• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM

PEMBELAJARAN FISIKA

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh : S U H E R M A N

NIM 8116176017

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

SUHERMAN. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Solving Berbasis Eksperimen Dalam Pembelajaran Fisika. Tesis. Medan, 2013. Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Pascasarjana Univesitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran problem solving berbasis eksperimen. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IA-1 SMA Negeri 1 Stabat berjumlah 38 orang terdiri dari 10 laki-laki dan 28 perempuan. Objek penelitian adalah proses

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaranproblem solving berbasis

eksperimen. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas melalui dua siklus pembelajaran, setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil analisis data menyimpulkan ada peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, ranah psikomotor, dan ranah afektif. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif dari analisis data tes hasil belajar siklus I dengan nilai rata-rata pretes 57,26 dan nilai rata-rata postes 72,95 dengan N-gain sebesar 37% termasuk dalam kategori sedang pada siklus II meningkat dengan nilai rata-rata pretes 60,19 dan nilai rata-rata postes 77,30 dengan N-gain sebesar 43% termasuk dalam kategori sedang. Jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat dari 24 (63,16%) siswa pada siklus I menjadi 33 (86,84%) siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada ranah psikomotor dari analisis data lembar observasi diperoleh nilai rata-rata 72,11 termasuk dalam kriteria cukup pada siklus I meningkat menjadi 77,54 termasuk dalam kriteria baik pada siklus II. Ketuntasan klasikal pada siklus I hanya sebanyak 20 (52,63%) siswa pada siklus II meningkat menjadi 34 (89,47%) siswa. Hasil belajar siswa pada ranah afektif dari hasil analisis data lembar observasi afektif diperoleh nilai rata-rata 64,47 termasuk dalam kriteria cukup pada siklus I meningkat menjadi 75,09 termasuk dalam kriteria baik pada siklus II. Ketuntasan pada siklus I hanya 17(44,74% ) siswa meningkat menjadi 36 (94,74% ) siswa pada siklus II.

(6)

ABSTRACT

SUHERMAN. Improve Students Learning Outcomes With Learning Model

Problem Solving Using Based Experiment in Learning Physics. Thesis.

Medan, 2013. Departement of Physical Education – Graduate State University of Medan.

The objective in this study to improve the student’s learning outcomes by using a learning model problem solving based experiment. The subjects were students of class XI IA-1 SMA Negeri 1 Stabat totaling 38 people, consisting of 10 men and 28 women. Object of study is the learning process by using a model-based learning problem solving experiments. The research method used was action research through two learning cycles, each cycle consisting of phases of planning, implementation, observation, and reflection. Results of data analysis concludes there is an increased student learning outcomes in the cognitive, psychomotor domain , and the affective domain . Student learning outcomes in the cognitive domain of achievement test data analysis first cycle with an average value of 57.26 pretest and posttest mean value of 72.95 with N - gain of 37 % is included in the category of being the second cycle increases the average value 60.19 average pretest and posttest mean score 77.30 with N - gain of 43% included in the medium category . Number of students who pass the study increased from 24 ( 63.16% ) of students in the first cycle to 33 ( 86.84 % ) of students in the second cycle . Student learning outcomes in the psychomotor domain of data analysis observation sheet obtained an average value of 72.11 is included in the criteria fairly in the first cycle increased to 77.54 included in both criteria in the second cycle . Classical completeness in the first cycle only by 20 ( 52.63 % ) of students in the second cycle increased to 34 ( 89.47 % ) students . Student learning outcomes in the affective domain of the analysis of data obtained by observation sheets affective 64.47 average values included in the criteria fairly in the first cycle increased to 75.09 included in both criteria in the second cycle . Completeness in the first cycle only 17 ( 44.74 % ) of students increased to 36 (94.74%) of students in the second cycle.

(7)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah, atas segala rahmat dan karunia Allah SWT, penulis

dapat menyelesaikan penyusunan Tesis yang berjudul : “Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Solving

Berbasis Eksperimen Dalam Pembelajaran Fisika”

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Magister Pendidikan Fisika pada Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan

(UNIMED). Tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan

bantuan tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung, baik moril maupun

materil.

Dalam kesempatan ini, penulis secara khusus menyampaikan ucapan terima

kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S, M.M sebagai pembimbing I dan Bapak

Dr. H. Ridwan Abdullah Sani, M.Si sebagai pembimbing II yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis, sampai pada penyelesaian penyusunan

tesis ini.

2. Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si, Ibu Dr. Derlina, M.Si, dan Ibu Dr. Mariati P

Simanjuntak, M.Si sebagai narasumber dan penguji yang banyak memberikan

(8)

3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S, M.M sebagai Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika dan Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi

Pendidikan Fisika atas segala motivasi, bimbingan, dan arahannya.

4. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan

informasi ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu selama penulis

mengikuti perkuliahan.

5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika kelas B angkatan II

yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

6. Bapak Drs. Syafruddin selaku Kepala Sekolah dan rekan-rekan guru SMA

Negeri 1 Stabat atas segala bantuannya sehingga terwujud tujuan penulis.

7. Siswa dan siswi SMA Negeri 1 Stabat khususnya kelas XI IA-1 Tahun

Pelajaran 2012/2013 yang menjadi subjek pada penelitian ini.

8. Keluarga Bapak Drs. Penjelasan, M.Pd dan Sudiran, S.Pd, M.Pd atas segala

bantuannya.

9. Ayahanda H. Amat Satam dan Ibunda Hj. Saodah atas segala dukungan dan

bantuannya.

10. Abangda Prof. H. Selamat Triono, M.Sc, Ph.D dan keluarga atas dukungan dan

motivasinya selama penulis mengikuti perkuliahan.

11. Isteri tercinta Pipin Parida, S.Pd dan anak-anak tersayang Alief Luthfi

Herfananda, Ajeng Rayina Herviananda, dan Widi Ayuningtias Putri yang

telah memberikan dukungan serta keikhlasannya kepada penulis, untuk terus

(9)

iii

Akhirnya ucapan terima kasih ini disampaikan kepada semua pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam

penyelesaian studi di Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Pascasarjana

Universitas Negeri Medan. Semua kebaikan yang telah diberikan, penulis

serahkan kepada Allah SWT, mudah-mudahan diberi imbalan yang terbaik.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya dalam

kegiatan proses pembelajaran Fisika.

Medan, 5 September 2013

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR...vii

DAFTAR GRAFIK...viii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Batasan Masalah ... 11

1.4 Rumusan Masalah ... 11

1.5 Tujuan Penelitian... 12

1.6 Manfaat Penelitian... 12

1.7 Definisi Operasional ... 13

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN... 15

2.1 Kajian Teori... 15

2.1.1 Karakteristik Fisika ... 15

2.1.2 Hakikat Belajar ... 19

(11)

v

2.1.4 Model Pembelajaran Problem Solving ... 27

2.1.5 Teori Belajar yang Melandasi Problem Solving ... 32

2.1.5.1 Teori Pembelajaran Bruner... 32

2.1.5.2 Teori Pembelajaran Vygotsky ... 34

2.1.6 Pembelajaran Problem Solving Berbasis Eksperimen ... 35

2.1.7 Hakikat Hasil Belajar ... 38

2.1.8 Hasil Belajar Sebagai Objek Penilaian... 40

2.1.9 Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 42

2.1.10 Hasil Belajar Ranah Afektif ... 45

2.1.11 Hasil Belajar Ranah Psikomotoris... 47

2.1 Penelitian Terdahulu... 48

2.3 Kerangka Berpikir ... 49

2.4 Hipotesis Tindakan ... 52

BAB III METODE PENELITIAN... 54

3.1 Jenis Penelitian ... 54

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 54

3.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 54

3.4 Prosedur Penelitian... 54

3.5 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 63

3.6 Instrumen Penelitian... 65

3.7 Validasi Data ... 67

(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 72

4.1 Kondisi Awal... 72

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 73

4.2.1 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ... 73

4.2.2 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II... 87

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian... 99

4.3.1 Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif...100

4.3.2 Peningkatan Hasil Belajar Ranah Psikomotor...103

4.3.3 Peningkatan Hasil Belajar Ranah Afektif...106

4.3.4 Peningkatan Respon Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran...107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...110

5.1 Kesimpulan...110

5.2 Saran...111

DAFTAR PUSTAKA...113

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Model PembelajaranProblem Solving...28

Tabel 2.2 Langkah-Langkah PembelajaranProblem Solving...31

Tabel 4.1 Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Setiap Pertemuan Pada Siklus I.78 Tabel 4.2 Hasil Belajar Ranah Kognitif pada Siklus I...78

Tabel 4.3 Hasil Analisis Lembar Observasi Ranah Psikomotor Keterampilan Melaksanakan Eksperimen Siklus I...79

Tabel 4.4 Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siklus I...80

Tabel 4.5 Hasil Analisis Lembar Observasi Ranah Afektif Sikap Siswa Saat Mengikuti Pembelajaran Siklus I...81

Tabel 4.6 Hasil Belajar Ranah Afektif Siklus I...82

Tabel 4.7 Data Respon Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I...83

Tabel 4.8 Refleksi Pada Siklus I Dan Rencana Perbaikan Untuk Siklus II...85

Tabel 4.9 Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Setiap Pertemuan Pada Siklus II.90 Tabel 4.10 Hasil Belajar Ranah Kognitif pada Siklus II...91

Tabel 4.11 Hasil Analisis Lembar Observasi Ranah Psikomotor Keterampilan Melaksanakan Eksperimen Siklus II...92

Tabel 4.12 Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siklus II...92

Tabel 4.13 Hasil Analisis Lembar Observasi Ranah Afektif Sikap Siswa Saat Mengikuti Pembelajaran Siklus II...94

Tabel 4.14 Hasil Belajar Ranah Afektif Siklus II...95

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

viii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Peningkatan Nilai Rata-Rata Dan Jumlah Siswa Tuntas Belajar

Ranah Kognitif...101

Grafik 4.2 Persentase Peningkatan Aktivitas Guru Pada Setiap Pertemuan...102

Grafik 4.3 Peningkatan Nilai Rata-Rata Dan Jumlah Siswa Tuntas Belajar

Ranah Psikomotor...103

Grafik 4.4 Peningkatan Nilai Rata-Rata Dan Jumlah Siswa Tuntas Belajar

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran...116

Lampiran 2 Kisi-Kisi Soal Fisika...179

Lampiran 3 a Soal Pre tes dan Post tes...186

Lampiran 3 b Daftar Nilai Hasil Belajar Kognitif Siswa...188

Lampiran 3 c Hasil Perhitungan N-Gain ...196

Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen ...198

Lampiran 5 Validasi Instrumen Oleh Validator...207

Lampiran 6 Validasi Item Soal Tes ...235

Lampiran 7 Lembar Observasi Pengelolaan Kelas Berdasarkan Problem Solving Berbasis Eksperimen...237

Lampiran 8 Lembar Observasi Ranah Afektif Sikap Siswa Saat Mengikuti Pembelajaran...249

Lampiran 9 Lembar Observasi Ranah Psikomotor Keterampilan Melaksanakan Eksperimen...267

Lampiran 10 Angket Respon Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran...283

Lampiran 11 Daftar Hadir Siswa...289

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu

proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui sarana atau media tertentu

ke penerima pesan. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi materi ataupun

konsep-konsep yang ada dalam kurikulum. Untuk itu guru seharusnya memiliki

kemampuan untuk melakukan interaksi belajar mengajar yang benar dan tepat.

Sebagai guru seharusnya sadar bahwa dalam proses belajar mengajar yang

menjadi pusat perhatian adalah siswa. Pada aktivitas proses belajar mengajar yang

penting bukan apa yang dilakukan guru, tetapi apa yang dapat dilakukan siswa

setelah mengikuti proses belajar mengajar materi tertentu.

Kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil

tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu pengelolaan proses belajar mengajar

dan pembelajaran itu sendiri. Kedua hal ini saling bergantung. Keberhasilan

pembelajaran, dalam arti tercapainya tujuan-tujuan instruksional, sangat

bergantung pada kemampuan mengelola proses belajar mengajar, proses belajar

mengajar yang baik dapat menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar

sehingga merupakan titik awal keberhasilan pembelajaran.

Sebaliknya rendahnya mutu pengelolaan proses belajar mengajar dapat

diartikan sebagai kurang efektifnya proses belajar mengajar. Penyebabnya dapat

berasal dari siswa, guru, maupun sarana dan prasarana. Aktivitas dan minat

(18)

2

belajar siswa yang rendah, kinerja guru serta sarana dan prasarana yang kurang

akan menyebabkan kurangnya keefektifan proses belajar mengajar.

Pembelajaran fisika dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan maka

penyajian fisika harus menarik dan mudah bagi siswa, oleh karena itu dalam

pembelajaraan fisika diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat membuat

siswa tertarik untuk belajar fisika. Dengan tertariknya belajar fisika diharapkan

kompetensi fisika siswa akan meningkat. Dalam hal ini diperlukan usaha guru

untuk memperbaiki mutu pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa

memahami apa yang diajarkan, sehingga siswa mencapai penguasaan yang

maksimal dalam belajar.

Ada beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran

Fisika di SMA, yaitu guru, suasana lingkungan, bahan belajar, cara pembelajaran

dan fasilitas. Pertama, faktor guru khususnya guru Fisika pada dasarnya

ditentukan oleh kompetensi paedagogik yaitu merancang dan melaksanakan

pembelajaran, dan melaksanakan evaluasi hasil belajar, serta kompetensi

profesional yaitu memahami prinsip dasar dan materi ajar Fisika sesuai kurikulum

dan dapat menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, faktor lingkungan. Suasana kondusif harus dibangun antara siswa, guru

dan pihak sekolah yang membuat guru semangat mengajar dan siswa semangat

belajar. Ketiga, bahan belajar yaitu memanfaatkan perpustakaan, buku berkualitas,

laboratorium, agar siswa dan guru menambah wawasan untuk berkreasi. Keempat,

(19)

3

mulai dari mengenali gejala alam, memahami konsep fisika dan menerapkannya

pada berbagai persoalan.

Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor

dipengaruhi oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan

sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran

tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun

para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan

pendidik secara sistematik untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Oleh

karena itu untuk mencapai kompetensi siswa yang optimal, dalam merancang

program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi siswa, pendidik harus

memperhatikan karakteristik afektif siswa.

Proses pembelajaran diharapkan dilakukan berpusat pada siswa (student

centered), dimana guru lebih berperan sebagai pendamping dan fasilitator. Pada

kenyataannya banyak guru yang tidak mengetahui bagaimana memegang peran

yang baru tersebut, untuk mengatasi hambatan peralihan peran tersebut, langkah

yang harus dilakukan guru adalah mengurangi hal-hal yang biasa dilakukan

seperti : ceramah, mengorganisasikan materi pelajaran, membuat contoh,

menjawab pertanyaan, merangkum diskusi, dan memecahkan permasalahan.

Proses belajar tersebut diharapkan dapat melibatkan pribadi secara keseluruhan,

perasaan, pemikiran, tujuan, keterampilan sosial, dan intuisi, sehingga

menghasilkan seseorang yang termotivasi untuk menjadi pembelajar seumur

hidup, siswa yang memahami dan menerima kemampuannya sendiri dan

(20)

4

Fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat

mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara

kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri.

Umumnya pembelajaran Fisika dirasakan sulit oleh siswa, karena sebagian

besar siswa belum mampu menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan

pengetahuan yang digunakan. Selain itu, penggunaan sistem pembelajaran yang

tradisional yaitu siswa hanya diberi pengetahuan secara lisan (ceramah) sehingga

siswa menerima pengetahuan secara abstrak tanpa mengalami sendiri. Fisika erat

kaitannya antara konsep dan lingkungan sekitar, sehingga siswa dapat

mengaplikasikannya secara langsung. Pembelajaran Fisika yang hanya menghafal

persamaan saja tanpa memperhatikan konsepnya juga menyebabkan permasalahan

kesulitan dalam pembelajaran. Dari penghafalan persamaan, siswa belum dapat

memahami arti fisis dari persamaan tersebut dengan benar, jadi pembelajaran

yang bermakna belum mampu diperoleh. Untuk itu perlu dirancang pengemasan

pendidikan yang sejalan dengan hakekat belajar dan mengajar yakni bagaimana

siswa belajar, bagaimana guru mengajar, bagaimana pesan pembelajaran di dalam

bahan ajar itu, bukan semata-mata pada hasil belajar.

Fisika yang sebenarnya mudah dipelajari berubah menjadi sesuatu yang

sulit dipahami dan tidak disenangi sebagian besar siswa. Itu bisa terjadi karena

guru tidak menggunakan pendekatan atau strategi pembelajaran yang tepat. Secara

(21)

5

mengindikasikan proses pembelajarannya belum dapat berlangsung sebagaimana

mestinya.

Proses pembelajaran Fisika yang berlangsung di sekolah-sekolah hingga

saat ini cenderung terjebak pada rutinitas. Rutinitas yang dimaksud adalah guru

memberi rumus, contoh soal, dan latihan-latihan yang dikerjakan siswa, sehingga

siswa akan cepat bosan. Cara pembelajaran Fisika seperti itu lebih berorientasi

pada aspek evaluasi atau hasil yang dicapai, padahal pembelajaran Fisika

membutuhkan proses yang harus dijalani oleh para siswa sampai benar-benar

memahami. Perlu diupayakan peningkatan mutu proses pembelajaran yang

bermuara pada peningkatan mutu hasil pembelajaran Fisika. Proses pembelajaran

dikatakan berhasil atau bermutu apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian

besar (75%) siswa terlibat aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses

pembelajaran.

Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk

menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat

menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana guru dapat

berkomunikasi secara baik dengan siswanya. Bagaimana guru dapat membuka

wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga dapat mempelajari

berbagai konsep dan cara mengaitkannya dalam kehidupan nyata. Bagaimana

sebagai guru yang baik dan bijaksana mampu menggunakan model pembelajaran

yang berkaitan dengan cara menyesaikan masalah (problem solving).

Berdasarkan observasi awal tentang pelaksanaan proses pembelajaran

(22)

6

rendahnya tujuan pelajaran Fisika tercapai. Hal ini diindikasikan dari

pembelajaran fisika yang dilakukan guru, menggunakan metode ceramah,

memberi rumus, contoh soal, dan latihan-latihan yang dikerjakan siswa, sehingga

siswa akan cepat bosan. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa pembelajaran Fisika

yang dilakukan selama ini belum efektif.

Hasil wawancara dengan salah satu guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat

Kabupaten Langkat, kegiatan pembelajaran di laboratorium masih jarang

dilakukan. Hal ini menyebabkan kesempatan untuk mengembangkan diri

berkurang. Salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa semakin

sebesar keterlibatan siswa dalam kegiatan, maka semakin besar kesempatan untuk

mengalami proses belajar.

Hasil refleksi awal dengan mengadakan wawancara ke beberapa orang

siswa kelas XI IA-1 SMA Negeri 1 Stabat sebelum jam pembelajaran fisika

dimulai, ternyata siswa mengalami masalah bila diberi soal-soal tanpa adanya

contoh penyelesaian sebelumnya dan merasa bosan dengan metode yang

digunakan guru selama ini, yaitu menyampaikan teori Fisika dan memberikan

contoh-contoh soal serta penyelesaiannya, siswa lebih suka jika dihadapkan

dengan kegiatan-kegiatan melibatkan aktifitas siswa yang membuat siswa lebih

aktif dalam pembelajaran. Dari hasil wawancara itu peneliti menyimpulkan kalau

siswa hanya dijadikan sebagai objek pembelajaran bukan sebagai subjek

pembelajaran.

Pencapaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran Fisika masih rendah. Hal

(23)

7

Kabupaten Langkat, tentang pencapaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran

Fisika. Pencapaian hasil belajar siswa pada ranah kognitif ditunjukkan oleh data

hasil ulangan harian siswa kelas XI IA-1 yang berjumlah 38 siswa hanya 12 (31,

58%) saja yang mencapai nilai kriteria ketuntasan minimum 75, selainnya harus

mengalami remedial. Pada ranah psikomotor pencapaian kompetensi siswa juga

masih rendah. Siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimum ada

sebanyak 23 (60,53%). Menurut KTSP pembelajaran Fisika harus bersifat belajar

tuntas (mastery learning). Ini berarti semua siswa harus tuntas mencapai

kompetensi dasar yang sudah ditentukan dengan nilai lebih besar atau sama

dengan kriteria ketuntasan minimum 75%. Demikian juga dengan pencapaian

hasil belajar siswa pada ranah afektif juga masih rendah, hal ini dapat dilihat pada

data hasil ulangan harian pada ranah afektif dari 38 siswa yang memperoleh nilai

A (amat baik) hanya 5 (13,16%), nilai B (baik) 9 (23,68%), dan selebihnya

memperoleh nilai C sebanyak 24 (63,16%) siswa. Sedangkan menurut KTSP

kompetensi siswa pada ranah afektif ini harus dikembangkan secara maksimal

sehingga semua siswa memiliki sikap minimal pada kriteria nilai B (baik).

Berdasarkan pada data pencapaian hasil belajar siswa pada ketiga ranah di

atas dapat disimpulkan bahwa terdapat permasalahan dalam proses pembelajaran

Fisika di kelas XI IA-1 SMA Negeri 1 Stabat Kabupaten Langkat. Hasil refleksi

tentang proses pembelajaran Fisika yang telah dilakukan di kelas XI IA-1 SMA

Negeri 1 Stabat Kabupaten Langkat disimpulkan bahwa penilaian belum sesuai

(24)

8

Merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan di kelas XI IA-1

SMA Negeri 1 Stabat Kabupaten Langkat ternyata proses pembelajaran yang

dilaksanakan guru belum dirancang dengan baik sehingga tahapan-tahapan

pembelajaran tidak terlaksana sebagaimana semestinya. Kegiatan belajar di

laboratorium sebagai sarana yang dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar,

mengembangkan keterampilan kerja ilmiah, membantu memahami konsep,

pengembangan kemampuan kognitif, meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

dan inovatif, dan menumbuhkan sikap ilmiah masih jarang dilakukan, sehingga

kemampuan berpikir siswa melalui proses pemecahan masalah kurang

berkembang.

Proses pembelajaran meliputi semua ranah yang menunjang siswa menuju

ke pembentukan manusia seutuhnya (a fully functioning person). Hal ini berarti

pembelajaran yang baik harus meliputi ranah kognitif, ranah psikomotor, dan

ranah afektif. Untuk itu guru Fisika harus berusaha agar siswa tidak hanya belajar

memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tetapi siswa juga mengalami

proses belajar tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, dan komunikasi

sosial hal ini dapat tercapai salah satunya melalui model pembelajaran problem

solving.

Pembelajaran problem solving merupakan suatu model pembelajaran

dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik. Masalah autentik

dapat diartikan sebagai suatu masalah yang sering ditemukan siswa dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan model pembelajaran problem solving siswa dilatih

(25)

9

masalah, mandiri serta meningkatkan kepercayaan diri. Selain itu, dengan

pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran

melalui proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu

dapat digunakan lagi.

Pada kurikulum 2004, fluida statis merupakan salah satu materi bahasan

mata pelajaran Fisika di kelas XI program IA semester 2. Materi bahasan fluida

statis merupakan suatu materi yang sangat dekat dengan kehidupan nyata. Banyak

peristiwa yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari menggunakan

prinsip-prinsip dalam materi fluida. Sebagai contoh, pompa hidrolik ban sepeda

merupakan penerapan hukum Pascal. Balon udara, kapal selam, dan hidrometer

merupakan penerapan hukum Archimedes. Dengan demikian, penulis berasumsi

bahwa materi fluida statis sesuai apabila dalam penyampainya menggunakan

model pembelajaranproblem solving.

Peneliti memilih model pembelajaran problem solving adalah karena

model ini merupakan suatu model pembelajaran yang memiliki kelebihan (1)

Membuat situasi anak menjadi lebih aktif, bersemangat, bermutu dan berdaya

guna. (2) Siswa dapat menguasai bahan pelajaran lebih mendalam dan melatih

berfikir ilmiah dalam menghadapi penyelesaian masalah. (3) Dapat

menumbuhkan sikap objektif, percaya diri sendiri, kesungguhan, keberanian dan

(26)

10

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi bahwa

permasalahan yang paling dominan dalam pembelajaran, khususnya pada mata

pelajaran Fisika adalah rendahnya kualitas proses pembelajaran Fisika di kelas XI

IA-1 SMA Negeri 1 Stabat Kabupaten Langkat yang dibuktikan dengan

rendahnya hasil belajar siswa baik pada ranah kognitif, ranah psikomotor, maupun

ranah afektif. Masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran Fisika yang dilakukan guru cenderung pada rutinitas,

yaitu guru menyampaikan materi pembelajaran, memberi rumus, contoh soal,

dan latihan-latihan soal yang dikerjakan siswa.

2. Siswa mengalami masalah bila diberi soal-soal tanpa adanya contoh

penyelesaian sebelumnya dan merasa bosan dengan metode yang digunakan

guru.

3. Penggunaan laboratorium sebagai sarana pendukung dalam kegiatan

pembelajaran Fisika masih jarang digunakan.

4. Pembelajaran lebih dominan pada ranah kognitif, sedangkan ranah psikomotor,

dan ranah afektif masih perlu ditingkatkan agar terjadi keseimbangan.

5. Proses pembelajaran Fisika yang dilaksanakan guru di kelas belum dirancang

dengan baik, sehingga kegiatan pembelajaran masih terpusat pada keaktifan

guru yang pada akhirnya penguasaan terhadap kompetensi yang ingin dicapai

(27)

11

1.3 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan masalah yang akan diatasi, maka dibuat

batasan-batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran problem

solving.

2. Hasil belajar pada ranah kognitif, ranah psikomotor, dan ranah afektif

3. Materi pembelajaran didasarkan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP) untuk mata pelajaran Fisika yang dilaksanakan di kelas XI IA-1

semester 2 tahun pelajaran 2012/2013, dengan materi pelajaran fluida statis.

4. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IA-1 SMA Negeri 1 Stabat Kabupaten

Langkat yang berjumlah 38 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 28

orang perempuan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dengan

menggunakan model pembelajaranproblem solvingberbasis eksperimen.

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor dengan

menggunakan model pembelajaranproblem solving berbasis eksperimen.

3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada ranah afektif dengan

(28)

12

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada ranah

kognitif dengan menggunakan model pembelajaran problem solving berbasis

eksperimen.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada ranah

psikomotor dengan menggunakan model pembelajaran problem solving

berbasis eksperimen.

3. Untuk mengetahui bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada ranah

afektif dengan menggunakan model pembelajaran problem solving berbasis

eksperimen.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Untuk siswa :

a. Meningkatkan hasil belajar fisika siswa agar dapat mengembangkan

keterampilan pemecahan masalah, mandiri, serta meningkatkan

kepercayaan diri.

b. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif, ranah psikomotorik, dan ranah

afektif meningkat seiring meningkatnya kompetensi siswa.

c. Dengan melakukan eksperimen sederhana dapat mempertinggi daya ingat

(29)

13

2. Untuk guru :

a. Meningkatkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran.

b. Meningkatkan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran.

3. Untuk sekolah :

a. Sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran

khususnya fisika.

b. Meningkatkan kreativitas sekolah dengan peningkatan kompetensi siswa

dan kinerja guru.

1.7 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu

dijelaskan beberapa istilah, antara lain :

1. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran dimana

model ini menggunakan beberapa fase untuk menyelesaikan masalah dalam

pembelajaran. (Sudjana, 2011).

2. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajar. Sebagai kegiatan yang berupaya untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan,

maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang

terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar

siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif,

(30)

14

3. Eksperimen atau percobaan adalah proses memecahkan masalah melalui

(31)

110

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan :

4. Ada peningkatan hasil belajar siswa pada ranahkognitif dengan menggunakan

model pembelajaran problem solving berbasis eksperimen. Hasil belajar ranah

kognitif siswa pada siklus I dengan nilai rata-rata 72,95 dengan standar

deviasi sebesar 7,45 sedangkan N-gain untuk siklus I sebesar 37% termasuk

dalam kategori sedang pada siklus II meningkat dengan nilai rata-rata 77,30

dengan standar deviasi sebesar 5,33 sedangkan N-gain untuk siklus II sebesar

43% termasuk dalam kategori sedang. Dengan meningkatnya kemampuan pada

ranah kognitif maka ketuntasan belajar siswa kelas XI IA-1 SMA Negeri 1

Stabat mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan pada ranah kognitif

tersebut dapat dilihat dari meningkatnya jumlah siswa yang tuntas belajar dari

24 (63,16%) siswa pada siklus I menjadi 33 (86,84%) siswa pada siklus II.

5. Ada peningkatan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor dengan

menggunakan model pembelajaran problem solving berbasis eksperimen. Dari

data analisis lembar hasil observasi psikomotor diperoleh nilai rata-rata 72,11

termasuk dalam kriteria cukup pada siklus I meningkat menjadi 77,54

termasuk dalam kriteria baik pada siklus II. Dengan meningkatnya kemampuan

pada ranah psikomotor maka ketuntasan belajar siswa pada ranah psikomotor

mengalami peningkatan. Ketuntasan klasikal pada siklus I hanya sebanyak 20

(32)

111

(52,63%) siswa dan ketuntasan klasikal pada siklus II meningkat menjadi

sebanyak 34 (89,47%) siswa.

6. Ada peningkatan hasil belajar siswa pada ranah afektif dengan menggunakan

model pembelajaran problem solving berbasis eksperimen. Hasil analisis

lembar observasi afektif diperoleh nilai tertinggi 80,00 dan nilai terendah 46,67

dengan nilai rata-rata 64,47 termasuk dalam kriteria cukup pada siklus I

meningkat menjadi nilai tertinggi 93,33 dan nilai terendah 56,67 dengan nilai

rata-rata 75,09 termasuk dalam kriteria baik pada siklus II. Dengan

meningkatnya kemampuan pada ranah afektif maka ketuntasan belajar pada

ranah afektif mengalami peningkatan. Ketuntasan pada siklus I hanya

mencapai 17(44,74% ) siswa meningkat menjadi 36 (94,74% ) siswa pada

siklus II.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian, peneliti merasakan adanya perubahan siswa

terutama dalam hasil belajar siswa baik pada ranah kognitif, ranah psikomotor,

maupun ranah afektif. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti merasa perlu

memberikan masukkan kepada para guru untuk lebih meningkatkan kualitas

pembelajaran Fisika di kelas. Dalam hal ini peneliti menyarankan untuk :

1. Mempelajari hasil penelitian yang menerapkan model pembelajaran problem

solving untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam menerapkan

model pembelajaran problem solving, khususnya untuk meningkatkan hasil

(33)

112

2. Guru lebih peka terhadap masalah yang timbul dalam proses pembelajaran di

kelasnya.

3. Penggunaan waktu pada setiap pertemuan harus sesuai dengan alokasi waktu

yang ditentukan.

4. Mengupayakan proses pembelajaran yang menarik perhatian siswa sehingga

siswa senang dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan dan memberikan

respon yang positif terhadap kegiatan proses pembelajaran.

5. Dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya tidak berpusat pada siswa yang

aktif saja namun juga memperhatikan siswa yang kurang aktif dan

meningkatkan partisispasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

6. Dalam menerapkan model pembelajaran problem solving berbasis eksperimen

sebaiknya memperhitungkan alokasi waktu yang digunakan terutama dalam

melaksanakan eksperimen dan menyelesaikan lembar kerja siswa.

7. Untuk mendapatkan hasil observasi yang lebih baik dalam pengamatan ranah

psikomotor dan ranah afektif sebaiknya menggunakan pengamat yang

(34)

113

DAFTAR PUSTAKA

Adeyemo, S.A. 2010. Student’s Ability Level and Their Competence in Problem

Solving Task in Physics.International Journal of Education Research

and Tecnology ISSN 0976-4089 Volume : 1 [2] December 2010.

Arends, R. 2008. Learning To Teach. Terjemahan Soetjipto. Yogjakarta : Pustaka Belajar.

Arikunto, S. 2011.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto, S. Supardi. dan Suhardjono. 2011. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Dahar, R.W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga.

Darsono, M. 2000.Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains SMA dan MA.

Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati dan Mulyono, P. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah, S.B. 2002.Stategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Fajar, Arnie. 2004.Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Gagne, R.M & Driscoll, M.P. 1989. Essentials of Learning For Instruction. New Jersey : Prentice Hall.

Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo.

Hake dan Richard, R. 2002. Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, High-School Physics,

and Pretest Scores on Mathematics and Spatial

(35)

114

Hutapea, P. dan Siagian, H. (2012) Efek Penerapan Model PembelajaranProblem Solving dan Kecerdasan Emosional terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Materi Gerak Lurus di Kelas X SMA Swasta Josua 1 Medan. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281 Vol : 4 (2) Desember 2012.

Ibrahim, M., Fida, R.,dan Mohammad, N. 2000. Pembelajaran Berdasarkan

Masalah. Surabaya : Unesa-University Pres.

Lie, A. 2002.Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Joyce, B, dan Weil, M. & Calhoun, E. 2008. Models of Teaching (4th ed.). Englewood Cliffs, N.J : Prentice Hall.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : PT. Rajawali Pers.

Mulyasa, 2002.Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Rosdakarya.

Muslich, M. 2011. Authentic Assessment : Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung : PT. Rafika Aditama.

Nasution,S. 2004.Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.Jakarta : Bumi Aksara.

Nurhadi.2004.Kurikulum 2004 : Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta : Grasindo

Prihatiningsih, T. 2003.Pengembangan Instrumen Penilaian Biologi. Semarang : Depdikbud.

Purwanto, N. 2002.Psikologi Belajar. Semarang : IKIP Semarang Press.

Rahmad, M., Sugiono.,dan Zulhelmi. 2009. Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui

Penerapan Pembelajaran Kreatif Model Instrusional DDFK Problem

Solving Dengan Teknik Nominal Gruop Di Kelas XI IPA1 MAN 2 Model Pekan Baru. Jurnal Geliga Sains Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau. ISSN 1978-502x Vol : 3 (1).

Romizwoski, A.J. 1981. Instructional Design System, Decision Making in

Course Planning and Curriculum Design. London : Kogan

Sani, R.A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan : Unimed Press.

Sani, R.A, dan Sudiran. 2012. Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui

(36)

115

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Simanjuntak, M.P. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Pengetahuan, Keterampilan, dan Perilaku Metakognisi Mahasiswa. Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651 Vol : 1 (1) Juni 2012.

Sudjana, N. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

. 2011.Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. 2011.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

. 2011.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Syah, M. 2008.Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Turnip, B.M. dan Saragih, A.R. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving dengan Integrasi Karakter Terhadap Pembentukan Karakter dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Persamaan Keadaan Gas Ideal di SMA Negeri 1 Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Jurnal Online Pendidikan FisikaISSN 2301-7651 Vol : 1 (1) Juni 2012.

Gambar

Gambar 3.1Desain Penelitian Tindakan Kelas ......................................................55
Grafik 4.1   Peningkatan Nilai Rata-Rata Dan Jumlah Siswa Tuntas Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Pos Bantuan Hukum Pengadilan Negeri samarinda menghadapi berbagai macam kendala dalam memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat yang tidak mampu seperti

To investigate how many features should be used for our CRF- classification we applied a standard maximum likelihood (ML) classification in subsets with features derived at

Bentuk figur tersebut membuat penulis tertarik untuk membuat figur yang sederhana namun menghasilkan kesan keindahan (estetika). Analisis Gambar 7, patung minimalis Editt Davidovici

Asuhan Keperawatan pada Ny.P dengan Prioritas Masalah Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Gastritis di Lingkungan.. VI Kelurahan Sari Rejo Kecamatan

The solution offered related to the problems encountered by the partners is the training of new products manufacturing in the form of solid alcohol (ethanol gel), the means to

[r]

Peristiwa masa lalu yang berkesan dan bernilai dalam masyarakat Banjar, khususnya pada periode Revolusi Fisik (1945-1950) menjadi lembaran-lembaran sejarah yang harus

Surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah jabatan, dan apabila dikemudian hari, isi pernyataan ini ternyata tidak benar, yang