• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE DI KELURAHAN MEDOKAN AYU KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE DI KELURAHAN MEDOKAN AYU KOTA SURABAYA."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

Moch.Rizal J anuar die

NPM. 0624010012

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

SURABAYA

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Program Studi : Manajemen Agribisnis

Diajukan Oleh :

Moch.Rizal J anuar die

NPM. 0624010012

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN”

J AWA TIMUR

SURABAYA

(3)

DI KELURAHAN MEDOKAN AYU KOTA SURABAYA

Disusun Oleh :

MOCH. RIZAL J ANUARDIE

NPM : 0624010012

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Manajemen Agr ibisnis Fak ultas Per tanian

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur PadaTanggal 29 J uni 2012

Pembimbing : Tim Penguji :

1. Pembimbing Utama 1. Ketua

Ir . A. Rachman waliulu, SU Ir . A. Rachman Waliulu, SU

2. Pembimbing Pendamping 2 . Sekr etar is

Ir . Sr i Widayanti, MP Ir . Setyo par sudi, MP

3 . Anggota

Ir . Sigit Dwi Nugr oho,Msi

Mengetahui :

Dekan Fakultas Per tanian Ketua Pr ogdi Agr ibisnis

(4)

Tanggal :...2012

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir. A. Rachman Waliulu, SU Ir. Sr i Widayanti, MP

(5)

DATA PRIMER

A. Kar akter istik Pengusaha Tempe

1. Nama Perusahaan : ...

2. Status Kepemilikan : ...

3. Jenis Badan Usaha : ...

4. Permodalan :

a. Milik Sendiri

b.Kredit

c. Kerjasama

5. Bangunan dan peralatan

a. Luas bangunan : ...

b. Status bangunan : ...

c. Nilai bangunan : ...

d. Nilai sewa : ...

e. Alat-alat produksi : ...

: ...

: ...

: ...

: ...

f. Nilai alat produksi : ...

(6)

B. Pembiayaan (Biaya tetap) dan (Var iable) per proses pr oduksi

B.1. Biaya Tetap

J enis Alat dan Bangunan

J umlah Satuan

Nilai Alat (Rp)

Umur Ekonomis Biaya

Pen yusutan (Rp)

Jumlah Penyusutan

B.2. Biaya Variabel

J enis bahan Baku J umlah Harga Per satuan J umlah Total

(Rp)

Jumlah Pengeluaran

C. Pr oduksi Tempe

Bahan baku kedele,jumlah 100 Kg

Hasil tempe, bentuk, jumlah dan harga

J enis J umlah Har ga per Unit (Rp)

Keter angan

(7)

(Rp) (Rp) (Rp) Jenis I

Jenis II Total

E. Sistem Pemasar an

(8)

menempatkan kebijaksanaan pertanian pada posisi yang sebenarnya dengan

berlandaskan pada tersedianya sumber daya yang ada. Manfaat ekonomi dari

kegiatan industri dapat meningkatkan kesempatan kerja di pedesaan,

meningkatkan nilai tambah, meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan mutu

dari hasil pertanian yang ada pada gilirannya nanti dapat memenuhi syarat untuk

memasuki pasar luar negeri atau dapat menghemat devisa negara bahkan yang

lebih penting sebenarnya adalah keterkaitan antara sektor pertanian, sektor

industri perdagangan dan sektor lainnya dalam perekonomian. Pada tahap – tahap

pembangunan mendatang sektor pertanian sebagai sektor pendukung diharapkan

akan memainkan peranan yang penting dalam pertumbuhan perekonomian

nasional. Akhir – akhir ini perhatian terhadap tanaman kedelai cukup meningkat,

baik dari pemerintah maupun masyarakat, sejak minyak bumi mulai pudar

kedudukannya sebagai primadona bahan ekspor, orang mulai menyadari bahwa

tanaman kedelai dapat diandalkan sebagai salah satu sumber untuk meningkatkan

pendapatan pengolahan dan petani kedelai. Salah satu produk kedelai yang

bernilai tinggi adalah tempe. Tempe banyak digemari konsumen, baik sebagai

pelengkap makanan sehari – hari atau sebagai makanan ringan. Memasuki area

industrialisasi yang didukung dengan sistem pertanian yang tangguh, maka sektor

pertanian harus menjadi soko guru bagi perekonomian nasional. Dengan demikian

pengembangan agroindustri terhadap usaha tani kedelai merupakan upaya untuk

menyeimbangkan perekonomian pusat yang berciri industri dengan daerah yang

berciri pertanian rakyat.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengidentifikasi karakteristik

pengusaha/ Agroindustri tempe di UMKM “Medokan Jaya”. (2) Untuk

menganalisis nilai tambah pada Agroindustri tempe di UMKM “Medokan Jaya”.

(3) Untuk menganalisis kelayakan usaha pada Agroindustri tempe di UMKM

(9)

agroindustri tempe. Analisis diskriptif ini juga untuk melihat ketersediaan

modal, bahan baku (kedelai), harga dan pemasaran serta peluang pasar. (2)

Untuk mengetahui hasil dan tujuan kedua yaitu menggunakan analisis

Incremental R/C Rasio dan nilai tambah untuk mengetahui bagaimana

keuntungan dalam menghasilkan agroindustri tempe, analisis ini adalah

penambahan antara hasil yang diperoleh ( keuntungan) dari bahan baku kedelai

menjadi tempe dengan biaya yang dilakukan. Sedangkan analisa kuantitatif yang

digunakan meliputi : (a) Analisis Nilai Tambah, (b) Analisis Keuntungan

Pengolah, (c) Analisis Penyerapan Tenaga Kerja, (d) Analisis Imbalan Kerja. (e)

Analisis Rasio Keuntungan Pengolah, (f) Analisis Kelayakan Pendapatan.

Hasil dari penelitian yang saya lakukan untuk menjawab tujuan ke 1

(satu), ke 2 (Dua) dan ke 3 (Tiga) yaitu : (1) karakteristik Agroindustri tempe

ditinjau dari proses produksi pada umumnya telah menggunakan alat pemecah

kulit kedelai dengan cara manual bukan memakai mesin. Dari sesi permodalan

Agroindustri tempe tersebut telah memiliki modal sendiri, walaupun jika diberi

kesempatan pinjam akan menambah modal usaha. Dari sistem pemasaran tempe,

masih bervariasi karena terdapat bentuk dan kemasan yang berbeda. (2)

Pengolahan kacang kedelai menjadi tempe yang dilakukan perusahaan tempe di

Kelurahan Medokan Ayu selama 7 kali proses produksi memberikan nilai

tambah sebesar Rp 3.493.000,- dengan rasio nilai tambah sebesar 41,5 %.

Dengan nilai tambah yang diperoleh, maka pihak pengolah mendapatkan

keuntungan cukup besar sedangkan tenaga kerja memperoleh upah yang layak.

(3) Dilihat dari analisis studi kelayakan diperoleh nilai R/C sebesar 1,3 dengan

kriteria ini, Agroindustri tempe di Kelurahan Medokan Ayu, Surabaya

(10)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat, taufik, hidayah dan inayahNya yang telah diberikan kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Nilai

Tambah Agroindustri Tempe Di Kelurahan Medokan Ayu Kota Surabaya“.

Keberhasilan Penulisan Skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak, terutama Ir. Rachman A.Waliulu, SU dan Ir. Sri Widayanti, MP

selaku dosen pembimbing dan penguji dengan banyak memberikan masukan

dalam penulisan Skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak DR.Ir. Ramdhan Hidayat, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak DR.Ir. Eko Nurhadi, MS selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian.

3. Bapak dan Ibu Dosen Sosial Ekonomi Pertanian yang telah memberikan

ilmunya selama penulis menuntut ilmu di Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Supangih yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan pertanian yang harus dimiliki indonesia adalah yang

mempunyai potensi sebagian dari sektor pertanian adalah kebijakan dalam

menjaga keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri, keterkaitan

yang paling sesuai adalah pengolahan produk – produk sektor pertanian ke dalam

pengembangan agroindustri. Kegiatan industri pertanian mempunyai manfaat

ekonomis khususnya dari industri pengolahan produk pertanian dengan

berlandaskan pada sumber daya yang ada.

Pembangunan agroindustri khususnya yang berlokasi dipedesaan berarti

menempatkan kebijaksanaan pertanian pada posisi yang sebenarnya dengan

berlandaskan pada tersedianya sumber daya yang ada. Manfaat ekonomi dari

kegiatan industri dapat meningkatkan kesempatan kerja di pedesaan,

meningkatkan nilai tambah, meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan mutu

dari hasil pertanian yang ada pada gilirannya nanti dapat memenuhi syarat untuk

memasuki pasar luar negeri atau dapat menghemat devisa negara bahkan yang

lebih penting sebenarnya adalah keterkaitan antara sektor pertanian, sektor

industri perdagangan dan sektor lainnya dalam perekonomian. Pada tahap – tahap

pembangunan mendatang sektor pertanian sebagai sektor pendukung diharapkan

akan memainkan peranan yang penting dalam pertumbuhan perekonomian

nasional.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya penanganan yang sistematis

(12)

produksinya. Hal ini dapat diwujudkan melalui kegiatan agroindustri. Menekan

pentingnya sektor industri di pedesaan ini mengingat masih ada sekitar 50%

tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian, dan lainnya tinggal di pedesaan

sebagai petani. Dengan demikian adanya agroindustri secara keseluruhan

diharapkan khususnya dapat menyerap tenaga kerja petani di pedesaan serta

meningkatkan pangsa pasar dan ekspor, meningkatkan poduk domestik bruto,

serta sebagai persiapan menuju industri negara baru (Baharsjah,S. 1992).

Akhir – akhir ini perhatian terhadap tanaman kedelai cukup meningkat, baik

dari pemerintah maupun masyarakat, sejak minyak bumi mulai pudar

kedudukannya sebagai primadona bahan ekspor, orang mulai menyadari bahwa

tanaman kedelai dapat diandalkan sebagai salah satu sumber untuk meningkatkan

pendapatan pengolahan dan petani kedelai. Salah satu produk kedelai yang

bernilai tinggi adalah tempe.

Tempe banyak digemari konsumen, baik sebagai pelengkap makanan sehari

– hari atau sebagai makanan ringan. Memasuki area industrialisasi yang didukung

dengan sistem pertanian yang tangguh, maka sektor pertanian harus menjadi soko

guru bagi perekonomian nasional. Dengan demikian pengembangan agroindustri

terhadap usaha tani kedelai merupakan upaya untuk menyeimbangkan

perekonomian pusat yang berciri industri dengan daerah yang berciri pertanian

rakyat.

Ciri daerah pertanian rakyat adalah adanya permasalahan yang sulit

dipisahkan, misalnya masalah permodalan yang sering membuat pengolah tempe

(13)

karena tanpa modal yang cukup pengolah tidak akan dapat melaksanakan kegiatan

produksinya. (Kartasapoetra,A. 1985).

Tempe selain dipasarkan untuk kebutuhan konsumsi di daerah asal juga

dipasarkan di daerah lain. Namun karena usaha agroindustri selama ini masih

bersifat UKM (Usaha Kecil Menengah) dan secara sederhana, yang diantaranya

karena akibat dari terbatasnya bahan baku yang tersedia, maka volume

penjualannya selama ini masih kecil dan mengalami fluktuasi harga yang cukup

besar. Melihat kenyataan seperti ini sebenarnya usaha tani kedelai mempunyai

peluang yang terbuka lebar. Disamping tanaman kedelai mempunyai prospek

yang cukup baik dimasa yang akan datang, maka pembinaan agroindustri

pengolahan tempe perlu ditingkatkan. Selain dapat meningkatkan perolehan

devisa, ekspor juga dapat meningkatkan pendapatan, baik bagi petani kedelai

maupun pengolahan tempe (Anonymous, 1993) .

1.2 Rumusan Masalah

Kota Surabaya mempunyai industri kecil khususnya pangan, yang salah

satunya adalah industri kecil tempe. ketersediaan bahan baku untuk industri tidak

mengalami kendala dan prospek pemasaran tempe cukup baik. Prospek pemasaran

tersebut harus didukung olah produksi tempe yang terus kontinyu. Tempe yang

dihasilkan didistribusikan ke pasar-pasar lokal di sekitar Pasar Mangga Dua

Wonokromo. Kenyataannya, masih ada kendala yang sering muncul diantaranya

kurangnya modal dan kurangnya bimbingan teknis.

Pengembangan industri kecil tempe diperlukan karena nantinya dapat

diketahui penerimaan, biaya dan pendapatan industri kecil tempe sehingga

(14)

Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas maka perumusan masalah yang

dapat diambil yaitu :

1. Mengidentifikasi karakteristik pengusaha atau agroindustri tempe di

UMKM “Medokan Jaya” .

2. Seberapa besar Nilai Tambah pada Agroindustri tempe di UMKM

“Medokan Jaya”.

3. Seberapa besar tingkat kelayakan usaha pada agroindustri tempe di

UMKM “Medokan Jaya” .

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian tentang Analisis Nilai Tambah agroindustri tempe di UMKM

“Medokan Jaya”, bertujuan untuk:

1. Untuk mengidentifikasi karakteristik pengusaha/ Agroindustri tempe

di UMKM “Medokan Jaya”.

2. Untuk menganalisis nilai tambah pada Agroindustri tempe di UMKM

“Medokan Jaya”.

3. Untuk menganalisis kelayakan usaha pada Agroindustri tempe di

UMKM “Medokan Jaya”.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan oleh penelitian ini adalah:

1 Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menambah wawasan peneliti

terkait dengan bahan yang dikaji dan merupakan salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas

(15)

2 Bagi pengusaha tempe, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam upaya

mengembangkan industri tempe.

3 Bagi perguruan tinggi, penelitian ini diharapkan dapat digunakan

(16)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Penelitia n Ter dahulu

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan analis nilai tambah dalam

agroindustri tempe, misalnya :

1. Rahmawati (Skripsi, 1998) dengan penelitian yang berjudul “Analisis

Agroindustri Tempe dan Prospek Pengembangannya di Desa Sepande

Kecamatan Candi”. Dalam penelitiannya, peneliti menggunakan model

analisis keuntungan. Menyimpulkan bahwa Agroindustri Tempe dan

Pengembangannya di Desa Candi mempunyai prospek yang baik untuk

di kembangkan hal ini dapat dilihat dari sisi produksi dan permintaan

tempe yang cenderung meningkat.

2. Novy (Skripsi, 1997) dengan penelitian yang berjudul “Prospek tepung

sagu sebagai komoditas Agroindustri dalam meningkatkan Nilai

Tambah”. Dalam penelitian di Kecamatan Sapurua Kabupaten Maluku

Tengah, menemukan permasalahan yang terjadi adalah bahwa

penduduk Maluku belum termotivasi untuk berusaha mengembangkan

baik dari segi pemeliharaan tanaman sagu maupun usaha ke arah

industri dalam menciptakan nilai tambah dari tepung sagu. Analisis

nilai tambah yang digunakan adalah NT = P – ( B + V ).

Dari hasil analisis menyatakan bahwa nilai tambah rata- rata dari setiap

kilogram bahan baku pada industri pengolahan sebesar Rp1.276,-,

pengolahan serutu Rp. 1.035,67 dan pengolahan sagu lempeng Rp.

(17)

3. Syafii, 2005 dalam penelitian berjudul Biaya dan Pendapatan

Agroindustri Pengolahan Gula Kelapa Di Desa Talun Kulon,

Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung dengan tujuan penelitian

mengetahui biaya dan pendapatan agroindustri gula kelapa masih

rendah dibanding dengan penerimaan. Demikian juga dalam perolehan

pendapatan walaupun R/C cukup efisien.

4. Isti Baroh, 2007 dalam penelitiannya berjudul “Analisis Nilai Tambah

dan Distribusi Kripik Nangka. (Studi Kasus Pada Agroindustri Kripik

Nangka di Kabupaten Lumajang), dengan tujuan untuk mengetahui

besarnya nilai tambah dan keuntungan yang diperoleh pada agroindustri

nangka serta pendistribusiannya. Dari hasil analisis menyatakan bahwa

1). Karakteristik sosial ekonomi responden, usaha merupakan pekerjaan

utama dan sampingan usia (28 dan 40) tahun, pendidikan SLTA,

pengalaman 21 tahun, rumah gedung, jumlah anggota keluarga 4 orang,

pendapatan rata-rata/minggu Rp 1.500.000,-.2). Nilai tambah nangka/kg

rata-rata sebesar Rp 5.500,- .3). Keuntungan kripik nangka rata-rata/kg

adalah Rp 4.500,- 4). Distribusi produk ke Surabaya, Malang, Jember,

Banyuwangi, Bali dengan ongkos angkut dimasukkan harga jual dan

sistim pembayaran tunai atau pada pengiriman berikutnya.

5. Sukiman., Dumasari., Sulistyani, 2007 dalam penelitiannya berjudul

“Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri Gula Kelapa di Desa

Panerusan Kulon Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara”,

dengan tujuan untuk mengetahui besarnya biaya produksi, pendapatan

(18)

gula kelapa di Desa Panerusan Kulon Kecamatan Susukan Kabupaten

Banjarnegara. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa biaya yang

dikeluarkan pemilik penderes sebesar Rp.618.388,35/bulan dan

penggaduh sebesar Rp.413.642,76/bulan. Pendapatan pemilik penderes

sebesar Rp. 262.551,65/bulan dan penggaduh sebesar Rp.

105.957,24/bulan. Nilai rata-rata R/C untuk pemilik panderes sebesar

2,86 sedangkan penggaduh sebesar 2,53.

Komoditas Agroindustri tempe merupakan salah satu bentuk olahan dari

sektor pertanian yang dapat dikonsumsi oleh banyak konsumen, baik sebagai

pelengkap makanan sehari – hari atau makanan ringan.

Penelitian yang akan saya lakukan adalah untuk mengetahui nilai tambah

pada agroindustri tempe dan ingin mengetahui kelayakan dari agroindustri tempe

yang berada di UMKM “Medokan Jaya”, Kelurahan Medokan Ayu.

2.2. Nilai Tambah

Nilai Tambah adalah pengurangan biaya bahan baku ditambah input lain

terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk biaya tenaga kerja.

Untuk menganalisis nilai tambah Agroindustri tempe digunakan perumusan

(19)

Tabel 1 : Analisis Nilai Tambah

NO URAIAN NOTASI

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Hasil /Produksi ( Kg)

Bahan baku ( Kg)

Tenaga kerja (Orang/Proses)

Faktor konversi (1/2)

Koefisien tenaga kerja (3/2)

Harga produk rata-rata (Rp/kg)

Upah rata-rata(Rp/Kg)

Pendapatan dan keuntungan

Harga bahan baku (Rp)

Sumbangan Input Lain (Rp)

Nilai produk (Rp) (4x6)

a.Nilai tambah (Rp) (10-8-9)

b. Ratio nilai tambah (%) (11a / 10)

a. Imbalan tenaga kerja (Rp) (5x7)

b. Bagian tenaga kerja (%) (12a/11a)

Tingkat keuntungan (%)

a

b

c

a /b = m

c /b = n

d

e

f

g

m x d = k

k – f – g = 1

1 / k % = h %

n x e = p

p / 1% = q %

r / l % = 0 %

(20)

2.3. Agroindustr i di Indonesia

Agroindustri berasal dari dua kata yaitu agricultural dan industry yang

berarti suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku

utamanya atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan

sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian (Anonymous, 2002).

Menurut Gumbira (1998), mendefinisikan agroindustri sebagai kegiatan

industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan

menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian

Agroindustri meliputi industri pengolahan hasil pertania, industri yang

memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri pertanian (pupuk, pestisida

dll)

2.4. Komoditas Kedelai

Tanaman kedelai (Glycine Max L Merill) mulai ditanam dan diusahakan

secara intensif ke indonesia pada tahun 1700-an. Tanaman ini termasuk dalam

genus Glycine dan famili Leguaminoceace dan termasuk kacang- kacangan yang

berumur pendek. Berbentuk perdu dengan tinggi tanaman ± 20 – 100 cm.

Berdasarkan tipe pertumbuhan batangnya, kedelai dibagi menjadi tiga tipe

Ditermine, Inditermine dan Semi determine. Akar tanaman kedelai terdiri atas

akar tunggang, akar lateral dan akar serabut. Pada tanah yang gembur, akar

tanaman ini dapat menembus tanah sampai kedalaman ± 1,5 cm. Pada akar lateral

dapat bintil –bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri rhizobium yang

berguna sebagai pengikat unsur Nitrogen (N) dari udara. Bintil akar ini biasanya

(21)

ditanami tanaman kedelai (Glycine Max L Merill) atau tanaman kacang-kacangan

lainnya, bintil aar tidak bisa tumbuh dengan baik. Apabila hal tersebut terjadi

maka benih yang akan ditanam harus dicampur dulu dengan legin (bibit bakteri

rhizobium) atau ZPT (zat penumbuh tanaman). Daun tanaman kedelai (Glycine

Max L Merill) termasuk daun majemuk dengan tiga buah anak daun. Berbentuk

oval dengan ujung lancip (seperti telur). Tanaman kedelai mulai berbunga antara

30 -50 hari, tergantung varietas yang digunakan dan iklim sekitar lahan. Semakin

pendek intensitas penyinaran, pemupukan teratur dan semakin tinggi suhu

udaranya, maka semakin cepat berbunga. Bunga tanaman ini termasuk bunga

kelopak sempurna dengan alat perhiasan bunga yang berbentuk seperti kupu-

kupu, berwarna ungu atau putih, bertangkai dan muncul pada ketiak daun serta

alat reproduksi secara lengkap. Bunga tanaman kedelai umumnya melakukan

penyerbukan sendri sebelum bunga mekar. Buah dari tanaman ini berbentuk

polong, berwarna hijau atau ke kuning-kuningan dan berisi 2 – 4 biji dalam setiap

polong. Apabila sudah tua, buah-berubah warna kecoklatan atau keputih-putihan

(Danarti, 1993).

2.4.1. Manfaat Tempe dan Kandungan Gizi Kedelai atau Tempe

Tempe adalah makanan hasil fermentasi antara kedelai dengan jamur

Rhizopus Oligosporus. Sepotong tempe mengandung berbagai unsur bermanfaat

seperti karbohidrat, lemak, protein, serat, vitamin, enzim, daidzein, genisten, serta

komponen antibakteri bermanfaat untuk kesehatan.

Tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi

(22)

sering dijumpai di rumah maupun di warung – warung, sebagai lauk dan

pelengkap hidangan ternyata tempe memiliki kandungan dan nilai cerna yang

lebih baik.

Alasan utama kedelai diminati masyarakat luas didunia antara lain adalah

karena dalam biji kedelai terkandung gizi yang tinggi, terutama kadar protein

nabati. Disamping itu kadar air asam amino kedelai paling lengkap. Kedelai

mengandung protein 35 % bahkan pada varietas unggul kadar proteinnya dapat

mencapai 40-43 % dibandingkan beras, jagung, tepung terigu, ubi kayu, kacang

hijau, daging, ikan segar dan telur ayam. Kedelai mempunyai kandungan yang

lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu krim kering. (Lembaga

Penelitian Gizi, Bogor, 1976).

Kedelai dalam bentuk bahan olahan tradisional, seperti tempe atau tahu

kandungan proteinnya menjadi lebih rendah namun lebih mudah tercerna

dibandingkan dengan kedelai mentah. Tempe merupakan olahan dari kedelai yang

paling tinggi kandungan proteinnya dibandingkan (Suprapto,2002).

2.5. Pr oses Pembuatan Tempe

Dalam proses pembuatan tempe, terutama untuk proses komersial, maka

faktor yang perlu diperhatikan adalah bagaimana dapat dihasilkan tempe dengan

mutu yang baik, rendemen atau hasil yang tinggi, dan sekaligus dengan biaya

yang relatif lebih murah. Untuk dapat mencapai hal itu, perlu juga disadari dengan

baik bahwa proses pembuatan tempe melibatkan mikroorganisme hidup (ragi)

yang sensitif, sehingga perlu dipelihara dengan baik dan cukup hati-hati. Dalam

(23)

pertumbuhan ragi, terpeliharanya suhu dimana ragi tersebut harus tumbuh dan

kondisi pertumbuhannya harus cukup bersih, sehingga tidak akan tumbuh

mikroorganisme pengganggu.

Untuk menghasilkan tempe yang baik, paling tidak ada 3 hal yang harus

diperhatikan yaitu:

1. Faktor sanitasi harus diperhatikan pada setiap tahapan proses

pembuatan sehingga mencegah terjadinya pencemaran atau

kontaminasi.

2. Tiriskan dengan baik biji kedele setelah perebusan sebelum dilakukan

penambahan ragi (inokulasi) untuk menghambat pertumbuhan bakteri

pembusuk yang tidak diinginkan.

3. Suhu waktu pemeraman (inkubasi ) tempe perlu dikendalikan dan

dilakukan baik.

2.5.1. Bahan – Bahan dan Per alatan untuk Produksi Tempe

Menurut Supriyono (2003), Secara umum pengetahuan bahan dan alat yang

digunakan dalam pembuatan tempe adalah sebagai berikut :

a. Bahan Baku Kedelai

Mutu tempe sangat tergantung dari mutu kedelai yang digunakan,

disamping jenisnya, juga yang terpenting adalah umur kedelai, kebersihan

kedelai, dan umur simpan kedelai. Satu prinsip dasar yang harus selalu dicamkan

adalah bahwa mutu produk akhir tidak pernah terlepas dari mutu bahan baku yang

digunakan.

(24)

1. Jenis kedelai yang digunakan adalah jenis kedelai import.

2. Dipilih kedelai yang tua dan baru (tidak terlalu lama di gudang, karena

kalau terlalu lama di gudang telah tengik atau berjamur) Dilakukan sortasi

dan pemilahan berdasarkan standarisasi kedelai, antara lain yaitu kedelai

yang muda dan cacat dibuang.

3. Benda asing dibuang, seperti serangga dan bagian-bagian tubuhnya,

kerikil, dan juga biji-bijian atau leguminosa asing seperti beras, jagung,

koro.

b. Pemilihan bahan pembungkus dan pengemas

Prinsip dasar dalam memilih bahan pembungkus/ pengemas yang dipakai

adalah hendaknya dapat menjamin keberhasilan proses, keamanan pangan dan

terjaminnya mutu pangan. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan adalah:

1. Pembungkus yang dipakai tidak menurunkan mutu cita-rasa, warna dan

bau produk, serta stabil dalam pengolahan dan pemasaran/transportasi.

2. Dipilih pembungkus yang baru dan hendaknya dihindari adanya

penggunaan pembungkus ulang atau bekas apalagi jika pembungkus bekas

bahan yang berbahaya, hal ini untuk menghindari kontaminasi, baik secara

mikrobiologis ataupun secara kimiawi.

3. Adanya residu kimiawi dan mikrobiologis, disamping berbahaya bagi

kesehatan,dapat juga menghambat pertumbuhan produksi tempe, sehingga

dapat menyebabkan kegagalan proses.

4. Pembungkus sebaiknya dipilih yang bersih dan jika perlu dibersihkan

terlebih dahulu dengan kain yang dicelup air panas sebelum digunakan,

(25)

untuk mengurangi kontaminan baik yang berupa kontaminan kimiawi

(residu dalam pembungkus) maupun mikrobiologis.

5. Kain lap yang kotor dapat sebagai sumber kontaminan, sehingga

kegagalan proses dapat terjadi, karena kapang yang kita berikan kalah

bersaing dengan mikroba kontaminan.

6. Pemilihan jenis pembungkus tertentu perlu mendapat perlakuan khusus

dalam penggunaannya, misalnya jika digunakan daun pisang umumnya

tidak perlu dilubangi, karena udara tetap masih dapat berpenetrasi kedalam

tempe, namun jika digunakan plastik yang umumnya kedap udara, maka

perlu dilubangi terlebih dahulu sehingga udara dapat masuk kedalam

tempe, karena mikroba tempe adalah aerob artinya mikroba tersebut

memerlukan oksigen untuk kehidupan dan pertumbuhannya.

c. Air

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam produksi tempe

(rata-rata kebutuhan antara kedelai : air = 1: 12 ), yang berguna untuk perendaman,

perebusan, pencucian, dll. Air yang digunakan hendaknya yang memenuhi

persyaratan air untuk industri pangan atau untuk air minum. Umumnya kapang

tempe tumbuh baik pada kondisi air yang sedikit mengandung klorin dan mineral.

Namun perlu diingat bahwa air yang mendapatkan perlakuan klorinasi yang

terlalu kuat dan juga air yang kesadahannya tinggi dapat menyebabkan kegagalan

proses pembuatan tempe, karena kapang tempe dapat terhambat pertumbuhannya

atau bahkan mati pada air yang berkadar klorin dan bersadah tinggi, karena klorin

(26)

d. Pemilihan Lar u atau Inokulum untuk Tempe

Laru tempe atau inokulum tempe adalah suatu sediaan yang mengandung

mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan tempe. pasaran, laru tempe

dapat dijumpai dalam bentuk tepung dan diproduksi oleh LIPI/KOPTI. Laru

tempe terutama terdiri dari mikroba yang tergolong dalam jenis kapang, antara

lain adalah Rhizopus oligosporus, R. stolonifer, R. orizae, R. arrichus, Mucor

rouxii, Mucor javanicus. Karena laru atau inokulum adalah mikroba yang

tergolong makluk hidup, maka laru atau inokulum tersebut juga mengikuti kaidah

kehidupan, artinya pertumbuhan dan perkembangbiakan sangat dipengaruhi oleh

kondisi dan lingkungan tempat hidupnya, sehingga faktor-faktor seperti

kemurnian laru, keaktifan laru, penaburan laru, kondisi medium laru seperti pH,

suhu bahan sangat perlu diperhatikan. Beberapa prinsip dasar tentang laru

tempe/ragi tempe yang perlu diketahui, agar pembuatan tempe dapat berhasil

dengan baik dan dengan mutu yang tinggi sebaiknya laru tempe selalu baru atau

diperbaharui dan dijaga kemurniannya. Laru yang baik adalah laru yang baru

dibuat dan terus digunakan, dengan sependek mungkin umur simpanannya. Laru

tempe yang baru, umumnya mengandung mikroba tertentu yang murni galurnya

dan sedikit mikroba kontaminannya. Sebaliknya laru yang telah dipakai dan

ditukarkan berulang-ulang dari tempe satu ke tempe berikutnya, umumnya

kemurniannya rendah dan galur mikrobanya telah berubah, sehingga mutu tempe

(27)

e. Persiapan Per alatan

Dalam pemilihan peralatan, khususnya peralatan untuk bak perendaman,

pengulitan dan pemasak an hendaknya dipilih dari bahan yang tidak mudah

berkarat dan tahan terhadap asam, karena selama perendaman akan terjadi

penurunan nilai pH yang terbentuk secara spontan atau asam yang sengaja

ditambahkan dari luar. Bahan-bahan yang dianjurkan berupa stainless steel atau

aluminium dan tidak dianjurkan untuk tidak menggunakan besi, kuningan, dan

perak. Peralatan pembuatan tempe, baik berupa bak perendaman, pemasakan,

wadah pencampuran dan ruang fermentasi hendaknya dijamin kebersihannya; dan

jika perlu satu minggu sekali hendaknya dilakukan pembersihan total. Hal ini

diperlukan untuk menghindari terjadinya kontaminasi oleh mikroba yang tidak

diinginkan. Alat-alat yang dapat dibersihkan dengan air panas, selalu dibersihkan

dengan cara merebus alat sekitar 1(satu) jam, baik sebelum maupun sesudah

penggunaannya.

f. Rak Fer menta si

Rak fermentasi dibuat dari kayu yang kuat yang dibuat secara bertingkat

dengan jarak antar tingkat minimum 30 cm yang bertujuan untuk keleluasaan

udara panas bergerak keatas. Dasar rak - rak tersebut dibuat dari kawat kasa

(kawat loket) yang lubangnya besar-besar agar udara dari bawah dapat lewat

dengan mudah dan hendaknya dijaga kebersihannya.

g. Alat Pelubang Plastik

Alat pelubang plastik dapat digunakan Jara, yaitu kawat yang ujungnya

(28)

dengan menggunakan papan berpaku yang terdiri beberapa buah paku yang

mempunyai jarak 2 x 2 x 2 cm.

2.5.2 Tahap-tahap proses pembuatan tempe adalah sebagai ber ikut:

1. Sor tasi Bahan Baku Kedelai

Sortasi dapat dilakukan dengan menggunakan tampah/nyiru atau

menggunakan mesin pengayak, yang bertujuan untuk menghilangkan kedelai

rusak, kotoran dan lain – lain, sehingga mutu bahan baku dapat terjamin.

2. Pencucian Bahan Baku

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang masih menempel

pada kedelai seperti tanah, dan lain – lain serta untuk mengurangi kontaminasi

awal pada kedelai seperti residu bahan kimia ataupun mikroba pembusuk

lainnya. Pencucian hendaknya dilakukan dengan air bersih karena pencucian

dengan air kotor justru menyebabkan kontaminasi dan berakibat pada kegagalan

proses.

3. Perebusan Per ta ma

Tujuan perebusan pertama ini adalah untuk melunakkan kulit kedelai dan

untuk mematikan enzim penyebab bau langu kedelai. Perebusan dilakukan

sekitar 30 menit. Perebusan yang terlalu lama, menyebabkan kedelai terlalu

lunak sehingga pada waktu pengupasan kulit kedelai dapat mengakibatkan

banyak kedelai yang patah/remuk. Sebaliknya perebusan yang terlalu singkat,

menyebabkan enzim penyebab kelanguan belum semuanya mati, sehingga

ketika terjadi pengupasan kulit kedelai enzim tersebut akan bekerja dan

(29)

4. Per endaman

Perendaman dimaksudkan untuk mengempukkan kulit kedelai, sehingga

memudahkan pada waktu pengupasan kedelai. Perendaman dapat dilakukan

semalam pada air dingin atau air hangat.

5. Pengupasan Kulit

Pengupasan kedelai bertujuan untuk membuka kotiledon kedelai karena

jika tidak dilakukan pengupasan kulit, maka akar – akar dari kapang ragi tempe

sulit menembusnya, sehingga pertumbuhannya terhambat karena kekurangan

bahan pangan, sehingga dapat menyebabkan kegagalan proses. Pengupasan

dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pengupas kulit. Pengupasan

dengan cara diinjak – injak dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi, baik

secara mikrobiologis misalnya jika kaki kotor atau sedang terkena infeksi

ataupun secara fisik tercampurnya keringat dan lain – lain ke dalam adonan

bahan. Keadaan tersebut dapat menimbulkan kesan tidak higienis dan tidak

sehat, sehingga perlu dihindari.

6. Pemisahan Kulit dan Pencucian

Kulit kedelai seyogyanya dipisahkan dari kotiledon kedelai. Kulit kedelai

yang tidak dipisahkan dapat memberikan kesan kotor dan mengurangi rasa

tempe, sehingga menyebabkan tidak dapat kompak melainkan pecah – pecah.

Kandungan kulit kedelai dalam tempe lebih dari 3 %. Pengupasan pada sistem

basah pada umumnya dilakukan dengan sistem agitasi yaitu bahan dimasukkan

dalam air yang cukup banyak, kemudian diaduk – aduk sehingga kulit kedelai

(30)

7. Per ebusan Kedua atau Pengukusan.

Perebusan kedua ini bertujuan untuk membunuh bakteri ataupun enzim

penyebab keasaman dan juga sekaligus bertujuan untuk lebih melunakkan

kedelai. Perebusan kedua biasanya dilakukan sekitar 30 menit sampai 1 jam.

Perebusan yang terlalu singkat menyebabkan kedelainya masih keras dan jika

terlalu lama juga tidak baik yaitu disamping pemborosan energi, yang

terpenting yaitu kedelainya terlalu lembek seperti bubur, banyak bahan nutrisi

yang rusak dan hilang.

8. Penir isan

Air perlu ditiriskan untuk mengurangi kadar air pada kedelai, yang akan

memepengaruhi aw dari bahan. Pada aw yang tinggi kemungkinan pertumbuhan

mikroorganisme termasuk di dalamnya adalah bakteri sangat memungkinkan

sehingga pertumbuhan kapang tempe akan kalah bersaing, sehingga proses

pembuatan tempe akan gagal, seperti berasa asam, busuk atau bahkan

kapangnya tidak tumbuh sama sekali. Kadar air optimum pada saat penaburan

laru tempe adalah sekitar 45 – 55 % berdasarkan bobot basah. Penirisan juga

berfungsi untuk mendinginkan sebelum ditaburi laru atau ragi tempe, sebab jika

laru ditambahkan sewaktu kedelai masih panas, maka kapangnya akan mati,

yang dapat menyebabkan kegagalan pembuatan tempe. Suhu yang terbaik untuk

penaburan laru tempe adalah sekitar 30 – 40 °C. Jika suhu terlalu rendah, maka

pertumbuhan kapang tempe menjadi terhambat, sehingga tempe lama jadinya.

Akan tetapi kondisi demikian sering dilakukan jika tempe sengaja untuk

difermentasi dalam waktu yang lama, seperti dalam perjalanan atau untuk

(31)

9. Penaburan Lar u

Disamping telah diuraikan di atas, tentang kondisi penaburan laru tempe

yang baik, juga perlu diperhatikan sekali lagi jenis dan kemurnian laru yang

digunakan, serta ukuranyang pas dari perbandingan laru dan kedelai sangat

menentukan mutu dari tempe yang diperoleh. Laru yang digunakan biasanya

adalah sekitar 1,5 – 2,5 gr per kg kedelai kering. Satu hal yang perlu

diperhatikan dalam penaburan laru adalah hendaknya laru dicampur secara

merata, baik dengan tangan ataupun dengan alat, namun yang terpenting adalah

tingkat kebersihan tangan atau alat perlu ditekankan, karena jika tangan atau alat

banyak terkontaminasi oleh mikroba lain, maka dapat menyebabkan penurunan

mutu kedelai atau bahkan kegagalan proses produksi.

Untuk itu jika digunakan tangan sebaiknya tangan dibungkus dengan plastik

atau menggunakan sarung tangan yang bersih. Intinya adalah tangan dan alat

selalu diberihkan terlebih dahulu sebelum menaburkan dan mencampur laru

tempe.

10. Pembungkusan Tempe

Laru atau ragi tempe adalah mahluk hidup yang tergolong aerob, artinya

untuk pertumbuhannya memerlukan udara atau oksigen, sehingga kebutuhan

tersebut harus tetap dipenuhi agar proses pembuatan tempe tidak mengalami

kegagalan. Jika digunakan plastik maka harus dilubangi terlebih dahulu. Ukuran

diameter lubang sekitar antara 0,6-1,2 mm dan jarak antar lubang sekitar 1 – 2

(32)

11. Pemer aman Tempe

Dalam prakteknya, suhu yang sering dipakai adalah suhu ruang yaitu suhu

yang optimum bagi pertumbuhan kapang. Suhu ruang yang sering digunakan

para perajin tempe adalah pada suhu 31 °C yang menghasilkan tempe yang

putih, kompak dan rasa serta aroma yang khas dan kuat. Tempe yang umum

yang ada di Indonesia umumnya difermentasi pada suhu ruang yaitu sekitar 25

°C selama 44 – 52 jam. Satu faktor lain yang penting adalah kelembaban udara.

Kelembaban udara yang optimum adalah antara 75 – 85 %. Perlu diingat bahwa

setelah fermentasi yaitu sekitar 11 – 12 jam, maka pertumbuhan kapang telah

cukup pesat dan metabolisme kapang juga tinggi, sehingga dihasilkan panas dan

gas karbondioksida serta air, sehingga tempe dan pembungkusnya menjadi

basah yang dapat menyebabkan kedelai menjadi busuk. Oleh karena itu perlu

(33)

2.6. Kegiatan Pr oduksi

Adanya berbagai macam kebutuhan manusia memunculkan berbagai alat

pemenuhan kebutuhan yang berupa barang dan jasa. Namun, barang dan jasa

tersebut tidak selalu tersedia, tidak diperoleh dengan mudah, dan tidak secara

cuma – Cuma. Untuk mendapatkan semua itu harus dengan pengorbanan atau

melakukan berbagai kegiatan dan usaha, sehingga manusia dapat memenuhi

berbagai macam kebutuhan.

Menurut Purwo (2000) produksi adalah usaha atau kegiatan manusia

untuk menciptakan atau menimbulkan kegunaan suatu benda agar menjadi lebih

berguna bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Dari definisi ini jelas bahwa untuk

memenuhi kebutuhan haruslah lebih dahulu melakukan berbagai kegiatan.

Kegiatan – kegiatan tersebut bertujuan untuk menghasilkan, menciptakan, dan

mengolah barang atau jasa, untuk menciptakan kegunaan suatu benda agar

memiliki nilai guna lebih tinggi bagi pemenuhan kebutuhan.

Menurut Purwo (2000) kegiatan produksi terdiri dari beberapa macam,

yaitu produksi langsung dan produksi tidak langsung, produk teknis, produksi

ekonomis, dan produksi non ekonomis. Produksi langsung atau produksi barang

adalah usaha atau kegiatan menciptakan, membuat atau menghasilkan barang

yang secara langsung dapat berguna untuk pemenuhan kebutuhan manusia.

Manfaat barang yang diproduksi dapat secara langsung dirasakan untuk

memenuhi kebutuhan manusia. Produksi tidak langsung atau produksi alam

merupakan usaha atau kegiatan memberikan pelayanan, pengabdian bentuk jasa

kepada masyarakat, hasilnya tidak secara langsung dinikmati, tetapi

(34)

Produksi teknis merupakan kegiatan produksi yang bertujuan untuk

meningkatkan atau menambah nilai kegunaan suatu benda atau barang. Produksi

ekonomis merupakan kegiatan produksi yang selain untuk menambah nilai

kegunaan terhadap suatu barang, juga tetap memperhitungkan keuntungan yang

akan diperolehnya. Biaya produksi diusahakan lebih kecil dari jumlah

penghasilan yang akan diperoleh. Lain dengan produksi non ekonomis yang

merupakan kegiatan produksi yang besar, penghasilan lebih kecil dari jumlah

biaya yang dikeluarkan, jadi dalam kegiatan produksi ini bukan keuntungan

yang diperoleh, tetapi kerugian.

Kegiatan produksi tidak akan terwujud dan terlaksana tanpa adanya alat

atau benda yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Jadi diperlukan

adanya faktor – faktor produksi untuk menciptakan, Menghasilkan benda atau

jasa.

Adapun faktor produksi yang dimaksud adalah : (Purwo, 2000)

1. Faktor produksi input

2. Faktor produksi input bahan baku

3. Faktor produksi bahan bakar, dan

4. Faktor produksi tenaga kerja

Dalam proses produksi faktor – faktor produksi harus digabungkan, artinya

antara faktor produksi satu dengan yang lainnya tidak bisa berdiri tetapi harus di

kombinasikan, adapun proses pengolahan dari bahan baku kedelai menjadi tempe

(35)

Gambar 1 : Pr oses Ilustr asi Pembuatan Tempe

Proses produksi tempe melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Pilih kedelai dan bersihkan untuk menghilangkan kotoran kerikil dalam

bagian kedelai pada saat proses pembuatan selanjutnya, kemudian dicuci

hingga bersih.

2. Rendam dalam bak rendaman yang telah diisi air selama 1 malam agar

kedelai sedikit lunak.

3. Rebus dalam panci perebus selama ± 1 jam hingga kedelai matang, lalu di

(36)

4. Pecahkan biji –biji kedelai dengan menggunakan gilingan mesin pemecah

biji. Biji kedelai dipecahkan dengan maksud untuk membuka kulit ari dari

biji kedelai.

5. Pisahkan kulit ari dari kedelai dengan meremas-remasnya pada ember berisi

air hingga biji kedelai menjadi bersih dari kulit arinya.

6. Setelah dipisahkan, kemudian tiriskan kedelai tersebut ke tempat kering.

7. Campur kedelai dengan ragi tempe dengan perbandingan 1 sdt (sendok teh)

ragi untuk 10 kg kedelai. Lalu biarkan selama 1 malam.

8. Masukkan ke dalam pembungkus sesuai dengan takaran yang ditentukan (1

ons dan 2 ons). Tempatkan pada rak fermentasi (bleng) dan diamkan selama

1 malam.

9. Setelah 1 malam proses fermentasi, tempe siap di pasarkan ke konsumen

2.7. Faktor Pr oduksi Tenaga Ker ja

Faktor produksi tenaga kerja adalah segala kegiatan jasmani maupun

rohani atau pikiran manusia yang ditunjukan untuk kegiatan produksi.

Pemanfaatan tenaga kerja dalam proses produksi haruslah dilakukan secara

manusiawi, artinya perusahaan pada saat memanfaatkan tenaga kerja dalam

proses produksinya harus menyadari bahwa kemampuan mereka ada batasnya,

baik tenaga maupun keahliannya. Selain itu juga perusahaan harus mengikuti

peraturan yang dikeluarkan pemerintah dalam menetapkan besaran gaji tenaga

kerja. (Kardiman, 2003).

Posisi faktor tenaga kerja sangat dominan jika dibandingkan dengan faktor

(37)

tenaga kerja adalah sebagian dari keseluruhan penduduk yang secara potensial

dapat menghasilkan barang dan jasa, bila ada permintaan terhadap barang dan

jasa.

Menurut Simanjuntak (1998), tenaga kerja adalah penduduk yang berumur

14 tahun atau lebih, yang sudah atau sedang mencari pekerjaan dan sedang

melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya dibedakan oleh batasan

umur. Di indonesia dipilih batas umur 14 tahun tanpa batas umur maksimum.

Dengan demikian penduduk di indonesia dibawah umur 14 tahun dapat

digolongkan bukan tenaga kerja. Pemilihan 14 tahun sebagai batasan umur

minimium adalah berdasarkan kenyataan dilapangan bahwa pada umur tersebut

sudah banyak penduduk usia muda terutama yang tinggal di pedesaan yang

sudah bekerja atau sedang mencari pekerjaan serta adanya wajib belajar untuk

sekolah dasar.

Faktor – Faktor yang mempengaruhi ketenagakerjaan antara lain:

(Simanjutnak, 1998):

1. Demografi

Perubahan dalam jumlah dan komposisi penduduk mempengaruhi

jumlah dan komposisi tenaga kerja, karena tenaga kerja adalah sebagai

dari penduduk itu sendiri. Penduduk yang belum masuk tenaga kerja

akhirnya akan menjadi tenaga kerja, kecuali bila meninggal atau pindah ke

wilayah lain. Oleh sebab itu perubahan demografis mempunyai dampak

(38)

kerja merupakan sumber penawaran pekerja, maka perubahan demografis

mempunyai pengaruh pada penawaran kerja.

Jumlah dan komposisi penduduk tidak saja mempengaruhi pasar tenaga

kerja melalui permintaan tenaga kerja dan kemudian penawaran pekerja,

tetapi juga melalui permintaan tenaga kerja.

2. Perekonomian

Kondisi perekonomian pertama kali menyangkut pendapatan dan

distribusinya, yang tentu pula amat dipengaruhi oleh jumlah dan

komposisi penduduk. Dari permintaan ini yang merupakan permintaan

dalam negeri, ditambah dengan permintaan akan barang dan jasa dalam

negeri akan mempengaruhi permintaan akan pekerja.

Oleh sebab itu peningakatan pendapatan nasional maupun pendapatan

negara lain akan meningkatkan permintaan atas barang dan jasa dari luar

negeri terhadap barang dan jasa dalam negeri yang selanjutnya akan

mempengaruhi permintaan akan pekerja.

3. Lain – lain

Tersedianya sumber daya lain selain sumber daya manusia akan

mempengaruhi ketenaga kerjaan. Kemungkinan subtitusi antara sumber

daya manusia dan sumber daya lainnya sangat mungkin terjadi. Bila

sumber daya lain relatif lebih murah maka pengusaha akan beralih dari

sumber daya manusia ke sumber daya lain tersebut. Masalah mahal atau

murah tidak terbatas pada rupiah yang dikeluarkan, tetapi juga

(39)

Undang – undang ketenagakerjaan termasuk yang mempengaruhi kondisi

ketenagakerjaan, seperti penentuan gaji minimal yang akan menaikan

biaya penggunaan sumber daya manusia, biala harga pasarnya lebih

rendah dari pada gaji minimalnya.

Menurut Purwo (2000) faktor produksi tenaga kerja banyak macamnya, namun

secara garis besar terdapat digolongkan menjadi dua, yaitu tenaga kerja rohaniah

atau tenaga pikir dan tenaga kerja jasmaniah atau tenaga kerja fisik.

Tenaga kerja rohaniah atau tenaga kerja pikir lebih banyak menggunakan

kekuatan pikir dalam proses produksi. Tenaga kerja ini memerlukan pengalaman

dan ilmu pengetahuan yang cukup luas dalam menangani usaha – usaha

produksi. Tenaga kerja ini dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Managerial Skill

Tenaga kerja yang mampu dan cukup memimpin organisasi,

perusahaan-perusahaan besar.

b. Teknological Skill

Tenaga kerja yang mampu dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.

c. Organization Skill

Tenaga kerja yang mampu dan cakap mengatur berbagai usaha dalam

organisasi atau perusahaan baik ke dalam maupun ke luar.

2.8. Nilai Tambah Agr oindustr i

Dalam perjalanannya dari produsen primer (proses pengadaan bahan baku),

pengolahan (suatu usaha untuk merubah bentuk) sampai pada pemasaran ke

konsumen, komoditas pertanian yang digunakan akan menimbulkan nilai tambah.

(40)

dengan pengolahan yang modern maka akan dihasilakan suatu produk yang

berbeda dengan produk semula.

Nilai tambah yang diperoleh dari proses pengurangan biaya bahan baku

ditambah dengan biaya input lain terhadap penerimaan yang dihasilkan tidak

termasuk biaya tenaga kerja. Dengan kata lain, nilai tambah merupakan imbalan

bagi tenaga kerja dan keuntungan pengolah.

Salah satu cara untuk menngkatkan nilai tambah adalah melaksanakan

diversivikasi baik secara vertical maupun secara horizontal. Pada perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan pertanian perlu bekerja keras untuk menganjurkan

komoditas apa yang mempunyai nilai tambah lebih baik. Produk pertanian yang

spesifik maka wilayah komoditi menjadi penting, yaitu wilayah komoditi yang

disesuaikan dengan daya dukung sunber manusia yang ada.(Simatupang,1990).

Klasifikasi biaya penting dalam membandingkan pendapatan untuk

mengetahui kebenaran jumlah biaya yang tertera pada pernyataan pendapatan

(income statement) terdiri dari empat kategori, yaitu:

a. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang penggunaanya tidak habis

dalam satu masa produksi yang termasuk dalam biaya ini antara lain

adalah pajak tanah, pajak air, penyusutan alat, dan bangunan pertanian.

b. Biaya variabel atau biaya-biaya berubah (variable cost) adalah biaya

yang besar kecilnya sangat tergantung pada biaya skala produksi. Yang

termasuk kedalam biaya ini antara lain adalah : biaya untuk bibit, pupuk,

pembasmi hama dan penyakit, buruh atau tenaga kerja upahan, biaya

panen, biaya pengolahan tanah baik yang berupa kontrak maupun upah

(41)

c. Biaya tunai dari biaya tetap dapat berupa pajak air dan pajak tanah.

Sedangkan biaya tunai dari biaya variabel antara lain berupa pemakaian

bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga luar keluarga.

d. Biaya tidak tunai meliputi biaya tetap, biaya untuk tenaga kerja keluarga.

Sedangkan yang termasuk biaya variabel antara lain biaya panen dan

pengolahan tanah dari tenaga kerja keluarga (Fadholi, 1989).

Analisis dalam produksi untuk menghitung pendapatan dapat dilakukan

dengan dua pendekatan, yaitu :

a. Pendekatan pendapatan, digunakan jika produksi yang dikelola bersifat

subsisten atau tidak berorientasi keuntungan. Pendapatan merupakan

pengurangan penerimaan dengan total biaya luar yang secara nyata

dibayarkan untuk masukan dari luar.

b. Pendekatan keuntungan, digunakan jika produksi yang dikelola bersifat

komersial atau bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan. Keuntungan

merupakan hasil dari penerimaan dikurangi dengan total biaya yang

dikeluarkan untuk masukan dari luar dan masukan milik sendiri, yaitu

sewa tanah milik petani, upah tenaga kerja keluarga dan bunga modal

(42)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1 Ker angka Pemik ir an

Harga kedelai yang melambung tinggi dan stok produksi kedelai yang

minim mengakibatkan agroindustri pengolahan tempe mengalami kesulitan

mencari bahan baku. Sedangkan kedelai merupakan bahan baku utama dari

pembuatan tempe, sehingga tidak sedikit agroindustri yang menggunakan bahan

baku kedelai mengalami gulung tikar / terpaksa menutup usaha mereka.

Keterkaitan pertanian dengan perindustrian dalam agroindustri adalah :

pertanian menyediakan bahan baku bagi industri,penyediaan tenaga kerja yang

dianggap cukup besar dan menyediakan tempat bagi berlangsungnya proses

produksi. Hubungan antara pertanian dengan sektor industri dapat dilihat dari

interaksi antar teknologi, pasar, modal dan tenaga kerja dalam kedua sektor

tersebut, produski hasil pertanian merupakan input bagi industri yang mengelola

hasil pertanian. Hubungan antara sektor pertanian dengan sektor industri sangat

erat. Hal ini dikarenakan industri selalu memanfaatkan hasil pertanian sebagai

bahan baku primer. Selain itu juga kegiatan agroindustri akan diperoleh nilai

tambah yang relative besar yang akan diperoleh pengolahan produk pertanian.

Pendekatan agroindustri terhadap hasil produksi tanaman kedelai akan

dapat memberikan beberapa keuntungan yang layak diterima oleh petani

maupun pengolah kedelai. Beberapa keuntungan tersebut antara lain

meningkatnya pendapatan yang diterima petani kedelai, pendapatan pengolahan

(43)

keberhasilan agroindustri itu sendiri. Tingginya harga jual tempe dipasaran

menunjukan peluang pasar yang baik bagi industri tempe. Hal itu yang

menjadiakan pertimbangan bahwa dengan adanya agroindustri tempe

diharapkan dapat memotifasi petani dalam berusaha tani kedelai, sehingga

ketersediaan bahan baku bagi agroindustri tempe dapat tersedia dengan mudah.

Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebuah bagan kerangka pemikiran

sebagai berikut :

Ga mbar 2. Bagan Ker angka Pemikir an Bahan Baku Tempe/ Kedelai

Pemasaran

Kemasan Plastik Kemasan Daun

Pisang Proses Produksi

(44)

3.2. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran, maka dirumuskan hipotesis berikut :

1. Diduga bahwa kegiatan agroindustri tempe di daerah Medokan Ayu

memberikan nilai tambah dan menguntungkan.

2. Diduga bahwa agroindustri tempe di daerah Medokan Ayu layak untuk

(45)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Penentuan Loka si

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling (sengaja),

yaitu berdasarkan pertimbangan - pertimbangan sesuai dengan tujuan penelitian

(Effendi, 1995).

Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu identifikasi

karakteristik, menganalisis nilai tambah, dan mengetahui kelayakan usaha

agroindustri tempe, maka lokasi penelitian dilakukan di UMKM “Medokan Jaya”

di Kelurahan Medokan Ayu.

4.2. Penentuan Sample

Pada penentuan responden disini langkah awal yang harus ditempuh yaitu

mengadakan survey pendahuluan untuk mengetahui jumlah pengusaha tempe

yang berdomisili di Kelurahan Medokan Ayu, Dengan teknik pengambilan secara

purposive sampling (sengaja), memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur

atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Penentuan Untuk Perumusan :

a Responden Untuk Mendapatkan Informasi Pendukung.

-Pemilik Modal / Usaha

Pihak yang memiliki modal / usaha berjumlah 1 orang.

-Bagian Produksi

Pihak yang mengkordinir dan melakukan pengawasan langsung kegiatan

(46)

- Bagian Pengepakan

Pihak yang mengkoordinir dan melakukan pengawasan langsung

proses pengepakan olahan kedelai yang sudah diolah,untuk menjadi

tempe siap jual berjumlah 1 orang.

- Bagian Pemasaran

Pihak yang mengkoordinir dan melakukan pengawasan secara

langsung kegiatan pada bagian penjualan hasil produksi tempe

berjumlah 1 orang.

4.3. J enis dan Tek nik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a.Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari

sumber data. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari

responden melalui wawancara langsung dengan menggunakan

kuisioner yang telah dipersiapkan. Pertanyaan dalam kuisioner

meliputi karakteristik pengusaha, besarnya pembiayaan, proses

produksi, hasil produksi, pendapatan, dan sistem pemasaran.

b.Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah terlebih dahulu dikumpulkan

dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti. Data dicatat secara

sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau

lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder

diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surabaya berupa

(47)

Teknik Pengumpulan Data.

a. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung

terhadap objek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang

jelas mengenai objek yang akan diteliti.

b. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer melalui

wawancara langsung kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan

(kuisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.

c. Pencatatan

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu

dengan mencatat data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga

yang terkait dengan penelitian ini.

4.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Var iabel Agr oindustr i Tempe

Definisi istilah dan pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah :

a.Pengeluaran Agroindustri tempe

Pengeluaran agroindustri tempe yaitu besarnya nilai yang dikeluarkan untuk

pembelian barang dan jasa bagi agroindustri.

b.Biaya bahan baku Agroindustri tempe

Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku utama proses

(48)

c.Biaya input lain Agroindustri tempe

Biaya yang dikeluarkan untuk membeli input lain yang digunakan pada

agroindustri tempe untuk memproduksi tempe antara lain ragi, kayu bakar,

bensin, plastik dan kayu bakar (Rp/liter/ikat).

d.Upah tenaga kerja Agroindustri tempe

Upah yang diterima oleh pekerja dalam rupiah (Rp/hari)

e.Nilai tambah Agroindustri tempe

Pengurangan biaya bahan baku ditambah input lain terhadap nilai produk

yang dihasilkan, tidak termasuk biaya tenaga kerja (Rp/Kg)

f.Keuntungan pengolah

Keuntungan pengolah adalah harga jual tempe berbanding dengan harga

bahan baku yang dikurangi imbalan kerja (Rp/Kg)

g.Koefisien kerja

Keuntungan pengolah adalah harga jual tempe berbanding dengan harga jual

bahan baku yang dikurangi imbalan kerja (Rp/Kg)

h.Nilai produk

Merupakan input bagi agroindustri tempe yang dihasilkan dari proses

(49)

4.5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian tentang Analisis Nilai

Tambah agroindustri tempe ini adalah :

1. Analisa diskriptif, digunakan untuk menjawab bagaimana karakteristik

pengusaha agroindustri tempe. Analisis diskriptif ini juga untuk melihat

ketersediaan modal, bahan baku (kedelai), harga dan pemasaran serta

peluang pasar.

2. Untuk mengetahui hasil dan tujuan kedua yaitu menggunakan analisis

Incremental R/C Rasio dan nilai tambah untuk mengetahui bagaimana

keuntungan dalam menghasilkan agroindustri tempe, analisis ini adalah

penambahan antara hasil yang diperoleh ( keuntungan) dari bahan baku

kedelai menjadi tempe dengan biaya yang dilakukan. Sedangkan analisa

kuantitatif yang digunakan meliputi :

a) Analisis Nilai Tambah

b) Analisis Keuntungan Pengolah

c) Analisis Penyerapan Tenaga Kerja

d) Analisis Imbalan Kerja

e) Analisis Rasio Keuntungan Pengolah

f) Analisis Kelayakan Pendapatan

a. Analisis Nilai Tambah

Nilai tambah adalah pengurangan biaya bahan baku yang digunakan

ditambah dengan biaya input lainnya terhadap penerimaan industri yang

dihasilkan, tidak termasuk biaya tenaga kerja yang dihitung dalam satuan.

(50)

NT = NP – (B+V)

Dimana :

NT = Nilai Tambah (Rp/Kg)

NP = Nilai Produksi (Rp/Kg)

B = Nilai Bahan Baku (Rp/Kg)

V = Nilai input lain (Rp/Kg)

Untuk menguji bahwa usaha agroindustri tempe memberikan nilai tambah

dengan menggunakan formulasi tersebut diatas, maka kriteria yang digunakan :

Ho : Usaha Agroindustri Tempe tidak memberikan Nilai Tambah

Hi : Usaha Agroindustri Tempe memberikan Nilai Tambah

Kriteria Uji :

Apabila NT < 0 maka Ho diterima,

Jika NT > 0 maka Ho ditolak

b. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja dimasukan sebagai koefisiensi tenaga kerja yaitu

jumlah tenaga kerja (hari kerja per tahun) yang terserap dalam agroindustri tempe

ini dibagi dengan bahan baku yang digunakan selama satu tahun (kilogram per

tahun). (Soeharjo, 1991)

KK= ∑ TK ∑ BB

Dimana :

KK = Koefisien Kerja (orang/kg)

Ʃ TK = Jumlah Tenaga Kerja (orang /hari)

(51)

c. Analisis Imbalan Kerja

Koefisien tenaga kerja di kalikan dengan jumlah upah rata – rata tenaga

kerja. (Soeharjo, 1991)

IK = KK x U

Dimana :

IK = Imbalan Tenaga Kerja (Rp/Kg)

KK = Koefisien Kerja (orang/Kg)

U = Upah Rata- Rata Tenaga kerja (Rp/hari/orang)

d. Analisis Keuntungan Pengolah

Harga dari satu kilogram bahan baku, dikurangi dengan harga bahan baku

(Rp / Kg) + biaya lain (Rp / Kg) bahan baku – imbalan kerja (Rp / Kg) bahan

baku. (Soeharjo, 1991).

= Hp – (HB + V) – IK

Dimana :

= Keuntungan Pengolah (Rp / bahan baku)

Hp = Harga Produk (Rp / Kg)

HB = Harga Bahan Baku (Rp / Kg bahan baku)

V = Biaya input lain (Rp)

Ik = Imbalan Kerja (Rp/ Kg bahan baku)

Untuk menguji bahwa usaha Agroindustri tempe memberikan keuntungan

dengan menggunakan formulasi tersebut diatas maka kriteria yang digunakan :

Ho : Usaha Agroindustri Tempe tidak memberikan Keuntungan

(52)

Kriteria Uji

Apabila < 0 maka Ho diterima,

Jika > 0 maka Ho ditolak

e. Analisis Rasio Keuntungan Pengolah

Keuntungan pengolah dibagi harga produk jadi dikalikan 100%. (Soeharjo,

1991).

RK = ∑ x100% ∑ NT

Dimana :

RK = Rasio Keuntungan (%)

= Keuntungan (Rp)

NT = Nilai Tambah (Rp)

f. Analisis Kelayakan Pendapatan

Analisis yang digunakan dalam menghitung kelayakan dengan

menggunakan analisis sebagai berikut :

Net R / C Ratio= TR

TC

Dimana :

TR = Total Penerimaan

TC = Total Biaya

Untuk menguji bahwa usaha Agroindustri tempe layak dikembangkan dengan

menggunakan kriteria sebagai berikut:

R/C Rasio > 1 perusahaan tersebut layak untuk dikembangkan

R/C Rasio = 1 perusahaan tersebut tidak untung dan tidak rugi

(53)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Keadaan Umum Per usahaan

Industri tempe berskala rumahan (home industry) UMKM “Medokan Jaya”

terletak di Medokan Sawah kelurahan Medokan Ayu Kecamatan Rungkut

Kotamadya Surabaya dengan jarak ±20 km dari jantung kota. Luas wilayah

kelurahan Medokan Ayu sekitar 723,134 Ha. Jumlah penduduk di kelurahan

Medokan Ayu berjumlah 19.025 jiwa dengan rincian jenis kelamin laki- laki

9.556 jiwa dan Perempuan berjumlah 9.469 jiwa. Pada Kelurahan Medokan Ayu

terdapat 14 Rukun Warga (RW) dan 76 Rukun Tetangga (RT). Tingkat

pendidikan terakhir di sekitar kelurahan Medokan Ayu yaitu SLTA/Sederajat

yang berjumlah 5438 jiwa dan Diploma/Strata 1 berjumlah 3385 jiwa.

UMKM “Medokan Jaya” berdiri diatas tanah seluas 184 m2. Adapun batas

wilayah Medokan Sawah adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kelurahan Wonorejo

Sebelah Selatan : Kelurahan Gunung Anyar

Sebelah Barat : Kelurahan Rungkut Kidul

Sebelah Timur : Kelurahan Medokan Ayu

Industri tempe UMKM “Medokan Jaya” berdiri sejak tahun 2009 tepatnya

bulan Juni dengan alamat Medokan Sawah RT 01 / RW 01 No. 125 kelurahan

(54)

5.2. Sejar ah Per kembangan Agroindustr i Tempe “ Medokan J aya”

Penelitian ini dilakukan pada usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang

didirikan oleh Bapak Supangih yang terdapat di daerah medokan ayu. Rumah

Bapak Supangih sangat strategis, sekitar ± 1 kilo meter terdapat pasar – pasar

kecil untuk memasukan produk tempe tersebut dan jarak ± 6 kilo meter terdapat

pasar mangga dua atau biasanya disebut dengan pasar wonokromo yang siap

menerima hasil produk tempe Bapak Supangih kepada para pedagang – sayur

keliling yang akan djual kembali atau para penjual warung nasi. Luas bangunan

tersebut sekitar 184 m² yang nilai bangunan saat ini mencapai Rp 250.000.000,-

Usaha Bapak Supangih yang sebelumnya masih bernama Usaha Kecil

Menengah (UKM), dikarenakan usaha tersebut sudah terkenal di daerahnya, atas

kepercayaan dari pihak kecamatan dan perbankan, dengan modal awal Rp.

300.000,- yang hanya mengolah sebesar 10 – 15 kg kedelai, akhirnya usaha

tersebut telah berubah nama menjadi UMKM dikarenakan pengusaha tersebut

selalu mengikuti pelatihan yang diadakan oleh kecamatan dan sebagai contoh

untuk pengusaha – pengusaha tempe yang lain. UMKM tersebut merupakan

satu-satunya UMKM agroindustri yang masih berkembang di daerah tersebut dengan

permodalan pribadi sampai saat ini mencapai Rp 1.000.000 s/d Rp 1.500.000,-.

Dengan kondisi kebutuhan yang semakin meningkat namun penghasilan yang

relatif tetap, maka Bapak Supangin bersama rekannya melirik usaha pembuatan

tempe yang dinilai semakin lama semakin diminati oleh masyarakat. Tempe

banyak dikonsumsi di Indonesia.

Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe

(55)

di dunia, tidak hanya di Indonesia. Melihat peluang itu begitu banyaknya

produsen tempe yang menjadi pesaingnya, maka Bapak Supangin mencari

pembeda antara produk tempenya dengan produk tempe buatan orang lain agar

produk tempenya lebih unggul dibanding produk tempe lainnya. Maka timbulah

pemikiran untuk memberi label pada produk tempenya. Pemberian label ini bukan

merupakan hal yang mudah untuk para produsen, dengan memberi label pada

produk tempenya maka Bapak Supangin memiliki satu kewajiban untuk dapat

meningkatkan kualitas tempenya agar pemberian label pada produknya dapat

menjadikan citra positif terhadap produk tempe nya. Untuk jangka waktu ke

depannya, Bapak Supangin berniat untuk memasarkan produknya ke pasar-pasar

modern yang artinya akan diperlukannya semakin banyak modal dan juga

penggunaan tenaga kerja. UMKM agroindustri tempe dengan 8 tenaga kerjanya,

sampai saat ini mampu memproduksi 100 Kg bahan baku kedelai untuk satu kali

produksi dengan hasil produksi 900 bungkus plastik dan 400 bungkus daun

pisang. Dengan hasil yang diperoleh, permintaan tempe khususnya para pedagang

sayur keliling di pasar mangga dua surabaya dan penjual warung nasi atau rumah

makan.

5.3. Kar akter istik Pengusaha Agr oindustr i Tempe

Pengusaha tempe khususnya di UMKM “Medokan Jaya” memiliki

karakteristik yang mungkin berbeda dengan pengusaha lain. Modal yang dimiliki

merupakan modal sendiri yang besarnya antara Rp 1.000.000 s/d Rp 1.500.000,

Gambar

Tabel 1 : Analisis Nilai Tambah
Gambar 1 : Proses Ilustrasi Pembuatan Tempe
Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran
Gambar 3 : Alur Pembuatan Tempe
+5

Referensi

Dokumen terkait

komentar yang diberikan oleh siswa bahwa pembelajaran yang diterapkan dan cara guru mengajar yang tidak membuat mereka merasa tegang sehingga pembelajaran menjadi

 Melalui Whattsapp group, Zoom, Google Classroom, Telegram atau media daring lainnya, Peserta didik mempresentasikan hasil kerjanya kemudian ditanggapi peserta didik

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Ketika ia diam dan keadaan sunyi, aku pun berkata kepadanya, “Aku memohon kepadamu dengan sunguh-sungguh agar Anda berkenan memberitahukan sebuah hadits (khusus) yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan yang diikuti oleh pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Malang sudah cukup efektif, dilihat

Oleh karena itu, peneliti mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan demonstrasi kubus satuan pada materi balok untuk peningkatan aktivitas dan hasil

(1) Pemerintah atas inisiatif sendiri atau permintaan Pemerintah, Pemerintah provinsi da kabupaten/Kota menyampaikan usulan kepada Dewan Sumber Daya Air Nasional melalui Menteri

Terdapat kajian lepas yang dilakukan oleh Zarina Ahmad 2009 berkenaan aspek bahasa dalam kalangan pelajar dalam situasi rasmi namun, kajian itu menjurus terhadap penggunaan bahasa