PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY (PENEMUAN TERBIMBING) TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK CAHAYA DI KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 3 PERCUT
SEI TUAN T.A 2012/2013
Oleh:
Ermawati NIM 409321018
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang
direncanakan.
Skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Guided Discovery
(Penemuan Terbimbing) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Cahaya
di Kelas VIII Semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013,’ disusun
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan skripsi, penulis banyak memperoleh bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada Ibu Rita Juliani, S.Si, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal
penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi. Ucapan terima kasih juga
disampaikan pada Bapak Drs. Manter Sihotang, Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si,
dan Bapak Drs. Makmur Sirait, M.Si, selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai
selesai penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak
Alkhafi Maas Siregar, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan kepada
seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Fisika FMIPA
UNIMED yang sudah membantu penulis.
Ucapan terima kasih disampaikan juga pada Bapak Kepala Sekolah serta
Bapak dan Ibu Guru dan seluruh staf pegawai SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan
terkhusus kepada Bapak Drs. Asril Saman yang telah banyak membantu selama
penelitian dilaksanakan. Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada
Ayahanda Ramsyah dan Ibunda tercinta Sarmini selaku orang tua dan adik-adikku
Suyanti, Melani dan Sri Rahayu yang banyak membantu dalam penulisan skripsi
ini beserta seluruh keluarga yang selalu berdoa dan memberikan dorongan kepada
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY (PENEMUAN TERBIMBING) TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATERI POKOK CAHAYA DI KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 3 PERCUT
SEI TUAN T.A 2012/2013
ERMAWATI (409321018)
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan model pembelajaran penemuan terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok cahaya di kelas VIII semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013.
Jenis penelitian adalah quasi eksperiment dengan populasi seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan yang terdiri dari 7 kelas. Sampel penelitian diambil 2 kelas yang ditentukan dengan teknik cluster random
sampling, yaitu kelas VIII-3 dengan menggunakan model pembelajaran penemuan
terbimbing dan kelas VIII-2 dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu tes hasil belajar dan lembar observasi aktivitas belajar siswa.
Hasil yang diperoleh sebelum memulai pembelajaran dengan nilai rata-rata pretes kelas eksperimen sebesar 39,84 dengan standar deviasi 7,98 dan kelas kontrol sebesar 39,22 dengan standar deviasi 8,62. Pengujian normalitas untuk pretes kelas eksperimen dengan Lhitung = 0,1483 dan Ltabel = 0,1566, untuk kelas
kontrol dengan Lhitung = 0,1254 dan Ltabel =0,1566 sehingga Lhitung < Ltabel maka
data kedua kelas berdistribusi normal. Pengujian homogenitas diperoleh Fhitung
=1,17 dan Ftabel = 1,82 sehingga Fhitung < Ftabel maka kedua sampel berasal dari
kelompok yang homogen. Kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda, di kelas eksperimen menggunakan model penemuan terbimbing dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil yang diperoleh setelah pembelajaran dengan nilai rata-rata postes kelas eksperimen sebesar 70,47 dengan standar deviasi 10,50 dan kelas kontrol sebesar 51,72 dengan standar deviasi 11,61. Rata-rata aktivitas kelas keseluruhan siswa adalah 69,72 dan termasuk kategori cukup aktif. Perhitungan data dengan menggunakan uji t, thitung = 6,77 dan
ttabel = 1,67 sehingga diperoleh thitung > ttabel yang artinya Ha diterima berarti ada
pengaruh yang signifikan model pembelajaran penemuan terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok cahaya di kelas VIII semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A. 2012/2013.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar viii
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 5
1.3. Pembatasan Masalah 6
1.4. Rumusan Masalah 6
1.5. Tujuan Penelitian 7
1.6. Manfaat Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1. Kerangka Teoritis 8
2.1.1. Pengertian Belajar 8
2.1.2. Aktivitas Belajar 8
2.1.3. Hasil Belajar 9
2.1.4. Model Pembelajaran 11
2.1.5. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing 12
2.1.6. Penerapan Model Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran
Fisika 14
2.1.7. Tahapan Model Penemuan Terbimbing 15
2.1.8. Pembelajaran Konvensional 20
2.1.9. Materi Cahaya 22
2.1.9.1. Pengertian Cahaya 22
2.1.9.2. Cermin 24
2.1.9.2.1. Cermin Datar 24
2.1.9.2.2. Cermin Cekung 25
2.1.9.2.3. Cermin Cembung 26
2.1.9.2.4. Persamaan Cermin Lengkung 27
2.1.9.3. Pembiasan Cahaya 28
2.1.9.4. Lensa 29
2.1.9.4.1. Bayangan pada Lensa 30
2.2. Kerangka Konseptual 34
2.3. Hipotesis Penelitian 35
BAB III METODE PENELITIAN 36
vii
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 36
3.2.1. Populasi Penelitian 36
3.2.2. Sampel Penelitian 36
3.3. Variabel Penelitian 36
3.3.1. Variabel Bebas 36
3.3.2. Variabel Terikat 36
3.4. Jenis dan Desain Penelitian 37
3.4.1. Jenis Penelitian 37
3.4.2. Desain Penelitian 37
3.5. Instrumen Penelitian 37
3.5.1. Tes Hasil Belajar 37
3.5.2. Lembar Observasi Aktivitas 38
3.5.3. Validitas Tes 39
3.6. Prosedur Penelitian 39
3.7. Teknik Analisis Data 42
3.7.1. Menghitung Nilai Rata-Rata dan Standar Deviasi 42
3.7.2. Uji Normalitas 42
3.7.3. Uji Homogenitas 43
3.7.4. Uji Hipotesis 44
3.7.4.1. Uji Kesamaan Rata-Rata Pretes (Uji t Dua Pihak) 44
3.7.4.2. Uji Kesamaan Rata-Rata Postes (Uji t Satu Pihak) 45
BAB IV . HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 47
4.1. . Hasil Penelitian 47
4.1.1. Pelaksanaan Pretes 47
4.1.1.1. .. Uji Normalitas Data 48
4.1.1.2. Uji Homogenitas Data 48
4.1.1.3. Uji Hipotesis untuk Pretes 48
4.1.2. Perlakuan 49
4.1.3. Pelaksanaan Postes 50
4.1.3.1. .. Uji Normalitas Data 51
4.1.3.2. Uji Homogenitas Data 51
4.1.3.3. Uji Hipotesis untuk Postes 52
4.2. Pembahasan 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 56
5.1. Kesimpulan 56
5.2. Saran 57
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Peranan Siswa dan Guru di dalam Model Penemuan 15
Tabel 2.2. Fase-Fase Dalam Menerapkan Pelajaran Dengan
Penemuan Terbimbing 17
Tabel 3.1. The Pretest-Posttest Control Group Desaign 37
Tabel 3.2. Tabel Spesifikasi Hasil Belajar 38
Tabel 3.3. Penilaian dengan Persen 39
Tabel 4.1. Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 47
Tabel 4.2. Ringkasan Uji Normalitas 48
Tabel 4.3. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data 48
Tabel 4.4. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis 49
Tabel 4.5. Ringkasan Hasil Penilaian Aktivitas Belajar Siswa 50
Tabel 4.6. Ringkasan Hasil Penilaian Lembar Kegiatan Siswa 50
Tabel 4.7. Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 51
Tabel 4.8. Ringkasan Uji Normalitas 51
Tabel 4.9. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data 52
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Merencanakan Pelajaran dengan Model Temuan
Terbimbing 15
Gambar 2.2. Cahaya Dipantulkan Oleh Benda ke Segala Arah 22
Gambar 2.3. Cahaya Merambat Dalam Garis Lurus Yang Disebut Sinar
Cahaya Sedangkan Berkas Cahaya Digambarkan Dengan
Beberapa Garis Berarah 23
Gambar 2.4. Pemantulan Cahaya 23
Gambar 2.5. Pantulan Baur 23
Gambar 2.6. Pemantulan Teratur 24
Gambar 2.7. Pembentukan Bayangan Oleh Cermin Datar 24
Gambar 2.8. Sinar-sinar Istimewa Cermin Cekung 26
Gambar 2.9. Pembentukkan Bayangan Pada Cermin Cekung. 26
Gambar 2.10. Sinar-Sinar Istimewa Cermin Cembung 27
Gambar 2.11. Pembentukan Bayangan Pada Cermin Cembung 27
Gambar 2.12. Hukum Snellius 28
Gambar 2.13. Jenis-Jenis Lensa 29
Gambar 2.14. Sifat Lensa Cembung 29
Gambar 2.15. Sifat Lensa Cekung 30
Gambar 2.16. Sinar–Sinar Istimewa Lensa Cembung 30
Gambar 2.17. Pembentukan Bayangan Oleh Lensa Positif Untuk Benda Yang Diletakkan Pada Jarak Lebih Besar Dari Jarak
Antara Pusat Optik Ke Titik 2F2 31
Gambar 2.18. Pembentukan Bayangan Pada Lensa Positif Untuk Benda
ix
Gambar 2.19. Pembentukan Bayangan Pada Lensa Positif Bila Benda
Diletakkan Antara Pusat Optik O Dan Fokus Utama F2 31
Gambar 2.20. Pembentukan bayangan pada lensa positif benda
diletakkan tepat pada R 32
Gambar 2.21. Sinar-Sinar Istimewa Lensa Cekung 32
Gambar 2.22. Sifat Bayangan Dari Suatu Benda Sejati Di Depan Lensa
Negatif Selalu Maya,Tegak dan Diperkecil 33
Gambar 2.23. Bagan Proses Pembelajaran dengan Model Penemuan
Terbimbing dan Konvensional 34
` 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan untuk peserta didik,
masyarakat, bangsa dan negara. Shabri (2013) menyatakan bahwa kualitas
pendidikan di Indonesia masih rendah, dapat dilihat dari beberapa indikator.
Pertama, peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index)
Indonesia meliputi peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan
per kepala berada di urutan 124 dari 183 negara yang ada di dunia. Kedua,
Kementrian Pendidikan Nasional melaporkan bahwa dari 146.052 SD di
Indonesia, hanya 8 sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The
Primary Years Programme dan dari 20.918 SMP, hanya 8 sekolah yang mendapat
pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Programme serta dari 8.036
SMA, hanya 7 sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The
Diploma Programme. Ketiga, dibandingkan dengan negara Asia lain, menurut
survei Political and Economic Risk Consultant, kualitas pendidikan di Indonesia
berada pada urutan ke-12 dari 12 negara. Keempat, The World Economic Forum
Swedia Report menyatakan bahwa Indonesia memiliki daya saing yang rendah,
yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei.
` 2
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu persyaratan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal penting dalam pencapaian tujuan
pendidikan. Fisika adalah salah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam sehingga
para pelajar diharapkan mempunyai pemahaman pada bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Fisika merupakan suatu ilmu yang empiris. Pernyataan-pernyataan
fisika harus didukung oleh hasil-hasil eksperimen. Hasil eksperimen digunakan
untuk eksplorasi informasi-informasi yang diperlukan untuk membentuk teori
lebih lanjut. Teori dan eksperimen dalam fisika merupakan lingkaran yang tidak
berkesudahan. Fisika merupakan abstraksi terhadap berbagai sifat alam dalam
wujud konsep-konsep yang merupakan hamparan realitas. Kekhususan fisika
dibanding ilmu-ilmu lain adalah sifatnya yang kuantitatif, yaitu penggunaan
konsep-konsep dan hubungan antara konsep yang banyak menggunakan
perhitungan matematis.
Rendahnya mutu pendidikan terlihat pada saat pelaksanaan PPLT 2012 di
SMA Negeri 1 Babalan. Berdasarkan pengamatan penulis mengetahui bahwa
siswa tidak tertarik belajar fisika. Siswa berpendapat fisika penuh dengan
rumus-rumus yang membingungkan. Guru fisika masih menggunakan proses
pembelajaran yang berorientasi pada teacher centered karena guru jarang
melibatkan siswa dalam pembelajaran dan hanya menekankan siswa untuk
menghafal rumus-rumus tanpa menekankan konsep dan penerapan fisika.
Hasil observasi di SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan dengan memberikan
angket kepada 32 siswa pada tanggal 21 Februari 2013, sebesar 37,5%
menyatakan fisika adalah pelajaran yang sulit, kurang menarik dan banyak rumus.
Fisika merupakan ilmu yang menarik karena semua gejala yang terjadi di alam
berkaitan dengan fisika dan dapat diterangkan dengan konsep yang sederhana.
Hasil observasi menjelaskan yaitu sekitar 71,8% menyatakan bahwa cara
mengajar guru cenderung menjelaskan materi dan mengerjakan soal. Hasil
wawancara dengan bapak Drs. Asril Saman mengatakan bahwa pernah
menerapkan model pembelajaran kooperatif tetapi hasilnya belum memuaskan
karena tidak maksimal dalam menggunakan model pembelajaran. Guru sesekali
` 3
sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa mendapatkan hasil belajar kurang
memuaskan (nilai rata-rata 52). Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih
kurang, siswa masih takut untuk bertanya pada guru jika ada materi yang tidak
dipahami, sekitar 43,7 % siswa menyatakan bahwa sumber pelajaran fisika selalu
berasal dari guru sehingga siswa tidak berusaha mencari tahu sendiri tentang
pelajaran fisika. Hasil wawancara diperoleh bahwa sarana dan prasarana
laboratorium di SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan sudah lengkap tetapi belum
digunakan secara maksimal karena keterbatasan waktu dan kurangnya
kemampuan guru dalam menggunakan sarana dan prasarana.
Menurut Rohim, dkk (2012:2) menyatakan bahwa pembelajaran fisika di
sekolah hendaknya menyiapkan anak didik untuk : (1) mampu menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan
konsep-konsep sains yang telah dipelajari, (2) mampu mengambil keputusan yang
tepat dengan menggunakan konsep-konsep ilmiah, dan (3) mempunyai sikap
ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat berpikir dan
bertindak secara ilmiah. Untuk memecahkan permasalahan pembelajaran perlu
dilakukan upaya antara lain memilih model yang tepat agar tujuan pendidikan
tercapai. Trianto (2010:22) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran serta para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif adalah
model pembelajaran penemuan terbimbing. Wahyu (2011:39) menyatakan bahwa
model pembelajaran penemuan terbimbing merupakan model pembelajaran yang
bersifat student oriented dengan teknik trial and error, menerka, menggunakan
intuisi, menyelidiki, menarik kesimpulan, serta memungkinkan guru melakukan
bimbingan dan petunjuk jalan dalam membantu siswa untuk mempergunakan ide,
konsep, dan keterampilan yang dimiliki untuk menemukan pengetahuan baru.
Hasil penelitian Markaban (2008:17) menyatakan bahwa dalam model
` 4
pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru tetapi pada siswa. Sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran. Peneliti
memiliki kendala dalam penentuan waktu untuk materi tertentu dan tidak semua
topik materi cocok disampaikan dengan model penemuan terbimbing.
Hasil penelitian Rohim, dkk (2012:2) menyatakan bahwa model
pembelajaran penemuan lebih efektif dalam pembelajaran IPA, karena membantu
siswa bertemu dengan dua kriteria penting dalam pembelajaran aktif yaitu
membangun pengetahuan untuk membuat pengertian dari informasi baru dan
mengintegrasikan informasi baru sampai ditemukan pengetahuan yang tepat. Pada
pelaksanaan pembelajaran penemuan terbimbing peneliti mengalami kendala yaitu
siswa belum terbiasa melakukan percobaan dan diskusi.
Sebagai salah satu model pembelajaran dari sekian banyak model
pembelajaran yang ada, model pembelajaran penemuan terbimbing menempatkan
guru sebagai fasilitator, yaitu membimbing siswa. Widdiharto (2004:4)
menyatakan bahwa dalam model pembelajaran penemuan terbimbing, siswa
didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat
‘menemukan’ prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan
guru. Adapun kekurangan dari model penemuan terbimbing adalah waktu yang
diperlukan agar tercapainya tujuan hasil belajar cukup lama.
Hasil penelitian Satyawati (2011:4) menyatakan bahwa salah satu model
instruksional kognitif adalah belajar penemuan. Model pembelajaran penemuan
terbimbing berupaya menemukan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa
sehingga dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak belajar sendiri dan
mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar
ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Kendala yang ditemukan peneliti adalah
kurangnya waktu pelaksanaan pembelajaran.
Hasil penelitian Dhyana (2010:1493) menyatakan bahwa alasan rasional
penggunaan model penemuan terbimbing adalah siswa akan mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai sains dan akan lebih tertarik terhadap sains.
Hasil penelitian menyatakan bahwa hasil belajar dengan model penemuan
` 5
Dalam model penemuan terbimbing diperlukan keterampilan guru untuk
membimbing dan mengarahkan situasi belajar yang lebih kondusif.
Penelitian tentang model penemuan terbimbing yang dilakukan oleh
Elfrida (2011) menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa di kelas eksperimen
meningkat dari 44,07 menjadi 65,79. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Samaria (2012) diperoleh hasil pembelajaran dengan penemuan terbimbing
dengan nilai rata-rata siswa di kelas eksperimen meningkat dari 33,25 menjadi
72,25. Berdasarkan hasil di atas memperlihatkan bahwa model pembelajaran
penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran penemuan terbimbing diterapkan pada proses
pembelajaran dengan memperhatikan materi pelajaran yang akan disampaikan
oleh guru sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Materi yang sesuai
dengan penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing adalah materi yang
membahas tentang konsep dan generalisasi. Penulis memilih materi cahaya karena
banyak menuntut siswa untuk lebih aktif menemukan konsep cahaya. Dengan
melihat kendala-kendala yang dihadapi oleh peneliti sebelumnya, maka penulis
akan berusaha memaksimalkan waktu sehingga mampu meningkatkan hasil
belajar siswa dan penulis akan berusaha membimbing serta mengarahkan situasi
belajar agar lebih kondusif sehingga siswa menjadi terbiasa saat melakukan
percobaan dan diskusi.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul, “Pengaruh Model Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan
Terbimbing) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Cahaya Di Kelas
VIII Semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013.”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Siswa menganggap pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit, kurang
` 6
2. Guru pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif tetapi hasilnya
belum memuaskan.
3. Guru mengajar hanya dengan cara menjelaskan materi dan mengerjakan soal.
4. Hasil belajar fisika kurang memuaskan.
5. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih kurang.
6. Sarana dan prasarana laboratorium sudah lengkap tetapi belum digunakan
secara maksimal.
1.3. Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang dilaksanakan dapat lebih optimal, maka ruang
lingkup yang dibahas dibatasi. Batasan masalah dalam penelitian adalah sebagai
berikut :
1. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan
pada semester II T.A 2012/2013.
2. Materi pokok yang diajarkan adalah cahaya.
3. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran penemuan
terbimbing.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, rumusan masalah dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan model pembelajaran penemuan
terbimbing dan pembelajaran konvensional pada materi pokok cahaya di
kelas VIII semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013?
2. Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan model
pembelajaran penemuan terbimbing pada materi pokok cahaya di kelas VIII
semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran penemuan
terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok cahaya di kelas
` 7
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran penemuan terbimbing dan pembelajaran konvensional pada
materi pokok cahaya di kelas VIII semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan
T.A 2012/2013.
2. Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan model
pembelajaran penemuan terbimbing pada materi pokok cahaya di kelas VIII
semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013.
3. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan model pembelajaran penemuan
terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok cahaya di kelas
VIII semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013.
1.6. Manfaat Penelitiaan
Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Menambah pengetahuan peneliti tentang model pembelajaran penemuan
terbimbing yang digunakan saat penelitian.
2. Sebagai bahan informasi bagi guru-guru fisika tentang keefektifan model
pembelajaran penemuan terbimbing terhadap hasil belajar siswa.
3. Menjadi bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti lain dalam
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian didasarkan dari data-data hasil penelitian,
Sistematika sajiannya dilakukan dengan memperhatikan tujuan penelitian yang
telah dirumuskan. Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran
penemuan terbimbing pada materi pokok cahaya di kelas VIII semester II
SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013 dengan rata-rata pretes sebesar
39,84 dan rata-rata postes siswa sebesar 70,47. Hasil belajar siswa kelas
kontrol dengan menerapkan pembelajaran konvensional pada materi pokok
cahaya di kelas VIII semester II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A
2012/2013 dengan rata-rata pretes sebesar 39,22 dan rata-rata postes siswa
sebesar 51,72.
2. Hasil observasi aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan
model penemuan terbimbing pada materi pokok cahaya di kelas VIII semester
II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013 diperoleh untuk pertemuan I
rata-rata aktivitas siswa sebesar 62.08 yaitu 2 siswa dikategorikan sangat baik,
4 siswa dikategorikan baik, 17 siswa dikategorikan cukup dan 9 orang
dikategorikan kurang sekali. Pertemuan II diperoleh peningkatan aktivitas
siswa dengan nilai rata-rata 70.21 yaitu 4 siswa dikategorikan sangat baik, 6
siswa dikategorikan baik, 18 siswa dikategorikan cukup dan 4 orang
dikategorikan kurang sekali. Pertemuan III diperoleh peningkatan aktivitas
siswa dengan nilai rata-rata 76.88 yaitu 11 siswa dikategorikan sangat baik, 2
siswa dikategorikan baik, 18 siswa dikategorikan cukup dan 1 orang
dikategorikan kurang sekali.
3. Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran penemuan terbimbing
terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok cahaya di kelas VIII semester
II SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013 dengan thitung > ttabel = 6,7689
57
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka sebagai tindak
lanjut dari penelitian disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Peneliti yang ingin meneliti tentang model pembelajaran penemuan
terbimbing agar lebih mengarahkan siswa dalam pembentukan kelompok
sehingga suasana pembelajaran lebih kondusif.
2. Peneliti harus mengkondisikan siswa yang belum terbiasa belajar dalam
kelompok agar suasana belajar lebih menyenangkan.
3. Peneliti kiranya ketika melakukan pengamatan aktivitas belajar dilakukan
dengan lebih dari satu orang sehingga lebih mudah terlaksana dan terkontrol
dalam melakukan pengamatan.
4. Sebelum melakukan model pembelajaran penemuan terbimbing terlebih
dahulu mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan saat percobaaan sesuai
58
DAFTAR PUSTAKA
Ambarjaya, B., (2012), Psikologi Pendidikan dan Pengajaran, Caps, Yogyakarta.
Angkowo, R., dan A. Kosasih., (2007), Optimalisasi Media Pembelajaran, PT Grasindo, Jakarta.
Arikunto, S., (2009), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bumi Aksara, Jakarta.
Daryanto., (2010), Belajar dan Mengajar, Yrama Widya, Bandung.
Dhyana, W., (2010), Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbasis Asesmen Kinerja Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kecerdasan Logis Matematis Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Payangan.
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=pengaruh+model+Pembelajar an+penemuan+TerbimbingI+Wayan+Dhyana&source=web&cd=1&ved=
0CDAQFjAA&url=http%3A%2F%2Fpasca.undiksha.ac.id%2Fe-journal%2Findex.php%2Fjurnal_ap%2Farticle%2Fdownload%2F455%2 F247&ei=4r5CUfqOF4rkrAeQ1oCgAQ&usg=AFQjCNEbborEo5aP3AJ F1uZX3bj0B-NmTQ diakses pada tanggal 06 Februari 2013.
Djamarah, S. B., (2006), Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi), Rineka Cipta, Jakarta.
Eggen, P., dan Don K., (2012), Strategi dan Model Pembelajaran : Mengajarkan
Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi 6, Indeks, Jakarta.
Elfrida, E. M., (2011), Perbedaan Hasil Belajar Fisika Siswa yang Diajar dengan
Model Guided Discovery dan Model Konvensional pada Materi Pokok Hukum Newton di Kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 2 Kutacane T.A 2010/2011, FMIPA UNIMED, Medan.
Hamalik, O., (2004), Pendidikan Guru. Bumi Aksara, Jakarta.
Joice, B., dkk., (2009), Models Of Teaching; Model-Model Pengajaran Edisi
Kedelapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Karim, S., dkk., (2008), Belajar IPA : Membuka Cakrawala Alam Sekitar 2 untuk
Kelas VIII SMP/MTs. Pusat Perbukuan, Jakarta.
Mahmun, Z., (2012), Kualitas Guru Rendah-Hasil UKA, Sumut Hanya di
Peringkat 25 dari 33 Provinsi, http://mahmun.wordpress.com, diakses
59
Markaban., (2008), Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran
Matematika SMK, Depdiknas Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Yogyakarta.
Mayub, A., (2005), E-Learning Fisika Berbasiskan Macromedia Flash MX, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Purwanto. M.N., (2010), Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Graha Ilmu, Bandung.
Roestiyah., (2008), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Rohim, dkk., (2012), Penerapan Model Discovery Terbimbing Pada Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, Unnes
Physics Education Journal : 2.
Sagala, S., (2005), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Samaria, R.S., (2012), Pengaruh Metode Penemuan Terbimbing Terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa Pada Materi Pokok Gerak Lurus di Kelas VII SMP Negeri 18 Medan T.A 2011/2012, FMIPA UNIMED, Medan.
Sardiman., (2009), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Press, Jakarta.
Satyawati, S.B., (2011), Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbasis LKS Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kecerdasan Logis Matematis Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Bangli. http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ap/article/view/455 diakses pada tanggal 06 Februari 2013
Shabri., (2013), http://aceh.tribunnews.com/2013/01/03/potret-buram-pendidikan-kita diakses pada tanggal 06 Februari 2013
Slameto., (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sudjana. N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sugiyono., (2010), Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung.
60
Syaodih, N.S., (2008), Metode Penelitian Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Trianto., (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep,
Landasan, dan Implementasi Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.
Wahyu, Y.P. 2011. Keefektifan Model Penemuan Terbimbing dan Cooperative Learning Pada Pembelajaran Matematika. Jurnal Kependidikan 4: 39-40.
Widdiharto, R., (2004), Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika, Yogyakarta.
Widodo, A. (2006). Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin