• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB 2 DASAR TEORI

2.1 Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan

Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban khusus yang bekerja pada struktur bangunan tersebut. Beban-beban yang bekerja pada struktur dihitung menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983, beban-beban tersebut adalah :

1. Beban Mati (qD)

Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung. Untuk merencanakan gedung, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung adalah :

a. Bahan Bangunan :

1) Beton Bertulang ... 2400 kg/m3 2) Pasir ... 1800 kg/m3 3) Beton biasa ... 2200 kg/m3 b. Komponen Gedung :

1) Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri dari :

- semen asbes (eternit) dengan tebal maximum 4mm ... 11 kg/m2 - kaca dengan tebal 3 – 4 mm ... 10 kg/m2 2) Penggantung langit- langit (dari kayu), dengan bentang

maksimum 5 m dan jarak s.k.s. minimum 0,80 m ... 7 kg/m2 commit to user

commit to user

(2)

3) Penutup lantai dari tegel, keramik dan beton (tanpa adukan)

per cm tebal ... 24 kg/m2 4) Adukan semen per cm tebal ... 21 kg/m2 5) Penutup atap genteng dengan reng dan usuk ... 50 kg/m2 6) Dinding pasangan batu merah setengah bata ...1700 kg/m2

2. Beban Hidup (qL)

Beban hidup adalah semua bahan yang terjadi akibat penghuni atau pengguna suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap tersebut.

Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan (PPIUG 1987). Untuk merencanakan gedung ini beban hidup yang digunakan sesuai dengan acuan PPIUG 1987, yang dijelaskan pada Tabel 2.1. : Tabel 2.1. Beban hidup

1 Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam (2)

200 kg/m2

2 Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan gudang- gudang tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik, atau bengkel

125 kg/m2

3 Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel, asrama dan rumah sakit

250 kg/m2

4 Tangga, bordes, dan gang yang disebut dalam (3) 300 kg/m2 5 Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus

direncanakan terhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan minimum

300 kg/m2

Sumber : PPIUG 1987

commit to user commit to user

(3)

Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur gedung tersebut adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari sistem pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan gedung yang ditinjau, seperti diperlihatkan pada tabel :

Tabel 2.2. Koefisien reduksi beban hidup

Penggunaan Gedung Koefisien Beban Hidup untuk Perencanaan Balok Induk PERUMAHAN / HUNIAN :

Rumah sakit / Poliklinik 0,75

PERTEMUAN UMUM :

Ruang Rapat, R. Pagelaran, Musholla 0,90 PENYIMPANAN :

Perpustakaan, Ruang Arsip 0,80

PEDAGANGAN :

Toko, Toserba, pasar 0,80

TANGGA :

Rumah sakit/ Poliklinik 0,75

KANTOR :

Kantor/ Bank 0,60

Sumber : PPIUG 1987

3. Beban Angin (W)

Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara (PPIUG 1987). Beban Angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (hisapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan negatif yang dinyatakan dalam kg/m2 ini ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup dengan koefisien-koefisien angin. Tekan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2, kecuali untuk daerah di laut dan di tepi laut sampai commit to user commit to user

(4)

sejauh 5 km dari tepi pantai. Pada daerah tersebut tekanan hisap diambil minimum 40 kg/m2.

Koefisien angin untuk gedung tertutup : 1. Dinding Vertikal

a. Di pihak angin ... + 0,9 b. Di belakang angin ... - 0,4 2. Atap segitiga dengan sudut kemiringan α

a. Di pihak angin : α < 65° ... 0,02 α - 0,4 65° < α < 90° ... + 0,9 b. Di belakang angin, untuk semua α ... - 0,4

2.1.2 Sistem Kerja Beban

Bekerjanya beban untuk bangunan bertingkat berlaku sistem gravitasi, yaitu elemen struktur yang berada di atas akan membebani elemen struktur di bawahnya, atau dengan kata lain elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih besar akan menahan atau memikul elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih kecil. Dengan demikian sistem kerjanya beban untuk elemen – elemen struktur gedung bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut; Beban pelat lantai didistribusikan terhadap balok anak dan balok portal, beban balok portal didistribusikan ke kolom dan beban kolom kemudian diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi.

2.1.3 Provisi Keamanan untuk Beton

Dalam pedoman beton SNI-2847-2013, struktur harus direncanakan untuk memiliki cadangan kekuatan untuk memikul beban yang lebih tinggi dari beban normal. Kapasitas cadangan ini mencakup faktor pembebanan (U), yaitu untuk memperhitungkan pelampauan beban dan faktor reduksi (φ), yaitu untuk memperhitungkan kurangnya mutu bahan di lapangan. Pelampauan beban dapat terjadi akibat perubahan dari penggunaan untuk apa struktur direncanakan dan penafsiran yang kurang tepat dalam memperhitungkan pembebanan. Sedang

commit to user commit to user

(5)

kekurangan kekuatan dapat diakibatkan oleh variasi yang merugikan dari kekuatan bahan, pengerjaan, dimensi, pengendalian dan tingkat pengawasan.

Tabel 2.3. Kombinasi Faktor Beban Kuat Perlu (U) Macam

Kombinasi

Kombinasi Faktor Beban untuk Menghitung Kuat Perlu (U)

1 U =1,4D

2 U = 1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R)

3 U = 1,2D + 1,6(Lr atau R)

4 U = 1,2D + 1,0W + 1,0L + 0,5(Lr atau R)

5 U = 1,2D + 1,0E + 1,0L

6 U = 0,9D + 1,0W

7 U = 0,9D + 1,0E

Sumber : SNI 2847-2013 Keterangan :

D = Beban mati W = Beban angin L = Beban hidup E = Beban gempa R = Beban air hujan Lr = Beban atap

Kekuatan komponen struktur atau penampang yang dihitung sesuai dengan ketentuan dan asumsi metode desain kekuatan standar sebelum penerapan faktor reduksi kekuatan (Φ) disebut kekuatan nominal. Ketidakpastian kekuatan bahan seperti agregat untuk pembebanan beton struktural dianggap sebagai faktor reduksi kekuatan (Φ). Maka, kekuatan desain dihasilkan dari kekuatan nominal dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan (Φ). Seperti yang ditunjukan oleh Tabel 2.6.:

commit to user commit to user

(6)

Tabel 2.4. Faktor Reduksi Kekuatan (Φ)

No Kondisi Gaya Faktor Reduksi Kekuatan

(Φ)

1 Penampang terkendali tarik 0,90

2 Penampang terkendali tekan a. Komponen struktur dengan

tulangan spiral 0,75

b. Komponen struktur lainnya 0,65

3 Geser dan Torsi 0,75

4 Tumpuan beton (kecuali daerah

pengangkuran pasca tarik) 0,65

5 Daerah pengangkuran pasca tarik 0,85 Sumber: SNI 2847-2013

Persyaratan utama untuk batas spasi untuk pada SNI 2847-2013 adalah sebagai berikut:

1. Spasi bersih minimum antara tulangan yang sejajar dalam suatu lapis harus sebesar db (diameter nominal tulangan baja), tetap tidak kurang dari 25 mm.

2. Bila tulangan sejajar tersebut dilelakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapis atas harus diletakkan tepat di atas tulangan di bawahnya dengan spasi bersih antar lapis tidak boleh kurang dari 25 mm.

3. Pada komponen struktur tekan bertulangan spiral atau pengikat, jarak bersih antar tulangan longitudinal tidak boleh kurang dari 1,5 db atau kurang dari 40 mm.

commit to user commit to user

(7)

Persyaratan pelindung beton untuk tulangan baja berdasarkan SNI 2847-2013, seperti yang ditunjukan oleh Tabel 2.7.:

Tabel 2.5. Tebal Pelindung Beton untuk Tulangan Baja

Tebal Selimut Beton (mm) a. Beton yang dicor diatas dan selalu berhubungan

dengan tanah

b. Beton yang berhubung dengan tanah atau cuaca:

-Baja tulangan D19 hingga D57

-Baja tulangan D16 dan yang lebih kecil

c. Beton yang tidak berhubungan dengan cuaca atau berhubungan dengan tanah:

Slab, dinidng, balok anak:

-Baja tulangan D44 dan D57

-Baja tulangan D36 dan yang lebih kecil Balok, kolom:

-Tulangan utama, pengikat, sengkang, spiral Komponen struktur cangkang, pelat lipat:

-Baja tulangan D19 dan yang lebih besar -Baja tulangan D16 dan yang lebih kecil

75

50 40

40 20

40

20 13 Sumber: SNI 2847-2013

2.1.4 Provisi Keamanan Baja

Baja struktur memiliki kuat tarik dan kuat desak berkisar antara 300 MPa sampai 2000 MPa. Berdasarkan SNI 1729-2015: Spesifikasi baja untuk bangunan gedung, desain struktur baja harus dibuat sesuai dengan Desain Faktor Beban dan Ketahanan (DBFK) atau Desain Kekuatan Izin (DKI). Ketentuan kuat perlu (U) komponen struktur dan sambungan harus ditentukan memalui struktur untuk kombinasi beban yang sesuai dengan peraturan bangunan gedung yang berlaku, seperti pada Tabel 2.8.:

commit to user commit to user

(8)

Tabel 2.6 Kombinasi Faktor Beban Kuat Perlu (U) Macam

Kombinasi Kombinasi Faktor Beban untuk Menghitung Kuat Perlu (U)

1 U =1,4D

2 U = 1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R)

3 U = 1,2D + 1,6(Lr atau R)

4 U = 1,2D + 1,0W + 1,0L + 0,5(Lr atau R)

5 U = 1,2D + 1,0E + 1,0L

6 U = 0,9D + 1,0W

7 U = 0,9D + 1,0E

Sumber: SNI-1727-2013 Keterangan :

D = Beban mati L = Beban hidup R = Beban hujan

Lr = Beban hidup di atap W = Beban angin

E = Beban gempa

Desain yang sesuai dengan ketentuan untuk desain faktor beban dan ketahanan (DFBK) memenuhi persyaratan spesifikasi ini bila kekuatan desain setiap komponen struktural (kuat desain) sama dengan atau melebihi kekuatan perlu yang ditentukan berdasarkan kombinasi beban, maka desain harus sesuai dengan persamaan:

Ru ≤ Φ Rn

Keterangan:

Ru = Kuat perlu dengan menggunakan kombinasi beban DFBK Rn = Kuat nominal

Φ = Faktor ketahanan ΦRn = Kuat desain

commit to user commit to user

(9)

Tabel 2.7 Faktor Ketahanan pada Baja

Komponen Struktur Faktor Ketahanan Baja (Φ)

Lentur tanpa beban aksial 0,90

Komponen struktur yang memikul gaya tekan

aksial 0,85

Komponen struktur yang memikul gaya tarik a. Terhadap kuat tarik leleh

b. Terhadap kuat tarik fraktur

0,90 0,75 Komponen struktur yang memikul gaya aksi-aksi

kombinasi

a. Kuat lentur atau geser b. Kuat tarik

c. Kuat tekan

0,90 0,90 0,85 Komponen struktur komposit

a. Kuat tekan

b. Kuat tumpu beton

c. Kuat lentur dengan distribusi tegangan plastis d. Kuta lentur dengan distribusi tegangan elastis

0,85 0,60 0,85 0,90

Sambungan baut las 0,75

Sambungan las

a. Las tumpul penetrasi penuh

b. Las sudut, las tumpul penetrasi sebagian, las pengisi

0,90 0,75

Sumber: SNI-1729-2015

Berdasarkan SNI-1729-2015 baja memiliki sifat-sifat mekanis sebagai berikut:

a. Sifat mekanis baja struktural berdasarkan tegangan putus dan tengangan leleh yang harus digunakan dalam perencanaan harus memenuhi klasifikasi yang diberikan padaa Tabel 2.10. :

commit to user commit to user

(10)

Tabel 2.8 Sifat Mekanis Baja Struktural Jenis Baja Tegangan Putus

Tarik Fu (MPa)

Tegangan Leleh Leleh Fy (MPa)

Peregangan Minimum (%)

BJ-34 340 210 22

BJ-37 370 240 20

BJ-41 410 250 18

BJ-50 500 290 16

BJ-52 520 360 14

BJ-55 550 410 13

b. Sifat-sifat mekanis baja struktural lainnya untuk perencanaan suatu bangunan ditetapkan sebagai berikut:

Modulus elastis (E) = 200.000 MPa Modulus geser (G) = 80.000 MPa Rasio Pisson (µ) = 0,3

Koefisien pemuaian (α) = 12 x 10-6/C

2.2 Perencanaan Struktur Atap

2.2.1 Perencanaan Kuda-kuda

1. Pada perencanaan atap ini, beban yang bekerja adalah a. Beban mati

b. Beban hidup c. Beban angin 2. Asumsi Perletakan

a. Tumpuan sebelah kiri adalah rol b. Tumpuan sebelah kanan adalah sendi 3. Analisis struktur

4. Perencanaan tampang menggunakan peraturan SNI-1729-2015

5. Untuk perhitungan dimensi profil rangka kuda kuda menggunakan peraturan SNI 1729-2015

commit to user commit to user

(11)

1) Batang tarik

 Saat kondisi leleh:

φPn = 0,9 x Ag x fy

 Saat kondisi fraktur:

An = Ag – n x d x t φPn = 0,75 x An x U x fu

dari 2 kondisi diatas diambil yang terkrcil, maka:

Safe Factor (SF) =

Pnu

P < 1 …….(aman)

2) Batang tekan

Komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris, akibat beban terfaktor Nu, maka harus memenuhi:

Pu < c x Pn

Daya dukung nominal Nn dihitung sebagai berikut:

Pn =  x Ag x Fcr = Ag x

fy

Periksa kelangsingan penampang :

t fy b

w

 200

E fy r c kL

2

 

Apabila = λc ≤ 0,25 ω = 1

0,25 < λc < 1,2 ω

x 0,67 - 1,6

1,43

s

λc ≥ 1,2 ω 1,25 x s2

Dengan Safe Factor (SF)

1

n u

P P

 ……. (aman)

commit to user commit to user

(12)

2.2.2 Perhitungan Alat Sambung

Alat sambung yang digunakan dalam perencanaan rangka atap baja adalah baut, sesuai dengan SNI 1729-2015 suatu baut yang memikul beban terfaktor harus memenuhi persyaratan Ru ≤ ϕRn. Dengan Rn adalah tahanan nominal baut sedangkan ϕ adalah faktor reduksi yang diambil sebesar 0,75.

 Tahanan Geser pada Baut Rn = n x r1 x Ab x

Dengan r1 = 0,5 (untuk ulir di luar bidang geser) r1 = 0,4 (untuk ulir pada bidang geser)

= Tegangan tarik putus baut

Ab = Luas bruto baut pada daerah tarik berulir

 Tahanan Tarik pada Baut Rn = 0,75 x Ab x

Dengan = Tegangan tarik putus baut

Ab = Luas bruto baut pada daerah tarik berulir

 Diameter Lubang

Diameter nominal dari suatu lubang harus memenuhi syarat:

+ 2 mm

 Tata Letak Baut

Jarak minimum antar baut ≥

Jarak maksimum antar baut ≤ atau 200 mm

≤ atau 200 mm Jarak tepi minimum ≥

Jarak tepi maksimum ≤ atau 150 mm

commit to user commit to user

(13)

2.3 Perencanaan Tangga

a. Pembebanan

 Beban mati

 Beban Hidup = 300 kg/m2 b. Asumsi Perletakan

 Tumpuan bawah adalah jepit

 Tumpuan tengah adalah sendi

 Tumpuan atas adalah jepit

c. Analisa struktur pada perencanaan tangga menggunakan program SAP 2000.

d. Perencanaan tampang menggunakan peraturan SNI 2847-2013.

e. Perhitungan untuk penulangan tangga.

Dimana  = 0,9

m f c

fy ' x 85 ,

 0

Rn 2

x d b

Mn

 = 



  

fy Rn x m x 1 2 m 1

1

b = 

 

fy fy

fc

600 x 600 x x

85 ,

0 

max = 0,75 x b

min <  < maks tulangan tunggal

 < min dipakai min = 0,0025 Luas tampang tulangan

As = ada x b x d

commit to user commit to user

(14)

Luas tampang 1 tulangan As1tulangan = ¼ x  x D2 Jumlah tulangan n

tulangan

As As

1

 Menentukan jarak antar tulangan Jarak Tulangan

As As1tulangan.1000

Jarak maksimum tulangan = 2 x h

Dari kedua rumus tersebut ditinjau apakah jarak tulangan memenuhi syarat atau tidak (tidak lebih besar dari jarak maksimum tulangan). Apabila melebihi digunakan jarak tulangan maksimum.

 Perhitungan tulangan pembagi Luas tulangan pembagi

As = 20% x As total Luas 1 tulangan pembagi As1tulangan = ¼ x  x D2 Jarak antar tulangan

As As1tulangan.2000

Jarak maksimum tulangan = 2 x h

2.3.1 Perhitungan Pondasi Tangga a. Pembebanan

Pada perencanaan pondasi ini, beban yang bekerja adalah :

 Berat telapak pondasi

 Berat tanah

 Berat kolom

 Berat tangga

b. Asumsi Perletakan : tumpuan jepit

c. Analisa struktur pada perencanaan tangga menggunakan program SAP 2000 commit to user commit to user

(15)

 Cek Dimensi Pondasi A =

tanah

Pu

L =

 Kontrol Tegangan Tanah e =

< 1/6.B...(OK)

tanah max =

B L

 

3 x

12 L 1

2 M 1

A =

B



L2

6 1

M u

A < σ tanah … (OK)

tanah min =

B

 

L3

12 1

2 M u L

A =  B

 

L2

6 1

M u

A > 0 … (OK)

 Hitungan Tulangan Lentur

q =

W M u L

B 

Pu

Mu = ½ x (B x qu) x l2

Perhitungan untuk penulangan tangga.

Dimana  = 0,90 (Sumber : SNI 2847 – 2013)

m

f c

fy ' 85 ,

 0

Rn 2

.d b

Mn

 = 



    

fy Rn m 1 2

m 1 1

commit to user commit to user

(16)

b = 

 

 

fy 600 . 600 fy .

fc . 85 , 0

max = 0,75 x b

min < ada < maks tulangan tunggal

 < min dipakai min

2.4 Perencanaan Plat Lantai

1. Pembebanan : a. Beban mati

b. Beban hidup : 250 kg/m2 2. Asumsi perletakan : jepit

3. Analisis struktur menggunakan tabel momen

4. Perencanaan tampang menggunakan SNI-2847-2013 Menentukan tebal plat (hmin) (Tabel 9.5(a)- halaman 70) hmin = L/24 x (0,4 + fy/700)

Menghitung beban plat berdasarkan PPPURG 1987 dengan meninjau beban ultimate

qU = 1,2 qD + 1,6 qL

Penentuan tipe skema pembebanan = Lx Ly

Menghitung Momen

Mlx = 0,001 . qu . Lx2 . x x = koefisien momen plat di tabel Mly = 0,001 . qu . Lx2 . x

Mtx = - 0,001 . qu . Lx2 . x Mty = - 0,001 . qu . Lx2 . x (Sumber: PBI 1971)

commit to user commit to user

(17)

Perhitungan penulangan pada plat adalah sebagai berikut : dx = h – p – ½ Ø

dy = h – p – Ø – ½ Ø As = T = As x fy

a =

Mn = )

2.5 Perencanaan Portal 2.5.1 Perencanaan Balok

a. Pembebanan

 Beban mati

 Beban hidup: 250 kg/m2 b. Analisis struktur.

c. Perencanaan tampang menggunakan peraturan SNI 2847-2013.

d. Perhitungan tulangan:

 Perhitungan tulangan lentur:

dimana,  = 0,9

m =

Rn =

c y

xf f

' 85 , 0

bxd2

Mn

commit to user commit to user

(18)

 = 



  

fy Rn x m x 1 2 m 1

1

b = 

 

fy fy

xfc

600 . 600 85 .

,

0 

max = 0,75 x b

min <  < maks tulangan tunggal

 < min dipakai min = 0,0025 Luas tampang tulangan

As = ρ min x b x d

 Perhitungan tulangan geser ϕVn ≥ Vu

Dengan:

Vu = gaya geser berfaktor pada penampang yang ditinjau (dari gambar SFD)

ϕ = faktor reduksi untuk geser

Vn = kuat geser nominal dari penampang (beton bertulang), yang dihitung dari:

Vn = Vc + Vs

Dengan:

Vc = kuat geser nominal yang disediakan oleh beton

Vs = kuat geser nominal yang disediakan oleh tulangan geser (sengkang)

Untuk struktur yang dibebani oleh lentur dan geser, Vc dihitung dengan:

Dengan:

= 1 (beton normal) bw = lebar balok (mm) d = tinggi efektif (mm)

Nilai ≤ 8,3 MPa commit to user commit to user

(19)

Untuk struktur yang dibebani oleh aksian tekan, maka Vc dihitung dengan:

Jika Vu melebihi ϕVc maka perencanaan harus menggunakan tulangan geser, dengan persamaan:

dengan syarat ϕVc ≤ Vu ≤ 3ϕVc

≤ 600 mm

atau 3ϕVc ≤ Vu ≤ 5ϕVc

≤ 300 mm

Jika ϕVc melebihi Vu maka perencanaan tidak memerlukan tulangan geser.

2.5.2 Perencanaan Kolom

a. Pembebanan

Pada perencanaan kolom ini, beban yang bekerja adalah :

 Beban mati (berat sendiri)

b. Analisa struktur pada perencanaan tangga menggunakan program SAP 2000 e. Perhitungan tulangan:

 Perhitungan tulangan kolom

Berat Kolom = lebar × tebal × BJ beton Pu = perhitungan aksial SAP 2000 Mu = perhitungan momen SAP 2000

d = h – s – Øsk – ½ Dtul d’ = s – Øsk – ½ Dtul

e =

Pu Mu

e min = 0,1 x h commit to user commit to user

(20)

Cb = d fy

 600

600

ab = β1 x cb

fs’ = (  ')600 cb

d

cb

Syarat tulangan kolom adalah 1% sampai 8% dari luas bruto (Ag).

Dipakai luas memanjang 1% × Ag : Ast = 1 % × Ag

Sehingga, As = As’

As = 2 Ast

 Menghitung jumlah tulangan : n

tulangan

As As

1

Asada = n ¼ d2

 Analisis keruntuhan, dengan n tulangan sebanyak buah : As = n0,25d2

Ts = As fytul

As’ = n0,25d2 Cs = As’ fs

Cc = 0,85 f’cabb

 Periksa jenis keruntuhan : Pnb = Cc + Cs – Ts

Mnb = Ts )

( h2

d  + Cc ) 2

(2hab – Cs ') (2hd

eb =

Pnb

Mnb commit to user commit to user

(21)

Jika e < eb maka terjadi keruntuhan tekan Jika e > eb maka terjadi keruntuhan tarik

 Perhitungan untuk keruntuhan tekan : Pn =

+

) Syarat aman :

ɸPn > Pu...(Aman terhadap keruntuhan tekan) (Sumber: SNI 03-2847-2002, Pasal 24.5 ayat 2)

 Perhitungan untuk keruntuhan tarik :

Pn = 0,85 f’c b  [ –e) +

] Syarat aman :

ɸPn > Pu...(Aman terhadap keruntuhan tarik) (Sumber: SNI 03-2847-2002, Pasal 24.5 ayat 2)

2.6 Perencanaan Pondasi Telapak

1. Pembebanan : Beban aksial dan momen dari analisa struktur portal akibat beban mati dan beban hidup.

2. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI-2847-2013.

Perhitungan kapasitas dukung pondasi :

yang terjadi = 2 BL 6M BL 

yang terjadi <  Ijin tanah . . . . .(Aman)

commit to user commit to user

(22)

Sedangkan pada perhitungan tulangan lentur

Gambar 2.1 Pembebanan pada Pondasi Telapak

= 0,75 x

Tulangan tunggal Dipakai

b

commit to user commit to user

(23)

Luas tampangan tulangan

Perhitungan tulangan geser :

(perlu tulangan geser)

(perlu tulangan geser minimum)

(tidak perlu tulangan geser)

(pilih tulangan terpasang)

(pakai perlu)

commit to user commit to user

Gambar

Tabel 2.2. Koefisien reduksi beban hidup
Tabel 2.3. Kombinasi Faktor Beban Kuat Perlu (U)  Macam
Tabel 2.4. Faktor Reduksi Kekuatan (Φ)
Tabel 2.5. Tebal Pelindung Beton untuk Tulangan Baja
+5

Referensi

Dokumen terkait

Banyaknya jasa yang ditawarkan oleh KAP Hendrawinata Eddy Siddharta &amp; Tanzil kepada perusahaan maupun kepada publik menyebabkan peneliti tidak dapat menelaah satu per

Wisma Atlet dan Training Center Sepak Bola menggunakan sistem bangunan tinggi dengan tinggi lebih dari 4 lantai, dengan melihat ketinggian bangunan maka penggunaan yang tepat untuk

Sistem pakar merupakan salah satu cabang kecerdasan buatan yang mempelajari bagaimana mengadopsi cara seorang pakar berpikir dan bernalar dalam menyelesaikan suatu permasalahan,

Sequence Diagram : Administrator Membuat Daftar Data Kategori .... Sequence Diagram : Administrator Mengubah data Kategori

Sedangkan pada penelitian yang kedua, pendekatan yang sama dilakukan untuk melakukan ekstraksi plat nomor yaitu dengan operasi morfologi dilataion dan opening

Manfaatnya adalah mempermudah untuk memberikan dan mendapatkan informasi jadwal mata kuliah bagi dosen dan mahasiswa penelitian ini juga membahas perancangan antar

Kedua, Proses akomodasi konvergensi dalam komunikasi di Karangturi Group Purwokerto terbangun ketika kalangan etnis Cina, yang terdiri dari pemilik. dan pimpinan perusahaan,

APMK juga disertai dengan soal – soal latihan yang dibuat berdasarkan pembelajaran dalam modul, dan juga terdapat fungsi media yang berisi video – video yang memutar lagu –