• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

8

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Resin Akrilik

Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis protesa dibuat menggunakan resin poli(metil metakrilat). Resin-resin tersebut merupakan plastik lentur yang dibentuk dengan menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat multipel. Satu keuntungan poli(metil metakrilat) sebagai bahan basis protesa adalah relatif mudah pengerjaannya. Bahan basis protesa poli(metil metakrilat) biasanya dikemas dalam sistem bubuk-cairan. Bila cairan dan bubuk diaduk dengan proporsi yang tepat, diperoleh massa yang dapat dibentuk, kemudian bahan dimasukkan ke dalam mould (rongga cetakan) dari bentuk yang diinginkan serta dipolimerisasi. Setelah proses polimerisasi selesai, hasil protesa dikeluarkan dan dipersiapkan untuk dipasang pada pasien (Anusavice, 2004).

a. Klasifikasi resin

Menurut Anusavice (2004) :

1) Resin basis protesa teraktivasi dengan panas

Bahan-bahan teraktivasi dengan panas digunakan dalam pembuatan hampir semua basis protesa. Energi termal yang

(2)

diperlukan untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan perendaman air atau oven gelombang mikro (microwave).

2) Resin basis protesa teraktivasi secara kimia

Aktivitas kimia tidak memerlukan penggunaan energi termal dan karenanya dapat dilakukan pada temperatur ruang. Sebagai hasilnya, resin yang teraktivasi secara kimia sering disebut sebagai resin cold-curing, self curing atau otopolimerisasi.

3) Resin basis protesa teraktivasi dengan sinar

Resin basis protesa yang diaktifkan dengan sinar yang terlihat oleh mata telah tersedia untuk keperluan kedokteran gigi selama beberapa tahun. Butir-butir resin akrilik dimasukkan sebagai bahan pengisi organik. Sinar yang terlihat oleh mata disebut aktivator, sementara camphoroquinone bertindak sebagai pemulai polimerisasi.

b. Komposisi resin akrilik

Resin poli(metil metakrilat) terdiri atas komponen bubuk dan cairan. Bubuk terdiri atas butir-butir poli(metal metakrilat) pra-polimerisasi dan sejumlah kecil benzoil peroksida (pemulai/inisiator).

Cairan didominasi oleh metil metakrilat tidak terpolimerisasi dengan sejumlah kecil hidroquinon. Hidroquinon ditambahkan sebagai penghambat. Bahan tersebut mencegah polimerisasi yang tidak diharapkan, atau pengerasan cairan selama penyimpanan.

(3)

Suatu bahan ikatan silang juga dapat ditambahkan pada cairan. Glikol dimetakrilat biasanya digunakan sebagai bahan ikatan silang dalam resin basis protesa poli(metil metakrilat). Glikol dimetakrilat secara kimia dan struktur serupa dengan metil metakrilat dan karenanya dapat digabungkan ke dalam rantai polimer yang bertumbuh. Meskipun metil metakrilat memiliki satu ikatan ganda per molekul, glikol dimetakrilat memiliki dua ikatan ganda per molekul. Sebagai hasilnya, molekul glikol dimetakrilat dapat berfungsi sebagai jembatan atau bagian silang yang menyatukan dua rantai polimer. Bila glikol dimetakrilat dimasukkan dalam adukan, beberapa ikatan akan terbentuk. Polimer yang dibentuk dengan cara ini merupakan suatu struktur menyerupai jala yang memberikan peningkatan ketahanan terhadap deformasi (Anusavice, 2004).

c. Syarat resin sebagai gigi tiruan

Menurut Noort (2002), bahan basis gigi tiruan harus memiliki kriteria sebagai berikut :

1) Mudah dimanipulasi 2) Mudah direparasi 3) Mudah dibersihkan

4) Memiliki konduktivitas termal yang baik 5) Memiliki sifat radiopak

6) Memiliki stabilitas dimensional yang baik 7) Memiliki kekuatan yang tinggi

(4)

8) Tidak toksik

9) Memiliki ketahanan terhadap penyerapan cairan rongga mulut 10) Harga yang murah

d. Manipulasi resin akrilik

Manipulasi material-material basis gigi tiruan akrilik meliputi pencampuran bubuk dan cairan untuk membentuk suatu adonan yang ditempatkan ke dalam suatu mould gipsum untuk proses perebusan (curing) (McCabe, dkk., 2015).

Basis gigi tiruan akrilik secara umum dibuat dalam suatu

mould gipsum dalam dua bagian. Mould dibuat dengan menanam gigi

tiruan percobaan malam dengan gigi artifisialnya yang telah disusun padanya. Setelah perebusan untuk membuang malam, mould gipsum dilapisi bahan pelapis mould dari alginat. Ini merupakan suatu larutan kental dari sodium alginat yang dengan cepat berubah menjadi kalsium alginat saat berkontak dengan gipsum. Bahan ini akan membentuk suatu kulit tipis yang melapisi permukaan mould, mencegah monomer dalam adonan akrilik memasuki gipsum. Spasi atau ruang yang tetap ada setelah pembuangan malam, diisi dengan adonan akrilik yang dapat dicuring dengan pemanasan. Selama curing, basis gigi tiruan resin akrilik menjadi lekat ke geligi artifisialnya. Pembentukan basis gigi tiruan dengan teknik ini disebut sebagai metode moulding adonan (McCabe, dkk., 2015).

(5)

e. Metode pembersihan gigi tiruan

Metode pembersihan gigi tiruan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Rahn, dkk., 2009) :

1) Metode mekanik

Metode mekanik atau pembersihan gigi tiruan dengan cara disikat cukup efektif untuk membersihkan basis gigi tiruan. Sikat gigi yang dipilih harus memiliki bulu sikat yang lembut. Pembersihan dengan sikat gigi biasanya dipadukan dengan pasta gigi. Bahan abrasif pada pasta gigi membantu dalam pembersihan, tetapi bahan abrasif pada pasta gigi harus dipilih dengan tepat karena metode ini akan menyebabkan abrasi berlebihan pada plat akrilik.

2) Metode perendaman dengan zat kimia a) Larutan asam

Untuk pengguna gigi tiruan dengan akumulasi plak dan kalkulus yang menetap disarankan untuk merendam gigi tiruannya dalam larutan asam cuka (asam asetat 5%). Larutan seperti 5% hidroklorit atau asam fosfor 15% dapat menyebabkan korosi pada logam. Mekanisme pembersihannya adalah dengan cara melarutkan matrik inorganik pada gigi tiruan dan bukan pada matrik organik dan stain atau kalkulus.

(6)

b) Larutan peroksida alkalin

Larutan ini merupakan pembersih gigi tiruan yang banyak digunakan, mudah, baunya enak, tidak membahayakan logam atau akrilik. Biasanya terdiri dari bubuk berisi deterjen alkalin yang berfungsi untuk mengurangi tegangan permukaan, juga mengandung sodium perborat atau perkarbonat yang akan melepaskan oksigen bila berkontak dengan gigi tiruan di dalam air. Sejumlah gelembung oksigen berusaha melakukan aksi pembersihan secara mekanik pada gigi tiruan. Larutan ini efektif untuk membersihkan plak dan kalkulus jika direndam selama 6-8 jam pada malam hari tetapi sukar membersihkan stain dan kalkulus dalam jumlah yang banyak.

c) Larutan buffer hipoklorit alkalin

Hipoklorit atau pemutih efektif untuk membersihkan gigi tiruan karena kemampuannya untuk menghancurkan mucin atau campuran organik lain yang berhubungan dengan pembentukan plak. Larutan ini efektif untuk melepaskan stain, kalkulus, dan memudahkan pelepasan deposit-deposit dengan penyakit. Kekurangan larutan ini yaitu dapat menyebabkan tarnis dan korosi kerangka logam paduan kromium dan pin nikel lapis emas pada gigi tiruan porselen anterior. Untuk mengurangi efek ini, ditambahkan phosphate hexametasone sodium pada larutan ini.

(7)

2. Candida albicans

a. Klasifikasi Candida albicans menurut C. P. Robin Berkhout 1923 (Komariah, dkk., 2012) : Kingdom : Fungi Filum : Ascomycota Subfilum : Saccharomycotina Kelas : Saccharomycetes Ordo : Saccharomycetales Famili : Saccharomycetaceae Genus : Candida

Spesies : Candida albicans b. Morfologi Candida albicans

Pada biakan atau jaringan, spesies kandida tumbuh sebagai sel ragi tunas, berbentuk oval (berukuran 3-6 𝜇m). Spesies tersebut juga membentuk pseudohifa ketika tunas terus tumbuh tetapi gagal lepas, menghasilkan rantai sel memanjang yang menyempit atau mengerut pada septa diantara sel. C. albicans bersifat dimorfik; selain ragi dan pseudohifa, spesies tersebut juga dapat menghasilkan hifa sejati. Pada medium agar atau dalam 24 jam pada suhu 37℃ atau suhu ruangan, spesies kandida menghasilkan koloni lunak berwarna krem dengan bau seperti ragi. Pseudohifa tampak sebagai pertumbuhan yang terendam di bawah permukaan agar. Dua uji morfologi yang sederhana dapat membedakan C. albicans, patogen yang paling sering

(8)

ditemukan, dari spesies kandida lain : setelah inkubasi dalam serum selama sekitar 90 menit pada suhu 37℃, sel ragi C. albicans akan mulai membentuk hifa sejati atau tubulus germinal dan pada medium yang kurang nutrisinya, C. albicans menghasilkan klamidospora sferis yang besar. Uji asimilasi dan fermentasi gula dapat digunakan untuk memperkuat identifikasi dan menentukan spesies isolat kandida yang lebih sering, seperti C. tropicalis, C.parapsilosis, C. guilliermondii, C.

kefyr, C. krusei, C. lusitaniae, C. glabrata merupakan spesies yang

unik di antara patogen lain karena hanya menghasilkan sel ragi dan tidak mempunyai bentuk pseudohifa (Jawetz, 2008).

c. Kandidiasik Atrofik Kronis (Denture Stomatitis)

Kandidiasis atrofik kronis disebabkan oleh organisme

Candida yang ada di bawah basis gigi tiruan. Ada tiga tahap denture stomatitis. Lesi paling awal adalah daerah merah dari hiperemia yang

ukurannya seujung jarum dan terbatas pada orifisium kelenjar saliva minor palatum. Tahap kedua menghasilkan eritema yang besar yang kadang-kadang disertai dengan deskuamasi epitel. Hiperplasia papila, terdiri atas beberapa papula yang fibroma, adalah tahap ketiga. Dengan berjalannya waktu, papula akan membesar dan membentuk nodula yang berwarna merah (Langlais, dkk., 2013).

d. Mekanisme perlekatan Candida albicans pada plat resin akrilik

Perlekatan Candida albicans pada plat resin akrilik terjadi melalui dua tahap, yaitu tahap awal perlekatan tahap perlekatan

(9)

sekunder. Tahap awal perlekatan merupakan tahap yang berdasar pada teori termodinamika, bahwa tingginya kekasaran permukaan resin akrilik menyebabkan semakin banyak Candida albicans yang menempel. Hal itu disebabkan karena permukaan kasar pada plat resin akrilik berfungsi sebagai tempat penyimpanan bagi Candida albicans. perlekatan sekunder merupakan tahap yang melibatkan proses adhesi dimana plat resin akrilik dan Candida albicans saling tarik-menarik (Nevzatoglu cit Marvin, 2011).

3. Tes Daya Antijamur

Menurut Pratiwi (2008), parameter yang diukur pada uji potensi antimikroba adalah respon terhadap agen antimikroba. Kegunaan uji potensi antimikroba untuk memperoleh suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien. Secara garis besar, terdapat dua metode untuk uji potensi antimikroba yaitu metode difusi dan metode dilusi.

a. Metode difusi

Metode disc diffusion (tes Kirby dan Bauer) berfungsi untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Disc yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Selanjutnya, disc akan berdifusi dengan media agar menghasilkan zona jernih. Zona jernih yang dihasilkan menandakan adanya penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar (Pratiwi, 2008).

(10)

b. Metode dilusi

1) Metode dilusi cair (broth dilution test)

Metode ini digunakan untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM). Mekanisme metode dilusi cair adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan agen antimikroba dengan kadar terkecil yang terlihat jernih ditetapkan sebagai KHM. Selanjutnya, larutan KHM tersebut dikultur ulang pada media cair tanpa adanya penambahan agen antimikroba dan mikroba uji, diinkubasi selama 24-48 jam. Apabila larutan masih terlihat jernih, maka ditetapkan sebagai KBM (Pratiwi, 2008).

2) Metode dilusi padat (solid dilution test)

Mekanisme metode ini sama dengan metode dilusi cair, hanya saja media yang digunakan adalah media padat. Keuntungan metode ini yaitu satu konsentrasi agen antimikroba dapat digunakan untuk mengidentifikasi beberapa mikroba uji (Pratiwi, 2008).

4. Salak Pondoh (Salacca zalacca) a. Gambaran umum

Palem, berumah dua, berduri banyak, tumbuh menjadi rumpun yang rapat tumbuh subur di daerah tropika basah pada tanah berpasir; batang pokoknya berbentuk stolon berbaring di dalam tanah,

(11)

bagian yang berdaun tumbuh tegak, silindris diameter 10-15cm, memiliki tunas pangkal, dan tunas lateral yang menempel pada sisi batang, ruas batang sangat pendek, runutan daun tertancap hampir horizontal (Purnomo, 2001).

Nama “pondoh” semula diberikan kepada salak hitam yang berkembang di Dusun Soka, Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman dan di Dusun Candi, Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan sudah dikenal sejak tahun 1920-an (Purnomo, 2001).

b. Taksonomi Menurut Rukmana (2003) : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Palmae Famili : Palmaceae Genus : Salacca

Spesies : Salacca zalacca c. Kandungan kimia dan bahan aktif

1) Flavonoid

Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat diekstrasi dengan etanol 70% dan tetap ada dalam

(12)

lapisan setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambah basa atau amonia. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang manapun mungkin saja terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida (Harborne, 2006). Flavonoid merupakan senyawa fenol yang berfungsi sebagai antibakteri dan antijamur yang kuat (Chan & Pelczar, 2005). Menurut Sahputra (2008), pada sampel daging dan kulit salak terdapat senyawa flavonoid.

2) Tanin

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam

angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut

batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Pada kenyataannya, sebagian besar tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan adalah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan (Harborne, 2006).

d. Mekanisme antijamur

Antijamur merupakan zat berkhasiat yang digunakan untuk penanganan penyakit jamur. Umumnya suatu senyawa dikatakan sebagai zat antijamur apabila senyawa tersebut mampu menghambat

(13)

pertumbuhan jamur. Zat antijamur bekerja dengan berbagai cara, antara lain menyebabkan kerusakan dinding sel, perubahan permeabilitas sel, perubahan molekul protein dan asam nukleat, penghambatan kerja enzim, atau penghambatan sintesis asam nukleat dan protein. Kerusakan pada salah satu situs ini dapat mengawali terjadinya perubahan-perubahan yang menuju pada matinya sel tersebut (Retno, 2009).

B. Landasan Teori

Resin akrilik merupakan material basis gigi tiruan yang banyak digunakan di kedokteran gigi. Resin akrilik memiliki kualitas estetik yang baik, mudah dibuat dan harga yang relatif terjangkau. Kelemahan resin akrilik yaitu mempunyai suatu daya tahan yang relatif buruk terhadap fraktur, proses pemanasan resin akrlik dapat menghasilkan permukaan resin akrilik yang berporus dan resin akrilik secara lambat mengabsorbsi air sehingga menyebabkan mikroorganisme mampu berkoloni di permukaan plat gigi tiruan.

Kolonisasi mikroorganisme Candida albicans pada permukaan plat gigi tiruan resin akrilik dapat mengiritasi mukosa yang disebut denture stomatitis. Penyebab terjadinya denture stomatitis disebabkan karena penggunaan gigi tiruan yang terus menerus dan pembersihan gigi tiruan yang kurang optimal.

Pembersihan gigi tiruan diperlukan untuk meminimalkan reaksi jaringan lunak yang tidak diinginkan, terdapat beberapa alternatif cara pembersihan gigi tiruan yaitu dengan cara mekanik dan kimiawi. Pembersihan gigi tiruan secara mekanik menggunakan pasta dan sikat gigi dapat menimbulkan sifat abrasif yang

(14)

menyebabkan menipisnya plat resin akrilik dari waktu ke waktu. Pembersihan gigi tiruan secara kimiawi dapat dilakukan dengan cara merendam gigi tiruan dalam larutan perendam yang dijual di pasaran. Pembersih gigi tiruan yang beredar di pasaran saat ini harganya relatif mahal, untuk itu diperlukan pembersih gigi tiruan alternatif yang lebih murah.

Tanaman tradisional yang mengandung antifungi perlu dimanfaatkan untuk dijadikan pembersih gigi tiruan. Kulit salak yang telah menjadi limbah mengandung senyawa aktif flavonoid, tannin, alkaloid yang dapat dimanfaatkan sebagai antifungi untuk dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans pada plat gigi tiruan resin akrilik.

(15)

C. Kerangka Konsep

Plat resin akrilik

Mekanik

Menghambat

pertumbuhan Candida

albicans

Ekstrak kulit salak pondoh (Salacca

zalacca) mengandung

flavonoid, alkaloid, tanin

Porusitas, penumpukan sisa makanan, proses polimerisasi tidak sempurna Perendaman dengan alternatif obat tradisional Perlekatan Candida

albicans pada plat resin

akrilik

Pembersihan gigi tiruan

(16)

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan pertumbuhan Candida albicans antara dua kelompok perlakuan

2. Ekstrak kulit salak pondoh efektif dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans pada plat resin akrilik.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya instrumen yang lebih memadai, pengamatan dengan teleskop portabel pada observatorium profesional dan edukasional menjadi kurang penting, sehingga pada

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus II maka peneliti melakukan refleksi terhadap seluruh kegiatan pada siklus II yang hasilnya

As this research focuses on the recognization of potencies of the students who have the tendency to the linguistic intelligence more than other kind of intelligence

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka insidens malaria pada anak, proporsi pasien yang dirawat, jenis kelamin, sebaran umur, parasit penyebab, manifestasi klinis,

3) Imbalan harus dapat menimbulkan semangat dan kegairahan bekerja Imbalan yang ditetapkan dalam perusahaan dapat menimbulkan semangat dan kegairahan kerja jika imbalan

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara obesitas sentral dengan kejadian DM tipe 2 di Puskesmas Janti.. Hal ini juga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas X MAN 1 Stabat dalam materi trigonometri, faktor-faktor penyebab

High School by Applying Models Numbered Heads Together ,e-Journal of Iducation and Paraktice, vo;.. kemampuan yang diproleh anak setelah memulai kegiatan belajar. Karena belajar itu