• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENETAPAN KRITERIA WILAYAH SUNGAI DAN CEKUNGAN AIR TANAH 14 JULI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENETAPAN KRITERIA WILAYAH SUNGAI DAN CEKUNGAN AIR TANAH 14 JULI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN 2006

TENTANG

KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN WILAYAH SUNGAI DAN

CEKUNGAN AIR TANAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, perlu menetapkan peraturan pemerintah tentang kriteria dan tata cara penetapan wilayah sungai;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN 2006

TENTANG

KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN WILAYAH

SUNGAI DAN CEKUNGAN AIR TANAH

I.

UMUM

1. Sumber daya air merupakan sumber daya yang mengalir sehingga membentuk suatu sistem yang meliputi berbagai komponen sumber daya yang terkait satu sama lain. Keterkaitan berbagai komponen sebagai satu sistem tersebut antara lain nampak bahwa perlakuan di daerah hulu akan memberikan pengaruh terhadap kondisi daerah hilir, perlakuan terhadap air permukaan akan mempengaruhi keberadaan air tanah, kondisi di daratan (off stream) akan berpengaruh tarhadap kondisi aliran air (in stream), dan keberadaan sumber daya air secara kuantitas akan mempengaruhi keberadaannya secara kualitas, dan pelaksanaan konservasi sumber daya air akan berpengaruh terhadap pendayagunaan sumber daya air. Dengan demikian sumber daya air tidak bisa dikelola secara partial berdasarkan lokus atau bidang/urusannya, sumber daya air harus dikelola sebagai satu kesatuan sistem dalam satu wilayah pengelolaan.

(2)

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

3. Undang-undang Nomor 32 Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438 );

2. Sebagai sumber daya yang mengalir, air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah tanpa memperhatikan batas wilayah administrasi. Dengan terbentuknya keterkaitan berbagai komponen sumber daya sebagai implikasi dari sifat mengalir sumber daya air, maka sumber daya air yang secara fisik melintasi beberapa wilayah administrasi, pengelolaannya harus memperhatikan kepentingan wilayah admiistrasi yang bersangkutan. Dengan demikian wilayah pengelolaan menjadi batasan wilayah yang penting bagi pemerintah atau pemerintah daerah dalam melaksanakan pengelolaan sumber daya air sesuai wewenang dan tanggung jawabnya.

3. Sumber daya air merupakan sumber daya alam yang terbaharui dan secara alami keberadaaannya di dalam wilayah hidrografis yang disebut daerah aliran sungai (DAS) mengikuti siklus hidrologis. Ketersediaan sumber daya air dalam setiap DAS sangat dipengaruhi kondisi cuaca dan hidrogeologi setempat, sehingga mengakibatkan adanya DAS dengan ketersediaan air melimpah dan DAS yang sangat kekurangan air. Untuk mewujudkan asas keseimbangan dan asas keadilan dalam pengelolaan sumber daya air maka untuk efektifitas dan efisiensi pengelolaannya perlu dilakukan penyatuan beberapa DAS dalam satu wilayah pengelolaan yang disebut wilayah sungai. Namun demikian, dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan suatu DAS dapat merupakan satu wilayah pengelolaan apabila mampu

(3)

mencukupi kebutuhan sumber daya air di wilayahnya. Selain itu, dengan pertimbangan yang sama, kumpulan pulau-pulau kecil dapat pula menjadi satu wilayah pengelolaan

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KRITERIA DAN

TATA CARA PENETAPAN WILAYAH SUNGAI DAN

CEKUNGAN AIR TANAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya.

2. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.

3. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.

4. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.

5. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

(4)

bawah permukaan tanah.

6. Akuifer adalah lapisan batuan jenuh air tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air tanah.

7. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.

8. Inventarisasi air tanah adalah kegiatan untuk memperoleh data dan informasi air tanah melalui kegiatan pemetaan, penyelidikan dan penelitian, eksplorasi, serta evaluasi air tanah.

9. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

10.Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.

11.Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

12.Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar

(5)

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

13.Wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air adalah institusi tempat segenap pemilik kepentingan dalam bidang sumber daya air melakukan koordinasi dalam rangka mengintegrasikan kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan para pemilik kepentingan dalam bidang sumber daya air.

14.Dewan Sumber Daya Air Nasional adalah wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air tingkat nasional.

Pasal 2

(1) Penentuan kriteria dan tata cara penetapan wilayah sungai dan cekungan air tanah sebagai dasar penetapan untuk menetapkan wilayah sungai dan cekungan air tanah.

(2) Wilayah Sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar pengelolaan air permukaan.

(3) Cekungan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar pengelolaan air tanah.

Pasal 3

(1) Wilayah sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) meliputi : a. wilayah sungai lintas negara;

b. wilayah sungai lintas provinsi; c. wilayah sungai strategis nasional;

Pasal 2

Cukup Jelas

Pasal 3

(6)

d. wilayah sungai lintas kabupaten/kota;dan e. wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.

(2) Cekungan air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) meliputi :

a. cekungan air tanah lintas negara; b. cekungan air tanah lintas provinsi;

c. cekungan air tanah lintas kabupaten/kota;dan d. cekungan air tanah dalam satu kabupaten/kota.

BAB II

KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN WILAYAH SUNGAI

Bagian Kesatu

Kriteria Penetapan Wilayah Sungai

Pasal 4

Kriteria penetapan wilayah sungai meliputi : a. efektivitas pengelolaan sumber daya air:

1) pengelolaan sumber daya air pada wilayah tersebut memenuhi kebutuhan konservasi sumber daya air dan pendayagunaan sumber daya air; dan/atau

2) keberadaan prasarana sumber daya air yang menghubungkan daerah aliran sungai yang satu dengan daerah aliran sungai yang

Pasal 4

Huruf a. Angka (1)

Cukup jelas.

Angka (2)

(7)

lain.

b. efisiensi pengelolaan sumber daya air;

c. tercukupinya hak setiap orang untuk mendapatkan air guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.

P

ASAL

5

Kriteria penetapan wilayah sungai strategis nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c di samping memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan harus memenuhi parameter sebagai berikut:

sumber daya air” adalah terdapatnya prasarana sumber daya air yang menghubungkan DAS yang satu dengan DAS yang lain.

Huruf b.

Cukup jelas.

Huruf c.

Penilaian potensi sumber daya air dipertimbangkan berdasarkan kondisi hidrologis daerah aliran sungai (DAS) yang bersangkutan (DAS kering diintegrasikan pengelolaannya dengan DAS basah).

Yang dimaksud dengan “DAS kering” adalah DAS yang secara alami curah hujannya tidak dapat memenuhi kebutuhan air untuk kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.

Yang dimaksud dengan “DAS basah” adalah DAS yang secara alami curah hujannya berlebih guna memenuhi kebutuhan air untuk kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.

(8)

a. potensi sumber daya air pada wilayah sungai dibandingkan dengan potensi sumber daya air pada provinsi lebih besar atau sama dengan 20%;

b. banyaknya sektor yang terkait dengan sumber daya air pada wilayah sungai paling kurang 16 sektor dan jumlah penduduk dalam wilayah sungai paling kurang 30% dari jumlah penduduk pada provinsi;

c. Besarnya dampak terhadap pembangunan nasional: 1) Sosial:

a) tenaga kerja pada lapangan kerja yang terpengaruh oleh sumber daya air paling kurang 30% dari seluruh tenaga kerja di tingkat provinsi; atau

b) wilayah sungai yang terdapat pulau kecil atau gugusan pulau kecil yang berbatasan dengan wilayah negara lain;

2) Lingkungan hidup:

a) terancamnya keanekaragaman hayati yang spesifik pada sumber air, yang langka dan perlu dilindungi atau yang merupakan konvensi internasional;

Huruf a.

Cukup jelas.

Huruf b.

Yang dimaksud dengan “sektor” adalah sektor sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Huruf c. Angka 1)

Cukup jelas.

Angka 2)

a) Yang dimaksud dengan “terancamnya keanekaragaman hayati” dalam ketentuan ini adalah yang disebabkan oleh kerusakan sumber daya air. Yang dimaksud dengan ”konvensi internasional” adalah konvensi yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah.

(9)

b) perbandingan antara debit air sungai maksimum dengan debit air sungai minimum rata-rata tahunan sungai utama melebihi 75;atau

c) perbandingan antara kebutuhan dan ketersediaan air pada wilayah sungai yang bersangkutan melampaui angka 1,5 (satu koma lima);atau

d) seringnya timbul kejadian penyakit terkait dengan air yang mengakibatkan kematian/cacat tetap dalam jumlah besar.

3) Ekonomi:

a) Terdapat paling kurang 1 (satu) daerah irigasi yang luasnya lebih besar atau sama dengan 10.000 ha;

b) Nilai produksi industri terkait dengan sumber daya air pada wilayah sungai paling kurang 20% dari nilai produksi industri di tingkat provinsi; atau

c) Produksi pembangkit listrik tenaga air pada wilayah sungai yang bersangkutan terkoneksi atau merupakan bagian dari jaringan listrik lintas provinsi.

d. besarnya dampak negatif akibat daya rusak air terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu tingkat kerugian ekonomi yang

adalah perbandingan antara debit air sungai maksimum dengan debit minimum rata-rata tahunan.

Yang dimaksud dengan sungai utama adalah sungai yang terbesar, atau sungai yang memiliki peran utama dalam menunjang kehidupan di wilayah sungai tersebut. Huruf c. Cukup Jelas Huruf d Cukup Jelas Angka 3) Cukup jelas. Huruf d. Cukup jelas

(10)

diakibatkan paling kurang 1% dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tingkat provinsi.

Bagian Kedua

Tata Cara Penetapan Wilayah Sungai

P

ASAL

6

(1) Pemerintah provinsi bersama pemerintah kabupaten/kota atas inisiatif sendiri atau permintaan Pemerintah menyampaikan usulan tentang pembagian wilayah sungai kepada Dewan Sumber Daya Air Nasional melalui Menteri yang membidangi sumber daya air atau pejabat yang ditunjuk menyusun rancangan penetapan wilayah sungai, setelah berkonsultasi dengan dewan atau wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air daerah.

(2) Berdasarkan usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan data lain, Menteri yang membidangi sumber daya air atau pejabat yang ditunjuk menyusun rancangan penetapan wilayah sungai.

(3) Rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikonsultasikan kepada pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan.

(4) Rancangan hasil konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

Pasal 6

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “data lain” misalnya data mengenai rencana pengembangan wilayah regional dan rencana tata ruang wilayah nasional.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

(11)

diusulkan oleh Menteri yang membidangi sumber daya air kepada Presiden setelah mendapat pertimbangan Dewan Sumber Daya Air Nasional untuk ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

(5) Dalam hal Dewan Sumber Daya Air Nasional belum terbentuk, pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan oleh Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Nasional.

(6) Keputusan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota, wilayah sungai lintas kabupaten/kota, wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai strategis nasional, dan wilayah sungai lintas Negara.

Pasal 7

Penetapan wilayah sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dapat ditinjau kembali apabila ada perubahan fisik dan/atau nonfisik di wilayah sungai bersangkutan yang berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 mengakibatkan perubahan batas wilayah sungai dan/atau perubahan kelompok wilayah sungai.

Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 7

Yang dimaksud dengan perubahan fisik misalnya perubahan prasarana sumber daya air, perubahan luas tutupan lahan, perubahan debit air sungai maksimum-minimum.

Yang dimaksud dengan perubahan nonfisik misalnya perubahan wilayah administrasi kabupaten/kota atau provinsi, perubahan jumlah penduduk pada wilayah sungai.

(12)

BAB III

K

RITERIA

D

AN

T

ATA

C

ARA

P

ENETAPAN

C

EKUNGAN

A

IR

T

ANAH

Bagian Kesatu

Kriteria Penetapan Cekungan Air Tanah

Pasal 8

1. Cekungan air tanah berada di daratan dengan pelamparan dapat sampai di bawah dasar laut.

2. Cekungan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

a. mempunyai batas hidrogeologis yang dikontrol oleh kondisi geologis dan/atau kondisi hidrolika air tanah;

b. mempunyai daerah imbuhan dan daerah lepasan air tanah dalam satu sistem pembentukan air tanah; dan

Pasal 8

Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Huruf a

Batas Hidrogeologis dapat berupa antara lain batas dua batuan lulus dan tidak lulus air, batas pemisah air tanah, batas yang dibentuk oleh struktur geologi.

Huruf b

(13)

c. memiliki satu kesatuan sistem akuifer. Huruf c

Cukup Jelas

Bagian Kedua

TATA CARA PENETAPAN CEKUNGAN AIR TANAH

Pasal 9

(1) Pemerintah atas inisiatif sendiri atau permintaan Pemerintah, Pemerintah provinsi da kabupaten/Kota menyampaikan usulan kepada Dewan Sumber Daya Air Nasional melalui Menteri yang membidangi Air Tanah atau pejabat yang ditunjuk menyusun rancangan penetapan cekungan air tanah, setelah berkonsultasi dengan dewan atau wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air daerah.

(2) Berdasarkan usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan data lain, Menteri yang membidangi air tanah atau pejabat yang ditunjuk menyusun rancangan penetapan Cekungan Air Tanah.

(3)

Rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikonsultasikan kepada

pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang

bersangkutan.

(4)

Rancangan hasil konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

diusulkan oleh Menteri yang membidangi air tanah kepada

Presiden setelah mendapat pertimbangan Dewan Sumber Daya Air

Nasional untuk ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Pasal 9

Ayat (1)

Cekungan air tanah yang ditetapkan Presiden dituangkan dalam bentuk peta pada skala 1:250:000

Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas

(14)

(5)

Dalam hal Dewan Sumber Daya Air Nasional belum terbentuk,

pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan oleh

Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Nasional.

(6)

Keputusan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi

cekungan air tanah dalam satu kabupaten/kota, cekungan air

tanah lintas kabupaten/kota, cekungan air tanah

lintas provinsi,

cekungan air tanah lintas Negara.

Ayat (5)

Cukup Jelas

Ayat (6) Cukup Jelas

Pasal 10

(1) Cekungan air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dapat diubah paling cepat dalam waktu 5 (lima) tahun.

(2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan data hidrogeologi hasil kegiatan inventarisasi.

Pasal 10

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan data hidrogeologi adalah data yang ditemukan dari hasil eksplorasi atau penyelidikan dan penelitian air tanah.

BAB

IV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 11

Dengan berlakunya peraturan pemerintah ini, peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kriteria dan tata cara penetapan

Pasal 11

(15)

wilayah sungai dan cekungan air tanah yang telah ada sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti dengan yang baru berdasarkan peraturan pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku.

BAB

VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 12

Peraturan pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Pasal 12

Cukup Jelas

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Ttd

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA ttd

(16)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2006 NOMOR ...

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ...

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif .Menurut Sugiyono (2015:14) metode kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme

Pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk harus dilakukan melalui penerapan teknologi budidaya anjuran sesuai Standar Nasional Indonesia

• Regulasi yang menjembatani antara kegiatan riset dan pengembangan terkait SPKLU dan KBLBB dari Lembaga Litbangjirap dengan kegiatan komersial yang dilakukan oleh badan usaha,

Dengan perbandingan pada gambar 10, untuk kondisi pada kecepatan 0 knot hingga 20 sistem prpulsi hybrid aan memberikan keuntungan dengan menawarkan konsumsi bahan bakar yang

dalam mencapai tujuan pembelajaran. 2) Dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Bagi guru. 1) Penggunaan metode pembelajaran discovery learning lebih

Manajemen perusahaan harus mempertahankan laba usaha yang telah diperoleh dengan berusaha mengurangi jumlah modal yang digunakan atau mencari modal yang memberikan

Kelompok Kerja I Unit Layanan Pengadaan Barang /Jasa Kabupaten Lamandau akan melaksanakan Seleksi Sederhana dengan Prakuali fikasi Pengadaan Jasa Konsultansi

Bukan sekedar daging kambing, tulang kambing maupun jerohan/usus kambing kami jual dengan harga yang murah.. Berikut rincian harga daging domba di UD