• Tidak ada hasil yang ditemukan

faktor terupdate (1)

N/A
N/A
P17230223046 YEVI ASIH ARINA DEWI

Academic year: 2025

Membagikan "faktor terupdate (1)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) dalam buku promosi kesehatan dan perilaku kesehatan menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indra manusia.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendididikan formal.

Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan semakin luas pengetahuannya. tetapi orang yang berpendidikan rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2014).

(2)

2. Tingkat Pengetahuan

Terdapat enam tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo (2014) dalam promosi kesehatan dan perilaku kesehatan, antara lain :

a. Tahu (Know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah di pelajari yang telah diterima dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara besar tentang objek yang diketahui dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebegainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengetahuan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

(3)

d. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan kemampuan menjabarkan suatu materi ke dalam komponen-komponen yang masih di dalam struktur organisasi yang masih ada kaitan antara satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat menyusun formulasi yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan penelitian terhadap suatu materi penelitian berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada. Pengetahuan diukur dengan wawancara atau angket tentang materi yang akan diukur dari objek penelitian (Notoatmodjo, 2014).

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman dalam Rosanti (2020) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Oleh karena itu, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin cepat menerima dan memahami

(4)

suatu informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi.

b. Informasi/Media Massa

Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulakn, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun nonformal yang dapat memberikan dampak jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan dan meningkatkan pengetahuan. Semakin berkembangnya teknologi menyediakan bermacam-macam media massa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat. Informasi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, jika sering mendapatkan informasi tentang suatu hal maka akan menambah pengetahuan dan wawasannya.

c. Sosial, Budaya, Ekonomi

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran apakah yang dilakukan itu baik atau buruk akan menambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu sehingga status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Seseorang yang mempunyai sosial budaya yang kurang baik, dan sebaliknya.

Status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang yang memiliki status ekonomi dibawah rata-rata maka akan

(5)

lebih sulit untuk memenuhi fasilitas yang orang tersebut butuhkan dalam upaya meningkatkan pengetahuan.

d. Lingkungan

Lingkungan dapat mempengaruhi proses masuknya pengetahuan ke dalam individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang kurang baik akan mempengaruhi pengetahuan yang didapatkan mejadi kurang baik.

e. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain maupun diri sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh dapat meningkatkan pengetahuan seseorang yang sudah ada atau pengetahuan yang belum ada sebelumnya. Pengalaman seseorang tentang suatu permasalahan akan membuat orang tersebut mengetahui bagaimana cara memecahkan dan menyelesaikan permasalahan sehingga pengalaman yang didapat bisa dijadikan sebagai pengetahuan apabila mendapatkan masalah yang sama

f. Usia

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang juga pola pikir serta daya tangkapnya sehingga pengetahuan yang diperoleh juga akan semakin membaik dan bertambah luas seiring bertambahnya usia (Rosanti, 2020).

(6)

4. Cara Mengukur Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) dalam promosi kesehatan dan perilaku kesehatan, menjelaskan bahwa pengetahuan dapat diukur dengan cara melakukan tes wawancara dan angket kuisioner, dimana tes tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang ingin diukur dari subjek (Notoatmodjo, 2014).

5. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto (2017), mengukuran pengetahuan dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian dengan nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah.

Rumus yang digunakan untuk mengukur persentase dari jawaban yang didapat yaitu:

Persentase : Jumlah nilai yang benar x 100 Jumlah soal

Cara untuk mengukur pengetahuan dibagi kedalam tiga kriteria , yaitu : 1. Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari

seluruh pertanyaan.

2. Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan.

3. Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar ≤55% dari seluruh pertanyaan (Arikunto, 2017).

(7)

B. Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

1. Definisi Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut merupakan memelihara kesehatan gigi dan mulut dari sisa makanan dan kotoran lain yang berada di dalam mulut dengan tujuan agar gigi tetap sehat (Fadillah, 2021). Menurut Endang Sariningsih dalam buku merawat gigi anak sejak usia dini, menjelaskan bahwa kebersihan gigi dan mulut juga merupakan suatu keadaan dimana gigi geligi pada rongga mulut dalam keadaan yang bersih, tidak terdapat karang gigi, plak dan kotoran atau sisa-sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi, gusi, celah antara gigi dan tidak tercium bau busuk dalam mulut. Memelihara kebersihan mulut sangat besar pengaruhnya untuk mencegah terjadinya gigi berlubang atau karies gigi, radang gusi, periodontitis, juga mencegah bau mulut. Peranan mulut juga sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Dimana mulut merupakan pintu gerbang masuknya makanan ke dalam tubuh, yang mana makanan dan minuman sangat dibutuhkan untuk menghasilkan energi dan perbaikan jaringan (Sariningsih, 2014).

2. Tujuan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

Menurut Kusumawardani dalam Tambuwun tahun 2014, menjelaskan bahwa memelihara kesehatan gigi dan mulut sangat penting, tujuan dari memelihara kesehatan gigi dan mulut tentunya supaya terhindar dari berbagai masalah pada rongga mulut, apabila seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya dapat berakibat pada berbagai macam

(8)

penyakit gigi dan mulut, oleh sebab itu diperlukan kesadaran dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut (Tambuwun, 2014).

3. Akibat Tidak Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut

Akibat tidak memelihara kesehatan gigi dan mulut antara lain :

a. Gingivitis merupakan penyakit radang gusi yang mengalami pembengkakan pada mulut sebab kurang terjaganya kebersihan mulut sehingga menyebabkan adanya karang – karang gigi atau plak yang menumpuk dan berbatasan dengan tepi gusi.

b. Karies gigi merupakan penyakit gigi yang terjadi pada kerusakan jaringan gigi hingga membentuk lubang gigi.

c. Periodontitis merupakan inflamasi jaringan dan infeksi yang terjadi pada gingiva (gingivitis) yang tidak dirawat dan menyebar ke ligamen dan tulang alveolar penyangga gigi (Puspitasari, 2018).

d. Karang Gigi merupakan plak atau lapisan yang menempel pada permukaan gigi yang kadang juga ditemukan ada gusi dan lidah.

Plak ini bercampur dengan air ludah dan mengalami pengendapan di permukaan gigi dan mengeras. Karang gigi yang melekat di permukaan gigi terasa kasar, berwarna kekuningan sampai kecoklatan yang dapat terlihat oleh mata. Permukaan yang keras seperti gigi dan tidak dapat dibersihkan dengan sikat gigi atau tusuk gigi (Ekawati, 2017).

4. Cara Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut

Macam-macam cara pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut menurut

(9)

Sariningsih (2014) dalam buku merawat gigi anak sejak usia dini antara lain :

a. Kebiasaan Menyikat Gigi

Kebiasaan menyikat gigi bertujuan agar gigi kita terhindar dari sisa- sisa makanan, terhindar dari terbentuknya plak gigi dan melapisi permukaan gigi dengan flour yang terkandung dalam pasta gigi.

Kebiasaan menyikat gigi terdiri dari waktu menyikat gigi, pemilihan sikat gigi, penggantian sikat gigi, penggunaan pasta gigi yang mengandung flour dan cara yang tepat menyikat gigi.

1) Waktu Menyikat Gigi

Waktu yang terbaik untuk menggosok gigi adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur. Menggosok gigi setelah makan bertujuan mengangkat sisa-sisa makanan yang menempel di permukaan ataupun di sela-sela gigi dan gusi. Sedangkan menggosok gigi sebelum tidur berguna untuk menahan perkembangbiakan bakteri dalam mulut karena dalam keadaan tidur tidak diproduksi ludah yang berfungsi membersihkan gigi dan mulut secara alami.

Menyikat gigi yang tepat membutuhkan waktu minimal 2 menit, apabila menyikat gigi terlalu cepat tidak akan efektif dalam membersihkan plak. Menyikat gigi lebih lama lebih baik karena kontak pasta gigi dengan gigi lebih lama sehingga fluor lebih berkontak dengan gigi.

(10)

2) Pemilihan Sikat Gigi

Ada 3 Sikat gigi adalah alat berbentuk tangkai yang lurus dimana bagian ujung memiliki bulu sikat, gunanya untuk membersihkan gigi beserta gusi terhadap sisa makanan dan plak yang melekat pada gigi macam bulu sikat gigi yaitu :

a) Soft, yaitu bulu sikat yang halus

Baik digunakan untuk anak yang gusinya kurang sehat, seperti mudah berdarah pada waktu menyikat gigi.

b) Medium, yaitu bulu sikat yang agak keras c) Hard, yaitu bulu sikat yang lebih keras

Pemilihan sikat gigi yang baik yaitu pilih sikat gigi dengan bulu yang lembut, karena fleksibel dan efektif membersihkan lekukan dan daerah yang sulit dijangkau. Bulu sikat yang keras dapat menyebabkan gusi mudah terluka, sehingga menyebabkan rasa sakit dan terkikisnya lapisan email terutama pada perbatasan permukaan gigi dan gusi. Pilih sikat gigi dengan kepala sikat yang ramping, karena mudah mencapai daerah gigi paling belakang.

5. Penggantian Sikat Gigi

Sikat gigi sebaiknya diganti saat kondisi bulu sikat sudah mulai mekar atau menyebar. Kondisi bulu sikat seperti ini tidak akan dapat menyikat gigi dengan efektif. Sebaiknya pergantian sikat setiap tiga / 3 bulan setelah sikat digunakan. Namun dalam jangka waktu seminggu sikat sudah terlihat

(11)

tidak layak pakai, berarti terdapat kesalahan cara menyikat gigi yaitu bulu sikat terlalu kuat dalam menekan gigi. Satu hal yang harus diperhatikan, setiap orang agar memiliki sikat gigi pribadi, jangan dipakai bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya supaya tidak tertular penyakit. Sikat gigi juga perlu dibersihkan setiap selesai digunakan dengan cara bulu sikat gigi digosok dengan jari di bawah air mengalir. Kemudian sikat gigi diletakkan tegak dengan kepala sikat menghadap ke atas agar bulu sikat gigi mengering. Bulu sikat gigi yang basah dapat menimbulkan tumbuhnya jamur atau bakteri yang mudah berkembang biak.

Pemilihan sikat gigi untuk anak, pilih sikat gigi yang ukurannya kecil dengan tangkai yang mudah digenggam. Bulu sikatnya halus dan kuat.

Bagian ujung sikat gigi menyempit agar mudah menjangkau bagian dalam.

Gantilah sikat gigi kalau bulunya sudah mekar atau tidak beraturan agar tidak melukai gusi. Jangan menggunakan bulu sikat yang keras karena dapat menyebabkan gusi mengalami abrasi. Jaringan gusi akan rusak sehingga akar gigi akan terbuka. Akar gigi yang tidak dilapisi email ini akan terasa ngilu ketika mengonsumsi makanan

6. Penggunaan Pata Gigi yang Mengandung Fluor

Unsur fluor merupakan faktor penting kesehatan gigi, karena fluor dapat membuat gigi lebih tahan terhadap lubang gigi dan menghambat bakteri berkembang di dalam mulut sehingga tidak terjadi pembentukan asam.

Fluor ini selain terdapat pada pasta gigi dapat juga diperoleh dari ikan termasuk tulangnya, seperti ikan teri, sawi, teh, garam, susu, dan air

(12)

minum yang mengandung fluor. Penggunaan fluor juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan timbulnya bercak-bercak putih pada gigi. Banyaknya penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor pada saat menyikat gigi yaitu sebesar satu butir kacang tanah.

7. Cara yang Tepat Menyikat Gigi

Gambar 2.1 Gerakan Menyikat Gigi yang Benar (Wicaksono et al., 2018)

a. Setiap orang harus memiliki sikat gigi sendiri supaya tidak tertular penyakit.

b. Sikat gigi anak untuk anak-anak, dan sikat gigi dewasa untuk orang dewasa.

c. Menyikat gigi setelah sarapan pagi dan malam sebelum tidur. Setelah makan dianjurkan kumur-kumur supaya sisa makanan tidak tertinggal di sela-sela gigi.

d. Siapkan sikat gigi yang kering dan pasta yang mengandung fluor, banyaknya pasta gigi sebesar satu butir kacang tanah.

e. Kumur-kumur dengan air sebelum menyikat gigi.

f. Pertama-tama rahang bawah dimajukan ke depan sehingga gigi rahang

(13)

bawah dan gigi rahang atas merupakan sebuah bidang datar, kemudian sikatlah gigi rahang atas dan rahang bawah dengan gerakan ke atas dan kebawah, bukan ke samping.

g. Sikatlah permukaan gigi bagian samping dengan gerakan arah ke atas ke bawah atau memutar.

h. Sikatlah semua dataran pengunyahan gigi atas dan gigi bawah dengan gerakan maju mundur dan pendek-pendek. Menyikat gigi sedikitkan 8 kali gerakan untuk setiap permukaan gigi.

i. Sikatlah permukaan gigi depan rahang bawah yang menghadap lidah dengan arah sikat keluar dari rongga mulut.

j. Sikatlah permukaan gigi depan rahang atas yang menghadap langit- langit dengan arah sikat keluar dari rongga mulut.

k. Sikatlah permukaan gigi belakang rahang atas yang menghadap langit- langit dengan gerakan menghadap ke langit-langit dengan arah sikat keluar dari rongga mulut.

l. Setelah semua permukaan gigi selesai disikat, kumurlah dengan air hanya satu kali saja agar masih ada sisa fluor yang melekat pada gigi, sehingga gigi menjadi kuat, tidak rapuh.

m. Bersihkan sikat gigi dengan air yang mengalir dan simpanlah sikat gigi dengan posisi tegak dan kepada sikat gigi berada di atas, sehingga sikat gigi mudah kering dan siap dipakai kembali.

8. Mengatur Pola Makan

Makanan yang masuk ke dalam mulut memegang peranan penting dalam

(14)

menentukan status rongga mulut. Faktor nutrisi yang paling berperan dalam terjadinya karies gigi adalah gula, karena gula merupakan nutrien yang sangat mudah difermentasi dalam mulut. Semakin sering gula dikonsumsi di antara waktu makan, maka akan semangkin meningkat resiko terjadinya karies gigi karena sisa makanan membentuk plak yang kemudian menghasilkan asam maka terjadilah kerusakan email gigi sebagai tahap awal munculnya gigi berlubang. Makanan yang mengandung gula tingga seperti permen, coklat, kue, es krim dan berbagai jajanan manis dan lengket juga dapat menyebabkan lubang gigi.

Mengatur pola makan yang baik antara lain:

a. Memilih makanan yang menguatkan dan menyehatkan gigi yaitu makanan seimbang, kaya serat, buah dan sayur. Makanan yang mengandung air merupakan faktor penting pada aliran liur saat pengunyahan, Berbagai jenis makanan yang dapat merangsang keluarnya air liur secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya penyakit di dalam rongga mulut.

b. Mengurangi makanan-makanan yang manis dan melekat pada gigi karena dapat mempercepat kerusakan gigi. Mengurangi memakan makanan yang mengandung karbohidrat yang terfermentasi seperti snack (makanan ringan), juice, dan minuman ringan yang mengandung soda karena dapat memperparah terjadinya karies.

c. Berkumur-kumur dengan air, setelah makan sehingga sisa makanan tidak melekat pada gigi.

(15)

d. Perbanyak minum air putih dan mengurangi minuman manis dan asam karena dapat menyebabkan gigi berlubang

e. Pada anak-anak kebiasaan pola makan sangat dipengaruhi oleh keluarga dan teman sebaya. Pada anak-anak hindari minum susu botol yang manis terutama sewaktu tidur. Jangan biarkan anak minum susu sampai tertidur karena plak akan terbentuk dengan adanya kontak terus-menerus antara gigi dan minuman susu.

8. Periksa Gigi ke Dokter Gigi

Biasakan memeriksa gigi ke dokter gigi setiap 6 buan sekali walaupun tidak terdapat keluhan. Hal itu mengandung maksud apabila ada kelainan pada gigi dan seluruh rongga mulut sudah terdeteksi sejak dini. Apabila anak maupun orang dewasa ada keluhan segera berkonsultasi dan memeriksakan diri ke dokter gigi. Pada anak-anak waktu yang tepat untuk memeriksakan gigi adalah pada pagi hari atau sore hari. Jangan memeriksakan anak pada waktu malam hari karena anak sudah mengantuk sehingga akan rewel, kurang kooperatif dan bila gigi terasa sakit, lebih dirasakan pada malam hari. Pemeriksaan teratur tiap 6 bulan sekali akan mencegah rusaknya gigi dan menghentikan kerusakan gigi sedini mungkin. Merawat kesehatan gigi yang baik adalah dengan membiasakan berkunjung ke dokter gigi secara rutin, karena mencegah selalu lebih baik dari pada mengobati (Sariningsih, 2014).

(16)

C. Penyuluhan

1. Definisi Penyuluhan

Gambar 2.2 Peenyuluhan (Rasiman, 2020)

Menurut Notoatmodjo (2014) dalam buku promosi kesehatan dan perilaku kesehatan menjelaskan bahwa penyuluhan yaitu suatu kegiatan ataupun usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu, agar mereka tahu, mau, dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Dengan diadakannya penyuluhan kesehatan maka pengetahuan diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat dan dapat merubah perilaku pada sasaran yang dituju (Notoatmodjo, 2014).

2. Tujuan Penyuluhan

Menurut Prasko (2016), tujuan penyuluhan kesehatan yaitu :

a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan

(17)

masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.

c. Tujuan penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku perseorangan dan masyarakat dalam bidang kesehatan

3. Sasaran Penyuluhan

Menurut Notoatmodjo dalam buku promosi kesehatan dan perilaku kesehatan menjelaskan bahwa penyuluhan dibedakan menjadi 3 kelompok sasaran yaitu :

a. Sasaran Primer

Pada umumnya masyarakat menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan kesehatan, maka sasaran ini dikelompokkan menjadi:

kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja dan sebagainya.

b. Sasaran Sekunder

Tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagainya disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat disekitarnya.

c. Sasaran Tersier

Sasaran tersier promosi kesehatan adalah para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah (Notoatmodjo, 2014).

(18)

4. Metode Penyuluhan

Menurut Tauchid (2016) dalam buku bahan ajar pendidikan kesehatan gigi menjelaskan bahwa pemilihan metode yang tepat dapat membantu proses penyampaian materi penyuluhan dalam usaha mengubah tingkah laku sasaran. Secara garis besar terdapat dua jenis metode dalam penyuluhan kesehatan gigi yaitu :

a. One Way Methode

Metode ini menitikberatkan kepada pendidik yang aktif, sedangkan pihak sasaran tidak diberi kesempatan untuk aktif. Antara lain :

1) Ceramah, yaitu salah satu cara penyampaian informasi secara lisan kepada sasaran yang dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

2) Siaran Radio.

3) Pemutaran Film (Slide).

4) Penyebaran Selebaran.

5) Pameran.

b. Two Way Methode

Metode ini menjamin adanya komunikasi dua arah antara pendidik dan sasaran. Antara lain :

1) Wawancara.

2) Demonstrasi, yaitu salah satu cara menyajikan informasi dengan cara mempertunjukkan secara langsung objeknya / menunjukkan suatu proses atau prosedur.

(19)

3) Simulasi, yaitu metode penyuluhan yang dalam pelaksanaannya penyuluh dapat melakukan suatu kegiatan belajar-mengajar yaitu berorientasi pada penghayatan keterampilan aktualisasi dan praktik dalam situasi yang secara keseluruhan atau sebagian merupakan tiruan dari situasi sebenarnya.

4) Curah Pendapat, yaitu pengungkapan atau pemberian pendapat, gagasan atau ide secara tepat / spontan.

5) Permainan Peran (Roll Playing)

6) Tanya Jawab, yaitu proses interaksi warga belajar yang berisi pertanyaan yang diajukan dan jawaban dari topik belajar tertentu untuk mencapai tujuan belajar (Tauchid et al., 2016)

D. Media

1. Definisi Media

Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media diartikan sebagai alat yang dapat menyampaikan atau mengantarkan pesan pengajaran. Media juga dapat diartikan sebagai alat yang dapat membantu proses belajar mengajar sehingga makna pesan yang disampaikan menjadi lebih jelas dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan efisien (Nurrita, 2018).

Menurut Notoatmodjo (2014) dalam buku promosi kesehatan dan perilaku

(20)

kesehatan menjelaskan bahwa, media Penyuluhan atau alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh petugas dalam menyampaikan bahan, materi/pesan kesehatan. Hal ini sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses promosi kesehatan. Media atau alat peraga akan membantu di dalam promosi atau penyuluhan kesehatan agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan dengan tujuan lebih jelas dan sasaran dapat menerima pesan tersebut dengan jelas dan tepat pula (Notoatmodjo, 2014).

2. Tujuan Media

Tujuan media di dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan menurut Notoatmodjo (2014) dalam buku promosi kesehatan dan perilaku kesehatan menjelaskan bahwa, antara lain :

a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi

c. Media dapat memperjelas informasi d. Media dapat mempermudah pengertian

e. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik

f. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata

g. Media dapat memperlancar komunikasi (Notoatmodjo, 2014).

(21)

3. Macam-Macam Media

Macam-macam media menurut Notoatmodjo (2014) dalam buku promosi kesehatan dan perilaku kesehatan menjelaskan bahwa terdapat macam- macam media atau alat bantu yaitu :

a. Alat bantu lihat (Visual Aids) yang berguna dalam membantu merangsang indra mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini terdapat 2 bentuk, yaitu:

1) Alat yang diproyeksikan , misal slide powerpoint, film, film strip dan sebagainya.

2) Alat yang tidak diproyeksikan, yaitu dua dimensi : gambar peta, leaflet, poster, booklet dan sebagainya, serta tiga dimensi : bola dunia, boneka dan sebagainya.

b. Alat bantu dengan (Audio Aids), yaitu alat yang dapat membantu untuk merangsang indra pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pengajaran, misal radio dan piring hitam.

c. Alat bantu lihat dan dengar (Visual-Audio Aids), seperti televisi dan video (Notoatmodjo, 2014).

E. Animasi Kartun

1. Definisi Animasi Kartun

Animasi berasal dari kata “Animation” yang dalam bahasa inggris “to animate” yang berarti menggerakkan. Animasi dapat diartikan sebagai menggerakkan sesuatu (gambar atau obyek) yang diam. Animasi secara

(22)

keseluruhan dikerjakan dengan komputer, mulai dari pembuatan karakter, mengatur gerakkan, serta efek. Pada dasarnya animasi memiliki fungsi hiburan, namun pada saat ini animasi sudah sangat berkembang (Afridzal, 2018).

Kartun merupakan pengolahan bahan diam menjadi gambar bergerak yang lebih menarik, interaktif, dan tidak menjemukan bagi semua orang. Kartun bermanfaat untuk kegiatan pembelajaran karena dapat menjelaskan urutan isi dalam urutan logis dan mengandung makna yang mudah menarik dan cepat dibaca oleh sasaran. Animasi Kartun ialah kartun yang dapat bergerak atau hidup secara visual dan bersuara. Kartun ini terdiri daripada susunan gambar yang dilukis dan direkam seterusnya ditayangkan di televisi atau film. Kartun jenis ini merupakan bagian penting dalam industri perfilman pada masa ini (Trisiana, 2020).

Animasi kartun merupakan salah satu bentuk media audio visual yang dikenal sebagai metode pendidikan kesehatan gigi yang menarik. Animasi kartun memiliki daya tarik lebih dibandingkan media lain karena memiliki simbol tertentu yang menyebabkan kelucuan. Media audio visual ini dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara lebih nyata melalui gambar bergerak serta suara. Animasi kartun ini memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan. Semakin banyak indera yang dugunakan untuk merekam informasi, semakin besar kemungkinan memahami maksud informasi yang disampaikan (Jelita, 2020).

(23)

2. Karakteristik Animasi Kartun

Menurut Sudjana (2001) dalam Deskoni (2012) menjalaskan bahwa karakteristik animasi kartun yaitu:

a. Kesederhanaan, yaitu hanya berisi hal-hal yang penting saja.

b. Memiliki lambang atau simbol yang jelas, yaitu kartun yang efektif yaitu memiliki kejelasan dari pengertian simbol-simbol.

c. Memotivasi, yaitu sesuai dengan wataknya, kartun yang efektif akan menarik perhatian serta menumbuhkan minat belajar siswa.

d. Sebagai ilustrasi, yaitu penggunaannya sebagai selingan serta variasi dalam mengajar.

3. Kelebihan Animasi Kartun

Menurut Putra (2021) kelebihan animasi kartun adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan minat dan motivasi siswa serta mampu menarik perhatian, mempengaruhi sikap dan perilaku.

b. Dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan dalam belajar.

c. Kartun animasi menceritakan berbagai fenomena dalam kehidupan sehari-hari secara lebih menarik (Putra, 2021).

4. Kekurangan Animasi Kartun

a. Memerlukan kreatifitas dan keterampilan yang cukup memadai untuk mendesain animasi yang dapat secara efektif digunakan sebagai media pembelajaran.

b. Memerlukan teknologi yang memadai seperti memerlukan peralatan khusus untuk presentasi kualitas (Putra, 2021).

(24)

F. Karakteristik Anak Kelas 4 SD

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2019 pasal 5 menyatakan bahwa persyaratan calon peserta didik baru kelas satu SD berusia tujuh tahun sampai dua belas tahun (Permendikbud, 2019). Pemeliharaan kesehatan gigi perlu dilakukan sejak dini, terutama pada masa anak-anak. Pada usia sekolah dasar dianggap masa rentan. Sekolah merupakan tempat penting untuk melakukan upaya peningkatan kesehatan. Menjaga kesehatan gigi merupakan usaha yang dapat mempengaruhi individu untuk memiliki perilaku kesehatan gigi dan mulut yang baik (Tandilangi, 2016).

Menurut (Rahmat, 2018) Pembelajaran di kelas tinggi khususnya untuk kelas IV menghadapkan siswa pada konsep dan generalisasi sehingga penerapannya yaitu meliputi menyelesaikan tugas, menggabungkan, memisahkan, menyusun, mendesain, mengekspresikan, menderetkan, memprediksi, menyimpulkan dan mengumpulkan data.

Karakteristik kelas tingkat tinggi terutama kelas IV yaitu siswa sudah mulai memahami aspek-aspek komulatif materi, memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya, serta berfikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkrit (Rahmat, 2018).

(25)

G. Penelitian Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Andriany (2016) dengan judul

“Perbandingan Efektifitas Media Penyuluhan Poster dan Kartun Animasi Terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut (Studi pada Siswa/i Kelas V SDN 24 Kota Banda Aceh)” penelitian dilakukan di kota Banda Aceh Kecamatan Syiah Kuala pada bulan maret tahun 2016 dengan jumlah responden sebanyak 21 murid, menunjukan hasil bahwa sebelum diberikan media penyuluhan kartun animasi menunjukkan bahwa 47,6% responden memiliki pengetahuan cukup dan setelah diberikan media penyuluhan 81% responden memiliki pengetahuan baik, artinya terjadi peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada responden setelah diberikan media penyuluhan kartun animasi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Saragih (2019) dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Animasi Kartun Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Menyikat Gigi Pada Siswa/I Kelas IV-B SD Negeri 104219 Tanjung Anom Kec. Pancur Batu” penelitian dilakukan di Tanjung Anon, Medan pada bulan Juli tahun 2019 dengan jumlah responden 30 murid, menunjukan hasil bahwa tingkat pengetahuan siswa/i sebelum diberikan penyuluhan dengan media animasi kartun yaitu tidak ada siswa dengan kriteria pengetahuan baik (0%), 25 siswa dengan kriteria pengetahuan sedang (83,33%) dan 5 siswa dengan kriteria pengetahuan buruk (16,67%). Tingkat pengetahuan siswa/i sesudah diberikan penyuluhan yaitu 27 siswa dengan kriteria

(26)

pengetahuan baik (90%), 3 siswa dengan kriteria pengetahuan sedang (10%) dan tidak ada siswa dengan kriteria pengetahuan buruk (0%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan siswa/i setelah dilakukan penyuluhan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Tandilangi (2016) dengan judul

“Efektivitas dental health education dengan media animasi kartun terhadap perubahan perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD Advent 02 Sario Manado” penelitian dilakukan di kota Manado pada bulan desember tahun 2016 dengan jumlah responden 105 murid yang berusia 10-12 tahun terdiri dari kelas 4-5 SD, menunjukan hasil bahwa adanya peningkatan jumlah total skor hasil pengukuran perilaku anak dari pre- test pertama (35,23%) ke post-test pertama (46,12%) dan dari post-test pertama ke post-test kedua (59,58) pada responden kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Keadaan ini menunjukkan bahwa pemberian dental health education dengan media animasi memiliki kemampuan untuk merubah perilaku responden dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul: ”Pengaruh Sikat Gigi Dengan Permukaan Bulu Sikat Berbentuk V Terhadap Pembersihan Plak Pada

Beranekaragam peralatan sederhana dipergunakan untuk membersihkan gigi dan mulut mereka dari sisa-sisa makanan, mulai dari tusuk gigi, batang kayu, ranting pohon, kain, bulu

Perbandingan efektifitas gigi bulu soft dengan sikat gigi khusus orthodontic terhadap penurunan indeks plak pada pengguna alat ortodontik.. Yogyakarta: Fakultas

Pasta gigi yang diletakkan pada bulu sikat hanya seukuran kacang, karena pasta gigi sebanyak itu dapat membuat penggosokan gigi lebih efektif dengan membersihkan

Hal ini dapat disebabkan oleh karena pada saat pembersihan gigi atau menyikat gigi, sikat gigi sulit menjangkau sisa makanan yang terdesak di daerah interdental gigi berjejal sehingga

Pasta gigi merupakan bahan yang digunakan bersama dengan sikat gigi untuk membersihkan seluruh permukaan gigi serta memberikan rasa nyaman pada rongga mulut.. Pasta gigi biasanya

Serta mengetahui perbedaan tingkat abrasi gigi karena penggunaan berbagai nama dagang sikat gigi dengan kekakuan bulu sikat sedang medium yang diaplikasikan pasta gigi dengan kandungan

Hal ini dapat disebabkan oleh karena pada saat pembersihan gigi atau menyikat gigi, sikat gigi sulit menjangkau sisa makanan yang menempel pada daerah interdental gigi berjejal sehingga