• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penyangga kehidupan,telah memberika manfaat yang besar bagi umat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. penyangga kehidupan,telah memberika manfaat yang besar bagi umat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan dalam kedudukanya sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan,telah memberika manfaat yang besar bagi umat manusia, oleh karena itu harus dijaga kelestariannya.Lebih dari setengah wilayah Indonesia adalah Hutan, membuatnya menduduki urutan kedelapan dengan negara hutan terluas di dunia pada tahun 2020.Indonesia memiliki hutan seluas 97 juta hektar dan menyumbang sekitar dua persen dari total luas hutan dunia.1

Sumber daya yang dimiliki hutan Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki peran strategis sebagai salah satu sistem penyangga bagi kehidupan masyarakat dan makhluk hidup lainnya. Sektor kehutanan juga terbukti mampu mendukung pertumbuhuan pembangunan ekonomi nasional. Selain dari perspektif ekonomi, hutan juga memiliki fungsi signifikan dilihat dari perspektif lingkungan hidup, yaitu sebagai penahan banjir bandang, tanah longsor, pencegahan kekeringan dan berfungsi sebagai sumber kehidupan satwa dan sumber ke aneka ragaman hayati.2

1 FAO dan UNEP, The State Of World Forest : Forest, Biodiversity and People, Food and Agricultue Organization of the United Nations, Rome,2020, hlm. 34

2 Rahmi Hidayat D., dkk, Pemberantasan illegal logging dan Penyelundupan Kayu, Wana Aksara, Banten, 2006 hlm 55

(2)

Kawasan hutan adalah wilayah-wilayah tertentu ditetapkan pemerintah sebagai kawasan hutan tetap. Selanjutnya kawasan hutan adalah wilayah yang sudah berhutan atau yang tidak berhutan kemudian di tetapkan penguasaannya baik negara. Kawasan - kawasan hutan, seluruhnya merupakan wilayah-wilayah yang dalam land use planning telah/akan ditetapkan penggunaannya di bidang kehutanan yang di dasarkan pada kebutuhan serta kepentingan masyarakat Indonesia.3Hutan sebagai sumber kekayaan alam yang di milik oleh bangsa Indonesia merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional yang dipergunakan untuk meningkatkan kemakmuran rakyat, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, disebutkan bahwa penguasaan hutan oleh Negara. Dalam pasal ini disebutkan Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 4

Dalam pasal 23 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan juga disebutkan bahwa masyarkat dapat memanfaatkan kawasan hutan dengan tujuan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara optimal tanpa melupakan aspek kelestariannya. Pemanfaatan hutan oleh masyarakat bisa dilakukan di seluruh kawasan hutan kecuali di bagian hutan cagar alam dan zona rimba serta zona inti pada taman nasional.

3 Alam Setia Zain, “Hukum Lingkungan (Konserasi Hutan), Jakarta, 2000, Hlm, 2.

4 Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.

(3)

Namun seiring dengan berjalannya waktu kekayaan hutan di Indonesia tidak hanya membawa manfaat bagi masyarakat namun dapat menjadi sumber konflik di antara masyarakat, baik berupa konflik antara masyarakat dengan pemerintah atau antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Pembangunan hutan sebagaimana yang diharapkan dapat terwujud, ternyata hal itu dihambat dengan banyak sekali tindak pidana kehutanan salah satunya adalah pembalakan liar. Pembalakan liar yang lebih dikenal sebagai kegiatan pemanenan pohon hutan, pengangkutan serta penjualan kayu maupun hasil olahan kayu yang tidak sah dan tidak memiliki izin. Kegiatan penebangan sudah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. Menurut undang-undang tersebut, Pembalakan liar adalah semua kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu secara tidak sah yang terorganisasi. Hal tersebut mengandung arti kegiatan ini bisa dilakukan oleh suatu kelompok yang di dalamnya terdiri dari dua orang atau lebih yang bertindak bersama melakukan pemanenan kayu sebagai kegiatan perusakan hutan.

Praktek pembalakan liar sudah barang tentu memiliki dampak negatif yang sangat besar. Secara kasat mata dampak negatif pembalakan liar dapat diketahui dari rusaknya ekosistem hutan. Rusaknya ekosistem hutan ini berdampak pada menurunnya atau bahkan hilangnya fungsi hutan sebagai penyimpan air, pengendali air yang dapat mencegah banjir juga tanah longsor. Sehingga rentan terhadap bencana kekeringan, banjir

(4)

maupun tanah longsor. Disamping itu, pembalakan liar menghilangkan keanekaragaman hayati, berkurangnya kualitas dan kuantitas ekosistem dan biodiversity, dan bahkan pembalakan liar dapat berperan dalam kepunahan satwa alam hutan Indonesia.

Dari sisi ekonomis, pembalakan liar telah menyebabkan hilangnya devisa negara. Nilai kerugian negara akibat praktik pembalakan liar ataupun pembabatan hutan secara legal namun penuh rekayasa suap dan korupsi, telah menyebabkan kerusakan luar biasa. Tak hanya kerusakan ekosistem hutan yang menopang kehidupan masyarakat, praktik pembalakan liar dan pembabatan hutan secara legal ini juga menyebabkan kerugian negara dalam jumlah besar. Studi Indonesia Corruption Watch (ICW) selama kurun waktu 2004-2010, kerugian negara akibat pembalakan hutan di Indonesia mencapai Rp 169,7 triliun. Nilai sebesar itu diperoleh dari perhitungan kekurangan penerimaan negara dari sektor pajak bumi dan bangunan serta sejumlah perijinan dan royalti.5

Pelaku kejahatan pembalakan liar dalam identifikasi lapangan melibatkan 4 unsur pelaku utama, yaitu :

1. Cukong, Penguasa atau Pejabat

Cukong menurut KBBI adalah para pemilik modal yang diperlukan untuk melakukan suatu usaha atau kegiatan. Pejabat

5 Indonesia Corruption Watch, “Menghitung Kerugian Negara Akibat Illegal Logging”

https://antikorupsi.org/id/article/menghitung-kerugian-negara-akibat-illegal-logging-0 (diakses tanggal 8 mei 2022)

(5)

adalah seseorang bekerja di dalam suatu organisasi atau pemerintahan yang berpartisipasi dalam pelaksanaan wewenang.

Hal tersebut bisa dijadikan alasan mengapa mereka melakukan Pembalakan Liar karena para Cukong dan Pejabat memiliki kuasa dalam melakukan sesuatu

2. Warga setempat atau pendatang

Warga setempat juga bisa melakukan pembalakan liar karena mereka terlalu banyak memanfaatkan kekayaan alam yang ada di sekitar ruamahnya dan tidak menanam kembali pohon yang sudah ditebang guna tetap melestarikan kekayaan alamnya, begitu juga para pendatang yang memang datang ke wilayah tersebut untuk memanfaatkan kekayaan alam di tempat yang akan ia tinggali 3. Pemilik Pabrik moullding atau sawmill

Pemilik Pabrik moullding atau sawmill menjadi unsur pertama karena mereka menjadikan kayu sebagai bahan utama dari pabrik tersebut, tak heran jika mereka melakukan pembalakan liar agar terus bisa produksi

4. Pengusaha asing.

Pengusaha asing juga bisa melakukan pembalakan liar dikarenakan mereka membutuhkan kayu yang ada di negara tersebut

(6)

karena di daerahnya sudah tidak ada kayu yang bisa dijadikan bahan produksi6

Upaya mengatasi kasus pembalakan liar di Indonesia, jajaran aparat penegak hukum (penyidik POLRI maupun penyidik PPNS yang lingkup tugasnya bertanggungjawab terhadap pengurusan hutan, kejaksaan maupun hakim) telah menggunakan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang- Undang.7

Dalam Putusan No.39/Pid.B/2015/PN.Sit pokok permasalahannya adalah dimana seseorang hanya sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara menebang beberapa batang pohon tanpa ijin dari pejabat yang berwenang kemudian dijatuhkan hukuman tindak pidana pembalakan liar.

Kasus itu terjadi di Kabupaten Situbondo, Seorang nenek berumur 63 tahun diduga melakukan pembalakan liar dengan mencuri kayu jati sebanyak 38 (tiga puluh delapan) sirap dari lahan perhutani di petak 43 F blok Curah Cotok Desa Jatibanteng, namun nenek tersebut mengaku mengambil kayu tersebut di lahannya sendiri dan sudah mempunyai kayu tersebut sebelum ada laporan kehilangan dari pihak perhutani yang ditebang oleh suaminya

6 Rahmi Hidayati Dkk, “Pemberantasan Illegal logging dan Penyelundupan Kayu”,Banten, Wana Aksara, 2006, hlm, 46.

7 Undang-Undang No.19 Tahun 2004 Tentang Kehutanan

(7)

sendiri sebelum meninggal. Kayu yang dijadikan barang bukti tersebut juga tidak diakui semua oleh nenek tersebut, ia mengaku kayu yang ada di barang bukti tersebut hanya 11 (sebelas) sirap, ia juga mengatakan bahwa kayu yang dimilikinya memiliki lingkar hanya 70 cm saja sedangkan kayu yang dijadikan barang bukti memiliki lingkar 160 cm an. Nenek tersebut diberi hukuman dengan Pasal 12 huruf d jo Pasal 83 ayat (1) huruf a Undang- undang RI No. 18 tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasann Perusakan Hutan dengan penjara selama 1 tahun dan denda sejumlah 500 juta rupiah dengan ketentuan denda tersebut tidak dibayar diganti dengan kurungan 1 hari. Namun, sebelum persidangan dimulai nenek tersebut sudah ditahan selama 3 bulan padahal masih belum jelas kepemilikan kayu tersebut.

Permasalahan yang terjadi dalam Putusan No.39/Pid.B/2015/PN.Sit membuat penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam dan putusan ini merugikan nenek yang menjadi tersangka yang seharusnya bisa mendapatkan kebebasan pada saat sebelum persidangan berlangsung.

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengkaji tentang “Analisis Putusan No.39/Pid.B/2015/PN.Sit Dalam Perkara Tindak Pidana Pembalakan Liar Di Tinjau Dari Aspek Keadilan”

(8)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah menjadi hal yang penting guna identifikasi dan spesifikasi suatu permasalahan yang hendak diteliti dan dibahas agar masalah tersebut menjadi jelas dan terarah serta dapat mencapai sasaran yang diinginkan, sehingga memudahkan dalam penyususnan dan juga pencarian data-data guna menghasilakan penilitan skripsi yang baik.

Rumusan Masalah :

1. Apa dasar pertimbangan hakim dalam Putusan No.39/Pid.B/2015/PN.Sit tentang tindak pidana pembalakan liar?

2. Bagaimana akibat hukum Putusan No.39/Pid.B/2015/PN.Sit tentang tindak pidana pembalakan liar ditinjau dari aspek keadilan ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan kajian skripsi ini, maka tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan mengkaji pertimbangan hakim Putusan No.39/Pid.B/2015/PN.Sit tentang tindak pidana pembalakan liar

2. Untuk menganalisa akibat hukum Putusan No.39/Pid.B/2015/PN.Sit tentang tindak pidana pembalakan liar ditinjau dari aspek keadilan

(9)

D. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian yang dikaji secara komprehensif pasti diharapkan adanya kegunaan, baik kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis. hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan khusunya studi hukum pidana, dan ilmu penologi dan juga mengkaji perihal pemahaman dan konsep dari sudut pandang teori pemidanaan guna melakukan pengkajian lebih lanjut dan mendalam terhadap Putusan No.39/Pid.B/2015/PN.Sit tentang tindak pidana pembalakan liar.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Penulis berharap bahwa hasil dari penelitian di bidang ilmu hukum ini menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perumusan tindak pidana pembalakan liar

2. Bagi Penegak Hukum

Penulis berharap penegak hukum diharapkan dapat menjadi masukan guna memahami perumusan tindak pidana pembalakan liar dari sudut pandang teori pemidanaan

3. Bagi Pemerintah

Penulis berharap untuk pemerintah diharapkan dapat menjadi pedoman dalam membuat atau menerapkan hukum terhadap pidana pembalakan liar

(10)

4. Bagi Mahasiswa

Penulis berharap bisa menjadi wawasan baru bagi rekan-rekan mahasiswa yang ingin mengetahui perumusan tindak pidana pembalakan liar (studi Putusan No.39/Pid.B/2015/PN.Sit)

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penilitian

Penelitian hukum merupakan suatu proses untuk menentukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.8 Penelitian hukum gunanya untuk membuktikan, memverifikasi dari kebenaran yang ada sebelumnya, dan kemudian mengembangkan pengetahuan tersebut. Penelitian hukum normatif adalah satu jenis penelitian yang digunakan dalam bidang ilmu hukum.

Penelitian hukum normatif tersebut menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, sehingga dalam penulisan skripsi ini menggunakan penelitian hukum normatif, penelitian hukum tersebut merupakan jenis penelitian yang digunakan dalam menemukan dan mengumpulkan serta mengelola bahan hukum.9Penelitian

8 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, “ Penelitian Hukum Normative Suatu Tinjauan Singkat”, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1985, hlm, 1.

9 Ibid., Hal.2

(11)

ini memfokuskan dalam mengkaji sistem perundang-undangan di Indonesia tentang pembalakan liar dalam Putusan No.39/Pid.B/2015/PN.Sit

2. Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan penelitian yang akan diterapkan dalam penulisan skripsi ini yaitu Pendekatan Undang-Undang (statue approach), Pendekatan konseptual (conseptual approach) dan

Pendekatan kasus (case approach), digunakan sebagai instrumen mengkaji Putusan No.39/Pid.B/2015/PN.Sit maka pendekatan undang- undang digunakan untuk menguraikan dan membahas ketentuan yuridis yang berkaitan dengan Pembalakan Liar,Pendekatan kasus (case approach) digunakan untuk membangun argumentasi hukum dalam

perspektif kasus yang terjadi dilapangan, tujuannya untuk memecahkan dan menemukan solusi untuk dimasa yang akan datang dan Pendekatan konseptual (conseptual approach)diharapkan dapat membuat argumentasi hukum guna menjawab materi muatan hukum yang menjadi titik tolak dalam penelitian ini.10

3. Jenis Bahan Hukum

Pada penelitian ini penulis hanya menggunakan sumber hukum dari telaah pustaka (Library Research) dimana data yang diperoleh dalam penelitian ini dilakukan dengan membaca literatur-literatur terkait dengan persoalan yang dikaji. Kemudian mencatat hal-hal yang perlu untuk

10 Ibid, Hal 6

(12)

dijadikan bahan penulisan. Pada umumnya dinamakan dengan data sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum sekunder, seperti rancangan Undang-Undang, hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya. Di dalam penelitian hukum, data sekunder mencakup :11

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu pernyataan yang memiliki otoritas hukum yang ditetapkan oleh suatu cabang kekuasaan pemerintahan yang meliputi undang-undang parlemen, putusan-putusan pengadilan, dan peraturan eksklusif atau administratif. 12Serta dibuat perubahan- bahan hukum yang mengikat dan kekuatan hukum yang mengikat kepada masyarakat. Bahan hukum primer yaitu; Putusan No.39/Pid.B/2015/PN.Sit, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder, dapat digolongkan atas bahan hukum sekunder dalam arti sempit dan bahan hukum sekunder dalam arti luas.

Dalam arti sempit pada umumnya berupa buku-buku hukum yang berisi ajaran atau doktrin atau treaties terbitan berkala berupa

11 Ibid., hal.13

12 I Made Pasek Diantha, “ Methodologi penelitian hukum normative dalam justifikasi teori hukum”, Jakarta, Prenada Media, 2016, hal, 143.

(13)

artikel-artikel tentang ulasan hukum dan narasi tentang arti istilah, konsep, phrase, berupa kamus hukum atau ensiklopedi hukum.

Sedangkan dalam arti luas adalah bahan hukum yang tidak tergolong bahan hukum primer termasuk segala karya ilmiah hukum yang tidak dipublikasikan atau yang dimuat di koran atau majalah populer.13 c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum pelengkap dari bahan hukum primer dan sekunder sebagai petunjuk atau penjelasan tambahan yang komprehensif. Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah berupa kamus hukum, kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), dan situs-situs internet yang berkaitan dengan topik pembahasan

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika penulisan karya ilmiah yang sesuai dengan aturan baru dalam peradilan karya ilmiah, maka penulis menyiapkan suatu sistematika penulisan hukum ini sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada awal bab ini penulis berusaha memberikan gambaran awal tentang penelitian yang meliputi Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

13 Ibid., hal.144.

(14)

Penilitian, Kegunaan Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika penulisan hukum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Bab II akan diuraikan tentang kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teori tentang tinjauan tindak pidana, tinjauan pembalakan liar,tinjauan putusan hakim, dan tinjauan keadilan.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam Bab III berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang Apa pertimbangan hakim dalam Putusan No.39/Pid.B/2015 tentang tindak pidana pembalakan liar dan Bagaimana akibat hukum Putusan No.39/Pid.B/2015 tentang tindak pidana pembalakan liar dalam aspek keadilan.

BAB IV PENUTUP

Penutup berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan jawaban singkat dan jelas dari permasalahan yang diteliti, serta sarana yang digunakan sebagai masalah yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulannya bahwa salah satu metoda geofisika yang dapat digunakan untuk memperkirakan keberadaan dan ketebalan batubara di bawah permukaan adalah metode geolistrik

Berdasarkan paparan hasil penelitian tentang tingkat penguasaan TBBBI oleh guru sekolah dasar di Kabupaten Lamongan di atas tergolong kurang dengan rerata skor 45.. Tingkat

Penelitian (Silva et al., 2019) sebelumnya menjadikan variabel kepercayaan sebagai mediasi antara persepsi risiko dan ewom terhadap minat beli online, dan dari perspektif

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil, penahanan kandungan N Total terbaik pada BMS diperoleh dengan perlakuan penambahan asam humat sebesar 15 %,

Aplikasi mobile-smarthome ini merupakan aplikasi yang digunakan untuk memudahkan pemilik rumah untuk dapat memantau, mengendalikan pintu,alarm, kunci, kendali kamera dengan

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa tidak bisa dilakukan uji dengan Chi Square, maka menggunakan uji Kolmogorov smirnov dengan hasil p : 0,157 (>0,05), maka

Analisis hubungan antara kepatuhan dalam menggunakan pencegahan sekunder dengan kejadian stroke berulang menggunakan uji Chi-Square menunjukkan adanya perbedaan

Hasil ini juga menunjukkan bahwa sediaan salep ekstrak n-heksan daun majapahit konsentrasi 2% memiliki potensi yang sama kuat dengan kontrol positif (Neomisin