumbuhan dapat juga diuji dengan

HNO3 pekat. Reagen ini akan memberikan warna larutan menjadi

merah.

(http://www.scribd.com/doc/49575733/23/Pembuatan-Larutan-Pereaksi)

Tabel 2.8 Reagen warna dan pengendapan untuk senyawa alkaloid

Pereaksi Warna

Ekstraksi adalah untuk pengambilan semua komponen kimia yang

terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa

komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada

lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Secara

umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:

1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari

(19)

ikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau

menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.

2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu,

misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia

sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui.

Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk

senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti

dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa

kimia tertentu

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut

organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel,

maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang

terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam

dan di luar sel. Ada empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam

operasi ekstraksi :

1. Ukuran partikel

Ukuran partikel mempengaruhi kecepatan ekstraksi. Semakin kecil ukuran

partikel maka semakin besar luas permukaan dan akan terjadi kontak

antara padatan dan cairan. Semakin besar partikel, maka cairan yang akan

mendifusi akan memerlukan waktu yang relative lama. Dari penjelasan

(20)

ukuran + 0,5 s/d 1 cm lalu di oven dan di gerus hingga menjadi serbuk

agar terjadi kontak secara tepat.

2. Faktor pengaduk

Semakin cepat laju putaran pengaduk partikel akan semakin terdistribusi

dalam permukaan kontak akan lebih luas terhadap pelarut. Semakin lama

waktu pengadukan berarti difusi dapat berlangsung terus dan lama

pengadukan harus dibatasi pada harga optimum agar dapat optimum agar

konsumsi energi tak terlalu besar.

3. Temperatur

Pada banyak kasus, kelarutan material akan diekstraksi akan meningkat

dengan temperatur dan akan menambah kecepatan ekstraksi. Untuk

mendapatkan hasil yang optimal suhu pada proses pengadukan di jaga.

4. Pelarut

Pemilihan pelarut yang baik adalah pelarut yang sesuai dengan viskositas

yang cukup rendah agar sirkulasinya bebas. Umumnya pelarut murni akan

digunakan meskipun dalam operasi ekstraksi konsentrasi dari solute akan

meningkat dan kecepatan reaksi akan melambat, karena gradien konsentrasi

akan hilang dan cairan akan semakin viskos pada umumnya (Coulson, 1955:

721). Di dalam penelitian ini digunakan dua macam pelaut yaitu heksana

dan etanol. Heksana merupakan pelarut non polar sehingga pembebasan

lemak dari daun tapak dara menggunakan pelarut heksana sangat penting

karena adanya lemak - lemak akan mengganggu proses pencarian alkaloid.

(21)

kepolaran rendah seperti minyak yang terdapat dalam tapak dara karena

bunga tapak dara mengandung minyak atsiri (Dalimartha, 2001). Etanol

merupakan pelarut organik yang biasa digunakan dalam mengekstraksi

senyawa alkaloid dari berbagai tumbuhan.

(http://irwanfarmasi.blogspot.com/2010/04/ekstraksi-menggunakan-proses-infudasi.html)

II.2.1 Proses Ekstraksi

Proses pengambilan alkaloid dari daun tapak dara ada dua tahap :

1. Serbuk kering daun tapak dara + CH3(CH2)4CH3 larutan minyak daun

tapak dara + heksane

2. Serbuk tahap pertama + C2H5OH larutan alkaloid daun tapak dara +

etanol

Proses ekstraksinya adalah serbuk kering daun tapak dara dilarutkan

pada pelarut CH3(CH2)4CH3. Kemudian pelarut menembus pori – pori dari

padatan dengan bantuan pengadukan untuk mengambil zat terlarut kemudian

dipisahkan dengan cara filtrat dibuang dan residu di oven hingga kering.

Residu yang sudah dikeringkan diekstraksi lagi dengan etanol untuk

mendapatkan alkaloid yang terdapat di dalam daun tapak dara.

II.2.2 Uji Alkaloid Dengan Pengendapan

Uji alkaloid dengan pengendapan melalui beberapa tahap :

1. Ekstrak etanol + C6H8O7 larutan asam sitrat (mencapai pH 3-4)

2. Larutan asam sitrat + Bi (NO3)3.5H2O +3KI endapan coklat

(22)

3. Larutan asam + C4H10O larutan asam + eter

4. Larutan asam tahap ketiga + NH4OH larutan basa (mencapai pH 8-9)

5. Larutan basa + CHCl3 larutan basa + kloroform

6. Larutan basa tahap kelima + Bi (NO3)3.5H2O +3KI endapan coklat

kemerahan + larutan basa

Proses pemeriksaan alkaloid dengan reaksi pengendapan adalah ekstrak

etanol ditambahkan asam sitrat 5% hingga pH larutan mencapai pH 3-4.

Penambahan larutan asam diulangi beberapa kali sampai larutan tersebut

memberikan hasil negatif terhadap reagen penguji alkaloid. Disaring lalu

residu dibuang dan larutan asam yang diperoleh dikocok dengan eter

beberapa kali hingga fraksi eter yang terakhir tidak berwarna. Selanjutnya

larutan asam dibasakan dengan amonium hidroksida pekat hingga pH larutan

mencapai pH 8-9. Larutan basa yang diperoleh dikocok dengan kloroform

sampai tidak berwarna. Kemudian ditambah reagen dragendorff 5 ml sampai

menghasilkan endapan coklat kemerahan.

II.3Hipotesis

Pengambilan alkaloid dari daun tapak dara dapat dilakukan melalui

proses ekstraksi dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Bahan yang Digunakan

Penelitian ini menggunakan bahan baku daun tapak dara yang di ambil

di Magetan, Jawa Timur. Etanol, heksana, kalium iodida, bismut subnitrat,

aquades, kertas saring, asam sitrat, eter, amonium hidroksida, kloroform

dibeli dari PT. BRATACO Surabaya.

III.2 Alat yang Digunakan

Peralatan yang digunakan terdiri atas alat utama dan alat penunjang alat

utama yaitu seperangkat alat ekstraksi (pengaduk, motor pengaduk , statif,

tangki ekstraksi). Sedangkan penunjang oven waterbath, neraca digital, ayakan, erlenmeyer, pipet tetes, spatula, gelas ukur, labu ukur, kertas saring, thermometer, beaker glass.

III.3 Variabel Yang Digunakan

Variabel Tetap :

1. Volume pelarut : 150 ml

2. Ukuran ayakan : 100 mesh

3. Berat bahan : 25 gram

4. Suhu ekstraksi : 60 - 78 0C

(24)

Variabel Peubah :

1. * Waktu ekstraksi heksane (jam) : 1 ; 1,5 ; 2 ; 2,5 ; 3

* Waktu ekstraksi etanol (jam) : 1 ; 1,5 ; 2 ; 2,5 ; 3

2. Kecepatan pengadukan (rpm) : 100 ; 125 ; 150 ; 175 ; 200

III.4 Prosedur Penelitian

Proses penelitian yang dijalankan adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Bahan

Daun tapak dara dibersihkan dari kotoran – kotoran dan di cuci

himgga bersih. Dikeringkan dengan menggunakan oven hingga suhu 100

0

C untuk menghilangkan kadar airnya. Lalu di tumbuk hingga halus.

2. Jalannya Proses Ekstraksi

Daun Tapak dara yang sudah halus di timbang sesuai dengan berat

pada variabel yang di tetapkan, kemudian masukkan ke dalam beaker

glass dan di tambahkan pelarut heksana. Di ekstraksi untuk

menghilangkan lemak pada daun, di lakukan beberapa kali hingga lemak

di perkirakan habis. Ekstrak heksana yang di dapat di sisihkan,

kemudian serbuknya di keringkan sampai bebas heksana lalu di ekstraksi

dengan etanol 96 %. Tahap ini di lakukan beberapa kali hingga semua

senyawa yang terkandung dalam daun tapak dara telah tertarik semua.

(25)

3. Pemeriksaan Alkaloid Dengan Reaksi Pengendapan

Ekstrak etanol dimasukkan kedalam beaker glass, sambil diaduk

ditambahkan asam sitrat 5% hingga pH larutan mencapai pH 3-4. Larutan

asam ditambahkan reagen dragendroff penguji alkaloid. Larutan asam

yang diperoleh dikocok dengan eter hingga tidak berwarna.

Selanjutnya larutan asam dibasakan dengan amonium hidroksida

pekat hingga pH larutan mencapai pH 8-9. Larutan basa yang diperoleh

ditambahkan kloroform kemudian ditambahkan reagen dragendroff

penguji alkaloid sebanyak 5 ml.

4. Pembuatan Pereaksi Dragendorff

Larutan pereaksi dragendorff di buat terlebih dahulu. Sebanyak 8

gram KI dilarutkan dalam 20 ml aquades. 0,85 gram bismut subnitrat

dilarutkan dalam 40 ml aquades, kemudian kedua larutan ini

(26)
(27)

 Pemeriksaan Alkaloid Dengan Pengendapan

+ Asam sitrat 5% (pH 3-4)

Larutan asam ditambah reagen dragendorff sampai coklat kemerahan

Saring

Dikocok dengan eter hingga larutan tidak berwarna

+ Amonium hidroksida (pH 8-9)

Ditambahkan kloroform sampai tidak berwarna

Kemudian ditambah reagen dragendorff 5 ml sampai menghasilkan endapan coklat kemerahan

Gambar 3.1 Blok diagram proses identifikasi alkaloid dalam daun tapak dara Residu

Larutan Asam

Ekstrak etanol

Residu dibuang

(28)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

IV.1 Hasil Analisis Bahan Baku

Berdasarkan uji Balai Penelitian dan Konsultasi Industri (BPKI)

Surabaya - Jawa Timur, pada analisa bahan baku yaitu daun tapak dara

yang sudah ditumbuk hingga halus dengan berat 25 gram diperoleh

komposisi untuk masing-masing zat reduktor dengan acuan metode

Spektrofotometer sebagai berikut:

Tabel 4.1 Analisis bahan baku

No Parameter Hasil Satuan

1 Minyak Atsiri 0,46 %

(29)

IV.2 Hasil Penelitian

Data hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ekstraksi dari daun

tapak dara dengan menggunakan perbandingan waktu ekstraksi etanol 1 ;

1,5 ; 2 ; 2,5 ; 3 (jam) dengan kecepatan pengadukan 100; 125; 150; 175;

200 (rpm) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Pengaruh perbandingan waktu ekstraksi dan kecepatan

pengadukan terhadap kadar alkaloid dalam daun tapak dara

(30)

IV.3 Pembahasan

Grafik 4.1 Hubungan antara kadar alkaloid dengan waktu ekstraksi

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa waktu ekstraksi sangat

menentukan kadar alkaloid. Dari grafik dapat dilihat bahwa ekstraksi

semakin lama dan semakin cepat pengadukannya semakin bertambah kadar

alkaloidnya dapat dilihat pada waktu ekstraksi selama 1 sampai 2,5 jam.

Hal ini terjadi karena semakin lama waktu ekstraksi maka kontak antara

pelarut dengan bahan yang diekstraksi semakin baik, maka kontak antara

solute dan solven akan semakin lama sehingga proses akan dapat berjalan

baik. Semakin cepat laju putaran pengaduk partikel akan semakin

terdistribusi dalam permukaan kontak akan lebih luas terhadap pelarut.

Meskipun kenaikan grafik diatas tidak terlalu curam tetapi kadar yang

diperoleh semakin lama semakin besar. Kondisi terbaik terjadi pada waktu

ekstraksi selama 2,5 jam dengan kecepatan pengadukan 200 rpm diperoleh

(31)

3 jam terjadi penurunan, hal ini disebabkan karena terlalu lama solute di

ekstraksi maka kandungan alkaloid yang didapat semakin berkurang.

Berdasarkan dari tabel diatas juga terlihat bahwa reagen Dragendroff

memberikan hasil yang positif pada alkaloid dengan memberikan endapan

warna cokelat kemerahan dan hasil yang di peroleh dari penelitian terdahulu

menggunakan reagen Mayer memberikan endapan warna putih (Topan

Waskito, 1999) dan Ita Mustikawati, 2005 menggunakan reagen Wagner

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik

kesimpulan bahwa kadar alkaloid tertinggi diperoleh pada waktu ekstraksi

selama 2,5 jam dengan kecepatan pengadukan 200 rpm sebesar 19,73 %.

V.2 Saran

Bagi peneliti yang akan mengembangkan penelitian ini dapat mencoba

menggunakan pelarut lain untuk mengekstraksi alkaloid dari daun tapak dara

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Bhattacharyya, S.S., Mandal, S.K., 2008, In Vitro Studies Demonstrate Anti-

cancer Activity of an Alkaloid of a Plant (Gelsemiun sempervirens),

Experimental Biology and Medicine, 233(12):1591-601.

Coulson, 1955: 721, http://himapet.multiply.com/journa, di akses 27 Desember

2011

Dalimartha, 1999. etd.eprints.ums.ac.id/1542/, di akses 27 Desember 2011

Dalimartha, 2001. http://etd.eprints.ums.ac.id/10900/3/BAB_I.pdf, di akses 27

Desember 2011

Hariana, 2006. http://etd.eprints.ums.ac.id32811K100040026.pdf, di akses 27

Desember 2011

Leonindita, P. D., 2009, Formulasi Tablet Ekstrak Herba Tapak Dara (Catharantus

roseus (L) G. Don) Dengan Bahan Pengikat Gelatin Dan Gom Arab Pada

Berbagai Konsentrasi.

http://www.scribd.com/doc/49575733/23/Pembuatan-Larutan-Pereaksi, di akses 27 Desember 2011

Lenny, 2006, Senyawa Flavanoida, Fenilpropanida dan Alkaloida, Karya Ilmiah

Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1842/1/06003489.pdf, di akses 24

Februari 2012

Mustikawati, Ita., 2006. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid dari

Daun Gendarussa Vulgaris Nees, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas

Airlangga, Surabaya

Padmanabha, B. V., Chandrashekar, M., 2006, Pattern of Accumulation

of Camphotechin, an Anti – cancer Alkaloid in Nothapodytes

nimmoniana Graham., Current Science, 90(1):95-100.

eprints.undip.ac.id/25181/1/indah.pdf, di akses 27 Desember 2011

Perry, R.H., 1999,” Chemical Engineering Handbook”, 7th Edition,Mc-Graw-

(34)

Putra, Sinly Evan.” Alkaloid : Senyawa Organik Terbanyak di Alam”,

http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/alkaloid_

senyawa_organik_ terbanyak_di_alam/,di akses 28 Desember 2011

Srivastava, S.K., Khan, M., Khanuja, S.P.S., 2005, Process for Isolation of

Anticancer Agent Camptothecin from Nothapodytes foetida, US patent no

6893668.

Sutarno dan Radjiman, 1999.

http://mamaraihand.blogspot.com/2009/07/kanker-payudara-dapat-disembuhkan.html, di akses 28 Desember 2011

Waskito, Topan, 1999. Isolasi dan Uji Aktivitas Alkaloid dari Daun Tapak Dara

(Catharantous Roseus) Var Albus, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro, Semarang

Wijayakusuma, 2000. etd.eprints.ums.ac.id/1542/, di akses 27 Desember 2011

Winarto dan Endah Lasmadiwati.”Khasiat Tanaman Obat Tapak Dara, Tapak

KudadanTapakLiman”.http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Khasi

at%20Tanaman%20Obat%20Tapak%20Dara,%20Tapak%20Kuda%20dan

%20Tapak%20Liman&&nomorurut_artikel=175, di akses 28 Desember

2011

Saputera, Yoky Edy.” Spektrofotometri.

http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/spektrofotometri/, di akses 28

Desember 2011

Zhou, D., Zhao, K., Ping, W., Jun, L., 2005, Study on Mutagensis of Protoplast

from Taxol-Producing Fungus Nodulisporium sylviforme, The Journal of

(35)

APPENDIKS

Pembuatan Asam Sitrat 5 % dengan volume 100 ml

% W = W

1

x 100 %

Sebanyak 8 gram KI dilarutkan dalam 20 mL aquades. 0,85 gram bismut

subnitrat dilarutkan dalam 40 mL aquades, kemudian kedua larutan ini

dicampurkan dan diencerkan sampai volumenya 100 mL, kemudian disimpan

dalam botol berwarna gelap. Reaksi yang terjadi :

(36)

LAMPIRAN

Proses kegiatan selama penelitian

1. Persiapan Bahan

* Daun tapak dara yang * Kemudian dioven * Setelah di oven

telah dibersihkan ditumbuk hingga halus

2. Jalannya Proses Ekstraksi

* Di ekstraksi dengan * Disaring, residu di oven * Ketika selesai di oven n-heksana

(37)

3. Pemeriksaan Alkaloid Dengan Reaksi Pengendapan

* Ekstak etanol * Lalu ditambahkan * Disaring, filtrat ditambahkan asam sitrat reagen Dragendroff disimpan

* Dikocok dengan eter * Larutan basa dikocok Dengan reagen dragendroff

Pembuatan Pereaksi Dragendorff

Gambar

Gambar 2.1 Bunga tapak dara
Tabel 2.1 Klasifikasi bunga tapak dara
Tabel 2.2 Beberapa contoh senyawa alkaloid
Tabel 2.3 Sifat-sifat heksane :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang isolasi bakteri endofit dari tanaman tapak dara ( Catharanthus roseus ) dan uji kemampuan dari ekstrak metanolnya dalam menghambat pertumbuhan

Melihat potensi ini maka peneliti mencoba mengembangkan potensi tanaman blimbing wuluh dan daun tapak dara tersebut dalam kombinasi 2 ekstrak etanol sebagai obat herbal

Ini menjadi daya tarik bagi penulis untuk mengetahui efek tapak dara terhadap b'1Jladarah dengan harapan suatu saat tapak dara dapat dipakai sebagai obat altematif bagi

Karakter autotetraploid pada tanaman Melon kultivar Melodi Gama-1 hasil perlakuan ekstrak etanolik daun tapak dara konsentrasi 0,05% dengan lama perendaman 8 jam

dari ekstrak etanol daun tapak dara (Catharantus roseus) dalam menurunkan suhu pada pada mencit jantan yang diinduksi vaksin DTP HB.. METODE PENELITIAN Alat

Bahan yang diuji dalam penelitian ini adalah daun tapak dara (Catharanthus roseus L.) yang dibuat dalam bentuk infusa. Daun tapak dara diperoleh dalam keadaan segar

Rendahnya laju pertumbuhan tanaman terjadi karena logam Cd masuk dalam sel dan berikatan dengan enzim sebagai katalisator sehingga reaksi kimia di sel tanaman tapak dara air

Penelitian tentang isolasi bakteri endofit dari tanaman tapak dara ( Catharanthus roseus ) dan uji kemampuan dari ekstrak metanolnya dalam menghambat pertumbuhan