• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera) dalam Ransum terhadap Performans Ayam Sensi-1 Agrinak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera) dalam Ransum terhadap Performans Ayam Sensi-1 Agrinak"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa Oleifera) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS

AYAM SENSI-1 AGRINAK

MUHAMMAD RIZKI BADTAMA 150306010

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(2)

PEMANFAATAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa Oleifera) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS

AYAM SENSI-1 AGRINAK

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD RIZKI BADTAMA 150306010

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(3)

PEMANFAATAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa Oleifera) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS

AYAM SENSI-1 AGRINAK

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD RIZKI BADTAMA 150306010/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(4)
(5)

i

ABSTRAK

MUHAMMAD RIZKI BADTAMA : Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera) Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam SenSi-1 Agrinak.

Dibimbing oleh SAYED UMAR dan ARMYN HAKIM DAULAY.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daun kelor terhadap performans ayam sensi-1. Penelitian ini dilaksanakan di kandang Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari atas P0 (Ransum basal);

P1 (Ransum basal + tepung daun kelor 1,5%); P2 (Ransum basal + tepung daun kelor 3%); P3 (Ransum basal + tepung daun kelor 4,5%); P4 (Ransum basal + tepung daun kelor 6%). Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan Income Over Feed Cost.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan memberi efek sangat signifikan (P>0,01) terhadap pertambahan bobot badan serta konversi pakan menunjukan efek sangat signifikan (P>0,01) terhadap konsumsi pakan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pemberian daun kelor 1,5% dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan ayam.

Kata kunci : Tepung daun kelor, Performans, Ayam SenSi-1.

(6)

ii

ABSTRACT

MUHAMMAD RIZKI BADTAMA: Utilization of Moringa Leaf Flour (Moringa Oleifera) Rations Against SenSi-1 Agrinak Chicken Performance. Guided by SAYED UMAR and ARMYN HAKIM DAULAY.

This study aims to find out the effect of moringa leaf flour on the performance of chicken sensi-1. This research was carried out in the cage of the Animal Husbandry Study Program of the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan. The plan used is a complete random plan (RAL) with 5 treatments and 4 repeats. Treatment consists of P0 (Basal ration); P1 (Basal ration + moringa leaf flour 1.5%); P2 (Basal ration + moringa leaf flour 3%); P3 (Basal ration + moringa leaf flour 4.5%); P4 (Basal ration + moringa leaf flour 6%). The changes observed are feed consumption, weight gain, feed conversion and Income Over Feed Cost.

The results showed that the treatment had a very significant effect (P>0.01) on body weight gain and feed conversion showed a very significant effect (P>0.01) on feed consumption. Based on the results of the study, 1.5% Moringa leaves can increase body weight gain and chicken feed conversion.

Keywords : Moringa leaf flour, Performans, SenSi-1 Chicken.

(7)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 22 November 1997 dari Badrun dan R. Sinaga. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 2015 penulis lulus dari SMA DARUSSALAM, dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET), anggota aktif Himpunan Mahasiswa Muslim Perternakan (HIMMIP),

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Tani ternak anugerah lestari dari tanggal 18 Juli 2018 sampai 3 September 2018, dan melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Sukajadi, Kecamatan Henai, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada bulan April sampai mei 2019.

(8)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik yang berjudul “Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera) Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam SenSi-1 Agrinak”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Sayed Umar., MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

v

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Ayam SenSi-1 Agrinal ... 4

Kebutuhan NutrisiAyam SenSi-1 Agrinak... 5

Konsumsi Pakan ... 5

Pertambahan Bobot Badan ... 6

Konversi Pakan ... 7

Daun Kelor ... 8

Bungkil Kelapa... 10

Bungkil Kedelai ... 10

Tepung Jagung ... 10

Tepung Ikan ... 11

Dedak ... 11

Minyak Kelapa ... 11

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

Alat dan Bahan Alat ... 12

Bahan ... 12

Metode Penelitian... 12

Perubahan yang Diamati 1. Konsumsi Pakan (g/ekor/hari) ... 14

2. Pertambahan Bobot Badan (PBB) (g/ekor/hari) ... 14

3. Konversi Pakan (FCR) ... 15

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Kandang ... 15

(10)

vi

Random Ayam SenSI-1 Agrinak ... 15

Penyusunan Ransum ... 15

Pemeliharaan ... 16

Analisa Data ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan ... 17

Pertambahan Bobot Badan ... 18

Konversi Pakan ... 20

Income Over Feed Cost (IOFC) ... 22

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 24

Saran ... 24 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

vii

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Kebutuhan nutrisi ayam SenSi-1 Agrinak... 5

2. Kandungan nutrisi daun kelor... 9

3. Kandungan asam amino per 100 g daun kelor... 9

4, Komponen nutrisi tepung daun kelor... 9

5, Kandungan nutrisi ransum ayam SenSi-1 Agrinak selama 10 minggu... 14

6 Rataan konsumsi pakan ayam dalam bahan kering (BK) Selamapenelitian (g/ekor/minggu)... 17

7 Rataan pertambahan bobot ayam (g/ekor/minggu) selama penelitian... 19

8 Rataan konversi penelitian(g/ekor/hari)...……... 20

9 Rataan Income Over Cost (IOFC) pemeliharaan (Rp/ekor)... 22

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Ayam SenSi-1 Agranik... 5

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam SenSi-1 (Sentul terselekSi) Agrinak merupakan galur murni (pure line) ayam lokal pedaging unggul, yang dapat dimanfaatkan sebagai ayam niaga crossing dengan galur betina KUB (final stock) sebagai ayam tetua (parent stock).

Galur Ayam SenSi-1 ini telah ditetapkan sebagai galur ayam lokal asli Indonesia.Keunggulan Ayam SenSi-1 Agrinak yaitu, bobot hidup rata-rata pada umur 10 minggu untuk jantan 1066 ± 62,5 g/ekor dan untuk betina 745 ± 114 g/ekor dan konsumsi pakan umur 0-10 minggu sebanyak 2,7-3,2 kg/ekor.Atas dasar ini maka melalui pengembangan ayam Ayam Sensi-1 Agrinak diharapkan ayam kampung dapat berperan lebih besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani.

Tanaman kelor dikenal sebagai sumber nutrisi penting seperti protein, kalsium, vitamin C, vitamin E, serta dapat memperbaiki kualitas daging dan produknya. Sebagai pakan ternak, daun kelor merupakan sumber bahan pakan yang murah dengan ketersediaan yang melimpah sepanjang tahun oleh karena kemampuan tumbuh yang baik di daerah tropis.

Di beberapa wilayah di Indonesia, utamanya Indonesia bagian timur kelor dikonsumsi sebagai salah satu menu sayuran. Di Filipina, daun kelor sangat terkenal dikonsumsi sebagai sayuran dan dapat berfungsi meningkatkan jumlah ASI (air susu ibu) pada ibu menyusui sehingga mendapat julukan Mother’s Best Friend (Jongrungruangchok et al., 2010). Pemanfaatan kelor tidak hanya sebagai sayuran akan tetapi dapat diolah menjadi berbagai macam bentuk olahan, diantaranya pudding, cake, biscuit yang difortifikasi dengan kelor, serta dapat

(14)

2

dikeringkan kemudian diproses menjadi tepung, ekstrak, atau dalam bentuk teh herbal (Sahakitpichan et al., 2011).

Sejak dulu tanaman kelor telah dikenal sebagai sumber nutrisi yang sangat baik dengan kandungan protein yang cukup tinggi, per gram daun kelor kering (bubuk) mengandung 10 kali vitamin A lebih banyak dari wortel, 17 kali kalsium lebih banyak dari susu, 25 kali lebih banyak zat besi dari bayam, 9 kali lebih banyak protein dari yogurt, dan 15 kali lebih banyak potassium dari pada pisang (Thurber & Fahey, 2009).Daun kelor (Moringa oleifera) adalah tanaman lokal yang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi seperti PK 25,68%, LK 2,25%, SK 10,05%, dan ME 3162,97 kkal/kg (Rafidah, 2020).Selain itu, daun kelor juga mengandung berbagai macam asam amino, antara lain asam amino yang berbentuk asam aspartat, asam glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin,histidin, lisin, arginin, venilalanin, triftopan,sistein dan methionin (Simbolan et al, 2007).

Kelor tergolong jenis leguminosa yang berfungsi sebagai pakan sumber protein bagi pertumbuhan ternak.Hasil penelitian menunjukkan pengaruh pemberian daun kelor dapat ditolerir sampai taraf 3 % dalam pakan dan dapat meningkatkan bobot badan ayam pedaging (Banjo, 2012).Selain itu, penambahan tepung daun kelor pada dosis rendah 0,1 – 2% dalam pakan sebagai pengganti pengunaan antibiotik pemacu pertumbuhan (growth promoter antibiotic) dan tidak menyisakan residu pada daging ayam pedaging (Ologhobo et al., 2014).

Pemberian tepung daun kelor juga dapat memperbaiki kondisi usus halus, meningkatkan jumlah Lactobacillus dan menurunkan jumlah E. coli dalam saluran pencernaan (Yang et al., 2006).

(15)

3

Efisiensi penggunaan tepung daun kelor dalam ransum belum memberikan informasi yang cukup mengenai sejauh mana pengaruh yang diberikan terhadap performans ayam pedaging, olehnya itu perlu adanya kajian lebih lanjut ditinjau terhadap konsumsi, meningkatkan bobot badan, dan nilai konversi yang dihasilkan.

Penggunaan daun kelor dalam ransum digunakan dalam jumlah yang sedikit, disebabkan karena adanya anti nutrisi di dalam daun kelor dan ketersediaanya yang terbatas. Berdasarkan uraian di atas maka penulis sangat tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan membuat pakan ayam SenSi-1 Agrinak dengan pemanfaatan tepung daun kelor dalam ransum terhadap performans ayam SenSi-1 Agrinak.

Tujuan penelitian

Menganalisis pengaruh pemanfaatan tepung daun kelor dalam ransum terhadapat performans ayam SenSi-1 Agrinak.

Hipotesis Penelitian

Pemanfaatan tepung daun kelor dalam ransum memiliki pengaruh terhadap konsumsi, meningkatkan bobot badan, dan menurunkan nilai konversi pada ayam SenSi-1 Agrinak.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan infomasi bagi kalangan akademis. Peneliti dan masyarakat tentang sejauh mana pemanfaatan tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam ransum terhadap performans ayam sensi-1 agrinak.

(16)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam SenSi-1 Agrinak

Ayam SenSI-1 atau disebut juga Sentul terselekSi Agrinak merupakan pure line atau galur murni ayam lokal pedaging unggul. Ayam SenSi-1 Agrenik ini telah ditetapkan sebagai galur ayam lokal asli Indonesia berdasarkan SK Mentan No.39/Kpts/PK.020/1/2017 tanggal 20 Januari 2017 tentang pelepasan galur ayam SenSi-1 Agrinak.Ayam SenSi-1 Agrinak (Sentul Terseleksi) merupakan galur murni ayam lokal pedaging unggul dari rumpun ayam Sentul dari Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.Keunggulan ayam sentul dibanding ayam kampung lainnya adalah bobot hidup pada umur 10 minggu yang siap dipanen mencapai 900 gram/ekor, sementara ayam kampung biasa hanya berkisar 400-500 gram/ekor.

ayam SenSi-1 Agrinak merupakan hasil seleksi untuk 6 generasi, berdasarkan bobot badan tertinggi ayam jantan umur 70 hari dan berdasarkan warna bulu abu dan warna bulu pucak (putih bercak hitam) untuk jantan dan betinanya. Sifat lain sebagai kriteria seleksi adalah jengger yang berbentuk kacang (pea) untuk ayam jantan. Bobot hidup rata-rata umur satu hari untuk jantan dan betina sekitar 30,10 g/ekor. Pada umur 70 hari, bobot hidup jantan umur 70 hari mencapai 1.066 g/ekor dan yang betina 745 g/ekor. Pada umur 20 minggu, bobot hidup ayam jantan dan betina masing-masing mencapai 2.403 g/ekor 1.572 g/ekor (Hasnelly et al., 2017).

(17)

5

Gambar 1.Ayam SenSi-1 Agranik Kebutuhan Nutrisi Ayam SenSi-1 Agrinak

Ransum merupakan kumpulan bahan makanan yang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan tersebut memiliki nilai kebutuhan gizi bagi ayam dan nilai kandungan gizi dari dari bahan makanan yang digunakan (Rasyaf, 2004). Ransum yang di konsumsi ayam SenSi-1 Agrinak sampai umur 10 minggu adalah 2,5 kg / ekor (Hasnelly et al., 2017).

Tabel 1.Kebutuhan nutrisi ayam SenSi-1 Agrinak

komponengizi Ransum pertumbuhan0-22 minggu

Protein kasar (%) 17,50

Energi metabolis (kkal ME/kg) 2800

Kalsium (%) 0,90

Fosfor (%) 0,50

Asam amino l-lisin (%) 0,90

Asam amino methionine (%) 0,40

Sumber :Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Iskandar (2017) Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak.

Konsumsi pakan merupakan aspek yang penting dalam mengevaluasi kualitas pakan. Konsumsi pakan dapat dihitung dengan mengurangi pakan yang diberi dengan pakan sisa (Nuningtyas, 2014). Konsumsi ransum dipengaruhi oleh besar tubuh ayam, kualitas dan kuantitas ransum, aktivitas sehari-hari, dan suhu lingkungan (NRC, 1994).

(18)

6

Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi pakan yaitu palatabilitas.

Menurut Wicaksono et al. (2017), palatabilitas pakan pada ternak umumnya dipengaruhi oleh bau, rasa, warna dan tekstur. Selain itu menurut Irawan et al.

(2018), palatabilitas ternak juga sangat berhubungan dengan kemampuan ternak dalam mengatur konsumsi energi untuk memenuhi kebutuhannya. Pakan dengan kadar energi yang tinggi akan mengakibatkan tingkat konsumsi pakan yang rendah.

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan merupakan proses yang mencakup pertambahan dalam bentuk jaringan pembangun antara lain daging, tulang, jantung, otak dan jaringan lainnya (Zulfanita et al., 2011). Proses pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah galur ayam, jenis kelamin, dan faktor lingkungan. Kecepatan pertumbuhan bobot badan dan ukuran badan sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pengaruh faktor genetik terhadap penampilan ternak akan tercapai optimal, apabila kondisi lingkungan tempat ternak tersebut memungkinkan ternak untuk tumbuh dengan baik (Manurung, 2011).

Pertumbuhan suatu ternak dapat dilihat dengan mengukur pertambahan bobot badannya (Manurung, 2011). Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang harus dicapai oleh seekor ternak selama periode tertentu. Pertambahan bobot badan dapat diketahui melalui pengukuran kenaikan bobot badan yang dilakukan dengan cara penimbangan secara berulang disetiap waktunya baik setiap hari, minggu, bulan, maupun tahun (Situmorang et al., 2013).

(19)

7

Pertambahan bobot badan dapat dipengaruhi oleh konsumsi pakan, jenis kelamin, lingkungan, bibit dan kualitas pakan (Nugraha et al., 2017).

Pertambahan bobot badan sangat berkaitan dengan pakan yaitu dalam hal kuantitas yang berkaitan dengan konsumsi pakan. Apabila konsumsi pakan menurun atau terganggu maka akan mengganggu pertumbuhan (Uzer et al., 2013).

Konversi Pakan

Konversi ransum digunakan untuk mengukur produktivitas ternak dan didefinisikan sebagai rasio antara konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan (PBB) yang diperoleh selama kurun waktu tertentu (Lacy dan Veast, 2000).

Konversi pakan mencerminkan keberhasilan dalam memilih atau menyusun ransum berkualitas ( Amrullah, 2004).

Konversi ransum yang semakin kecil merupakan indikator semakin tingginya efisiensi ransum. Sebaliknya, konversi ransum yang semakin besar merupakan indikator semakin rendahnya efisiensi ransum.Amrullah (2004), menyatakan bahwa nilai konversi ransum yang baik berkisar antara 1,75 – 2,00.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai konversi ransum adalah stress, penyakit, kadar amoniak, cara dan waktu pemberian pakan, air, suhu, cahaya, kebisingan, bentuk fisik ,dan faktor dari anti nutrisi (Bell dan Weaver, 2002).

Faktor yang mempengaruhi konversi ransum adalah nilai gizi ransum dan tingkat energi ransum (Dwiyanto et al., 1980).

Daun Kelor

Moringa oleifera Lamk atau biasa dikenal dengan sebutan kelor merupakan tanaman perdu dengan tinggi batang 7-11 meter. Batang berkayu getas

(20)

8

(mudah patah), cabang jarang, tetapi mempunyai akar yang kuat. Bunga berbau semerbak, berwarna putih kekuningan, dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau, sedangkan, buahnya berbentuk segitiga (Widowati, 2014).

Daun Moringa oleifera L mempunyai 8-10 pasang anak daun dengan arah yang berlawanan terhadap sumbu utama. Anak daun memiliki warna hijau dan berbentuk elips (tumpul pada apex dan runcing pada pangkal). Bunga kelor merupakan bunga biseksual (memiliki benang sari dan putik), berwarna putih dan terletak pada ketiak daun dengan panjang 10-25 cm dan lebar 4 cm. Bunga kelor berwarna cokelat ketika matang dan memiliki tiga lobus dengan panjang 20-60 cm setiap buah berisi 12-35 biji (Rahman, 2015).

Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah banyak diteliti kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan nutrisi, diantaranya kalsium, zat besi, fosfor, kalium, zinc, protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, vitamin K, asam folat dan biotin (Aminah, 2015).

Daun Moringa oleifera L memiliki kandungan kalsium yang lebih banyak dari pada susu, lebih banyak zat besi dari pada bayam, lebih banyak protein dari pada telur dan lebih banyak kalium dari pada pisang. Zat lain yang sudah diidentifikasi dalam daun kelor antara lain, senyawa polifenol (asam galat, asam klorogenat, asam elegat, asam ferulat, kuersetin, kaempferol, proantosianidin dan vanilin), vitamin E, β-karoten, zink dan selenium (Rahman ,2015).

Daun kelor juga mengandung berbagai macam asam amino, antara lain asam amino yang berbentuk asam aspartat, asam glutamat, alanin, valin, leusin,

(21)

9

isoleusin, histidin, lisin, arginin, venilalanin, triftopan, sistein dan metionin (Aminah, 2015).

Kandungan gizi kelor cukup tinggi terutama pada kandungan proteinnya sebesar 26,89%, sedangkan Sanchez (2006), mengemukakan bahwa protein kasar daun kelor berkisar 25,1 – 29,0%.

Tabel 2.Kandungan nutrisi daun kelor

Komponen gizi Kandungan daun kering

Kadar air (%) 4.09

Protein (%) 28.44

Lemak (%) 2.74

Kadar abu 7.95

Karbohidrat (%) 57.01

Serat (%) 12.63

Kalsium (mg) 1600-2200

Energi (Kcal/100g) 307.30

Sumber :Melo et al. (2013); Shiriki et al. (2015); Nweze & Nwafeo (2014); Tekle et al. (2015)

Tabel 3.Kandungan asam amino per 100 g daun kelor

Komponen Gizi Kandungan daun kering (mg)

Argine 1.325

Histidine 613

Isoleusine 825

Leusine 1.950

Lysine 1.325

Methionine 350

Phenylalanine 1.388

Threonine 1.188

Tryptophan 425

Valine 1.063

Sumber : Simbolan et al. (2007)

Table 4.Komponen nutrisi tepung daun kelor Komposisi Nutrisi PK

(%)

LK (%)

SK (%)

ME (kkal/kg)

Ca (%)

P (%) Tepung daun kelor 25,68 2,25 10,05 3162,97 2,66 0,95 Sumber :Analisis Proksimat dan Uji Ca, P Tepung Daun Kelor di Laboratorum Teknologi Hasil Pertanian Universitas Riau. Rafidah (2020)

(22)

10

Antinutrisi yang terkandung dalam daun kelor bahan kering yaitu tanin 0,3%, saponin 6,4%, asam phitat 2,3%, dan total phenol 2,7% dan akan berkurang jika telah diekstraksi ataupun diubah menjadi tepung (Astuti et al., 2005).

Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa merupakan limbah dari proses pembuatan minyak kelapa.

batasan penggunaan bungkil kelapa untuk ayam pedaging sampai 15 % (Bidura, 2016). Kandungan nutrisi bungkil kelapa yaitu Protein kasar 18,58%, Serat kasar 15,38%, Lemak kasar 12,55%, EM 2212 Kkal/kg, Ca 0,21%, P 0,60%

(Wahyu 1992).

Bungkil Kedelai

Bungkil kacang kedelai merupakan hasil samping pembuatan minyak kedelai, merupakan sumber protein dan sering digunakan dalam penyusunan ransum untuk mendampingi tepung ikan. Bungkil kacang kedelai dapat diberikan pada ransum unggas antara 5 – 20 % (Bidura, 2016).Kandungan nutrisi bungkil kedelai yaitu protein kasar 48%, serat kasar 6%, lemak kasar 0,90%, EM 2212 Kkal/kg, Ca 0,32%, P 0,26% (Wahyu, 1992).

Tepung Jagung

Jagung merupakan bahan pakan yang paling banyak digunakan dalam penyusunan ransum unggas. Hal tersebut disebabkan karena jagung banyak mengandung karbohidrat sebagai sumber energi, banyak mengandung provitamin A, palatabel, dan serat kasarnya rendah, sehingga mudah dicerna.Pemberian jagung pada ransum unggas berkisar antara 20-50 % (Bidura, 2016). Tepung jagung merupakan hasil penggilingan jagung menjadi partikel terkecil yang mengandung energi metabolisme sebesar 3300 kkal/kg sehingga sering

(23)

11

dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan penghasil sumber energi. Kandungan nutrisi jagung halus yaitu protein kasar 8,60%, serat kasar 2%, lemak kasar 3,90%, EM 3370 Kkal/kg, Ca 0,02%, P 0,01% (Wahyu, 1992).

Tepung Ikan

Tepung ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mutlak diperlukan keberadaannya dalam penyusunan ransum khususnya untuk ternak unggas yang berproduksi tinggi.Di negara maju, penggunaan tepung ikan dalam penyusunan ransum dibatasi di bawah 10%, karena dianggap akan mempengaruhi aroma daging dan telur (Bidura, 2016). Kandungan nutrisi tepung ikan sebagai berikut yaitu protein kasar 61%, serat kasar 1%, lemak kasar 9%, EM 3080 Kkal/kg, Ca 5,50%, P 2,80%(Wahyu, 1992).

Dedak

Dedak padi diperoleh dari penggilingan padi menjadi beras. Untuk ayam, penggunaannya berkisar antara 5–20%, dan tidak lebih dari 20% karena akan dapat menurunkan produktivitas ayam (Bidura, 2016). Dedak adalah salah satu bahan pakan sumber energi. Kandungan nutrisi dedak halus yaitu protein kasar 12%, serat kasar 12%, lemak kasar 13%, EM 1630 Kkal/kg, Ca 0,12%, P 0,21 (Wahyu, 1992).

Minyak Kelapa

Minyak kelapa merupakan bahan sumber energi di dalam ransum.Penggunaan minyak kelapa dalam ransum sebesar 2-6% dari total ransum.Kandungan nutrisi minyak kelapa yaitu protein kasar 0%, serat kasar 0%, lemak kasar 0%, EM 8600 Kkal/kg, Ca 0%, P 0% (Wahyu, 1992).

(24)

12

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kandang program studi peternakan fakultas pertanian universitas sumatera utara pada bulan Desember 2021 – Maret 2022.

Alat dan Bahan

Alat

Adapun alat yang digunakan adalah kandang percobaan dengan ukuran 0,5m x 1m x 1m sebayak 20 buah, tempat pakan dan minum ayam sebanyak 20 buah, timbangan analitik (digial), termometer untuk mengutahui suhu kandang, terpal plastik, sekam sebagai alas kotoran ternak supaya tidak langsung menganai lantai kandang, bola lampu pijar (60 Watt) sebanyak 20 buah sebagai penerang dan pemanas, alat pembersih kandang seperti sekop, sapu lidi, handsprayer dan ember, buku data, alat hitung, kertas label, spidol dan tissu.

Bahan

Adapun bahan yang digunakan adalah ayam SenSi-1 Agrinak umur 1 hari (DOC) sebanyak 100, ransum susunan sendiri, pakan komersil, rodalon, vitachick, vaksin ND dan gumboro, tepung daun kelor, air kran bersih, formalin dan kalium permanganat (KMnO4) sebagai fumigasi kandang.

Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Masing-masing ulangan terdiri dari 5 ekor ayam sebagai berikut :

(25)

13

P0 : Ransum basal

P1 : Ransum basal + 1,5 % tepung daun kelor P2 : Ransum basal + 3 % tepung daun kelor P3 : Ransum basal + 4,5 % tepung daun kelor P4 :Ransum basal + 6 % tepung daun korel Kombinasi perlakuan :

P0U1 P2U4 P4U3 P1U3 P2U3

P3U4 P0U2 P4U1 P3U2 P0U4

P3U3 P1U4 P2U2 P0U3 P4U2

P1U2 P3U1 P4U4 P2U1 P1U1

Adapun persamaan linier yang digunakan adalah sebagai berikut.

Yij = µ + αi + ɛij i = 1,2, ..., a; j =1, 2, ...,b Keterangan:

Yij = Hasil pengamatan untuk perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh perlakuan ke-i

ɛij = Efek galat percobaan pada pelakuan ke-i, ulangan ke-j

(26)

14

Adapun susunan ransum penelitian dan kandunagn nutrisi yang sudah di uji Laboratorium sebagai berikut :

Tabel 5. Kandungan nutrisi ransum ayam SenSi-1 Agrinak selama 10 minggu

Kandungan (%) Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4

T. Daun Kelor 0 1,5 3 4,5 6

Bungkil kedelai 19 18,5 17,5 17 16

Bungkil kelapa 10 10 10 10 10

Tepung Jagung 54 53 52,5 51,5 51

Dedak padi 10 10 10 10 10

Tepung ikan 4 4 4 4 4

Minyak nabati 1 1 1 1 1

Mineral 1 1 1 1 1

Top Mix 1 1 1 1 1

Total 100 100 100 100 100

Protein kasar (%) 17,05 17,92 17,65 17,83 17,48 Serat kasar (%) 11.30 12.05 12.65 11.80 13.12

Lemak kasar (%) 5.33 6.49 6.60 6.35 6.64

Kadar air (%) 5.57 5.85 6.16 5.60 5.63

Sumber : Hasil uji laboratorium biokimia kimia bahan makanan (2022) Parameter yang Diamati

1. Konsumsi Pakan (g/ekor/hari)

Konsumsi pakan dihitung berdasarkan selisih antara jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah sisa pakan (Tillman et al., 1991). Dapat dirumuskan sebagai berikut :

Konsumsi pakan = Pakan awal−Pakan sisal Lama pemeliharaan

2. Pertambahan Bobot Badan (PBB) (g/ekor/hari)

Pertambahan bobot badan dihitung harian berdasarkan selisih antara penimbangan bobot badan akhir dengan penimbangan bobot badan awal (Tillman et al., 1991).Dengan rumus sebagai berikut :

(27)

15

Pertambahan bobot badan (PBB) = Bobot badan akhir−Bobot badan awal Lama pemeliharaan

3. Konversi Pakan (FCR)

Konversi pakan dihitung dengan cara membandingkan jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang dicapai setiap minggunya (Tillman et al., 1991).Dengan rumus sebagai berikut :

Konversi pakan = Pakan yang dikonsumsi PBB

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Kandang

Kandang dilengkapi dengan tempat makanan, tempat minuman dan lampu.

Sebelum ayam dimasukkan ke kandang, terlebih dahulu kandang serta peralatan tempat makanan dan minuman dicuci dengan desinfektan (menggunakan rodalon). Lampu yang digunakan sebagai sumber penerangan dan penghangat kandang menggunakan lampu pijar 60 watt.

Random Ayam

Sebelum ayamdimasukkan dalam kandang, terlebih dahulu dilakukan penimbangan untuk mengetahui kisaran bobot badan awal yang akan digunakan.

Setelah itu dilakukan pemilihan secara acak (random) untuk menghindari bias (galat percobaan) lalu ditempatkan ke masing-masing plot sesuaifase pemeliharaannya.

Penyusunan Ransum

Ransum disusun sesuai dengan formula. Pencampuran ransum dilakukan secara sederhana (manual) dengan cara mencampurkan terlebih dahulu bahan yang lebih kecil jumlahnya sampai bahan yang paling besar jumlahnya hingga

(28)

16

benar-benaar kalis (merata). Ransum disusun sekali seminggu, sesuai dengan kebutuhan ayamdengan formula yang telah disusun.

Pemeliharaan

Doc dipelihara dalam kandang yang diberi pemanas dan penerangan (lampu pijar) sesuai kebutuhan. Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum sesuai dengan perlakuan. Pada malam hari diberi penerangan untuk memudahkan ayam untuk makan dan minum.

Analisa Data

Data yang didapatkan dan dianalisis dengan analisis ragam, jika diperoleh data hasil yang sangat nyata atau nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan.

(29)

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan merupakan banyaknya jumlah ransum yang dikonsumsi ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi oleh ternak. Jumlah konsumsi pakan itu dapat diketahui melalui menimbang jumlah pakan yang diberi pada ternak dikurangi dengan sisa per hari lalu diakumulasi selama penelitian. Rataan konsumsi pakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan konsumsi pakan selamaPenelitian(g/ekor/hari) Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rataan Sd

U1 U2 U3 U4

P0 39,97 32,55 33,65 32,42 138,59 34,65tn 3,59 P1 35,23 36,35 34,40 34,83 140,81 35,20tn 0,84 P2 35,77 34,34 36,11 37,82 144,04 36,01tn 1,43 P3 35,94 32,12 33,96 34,99 137,02 34,26tn 1,64 P4 33,50 36,77 33,63 32,13 136,04 34,01tn 1,96 Keterangan : tn = tidak nyata

Data konsumsi pakan pada Tabel 6 dapat dilihat rataan konsumsi pakan terendah berkisar 34,01 g/ekor/hari pada P4, dan yang tertinggi 36,01 g/ekor/hari pada P2 . Rata-rata peneletian ini lebih rendah dibandingkan penelitian Hasnelly et al. (2017) menyatakan rata-rata konsumsi ayam sensi abu-abu 38,27 g/ekor/hari

sedangkan ayam sensi warna pucak memiliki rata-rata konsumsi 40.44 g/ekor/hari.

Berdasarkan Tabel 6terlihat bahwa pengaruh pemberian tepung daun kelor menunjukkan tidak memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) penggunaan tepung daun kelor 1,5-6% dalam ransum terhadap konsumsi pakan.

(30)

18

Konsumsi tidak berbeda nyata disebab palatabilitas setiap ransum perlakuan sama, hal ini sesuai dengan pernyataan (Yunus, 2016) menyatakan tingkat konsumsi pakan ayam pedaging yang diamati selama tiga minggu berturut turut sejak pemberian pada umur 15 hari hingga akhir periode penelitian (35 hari), tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata diantara perlakuan, baik dengan kontrol (tidak diberi tepung daun kelor) maupun perlakuan dengan level pemberian yang berbeda.

penambah tepung daun kelor hingga taraf 6% dalam ransum,adanya kecenderungan penurunan konsumsi pakan pada tingkat lebih tinggi, merupakan dampak dari peningkatan serat kasar dalam pakan (Tabel 5).

Penurunan konsumsi sesuai dengan pernyataan Gadzirayi dan Mupangwa (2014), menunjukkan adanya penurunan tingkat konsumsi pakan setelah diberi tepung daun kelor dalam pakan. Penurunan tersebut menurut Ayssiwede et al.

(2011) lebih banyak diarahkan pada kandungan energi yang tinggi dan palatabilitas bahan baku pakan yang bersumber dari daun kelor oleh ayam lokal yang lebih rendah dibanding bahan baku pakan lain.

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan diketahui dengan melakukan penimbangan pada ayam. Penimbangan dilakukan setiap minggu. Rataan pertambahan bobot badan ayam selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

(31)

19

Tabel 7. Rataan pertambahan bobot ayam (g/ekor/hari) selama penelitian Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rataan Sd

U1 U2 U3 U4

P0 7,27 7,80 7,62 8,01 30,69 7,67C 0,31

P1 9,74 9,72 10,29 9,61 39,37 9,84A 0,30

P2 9,74 9,32 9,19 7,88 36,13 9,03B 0,80

P3 8,84 9,09 9,70 9,01 36,64 9,16AB 0,38

P4 8,58 9,38 9,30 9,51 36,78 9,19AB 0,42 Keterangan:notasi yang berbeda menunjukan perbedaan sangatnyata(P>0,01)

Data pertambahan bobot badan ayam pada Tabel 7 dapat dilihatpertambahan bobot pada ayam sensi-1 dengan rataan terendah 7,67 g/ekor/hari terdapat pada P0, dan tertinggi 9,84 g/ekor/hari terdapat pada P1.

Rataan penelitian ini lebih rendah dari yang dilaporkan Sitindaon (2021) yang menyatakan bahwa ayam Sensi Agrinak unsexing memiliki pertambahan bobot badan harian rata-rata 11,45 g/ekor/hari dengan konsumsi pakan rata-rata 37,36 g/ekor/hari. Dan juga dengan hasil penelitian Hasnelly et al. (2017) juga menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan harian ayam Sensi Agrinak umur 10 minggu sebesar 11,18 g/ekor/hari dengan rata-rata konsumsi ransum sebesar 38,27 g/ekor/hari.

Berdasarkan Tabel 6terlihat bahwa pengaruh pemberian tepung daun kelor menunjukkan bahwa adanya pengaruh sangat nyata terhadap pertambahan bobot badah ayam (P>0,01). Hasil uji lanjut dengan Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata lebih tinggi dengan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan pemberian tepung daun kelor dapat diberikan sampai taraf 1,5% dan menghasilkan pertambahan bobot harian lebih tinggi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi penggunaan persentase tepung daun kelor semakin tinggi juga serat kasar pakan (Tabel 5). Tingginya kandungan serat kasar pada pakan penelitian ini yaitu 11,30-13,12% dapat dilihat di Tabel 5. Kandungan serat kasar dalam ransum

(32)

20

ayam kampung persilangan (crossbred native chickens) disarankan 6-12%

(Ma’arifah et al., 2013).

Hasil uji lanjut berikutnya menunjukkan bahwa perlakuan P0 sangat nyata lebih rendah dibandingkan semua perlakuan. hal ini dikarenakan P0 (tanpa tepung daun kelor) memiliki kandungan protein lebih rendah dari pada perlakuan lainnya (Tabel 5). Penambahan tepung daun kelor dapat meningkatkan kualitas pakan membuat pertambahan bobot badan lebah baik. Daun kelor juga mengandung berbagai macam asam amino, antara lain asam amino yang berbentuk asam aspartat, asam glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin, lisin, arginin, venilalanin, triftopan, sistein dan metionin (Aminah, 2015).

Konversi Pakan

Konversi pakan merupakan suatu perbandingan jumlah konsumsi pakan selama pemeliharaan terhadap pertambahan bobot badan yang telah dicapai selama pemeliharaan. Konversi pakan dinyatakan sebagai tingkat efisiensi dari penggunaan pakan, apabila rasio yang diperoleh kecil berarti pertambahan bobot badan ternak memuaskan atau dapat dikatakan ternak memakan dengan efisien.

Rataan konversi pakan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut.

Tabel 8. Rataan konversipenelitian (g/ekor/hari) Perlakuan

Ulangan

Jumlah

Rata-

rata Sd

U1 U2 U3 U4

P0 5,50 4,17 4,42 4,05 18,14 4,53A 0,66

P1 3,62 3,74 3,34 3,62 14,32 3,58B 0,17

P2 3,67 3,68 3,93 4,80 16,08 4,02AB 0,53

P3 4,06 3,54 3,50 3,89 14,99 3,75B 0,27

P4 3,91 3,92 3,61 3,38 14,82 3,70B 0,26

Keterangan : notasi yang berbeda menunjukan perbedaan sangatnyata(P>0,01)

(33)

21

Data konversi pakan pada Tabel 8 dapat dilihat nilai konversi pakan dalam penelitian ini rataan terendah 3,58 g/ekor/hari pada P1, nilai tersebut masih sesuai dengan penelitian Sitindaon (2021) yang menyatakan bahwanilai rataan FCR,ayam Sensi Agrinak-1 berada diantara 3,51-3,7, sesuai juga dengan penelitianHasnelly et al., (2015) melaporkan bahwa FCR ayam Sensi Agrinak hasil penelitiannya adalah 2,7-3,7. Tetapi nilai FCR tertinggi penelitian ini adalah pada perlakuan P0, hal ini disebabkan konsumsi yang tinggi tetapi pertambahan bobot badan yang rendah. Rendahnya bobot badan pada P0 disebabkan tidak ada tepung daun kelor didalam ransum tersebut, hal ini sesuai dengan pernyataan Muhaiyaratun (2018) menyatakan kandungan protein, vitamin, serta kalsium yang terdapat dalam tepung daun kelor diduga mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sehingga meningkatkan pertambahan bobot badan.

Berdasarkan Tabel 6terlihat bahwa pengaruh pemberian tepung daun kelor menunjukkan bahwa adanya pengaruh sangat nyata terhadap konversi pakan (P>0,01). Hasil uji lanjut dengan Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P1, P3, dan P4 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P0 dan P2. Hal ini menunjukkan tingkat penggunaan ransum pada P0 dan P2 masih kurang efesien dan lebih tinggi dibandingkan dengan P1, P3, dan P4. Hal ini karena kualitas bahan pakan yang digunakan kurang baik, menyebabkan ketidakseimbangan pemberian pakan dengan bobot badan yang dihasilkan, hal ini sesuai dengan Card dan Nesheim (1997) menyatakan bahwa nilai konversi pakan dipengaruhi oleh kandungan energi pakan, kecukupan zat makanan dalam pakan, suhu lingkungan dan kondisi kesehatan.

(34)

22

Serat kasar yang cukup tinggi disumbangkan oleh tepung daun kelor, bisa dilihat pada Table 8 semakin tinggi persentase daun kelor diberikan semakin tinggi juga nilai konversi. Tingginya nilai konversi disebabkan selisih nilai konsumsi lebih tinggi dari pada pertambahan bobot badan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wijayanti (2011) bahwa tinggi rendahnya angka konversi pakan disebabkan oleh adanya selisih yang semakin besar atau kecil pada perbandingan antara pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang dicapai.

Nilai konversi yang rendah terdapat pada perlakuan P1 nilai rata-rata sebesar 3,51.

Income Over Feed Cost (IOFC)

Keuntungan selama penelitian bisa ditentukan dengan melakukan perhitungan Income Over Feed Cost (IOFC). Perhitungan dapat dilakukan dengan cara mengurangi seluruh pendapatan (harga jual) dengan biaya pakan selama pemeliharan. Rataan IOFC selma pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Income Over Cost (IOFC) pemeliharaan (Rp/ekor) Per-

lakuan

Ulangan

Jumlah Rata-rata

1 2 3 4

P0 10.066,57 15.308,21 13.977,85 16.105,49 55.458,12 13.864,53 P1 20.262,26 19.705,05 22.430,85 19.905,44 82.303,60 20.575,90 P2 19.347,77 18.400,40 17.141,68 11.754,13 66.643,98 16.661,00 P3 15.250,28 18.116,19 19.345,76 16.324,97 69.037,20 17.259,30 P4 15.069,54 16.157,41 17.213,88 18.813,90 67.254,73 16.813,68 Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat keuntungan paling besar adalah perlakuan P1 (Rp. 20.575,90) dan yang paling sedikit pada perlakuan P0 (Rp.

13.864,53). Hal ini menujukan bahwa perlakuan P1 pemberian daun kelor 1,5%

dapat menekan biaya pakan selama pemeliharaan. Sejalan dengan nilai PBB menunjukkan bahwa PBB pada perlakuan P1 sangat nyata lebih tinggi di bandingkan PBB pada perlakuan lainnya, sehingga menghasilkan IOFC yang juga

(35)

23

sangat nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, dan juga konsumsi ransum yang rendah.

Hal ini menunjukkan efisiensi penggunaan ransum yang tinggi yang dapat menghasilkan bobot badan yang tinggi dapat dapat menghasilkan IOFC yang tinggi, hal ini sesuai dengan Salamah (2007) menyatakan bahwa tingginya nilai IOFC selain dikarenakan harga ransum yang lebih murah, juga disebabkan konsumsi yang sedikit tetapi menghasilkan bobot badan akhir yang cukup tinggi.

(36)

24

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, performan yang baik pada perlakuan1 (penambahan tepung daun kelor 1,5%) dengan konsumsi pakan rata-rata 35,20 g/ekor/haridan pertambahan bobot badan harian rata rata 9.84 g/ekor/hari dengan nilai IOFCRp. 20.575,90 per ekor. Hasil tersebut pemberian tepung daun kelor didalam ransum dapat meningkatkan performan ayam sensi- agrinak dari pada ransum yang tidak diberikan tepung daun kelor.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan memberi daun kelor 1,5%

karena dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Dan juga disarankan pada peneliti untuk menjaga ketersedian dan kuliatas pakan, dan dapat menurunkan suhu ruangan kandang lebih efesien.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Abun. 2007. Pengukuran Nilai Kecernaan Ransum Yang Mengandung Limbah Udang Windu Produk Fermentasi Pada Ayam Petelur. Makalah Ilmiah.

Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

Allama, H., O. Sofyan, E. Widodo dan H. S. Prayogi. 2012. Pengaruh penggunaan tepung ulat kandang (Alphitobius diaperinus) dalam pakan terhadap penampilan produksi ayam pedaging. J. Ilmu – Ilmu Peternakan.

22 (3): 1-8.

Aminah, Syarifah. 2015. “Kandungan Nutrisi dan Sifat Fungsional Tanaman Kelor (Moringa oleifera)”. Buletin Pertanian Perkotaan. Volume 5. Nomor 2.

Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan Pertama. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor.

Amrullah. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Edisi ke-2. Penerbit Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor.

Astuti DA, Ekastuti DR, Firdaus. 2005. Manfaat Daun Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Pakan Ayam Pedaging. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Usaha Peternakan Berdaya Saing di Lahan Kering.

Yogyakarta (ID): Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.

Ayssiwede, S. B., A. Dieng, H. Bello, C. A. A. M. Chrysostome, M.B. Hane,A.

Mankor, M. Dahouda,M. R. Houinato,J. L. Hornick, A. Missohou. 2011.

Effects of Moringa oleifera (Lam.) leaves meal incorporation in diets on growth performances, carcass characteristics and economics results of growing indigenous Senegal chickens. Pak. J. Nutr., 10 (12): 1132-1145.

Banjo O. . 2012. Growth and Performance as affected by inclusion of Moringa oleifera leaf meal in Broiler chicks diet. Journal of biology, agriculture and healthcare 9(2).

Bell, D. & W. D. Weaver, Jr. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. 5th edition. Springer Science and Busines Media Inc. New York.

Bidura, I. G. N. G.. 2016. Bahan Makanan Ternak. Universitas Udayana : Denpasar.

Cahyono, B. 2001. Ayam Buras Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Card, L.E. and M.C. Nesheim. 1997. Poultry production. 11th Ed. Lea and Febiger. Philadelphia.

(38)

Dwiyanto, K., M. Sabrani & P. Sitorus. 1980. Performans Dari Enam Strain Ayam Pedaging. Bulletin Lembaga Penelitian Peternakan. No 25 : 9-17.

Gadzirayi, C.T. and J. F. Mupangwa. 2014. Feed intake and growth performance of indigenous chicks fed diets with Moringa oleifera leaf meal as a protein supplement during early brooding stage. Int. J. Poult. Sci., 13 (3):

145-150.

Hasan, N. F. U. Atmomarsono, E. Suprijatna. 2013. Pengaruh frekuensi pakan pada pembatasan pakan terhadap bobot tubuh, lemak abdominal, kadar lemak hati ayam broiler. Animal Agriculture Journal. 2 (1) : 336-343.

Hasnelly, Iskandar S, Sartika T. 2017. Karakteristik kualitatif dan kuantitatif ayam

SenSi-1 Agrinak. JITV 22(2): 68-79. DOI:

http://dx.doi.org/10.14334/jitv.v22i2.1605.

Irawan H, Tantalo S, Nova K. 2018. Performa Ayam Kub Unsex Periode Finisher (9 - 12 Minggu) Pada Pemberian Ransum Dengan Kadar Protein Berbeda. J Ris Inovasi Peternakan. 2(2): 27-33.

Iskandar, Sofjan. 2017. Petunjuk Teknis Produksi Ayam Lokal Pedaging Unggul (Program Perbibitan Tahun 2017). Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.

Jongrungruangchok, Suchada, Supawan Bunrathep, and Thanapat Songsak. 2010.

“Nutrients and minerals content of eleven different samples of Moringa oleifera cultivated in Thailand.” J Health Res 24 (3): 123- 127.

Lacy, M. & L. R. Veast. 2000. Improving Feed Conversion in Broiler : A Guide for Growers. Springer Science and Business Media Inc., New York.

Leeson, S. and J. D. Summers. 2005. Commercial Poultry Nutrition, 3rd edn.

Department of Animal and Poultry Science. University of Guelph, Canada.

Lestari. 1992. Menentukan Bibit Broiler. Peternakan Indonesia.

Ma’rifah, B., U. Atmomarsono., dan N. Suthama. 2013. Nitrogen retention and productive performance of crossbred native chicken due to feeding effect of kayambang (Salvinia molesta). Internat J. of Sci. and Eng. Vol. 5.

Mangisah, I., B. Sukamto dan M. H. Nasution. 2009. implementasi daun Eceng Gondok fermentasi dalm ransum itik. J. indon, Trop. Anim. Agric. 34 (2):

127-133.

Manurung EJ. 2011. Performa ayam broiler pada frekuensi dan waktu pemberian pakan yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(39)

Maradika, G. 2007. “Perubahan Warna Kuning Telur Itik Lokal dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz) pada Pakan”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Melo, N. V., Vargas, T. Quirino and C. M. C. Calvo. (2013). Moringa oleifera L.

An underutilized tree with macronutrients for human health.

Mookiah, S., CC. Sieo, K. Ramasamy, N. Abdullah, and Y.W. Ho. 2014. Effect of dietary prebi-otic, probiotic and synbiotics on performance, caecal bacte- rial populations and caecal fermentation concentrations of broiler chicken. J. Sci. Food Agric. 94(2):341-348.

Muhaiyaratun. 2018. “Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera) Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ayam Broiler Dari Umur 1 Sampai 7 Minggu”. Skripsi. Universitas Mataram, Mataram.

National Research Council. 1994. Nutrient Requirments of Poultry. 9th Revised Edition. National Academy Press. Washington, D.C.

Nugraha YA, Nissa K, Nurbaeti N, Amrullah FM, Harjanti DW. 2017.

Pertambahan Bobot Badan Dan Feed Conversion Rate Ayam Broiler Yang Dipelihara Menggunakan Desinfektan Herbal. JIIP. 27(2): 19-24.

Nuningtyas YF. 2014. Pengaruh Penambahan Tepung Bawang Putih (Allium Sativum) Sebagai Aditif Terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging.

J Ternak Tropika. 15(1): 21-30.

Nweze, N. O., & Nwafor, F. I. (2014). Phytochemical, proximate and mineral composition of leaf extracts of Moringa oleifera Lam. from Nsukka, South- Eastern Nigeria. IOSR Journal of Pharmacy and Biological Sciences, 9, 99-103.

Ologhobo, A. D., E. I. Akangbe, I.O. Adejumo, and O. Adeleye. 2014. Effect of Moringa oleifera leaf meal as replacement for oxytetracycline on carcass characteristic of the diets of broiler chickens. Annual Res. & Review in Biology. 4(2): 423-431.[online version at http://www.sciencedomain.org].

Qurniawan, A. 2016. Kualitas daging dan performa ayam broiler di kandang terbuka pada keting-gian tempat pemeliharaan yang berbeda di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

(Tesis).

Rafida. 2020. Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dalam Ransum Basal terhadap Performa Ayam. Skripsi. Fakultas Pertanian Dan Peternakan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru.

(40)

Rahman, F. 2015. Efek Nefroprotektor Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadapa Kerusakan Histologis Nefron Mencit (Mus musculus L.) yang Diinduksi Parasetamol. Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sahakitpichan, P., Mahidol, C., Disadee, W., Ruchirawat, S., Kanchanapoom, T., 2011.Unusual glycosides of pyrrole alkaloid and 4 -h yd rox yp hen yl ethan amid e from leaves of Moringa oleifera. Phytochemistry 72, 791–

795.

Salamah. 2007. Pengaruh Penggunaan Perekat Menggunakan Bahan Perekat dalam Ransum Berbentuk Crumble Terhadap Performan Ayam Broiler.

(Skripsi). Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Sanchez, N.R. 2006. Moringa oleifera and Cratylia argentea: Potential Fodder Species for Ruminants in Nicaragua. Doctoral thesis. Swedish University of Agricultural Sciences Uppsala 2006.

Shiriki, D., Igyor, M.A. and Gernah, D.I. (2015). Nutritional evaluation of complementary food formulations from maize, soybean and peanut fortified with moringa oleifera leaf powder. Food and Nutrition Sciences, 6, 494-500.

SimbolanJM, M Simbolan, N Katharina. 2007. Cegah Malnutrisi dengan Kelor.

Yogyakarta: Kanisius.

Sitindaon, Sri Haryani. 2021."Optimalisasi Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Sebagai Pakan Ayam Kampung (Sensi Agrinak) Dengan Metoda Fermentasi" (tesis). Medan: Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Situmorang NA, Mahfudz LD, Atmomarsono U. 2013. Pengaruh pemberian tepung rumput laut (Gracilaria verrucosa) dalam ransum terhadap efisiensi penggunaan protein ayam broiler. Anim Agricul J. 2(2): 49-56.

Tekle, A., Belay, A., Kelem, K., Yohannes, M. W., Wodajo, B., and Tesfaye, Y.

(2015). Nutritional Profile of Moringa stenopetala Species Samples Collected from Different Places in Ethiopia. European Journal of Nutrition

& Food Safety, 5(5): 1100-1101.

Thurber, M.D. & Fahey, J.W., (2009). Adoption of Moringa Oleifera to Combat Undernutrition Viewed Through The Lens of the “Diffussion of Innovations” Theory. Ecol Food Nutr, 48(3), 212–225. Diakses dari www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/20161339.

(41)

Tillman, A.D., et al. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Usman. 2009. Pertumbuhan ayam buras periode grower melalui pem-berian tepung biji buah merah (Pandanus conoideus LAMK) sebagai pakan alternatif. Pro-siding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua.

Uzer F, Iriyanti N, Roesdiyanto. 2013. Penggunaan pakan fungsional dalam ransum terhadap konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan ayam broiler. J Ilm Petern. 1(1): 282-288.

Wahyu, J. 1992. Ilmu nutrisi unggas. UGM-press : Yogyakarta.

Wicaksono A, Wiradimadja R, Abun. 2017. Pengaruh penggunaan limbah udang produk fermentasi dalam ransum terhadap konversi protein ransum dan daging pada ayam lokal. Students e- J. 6(1): 1-12.

Widowati, I., Efiyati, S., Wahyuningtyas, S. 2014. Uji Akativitas Antibakteri Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Bakteri Pembusuk Ikan Segar (Pseudomonas aeruginosa). PELITA, Universitas Negeri Yogyakarta, No. 1 Vol. 9 April 2014.

Wijayanti, R. P. 2011. Pengaruh Suhu Kandang Yang Berbeda Terhadap Performans Ayam Pedaging Periode Starter (Skripsi). Fakultas Peternakan.

Universitas Brawijaya. Malang.

Yang, R.Y., L.C. Chang, J.C. Hsu, B.B.C. Weng, M. C. Palada, M.L. Chadha, and V. Levasseur. 2006. Nutritional and functional properties of Moringa leaves-from germplasm to plant, to food, to health. Proceeding seminar:

Moringa and other highly nutritious plant resources: strategies, standards and markets for a better impact on nutrition in Africa. Ghana., Nopember 2006.

Yunus, Muhammad. 2016. “Respon Ayam Pedaging Terhadap Pemberian Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera) Dalam Pakan”.Tesis.Universitas Hasanuddin, Makassar.

Yuwanta, T. 2004. Dasar ternak Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Zuidhof, M.J., BL. Scheider, V.L. Car-ney, D.R. Korver, and F.E. Robinson.

2014. Growth, effi-ciency and yield of commercial broilers from 1957, 1978 and 2005. Poult. Sci. 93(12): 2970-2982.

Zulfanita, Eny R, Utami DP. 2011. Pembatasan ransum berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler pada periode pertumbuhan. JIIP.

7(1): 59-67.

(42)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data rataan konsumsi ransum pakan ayam sensi-1 (g/ekor/hari) Per-

lakuan

Rata-rata konsumsi pakan (g/ekor/minggu)

Total

Rata- rata

Rataan g/ekor/hari

M-1 M-2 M-3 M-4 M-5 M-6 M-7 M-8 M-9 M-10

P0U1 69,00 77,04 101,92 152,82 245,00 282,68 305,86 530,42 413,28 619,62 2.797,64 279,76 39,97 P0U2 63,32 74,52 91,40 127,58 190,54 303,88 260,48 312,60 408,37 445,88 2.278,57 227,86 32,55 P0U3 54,24 68,54 106,74 132,86 174,82 205,78 263,54 345,28 412,57 591,08 2.355,45 235,55 33,65 P0U4 62,36 71,24 98,82 146,20 179,82 193,32 260,88 350,52 391,23 515,06 2.269,45 226,95 32,42 P1U1 61,86 70,48 102,62 151,70 205,00 250,56 322,34 411,76 403,32 486,26 2.465,90 246,59 35,23 P1U2 58,12 68,32 103,88 148,42 205,00 299,54 302,96 465,20 405,37 487,76 2.544,57 254,46 36,35 P1U3 67,48 75,66 92,80 140,04 193,62 236,48 311,70 404,10 415,41 470,94 2.408,23 240,82 34,40 P1U4 63,96 70,42 104,14 160,36 202,72 194,38 288,22 441,44 422,15 490,22 2.438,01 243,80 34,83 P2U1 64,42 76,92 106,26 148,80 205,00 278,92 299,86 413,96 426,23 483,46 2.503,83 250,38 35,77 P2U2 47,56 68,28 103,54 144,62 205,00 256,32 303,30 413,02 428,65 433,22 2.403,51 240,35 34,34 P2U3 60,72 76,92 102,50 122,06 201,56 281,24 289,16 479,62 432,93 480,92 2.527,63 252,76 36,11 P2U4 68,36 81,38 99,72 120,88 194,16 269,42 313,68 525,92 435,63 538,56 2.647,71 264,77 37,82 P3U1 59,16 74,02 108,00 142,94 205,00 237,60 303,26 417,04 434,76 534,22 2.516,00 251,60 35,94 P3U2 58,34 68,78 88,10 121,08 190,08 175,04 263,60 370,56 433,30 479,56 2.248,44 224,84 32,12 P3U3 54,58 76,62 114,34 154,66 205,10 261,80 278,98 370,58 437,53 423,18 2.377,37 237,74 33,96 P3U4 73,00 86,98 110,28 148,72 205,00 229,74 288,72 356,46 448,09 502,62 2.449,61 244,96 34,99 P4U1 58,76 78,66 99,98 145,72 205,00 201,78 284,38 374,08 454,00 442,62 2.344,98 234,50 33,50 P4U2 73,00 69,64 102,22 137,26 205,00 246,84 300,70 462,48 461,46 515,52 2.574,12 257,41 36,77 P4U3 49,94 72,90 96,50 128,00 193,24 193,40 278,88 383,72 461,73 495,96 2.354,27 235,43 33,63 P4U4 52,06 71,50 97,64 140,86 176,46 216,68 254,48 335,88 467,51 436,12 2.249,19 224,92 32,13

(43)

Lampiran 2. Data rataan pertambahan bobot badan ayam sensi-1 (g/ekor/hari) Per-

lakuan

Rata-ratapertambahan bobot badan(g/ekor/minggu)

Total

Rata- rata

Rataan g/ekor/hari

M-1 M-2 M-3 M-4 M-5 M-6 M-7 M-8 M-9 M-10

P0U1 22,32 23,58 28,06 41,62 51,80 61,36 60,32 52,64 66,40 100,66 508,76 50,88 7,27 POU2 12,54 23,36 27,58 42,30 50,20 43,04 54,04 74,44 69,08 149,36 545,94 54,59 7,80 POU3 12,40 23,72 21,56 35,56 40,26 51,30 63,36 61,20 80,34 143,72 533,42 53,34 7,62 POU4 13,76 25,64 29,58 43,74 46,80 53,46 76,02 64,34 85,74 121,28 560,36 56,04 8,01 P1U1 14,24 24,68 32,12 46,94 75,02 102,86 62,74 87,64 88,76 146,84 681,84 68,18 9,74 P1U2 14,08 24,30 31,20 42,18 61,20 87,92 89,00 83,06 48,88 198,84 680,66 68,07 9,72 P1U3 18,44 27,76 28,14 40,14 57,12 61,88 108,82 96,72 106,92 174,22 720,16 72,02 10,29 P1U4 17,72 26,08 29,90 48,16 68,06 68,52 78,08 101,12 78,74 156,52 672,90 67,29 9,61 P2U1 16,80 25,10 29,02 64,30 53,68 80,38 91,76 78,58 83,68 158,22 681,52 68,15 9,74 P2U2 9,38 25,34 31,58 42,80 71,14 67,34 95,82 78,92 91,58 138,58 652,48 65,25 9,32 P2U3 21,44 26,36 33,96 42,64 60,72 25,08 134,54 80,58 83,62 134,66 643,60 64,36 9,19 P2U4 15,54 19,00 26,24 36,20 55,48 82,22 70,46 66,94 44,30 135,22 551,60 55,16 7,88 P3U1 15,40 23,70 34,06 44,48 59,30 11,30 143,62 81,44 81,96 123,74 619,00 61,90 8,84 P3U2 15,38 22,10 24,14 39,24 58,80 64,46 81,98 92,68 101,10 136,10 635,98 63,60 9,09 P3U3 11,76 23,78 29,00 47,46 56,54 46,00 118,34 74,52 66,72 205,14 679,26 67,93 9,70 P3U4 16,28 21,48 27,22 38,82 53,94 42,10 94,24 87,76 99,54 149,00 630,38 63,04 9,01 P4U1 17,44 22,62 26,46 45,86 53,84 34,10 111,22 60,40 89,86 138,62 600,42 60,04 8,58 P4U2 22,72 18,00 29,94 38,00 60,68 70,26 79,08 95,16 88,56 154,54 656,94 65,69 9,38 P4U3 15,48 24,26 29,84 44,14 78,10 60,88 69,84 85,92 102,40 140,40 651,26 65,13 9,30 P4U4 11,00 24,34 23,48 50,04 48,60 67,24 85,04 92,82 116,80 146,40 665,76 66,58 9,51

(44)

Lampiran 3. Data rataan konversi pakan Per-

lakuan

Konsumsi harian (g/ekor/hari)

PBB (g/ekor/hari)

Konversi pakan

P0U1 39,97 7,27 5,50

P0U2 32,55 7,80 4,17

P0U3 33,65 7,62 4,42

P0U4 32,42 8,01 4,05

P1U1 35,23 9,74 3,62

P1U2 36,35 9,72 3,74

P1U3 34,40 10,29 3,34

P1U4 34,83 9,61 3,62

P2U1 35,77 9,74 3,67

P2U2 34,34 9,32 3,68

P2U3 36,11 9,19 3,93

P2U4 37,82 7,88 4,80

P3U1 35,94 8,84 4,06

P3U2 32,12 9,09 3,54

P3U3 33,96 9,70 3,50

P3U4 34,99 9,01 3,89

P4U1 33,50 8,58 3,91

P4U2 36,77 9,38 3,92

P4U3 33,63 9,30 3,61

P4U4 32,13 9,51 3,38

(45)

Lampiran 4. Hasil analisis ragam konsumsi pakan The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlakuan 5 0 1 2 3 4 Number of observations 20 The GLM Procedure

Dependent Variable: konsumsi Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 10.29718000 2.57429500 0.58 0.6813 Error 15 66.49930000 4.43328667

Corrected Total 19 76.79648000

R-Square Coeff Var Root MSE konsumsi Mean 0.134084 6.046224 2.105537 34.82400 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 10.29718000 2.57429500 0.58 0.6813 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 10.29718000 2.57429500 0.58 0.6813

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for konsumsi

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 15 Error Mean Square 4.433287 Number of Means 2 3 4 5

Critical Range 3.173 3.327 3.422 3.487 Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N perlakuan A 36.010 4 2

A

A 35.203 4 1 A

A 34.648 4 0 A

A 34.253 4 3 A

A 34.008 4 4

(46)

Lampiran 5. Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan The GLM Procedure

Class Level Information Class Levels Values perlakuan 5 0 1 2 3 4 Number of observations 20

The GLM Procedure Dependent Variable: bobotbadan Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 10.09175000 2.52293750 10.95 0.0002 Error 15 3.45505000 0.23033667

Corrected Total 19 13.54680000

R-Square Coeff Var Root MSE bobotbadan Mean 0.744955 5.344477 0.479934 8.980000

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 10.09175000 2.52293750 10.95 0.0002 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 10.09175000 2.52293750 10.95 0.0002

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for bobotbadan

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 15 Error Mean Square 0.230337 Number of Means 2 3 4 5

Critical Range .7233 .7583 .7800 .7947 Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N perlakuan A 9.8400 4 1

A

B A 9.1925 4 4 B A

B A 9.1600 4 3 B

B 9.0325 4 2 C 7.6750 4 0

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kedua gap penelitian tersebut menjadi dasar model konseptual dalam paper ini, yang bertujuan untuk mengembangkan model bagimana upaya peningkatan komitmen karyawan pada perbangkan

Hasanuddin BM, “bahwa dalam optimalisasi pajak yang setiap tahun mengalami tren peningkatan, tidak bisa dipungkiri juga bahwa ada beberapa aspek yang mempengaruhi

Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yakni siswa kurang mampu memahami cara penyelesaian masalah yang berkaitan dengan keliling persegi dan persegi panjang,

Penelitian kuantitatif dipilih di dalam penelitian ini karena sampel yang digunakan adalah sampel dari populasi auditor yang bekerja di KAP yang terdaftar di BPK RI

Selanjutnya, untuk melihat tingkat permintaan dari empat buah (Belimbing, Jeruk, Kelengkeng, dan Rambutan) yang diamati, dapat dilihat dari gambar berikut ini:

Komoditas unggulan Indonesia yang memiliki daya saing tinggi di kawasan ASEAN dan ANZ adalah komoditas-komoditas yang terkait dengan energi, karenanya diperlukan pula

Materi penelitian adalah daging burung puyuh yang telah mendapatkan perlakuan pemberian ransum yang ditambahkan dengan tepung siap pakai temulawak dan kunyit.. Ransum

yang dilakukan untuk mempertahankan koleksi agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Tidak setiap perpustakaan harus melakukan kegiatan pelestarian koleksi