• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mei Shinta Rahmawati MI Negeri Karang Poh, *Corresponding author,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Mei Shinta Rahmawati MI Negeri Karang Poh, *Corresponding author,"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

doi: http://dx.doi.org/xx.xxxxx/ije.122020.199-210

199

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bilangan pada Peserta Didik MI Negeri Karang Poh Pulosari

Pemalang Melalui Strategi Think Talk Write (TTW)

Mei Shinta Rahmawati

MI Negeri Karang Poh, *Corresponding author, e-mail: meishintarahmawati@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas pada peserta didik kelas IV MIN Karang Poh. Berdasarkan observasi awal terhadap proses pembelajaran Matematika di kelas IV, peserta didik masih kurang paham dengan materi yang diajarkan oleh guru dan peserta didik merasa bosan dengan suasana yang kurang menarik, seperti dalam proses belajar mengajar peserta didik mengobrol sendiri, bermain bulpoin dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Hal ini disebabkan proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah. Peneliti menerapkan strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) pada kelas IV MIN Karang Poh dengan jumlah peserta didik ada 20. Pengumpulan data menggunakan metode observasi dan tes. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif non statistik. Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu kegiatan pra siklus, pelaksanaan siklus I dan siklus II dan penyempurnaan data dan penyusunan laporan. Kondisi awal hasil belajar peserta didik sangat rendah yaitu rata-rata 54,5 dengan ketuntasan belajar 30%. Setelah diterapkan strategi pembelajaran TTW hasil belajar peserta didik meningkat. Pada siklus I diperoleh data rata-rata hasil belajar peserta didik 62,5 dengan ketuntasan belajar sebanyak 55%. Pada siklus II diperoleh data rata-rata hasil belajar peserta didik 76 dengan ketuntasan belajar secara klasikal 75%. Dari data tersebut terlihat, bahwa ada peningkatan hasil belajar peserta didik setelah diterapkan strategi pembelajaran TTW.

Keywords: Hasil Belajar Matematika, Strategi Think Talk Write.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sifatnya krusial bagi setiap orang, dimana dengan adanya pendidikan suatu kaum atau bangsa mempunyai dasar ilmu pengetahuan, selain itu dengan adanya pendidikan mampu menumbuhkan kreatifitas kecerdasan, dan pengetahuan yang berguna untuk dirinya sendiri (implisit). Hal ini selaras dengan Undang-Undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan dirinya.

Received : 2-04-2020. Published : 31-08-2020

This is an open access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution 4.0 International License

Website: https://journal.muntahanoorinstitute.com/index.php/ijne

(2)

200 Melihat perkembangan zaman yang semakin maju dan kompleks pola berfikir masyarakat kita cenderung modern dan terbuka dalam merespon pengetahuan yang baru, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah teknologi informasi, melihat perkembangan tersebut peran guru sebagai tenaga pendidik sangat penting selain sebagai barometer dalam mengarahkan pengetahuan guru juga mempunyai peranan sebagai pembimbing untuk peserta didik.

Dalam dunia pendidikan guru merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang penting yang besar dan strategis. Selain itu guru mempunyai misi dan tugas yang berat. Karena gurulah yang berhadapan langsung dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan mengantarkan tunas-tunas bangsa ke puncak cita-cita (Kunandar, 2007: 5).

Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pengawasan itu turut menentukan lingkungan itu membantu kegiatan belajar. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para peserta didik untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan salah satu factor yang mendukung kondisi belajar di dalam kelas adalah job description (Djamarah & Zain, 2010: 29).

Mata pelajaran matematika adalah salah satu pelajaran yang penting untuk itu mata pelajaran matematika perlu di berikan kepada semua peserta didik mulai sejak dini karena dengan diberikannya mata pelajaran matematika peserta didik mampu berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, kompetitif, dan pada saatnya diharapkan pelajaran matematika dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik. Dimana dalam proses pembelajarannya menekankan pada pemberian gambaran matematika, untuk aplikasi kehidupan sehari-hari. pada penerapan matematika perlu dilakukan metode secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. sehingga dalam memahami pelajaran matematika khususnya pada tingkatan MI tidak ada kesulitan dan peserta didik tidak merasa jenuh dan bosan dalam menghadapi pelajaran khususnya pelajaran matematika.

Pada penelitian ini materi pokok yang dipilih oleh peneliti adalah bilangan yang meliputi mengenal bilangan 1.001 sampai dengan 50.000, menentukan nilai tempat, membandingkan dua bilangan yang melibatkan nilai tempat, mengurutkan bilangan dari terkecil atau terbesar. pada pengamatan yang dilakukan di MI Negeri Karang Poh Kec. Pulosari Kab. Pemalang yang menjadi tempat penelitian, dalam penyampaian materi pelajaran khususnya pada pelajaran matematika selama ini masih menggunakan metode konvensional atau teacher centered dimana guru lebih banyak ceramah, Seperti yang penulis ketahui bahwa metode konvensional merupakan metode yang hanya berpusat pada guru dan guru lebih banyak ceramah dan berpangku pada buku saja sehingga dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik menjadi pasif, dan lebih cenderung untuk menghafal sehingga kemampuan peserta didik dan daya analisa peserta didik dalam memahami pelajaran matematika kurang berkembang dan cenderung bosan dalam menghadapi pelajaran khususnya pelajaran matematika. Tidak hanya itu dalam penelitian yang dilakukan di MI Negeri Karang Poh masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari cara dan lamanya waktu yang dibutuhkan mereka untuk menyelesaikan suatu soal. Ketika diminta untuk menyelesaikan suatu masalah matematika, beberapa peserta didik masih belum dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan kepada peserta didik.

(3)

201 Melihat permasalahan tersebut, maka menjadi tugas penting bagi seorang pendidik untuk mencari variasi strategi-strategi yang dapat mempermudah peserta didik memahami serta aktif dalam mengikuti pembelajaran khususnya pada pelajaran matematika. Pada pemilihan strategi sebagai pendidik tentunya harus memilih strategi yang tepat dan sesuai sehingga peserta didik tidak mengalami kesulitan dan tidak jenuh dalam mengikuti pelajaran serta lebih aktif dalam mengikuti pelajaran.

Strategi pembelajaran merupakan suatu keputusan bertindak dari guru dengan menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan (Mufarrokah, 2009: 37). Untuk mengatasi kesulitan tersebut, dapat diperbaiki dengan cara menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dan tepat, yaitu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan mengembangkan penalaran peserta didik, salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah strategi Think Talk Write (TTW). Dimana Strategi Think Talk Write (TTW) adalah strategi pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk aktif dalam berpikir (Think), aktif mengemukakan hasil pemikirannya dalam bentuk diskusi atau media yang lain (Talk) serta mampu menyelesaikan hasil pemikiran dan penerapannya dalam bentuk tulisan (Write). Dengan demikian, melalui strategi Think Talk Write (TTW) pembelajaran akan lebih berpengaruh dan berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dengan demikian adanya strategi Think Talk Write(TTW) dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar yang memuaskan dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Dalam hal ini materi yang dipilih oleh peneliti adalah materi pokok bilangan yang meliputi: mengenal bilangan 1.001 sampai dengan 50.000, menentukan nilai tempat, menentukan penjumlahan dan selisih bilangan, membandingkan dua bilangan yang melibatkan nilai tempat, mengurutkan bilangan dari terkecil atau terbesar, dipilih oleh peneliti karena penyampaian materi tersebut di MI Negeri Karang Poh Kec.

Pulosari Kab. Pemalang masih menggunakan metode ceramah padahal materi tersebut merupakan yang sebenarnya dapat dipahami tidak hanya dari buku saja. Akan tetapi peserta didik dapat mempraktikkan langsung dengan media seperti uang dan permainan. Dengan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk dapat belajar langsung melalui media peserta didik akan lebih antusias dalam belajar, lebih dapat memahami dan mengembangkan potensi peserta didik. Berdasarkan pemaparan di atas, diteliti lebih lanjut terkait Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Think Talk Write (TTW) Materi Pokok Bilangan Pada Peserta Didik Kelas IV MI Negeri Karang Poh.

KAJIAN TEORI Hasil Belajar

Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu hasil dan belajar, hasil merupakan sesuatu yang diadakan oleh usaha (Depdikbud, 2005: 391). Sedangkan belajar merupakan tahapan perubahan tingkah laku peserta didik yang positif, sebagai hasil interaksi edukatif dengan lingkungan yang diperoleh dari usaha perubahan tingkah laku peserta didik yang melibatkan proses kognitif (Syah, 1996: 14).

Slameto mengemukakan bahwa ”belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya individu itu sendiri dalam interaksi individu dengan lingkungannya” (Slameto, 2010: 2).

Menurut W.S. Winkel berpendapat bahwa belajar adalah perubahan kemampuan tingkah laku yang digolongkan menjadi tiga, yaitu yang pertama, perubahan kognitif yang meliputi pengetahuan dan pemahaman, kedua, perubahan tingkah laku sensorik motorik yang meliputi ketrampilan melakukan rangkaian gerak gerik badan dalam

(4)

202 urutan tertentu, ketiga, perubahan tingkah laku dinamik afektif yang meliputi sikap dan nilai yang meresapi perilaku dan tindakan (Winkkel, 1999: 5).

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman, 1999: 37). Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang dimiliki seseorang. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan tingkah laku kognitif, afektif dan psikomotorik (Sukmadinata, 2004: 179). Jadi hasil belajar yang dimaksud adalah suatu hasil yang telah dicapai (dilakukan) oleh peserta didik setelah adanya aktifitas belajar suatu mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam waktu yang telah ditentukan pula. Hasil belajar dapat diketahui setelah dilakukan evaluasi hasil belajar. Setiap orang yang melakukan suatu kegiatan ingin tahu hasil dari kegiatan yang dilakukannya. Untuk mengetahui tentang baik dan buruknya dan proses hasil dari kegiatan pembelajaran, maka seorang guru harus menyelenggarakan evaluasi.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil apabila: (1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok; (2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun klasikal (Sudjana, 2002: 22.).

Adapun Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik dapat memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang akan dipelajari.

Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi pembelajaran matematika, yang sesuai dengan: (1) Topik yang sedang dibicarakan; (2) Tingkat perkembangan intelektual peserta didik; (3) Prinsip dan teori belajar; (4) Keterlibatan peserta didik untuk aktif; (5) Keterkaitan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari; dan (6) Pengembangan dan pemahaman penalaran matematis (Muhsetyo, dkk., 2008: 26).

Dari pengertian pembelajaran matematika tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika itu membutuhkan upaya untuk membantu peserta didik mencapai kompetensi yang harus dicapai melalui rangkaian pembelajaran terutama pada materi bilangan yang meliputi: mengenal bilangan 1.001 sampai dengan 50.000, menentukan nilai tempat, menentukan penjumlahan dan selisih bilangan, membandingkan dua bilangan yang melibatkan nilai tempat, dan mengurutkan bilangan dari terkecil atau terbesar yang membutuhkan pengembangan dan pemahaman penalaran matematis.

Strategi Think Talk Write (TTW)

Strategi Think Talk Write (TTW) adalah strategi pembelajaran yang mengajarkan peserta didik untuk aktif dalam berpikir (think), aktif mengemukakan hasil pemikirannya dalam bentuk diskusi atau media yang lain (talk) serta mampu menyelesaikan hasil pemikiran dan penerapan dalam bentuk tulisan (write). Strategi TTW diperkenalkan oleh Hunker dan Laughlin dimana proses pembelajarannya melalui berpikir, berbicara, dan menulis (Yamin & Ansari, 2008: 84). Strategi ini diawali dengan peserta didik membaca untuk memahami masalah, diikuti dengan memikirkan penyelesaiannya (Think), kemudian peserta didik mengkomunikasikan penyelesaiannya (Talk) dan akhirnya melalui diskusi serta negosiasi peserta didik menuliskan hasil pemikirannya tersebut (Write) (Soedjoko, 2006: 5).

Suatu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik adalah strategi TTW, yaitu strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut

(5)

203 dengan lancar. TTW merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin. Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Djamarah & Zain, 2006: 5).

Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan keadaan, setiap strategi pembelajaran memiliki kekhasan sendiri-sendiri (Sanjaya, 2008: 131.).

Strategi pembelajaran merupakan pola umum perbuatan guru dan peserta didik dalam perwujudan pembelajaran, pengertian strategi belajar dalam hal ini menunjukkan kepada karakteristik dari rentetan perbuatan antara guru dan peserta didik dalam suatu peristiwa belajar mengajar aktual dinamakan prosedur instruksional (Hasibun, 1995: 3). Dalam menerapkan strategi pembelajaran ada beberapa komponen yang harus diperhatikan agar dalam kegiatan pembelajaran tercapai suatu tujuan yang telah ditentukan, Dick dan Carey menyebutkan 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu: (1) Kegiatan pembelajaran pendahuluan; (2) Penyampaian informasi; (3) Partisipasi peserta didik; (4) Tes; dan (5) Kegiatan lanjutan (Uno, 2008: 3).

Adapun langkah-langkah pembelajaran strategi TTW: (1) Guru membagi teks bacaan berupa Lembaran Aktivitas Peserta Didik yang memuat situasi masalah bersifat open –ended dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya; (2) Peserta didik membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think); (3) Peserta didik berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Pendidik berperan sebagai mediator lingkungan belajar;

(4) Peserta didik mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (Yamin

& Ansari, 2008: 90).

Strategi TTW mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan strategi TTW: (1) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk berinteraksi dan berkolaborasi membicarakan tentang penyelidikannya atau catatan-catatan kecil mereka dengan anggota kelompok; (2) Peserta didik terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar; dan (3) Strategi ini berpusat pada peserta didik, misalkan member kesempatan pada peserta didik dan guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar. Guru memonitoring dan menilai partisipasi peserta didik terutama dalam diskusi.

Kekurangan strategi TTW di antaranya yaitu: (1) Strategi pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalkan sebagian waktu hilang karena membantu peserta didik mencari solusi pemecahan masalah atau menemukan teori-teori yang berhubungan dengan lembar kerja peserta didik.

Strategi pembelajaran TTW adalah suatu strategi pembelajaran dengan alur yang dimulai dengan keterlibatan peserta didik dalam berfikir (Think) atau berdialog dengan dirinya sendiri dengan proses membaca, selanjutnya berbicara (Talk) dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis (Write). Lebih rinci dalam penelitian ini langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW yang digunakan adalah: (1) Peserta didik dalam kelompok memperoleh LKPD yang berbasis kemampuan pemecahan masalah, yang berisi lembar kegiatan masalah matematika dan petunjuk pengerjaannya; (2) Peserta didik membaca dan mempelajari LKPD tersebut secara mandiri, kemudian membuat rencana penyelesaian masalah yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah tersebut; (3) Peserta didik mendiskusikan hasil pemikirannya tersebut dalam kelompok untuk mendapatkan kesepakatan dan menambah pemahaman mengenai cara menyelesaikan masalah matematis tersebut;

(4) Dari hasil diskusi peserta didik menuliskan penyelesaian masalah yang dianggap benar; (5) Satu atau beberapa kelompok mewakili satu kelas untuk mempresentasikan

(6)

204 LKPDnya, sedangkan kelompok yang lain diminta untuk member tanggapan; dan (6) bersama-sama dengan guru, peserta didik membuat refleksi dan kesimpulan atas solusi penyelesaian tersebut.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Tempat penelitian di MI Negeri Karang Poh Pulosari.

Subyek penelitian adalah peserta didik kelas IV tahun ajaran 2012/2013. Pelaksana dalam penelitian tindakan kelas adalah orang yang melaksanakan pembelajaran, pelaksana dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan kolaborator guru matematika kelas IV. Siklus yang ditentukan pada penelitian ini sebanyak II siklus.

Data-data yang diperoleh dari penelitian baik melalui pengamatan, tes atau dengan menggunakan metode yang lain kemudian diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan dalam upaya meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar peserta didik. Indikator Pencapaian didasarkan pada teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik dikatakan tuntas belajar apabila ia mampu menyelesaikan, dan menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari rata-rata seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 75% secara klasikal (Mulyasa, 2005: 99).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Strategi Think Talk Write (TTW)

Berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan pra siklus diperoleh hasil belajar peserta didik kelas IV yang lulus KKM dari 20 peserta didik, yang tuntas 6 peserta didik dan yang tidak tuntas 14 peserta didik dengan ketuntasan klasikal 30% ≤ 75%

dari indikator pencapaian. Hasil rata-rata kelas pada pra siklus yaitu 1090 dibawah indikator rata-rata kelas yang harus mencapai ≥ 65.

Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa penyebab dari rendahnya hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh cara pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran. Dengan pembelajaran yang monoton, peserta didik tidak dapat menggali dan mengembangkan pemahaman karena peserta didik tidak terlibat aktif dalam pembelajaran dan peserta didik terkesan hanya menerima apa yang disampaikan guru dan mencatatnya.

Berdasarkan deskripsi pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I, terlihat banyak peserta didik masih bingung dalam menuliskan ide dalam bentuk catatan kecil pada pertemuan pertama. Hal ini besar kemungkinan disebabkan oleh tingkat pemahaman peserta didik terhadap suatu permasalahan cenderung kurang, seperti aktivitas berpikir (Think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks matematika atau berisi cerita matematika kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Penyebab lain yang diduga menjadikan peserta didik masih bingung dalam menuliskan ide dalam bentuk catatan kecil adalah kurang terbiasanya peserta didik menuliskan suatu ide kemungkinan jawaban suatu soal dalam bentuk catatan kecil karena peserta didik baru pertama kali mengenal strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) yang menuntut peserta didik menuliskan ide kemungkinan jawaban dalam bentuk catatan kecil. Selain itu, peserta didik cenderung tidak gigih dalam mengerjakan soal LKPD.

Hal tersebut terlihat ketika peserta didik merasa kebingungan mengenai apa yang harus mereka tulis dalam bentuk catatan kecil, peserta didik cenderung putus asa

(7)

205 sehingga menuliskan ide kemungkinan jawaban pada catatan kecil kurang lengkap dan kurang terarah. Kendala yang dialami peserta didik pada tahap think pertemuan pertama tersebut mempengaruhi aktivitas peserta didik pada tahap talk, write, dan presentasi. Hal ini disebabkan bahwa setiap tahap pembelajaran dengan strategi Think Talk Write (TTW) saling berkaitan karena alur strategi Think Talk Write (TTW) dimulai dari keterlibatan peserta didik dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan kelompoknya sebelum menulis.

Peneliti menggunakan strategi Think Talk Write (TTW) sesuai dengan langkah- langkah strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti pada tindakan tahap think dengan cara memberi umpan sedikit materi dan memberi batasan yang jelas kepada peserta didik tentang apa yang harus ditulis dalam catatan kecil pada perbaikan tindakan siklus II. Hal ini dilakukan oleh peneliti karena melihat pada tahap think siklus I, peserta didik belum bisa menuliskan ide/gagasan dalam bentuk catatan kecil. Pada akhirnya, peserta didik sudah mulai paham dan bisa melakukan aktivitas dengan baik pada tahap think siklus II. Peserta didik mampu menuliskan gagasan- gagasannya dalam bentuk catatan kecil, terlepas dari apakah gagasan tersebut benar atau salah. Pada tahap talk, secara umum terlihat bahwa sebagian besar peserta didik sudah cukup baik melakukan aktivitas diskusinya. Pada saat diskusi siklus II lebih baik dibandingkan dengan siklus I. peserta didik lebih aktif dalam kegiatan diskusi. Apabila ada yang belum paham, peserta didik bertanya kepada anggota kelompoknya maupun kepada peneliti.

Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Berdasarkan Lembar Observasi Peserta Didik.

Selain pelaksanaan strategi Think Talk Write (TTW) yang menjadi acuan untuk melihat kemampuan memecahkan masalah peserta didik setelah melalui pembelajaran dengan menggunakan strategi Think Talk Write (TTW) adalah hasil observasi yang dilakukan oleh para observer selama proses pembelajaran. Data diperoleh berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung melalui lembar observasi.

Observasi kemampuan memecahkan masalah dilakukan setiap langkah pemecahan masalah, yang ditujukan untuk melihat kinerja (performance) peserta didik pada saat melakukan kegiatan memecahkan masalah.

Observasi dilakukan pada tiap kelompok dari keseluruhan peserta didik kelas IV yang berjumlah 20 orang. Berdasarkan hasil observasi pada tiap kelompok yang dilakukan oleh observer, kemampuan memecahkan masalah peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II setelah melalui pembelajaran dengan menggunakan strategi Think Talk Write (TTW). Untuk memperjelas peningkatan yang terjadi, berikut adalah tabel perbandingan kemampuan memecahkan masalah peserta didik berdasarkan hasil observasi siklus I dan siklus II:

Tabel 1

Perbandingan Hasil Belajar pada Siklus I dan Siklus II

Aspek yang diamati Siklus I Siklus II

Persentase kategori Persentase Kategori Memperhatikan dan Mendengarkan penjelasan

guru 53,75% Cukup 76,25% Sangat Baik

Membuat catatan 45% Cukup 75% Baik

Membahas isi catatan 41,25% Cukup 63,75% Baik Kerja sama dalam kelompok 46,25% Cukup 65% Baik Menulis hasil diskusi 51,25% Cukup 66,25% Baik Presentasi di depan kelas 60% Baik 80% Sangat Baik Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar peserta didik ditinjau dari hasil observasi selama proses pembelajaran mengalami peningkatan dari

(8)

206 siklus I ke siklus II: Kemampuan peserta didik pada langkah memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru mengalami peningkatan dari 53, 75% (kategori cukup) pada siklus I, menjadi 76,25% (kategori sangat baik) pada siklus II. Artinya, berdasarkan pengamatan observer peserta didik telah memahami masalah dengan baik, dapat menuliskan kembali permasalahannya dalam bentuk pertanyaan, logis serta ada hubungan sebab akibat.

Pada langkah membuat catatan kemampuan peserta didik juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 45% (kategori cukup) pada siklus I, menjadi 75% (kategori baik) pada siklus II. Artinya observer mengamati bahwa peserta didik sudah dapat mencatat semua hasil yang ada LKPD, menganalisisnya serta membuat catatannya menjadi rapi dan mudah untuk dibaca. Sedang pada langkah membahas isi catatan persentase kemampuan peserta didik meningkat dari 41,25% (kategori cukup) pada siklus I, menjadi 63,75% (kategori baik) pada siklus II. Artinya peserta didik dapat membahas isi catatan dari catatan yang telah dicatat dalam bentuk pertanyaan atau soal sesuai dengan masalah walau isi catatan atau catatannya kurang logis. Pada langkah kerja sama dalam kelompok peserta didik mengalami peningkatan dari 46,25%

(kategori cukup) pada siklus I, menjadi 65% (kategori baik) pada siklus II. Artinya observer dalam mengamati peserta didik saat melakukan kerja sama sudah dapat bekerja sama dalam kelompoknya masing-masing untuk memecahkan masalah.

Aspek yang diamati selanjutnya adalah menulis hasil diskusi meningkat dari 51,25% (kategori cukup) pada siklus I menjadi 66,25% (kategori baik) pada siklus II.

Artinya pada langkah ini peserta didik mulai aktif dengan menulis hasil diskusi peserta didik dan sudah dapat mengambil kesimpulan sesuai dengan masalah.

Aspek yang diamati yang terakhir adalah presentasi di depan kelas. Pada langkah ini persentase presentasi peserta didik di depan kelas mengalami peningkatan dari 60%

(kategori baik) pada siklus I menjadi 80% (kategori sangat baik) pada siklus II yang berarti peserta didik dapat mempresentasikan hasil diskusinya yang memuat masalah lalu memaparkannya di depan kelas.

Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Berdasarkan Hasil Belajar Peserta Didik.

Pada pembelajaran pra siklus pendidik masih menggunakan metode konvensional yaitu belum menggunakan strategi Think Talk Write (TTW) yang ditawarkan oleh peneliti. Adapun hasil belajar peserta didik pada pra siklus dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2

Hasil Belajar Pra Siklus

Tingkat ketuntasan hasil belajar Pra Siklus

Tuntas 6

Tidak Tuntas 14

Nilai rata-rata 57

Persentase ketuntasan belajar 30%

Dengan diadakannya tes Pra siklus nilai yang diperoleh rata- rata 57 dengan ketuntasan 30% dan peserta didik yang tidak tuntas mencapai 70%, sehingga dapat digambarkan bahwa peserta didik belum sepenuhnya dapat mengikuti mata pelajaran matematika dengan baik dan pembelajaran masih terpaku dengan guru, menjadikan pembelajaran tidak dapat sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan hanya menggunakan metode ceramah menjadikan pemahaman peserta didik kurang maksimal.

Dengan mengkaji pembelajaran pada pra siklus yang belum mampu menghasilkan nilai rata-rata sesuai dengan KKM, maka dapat disimpulkan bahwa masalah yang

(9)

207 terjadi dalam proses pembelajaran tersebut adalah kreatifitas pendidik dalam penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi belajar harus diperhatikan, agar mencapai hasil belajar yang memuaskan. Maka dari itu ditawarkan oleh peneliti untuk menggunakan strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW).

Nilai hasil belajar peserta didik dalam siklus I diambil dari nilai tes peserta didik pada akhir siklus dengan sebanyak 10 soal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Nilai akhir siklus I dapat peneliti gambarkan sebagai berikut:

Tabel 3

Hasil Belajar Peserta Didik Tingkat ketuntasan Siklus I

Tidak tuntas 9

Tuntas 11

Nilai rata-rata 64

Persentase ketuntasan belajar 55%

Hasil evaluasi diperoleh nilai rata-rata siklus I adalah 64 dengan ketuntasan belajar yang di tetapkan peneliti dan sekaligus menjadi patokan ketuntasan belajar adalah 65 sebanyak 70% dari seluruh jumlah peserta didik di dalam kelas, dari data di atas ada 9 peserta didik yang belum mencapai nilai 65, dan 11 orang mendapat nilai di atas 65. Dari data hasil belajar peserta didik tersebut menunjukkan bahwa ada 9 peserta didik yang belum tuntas belajar dan baru 11 peserta didik yang tuntas belajar, sehingga prosentase ketuntasan belajar peserta didik memperoleh 55%.

Hasil belajar pada siklus I dianggap belum memuaskan, hal ini dikarenakan beberapa faktor yaitu: (1) Pembelajaran dengan strategi Think Talk Write (TTW) merupakan pembelajaran yang baru, karena peserta didik dan juga guru sebelumnya lebih sering menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran matematika pada materi benda dan sifatnya; (2) Masih banyak peserta didik yang belum aktif dalam proses diskusi maupun mengerjakan soal, sehingga proses pembelajaran tidak seimbang hanya beberapa anak yang pandai; (3) Bimbingan yang diberikan oleh peneliti kurang merata, sehingga pada saat proses diskusi maupun pengerjaan soal, tidak banyak peserta didik yang mampu memahami tentang soal yang diajukan masih kurangnya manajemen waktu yang dilakukan peneliti, sehingga proses presentasi dan pengajaran soal hanya diwakilkan oleh satu kelompok saja, sehingga untuk meyakinkan guru dan peneliti, maka harus dilakukan siklus II.

Hal ini terlihat pada Siklus II dilakukan karena untuk mengetahui kebenaran adanya kenaikan perubahan proses belajar dan hasil belajar matematika pada materi bilangan. Nilai hasil belajar dalam siklus II diambil dari tes yang dilakukan pendidik dan peneliti dengan soal sebanyak 10 soal dengan hasil tes sebagai berikut :

Tabel 4

Hasil Belajar Peserta didik Tingkat ketuntasan Siklus II

Tidak tuntas 5

Tuntas 15

Nilai rata-rata 73,5 Persentase ketuntasan belajar 75%

Dari hasil data di atas menunjukkan bahwa pada siklus II hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan, yaitu 75% itu berarti peserta didik dinyatakan tuntas dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi TTW dengan dibandingkan pada siklus I peserta didik yang tuntas dalam proses belajar hanya 55%. Artinya pembelajaran siklus II dapat dikatakan meningkat, karena batas ketuntasan belajar yang telah ditentukan KKM 65 sebanyak 75%, pada siklus I nilai yang diperoleh nilai

(10)

208 rata-ratanya adalah 64 dengan perolehan prosentase ketuntasan belajar 55% yang tuntas 11 peserta didik dan yang tidak tuntas ada 9 peserta didik dan pada siklus II menjadi nilai rata-rata yang diperoleh adalah 73,5 dengan prosentase ketuntasan belajar 75% yang tuntas 15 peserta didik dan yang tidak tuntas ada 5 peserta didik.

Keberhasilan indikator tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) Peneliti dalam pembelajaran siklus II, sudah menyampaikan tujuan pembelajaran yang berpengaruh pada kemampuan memecahkan masalah dan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran matematika; (2) Pada siklus II peserta didik lebih mudah memahami materi pelajaran dengan strategi pembelajaran TTW; (3) Peneliti sudah mampu mengelola waktu dengan baik dan efisien; (4) Peserta didik sudah diberikan kesempatan untuk mengambil kesimpulan akhir dari hasil diskusi maupun pembelajaran yang dilakukan; (5) Kepercayaan peserta didik paham melakukan presentasi hasil diskusi juga meningkat. Hal ini dikarenakan peneliti sudah memberikan bimbingan secara merata keseluruhan kelompok diskusi; dan (6) Peserta didik sudah lebih aktif dan termotivasi dalam mengerjakan soal yang diajukan meskipun masalah yang diajukan tidak seperti siklus I.

Perbedaan antara siklus I dan siklus II

Pada siklus I: (1) Peserta didik masih belum paham pada strategi yang sedang di terapkan; (2) Peserta didik masih terlihat gaduh atau ramai sendiri dalam bertanya mengenai cara menyelesaikan tugas, baik kepada peserta didik lainnya, guru atau peneliti; dan (3) Banyak peserta didik yang masih sulit bergabung dengan kelompoknya, sehingga menghabiskan banyak jam pelajaran yang terbuang sia-sia.

Pada Siklus II, suasana kelas dan diskusi lebih terkondisikan dan peserta didik sudah berani mengungkapkan pendapat dalam diskusi dan berani bertanya dan peserta didik terlihat antusias dalam mengerjakan diskusi atau tes individu untuk itu pendidik lebih memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi dalam diskusi Sehingga peserta didik sudah terlihat bertukar pikiran dalam diskusi kelompok.

Tabel 5

Perbandingan Nilai Rata-Rata Peserta Didik Pada Pra Siklus I dan Siklus II Tingkat ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II

Tidak Tuntas 6 9 5

Tuntas 14 11 15

Nilai rata-rata 54,5 62,5 76

Persentase ketuntasan belajar 30% 55% 75%

Gambar 1

Histograms Ketuntasan Belajar Peserta Didik Tiap

100 80

60 Series 1

20

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

(11)

209 Di atas adalah gambar dari ketuntasan belajar. Berdasarkan Tabel dan Gambar diatas membuktikan dengan beberapa tindakan yang dilakukan peneliti dan guru terutama dalam membimbing peserta didik dan kemampuan belajar pada peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran matematika materi pokok bilangan telah meningkatkan tingkat ketuntasan peserta didik yang semula pada pra siklus peserta yang tidak tuntas 6 peserta didik dan yang tuntas 14 peserta didik yang nilai rata- ratanya adalah 54,5 dengan prosentase ketuntasan 30% Siklus I ada peserta didik yang tidak tuntas belajar 9 peserta didik dan yang tuntas 11 peserta didik nilai rata- ratanya adalah 62,5 dengan prosentase 55%. Setelah diadakan perbaikan pada siklus II, hasil belajar menjadi meningkat, peserta didik yang tuntas belajar mencapai 76 dengan prosentase ketuntasan 75% atau 15 peserta didik tuntas dan hanya 5 peserta didik yang tidak tuntas belajar. Berarti bahwa strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika materi pokok bilangan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran matematika melalui strategi Think Talk Write(TTW) materi pokok bilangan pada peserta didik kelas IV MI Negeri Karang Poh Kec. Pulosari Kab.

Pemalang, dapat disimpulkan bahwa pada kondisi awal kemampuan dan hasil belajar peserta didik sangat rendah yaitu rata-rata 54,5 dengan ketuntasan belajar 30%.

Setelah diterapkan strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) hasil belajar peserta didik meningkat. Pada siklus I diperoleh data rata-rata hasil belajar peserta didik 62,5 dengan ketuntasan belajar sebanyak 55%. Pada siklus II diperoleh data rata-rata hasil belajar peserta didik 76 dengan ketuntasan belajar secara klasikal 75%. Dari data tersebut terlihat, bahwa ada peningkatan hasil belajar peserta didik setelah diterapkan strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW).

REFERENCES

Abdurrahman, M. (1999). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Abror, A. R. (1993). Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

Asri, B. C. (2008). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Baharudin, dkk. (2007). Teori Belajar & Pembelajaran,.Yogyakarta: Ar Ruzz.

Djamarah, S. B., dkk. (2006). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Asdi Mahasatya.

Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.

Kementerian Agama, Panduan Teknis Pengembangan Kurikulum Madrasah Aliyah, Jakarta: 2012.

Kunandar. (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Moedjiono, H. (1995). Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moeslichatun. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Purwanto, N. (2004). Psikologi Pendidikan, Bandung Remaja Rosdakarya.

Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Kencana.

Soedjoko, E. (2006). Strategi Think Talk Write (TTW) dengan Tugas Membaca Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Semarang: UNNES.

(12)

210 Sukmadinata, S. N. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Suryabrata, S. (2002). Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Syah, M. (1996). Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Uno, H. B. (2008). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Winkkel, W. S. (1999). Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo.

Referensi

Dokumen terkait

Apakah hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan Strategi Pembelajaran strategi Think-Talk-Write (TTW) lebih baik dibandingkan dengan diajar menggunakan

Apakah hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan Strategi Pembelajaran strategi Think-Talk-Write (TTW) lebih baik dibandingkan dengan

belajar matematika melalui model pembelajaran Think Talk Write. (TTW) kombinasi Cooperative, Integrated, Reading,

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA.. (Pada siswa kelas VIII Semester II Tahun

Skripsi berjudul “ Penerapan Strategi Pembelajaran TTW (Think Talk Write) Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Persamaan Kuadrat di

Sesuai dengan judul pada penelitian yaitu Perbandingan prestasi belajar siswa antara yang diajar mernggunakan strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dengan

Hasil belajar siswa pada siklus II diperoleh dari keterampilan menulis laporan pengamatan siswa pada pembelajaran menulis laporan menggunakan Think-Talk-Write (TTW)

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW)