• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR ( PSBB ) DI KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR ( PSBB ) DI KABUPATEN GOWA"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR ( PSBB ) DI KABUPATEN GOWA

Disusun dan Diusulkan oleh:

Asdir

Nomor Stambuk: 105641117617

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN IIMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MAKASSAR 2021

(2)

SOSIAL BERSKALA BESAR ( PSBB ) DI KABUPATEN GOWA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diusulkan oleh:

Asdir

Nomor Stambuk: 105641117617

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN IIMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MAKASSAR 2021

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Asdir

Nomor Stambuk 105641117617

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah di tulis/dipublikasikan oleh orang lain atau plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku.

Makassar, 23 Februari 2021 Yang menyatakan

Asdir

(6)

ABSTRAK

Asdir 2021. Peran Pemerintah Daerah Dalam Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Di Kabupaten Gowa. Skripsi Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah makassar.

(dibimbing oleh Dr. H. Ansyari Mone dan Hamrun)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Peran Pemerintah Daerah Dalam Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Gowa dan untuk mengetahui bagaimana Hasil Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Gowa. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif dan tipe penelitian yang digunakan adalah deskripsi analisis. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, dislay data/ penyajian data dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. Teknik pengabsahan data yang digunakan adalah triangulasi dengan metode, triangulasi dengan teori, dan triangulasi dengan data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima peran pemerintah daerah Kabupaten Gowa dalam penerapan Pembatasan Social Berskala Besar (PSBB), yaitu peran pemerintah sebagai regulator yang mencakup beberapa kebijakan. Peran pemerintah sebagai dinamisator yaitu bentuk partisipasi dengan memperketat seluruh pintu masuk alias perbatasan di wilayahnya atau dengan kata lain membuat check point. Peran pemerintah sebagai fasilitator dengan memberikan hak dan kewajiban memperoleh perlakuan dan pelayanan dari pemerintah daerah.

Peran pemerintah sebagai katalisator yaitu berkoordinasi dengan Gugus tugas Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Kabupaten Gowa.

Kata kunci: Peran, Pemerintah Daerah, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Pemerintah Daerah Dalam Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Di Kabupaten Gowa.”

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Ansyari Mone, M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Hamrun, S.IP, M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya dalam membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari penyusunan proposal hingga penyelesain skripsi ini.

2. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

(8)

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu kepada penulis selama menempuh perkuliahan.

5. Kepada kedua orang tua saya ayah Sanuddin dan ibu Mantang beserta keluarga yang sangat berjasa dan senantiasa membesarkan dan memberikan pendidikan sampai pada jenjang saat ini, serta mendoakan dan memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada Dinas terkait, Fitriani, S.Sos, M.m selaku Kepala subbagian otonomi daerah bagian tata pemerintahan setda Kabupaten Gowa yang telah memberikan informasi.

7. Kepada Dinas terkait, Ademirna, S.AK selaku Bagian DAFA TB admin Covid-19 Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa yang telah memberikan informasi.

8. Kepada seluruh teman-teman yang membantu saya dalam menyelesaikan penulisan ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan-kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis selama ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh kerena itu diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umunya.

Makassar, 30 Juni 2021

Asdir

(9)

DAFTAR ISI

Skripsi ...i

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iii

ABSTRAK ...iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II ... 10

TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Peran Pemerintah Daerah ... 12

C. Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB ) ... 16

D. Kerangka Pikir ... 27

E. Fokus Penelitian ... 29

F. Deskripsi Fokus Penelitian ... 29

BAB III ... 31

METODE PENELITIAN ... 31

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 31

B. Jenis Dan Tipe Penelitian ... 31

C. Sumber Data ... 32

D. Informasi Penelitian ... 32

(10)

BAB IV ... 37

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Diskripsi Objek Penelitian ... 37

B. Peran Pemerintah Daerah dalam Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Gowa... 40

C. Hasil Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Gowa ... 67

BAB V... 74

KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN ... 80

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembatasan sosial berskala besar yang sering di singkat dengan PSBB adalah peraturan yang di terbitkan kementerian kesehatan ( kemenkes ) dalam rangka percepatan penanganan covid-19 agar dapat segera di laksanakan di berbagai daerah, aturan PSBB tercatat dalam peraturan menteri kesehatan nomor 9 tahun 2020. Sekretaris jenderal kementrian kesehatan Oscar Primadi dalam keterangan tertulisnya mengatakan PSBB melingkup pembatasan sejumlah kegiatan penduduk tertentu dalam suatu wilayah yang di duga terinfeksi covid-19, pembatasan tersebut meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial budaya, pembatasan moda transportasi, dan pembatasan kegiatan lain khususnya terkait aspek pertahanan dan keamanan (Endang & Sulasih, 2020).

Terbitnya peraturan pemerintah tersebut juga di karenakan adanya peningkatan jumlah kasus penyebaran covid-19 hingga lintas negara sehingga berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, kesejahteraan masyarakat indonesia. Pembatasan sosial berskala besar adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang di duga terinfeksi covid-19. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di

(12)

melakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) atau dengan kata lain pembatasan pergerakan orang atau barang dalam satu provinsi atau kabupaten/kota tertentu (muh. hasrul, 2019).

Berdasarkan kepada konteks implementasi kebijakan PSBB yang mana seluruh masyarakat menjadi objek atau sebagai kelompok sasaran, serta di dasarkan kepada tingkat penyebaran covid-19 yang berbeda antar satu daerah dengan daerah lainnya, maka implementasi kebijakan PSBB lebih menekankan kepada kewenangan pemerintah daerah sebagai unsur pelaksana yang lansung berhadapan dengan masyarakat setelah wilayah tersebut disetujui oleh menteri kesehatan untuk melaksanakan PSBB. Pemerintah daerah melalui aparatur pemerintahannya berkewajiban melaksanakan kebijakan PSBB dengan bekerja bersama-sama dengan unsur lainnya seperti dengan unsur kepolisian dan unsur tentara nasional indonesia (Herdiana, 2019).

Kreteria wilayah yang menerapkan PSBB adalah memiliki peningkatan jumlah kasus dan kematian akibat penyakit covid-19 secara signifikan dan cepat serta memiliki kaitan epidemiologis dengan kejadian serupa di wilayah atau negara lain. Masa berlakunya PSBB mengalami beberapa kali perpanjangan hal ini juga yang membuat hati masyarakat tidak menentu, artinya tidak ada kepastian sampai kapan penerapan PSBB akan di berlakukan (Endang &

Sulasih, 2020).

Pemerintah pusat bersama seluruh instansi dan pihak yang bertugas untuk memerangi covid-19 lebih fokus dan sangat gencar serta konsistem dalam pemkampanyekan tata cara atau regulasi bagaimana PSBB dapat di terapkan

(13)

dan di patuhi pelaksanaanya oleh masyarakat dengan tertib agar berhasil menekan laju penyebaran covid-19. Semenjak kebijakan PSBB di umumkan oleh pemerintah pusat di ikuti berita penerapan di berbagai wilayah di indonesia, seluruh media massa baik koran, radio, hingga televisi secara terus menerus mengkampanyekan penerapan PSBB (Admiration & Teknik, 2020).

Pada saat konferensi pers tersebut, presiden jokowi juga menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak boleh menerapkan kebijakan sendiri-sendiri di wilayahnya yang tidak sesuai dengan protokol pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pihak swasta harus tunduk pada PSBB yang di tentukan oleh pemerintah pusat, apabila tidak mematuhi atau menghalang-halangi penyelenggaraan PSBB maka dapat di jerat dengan sanksi pidana. Padahal sejak awal kasus covid-19 muncul di wuhan, tiongkok, pemerintah pusat di indonesia tidak mendeklarasikan apapun kepada khalayak ramai. Namun jika di lihat dari para pemimpin daerah, ternyata lebih siap dalam menghadapi kasus covid-19 ini, hal tersebut membuat terlihat kurangnnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam hal ini membuat kebijakan, bahkan kebijakan yang di keluarkan pemerintah pusat dan daerah sering kali mengalami tumpang-tindih (Ristyawati, 2020).

Pemerintah daerah menjadi unsur yang paling bertanggung jawab di wilayahnya dalam penanganan covid-19, kepala daerah di haruskan membuat keputusan teknis yang mana tidak boleh bertentangan dengan peraturan pemerintah pusat. Hal ini menjadi sebuah persoalan di tingkat pemerintah

(14)

sesuai dengan peraturan pusat, sebagai contoh pemerintah kabupaten tegal yang sempat melakukan tindakan local lockdown tanpa persetujuan pemerintah pusat kebijakan teknis menuai persoalan tindakan yang di lakukan oleh pemerintah kabupaten tegal tersebut dari perspektif keilmuan kebijakan publik di namakan sebagai diskresi kebijakan. Diskresi kebijakan lazim di lakukan jika keadaan darurat sehingga harus mengambil keputusan taktis, setiap kepala daearah telah melakukan berbagai kebijakan teknis dalam rangka menangani covid-19.

Kewenangan kepala pemerintah daerah sebaiknya di berikan lebih, hal ini di kerenakan pemerintah daerah lebih memahami kondisi yang ada di daearh sehingga upaya taktis dapat di lakukan dengan maksimal (Pramono & Raharjo, 2020).

Dalam implementasinya penerapan PSBB tidak mempunyai implikasi hukum di karenakan tindakan ini hanya berbentuk sebuah himbauan kepada masyarakat dan di perkuat lagi dengan tidak adanya sanksi atau upaya hukum lebih lanjut dalam PP No. 21/2020 demikian pula opsi PSBB ini juga tidak terlalu menggangu aspek ekonomi dan daya beli masyarakat secara umum.

Kegiatan tersebut hanya membatasi aspek-aspek secara umum saja seperti dengan meliburkan sekolah, membatasi waktu tempat kerja dengan menggunakan metode work from home (WFH) membatasi kegiatan-kegiatan agama dan/atau membatasi kegiatan masyarakat di tempat atau fasilitas umumyang artinya, tindakan PSBB ini masih tetap mengakomodasikan pergerakan masyarakat namun masyarakat masih tetap dapat melaksanakan

(15)

kegiatan sehari-hari, hanya kegiatan-kegiatan tertentu yang di batasi (Lantika et al., 2020).

Apabila di lihat beberapa tinjauan kebijakan PSBB yang di pilih pemerintah dalam menyikapi covid-19 yang ada saat ini, memang masih dalam proses pelaksanaan namun memang di beberapa daerah di indonesia juga ada yang mengalami perkembangan dengan kebijakan yang ada. Tetapi jika di kaitkan dengan amanat undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945, kebijakan PSBB banyak yang kurang efektif karena pasti masyarakat merasa bahwa belum mendapatkan perlindungan hukum dalam hal ini yaitu kebijakan yang ada yang di buat oleh pemerintah saat ini, terutama berkaitan dengan tanggung jawab negara terhadap kesehatan masyarakat dan tenaga medis khususnya yang ada pasal 28 H ayat (1) dan pasal 33 ayat (3) yang menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan adalah hak setiap orang yang menjadi tanggungjawab negara atau penyediaannya (Ristyawati, 2020).

Masalah ketertiban umum dan ketentraman masyarakat merupakan suatu kebutuhan dasar yang senantiasa di harapkan masyarakat dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari. Oleh karenanya masyarakat sangat mendambakan adanya keyakinan akan aman dari segala bentuk perbuatan, tindakan dan intimidasi yang mengarah dan menimbulkan hal-hal yang akan merusak tatanan kehidupan bermasyarakat yang di lakukan oleh orang- perorangan dan atau pihak-pihak tertentu lainnya (Suprayetno, 2014).

Untuk dapat di terapkan pembatasan sosial berskala besar suatu wilayah

(16)

dan/atau jumlah kematian akibat penyakit meningkat dan menyebar secara signifikan dan cepat ke beberapa wilayah dan terdapat kaitan epidemiologis dengan kejadian serupa di wilayah atau negara lain. Secara mekanisme syaratnya dapat di jabarkan bahwa beberapa kreteria yang telah di sebutkan harus di ajukan oleh kepala daerah, baik gubernur/bupati maupun walikota dengan mengajukan data adanya peningkatan jumlah kasus, adanya peningkatan jumlah penyebaran menurut waktu serta adanya kejadian transmisi lokal, data tersebut kemudian harus di sertai dengan adanya kurva epidemiologi yang menyatakan telah terjadinya penularan di wilayah tersebut, selain itu dalam mengajukan permohonan PSBB, kepala daerah perlu menyampaikan informasi mengenai kesiapan daerah tentang aspek ketersediaan kebutuhan hidup dasar rakyat, sarana prasarana kesehatan, anggaran dan operasionalisasi jaring pengaman sosial dan aspek keamanan (Ristyawati, 2020).

Kementrian kesehatan (kemenkes) menyetujui usulah pemerintah kabupaten gowa sulawesi selatan memutus mata rantai penularan virus corona jenis baru (covid-19) melalui penerapan PSBB. Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan mengatakan penerapan PSBB memang sudah harus di lakukan dengan melihat perkembangan penyebaran setiap waktu di daerah, sebelumnya pemerintah Kabupaten Gowa sudah melakukan penerapan pembatasan sosial berskala kecil (PSBK) tetapi jumlah penderita, baik OPD, PDP, dan positif covid-19 tetap mengalami peningkatan sehingga peningkatan harus di lakukan dengan PSBB. Sebelum penerapan PSBB di Kabupaten Gowa pemerintah telah mempersiapkan segala sesuatu terkait dengan pelaksanaan PSBB di wilayah

(17)

daerah Gowa, salah satunya menyiapkan posko di seluruh perbatasan kabupaten Gowa hal ini mengingat kabupaten Gowa berbatasan lansung dengan delapan kabupaten/kota di wilayah Sulawesi Selatan.

Pemerintah Kabupaten Gowa mulai menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) level pertama selama 14 hari terhitung dari tanggal rabu 29 april hingga 12 mei 2020, hal ini di lakukan guna pencegahan penyebaran wabah covid-19, pada penerapan PSBB hari pertama ini akses keluar masuk di Kabupaten Gowa di perketat sejumlah petugas gabungan melakukan pemeriksaan terhadap kendaraan bermotor yang melewati titik pemeriksaan di berbatasan Kabupaten Gowa dan Makassar, Sulawesi Selatan, sebelum penerapan PSBB di Kabupaten Gowa terlebih dulu di lakukan uji coba sekaligus mensosialisasikan kepada masyarakat hal-hal yang dapat di lakukan dan tidak dapat di lakukan selama berjalannya penerapan PSBB. Selain itu pemerintah daerah Kabupaten Gowa juga telah menyiapkan bantuan bagi warga yang terkena dampak PSBB, pemerintah daerah Kabupaten Gowa menyiapkan paket sembako untuk kebutuhan pangan masyarakat selama di lakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ini, apabila penerapan PSBB akan berlansung hinggga 14 ke depan.

Harapan pemerintah daerah Kabupaten Gowa dengan adanya penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Kabupaten Gowa di harapkan dapat memutus rantai penyebaran covid-19 tidak hanya itu masyarakat juga di

(18)

harapkan dapat mematuhi aturan dalam penerapan PSBB agar penerapan PSBB berjalan dengan lancar dan peningkatan kasus covid-19 tidak lagi mengalami peningkatan khususnya di daerah Kabupaten Gowa

Berdasarkan latar belakang tersebut maka hal ini sangat menarik untuk di kaji mengingat peran pemerintah daerah Kabupaten Gowa dalam penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Peran Pemerintah Daerah dalam Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Gowa

2. Bagaimana Hasil Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Gowa

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Peran Pemerintah Daerah dalam Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Gowa

2. Untuk Mengetahui Hasil Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Gowa

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan peneliti baik secara teoritis maupun praktis yaitu:

1. Secara Teoritis

(19)

Penelitian ini di harapkan mampu memberikan sumbangsi pemikiran terhadap dalam Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Gowa

2. Secara Praktis

Penelitian ini di harapkan memberikan saran-saran serta informasi kepada pemerintah daerah Kabupaten Gowa agar lebih maksimal dalam Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Gowa.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu referensi bagi peneliti untuk melakukan penelitian, sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang di gunakan.

Berdasarkan hasil penelusuran berbagai penelitian maupun literatur kepustakaan yang pernah di lakukan sebelumnya, peneliti tidak menemukan pembahasan yang memiliki objek kajian persis serupa dengan penelitian ini.

pada penelitian ini peneliti mencantumkan hasil penelitian yang memiliki relevansi atau keterkaitan dengan penelitian yang akan di lakukan.

Adapun hasil penelusuran beberapa literatur kepustakaan yang di maksud, antara lain:

Matriks penelitian terdahulu

No Nama/tahun Judul Hasil penelitian

1. Diki Suherman, 2020

Peran aktor kebijakan pembatasan sosial berskala besar dalam mengatasi penyebaran covid-19 di indonesia

Kolaborasi 5 unsur yaitu, akademis, pengusaha, masyarakat, pemerintah, dan media massa memberikan pengaruh besar terhadap

(21)

kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

2. Reski Fatma utami, 2020

Efektivitas PSBB dalam menangani pandemi corona

Kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) merupakan salah satu kebijakan di antara beberapa kebijakan lain seperti work from home (WFH) yakni sebagai usaha untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona, kebjakan ini efektiv di lakukan bila semua pihak bisa di ajak kerja sama.

3. Wiranti, Ayun sriatmi, Wulan kusumatuti, 2020

Determinan kepatuhan masyarakat depok terhadap kebijakan pembatasan sosial berskala besar dalam pencegahan covid-19.

Kota depok merupakan wilayah pertama terdeteksinya covid-19 di indonesia dan juga wilayah dengan kasus tertinggi di jawa barat untuk menangani masalah ini maka kebijakan pembatasan sosial berskala besar, namun pada pelaksanaanya masih banyak masyarakat yang tidak

(22)

patuh dan kasus covid-19 semakin meningkat.

Pertama lebih fokus keloborasi akademis, pengusaha, masyarakat, pemerintah, dan media massa memberikan pengaruh besar terhadap kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Penelitian kedua lebih fokus pada kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yakni sebagai usaha untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona kebijakan. Penelitian ketiga lebih fokus pada masyarakat yang tidak patuh kepada pelaksaan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di wilayah tertentu yang semakin meningkatnya penyebaran covid-19.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu di atas, maka dapat di simpulkan bahwa di atas memeliki kesamaan dengan penelitian yang akan di lakukan oleh penulis yaitu membahas mengenai peren pemerintah daerah dalam penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Namum perbedaanya pada penelitian ini, yaitu pada penelitian ini lebih mengarah pada peran pemerintah daerah dalam penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

B. Peran Pemerintah Daerah

Soekanto (2006), menyatakan bahwa dalam sebuah peran terdapat aspek dinamis pada kedudukan (status) terhadap sesuatu. Maknanya terdapat hak dan kewajiban berdasarkan kedudukan yang di peroleh

(23)

seseorang tersebut dalam menjalankan perannya. Merujuk pada kamus besar bahasa indonesia (2010), defini peran adalah:

a) Peran merupakan pemain dalam suatu sandiwara.

b) Peran merupakan bagian yang di mainkan oleh seorang pemain dalam sandiwara.

c) Peran juga merupakan bagian dari tugas utama yang di kerjakan,(Nurrahman, 2020).

Peranan pemerintah daerah sebagai koordinator bilamana di tinjau dari tugas pokok dan fungsi pemerintah daerah sehingga kepala administrasi kabupaten adalah layanan desentralisasi pemerintah daerah untuk bertanggung jawab atas pelaksanaan, koordinasi dan dukungan semua kegiatan layanan pemerintah di tingkat kabupaten khususnya pelaksanaan implementasi dan monitoring kebijakan pembangunan daerah yang di terapkan oleh pemerintah daerah, sejalan dengan ini pemerintah daerah menggunakan wewenang dan kompotensi untuk berperan sebagai koordinator untuk mengkordinir semua kegiatan dan pekerjaan yang ada di daerah dan bagaimana menciptakan perubahan (Soares et al., 2015).

Pemerintah daerah seperti tertuang di dalam pasal 1 angka 1 undang- undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah (UU pemda), adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip negara

(24)

kesatuan republik indonesia sebagaimana di maksud dalam UUD 1945 (Roza, 2018).

Pemerintah daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang di lakukan oleh lembaga pemerintahan daerah itu pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD). Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah memberi penegasan bahwa fungsi pemerintah daerah sebagai badan eksekutif dan DPRD sebagai badan legislatif daerah. Ketegasan berkaitan dengan fungsi kedua lembaga ini memberi manfaat bagi proses demokratisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di daearah, ketegasan fungsi pula ini memungkinkan terjadinya “check and balance” menuju tercapainya tata pemerintahan yang baik (good governance), yakni partisipasi, adil, transparan, dan akuntabel (Taufiqurrahman et al., 2020).

Peran pemerintah daerah tersebut dapat meliputi sebagai berikut:

a. Peran pemerintah sebagai regulator

Peran pemerintah sebagai regulator, yaitu pemerintah menyiapkan arah untuk menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan, indikator ini mencakup peran pemerintah dalam membuat kebijakan, peran pemerintah dalam mempasilitasi kebutuhan kelompok.

b. Peran pemerintah sebagai fasilitator

Peran pemerintah sebagai fasilitator yaitu menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan, indikator ini mencakup peran pemerintah sebagai fasilitator menyediakan sarana

(25)

dan prasarana, menyediakan modal, menyediakan pendidikan dan pelatihan, penyedian penyeluduhan dan pendampingan.

c. Peran pemerintah sebagai katalisator

Peran pemerintah sebagai katalisator yaitu pemerintah berposisi sebagai agen yang mempercepat pengembangan potensi daerah dan negara yang kemudian bias menjadi model sosial untuk membangun partisipasi. Pada indikator ini merespon berbagai kuluhan, melakukan koordinasi (Kabupaten & Utara, 2020).

Pemerintah daerah memiliki peran strategis dalam pembinaan dan pengawasan di daerahnya, karena dalam undang- unddang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah bab 1 tentang ketentuan umum pasal 1 angka 5 menyebutkan urusan pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan presiden yang pelaksanaannya di lakukan oleh kementrian negara dan penyelenggara pemerintah daerah untuk melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat (Hukum etal al., 2018). Peranan pemerintah daerah sebagai koordinator, bilamana di tinjau dari tugas pokok dan fungsi pemerintah daerah sehingga kepala administrasi kabupaten adalah layanana desentralisasi pemerintah daerah untuk bertanggung jawab atas pelaksanaan koordinasi (Soares et al., 2015).

(26)

C. Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB )

Pembatasan sosial berskala besar atau yang lebih akrab di sebut PSBB ini adalah kebijakan dalam membatasi interaksi sosial masyarakat dengan skala yang besar dan menyeluruh. PSBB merupakan pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang di duga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi. Pada akhir maret lalu pemerintah mengeluarkan kebijakan hukum melalui PP nomor 21 tahun 2020 tentang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan keppres nomor 11 tahun 2020 tentang penetapan kedaruratan kesehatan masyarakat, tujuannya mempertegas social distancing agar bisa mendisiplinkan masyarakat dalam rangka percepatan penanganan covid-19 (ahmad fathoni, 2020).

Kebijakan yang di ambil oleh pemerintah dalam penanganan dan pengendalian covid-19 ternyata tidak lput dari pengaruh dan dampak terhadap kapasitas sistem kesehatan, aspek kesedian tempat tidur jumlahnya naik selama periode penerapan PSBB dan PSBB transisi tetapi masih belum proporsional jika di bandingkan jumlah penduduk dan tingginya angka kasus (Psbb & Jakarta, 2020). Kesadaran hukum masyarakat untuk menaati

(27)

pembatasan sosial berskala besar ini menjadi penting karena PSBB tidak berimplikasi secara pidana atau sanksi yang sifatnya memaksa, sehingga peran serta masyarakat sangat di butuhkan guna menekan penyebaran covid- 19 yang angkanya sudah fantasis yang positif (ahmad fathoni, 2020).

Pembatasan sosial berskala besar paling sedikit meliputi:

1. Peliburan sekolah dan tempat kerja

Proses belajar mengajar di sekolah di hentikan untuk di laksanakan di rumah dengan media yang paling efektif. Kegiatan semua lembaga pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan lembaga sejenisnya di batasi dan proses pembelajaran tetap dapat di jalankan melalui media yang paling efektif dengan mengutamakan upaya pencegahan penyebaran penyakit.

Proses bekerja di tempat kerja di batasi dan di ganti dengan proses bekerja di rumah/tempat tinggal untuk menjaga produktivitas/kinerja pekerja, peliburan di kecualikan bagi kantor atau intansi strategis yang memberikan pelayanan terkait pertahanan dan keamanan, ketertiban umum, kebutuhan pangan, bahan bakar minyak dan gas, pelayanan kesehatan, perekonomian, keuangan, komunikasi, industri, ekspor dan distribusi, logistik, dan kebutuhan dasar lainnya.

2. Pembatasan kegiatan keagamaan

Pembatasan kegiatan keagamaan di laksanakan dalam bentuk kegiatan keagamaan yang di lakukan di rumah dan di hadiri keluarga terbatas dengan menjaga jarak setiap orang dengan berpedoman pada

(28)

peraturan perundang-undangan dan fatwa atau pandangan lembaga keagamaan resmi yang di akui oleh pemerintah.

3. Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum

Pembatasan kegiatan di tempat atau fasiltas umum di laksanakan dalam bentuk pembatasan jumlah orang dan pengaturan jarak orang.

4. Pembatasan moda trasportasi

Pembatasan di kecualikan pada sarana trasportasi penumpang baik umum atau pribadi dengan memperhatikan jumlah penumpang dan menjaga jarak antar penumpang serta sarana trasportasi barang dengan memperhatikan pemenuhan dasar penduduk pengaturan lebih lanjut mengenai pembatasan moda trasportasi.

5. Pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan

Pembatasan di kecualikan pada kegiatan aspek pertahanan dan keamanan dalam rangka menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah dan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpa darah indonesia dari ancaman dan gangguan serta mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan tetap memperhatikan pembatasan kerumunan orang serta berpedoman kepada protokol dan peraturan perundang- undangan.

Akibat dari pemberlakuan PSBB banyak kegiatan bisnis tiba-tiba terhenti para pedagang tidak lagi dirubung pemebeli, kegiatan bisnis baik individu atau keluarga, industri maupun negara menjadi tidak dapat lagi

(29)

melakukan kegiatan dan operasionalnnya secara normal. Mall, restoran dan hotel tidak beroperasi, perdanganan sepi, dan tentu banyak usaha merugi, tenaga marketing tidak dapat lagi memenuhi target penjualan, beberapa perusahaan menyikapi dengan melakukan pemutusan hubungan kerja atau para pekerja di rumahkan sementara yang mengakibatkan tidak lagi mempunyai penghasilan atau berkurangnya penghasilan (Wahyuni, 2020).

Banyaknya pergerakan anggota masyarkat ini tidak sepenuhnya dapat di salahkan mengingat adanya status PSBB ini membuat masyarakat dalam posisi yang dilematis, antara memenuhi tuntunan kebutuhan hidup atau mentaati kebijaka penanggulangan penyebaran covid-19 apalagi pada PSBB tidak ada pembebanan tanggung jawab bagi pemerintah terhadap pemenuhan kebutuhan dasar rakyat. Berbeda dengan kebijakan karantina wilayah pemenuhan kebutuhan dasar orang bahkan makanan hewan ternak menjadi tanggung jawab pemerintah sebagaimana diatur dalam pasal 55 UU No. 8 tahun 2018, pada kebijakan PSBB pemerintah hanya sekedar di bebankan untuk mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan dasar penduduk jadi tidak ada kewajiban pemerintah untuk memenuhinya, itulah sebabnya sejak awal pemerintah tidak hendak memberlakukan kebijakan karantina wilayah mengingat beban anggaran negara yang minim (Covid, 2020).

PSBB ini di tujukan untuk mendukung adanya kekarantinaan kesehatan agar penyebaran virus tidak semakin meluar, kekarantinaan kesehatan adalah upaya mencegah dan menangkal keluar atau masuknya

(30)

menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat, penyelenggaraan kekarantinaan ksehatan bertujuan untuk:

a. Melindungi masyarakat dari penyakit dan/atau faktor resiko kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat

b. Mencegah dan menangkal penyakit dan/atau faktor resiko kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat

c. Meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan masyarakat dan d. Memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dan

petugas kesehatan.

Dalam rangka melakukan tindakan mitigasi faktor resiko di wilayah pada situasi kedaruratan kesehtan masyarakat di lakukan karantina rumah, karantina wilayah, karantina rumah sakit, atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB) oleh pejabat karantina kesehatan (Stini, 2020).

Pemerintah memberikan segala kebijakan penuh untuk mengatur agar pandemi ini segara berakhir namun tidak jarang bagi masyarakat yang melanggar kebijakan-kebijakan yang sudah di buat oleh pemerintah, penggerakan aparat juga sudah marak di lakukan mereka saja sampai kewalahan oleh masyarakat yang tidak menghargai peraturan di katakan bahwa setiap masyarakat yang tidak mengikuti aturan PSBB khususnya bagi pengendara akan di kenakan surat peringatan, aturan mengenai denda maupun sanksi terhadap pelanggaran sudah tersirat, namun kesadaran

(31)

masyarakat untuk senantiasa menaati aturan belum bisa dikatakan sebagai hal yang semprna.kebijakan pemerintah pada dasarnya di tujukan kepada seluruh masyarakat secara luas, kebijakan pemerintah dibuat tidak lain untuk mendukung suatu uasaha ke jalan yang lebih baik, kita dapat melihat segala kebijakan yang di keluarkan dalam masa pandemi ini.

Kita sebagai masyarakat tentunya harus memiliki kesadaran dan bekerja sama agar pandemi ini segera berakhir, covid-19 merupakan masalah yang saat ini perlu kita tuntaskan karena virus ini terus menerus memberikan dampak buruk bagi masyarakat global, himbauan yang di lakukan pemerintah sekaligus WHO harus tetap kita laksanakan dan di jadikan sebagai pembelajaran guna memulai suatu hidup sehat, dengan melakukan physical distancing dalam beberapa kurun waktu kedepan akan membantu kita kita dalam menuntaskan segala kekacauan ini, pelaksanaan physical distancing bukan untuk memutus hubungan persaudaraan namun ini di lakukan untuk kebaikan bersama.

Sebagai negara yang baik penting bagi kita untuk memahami segala kebijakan yang di berikan oleh pemerintah, semua ini tentu di lakukan agar kita bisa kembali ke dalam hidup yang normal dengan segala aktivitas, kita mengetahui bahwa covid-19 ini sangat memberikan perubahan besar bagi globalisasi dunia pandemi ini bkan hanya menyerang manusia, namun menyerang juga segala sistem di setiap negara, selain sistem negara pandemi ini juga memberikan kekacauan bagi negara dalam segara sisi,

(32)

segara aspek itu antara lain dalam bidang ekonomi,sosial, bahkan politik (Septiadi, 2020).

Penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) meliputi:

a. Kunci keberhasilan PSBB

Masyarakat di harapkan sebagai kunci dari keberhasilan pelaksanaan PSBB serta mampu untuk memutus mata rantai penyebaran virus covid-19, terutama mempuntai kesadaran hukum dengan mendisiplin diri sendiri untuk taat kepada apa yang menjadi himbauan, petunjuk, atau arahan yang sudah di tetapkan pemerintah, misalnya dengan menggunakan masker, work from home, social distancing, physial distancing, tetap di rumah dan sebagainya jika himbauan ini di lakukan berdasarkan kesadaran diri sendiri tanpa adanya tekanan, paksaan, atau perintah dari luar maka akan melahirkan perilaku yang patut terhadap aturan yang telah di tetapkan dengan berjalannya kesadaran hukum di masyarakat maka hukum tidak perlu menjatuhkan sanksi.

b. Sanksi pelanggaran PSBB

Ada berbagai ancaman sanksi yang dapat di jatuhkan terhadap pelanggar PSBB yang di atur dalam berbagai peraturan perundang- undangan yang ada, antara lain undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular, undang-undang No. 6 tahun 2018 tentang karantina kesehatan serta peraturan pemerintah No. 21 tahun 2020 tentang pembatasan sosial bersakal besar (PSBB) dalam rangka percepatan penanganan corona virus disease 2019 (covid-19). Selain itu juga ada

(33)

maklumat dari kepolisian republik indonesia nomor: mak/2/III/2020 tentang kepatuhan terhadap kebijakan pemerintah dalam penanganan penyebaran virus corona dengan menyertakan ancaman pidana yang terdapat dalam pasal 212 dan/atau pasal 218 KUHP. Namun demikian ancaman sanksi tersebut tidak akan berarti apa-apa jika tidak tidak di ikuti dengan kesadaran hukum dari masyarakat, karena hukum hanyalah sebuah saran atau tool yang dalam mencapai tujuannya sangat tergantung pada mereka yang mengendalikan hukum dan melaksanakn hukum tersebut

c. Dampak PSBB

1. Dampak sosial dan budaya

a. hilangnya budaya gotong royong dan kebersamaan b. hilangnya budaya jabat tangan

c. menciptakan individualisme d. meningkatnya angka kejahatan e. sepinya tempat wisata dan hiburan

f. sepinya perayaan hari-hari besar nasional maupun keagamaan 2. Dampak ekonomi

a. tidak sedikit PHK

b. menurun volume dan omset penjualan c. menurun jumlah pembeli UMKM d. bahan pokok naik

e. beberapa pasar di tutup

(34)

f. UMKM terancam bangkrut, bahkan gulung tikar (ahmad fathoni, 2020).

Masyarakat menengah ke bawah yang merasa paling terdampak dengan di berlakukannya PSBB, bila hanya diam di rumah mereka sudah tentu tidak memenuhi kebutuhan hidupnya, pekerja harian, pedagang kaki lima, ojek online tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan hidupnya. Memang pemerintah tidak lepas begitu saja, ada bantuan sembako sesuai yang di atur hanya saja belum cukup untuk mencukupi kebutuhannya akhirnya mereka pun memaksakan diri untuk tetap berjualan ke luar rumah meski sebenarnnya membahayakan diri dan orang lain juga. Dalam situasi dan kondisi seperti ini justru memberikan peluang bagi penjahat untuk melakukan kejahatan, masyarakat sebenarnya di kondisikan untuk tidak beraktivitas di luar tetapi tetap saja banyak warga yang tidak mematuhi, masih banyak warga yang tetap melakukan kegiatan di luar rumah (Endang

& Sulasih, 2020).

Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) maupun karatina wilayah, keduanya merupakan tindakan kekartinaan kesehatan yang di hadirkan guna merespon status kedaruratan kesehatan masyarakat di suatu wilayah tertentu akibat pandemi covid-19 yang sedang terjadi antar orang di suatu wilayah tertentu. Jika PSBB di lakukan dengan cara membatasi kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang di duga terenfeksi covid-19 sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran covid-19. Maka karantina wilayah berkenaan dengan pembatasan penduduk dalam suatu wilayah

(35)

termasuk wilayah pintu masus beserta isinya yang di duga terinfeksi covid- 19 sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran covid-19

(Covid, 2020).

Aspek yang mempengaruhi efektivitas PSBB adalah kesedian basis riset yang di gunakan oleh pemerintah penerapan PSBB di indonesia di nilai kurang efektif karena tidak di landasi oleh basis riset, jika menengok dari beberapa negara yang sampai saat ini cukup sukses dalam menghambat laju penyebaran covid-19, mereka selalu menggunakan basis data dan riset dalam pembatasan mobilitas masyarakat dalam resmi australia tentang covid-19 mereka menyertakan hasil riset terkait dengan kesiapan fasilitas

kesehatan ketika di terapkannya lockdown, sampai saat ini pemerintah belum memiliki perhitungan seperti ini(Indonesia et al., 2020).

Kebijakan PSBB ini di sertai hal ini menjadi kebingunan bagi masyarakat karena darurat sipil ini berkaitan dengan bencana alam dan kerusuhan hal inilah yang secara penapsiran terjadi pro/kontra di masyarakat. PSBB ini harus di jabarkan secara utuh mulai dari waktunya sampai kapan, lingkupnya seperti apa dan apa yang harus di lakukan ketika masyarakat tidak melakukan kebijakan itu, maka perlu di lakukan penjabaran melalui peraturan pemerintah yang jelas selain itu harusnya di lakukan kebijakan kolaboratif baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, pertama dengan meningkatkan koordinasi pusat dan daerah, kedua perlu pendekatan peran serta masyarakat

(36)

bagaimana tokoh masyarakat ormas, RT/RW dan organisasi masyarakat lain ikut andil membantu kebijakan PSBB (Padjajaran, 2020).

Melibatkan beberapa indokator seperti jumlah tes, CFR, kapasitas fasilitas kesehatan, hingga progres PSBB, mengevaluasi kenerja penanganan covid-19 di indonesia dua bulan terakhir sejak kasus pertama di umumkan kabar baik dari indikator CFR yang mulai menuju arah yang lebih baik karena jumlah pasien sembuh sudah melampaui korban meninggal.

Seiring itu PSBB juga tampaknya memberikan sinyal baik dalam menurunkan tambahan kasus di wilayah episentrum meski begitu masih terdapat beberapa catatan seperti jumlah tes yang kurang memadai serta adanya pergeseran tren yang menunjukkan bahwa kasus covid-19 maulai bergerak ke daerah-daerah membuat pemerintah tidak boleh lengah dengan capaian-capaian kecil ini, mulai saat ini pemerintah memiliki peran lebih penting ladi dalam mengukur tingkat penyebaran, mengawal, dan melindungi warganya dari ancaman covid-19 (Yazid & Palani, 2020)..

Pada kenyataannya, penerapan PSBB di masing-masing daerah yang ada di indonesia tentu berbeda-beda dan hal tersebut dapat di tinjau dari beberapa sisi, dari sisi mekanisme syarat penerapan PSBB tercantum dalam peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2020 pada pasal 2 yaitu:

a. dengan persetujuan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, pemerintah daerah dapat melakukan pembatasan sosial berskala besar atau pembatasan terhadap orang dan barang untuk satu Provinsi atau Kabupaten/Kota tertentu

(37)

b. pembatasan sosial berskala besar sebagaimana di maksud pada ayat (1) harus di dasarkan pada pertimbangan epidemiologis, besarnya ancaman, efektivitas, dukungan sumber daya, teknis operasioanal, pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan (Ristyawati, 2020).

Banyak masyarakat yang belum paham akibat dari covid-19 sehingga banyak masyarakat tidak menerapkan protokol kesehatan dalam beraktivitas, selain kurangnya pengetahuan, faktor kurangnya motivasi hidup sehat serta masalah ekonomi juga menjadi kendala, sosialisasi PSBB ini di lakukan dengan memberikan pengetahuan kepada masyarakat apa itu PSBB, serta di sampaikan juga adanya sanksi bagi masyarakat yang melanggar (Ismi et al., 2020).

D. Kerangka Pikir

Menurut sugyono (2017), mengumukakan kerangka berpikir merupakan bermodel konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi menjadi masalah yang penting.

(38)

Hasil peran pemerintah daerah dalam penerapan pembatasan sosial berskala besar

(PSBB) di Kabupaten Gowa Peran pemerintah daerah

 Regulator (kebijakan)

 Fasilitator (sarana dan prasarana)

 Katalisator (koordinasi)

Peran pemerintah daerah dalam penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Kabupaten Gowa

(39)

E. Fokus Penelitian

Peran Pemerintah Daerah dalam Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kabupaten gowa

F. Deskripsi Fokus Penelitian

Untuk memahami kerangka pikir berikut adalah penjelasan terkait bagian-bagian yang ada pada kerangka pikir

1. Regulator (kebijakan)

Peraturan pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang pembatasan sosial berskala besar dalam rangka percepatan penanganan covid-19 ( lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 91, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6487 ).

2. Fasilitator (sarana dan prasarana)

Barang kebutuhan pokok adalah barang yang menyangkut hajat hidup orang banyak dengan skala pemenuhan kebutuhan yang tinggi serta menjadi factor pendukung kesejahteraan masyarakat, penduduk setiap orang berdomisili dan atau berkegiatan di Daerah.

3. Katalisator (koordinasi)

Gugus tugas percepatan penanganan covid-19 Kabupaten Gowa yang selanjutnya disebut gugus tugas Kabupaten adalah tim yang dibentuk oleh bupati mempunyai tugas mempercepat penanggulangan corona virus disease 2019 melalui sinergitas antar pemerintah daerah.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang di lakukan oleh peneliti adalah kantor Bupati Kabupaten Gowa, Kecematan Somba Opu, Kelurahan Sungguminasa.

2. Waktu penelitian

Penelitian di laksanakan sejak tanggal di keluarkannya surat izin penelitian dalam kurun waktu 2 bulan yaitu mulai tanggal 10 April 2021 s/d 10 juni 2021.

B. Jenis Dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan peneliti yaitu jenis penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan fenomenolog. Penggunaan metode ini dengan alasan bahwa focus dalam penelitian ini adalah bentuk peran pemerintah daerah dalam Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sementara pendekatan fenomenologi bertujuan untuk mengambarkan hasil dari peran pemerintah dalam Penerappan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

(41)

2. Tipe penelitian

Tipe penelitian yang di gunakan adalah tipe penelitian deskripsi analisis, yaitu penelitian yang di gunakan untuk mengambarkan secara rinci mengenai objek penelitian serta menganalisa fenomena-fenomena sosial, dalam hal ini adalah Peran Pemerintah Daerah dalam Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Gowa, penelitian diskripsi bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena realitas yang ada dalam masyarakat.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini di jaring dari sumber data primer dan sekunder sesuai dengan tujuan penelitian ini.

1. Data primer data yang di poroleh dari pemerintah daerah Kabupaten Gowa dan warga Kabupaten Gowa

2. Data sekunder di poroleh dengan cara mengambil data dari buku, jurnal serta aturan-aturan yang berkaitan dengan judul penelitian.

D. Informasi Penelitian

Informasi penelitian adalah data yang telah di olah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan dalam penelitian. dalam hal ini peneliti memilih informan yang di anggap mengertahui permasalahan yang akan di kaji serta mampu memberikan informasi yang dapat di kembangkan untuk memperoleh data berdasarkan

(42)

Tabel informan penelitian

No Nama

Inisial Jenis

kelamin

Jabatan

1. Fitriani, S.Sos, M.m F P

Kepala subbagian otonomi daerah bagian tata pemerintahan sekda Kabupaten Gowa

2. Ademirna, S.AK A P

Bagian DAFA TB admin Covid-19 Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa

E. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data merupakan salah satu cara yang di gunakan dalam metode penelitian untun mencapai tujuan penelitian. jika tehnik pengumpulan data tidak di kuasai maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang di inginkan sebagai penunjang penelitiannya, bahwa pengumpulan data dapat di lakukan dalam berbagai setting, sumber, dan berbagai cara.

Berikut ini adalah tehnik pengumpulan data yang di lakukan oleh peneliti yaitu:

(43)

1. Observasi yaitu pengamatan lansung, kegiatan observasi di lakukan secara bersama. Secara umum kegiatan observasi di lakukan untuk merekam proses yang terjadi selama penelitian berlansung. Mengingat kegiatan observasi menyatu dalam pelaksanaan tindakan, maka perlu di kembangkan sistem dan prosedur observasi yang mudah dan cepat di lakukan.

2. Wawancara

Wawarancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu percakapan itu di lakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan (seperti gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan referensi lain).

F. Teknik Analisis Data

Adapun langkah-langkah yang di lakukan dalam menganalisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data di artikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan informasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data

(44)

Display data yang baik dan tampak jelas alur pikirnya adalah hal yang sangat di dambakan oleh setiap peneliti karena dengan display data yang baik merupakan satu langkah penting untuk menuju ke arah jalan lancar untuk mencapai analisis kualitatif yang valid dan handal

3. Verifikasi dan mengambil kesimpulan

Kesimpulan merupakan upaya untuk mencari arti, makna, penjelasan yang di lakukan terhadap data yang telah di analisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan di susun dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah di pahami dengan mengacu kepada tujuan penelitian.

G. Teknik Pengabsahan Data

Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang di lakukan peneliti pada saat pengumpulan data dan menganalisis data, ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang di teliti dapat di pahami dengan baik sehingga di peroleh kebenaran tingkat tinggi jika di dekati dari berbagai sudut pandang, memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akam memungkinkan di peroleh tingkat kebenaran yang handal. Karena itu trianngulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang di peroleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan data dan analisis data.

Menurut Norman K.Denkin (2010), triangulasi meliputi beberapa hal yaitu:

1. Triangulasi Metode

(45)

Triangulasi Metode di lakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Sebagaiamana di kenal dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei, untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu.

2. Triangulasi Sumber Data

Triangulasi Sumber Data adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data, misalnya selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi, dan gambar atau foto.tentu masing-masing cara itu menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai fenomena yang di teliti, berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal

3. Triangulasi Teori

Triangulasi Teori ialah hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi. Informasi tersebut selanjutnya di bandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang di hasilkan. Selain itu triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoritik secara mendalam atas hasil analisis data

(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Objek Penelitian

Pada sub bagian ini menyajikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dan bagaimana peran pemerintah daerah dalam penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di kabupaten gowa, serta menjelaskan tentang bagaimana peran pemerintah dalam penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di kabupaten gowa.

Gambaran umum lokasi penelitian meliputi gambaran umum wilayah kabuapten gowa dan gambaran umum objek penelitian yaitu dinas kesehatan kabupaten gowa dan kantor sekertariat daerah kabupaten gowa, gambaran umum kabupaten gowa mencakup kondisi fisik dan wilayah tersebut.

1. Profil Kabupaten Gowa

Sejarah Kabupaten Gowa sudah di mulai sejak abad ke-14 ada faktor historis yang turut menjadi tonggak awal kabupaten gowa. Terlebih wilayah tersebut mewarisi nama kerajaan maritim dengan pengaruh besar di lautan timur dari abad- 16 hingga ke-17. Sesuai dengan kesepakatan dalam seminar upaya mencari hari jadi gowa yang di lakukan pada 10-11 desember 1990,

(47)

para sejarawan seperti Mendiang Mattulada dan Daeng Mangemba merujuk tahun 1320. Ini bukan sekedar asal klaim, sebab bersumber dari catatan perkiraan paling dni dalam rantai raja-raja gowa.

Sebelum kerajaan gowa eksis, terdapat sembilan negeri kecil yang di perintah oleh seorang penguasa. Wilayah tersebut adalah Tombolo, Lakiung, Samata, Parang-parang, Data, Agang, Je’ne, Bisei, Kalling dan Sero. Fakta tersebut di peroleh dari sejumlah sumber tertulis seperti teks kuno jangan-jangan dan lontaraq beru.

Dalam khasanah sejarah nasioanal, nama gowa sudah tidak asing lagi. Mulai abad ke-15, kerajaan Gowa merupakan yang besar pengaruhnya di perairan nusantara, bahkan dari kerajaan ini juga muncul nama pahlawan nasional yang bergelar Ayam Jantan dari Timur, Sultan Hasanuddin raja Gowa XVI yang berani melawan VOC Belanda pada tahun-tahun awal kolonialisasinya di indonesia. Kerajaan Gowa memang akhirnya takluk kepada belanda lewat perjanjian Bungaya namun meskipun sebagai kerajaan , Gowa tidak lagi berjaya kerajaan ini mampu memberi warisan terbesarnya, yaitu pelabuhan makassar, pelabuhan yang kemudian berkembang menjadi kota makassar ini dapat di sebut anak kandungnya sedangkan kerajaan Gowa sendiri merupakan cikal bakal Kabupaten Gowa sekarang.

Kota makassar lebih di kenal khalayak di bandingkan dengan Kabupaten Gowa padahal kenyatannya sampai sekarang Kabupaten Gowa

(48)

tempuh sekitar 10 menit dari kota makassar ini memasok sebagian besar kebutuhan dasar kehidupan kota, mulai dari bahan material untuk pembanguanan fisik, bahan pangan, terutama sayur-mayur, sampai aliran air bersih dari waduk Bili-bili. Kemampuan Kabupaten Gowa menyuplai kebutuhan bagi daerah sekitarnya di karenakan keadaan alamnya, Kabupaten seluas 1.883,32 kilometer persegi ini memiliki enam gunung di mana yang tertinggi adalah Gunung Bawakaraeng, Daerah ini juga di lalui sungai Jeneberang yang di Daerah pertemuannya dengan sungai Jenelata di bangun waduk Bili-bili, keuntungan alam ini menjadikan tanah Gowa kaya akan bahan galian di samping tanahnya subur.

2. Letak Geografis Kabupaten gowa

Secara geografis, Kabupaten Gowa terletak pada 5°33-5°34 lintang selatan dan 120°38-120`33 Bujuk Timur. Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah ±1.883,33 km dan berpenduduk sebanyak 772.684 jiwa di tahun 2020. Kabupaten Gowa terdiri dari wilayah dataran rendah dan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian anatar 10-2800 meter di atas permukaan Air Laut namun demikian wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar merupakan dataran tinggi yaitu sekitar 72,26% terutama di bagian Timur hingga Selatan karena merupakan pegunungan Tinggimoncong, pegunungan Bawakaraeng, Lompobattang dan pegunungan Batureppe, Cindako. Dari total luas Kabupaten Gowa 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecematan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya dan Tompobulu. Kabupaten Gowa di lalui oleh

(49)

banyak sungai yang cukup besar yaitu ada 15 sungai. Sungai dengan luas daerah aliran yang terbesar adalah sungai Jeneberang yaitu seluas 881 km dengan panjang sungai utama 90 km.

Batas-batas wilayahnya sebagai berikut:

Utara Kota makassar, Kabupaten Maros dan Kabupaten Bone

Timur Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Jeneponto

Selatan Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto

Barat Kota Makassar dan Kabupaten Takalar

B. Peran Pemerintah Daerah dalam Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Gowa

Pembatasan Sosial Berskala Besar yang selanjutnya di singkat PSBB adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk daalm suatu wilayah yang di duga terinfeksi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Bahwa berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07 / MENKES / 273 / 2020 tentang penetapan pembatasan sosial berskala besar di wilayah Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi

(50)

Bahwa Pembatasan Sosial Berskala Besar secara massif dan meluas sehingga perlu di lakukan penanganan yang cepat, tepat dan sesuai dengan standar prosedur yang di atur melalui pembatasan kegiatan tertentu yang dalam pelaksanaannya memerlukan pedoman bagi para pihak yang berkepentingan. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana menetapkan di maksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan peraturan Bupati tentang pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Pemerintah terus berupaya menangani Covid-19 termasuk mengedepankan protokol kesehatan melalui 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan). Sudah lebih dari satu tahun sejak maret 2020. pemerintah telah menerapkan kebijakan dalam mengatasi pandemic yang berfokus pada sektor kesehatan. Selain itu pemerintah melakukan berbagai kebijakan antara lain menetapkan berbagai aturan yang berkaitan dengan penanganan Covid-19, menetapkan PSBB, menjalankan tes Covid-19 hingga persiapan menghadapi new normal.

Setelah melakukan observasi dan berbagai cara untuk menangani pencegahan Covid-19, pemerintah kabupaten Gowa melakukan strategi meniru seperti yang dibuat oleh pemerintah pusat melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Seperti yang diketahui pemerintah pusat membuat empat strategi yang akan secara konsisten dilakukan untuk menguatkan kebijakan physical distancing sebagai strategi dasar demi mengatasi pandemi Virus Corona Covid-19. Strategi ini di himbau untuk di lakukan oleh seluruh masyarakat Indonesia hingga yang di daerah

(51)

Berikut wawancara penulis dengan Kepala sub bagian otonomi daerah bagian tata pemerintahan setda Kabupaten Gowa terkait peran pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak pelaksanaan pembatasan social berskala besar (PSBB) adalah sebagai berikut:

“Pemerintah Kabupaten Gowa menyiapkan berbagai bantuan kepada masyarakat, terutama kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat saat berada di rumah selama pembatasan sosial berskala besar di perlakukan, kami sebagai pemerintah atau wakil daripada masyarakat itu tidak ingin melihat masyarakat kesusahan atau sampai ada keluhan di masyarakat karna berpikiran bahwa pemerintah tidak mempertihatikan masyarakat kami sebagai pemerintah telah menyiapkan semua sebelum penerapan PSBB’

(wawancara dengan F 14 juni 2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat di simpulkan bahwa Pemenuhan kebutuhan dasar penduduk selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB), pemerintah daerah dapat memberikan bantuan sosial kepada masyarakat rentan yang terdampak dalam memenuhi kebutuhan pokoknya selama pelaksanaan PSBB, bantuan sosial sebagaimana di maksud pada ayat (1) di berikan dalam bentuk bahan pokok dan / atau bantuan lansung lainnya yang mekanisme penyalurannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang menetapkan penerima bantuan sosial sebagaimana di maksud pada ayat (2) di tetapkan dengan keputusan bupati.

(52)

Berikut wawancara penulis dengan Kepala sub bagian otonomi daerah bagian tata pemerintahan setda Kabupaten Gowa terkait kebijakan yang diberikan kepada masyarakat pada Saat Pelaksanaan Pembatasan Social Berskala Besar (PSBB) adalah sebagai berikut:

“Meskipun penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSSB) pemerintah tetap membuka pelayanan kepada masyarakat Kabupaten Gowa dengan catatan mematuhi protokol kesehatan memakai masker dan menjaga jarak agar menghindari penyebaran covid-19 yang sedang kita hadapi bersama- sama” (wawancara dengan F juni 2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat di simpulkan bahwa pemerintah Kabupaten Gowa konsistem dalam memutus mata rantai penyebaran covid-19 meskipun dengan pemerintah juga tetap membuka pelayanan kepada masyarakat yang sedang membutuhkan bantuan dari pemerintah, namun saja banyak masyarakat yang datang ke pelayanan dengan tidak mematuhi protokol kesehatan dengan tidak memakai masker tidak menjaga jarak hal ini dapat menyebabkan

(53)

kasus peningkatan covid-19 bertambah. Pemerintah daerah dapat memberikan insentif kepada pelaku usaha yang terdampak atas pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), insentif sebagaimana di maksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk:

a. Pengurangan atau pemebebasan pajak dan retribusi daerah bagi pelak usaha

b. Pemberian bantuan sosial kepada karyawan yang berdampak atas pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)

c. Bantuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Berikut wawancara penulis dengan Kepala sub bagian otonomi daerah bagian tata pemerintahan setda Kabupaten Gowa terkait peran yang dilakukan pemerintah daerah dalam menangani Covid-19 sebelum pelaksanaan pembatasan social berskala besar (PSBB) adalah sebagai berikut:

“Sebelum di terapkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pemerintah daerah Kabupaten Gowa terlebih dahulu menerapkan pembatasan sosial berskala kecil ini merupakan salah satu langkah strategis pemerintah daerah untuk mencegah penyebaran virus corona” (wawancara dengan F 14 juni 2021).

Sesuai hasil wawancara dengan informan dapat di kemukakan bahwa pemerintah daerah Kabupaten Gowa sudah melakukan langkah strategis pembatasan sosial berskala kecil dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19 namun strategi tersebut tidak berjalan dengan baik karena banyaknya kegiatan masyarakat sehingga di nilai tidak mampu

(54)

Di mana peran pemerintah daerah tersebut merupakan metode percepatan penanganan covid-19. Hasil kajian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Regulator (Kebijakan)

Peraturan bupati tentang pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar dalam penanganan Corona Virus disease 2019 (covid-19) di Kabupaten Gowa. Peraturan pemerintah Nomor 21 Tahun 2008, tentang penyelenggaraan penanggulangan Bencana ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828 ). Peraturan pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang pembatasan social berskala besar dalam rangka percepatan penanganan covid-19 ( lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6487).

Pemerintah daerah Kabupaten Gowa, dalam kebijakan pemerintah didalamnya memiliki ketentuan umum maksud dan tujuan peraturan bupati ini yang di maksudkan sebagai panduan, serta ruang lingkup peraturan bupati pelaksanaan PSBB. Selain itu pada kegiatan Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) terdapat beberapa kebijakan pelaksanaan pembatasan seperti pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar, pembatasan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan / atau institusi pendidikan, pembatasan aktifitas bekerja, pembatasan kegiatan keagamaan di rumah ibadah, pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum, pembatasan sosial dan budaya, pembatasan penggunakan moda transportasi untuk pergerakan orang dan barang. Selain itu terdapat juga kebijakan

(55)

mengenai kegiatan tertentu yang tetap di laksanakan selama pembatasan sosial berskala besar, hak dan kewajiban serta pemenuhunan kebutuhan dasar penduduk selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sumber daya penanganan Corona Virus Disease (covid-19), pemantauan evaluasi dan pelaporan, pengawasan dan penegakan, dan sanksi administratif.

Peraturan bupati ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan peraturan bupati ini dengan penempatangnya dalam berita daerah Kabupaten Gowa.

Berdasarkan hasil observasi yang didukung oleh dokumentasi yang telah diperoleh bahwa maksud dan tujuan diberlakukannya Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sesuai dengan peraturan pemerintah daerah Kabupaten Gowa BAB II Pasal 2, sebagai berikut:

“Peraturan bupati ini dimaksudkan sebagai panduan pelaksanaan PSBB dalam rangka perepatan penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di daerah”

Adapun tujuan dari Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga dijelaskan dalam BAB II Pasal 3, sebagai berikut:

“Peraturan ini bertujuan untuk: a) Membatasi kegiatan tertentu dan pergerakan orang dan/ atau barang dalam menekan penyebaran Corona Virus Disease 2019, b) meningkatkan antisipasi perkembangan ekskalasi penyebaran Corona Virus Disease 2019, c) memperkuat upaya penanganan kesehatan akibat Corona Virus Disease 2019, dan d) menangani dampak social dan ekonomi dari penyebaran Corona Virus Disease 2019”

Adapun ruang lingkup peraturan tersebut, dari data yang diperoleh bahwa ruang lingkup peraturan tersebut dijelaskan dalam peraturan pemerintah daerah pada bab III pasal 4 yang meliputi:

“a) pelaksanaan PSBB, b) hak, kewajiban serta pemenuhan

(56)

di luar rumah yang dilakukan oleh setiap orang yang berdomisili atau berkegiatan di daerah. Selama pemberlakuan PSBB juga setiap orang wajib untuk melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan menggunakan masker saat berada di luar rumah. Berikut penulis akan membahas mengenai bentuk-bentuk kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Gowa dalam pelaksanaan penerapan pembatasan social berskala besar:

a. Kebijakan dalam Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Sekolah atau Institusi Pendidikan

Kebijakan yang diterapkan dalam Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Sekolah atau Institusi Pendidikan adalah dilakukan penghentian sementara kegiatan disekolah dan institusi pendidikan lainnya, semua aktivitas pembelajaran diubah pelaksanaannya dengan melakukan pembelajaran di rumah atau di tempat tinggal masing-masing dengan menggunakan metode pembelajaran daring, untuk kegiatan dan aktivitas pelayanan administrasi sekolah atau institusi pendidikan lainnya dikerjakan dari rumah dengan bentuk pelayanan yang disesuaikan, mengenai teknis pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pelayanan administrasi sekolah atau institusi pendidikan lainnya yang merupakan kewenangan Daerah selama pemberlakuan Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diatur lebih lanjut oleh Dinas Pendidikan.

b. Kebijakan dalam Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlaku pada pembatasan aktivitas bekerja di

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah Kota Tarakan, Kalimantan Utara memberlakukan sejumlah aturan baru setelah usulan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diterima Kementerian Kesehatan

Kasus yang di utamakan adalah Pemerintah Jawa Barat melalui Gubernur Ridwan Kamil, memastikan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota dan Kabupaten Bogor, Kota Depok,

Dua medan dikatakan sefase bila komponen medan yang tegak lurus bidang batas adalah sejajar searah Dua medan dikatakan tidak sefase bila komponennya adalah sejajar

Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan dengan 10 guru kelas IV dan 163 siswa kelas IV sekolah dasar yang berada di Jakarta dan Wonogiri, didapatkan fakta bahwa

Ada banyak hal yang GKI Gunung Sahari telah kerjakan dalam perwujudan panggilan Tuhan bagi GerejaNya di tengah dunia ini – namun masih terlalu sedikit jika di bandingkan

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) saat terjadinya virus ini di Kabupaten Bekasi berpengaruh terhadap

Di samping juga dapat men- jadi salah satu pijakan dalam upaya pemerintah bersama para pemangku kepentingan terkait untuk memulihkan ekonomi nasional yang ter- dampak

Hal ini membuat pemerintah memutuskan Status Darurat Kesehatan Masyarakat dan menetapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah. PSBB