PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE
(TTW) TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM
SISWA KELAS IV SD N 1 PEGUYANGAN DENPASAR
Komang Ratna Puspa Sari
1, Drs. I Gusti Agung Oka Negara, S.Pd, M.Kes
2, Drs. I
Ketut Adnyana Putra, M.Pd
33 , 2 , 1
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: Km.ratnapuspasari@gmail.com
1Igustiagungokanegara@yahoo.co.id
2
adnyana_putra54@yahoo.com
3,
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti strategi pembelajaran think talk write (TTW) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD N 1 Peguyangan Denpasar. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (quasy experiment) menggunakan desain non equivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kelas IV SD N 1 Peguyangan, yang meliputi 2 kelas berjumlah 80 siswa, pengambilan sampel dengan teknik sampel jenuh. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas IVA SD N 1 Peguyangan sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 40 siswa dan kelas IVB SD N 1 Peguyangan sebagai kelas kontrol berjumlah 40 siswa. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA yang merupakan nilai kognitif. Nilai kognitif dikumpulkan menggunakan tes hasil belajar dalam bentuk tes pilihan ganda biasa. Data dianalisis dengan uji-t. Rata-rata hasil belajar IPA yang diperoleh antara siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran think talk write (TTW) lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan dengan konvensional (81,85>62,36).Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti strategi pembelajaran think talk write (TTW) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dengan t hitung = 8,05 > t tabel = 2,000 pada derajat kebebasan 78 disignifikansi 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran think talk write (TTW)l berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N 1 Peguyangan Denpasar.
Kata-kata kunci : strategi ttw, hasil belajar ipa Abstract
This research purpose to know significant differences of the result of studying science between students who join think talk write (TTW) learning strategy and students who joined conventional learning method to the fourth grade students of SD N 1 Peguyangan Denpasar. This research is belongs to quasy experiment used non equivalent control group design. The subjects of this research are all the fourth grade students of SD N 1 Peguyangan with two class consisted of 80 students. The technique which is used to take the sample is by using random sampling technique. The sample in this research are the IVA class of SD Negeri 1 Peguyangan as an experiment class which is consisted of 40 students and the IVB class of SD No. 10 Peguyangan as a controlled class which is consisted of 40 students. The data which is collected of this research is the result of studying science as a cognitive value. Cognitive value was collected from result of studying test in the form of multiple choices. The data was analyzes using uji-t. The average value from the result of students which is studying using think talk write (TTW) learning strategi was higher than students who studying using conventional learning method (81.85>62.36). The
result of this research showed that there was a significant difference from students who studying science by think talk write (TTW) learning strategi with the students who studying science by using conventional learning method and it could be calculated using t = 8.05 > t table = 2.000 in free degree 78 significant 5%. From the explanation above the researcher can conclude that think talk write (TTW) learning strategi could affect significantly with the result of studying science to the fourth grade students of SD N 1 Peguyangan Denpasar.
Keywords: ttw strategy, result studying science
PENDAHULUAN
Masalah pendidikan yang dialami bangsa Indonesia saat ini yaitu rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan Sekolah Dasar. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dan terus dilakukan, mulai dari pelatihan untuk
meningkatkan kualitas guru,
penyempurnaan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan sampai dengan peningkatan manajemen sekolah. Perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat saat ini perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang professional dan bermutu tinggi. Kualitas pendidikan yang demikian itu sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan terampil agar bisa bersaing secara terbuka di era global. Lembaga pendidikan merupakan faktor yang erat kaitannya terhadap kemajuan dalam bidang pendidikan. Tanpa adanya lembaga pendidikan, sangat sulit untuk mewujudkan pendidikan yang sistematis dan terarah. Hal ini secara tidak langsung akan menghambat usaha negara untuk mencerdaskan putra-putri bangsa. Eksistensi suatu lembaga pendidikan tidak terlepas oleh peran seorang guru. Guru menjadi ujung tombak dalam pendidikan. Tidak dapat dipungkiri, jika seorag guru sangat menentukan keberhasilan dalam membebaskan putra – putri bangsa dari kebodohan. Maka dari itu kinerja pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap aspek subtansif yang mendukunnya, yaitu kurikulum dan tenaga professional yang melaksanakan kurikulum tersebut yaitu guru.
Kurikulum pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dan
penyempurnaan. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang bersifat yaitu 1) Students center (pembelajaran berpusat pada siswa), 2) Guru sebagai fasilitator bagi siswa sehingga dapat membentuk siswa menjadi aktif, kreatif, dan inovatif dalam menanggapi setiap pelajaran yang diajarkan. Selain adanya kurikulum, juga diperlukan strategi, teknik, pendekatan, metode, dan model pembelajaran yang sesuai dengan konsep yang diajarkan. Hal ini bertujuan mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Selain hal-hal tersebut siswa juga mempunyai peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan yaitu dengan merubah pola belajar siswa dari pasif menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran karena dalam kegiatan pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator dan bukan sebagai sumber utama pembelajaran.
Belajar merupakan satu kebutuhan hidup manusia yang paling penting dalam upaya mempertahankan hidup dan mengembangkan diri. Melalui belajar seseorang dapat memahami sesuatu konsep yang baru atau mengalami perubahan tingkah laku, sikap, dan ketrampilan.
Trianto (2009:9) menyatakan,
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, pengalaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, ketrampilan, dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar.
Terkait dengan pengertian tersebut, Cronbach (dalam Agus Suprijono, 2009:2) menyatakan inti dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku karena adanya suatu pengalaman. Apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan tidak bertambah, maka dapat dikatan bahwa belajarnya belum sempurna.
Sejalan dengan pembelajaran di sekolah, IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit karena untuk menyelesaikan soal-soal IPA membutuhkan pemikiran dan waktu yang relatif cukup banyak. Dalam kegiatan pembelajaran IPA sering ditemui bahwa ketika siswa diberikan tugas tertulis, siswa selalu mencoba untuk langsung memulai menulis jawaban. Walaupun hal itu bukan sesuatu yang salah, namun akan lebih bermakna jika dia terlebih dahulu
melakukan kegiatan berfikir,
merefleksikan, dan menyusun ide-ide, serta menguji ide-ide itu sebelum memulai menulisnya.
Mardapi (2007:484) menyatakan, Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja melaikan juga suatu proses pemikiran dan penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Guru merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran di sekolah. Dalam proses pembelajaran, guru harus dapat mempersiapkan rancangan pembelajaran di kelas. Hal ini dapat dilakukan melalui pemilihan strategi pembelajaran yang relevan sesuai dengan tingkat mental siswa, lingkungan sekolah, dan karakteristik materi pelajaran sehingga
siswa dapat mengembangkan
pengetahuan secara optimal. Dalam hal
ini, guru dituntut agar tugas dan peranannya tidak lagi sebagai pemberi informasi melainkan sebagai fasilitator salah satunya pendorong belajar agar siswa mampu mengkonstruksikan sendiri
pengetahuan dalam kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru wali kelas IV di SD N 1 Peguyangan, Denpasar, diperoleh informasi bahasa siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas baik dalam hal mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Dalam proses pembelajaran, materi yang disampaikan dengan metode ceramah, tanya jawab dan tugas individu. Hal ini dilakukan karena terbatasnya pemahaman guru akan pengetahuan tentang pembelajaran yang inovatif, sehingga pembelajaran di kelas tidak berlangsung optimal. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil belajar semester genap pada tahun ajaran 2013/2014 pada mata pelajaran IPA masih dibawah standar ketuntasan 7,00 dan standar ketuntasan kelas sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 50 persen (Dokumen nilai ulangan umum). Hasil belajar dikatakan tuntas apabila berada pada kategori cukup.
Persoalannya, bukan hanya kemampuan siswa yang rendah, namun perlu dikaji faktor yang paling mendasar dalam mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut teridentifikasi masalah seperti ini; (1) rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IVA dan IVB SD N 1 Peguyangan, (2) Strategi guru dalam membelajarkan siswa masih belum optimal, (3) guru kurang menguasai model pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
Masalah-masalah tersebut
merupakan masalah yang sangat serius dan penting untuk dipecahkan. Apalagi kurikulum sekarang menuntut agar siswa aktif dalam mengkonstruksikan pengetahuan sendiri sehingga benar-benar belajar. Pemilihan strategi pembelajara harus disesuaikan dengan karakteristik siswa, perkembangan mental siswa dan materi pembelajaran IPA.
Untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD N 1 Peguyangan, Denpasar maka perlu dilakukan suatu upaya perbaikan terhadap kualitas pembelajaran IPA. Sebagai suatu komponen penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan, kegiatan pembelajaran perlu diinovasi. Proses pembelajaran yang selama ini mengarah pada penguasaan hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak terbukti kurang menarik minat dan motivasi peserta didik untuk belajar sehingga hasil belajar siswa masih belum optimal. Apa yang dipelajari di kelas cenderung artifisial dan seolah-olah dipisahkan dari permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, kegiatan pembelajaran yang seharusnya berorientasi pada peserta didik terkalahkan oleh kegiatan mengajar yang didomonasi oleh guru yang cenderung kaku dan membosankan. Guru dituntut dapat memilih model, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya, sehingga
nantinya akan bermuara pada
peningkatan hasil belajar.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sebagai alternatif pemilihan digunakan strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran menyangkut pemilihan cara yang dipilih oleh guru dalam menentukan ruang lingkup, urutan bahasan, kegiatan pembelajaran dan lai-lain dalam menyampaikan materi IPA kepada siswa di dalam kelas (Hudoyo, 1990:11). Strategi yang diterapkan sesuai dengan kondisi dan situasi siswa adalah strategi think talk write (TTW).
Dalam kegiatan pembelajaran IPA sering ditemui bahwa siswa diberikan tugas tertulis, siswa selalu mencoba untuk langsung memulai menulis jawaban. Walaupun hal itu bukan sesuatu yang salah namun akan lebih bermakna jika dia terlebih dahulu melakukan kegiatan berfikir, merefleksi, dan menyusun ide-ide, serta menguji ide-ide itu sebelum memulai menulisnya.
Tahap pertama kegiatan siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran think
talk write adalah think (berpikir atau dialog refleksi) yaitu tahap berfikir dimana siswa diberikan kesempatan memikirkan dan memahami materi serta pemecahan masalah secara individu. Pada tahap ini,
siswa diberikan kesempatan
mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri dengan cara menggunakan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Kegiatan berfikir dalam IPA dapat dilihat dari proses merencanakan, memprediksi dan menyimpulkan konsep dan ide-ide yang akan dipelajari.
Tahap kedua adalah talk (berbicara atau berdiskusi), yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan tentang penyelidikannya pada tahap pertama. Pentingnya tahap talk dalam suatu pembelajaran adalah dapat membangun pemahaman dan pengetahuan bersama melalui interaksi dan percakapan antara sesame individu di dalam kelompok. Pada tahap ini siswa merefleksikan, menyusun serta menguji (negosiasi, sharing) ide-ide dalam kegiatan berdiskusi kelompok. Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain. Akhirnya dapat memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi yang bermuara pada suatu kesepakatan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Tahap ketiga adalah write (menulis), yaitu siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang diperolehnya.
Penerapan strategi think talk write dituntut agar siswa berfikir secara mandiri (membuat hipotesis) dan mengungkapkan hasil pemikirannya melalui diskusi kelompok. Siswa akan terbiasa untuk berkerjasama, berdiskusi dan berinteraksi dengan teman kelompoknya masing-masing. Dengan adanya keragaman kemampuan teman kelompoknya dalam mengerjakan tugas maka siswa dapat
saling bertukar pendapat dan ide sehingga semakin mudah dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru. Selain itu, strategi pembelajaran think talk write dapat melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke bentuk tulisan secara sistematis sehingga siswa akan lebih memahami materi dan membantu siswa untuk mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk tulisan. Strategi pembelajaran think talk write dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bermakna dalam pembelajaran yang melekat dari hasil penyelidikan, penyimpulan serta meningkatkan minat dan partisipasi, serta meningkatkan pemahaman dan daya ingat. Disamping itu peneliti memiliki asumsi bahwa pembelajaran akan mencapai hasil yang maksimal apabila adanya penggunaan strategi.
METODE
Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi pembelajaran think talk
write (TTW) terhadap hasil belajar IPA
siswa, dengan memanipulasi variabel bebas dalam strategi pembelajaran yang digunakan, sedangkan variabel lain tidak bisa dikontrol secara ketat sehingga desain penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasy
exsperiment).
Desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah ”non eqivalent control group design” (Sugiyono, 2012 : 116). Rancangan penelitian ini hanya memperhitungkan skor post test saja yang dilakukan pada akhir penelitian atau dengan kata lain tanpa memperhitungkan skor pre-test. Dalam penelitian ini skor pre-test
digunakan untuk menguji keseteraan sampel yakni antara siswa kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol. Hal tersebut didukung oleh pendapat Dantes (2012: 97) yang menyatakan bahwa pemberian pre-test biasanya untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok.
Noor (2012:48) menyatakan bahwa “variabel bebas adalah sebab yang diperkirakan dari beberapa perubahan
dalam variabel terikat biasanya dinotasikan dengan symbol X”. Jadi, variabel bebas adalah variabel yang memberikan pengaruh kepada variabel terikat dan di simbolkan dengan X. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran think talk write (TTW). Variabel terikat adalah variabel tergantung, variabel tak bebas, variabel yang terpengaruh biasanya diberi lambang Y ( Winarsunu, 2012 : 4) sedangkan Noor (2012:49) menyatakan bahwa “variabel terikat adalah faktor utama yang ingin dijelaskan atau diprediksi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain biasanya dinotasikan dengan symbol Y”.
Jadi variabel terikat adalah variabel yang tidak bebas dan dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:117). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas IV SD N 1 Peguyangan
tahun pelajaran 2014/2015, yang terdiri
dari 2 rombongan belajar dengan jumlah
siswa seluruhnya 80 siswa.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012:118). Untuk pengambilan sampel menggunakan teknik
random sampling dan diperoleh
kelas IVA
SD Negeri 1 Peguyangan dengan jumlah siswa 40 orang sebagai kelas eksperimen dankelas IVB
SD Negeri 1 Peguyangan dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang sebagai kelas kontrol.Untuk pengumpulan data digunakan metode tes hasil belajar IPA. Metode tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa digunakan untuk mengumpulkan data pada ranah kognitif.
Data tentang hasil belajar yang merupakan ranah kognitif dikerjakan dengan bantuan program pengolah data
Microsoft Office Excel 2007. Untuk uji
prasyarat analisis menggunakan uji normalitas sebaran data dengan uji
menggunakan uji , dan uji hipotesis menggunakan uji beda mean(uji-t). Dalam proses analisis data menggunakan bantuan SPSS 1.61.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil perhitungan menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen melalui strategi pembelajaran
think talk write (TTW) adalah 81,85 dengan varian sebesar 95,66 dan standar deviasi 9,78. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa untuk kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional adalah 62,36 dengan varian sebesar 138,52 dan standar deviasi 11,77.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen melalui strategi pembelajaran think talk write (TTW)
memiliki nilai rata-rata hasil belajar IPA yang lebih tinggi daripada kelompok
kontrol dengan pembelajaran
konvensional. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.
Hipotesis penelitian yang diuji adalah tidak ada perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang melaksanakan strategi pembelajaran think talk write (TTW) dengan siswa yang melaksanakan pembelajaran konvensional. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda mean (uji-t). Dengan kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thitung t(1), di mana
) 1 (
t didapat dari tabel distribusi t pada taraf signifikan (
) 5% dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 - 2). Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t.T Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis
Kelas Varians N Db ttabel thitung Kesimpulan Kelas eksperimen 81,85 40
78 2,000 8,05 Ha=Diterima
Kelas kontrol 62,36 40
Berdasarkan Tabel 1, dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan 78 diperoleh ttabel sebesar 2,000 sedangkan thitung berdasarkan analisis diperoleh 8,05 maka thitung lebih besar dari pada ttabel yaitu 38,05 > 2,000 pada derajat kebebasan 78. Dengan hasil tersebut maka dapat dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
Proses pembelajaran IPA dengan menggunakan strategi pembelajaran think
talk write (TTW) berlangsung optimal. Hal
ini disebabkan melalui strategi pembelajaran think talk write (TTW) siswa dihadapkan pada situasi belajar yang tidak hanya menggunakan guru sebagai sumber belajarnya, melainkan melibatkan peran aktif siswa dalam setiap pendapat atau pengetahuan yang mereka miliki dalam proses pembelajaran. Hal tersebut tentunya memancing keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran, sehingga siswa cenderung tidak pasif. Hal ini terbukti dari perolehan rerata hasil belajar IPA yang dibelajarkan melalui melalui strategi pembelajaran think talk write (TTW)
pada siswa kelas IVA di SD Negeri 1
Peguyangan sebagai kelompok
eksperimen menjadi optimal, yaitu sebesar 81,85. Nilai hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui strategi pembelajaran think talk write (TTW) berada pada kategori sangat baik dengan persentase 72.5% dan kategori baik dengan persentase 27.5%. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian
Ni Luh Putu
Rahayu
Marisawati
(2012)
melalui
penelitian yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk
Write (TTW) Terhadap Prestasi Belajar
SAINS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Gugus IV Dajan Peken Tabanan”
yangmenyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan melalui
model pembelajaran kooperatif
tipe think talk write (TTW)
dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.Proses pembelajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran konvensional berangsung kurang optimal. Siswa cenderung kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kurang beragamnya metode yang digunakan dalam membelajarkan siswa, sehingga siswa merasa bosan dan kurang antusias mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat pada guru mengakibatkan kurangnya partisipasi
siswa dalam mengembangkan
pengetahuan yang mereka miliki karena proses pembelajaran yang hanya menekankan pada metode ceramah sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa yang kurang optimal. Hal ini terlihat dari perolehan rerata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas IVB di SD N 1 Peguyangan sebagai kelompok kontrol sebesar 62,36. Nilai hasil belajar IPA yang dibelajarkan melalui melalui pembelajaran konvensional berada pada persentase yaitu 10% dengan kategori sangat baik, 62,5% dengan kategori baik, 20% dengan kategori cukup, dan 7,5% dengan kategori kurang. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian
Hasanah
(2011),
dalam
penelitiannya yang berjudul “Penggunaan
Cooperative Learning Dengan Strategi
Think
Talk
Write
Sebagai
Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran SAINS Kelas XA Di SMA
Muhamadyah 1 Waleri”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan strategi pembelajaran think
talk write dalam mata pelajaran sains
dibandingkan dengan menggunakan model
pembelajaran
konvensional
sehingga
diperoleh
penggunaan
cooperative
learning
strategi
think
talk
write
berpengaruh
signifikan
terhadap
peningkatan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Sains.
Berdasarkan uji-t diperoleh hasil thitung > ttabel berarti hipotesis yang menyebutkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menerapakan strategi pembelajaran think talk write (TTW)
dengan siswa yang dibelajarkan.dengan pembelajaran konvensional pada siswa
kelas IV SD N 1 Peguyangan tahun
pelajaran 2014/2015
pada taraf signifikan 5% diterima. Hal ini mengandung arti bahwa siswa yang dibelajarkan melalui strategi pembelajaran think talk write (TTW)mempunyai hasil belajar IPA yang lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada materi .
Hal ini disebabkan karena model pembelajaran IPA melalui strategi pembelajaran think talk write (TTW)
merupakan model pembelajaran yang didesain dengan lebih berorientasi kepada pemanfaatan media dan teknologi serta melibatkan siswa secara aktif untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui lingkungan sekitar secara langsung dapat berorientasi pada kegiatan belajar melalui media pembelajaran, khususnya media audiovisual sebagai alat bantu pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau materi pembelajaran berupa suara dan gambar yang mengandalkan indra penglihatan dan indra pendengaran secara serempak serta
dimanfaatkan untuk dapat
mengkonkretkan konsep-konsep abstrak yang ada dalam materi pelajaran dalam menciptakan proses dan aktivitas pembelajaran yang diinginkan serta disesuaikan dengan langkah-langkah yang sistematis dan menyeluruh.
strategi pembelajaran think talk
write (TTW) lebih menekankan pada
proses pembelajaran dalam memperoleh informasi untuk memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh guru
yang disempurnakan dengan
menggunakan berbagai media
pembelajaran yang memudahkan siswa untuk bersikap aktif dan menemukan hal-hal baru di berikan guru. Melalui penggunaan strategi pembelajaran think
memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Hal tersebut tentunya membuat pembelajaran tidak terlihat membosankan dan bukan sekedar hafalan lagi, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dan menghasilkan hasil belajar yang lebih optimal bagi setiap siswa.
Berbeda dengan pembelajaran IPA yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional, siswa terlihat kurang aktif
selama proses pembelajaran.
Pembelajaran yang berpusat pada guru mengakibatkan kurangnya kegiatan yang dapat memancing keaktifan siswa karena pembelajaran cenderung menggunakan metode ceramah, sehingga pembelajaran
yang diciptakan cenderung
membosankan.
Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menerapakan strategi pembelajaran Think
Talk Write dengan siswa yang dibelajarkan.dengan menerapkan pembelajaran konvensional di SD N 1 Peguyangan, Denpasar.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh = 8,05 dan dalam taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan 78 diperoleh ttabel = 2,000. Dengan membandingkan hasil thitung dan ttabel dapat disimpulkan bahwa thitung > ttabel (8,05> 2,000) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran think talk write (TTW) dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas IV SD N 1 Peguyangan, Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015. Dilihat dari rata-rata kelompok eksperimen = 81,85 dan kelompok kontrol = 62,36 yaitu nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N 1 Peguyangan yang dibelajarkan
menggunakan strategi pembelajaran
think talk write (TTW) X =81,85 >
X=62,36 yang dibelajarkan
menggunakan pembelajaran
konvensionalmaka dapat disimpulkan terdapat pengaruh strategi pembelajaran
Think Talk Write terhadap hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV SD N 1 Peguyangan, Denpasar Tahun Pelajaran 2014/ 2015.
Berdasarkan hasil penelitian pembahasan dan kesimpulan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Disarankan kepada kepala sekolah untuk selalu memberikan trobosan-trobosan baru dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Bagi guru, penelitian menjadi acuan dalam meningkatkan kinerjanya dalam merancang pembelajaran dengan tujuan memperoleh hasil belajar yang optimal. Kepada guru yang mengajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV pada khususnya disarankan untuk mampu mengembangkan inovasi pembelajaran dengan menerapkan strategi, pendekatan, model, dan metode lebih kreatif dan inovatif. Dengan strategi pembelajaran
think talk write (TTW) agar nantinya dapat
diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA. Guru yang inovatif adalah guru yang mampu mengembangkan pembelajaran memiliki inovasi baru dalam penyampaian
materi seperti menggunakan
metode,model, strategi dan media pembelajaran yang menarik agar pembelajaran menjadi menyenangkan.
Bagi siswa, dengan diterapkannya strategi pembelajaran think talk write (TTW) pada mata pelajaran IPA, diharapkan siswa lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan pengetahuannya pada saat proses pembelajaran berlangsung. Karena belajar IPA merupakan pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang nantinya dapat berguna untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan alam dan makhluk hidup.
Bagi sekolah, penelitian ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa
yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran think talk write (TTW) lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV khususnya. Diharapkan sekolah mengembangkan kinerja guru dalam proses pembelajaran agar guru memiliki inovasi-inovasi dalam
pembelajaran dan menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan serta bermakna bagi siswa demi kemajuan mutu sekolah.
DAFTAR PUSTAKA