• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aktivitas Memerah Susu Sapi

1. Definisi

Pemerahan ialah kegiatan memerah puting susu sapi untuk menghasilkan susu sapi. Susu ialah sumber makanan alami serta komoditi peternakan yang mempunyai kandungan yang besar yang biasanya dihasilkan oleh seekor sapi. Hal itu didasarkan oleh tingginya keinginan susu di kalangan masyarakat pada umumnya. Susu merupakan salah satu kebutuhan santapan ataupun minuman yang mempunyai isi vitamin yang besar serta komplit serta bisa dinikmati oleh kalangan masyarakat luas.

Setiap peternakan sapi perah pada saat melakukan aktivitas produksi berusaha agar memperoleh hasil susu yang bersih serta segar. Jumlah serta mutu hasil pemerahan terkait pada tatalaksana perawatan serta pemerahan yang dicoba oleh pemerah susu sapi, dengan demikian pemerahan adalah proses terpenting didalam pengelolaan sapi perah (Santoso et al., 2013).

Sistem pemerahan yang dicoba biasanya bersifat konvensional, ialah pemerahan susu yang dihasilkan dengan menggunakan mesin ataupun memakai tangan (Handayani & Purwanti, 2010).

2. Proses Pemmerahan Secara Manual

Proses produksi memerah susu menggunakan tangan dapat menjadi faktor pemicu terjadinya masalah pada leher, tangan, pergelangan tangan,

(2)

tulang belakang, kaki serta pergelangan kaki. Proses pemerahan dapat menggunakan dua sistem pemerahan dengan menggunakan tangan serta dengan menggunakan alat atau mesin perah. Memerah dengan menggunakan tangan wajib dicoba dengan teliti serta halus, agar tidak berpengaruh pada produksi susu yang dihasilkan. Sebelum susu diperah sapi harus dicek dulu kesehatannya agar susu yang dihasilkan bagus.

Memerah merupakan kegiatan menghasilkan susu, yang dimana kegiatan produksi susu yang baik dapat dibagi menjadi 3 langkah. Langkah pemerahan itu mencakup perencanaan pemerahan, penerapan pemerahan serta sesudah pemerahan (Sasongko et al., 2012). Langkah sebelum melakukan kegiatan pemerahan dengan cara buku petunjuk ataupun memakai tangan bisa dicoba dengan cara mensterilkan dari seluruh kotoran, membersihkan wilayah lipatan paha sapi yang hendak diperah, berikan pakan pada sapi yang hendak diperah, alhasil pada saat pemerahan, sapi dalam kondisi tenang; mensterilkan peralatan pemerah susu(ember serta perlengkapan takar susu) serta milkcane susu; mensterilkan tangan pemerah serta membersihkan puting yang mengeluarkan air susu dengan air bersih setelah itu mengelapnya. Rangsangan yang mencukupi pada puting susu sapi harus dilakukan buat memperlancar keluarnya susu (Prihadi, 1996 serta Sudono et al., 2003).

Bagi Siregar(1995) serta Prihadi( 1996), cara memerah yang bagus ialah pemerahan yang dilakukanpada saat kondisi istirahat , kilat, dikerjakan dengan halus, dicoba hingga berakhir, memakai metode sanitasi serta

(3)

berdaya guna didalam pemakaian daya kegiatan. Tata cara pemerahan terdapat 3 langkah ialah whole hand, knevelen serta strippen.

Gambar 2.7 Macam-Macam Metode Pemmerahan (a) Whole hand (b) Strippen (c)Knevelen

Sumber: Syarief serta Sumoprastoeo (1990)

Kegiatan memerah susu sapi yang baik agar susu yang dihasilkan dapat maksimal ialah dengan cara puting sapi diurut supaya semua susu di didalamnya keluar, setelah itu susu dipindahkan ke dalam milkcan.

Pemindahan susu bisa dicoba dengan filtrasi, yaitu penurunan suhu serta melakukan peningkatan suhu; filtrasi bermaksud untuk memperoleh susu yang terbebas dari kotoran, tidak hanya itu pengetesan mutu susu pula butuh dicoba buat mengenali mutu susu yang diperoleh (Siregar, 1995 serta Prihadi, 1996).

Proses pemerahan merupakan kegiatan menghasilkan susu dari dalam payudara sapi yang mengeluarkan air susu. Pemerahan bisa dicoba dengan bantuan mesin perah ataupun dengan cara manual. Pemerahan manual ialah pemerahan yang dilakukan memakai tangan serta jemari sebaliknya

(4)

pemerahan memakai mesin ialah pemerahan yang dicoba dengan cara otomatis. Pemerahan susu umumnya dicoba 2 kali satu hari ialah pagi serta petang. Selang waktu yang serupa antara pemerahan pagi serta sore hari akan menghasilkan susu yang relatif sedikit, sebaliknya selang waktu pemerahan yang berbeda akan menghasilkan jumlah susu yang berbeda juga (Sudono, 1985). Biasanya pada peternakan sapi perah pekerjaan memerah susu dikerjakan pada pagi hari yaitu pada jam 05. 00 Wib serta petang hari jam 14. 00 Wib dengan istirahat durasi pemerahan 9 jam sampai 15 jam. Hal ini dapat mempengaruhi jumlah susu yang dihasilkan (Ensminger, 1971).

Sedangkan menurut Sudono dkk, (2003) aspek yang mempengaruhi produksi susu ialah jumlah pemerahan tiap hari, lamanya pemerahan serta durasi pemerahan. Pemerahan bisa dicoba lebih dari 2 kali jika produksi susu besar, contoh produksi susu sapi dengan hasil 18- 20 per hari bisa diperah 3 kali satu hari, apabila produksi mencapai 21– 25 liter per hari bisa diperah 4 kali didalam satu hari. Produksi susu sapi yang diperah sepanjang 3 kali satu hari dengan selang waktu 6, 7, 11 jam atau hari menciptakan 3, 90% susu lebih banyak serta mempunyai kandungan lemak lebih dari 5, 2%( Schmidt, 1997). Normal waktu pemerahan tidak lebih dari 10 menit (Utami dkk., 2014).

B. Kesehatan serta keselamatan kerja (k3)

Kesehatan serta keselamatan kerja( K3) amat berarti untuk pabrik ataupun perusahaan yang bergerak di aspek pelayanan jasa sebab mencakup aspek manusia serta hukum, manfaat serta ekonomi. Akan tetapi kenyataannya, masih

(5)

banyak musibah serta penyakit terkait pekerjaan, sebab banyak perusahaan yang tidak mengetahui resiko yang dapat terjadi pada pekerja ketika mereka mengabaikan penerapan aturan kesehatan serta keselamatan kerja (Soputan et al., 2014).

C. Penyakit akibat kerja

Penyakit akibat kerja (PAK) merupakan gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan serta area tempat kerja. Ada beberapa aspek yang dapat terjadi pada penyakit akibat bekerja merupakan posisi tubuh yang kurang baik yang dapat menyebabkan keletihan fisik dan bisa menimbulkan perubahan bentuk postur pekerja bersamaan dengan berjalannya waktu (Salawati, 2015).

D. Konsep durasi

1. Definisi durasi

Durasi kerja merupakan waktu yang sudah ditetapkan pada saat melaksanakan sesuatu kegiatan ataupun aktivitas yang bisa dicoba siang serta malam dengan melibatkan tenaga dan fisik dalam waktu durasi khusus(

Aziza, 2017). Sebaliknya bagi Purnomo( 2014), lama kegiatan ialah pemakaian tenaga serta alat dengan cara bersamaan untuk waktu tertentu.

E. Anatomi serta Fisiologi

1. Anatomi Columna Vertebralis a. Vertebrae

Columna vertebralis pada orang dewasa atau bisa disebut spine(

tulang belakang) terdiri dari 33 bagian vertebra ialah, 7 os cervicalis, 12 os thoracalis, 5 os lumbalis, 5 os sacralis serta 4 os coccyx( Dhaval et al.,

(6)

2014). Columna vertebralis bersifat fleksibel sebab terdiri dari beberapa tulang yang kecil. Kegunaan dari columna vertebralis ialah mencegah medulla spinalis serta nervus spinalis, menopang tubuh bagian atas pada pelvic, bagianaxis yang fleksibel serta keterbatasan untuk tubuh serta dasar yang diperluas buat tempat kepala serta titik rotasi, berguna penting untuk pergerakan dari satu tempat ke tempat lain(lokomosi).

Gambar 2.1 TulangVertebre(Sabotta, 2010) b. Cervical

Corpus vertebrae yang dipunyai oleh cervical sangat kecil apabila dibandingkan dengan tulang yang lain, terkecuali os, coccyx. Arcus vertebra berdimensi lebih besar dibanding dengan corpus vertebrae (Timurawan, 2017)

(7)

Gambar 2.2 Tulang Cervical (Sabotta, 2010)

Regio cervical memiliki suatu foramen vertebrae serta 2 buah foramen transversal. Foramen vertebrae yang dipunyai cervical ialah foramen yang sangat besar dibanding dengan foramen vertebrae yang lain, sebab mempunyai kegunaan untuk melindungi corda spinalis.

Foramen transversal yang terletak pada tiap prosessus tranversus ialah tempat jalannya nadi, vena vertebra serta saraf. cervical 1 merupakan tipe vertebrae yang tidak mempunyai processus spinosus namun mempunyai 2 arkus ialah pada bagian anterior serta kemudian. Cervical1 sering disebut atlas sebab gunanya ialah selaku penopang tulang batok kepala. Tidak

hanya itu, C1 pula tidak mempunyai corpus vertebrae namun pada bagian lateralnya ada massa yang disebut lateral masses. Pada bagian superior lateral masses ini ada sendi facet superior yang mempunyai wujud konkav selaku tempat terhubungnya dengan tulang occipital yang membuat sendi yang dikenal sendi atalanto- occipital yang membuat kepala bergerak ke seluruh arah, sebaliknya bagian inferior lateral masses merupakan sendi

(8)

facet yang tersambung dengan C2 vertebrae (Timurawan, 2017).

Gambar 2.3 Tulang Cervical 1 (Sabotta, 2010)

Cervical 2 amat berlainan dengan C1 dimana C2 mempunyai corpusvertebrae yang disebutjugaaxis. Sendi pivot ataupun pula disebut sendi atlanto- axial tercipta oleh aksi processus adontoid kearah superior serta melampaui bagian anterior foramen vertebrae dari C1. Perihal ini menimbulkan kepala kita bisa beranjak kearah kanan serta kiri (Tortora &

Derrickson, 2009).

Gambar 2.4 Cervical 2 (Sabotta, 2010)

(9)

c. Ligament

Ligamentmerupakan pita jaringan fibrosa yang kokoh serta berperan

buat mengikat serta memadukan tulang ataupun bagian lain buat menyanggah suatu organ tidak hanya itu ligament pula berperan selaku stabilisator tulang dengan jaringan yang lain (Snell, 2006). Ligament yang terdapat pada os cervicalyaitu :

1) Ligamentum longitudinal anterior 2) Ligamentum longitudinal posterior 3) Ligamentum intertransversum 4) Ligamentum flavum

5) Ligamentum interspinal

Gambar 2.5Ligament pada Cervical (Sabotta, 2010)

(10)

d. Otot Cervical

Tabel 2.1 Otot-Otot pada Regio Cervical (Sertaiel, 2015)

F. Konsep Dasar Nyeri

1. Definisi

Nyeri ialah perasaan tidak mengenakkan serta pengalaman penuh emosi yan terjadi karena kerusakan jaringan( The Internasional Association For Study of Pain, 2015). MenurutWorld Health Association( 2007) nyeri ialah sesuatu kondisi yang mengakibatkanterganggunya kesehatan serta mutu hidup seseorang. Nyeri pada umumnya timbul akibat cidera, aktivitas

(11)

yang berlebihan, posisi kegiatan yang tidak ergonomis, bobot kegiatan yang berlebih, serta lainnya (Ardinata, 2007).

2. Klasifikasi

a. Klasifikasi nyeri berdasarkan durasi, yaitu : 1) Nyeri Akut

Nyeri akut merupakan rasa tidak nyaman yang diakibatkan oleh cidera kronis, penyakit, ataupun campur tangan operasi serta mempunyai intensitas rasa yang bermacam- macam( ringan hingga berat), serta berjalan dalam waktu yang pendek (Andarmoyo, 2013).

2) Nyeri Kronik

Nyeri kronik merupakan nyeri yang berlangsung lama yang berlangsung selama sesuatu priode durasi, nyeri ini berjalan lama dengan intensitas rasa yang bermacam- macam serta umumnya berjalan lebih dari 6 bulan (Potter & Perry, 2005).

b. Klasifikasi nyeri berdasarkan asal, yaitu : 1) Nyeri Nosiseptif

Nyeri nosiseptif ialah nyeri yang di sebabkan oleh kegiatan ataupun sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan reseptor spesial yang membawakan dorongan naxious( Andarmoyo, 2013). Nyeri nosiseptor ini bisa terjalin karna adanya dorongan yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, serta lain- lain (Andarmoyo, 2013).

(12)

2) Nyeri Neuropatik

Nyeri neuropatik ialah hasil sesuatu cidera ataupun tidak normal yang di hasilkan oleh saraf perifer ataupun esensial, biasanya nyeri ini susah diatasi (Andarmoyo, 2013).

3. Teori nyeri (Gate Control Theory)

Impuls nyeri bisa di atur ataupun di hambat oleh metode pertahanan didalam sistem saraf pusat. Filosofi ini berkata kalau dorongan nyeri di kirim apabila suatu pertahanan di buka serta dorongan di hambat dikala suatu pertahanan tertutup. Usaha menutup pertahanan itu ialah dasar filosofi agar tidak terjadi nyeri( Andarmoyo 2013).

Sesuatu penyeimbang kegiatan pada neuron sensori serta serabut kontrol desenden dari otak menata cara pertahanan. Neuron delta- A serta C membebaskan akar C membebaskan akar P buat mentranmisi dorongan lewat metode pertahanan. Tidak hanya itu, ada mecanoreseptor, neuron beta- A yang lebih tebal serta yang lebih kilat membebaskan neurotransmiter penghalang. Bila masukan yang berkuasa berawal dari serabut beta- A, hingga hendak menutup metode pertahanan. Metode penutupan ini bisa terlihat apabila seseorang juru rawat memberikan rangsangan pada punggung dengan halus. Pesan yang dikirimkan akan memotivasi mecanoreseptor, bila masukan yang berkuasa berawal dari serabut delta- A serta serabut C, maka akan membuka pertahanan itu serta mempersepsikan rasa nyeri (Andarmoyo 2013).

(13)

Apabila impuls nyeri di kirim ke otak, terdapat pusat korteks yang lebih besar di otak yang merubah nyeri. Perjalanan saraf desenden membebaskan opioid endogen, semacam endorfin serta dinorfin, sesuatu penghilang nyeri natural yang berawal tubuh. Neuromodulator ini menutup metode pertahanan dengan membatasi pembebasan akar P. Tehnik distraksi, pengarahan serta pemberian plasebo ialah usaha buat membebaskan endorfin. Dorongan nyeri bisa di atur ataupun dihambat oleh metode pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Pada filosofi ini di jelaskan kalau Akar gelatinosa( SG) yang terdapat pada bagian akhir dorsal serabut saraf spinal cord memiliki kedudukan selaku gerbang pintu (Gating Mechanism),

metode gate control ini bisa mengubah rasa nyeri yang tiba sebelum mereka sampai di korteks serebri serta memunculkan nyeri. Dorongan rasa nyeri dapat melalui apabila pintu gerbang terbuka serta dorongan akan diblok ketika pintu gerbang menutup pintu gerbang adalah dasar pengobatan menanggulangi nyeri serta Neuromodulator dapat menutup pintu gerbang dengan metode membatasi terbentuknya akar P( Andarmoyo 2013).

4. Pengukuran nyeri

Semacam perihalnya penyakit medis yang lain, riwayat serta pengecekan dengan cara perinci ialah kunci untuk memahami keluhan penderita serta mempertimbangkan konsep pengobatan. Evaluasi nyeri ialah permulaan untuk mengawali pengobatan dini yang akan diterapkan, setelah itu alangkah baiknya dimodifikasi sesuai dengan reaksi penderita( Bell et al,

(14)

2004), biasanya terdapat 3 tata cara yang kerap dipakai buat mengecek intensitas nyeri ialah Visual Rating Scale( VRS), Numerical Rating Scale(

NRS) serta Visual Analog Scale( VAS).

Tata cara VRS merupakan perlengkapan ukur yang memakai kata sifat buat melukiskan tingkatan intensitas nyeri yang berbeda, rentang untuk melukiskan tingkatan nyeri yang berbeda, dimulai dari“ no pain” hingga“

very severe”. Tipe ini memiliki keterbatasan di didalam menerapkannya,

sebagian keterbatasan VRS merupakan terdapatnya ketidakmampuan penderita buat memahami kata sifat yang sesuai buat tingkatan intensitas nyerinya serta ketidakmampuan penderita yang tunanetra memahami kata sifat yang digunakan (Williamson and Hoggart, 2004).

Tata cara NRS merupakan sesuatu perlengkapan ukur yang menilai rasa nyeri penderita pada rasio numeral dari 0- 10 ata 0- 100. Nilai 0 berarti“

no pain” serta 10 ataupun 100 berarti“ servere pain”. Rasio ini bisa menolong dokter didalam membagikan penyembuhan selanjutnya buat memantau kesuksesan pengobatan (Hjermstad et al, 2011).

Tata cara VAS merupakan perlengkapan alat ukur rasa nyeri yang lain, mencakup 10 centimeter garis, dengan tiap ujungnya diisyarati dengan tingkatan intensitas nyeri ( akhir kiri diberi ciri“ no pain” serta akhir kanan diberi ciri“ bad pain”. Penderita dimohon buat mencatat disepanjang garis itu cocok dengan tingkatan intesitas nyeri yang dirassakan penderita, setelah itu jaraknya diukur dari batasan kiri hingga pada ciri yang diberi oleh

(15)

penderitaseperti itu tingkatan keseriusan rasa nyeri penderita. Angka itu dicatat dipergunakan perkembangan penyembuhan atau pengobatan berikutnya dengan cara potensial VAS lebih sensitif kepada intensitas nyeri dari pada pengukuran yang lain( Munoz et al, 2004). Tetapi bersumber pada survey yang dicoba oleh Pain Management Service di Louisiana State University Health Science Center, Shreveport( LSUHSC- S) tahun 2008

membuktikan kalau Verbal Rating Scale membuktikan korelasi yang kuat dengan Visual Analog Scale alhasil kerap dicoba kembinasi antar keduanya.

Gambar 2.6 Berbagai Skala Nyeri (Magrinelli et al, 2013)

(16)

G. Konsep Dasar Neck pain

1. Definisi

Nyeri leher ialah rasa tidak enak yang dirasakan dari akar kepala(occiput) ke bagian atas punggung serta menyebar dengan cara lateral ke batasan luar superior pada tulang belikat(skapula)( Green, 2008). Neck pain ataupun nyeri leher merupakan sesuatu kendala musculoskeletal yang diakibatkan oleh aksi ataupun posisi yang tidak anatomis pada leher yang menimbulkan terdapatnya peregangan pada otot serta ligament pada wilayah leher yang terjadi pada jangka waktu yang lama( Samara, 2009).

2. Etiologi Neck pain

Nyeri pada leher bisa diakibatkan oleh sebagian aspek, antara lain aspek musculoskeletal, aspek nervorum, aspek vascularisasi, serta aspek pada persendiannya( Hudaya didalam Prayoga, 2014). Bermacam berbagai pemicu dari Neck pain , antara lain:

a. Usia

Kapasitas kemampuan seorang menggapai puncaknya pada umur 25 tahun. Daya otot mengalami penyusutan saat umur 50- 60 tahun sebesar 20% serta pada umur 60 tahun kapasitas fisik seorang menyusut sebesar 60%( Tarwaka, 2004)

b. Jenis kelamin

Daya otot pria serta wanita amat berbeda dimana daya otot wanita cuma 2 atau 3 dari daya otot pria, hal itu jugamempengaruhi wanita

(17)

memiliki kemampuan 15- 30% lebih kecil dari pria( Tarwaka, 2010).

c. Durasi

Pekerjaan yang berat hendak senantiasa membutuhkan kemampuan otot yang besar hal ini bisa mempengaruhi kondisi fisik sesorang. Apabila aktivitas itu dilakukan dalam jangka waktu yang panjang akan meyebabkan masalah pada tubuh ( Aprilia, 2009).

d. Masa kerja

Semakin lama masa aktivitas seorang dalam suatu lingkungan kantor atau perusahaan akan menyebabkan gangguan musculoskeletal(

Jannah, 2014).

e. Frekuensi

Melakukan berbagai macam gerakanpada saat beraktivitas yang biasanya disebut frekuensi, karena disaat melakukan aktivitas tubuh akan bergerak secara berulang( Aprilia, 2009).

f. Trauma

Trauma yang diakibatkan oleh kecelekaan yang menimbulkan whiplash injury, penyakit akibat aktivitas kerja ataupun berolahraga yang

menyebabkan nyeri leher. Pada sebagian profesi bisa menimbulkan nyeri leher akibat trauma, misalnya pada pekerja cat langit- langit, pekerja cukur rambut, serta seseorang karyawan kantor yang bertugas didepan laptop sepanjang kerjanya( Prayoga, 2014).

(18)

g. Kesalahan Postural

Bentuk tubuh serta posisi yang tidak anatomis yang lama bisa menimbulkan nyeri leher, salah satunya kebiasaan tidur memakai alas yang sangat besar, menggerakan leher seacara otomatis( Prayoga, 2014).

h. Penyakit Degeneratif

Penyakit degeneratif ialah situasi yang sering terjadi pada seseorang dengan rentan usia pertengahan dan akan bertambah parah bersamaan bertambahnya umur yang menimbulkan nyeri leher. Situasi ini disebut dengan spondilosis cervicalis yang nampak oleh pemeriksaan radiologi, ialah pergantian discus intervertebralis, pembuatan osteofit di paravertebral serta facet joint, dan pergantian arcus lamina. Pada permasalahan sindroma nyeri servical ini diakibatkan oleh kekeliruan postural yang berkelanjutan( Prayoga, 2014).

H. Patofisiologi Neck pain

Neck pain bisa terjadi oleh bermacam aspek, dimulai dari bentuk tubuh

yang kurang baik hingga mengakibatkan adanya tekanan. Nyeri pada otot bisa terjadi karena proses kimiawi dari mechanonociceptive serta chemonociceptive.

Nyeri disebabkan reaksi kimiawi bisa terjadi karena keletihan, guncangan serta iskemia pada otot. Keletihan otot dapat mengakibatkan metabolisme anaerobik yang akan menyebabkan penumpukan metabolic pada otot yang setelah itu akan memicu chemonociceptive sebaliknya guncangan serta iskemia akan melepaskan bradykinin, histamine, serotonin serta sodium yang setelah itu akan memicu chemonociceptive yang mengakibatkan nyeri yang berasal dari

(19)

peregangan atau tekanan pada otot alhasil memicu mechanonociceptive( Yunus, 2015).

I. Pengukuran Nyeri

Nordic body map ialah salah satu metode buat mengenali terdapatnya

keluhan Neck pain . NBM memilah baserta jadi 27 bagian dari leher hingga kaki buat mengenali otot yang mengalami masalah yang bersifat subyektif dimana keluhan yang dialamin oleh responden serta tidak bisa dijadikan analisis kedokteran( Suriatmi, 2011). Ada 27 bagian pada Nordic Body Map buat mengenali bagian otot- otot yang mengalami masalah diawali dari otot leher hingga otot kaki dengan kadar nyeri mulai yang sangat kecil hingga yang sangat besar( Sumardiyono, 2012)

Tabel 2.2 Pengisian Tingkat Nyeri (Tarwaka, 2010)

(20)

Gambar 2.6 Nordic Body Map (Krisdianto, 2010) Tabel 2.3Total Skor NBM (Krisdianto, 2010)

Referensi

Dokumen terkait

Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan pendekatan kontekstual adalah lembaran-lembaran yang berisi petunjuk belajar atau langkah-langkah kegiatan belajar bagi siswa untuk

Indikasi mencuci tangan rutin, mencuci tangan asepsis dan membersihkan tangan dengan menggosokkan cairan alkohol yaitu untuk dilakukan sebelum dan sesudah merawat pasien

Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing ternak sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau

Maka dapat peneliti simpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran kertas yang di dalamnya berisi ringkasan materi dan petunjuk atau langkah-langkah

Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar peptisida. Cara

Metode mekanik atau pembersihan gigi tiruan dengan cara disikat cukup efektif untuk membersihkan basis gigi tiruan. Sikat gigi yang dipilih harus memiliki bulu sikat

Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernafasan ini dengan dua langkah: dengan melepaskan patogen-patogen pernafasan yang terdapat pada tangan

Teknik cuci tangan Cuci tangan 7 langkah adalah tata cara mencuci tangan menggunakan sabun untuk membersihkan jari-jari, telapak dan punggung tangan dari semua kotoran, kuman serta