• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI GAMBARAN KARAKTERISTIK EFUSI PLEURA DI RSUP HAJI ADAM MALIK TAHUN Oleh : NURUL NADHIRAH BINTI KAMARUDIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI GAMBARAN KARAKTERISTIK EFUSI PLEURA DI RSUP HAJI ADAM MALIK TAHUN Oleh : NURUL NADHIRAH BINTI KAMARUDIN"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

GAMBARAN KARAKTERISTIK EFUSI PLEURA DI RSUP HAJI ADAM MALIK TAHUN 2015

Oleh :

NURUL NADHIRAH BINTI KAMARUDIN 130100461

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(2)

SKRIPSI

GAMBARAN KARAKTERISTIK EFUSI PLEURA DI RSUP HAJI ADAM MALIK TAHUN 2015

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

NURUL NADHIRAH BINTI KAMARUDIN 130100461

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(3)
(4)

ABSTRAK

Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal di rongga pleura yang diakibatkan oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura dan merupakan komplikasi dari berbagai penyakit. Efusi pleura merupakan akumulasi cairan dalam rongga pleura dan merupakan masalah umum dalam medis. Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti tentang karakteristik efusi pleura di RSUP Haji Adam Malik.

Penelitian ini bersifat retrospektif dan deskriptif. Total sampel yang didapatkan adalah sebanyak 108 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Data pasien Efusi Pleura dikumpulkan melalui rekam medik.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari jenis kelamin, laki-laki adalah sebanyak 56,6 % dan perempuan sebanyak 43,5%, Distribusi berdasarkan umur menunjukkan prevalensi paling banyak berlaku efusi pleura adalah pada kategori lansia akhir (>55-65 tahun) (23,1%) diikuti dengan manula sebanyak 21,3% dan yang paling sedikit adalah kategori remaja akhir (17-25 tahun) sebanyak (7,4%). Keluhan utama pada pasien dengan efusi pleura adalah dispnea dengan jumlah sebanyak 53,7%. Untuk lokasi cairan efusi pleura, lokasi dekstra adalah paling banyak dengan persentase (45,4%). Etiologi yang terbesar adalah eksudat dengan persentase sebanyak (59,3%).

Karakteristik yang didapatkan pada pasien efusi pleura di RS Haji Adam Malik bisa memberikan manfaat pada pihak peneliti,pihak Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan sehingga dapat meningkatkan dan memberikan pengetahuan tentang pasien efusi pleura, etiologi dan lokasi cairan yang sering terjadi pada pasien efusi pleura.

(5)

ABSTRACT

Pleura Effusion is an abnormal accumulation of fluid in the pleural cavity that is cause by excessive transudate and exudate from the pleural surface and it is a complication from various diseases. It is also a common medical problem. The purpose of this study was to examine the characteristics of pleural effusion in Haji Adam Malik Hospital.

This is a retrospective and descriptive study.The total sample of 108 people is obtained full-filled the inclusion criteria. Data of patient with pleural effusion is obtained through medical records.

The result of this study showed that of the gender, 56.6 % are men and 43.5% are women. The distribution by age are highest with percentage of in the late elderly category (>55-65 years) 23.1 %, followed by the aged adult with 21,3% and the least from the category of adolescent (17-25) with 7.4 % .The main complaints in patient with pleural effusion is dyspnea with a total of 53.7%. Base on the location of the pleural effusion, dextra (right) is the most common with 45.5%. Exudate is the highest cause with the percentage as much as 59.3%

Characteristics that is obtained from patient of pleural effusion in Haji Adam Malik Hospital can provide benefits and provide knowledge about patient with pleural effusion, etiology of pleural effusion and location of fluid that often occurs in patients with pleural effusion.

Keywords: Characteristics, Pleural Effusion, Haji Adam Malik, 2015

(6)

KATA PENGANTAR

Bersyukur kepada tuhan karena dengan berkat rahmah dan restuNya saya dapat menyiapkan laporan hasil penelitian ini dengan baik walaupun terdapat kelemahan pada diri saya. Oleh kerana itu, saya dengan senang hati menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Saya ucapkan terima kasih pada kedua-dua ibu bapa saya yaitu Kamarudin Bin Bari dan Zainab Binti Mohd. Yunus karena dengan sokongan dan doa mereka akhirnya, saya dapat juga menyiapkan tugasan ini.

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Pandiaman Pandia, Sp.P dan dr. Muhammad Fauzi Siregar, Sp.Onk.Rad selaku dosen pembimbing penulis dan pengarahan sehingga selesai penulisan skripsi Karya Tulis Ilmiah ini.

Terima kasih juga buat dr Ashri Yudishtira, Sp.THT-KL selaku dosen penguji skripsi ini yang telah banyak memberikan masukan dan saran. Selain itu, saya ingin berterima kasih juga kepada seluruh tenaga pengajar, staf Program Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Malah, terima kasih juga kepada teman-teman saya khususnya Adibah, Brindha, Iqbal, Nadzmi dan Shafiq yang telah membantu baik moral atau materi, memberikan masukan serta motivasi demi selesainya tugasan ini dengan baik. Dan juga kepada semua pihak yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam proses penyiapan Karya Tulis Ilmiah ini terima kasih diucapkan.

Akhirnya, saya berharap penelitian ini akan bermanfaat kepada peneliti dan pembaca sekalian dalam masa yang akan datang.

Medan, 16 Desember 2016

Nurul Nadhirah binti Kamarudin 130100461

(7)

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN...i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI………... v

DAFTAR TABEL...,... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 5

2.1. Anatomi Paru ... 5

2.2. Definisi ... 7

2.3. Etiologi ... 8

2.4. Jenis Cairan pada Efusi Pleura ... 9

2.5. Patofisiologi ... 10

2.6. Manifestasi Klinis ... 13

2.7. Pemeriksaan Fisik ... 14

2.8. Pemeriksaan Penunjang ... 15

2.9. Diagnosis Banding ... 18

2.10. Diagnosis ... 19

2.11. Penatalaksanaan ... 18

2.12. Prognosis ... 20

2.13. Komplikasi ... 21

2.14. Pencegahan..……… 21

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP...22

3.1. Kerangka Teori Penelitian... 22

3.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 24

(8)

4.1. Jenis Penelitian ... 24

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 25

4.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 25

4.6. Pengolahan dan Analisis Data... 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 29

5.1. Hasil Penelitian... 29

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 29

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel... 29

5.1.3. Hasil Analisis Data... 29

5.2. Pembahasan... 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 36

6.1. Kesimpulan...36

6.2 Saran...36

DAFTAR PUSTAKA...37

LAMPIRAN ………..39

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.0 Tabel Etiologi Efusi Plura……… 10 2.0 Tabel Pemeriksaan Biokimia……… 17 4.1 Tabel Definisi Operasional………... 26

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Anatomi Paru ……… 6

Gambar 2.2. Anatomi Paru ……… 6

Gambar 2.3. Foto Toraks………... 16

Gamabr 2.4. Foto Toraks Efusi Pleura……… 16

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran I Daftar Riwayat Hidup……….. 41 Lampiran II Hasil Analisis Data……….. 42 Lampiran III Surat Ethical Clearence Proposal Penelitian………… 45 Lampiran IV Health Research Ethical Clearence………. 46 Lampiran V Surat Izin Penelitian……… 47

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal di rongga pleura yang diakibatkan oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura dan merupakan komplikasi berbagai penyakit.1

Efusi pleura merupakan akumulasi cairan dalam rongga pleura dan merupakan masalah umum dalam medis. Akumulasi ini dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme termasuk peningkatan permeabilitas membran pleura, peningkatan tekanan kapiler paru, penurunan tekanan negatif intrapleural, penurunan tekanan onkotik, dan terhambatnya aliran limfatik.3

Efusi pleura merupakan indikator dari suatu proses penyakit yang mendasari penyakit dari paru, pleura, atau ekstraparu, dapat bersifat akut atau kronis.

Meskipun spektrum etiologi efusi pleura luas, efusi pleura paling sering disebabkan oleh gagal jantung kongestif, pneumonia, keganasan, atau emboli paru.

4

Rongga pleura dalam keadaan normal berisi sekitar 10 – 20 ml cairan yang berfungsi sebagai pelicin agar paru dapat bergerak dengan leluasa saat bernapas.

Akumulasi cairan melebihi volume normal dan menimbulkan gangguan jika cairan yang diproduksi oleh pleura parietal dan viseral tidak mampu diserap oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah mikropleura viseral atau sebaliknya yaitu apabila produksi cairan melebihi kemampuan penyerapan. Akumulasi cairan pleura melebihi normal dapat disebabkan oleh beberapa kelainan, antara lain infeksi dan kasus keganasan di paru atau organ luar paru.5

(13)

Efusi pleura terdapat diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu berdasarkan karakteristik cairan pleura yaitu transudat dan eksudat. Beberapa hasil penelitian menyebutkan 42-77% efusi pleura eksudativa disebabkan proses keganasan.6

Gagal jantung kongestif merupakan penyebab dari hampir 50 persen dari semua pleura efusi. Keganasan, pneumonia, dan emboli paru adalah tiga penyebab utama dari efusi pleura.

Efusi pleura dapat terjadi sebagai komplikasi dari berbagai penyakit.

Pendekatan yang tepat terhadap pasien efusi pleura memerlukan pengetahuan mengenai insidens dan prevalensi efusi pleura. Distribusi penyakit penyebab efusi pleura tergantung pada studi populasi. Penelitian yang pernah dilakukan di rumah sakit Persahabatan, dari 229 kasus efusi pleura pada bulan Juli 1994-Juni 1997, keganasan merupakan penyebab utama diikuti oleh tuberkulosis, empiema toraks dan kelainan ekstra pulmoner. Penyakit jantung kongestif dan sirosis hepatis merupakan penyebab tersering efusi transudatif sedangkan keganasan dan tuberkulosis (TB) merupakan penyebab tersering efusi eksudatif. Mengetahui karakteristik efusi pleura merupakan hal penting untuk dapat menegakkan penyebab efusi pleura sehingga efusi pleura dapat ditatalaksana dengan baik.

Efusi pleura terbanyak bersifat eksudat dan disebabkan oleh malignansi dan tuberkulosis. Karakteristik efusi eksudatif adalah unilateral, melibatkan hemitoraks kanan dan bersifat masif. Karakteristik efusi transudatif adalah bilateral, melibatkan hemitoraks kanan dan bersifat tidak masif.7

Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 1984 efusi pleura menduduki peringkat ke tiga dari 10 penyakit terbanyak di bangsal. Di Indonesia, tubekulosis merupkan penyebab utama efusi pleura, disusul oleh keganasan. Dengan distribusi terbanyak pada wanita daripada pria. Umur terbanyak dengan kejadian efusi pleura pada tuberkulosis adalah 21-30 tahun.8

(14)

1.2. Rumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik efusi pleura di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada tahun 2015

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik efusi pleura di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada tahun 2015

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1 Mengetahui predisposisi pasien efusi pleura berdasarkan faktor sosiodemografi yang meliputi: usia, jenis kelamin dan pekerjaan

2 Mengetahui keluhan utama dari masing-masing pasien penderita efusi pleura di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015

3 Mengetahui sebaran lokasi paru yang paling sering terdapat efusi pleura

4 Mengetahui faktor risiko terjadinya efusi pleura pada pasien di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015

(15)

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman, pengetahuan dan informasi yang sangat berharga bagi peneliti untuk dapat berguna dalam melaksanakan tugas nantinya.

2. Bagi Masyarakat:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat dan menjadi sumber informasi yang benar bagi masyarakat tentang penyakit ini.

3. Bagi ilmu Pengetahuan

Sebagai informasi yang dapat dijadikan sebagai data pembanding atau dasar perkembangan bagi peneliti lain khususnya tentang efusi pleura.

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru

Pulmo atau paru – paru adalah organ pernafasan yang penting karena udara yang masuk dapat perhubungan secara erat dengan darah kapiler di dalam paru – paru. Tiap paru – paru melekat pada jantung dan trakea melalui radix pulmonis dan ligamentum pulmonale. Paru – paru sehat selalu berisi udara dan akan mengapung bila dimasukkan ke dalam air. Paru – paru dari foetus atau bayi baru lahir berwarna agak kemerahan dan lunak. Bila bayi belum pernah bernafas maka paru – paru tidak akan mengapung di dalam air tetapi akan tenggelam. Paru – paru orang dewasa mempunyai permukaan yang berwarna lebih gelap dan sering ada bercak – bercak yang disebabkan oleh penimbunan partikel debu yang terisap. Dibandingkan dengan paru – paru kiri, maka paru – paru kanan lebih besar dan lebih berat, tetapi lebih pendek karena kubah diaphragm kanan letaknya lebih tinggi. Juga lebih lebar karena adanya jantung yang letaknya lebih ke kiri dalam rongga torak.9

Tiap paru – paru mempunyai sebuah apex, sebuah basis, tiga buah facies costalis, facies mediastinalis dan facies diphragmatica, dan tiga buah margo yaitu margo anterior, margo inferior dan margo posterior. Paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru kiri mempunyai dua lobus. Lobus paru terbagi menjadi beberapa segmen-paru. Paru kanan mempunyai sepuluh segmen-paru sedangkan paru kiri mempunyai delapan segmen-paru. Paru – paru kiri dibagi menjadi lobus superior dan lobus inferior oleh sebuah fissura obliqua. Paru – paru kanan dibagi menjadi lobus superior, lobus inferior dan lobus medius oleh fissura obliqua dan fissura horizontalis. Bronki dan vasa pulmonales muncul dari trakea dan jantung menuju tiap paru – paru. Keseluruhannya membentuk radix pulmonis yang akan memasuki hilum pulmonis. Apex pulmonis berbentuk bundar seperti cupula pleurae. Apex pulmonis sebelah kanan lebih kecil dan lebih dekat trakea, dan disilang oleh vasa subclavia.9

(17)

Gambar 2.1

Gambar 2.2

(Sumber: Buku respirologi (respiratory medicine)

(18)

2.1.2. Vaskularisasi

Paru mendapat darah dari dua sistem arteri, yaitu arteri pulmonalis dan arteri bronkialis. Arteri pulmonalis bercabang dua mengikuti bronkus utama kanan dan kiri untuk kemudian bercabang-cabang membentuk ramifikasi yang memasok darah ke interstisial paru. Perlu diketahui bahwa pembuluh darah percabangan dari arteri pulmonalis mempunyai ujung akhir. Tekanan darah pada arteri pulmonalis sangat rendah sehingga memungkinkan pertukaran gas dengan baik sekali. Tekanan darah pada pembuluh yang berasal dari arteri bronkialis lebih tinggi dibandingkan tekanan pada arteri pulmonalis. Berbeda dengan percabangan pembuluh darah arteri pulmonalis, percabangan pembuluh arteri bronkialis tidak mempunyai ujung akhir.

Darah yang dipasok oleh arteri bronkialis sampai ke saluran pernafasan, septa interlobular, dan pleura. Sepertiga darah yang meninggalkan paru melalui vena azigos menuju vena cava sedangkan yang dua pertiga lagi melalui vena pulmonalis ke atrium kiri.5

2.1.3. Inervasi

Paru diinervasi oleh saraf parasimpatis nervus vagus dan saraf simpatis. Otot polos saluran napas diinervasi oleh nervus vagus aferen, nervus vagus eferen (kolinergik posganglionik). Pleura parietalis diinervasi oleh nervus interkostalis dan nervus frenikus, sedangkan pada pleura viseralis tidak terdapat inervasi.9

2.2 Definisi

Efusi Pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural yang terjadi karena proses penyakit primer dan dapat juga terjadi karena penyakit sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih yang merupakan transudat, dan berupa pus atau darah.

Efusi pleura adalah akumulasi abnormal cairan dalam rongga pleura yang dihasilkan dari produksi cairan yang berlebihan atau penurunan penyerapan.3 Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang mengganggu system pernafasan. Efusi

(19)

pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis yang jika ini dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya.3

2.3 Etiologi

Ruang pleura yang normal mengandung sekitar 1 ml cairan, mewakili keseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik di pembuluh pleura visceral dan parietal dan drainase limfatik. Efusi pleura terjadi dari terganggunya keseimbangan ini.2

1. Perubahan permeabilitas dari membran pleura (misalnya, radang, keganasan, emboli paru)

2. Penurunan tekanan onkotik intravaskular (misalnya, hipoalbuminemia, sirosis)

3. Peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan vaskuler (misalnya, trauma, keganasan, peradangan, infeksi, infark paru, obat hipersensitivitas, uremia, pankreatitis).

4. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler dalam sirkulasi sistemik dan /atau paru (misalnya, gagal jantung kongestif, sindrom vena kava superior).

5. Pengurangan tekanan dalam rongga pleura, mencegah ekspansi paru penuh (misalnya, atelektasis yang luas, mesothelioma)

6. Penurunan drainase limfatik atau penyumbatan, termasuk obstruksi duktus toraks atau pecah (misalnya, keganasan, trauma)

7. Peningkatan cairan peritoneal, dengan migrasi melintasi diafragma melalui limfatik atau cacat struktural (misalnya, sirosis, dialisis peritoneal)

2.4 Jenis Cairan Pada Efusi Pleura

(20)

Efusi pleura umumnya diklasifikasikan sebagai transudat atau eksudat, berdasarkan mekanisme pembentukan cairan dan kimia cairan pleura. Transudat hasil dari ketidakseimbangan dalam tekanan onkotik dan tekanan hidrostatik, sedangkan eksudat adalah hasil dari peradangan pleura atau penurunan drainase limfatik. Dalam beberapa kasus, cairan pleura mungkin memiliki kombinasi karakteristik transudat dan eksudatif.2

Untuk membedakan transudat dan eksudat jika memenuhi dua dari tiga kriteria Light, yaitu:

a. Ratio kadar protein cairan efusi pleura/ kadar protein serum >0.5 b. Ratio kadar LDH cairan efusi pleura/ kadar LDH serum <0.6

c. Kadar LDH cairan efusi pleura <2/3 batas atas nilai normal kadar LDH serum Jika angka tersebut terlampaui, efusi pleura termasuk jenis eksudat.ketika efusi pleura telah didiagnosis eksudat melalui kriteria diatas, namun klinis dianggap transudat, perbedaan konsentrasi albumin antaea serum dan efusi >1.2 mg/dl dapat menunjukkan cairan efusi bersifat transudat.

(21)

Tabel 1. Etiologi Efusi Pleura

Eksudat Transudat

Efusi Parapneumonia Neoplasma

Gagal jantung kiri Sirosis hati Hipoalbumin Peritonial Dialisis Emboli paru

Arthritis Reumatik

Efusi jinak yang disebabkan oleh asbestos Pankreatitis

Sindrom infark miokard Penyakit autoimun

Post operasi bypass arteri koronaria

Sindrom nefrotik Emboli paru Hipotiroid Stenosis mitral

Abses hepatic Uremia Chylothoraks Infeksi lainnya Pengaruh obat Radioterapi Ruptur esophageal

Perikarditis Sindrom meig Urinothoraks

Obstruksi vena kava superior

2.5. Patofisiologi Dan Penyebab

Normalnya cairan pleura masuk ke dalam rongga pleura dari dinding dada (pleura parietalis) dan mengalir meninggalkan rongga pleura menembus pleura viseralis untuk masuk ke dalam aliran limfe. Tekanan hidrostatik di kapiler sistemik (dinding dada) besarnya 30 cm H2O. Tekanan negatif di dalam rongga pleura adalah -5 cm H2O, (30 cm dikurangi -5 cm = 35 cm). Tekanan osmotik koloid di kapiler sistemik (dinding dada) besarnya 34 cm H2O. Tekanan osmotik koloid di rongga pleura adalah 8 cm H2O. Perbedaan tekanan osmotik koloid antara kapiler sistemik dengan tekanan osmotik koloid di ronggan pleura = 26 cm

(22)

H2O. Cairan cenderung mengalir dari daerah bertekanan osmotik rendah ke arah daerah bertekanan osmotik tinggi. Berdasarkan perbedaan tekanan osmotik, seharusnya cairan di dalam rongga pleura cenderung mengalir dari rongga pleura ke dinding dada, akan tetapi karena tekanan hidrostatik dari dinding dada ke arah rongga pleura lebih besar, yaitu 35 cm H2O cairan dari dinding dada akan masuk ke dalam rongga pleura.11

1. Efusi Pleura karena Kelainan Intra Abdominal

Efusi pleura dapat terjadi secara steril karena reaksi infeksi dan peradangan yang terpat dibawah d iafragma seperti pankreas atau ekstraserbasi akut pankreatitis kronik, abses ginjal, abses hati, abses limpa.

Biasanya efusi terjadi pada pleura kiri tapi dapat juga bilateral.

Mekanismenya adalah karena berpindahnya cairan yang mengandung enzim pankreas ke rongga pleura melalui saluran getah bening. Efusi ini bersifat eksudat serosa tapi kadang-kadang bisa hemoragik. Kadang amilase dalam efusi lebih tinggi daripada dalam serum.

Efusi juga sering setelah 48-72 jam pasca operasi abdomen seperti splenektomi, operasi terhadap obstruksi intestinal atau pasca operasi atelektasis. Biasanya terjadi unilateral dan jumlah efusi tidak banyak (lebih jelas terlihat pada foto lateral dekubitus). Cairan biasanya bersifat eksudat dan mengumpul pada sisi operasi, efusi pleura operasi biasanya bersifat maligna dan kebanyakan akan sembuh secara spontan.

A. Sirosis hati.

Kebanyakan efusi pleura terjadi bersamaan dengan asites. Secara khas terdapat kesamaan antara cairan pleura dan asites, karena terdapat hubungan fungsional antara rongga pleura dan rongga abdomen melalui saluran getah bening atau celah jaringan otot diafragma. Biasanya efusi menempati pleura kanan dan efusi bisa juga terjadi bilateral.

B. Dialisis peritoneal.

(23)

Efusi pleura dapat terjadi selama dan sesudah dilakukannya dialisis peritoneal.

Hal ini dapat terjadi karena perpindahan cairan melalui celah diafragma, yang dibuktikan dengan komposisi yang sama antara cairan pleura dan cairan dialisat.

2. Efusi Pleura karena Gangguan Sirkulasi

Gangguan Kardiovaskular. Payah jantung adalah sebab terbanyak timbulnya efusi pleura. Penyebab lain: perikarditis kontritiva dan sinrom vena kava superior. Patogenesisnya adalah terjadinya peningktan tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler pulmonal akan menurunkan kapasitas reabsorbsi pembuluh darah subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun sehingga filtrasi cairan ke rongga pleura dan paru-paru meningkat. Tekanan hidrostatik yang meningkat pada seluruh rongga dada dapat juga menyebabkan efusi pleura yang bilateral.

A. Emboli Pulmonal.

Efusi dapat terjadi pada sisi paru yang terkena emboli pulmonal. Keadaan ini dapat disertai dengan infark paru atau tanpa infark.

3. Tuberkulosis

Di banyak daerah di dunia, tuberkulosis menjadi penyebab paling umum dari efusi pleura. Pecahnya subpleural fokus caseous ke dalam rongga pleura memungkinkan protein TB untuk memasuki ruang pleura dan menghasilkan reaksi hipersensitivitas yang bertanggung jawab untuk sebagian besar manifestasi klinis. Efusi pleura yang menyebabkan pleuritis tuberkulosis bermanifestasi sebagai penyakit akut sama dengan manifestasi dari pneumonia bakteri akut. Hal ini biasanya unilateral dan dapat dari berbagai ukuran. Cairan pleura dalam TB adalah selalu eksudat dengan lebih dari 50%

limfosit dalam hitungan diferensial sel darah putih dan jarang mengandung lebih dari 5% sel mesotelial.12

4. Efusi Pleura Neoplasma

(24)

Neoplasma primer ataupun sekunder (metastasis) dapat menyerang pleura dan umumnya menyebabkan efusi pleura. Keluhan yang paling banyak ditemukan adalah nyeri dada dan sesak. Gejala lainnya yaitu akumulasi cairannya kembali dengan cepat walaupun dilakukan torakosentesis berkali- kali.

Efusi bersifat eksudat, tapi sebagian kecil bisa transudat. Warna efusi bisa sero-santokrom ataupun hemoragik (terdapt lebih dari 10.000 sel eritrosit per cc). Di dalam cairan ditemukan sel-sel limfosit (yang dominan) dan banyak sel mesotelial. Jenis-jenis neoplasma dapat didiagnosis dengan pemeriksaan sitologi terhadapp cairan efusi atau biopsi pleura parietalis.

Terdapat beberapa teori tentang timbulnya efusi pleura pada neoplasma yakni:

a. Menumpuknya sel-sel tumor akan meningkatkan permeabilitas pleura terhadap air dan protein.

b. Adanya massa tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran pembuluh darah vena dan getah bening, sehingga rongga pleura gagal dalam memindahkan cairan dan protein.

c. Adanya tumor membuat infeksi lebih mudah terjadi dan selanjutnya timbul hipoproteinemia.

Efusi pleura terhadap neoplasma biasanya unilateral, tetapi bisa juga bilateral karena obstruksi saluran getah bening, adanya metastasis dapat mengakibatkan pengaliran cairan dari rongga pleura via diafragma. Keadaan efusi dapat bersifat maligna.13

2.6. Manifestasi Klinis

Gejala tergantung pada jumlah cairan dan penyebab yang mendasari.

Banyak pasien tidak memiliki gejala pada saat efusi pleura ditemukan. Gejala termasuk nyeri dada pleuritik, dispnea, dan batuk kering (nonproduktif).12

(25)

Adanya edema pada kaki atau trombosis vena dapat mengakibatkan efusi pleura yang berhubungan dengan emboli paru. Riwayat penyakit serta pemeriksaan fisik sangat penting dalam mendiagnosis efusi pleura. Beberapa aspek pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan dada biasanya redup pada perkusi, tidak adanya fremitus, dan vesikuler berkurang atau bahkan hilang. Distensi JVP, adanya gallop bunyi jantung atau edema perifer menunjukkan gagal jantung kongestif, dan ventrikel kanan atau tromboflebitis menunjukkan terjadinya emboli paru. Adanya limfadenopati atau hepatosplenomegali menunjukkan penyakit neoplastik, dan ascites menunjukkan adanya kelainan hati. Karena kondisi selain efusi pleura mungkin menghasilkan gambaran radiologis yang sama, pencitraan alternatif penelitian sering diperlukan untukadanya efusi pleura.

Pemeriksaan penunjang dengan ultrasonographic atau Foto thoraks lateral dekubitus paling sering digunakan, namun computed tomografi (CT-scan) dada memungkinkan pencitraan yang mendasari parenkim paru-paru atau mediastinum.6

2.7. Pemeriksaan Fisik

1. Biasanya ada gejala dari penyakit dasarnya.

2. Bila sesak napasnya yang menonjol, kemungkinan besar karena proses keganasan.

3. Efusi berbentuk kantong (pocketed) pada fisura interlobaris tidak memberi gejala-gejala. Begitu pula bila efusinya berada di atas diafragma.

4. Pada perkusi, suara ketok terdengar redup sesuai dengan luasnya efusi pada auskultasi suara napas berkurang atau menghilang.

5. Resonansi vokal berkurang. 14

6. Jika jumlah cairan pleura < 300 mL, cairan ini belum menimbulkan gejala pada pemeriksaan fisik.

7. Jika jumlah cairan pleura telah mencapai 500 mL, baru dapat ditemukan gejala berupa gerak dada yang melambat atau terbatas saat inspirasi pada sisi

(26)

yang mengandung akumulasi cairan. Fremitus taktil juga berkurang pada dasar paru posterior. Suara perkusi menjadi pekak dan suara napas pada auskultasi terdengar melemah walaupun sifatnya masih vesikuler.

8. Jika akumulasi cairan melebihi 1000 mL, sering terjadi atelektasis pada paru bagian bawah. Ekspansi dada saat inspirasi pada bagian yang mengandung timbunan cairan menjadi terbatas sedangkan sela iga melebar dan menggembung. Pada auskultasi di atas batas cairan, sering didapatkan suara bronkovesikuler yang dalam, sebab suara ini ditransmisiskan oleh jaringan paru yang mengalami atelektasis. Pada daerah ini juga dapat ditemukan fremitus vokal dan egofoni yang bertambah jelas.

9. Jika akumulasi cairan melebihi 2000 mL, cairan ini dapat menyebabkan seluruh paru menjadi kolaps kecuali bagian apeks. Sela iga semakin melebar, gerak dada pada inspirasi sangat terbatas, suara napas, fremitus taktil maupun fremitus vokal sulit didengar karena sangat lemah. Selain itu terjadi pergeseran mediastinum ke arah ipsilateral dan penurunan letak diafragma.11

2.8. Pemeriksaan Penunjang 1. Foto toraks

Cairan yang kurang dari 300 cc, pada fluoroskopi maupun foto toraks PA tidak tampak. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpulan sinus kostofrenikus. Pada efusi pleura subpulmonal, meskipun cairan pleura lebih dari 300 cc, sinus kostofrenikus tidak tampak tumpul tetapi diafragma kelihatan meninggi. Untuk memastikan dapat dilakukan foto dada lateral dari sisi yang sakit. Foto toraks PA dan posisi lateral dekubitus pada sisi yang sakit seringkali memberi hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit, atau cairan subpulmonal yaitu tampak garis batas cairan yang sejajar dengan kolumna vertebralis atau berupa garis horizontal.8

(27)

Gambar 2.3. Foto thoraks dan computed tomography scan yang menunjukkan adanya efusi pleura pada sisi kanan.10

Gambar 2.4. Efusi pleura massif.3 2. Pemeriksaan Mikroskopis dan sitologi

Jika didapatkan sel darah putih sebanyak >1000/mL, hal ini mengarahkan diagnosis kepada eksudat. Jika sel darah putih > 20.000/mL, keadaan ini menunjukan empiema. Neutrofil menunjukan kemungkinan adanya pneumonia, infark paru, tuberkulosis paru fase awal atau pancreatitis.

Limfosit dalam jumlah banyak mengarahkan kepada tuberculosis, limfoma atau keganasan. Jika pada torakosintesis didapatkan banyak eosinofil, tuberculosis dapat disingkirkan.11

3. Pemeriksaan biokima

(28)

a. Protein > 3 g/dl  eksudat b. Protein < 3 g/dl  transudat

c. Glukosa < normal  “rheumatoid pleural effusion”, kemungkinan lain karena keganasan atau purulen.

d. Kolesterol menunjukan proses kronis atau mungkin karena rheumatoid

e. Amilase  pancreatitis atau karsinoma pankreas.14 Tabel 2.Pemeriksaan Biokimia

Tes Biokimia Diagnosis

Kadar kolesterol Kadar trigliserida

Kilothoraks

Kadar hematokrit Hemothoraks jika kadar

hematokrit > 50%

Kadar amilase Pankreatitis atau ruptur esofagus Kadar NT-proBNP Gagal jantung jika meningkat Kadar kreatinin Urinothoraks jika kadar kreatinin

cairan > kadar kreatinin serum

PCR Tuberkulosis atau infeksi

streptococcus pneumoniae

Tumor marker Karsinoma mamae

Karsinoma Paru

Ovariaum, endometrium dan kanker payudara

4. Pemeriksaan bakteriologi

Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung mikroorsganisme, apalagi bila cairanya purulen (menunjukan empiema).

Efusi yang purulen dapat mengandung kuman-kuman yang aerob atau

(29)

anaerob. Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah : Pneumokokokus, E.coli, klebsiela, pseudomonas, enterobacter.13

2.9. Diagnosis Banding 1. Tumor paru

2. Schwarte atau penebalan pleura 3. Atelektasis lobus bawah

4. Diafragma letak tinggi.8

5. Konsolidasi paru karena pneumonia 6. Fibrosis pleura.14

2.10. Diagnosis

Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara mengambil cairan dari rongga pleura dengan cara pungsi pleura atau thoracocentesis atau pleural tapping. Pungsi pleura dilakukan dengan cara menusukkan jarum pungsi atau abbocath di antara dua iga. Cairan yang terdapat di dalam rongga pleura secara umum disebut efusi pleura. Efusi pleura berupa nanah disebut empiema, jika berupa darah disebut hematotoraks, jika berisi cairan kilus disebut kilotoraks. Penyebab efusi pleura tidak hanya berupa kelainan di daerah toraks tetapi juga dapat karena kelainan di daerah lain (ekstratoraks) atau sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik.11

2.11. Penatalaksanaan

1. Aspirasi cairan pleura dilakukan untuk mengurangi rasa tidak enak atau

“discomfort” dan sesak napas. Dianjurkan melakukan aspirasi sedikit demi sedikit. Cairan yang dikeluarkan antara 500-1000 cc. bila pengambilan terlalu banyak dan cepat dapat menyebabkan edema paru.

2. Lebih sering dilakukan pleurodesis pada proses keganasan atau pada efusi pleura yang sering kambuh. Dengan menggunakan 500 mg serbuk tetrasiklin

(30)

yang dilarutkan didalam 50 cc garam faali. Penderita digoyang-goyangkan supaya rata, kemudian cairan dikeluarkan setelah diklem selama 24 jam atau diberi serbuk sodium atau talk. Nyeri yang terjadi karena pemeberian obat di atas dapat diatasi dengan analgetika.

3. Pemberian steroid ditambahkan dengan OAT dapat menyerap efusi pleura yang disebabkan oleh TB paru secara cepat dan mengurangi fibrosis.14

Water Seal Drainage (tube thoracostomy)

Modalitas terapi yang bekerja dengan menghubungkan cavum pleura berisi cairan abnormal dengan botol sebagai perangkat WSD yang nantinya akan menarik keluar isi cairan B C A 16 abnormal yang ada di dalam cavum pleura dan mengembalikan cavum pleura seperti semula, menyebabkan berkurangnya kompresi terhadap paru yang tertekan dan paru akan kembali mengembang

Thoracocentesis

Setiap efusi pleura yang cukup besar menyebabkan gejala pernafasan berat harus dikeringkan terlepas dari penyebabnya. Mengurangi gejala adalah tujuan utama terapi drainase pada pasien. Satu-satunya kontraindikasi absolut terhadap thoracocentesis infeksi kutan aktif pada tempat tusukan. Beberapa kontraindikasi relatif termasuk diatesis pendarahan yang parah, antikoagulasi sistemik, dan volume cairan yang kecil. Kemungkinan komplikasi dari prosedur ini termasuk perdarahan (karena tusukan pada pembuluh atau parenkim paru), pneumotoraks, infeksi (infeksi jaringan lunak atau empiema), laserasi organ intra-abdomen, hipotensi, dan paru edema.12

Indikasi untuk thoracocentesis adalah adanya efusi pleura klinis yang signifikan (lebih dari 10 mm pada ultrasonografi atau foto lateral decubitus). Jika pasien datang dengan gagal jantung kongestif dan efusi bilateral dengan ukuran yang sama, afebris, dan tidak memiliki nyeri dada,

(31)

percobaan diuresis dapat dilakukan. Sejak lebih dari 80 persen pasien dengan efusi pleura disebabkan oleh gagal jantung kongestif memiliki bilateral efusi pleura, thoracentesis diindikasikan jika efusi adalah unilateral.

Jika efusi tetap selama lebih dari tiga hari, thoracocentesis dapat diterapkan.6

Pleurodesis

Pleurodesis adalah penyatuan pleura viseralis dengan parietalis baik secara kimiawi, mineral ataupun mekanik, secara permanen untuk mencegah akumulasi cairan maupun udara dalam rongga pleura. Secara umum, tujuan dilakukannya pleurodesis adalah untuk mencegah berulangnya efusi berulang (terutama bila terjadi dengan cepat), menghindari torakosintesis berikutnya dan menghindari diperlukannya insersi chest tube berulang, serta menghindari morbiditas yang berkaitan dengan efusi pleura atau pneumotoraks berulang (trapped lung, atelektasis, pneumonia, insufisiensi respirasi, tension pneumothoraks). Efusi pleura maligna merupakan indikasi paling utama pada pleurodesis. Beberapa keadaan yang dapat dianggap sebagai kontraindikasi relatif pleurodesis meliputi:

1. Pasien dengan perkiraan kesintasan < 3 bulan.

2. Tidak ada gejala yang ditimbulkan oleh efusi pleura.

3. Pasien tertentu yang masih mungkin membaik dengan terapi sistemik (kanker mammae, dll).

4. Pasien yang menolak dirawat di rumah sakit atau keberatan terhadap rasa tidak nyaman di dada karena slang torakostomi.

5. Pasien dengan re-ekspansi paru yang tidak sempurna setelah pengeluaran semua cairan pleura (trapped lung).15

2.12. Prognosis

(32)

Biasanya sembuh setelah diberi pengobatan adekuat terhadap penyakit dasar.

Empiema mungkin timbul akibat infeksi paru seperti pneumonia.14

Prognosis efusi pleura bervariasi sesuai dengan etiologi yang mendasari kondisi ini. Morbiditas dan mortalitas efusi pleura berhubungan langsung dengan penyebabnya, stadium penyakit, dan temuan biokimia dalam cairan pleura.

Pada efusi pleura ganas dikaitkan dengan prognosis yang sangat buruk dengan kelangsungan hidup rata-rata 4 bulan dan berarti kelangsungan hidup kurang dari 1 tahun. Yang paling umum keganasan terkait pada pria adalah kanker paru-paru, dan keganasan yang paling umum pada wanita adalah kanker payudara. Efusi dari kanker yang lebih responsif terhadap kemoterapi, seperti limfoma atau kanker payudara, lebih dihubungkan dengan kelangsungan hidup berkepanjangan, dibandingkan dengan kanker paru-paru atau mesothelioma.8

Temuan seluler dan biokimia dalam cairan juga dapat menjadi indikator prognosis. Misalnya, pH cairan pleura lebih rendah sering dikaitkan dengan beban tumor lebih tinggi dan prognosis yang buruk.3

2.13. Komplikasi 1. Empiema 2. Schwarte

3. Kegagalan pernapasan

2.14. Pencegahan

Lakukan pengobatan yang adekuat pada penyakit-penyakit dasarnya yang dapat menimbulkan efusi pleura. Merujuk penderita ke rumah sakit yang lebih lengkap bila diagnosis kausal ditegakkan. Tindakan yang dapat dilakukan untuk menentukan dan mengobati penyakit dasarnya misalnya, biopsi pleura, bronkoskopi, torakotomi, dan torakoskopi.8

(33)

BAB 3

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1.Kerangka Teori

Efusi pleura

Etiologi Patofisiologi

Diagnosis

Pemeriksaan penunjang

Komplikasi:

Definisi

Lokasi cairan pada efusi

pleura Diagnosis banding

Penatalaksanaan

Prognosis Pencegahan

Penerangan : Faktor yang diteliti Faktor yang tidak diteliti

(34)

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian 3.2. Kerangka Konsep:

Variable independen Variable dependen

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian

2. Demografi pasien efusi pleura - Usia

- Jenis kelamin - Pekerjaan - Suku bangsa EFUSI PLEURA

1. Karakteristik pasien efusi pleura - Keluhan utama

- Lokasi cairan - Etiologi

(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan design retrospektif. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran karakteristik efusi pleura periode 2015 di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.2. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2016 dan dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Adapun pertimbangan memilih lokasi tersebut dikarenakan rumah sakit pusat dan rujukan dari Sumatera Utara.

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September 2016, lalu dilanjutkan dengan pengolahan dan analisa data. Penilitian ini dilaksanakan setelah mendapat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah pasien efusi pleura yang dirawat inap di bagian paru RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.3.2. Sampel

(36)

Sampel penelitian adalah semua pasien efusi pleura pada tahun 2015, dengan mengobservasi semua data pada rekam medis sesuai dengan periode yang telah ditentukan.

Cara pengambilan sampel dengan mengambil seluruh populasi dari rekam medis sebagai sampel. Pengambilan sampel sesuai kriteria inklusi dan kriteria eksklusi,yaitu:

a) Kriteria inklusi

Seluruh data rekam medis pasien efusi pleura pada tahun 2015 yang memuat data yang ingin diteliti.

b) Kriteria eksklusi

Data rekam medis yang tidak lengkap.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah dari rekam medis pasien yang mengalami efusi pleura periode 2015 di RSUP Haji Adam Malik. Dari rekam medis ini kita dapat mengetahui karakteristik pasien yang menderita efusi pleura

4.5. Variabel dan Definisi Operasional 4.5.1. Variabel Dependen

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah gambaran demografi, dan gambaran karateristik di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2015 – Desember 2015.

4.5.2. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pasien efusi pleura di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2015 – Desember 2015.

(37)

Tabel 4.1. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur/Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur 1. Usia Usia yang

dihitung sejak tanggal lahir sampai dengan waktu penelitian yang dinyatakan dalam tahun.

Rekam medik

1. Remaja Akhir (17- 25 tahun)

2. Dewasa Awal (>25-35 tahun)

3. Dewasa Akhir (>35- 45 tahun)

4. Lansia Awal (>45- 55 tahun)

5. Lansia Akhir (>55- 65 tahun)

6. Manula (≥ 65 tahun)

Ordinal

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah antara laki-laki dan perempuan secara

biologis sejak seseorang lahir yang

Rekam medik

1.Laki-laki 2.Perempuan

Nominal

(38)

tercatat dalam rekam medis

3. Pekerjaan Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan responden sehari-hari untuk

mendapatkan penghasilan

Rekam

medik 1. PNS 2.Wiraswasta 3.Ibu rumah tangga 4.Petani

5. Pensioner 6. Lain-lain

Nominal

4. Keluhan Utama

Keluhan yang dirasakan pasien yang membuat pasien datang ke rumah sakit

Rekam medik

• Dispnea

• Nyeri dada

• Batuk

Nominal

5. Lokasi cairan

Lokasi adalah letak bagian yang

Rekam medik

1. Dekstra 2. Sinistra 3. Bilateral

Nominal

(39)

menunjukkan manifestasi klinis

6. Etiologi Penyebab dan faktor- faktor yang

berpengaruh terhadap kejadian efusi pleurapada pasien

Rekam medik

1. Transudat 2. Eksudat

Nominal

4.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pertama editing yaitu memeriksa nama, umur, jenis kelamin, dan hasil pemeriksaan, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka pada label. Tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari rekam medis ke dalam program komputer.

Setelah data diolah kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui gambaran karakteristik pada pasien efusi pleura di RSUP Haji Adam Malik Medan. Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

(40)
(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Rumah sakit ini dibangun di atas tanah 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No. 17 Km.12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.

335/Menkes/SK/VIII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan. Juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Acheh, Sumatera Barat, dan Riau.

5.1.2. Deskripsi Demografi Sampel

5.1.2.1. Angka Kejadian Efusi Pleura tahun 2015

Dalam penelitian ini, sampel yang terpilih adalah sebanyak 108 orang pasien, yang terdiri dari pasien rawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan. Dari keseluruhan sampel, karakteristik yang dapat diamati adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan pasien, suku bangsa, keluhan utama, lokasi cairan dan juga etiologinya.

5.1.2.2. Distribusi Frekuensi Usia Sampel

Data lengkap ditinjau dari segi usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(42)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Usia Pasien Efusi Pleura Tahun 2015.

Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

Remaja Akhir (17-25) 8 7,4

Dewasa Awal (>25-35) 17 15,7

Dewasa Akhir (>35-45) 13 12,0

Lansia Awal (>45-55) 22 20,4

Lansia Akhir (>55-65) 25 23,1

Manula (>65) 23 21,3

Total 108 100,0

Tabel 5.1 menjelaskan mengenai kategori usia penderita efusi pleura. Pada tahun 2105 dijumpai usia paling banyak berada pada kategori lansia akhir (> 55-65) sebanyak 25 orang pasien ( 23,1 %) dan paling sikit berada pada kategori remaja akhir (17-25) sebanyak 8 orang pasien ( 7,4 %)

5.1.2.3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Sampel

Data lengkap ditinjau dari jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Penderita Efusi Pleura Tahun 2015 Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki- laki 61 56,5

Perempuan 47 43,5

Total 108 100,0

Dari tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar penderita Efusi Pleura adalah laki-laki, 56,5%.

(43)

5.1.2.4. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Sampel

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Penderita Efusi Pleura Tahun 2015

Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

PNS 17 15,7

Wiraswasta 25 23,1

Ibu Rumah Tangga 25 23,1

Petani 14 13,0

Pensioner 20 18,5

Lain-lain 7 6,5

Total 108 100,0

Tabel 5.3 menjelaskan mengenai pekerjaan dari penderita Efusi Pleura.

Pekerjaan paling banyak adalah wiraswasta dan ibu rumah tangga yaitu setiapnya sebanyak 25 orang pasien (23,1%) dan paling sedikit adalah lain-lain yaitu sebanyak 7 orang pasien (6,5%)

5.1.3. Distribusi Karakteristik Keluhan Utama Sampel

Data lengkap mengenai keluhan utama dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Keluhan Utama Penderita Efusi Pleura Tahun 2015.

Keluhan Utama Frekuensi (n) Persentase (%)

Dispnea 58 53,7

Nyeri dada (pleuritis) 24 22,2

Batuk 26 24,1

Total 108 100,0

Didapati keluhan utama penderita Efusi Pleura di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015 yang paling banyak adalah dispnea yaitu sebanyak 58 orang pasien (53,7%) dan paling sedikit adalah keluhan nyeri dada (pleuritis) yaitu sebanyak 24 orang pasien (22,2%)

(44)

5.1.4. Distribusi Karakteristik Lokasi Cairan Sampel

Distribusi karakteristik lokasi cairan sampel dapat dilihat pada Tabel 5.6 di bawah ini.

Tabel 5.6 Distribusi Karakteristik Lokasi Cairan Penderita Efusi Pleura Tahun 2015

Lokasi Cairan Frekuensi (n) Persentase (%)

Dekstra 49 45,4

Sinistra 28 25,9

Bilateral 31 28,7

Total 108 100,0

Didapati lokasi cairan pada penderita Efusi Pleura yang terbanyak adalah pada daerah dekstra yaitu sebanyak 49 orang pasien (45,4%) dan paling sedikit adalah pada daerah sinistra yaitu sebanyak 28 orang pasien (25,9%)

5.1.5. Distribusi Karakteristik Etiologi Sampel

Distribusi karakteristik etiologi pada penderita Efusi Pleura dapat dilihat pada di bawah ini.

Tabel 5.7 Distribusi Karakteristik Etologi pada Penderita Efusi Pleura Tahun 2015

Etiologi Frekuensi (n) Persentase (%)

Transudat 44 40,7

Eksudat 64 59,3

Total 108 100,0

Tabel 5.7 menjelaskan mengenai etiologi penderita efusi pleura yang paling banyak ditemukan adalah faktor eksudat yaitu sebanyak 64 orang pasien (59,3%).

(45)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Faktor Sosiodemografi Pasien Efusi Pleura

Proporsi pasien efusi pleuraberdasarkan usia di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2015 terbesar adalah kelompok usia >55-65 tahun 23,1% dan terkecil yaitu kelompok usia 17-25 tahun (7,4%).

Tingginya kelompok usia ini juga disokong dari Eastern Mediterranean Health Journal yang mengatakan bahwa secara purata umur penderita adalah 57tahun, 62% adalah lelaki dan 72% merupakan penderita berumur melebihi 50 tahun.15

Dari 108 kasus, proporsi jenis kelamin pasien tertinggi adalah pada laki-laki yakni 56,5% (61) dan pada perempuan 43,5% (53).

Berdasarkan penelitian yang dibuat di Medan, dari 136 kasus, proporsi jenis kelamin pasien tertinggi adalah pada laki-laki yakni 65,4% (89 orang) dan pada perempuan 34,6% (47 orang). 16

Laki-laki kebanyakan menderita Efusi Pleura dikarenakan cenderung berpotensi terpapar oleh udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor dan akibat terpapar asbestos. Pada laki-laki juga diketahui kebanyakan adalah perokok dibandingkan perempuan.

Berdasarkan hasil Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) pada tahun 2001 menunjukkan bahwa sebanyak 56 orang (56%) laki-laki merupakan perokok dan perempuan 44 orang (44%).

Pekerjaan terbanyak pada penderita efusi pleura adalah wiraswasta dan ibu rumah tangga dengan persentase 23,1%.

Pada penelitian yang dilakukan di Malang pada tahun 2012 telah menyatakan bahwa tidak ada hubungan langsung antara pekerjaan dan timbulnya efusi pleura.17

(46)

Untuk keluhan utama kebanyakan penderita efusi pleura sering datang dengan keluhan dispnea 53,7% dan disusuli dengan batuk 24,1% dan juga nyeri dada (pleuritis) 22,2%.

Berdasarkan penelitian yang dibuat di Lampung pada tahun 2014, keluhan umumnya pasien datang dengan gejala sesak napas, nyeri dada, batuk, dan demam. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan abnormalitas seperti bunyi redup pada perkusi, penurunan fremitus pada palpasi, dan penurunan bunyi napas pada auskultasi paru bila cairan efusi sudah melebihi 300 ml. Foto toraks dapat digunakan untuk mengkonfirmasi terjadinya efusi pleura 6

Malah disokong juga dengan penelitian dari Eastern Mediterranean Health Journal bahawa 72% dispnea, batuk 65% dan nyeri dada pleuritis 49%.

Dari segi lokasi cairan pada penderita efusi pleura yang terbanyak adalah pada bagian kanan (dekstra) yaitu seramai 49 orang pasien (45,4%) dan diikuti dgn lokasi cairan disebelah kiri dan kanan (bilateral) sebanyak 31 orang pasien (28,7%) dan lokasi sebelah kiri (sinistra) yaitu 28 orang pasien (25,9%).

Penelitian di Medan pada tahun 2011, juga menunjukkan bahwa lokasi cairan terbanyak di sebelah kanan (dekstra) yakni 68 orang (50%), lokasi cairan sebelah kiri (sinistra) yakni 59 orang (43,3%), dan lokasi cairan di kanan serta kiri bagian paru (bilateral) yakni 9 orang (6,6%). 16

Bagi proporsi etiologi pada penderita efusi pleura faktor eksudat merupakan faktor tertinggi yaitu sebanyak 59,3%. Seperti yang diketahui, faktor eksudat disebabkan oleh penyakit lokal di bagian toraks seperti infeksi, kanker, penyakit jaringan, pankreatitis, uremi, reaksi ubat dan esophagus ruptur. Manakala, transudat pula disebabkan penyakit sistemik.

Di Indonesia, tuberkulosis paru dan CA paru adalah penyebab utama efusi pleura. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 119 pasien dengan efusi pleura di Rumah Sakit Persahabatan pada tahun 2010-2011, efusi pleura

(47)

kebanyakan disebabkan oleh keganasan (42.8%) dan tuberkulosis (42%).

Penyakit lain yang mungkin mendasari terjadinya efusi pleura antara lain pneumonia, empiema toraks, gagal jantung kongestif, sirosis hepatis

Berdasarkan catatan dari Medan pada tahun 2011, proporsi etiologi penderita efusi pleura tertinggi adalah TB paru 60 orang (44,1%), dan disusul oleh tumor paru 40 orang (29,4%) dan Ca paru 11 orang (8,1%).

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai karakteristik Efusi Pleura pada tahun 2015 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, didapati:

1. Kelompok usia terbanyak adalah kategori lansia akhir (>55-65) yaitu 23,1%.

2. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih banyak menderita efusi pleura 56,5%

dibandingkan dengan perempuan.

3. Keluhan utama penderita efusi pleura adalah dispnea yaitu sebanyak 53,7%.

4. Berdasarkan lokasi cairan efusi pleura, bagian kanan (dekstra) paru adalah lokasi terbanyak dijumpai yaitu 45,4%.

5. Berdasarkan etiologi, faktor eksudat adalah faktor resiko yang terbanyak yaitu 59,3%.

6.2.Saran

Dari pengamatan selama saya melakukan penelitian ini, terdapat beberapa saran yang ingin saya berikan. Diantaranya:

1. Bagi peneliti di masa yang akan datang dapat lebih mengembangkan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik dengan menggunakan sampel yang lebih besar.

2. Bagi Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit dapat bekerja sama dengan pihak kepala lingkungan tempat tinggal untuk memberikan penyuluhan kesehatan pada pasien dan para masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang bahaya setiap faktor resiko dari etiologi dan perkembangannya.

(49)

3. Diharapkan kepada pihak unit rekam medis agar pencatatan rekam medis pasien lebih baik dan lebih lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maskell N, Medford A., 2005. Review Pleural Effusion. Postgrad Med J. 81:702-710.

2. Jeffrey Rubins J., 2012. Pleural Effusion. Diakses dari www.emedicine.medscape.com pada tanggal 22 Mei 2016. Pp 1-3

3. Syahruddin E., Hudoyo A., Arief N., Efusi Pleura Ganas Pada Kanker Paru Jurnal Respirasi Indonesia. 32:142

4. Sato T., 2006. Different Diagnosis of Pleural Effusion. Japan Medical Association.49:315-316

5. Light W.L., 2002. Pleural Effusion. N Engl J Med. 346: 1971

6. Khairani R., Syahruddin S., Partakusuma L.C., 2012.Karakteristik Efusi Pleura di Rumah Sakit Persahabatan. Jurnal Respirasi Indonesia.

32:155-159.

7. .Alsagaff H. dan Mukty A., 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.

Surabaya: Airlangga University Press. Pp. 143-154.

8. Djojodibroto, R. D., 2013. Anatomi Sistem Pernapasan. In: Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: 5 – 20 9. McGrath E.E., Anderson P.B., 2011. Diagnosis of Pleural Effusiom: a

Systemic Approach. American Journal of Critical Care. 20: 120-130.

10. Djojodibroto D., 2009. Respirologi. Jakarta: EGC pp 175-181.

11. Yataco J.C., Dweik R.A., 2005. Pleural effusions: Evaluation and Management. Cleveland Clinic Journal of Medicine.72:855.

12. Halim H., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.

Jakarta : Internal Publishing. Pp. 2331.

(50)

13. Mukty A., Widjaja A., Margono B. P., et al., 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo 1994. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga pp. 111- 114

14. Amin Z., dan Masna I. A. K., 2007. Indikasi dan Prosedur Pleurodesis.

Majalah Kedokteran Indononesia. Volume: 57.Nomor: 4.pp 129-133.

15. B.Heidari, K.Bijani, et al., 2007. Eastern Mediterranean Health Journal- Exudative Pleural Effusion:Effectiveness of Pleural Fluid Analysis and Pleural Biopsy

16. Elizabeth M S Tobing, Widirahardjo, 2011. Characteristics Of Patients With Pleural Effusion in RSUP H, Adam Malik 2011

17. Magy Satolom, et al., Characteristics Vascular Endothelial Growth Factor, Glukosa, Lactate Dehidrogenase and Protein Level in Non Malignant Pleural Effusion

(51)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurul Nadhirah binti Kamarudin

Tempat / Tanggal Lahir : Kuala Lumpur, Malaysia / 26 Oktober 1990

Agama : Islam

Alamat : Jalan Sei Padang No.126 C, Medan.

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Lembah Keramat 1997-2002 2. Sekolah Menengah Kebangsaan Seri Keramat 2003- 2007

3. Geomatika University College2010-2013 4. Universitas Sumatera Utara 2013- Sekarang

Riwayat Organisasi : 1. Exco Sukan Acara Persatuan mahasiswa USU sesi 2016/2017

2. Ahli Exco Rekreasi & Pelancongan Kelab UMNO Luar Negara Medan sesi 2016/2017

Gambar

Tabel 1. Etiologi Efusi Pleura
Gambar 2.3.  Foto thoraks dan computed tomography scan yang  menunjukkan adanya efusi pleura pada sisi kanan
Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian  3.2. Kerangka Konsep:

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

Teknik pembangunan WarNet pada penulisan ilmiah ini, menggunakan teknologi LAN (jaringan area lokal) yang berbasis jaringan secara Workgroups di Microsoft Networks, dengan PC

Rancangan pengembangan produk yang akan dilaksanakan sebagai berikut: (1) merumuskan tujuan penggunaan produk yaitu untuk menambah kreatifitas pendidik dan

Kehidupan geisha di awal abad duapuluh ditampilkan dengan sangat detail dalam novel ini, mulai bagaimana seorang anak kecil dari keluarga miskin direkrut untuk

Ayo belajar (tepuk tangan 3 kali) Bila kau ingin cerdas.. Bila kau ingin pintar Ayo

Pada halaman beranda, terdapat slider yang berisi foto/video dari caleg yang berdampingan dengan tombol yang menuju halaman tentang caleg, visi dan misi, program kerja

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara psikologis akan pulih dalam waktu 3

Penelitian siklisasi lateks karet alam dengan katalis asam sulfat ini dilakukan untuk mengetahui kinetika reaksi siklisasi lateks karet alam dan nilai konstanta