• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONDISI USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DESA KARANGMULYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III KONDISI USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DESA KARANGMULYA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

55

BAB III

KONDISI USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DESA KARANGMULYA

A. Sejarah Desa Karangmulya1

Desa Karangmulya merupakan hasil dari pemekaran yang pada mulanya adalah sebuah Desa yang bernama Karangasem, yang letaknya disebelah Utara jalan raya. Pada zaman kerajaan Syarif Hidayatullah, sekitar tahun 1400an di keraton dalam Cirebon diadakan suatu pertemuan yang dihadiri oleh Syekh Syarif Hidayatullah/Pangusten Cirebon beserta para santri dan murid-muridnya juga para pengikut dari kerajaan Galuh Pajajaran yang pada waktu itu sudah patuh dan mengabdi pada pemerintahan dalam Cirebon.

Dalam pertemuan tersebut, salah satu hal yang dibahas adalah masalah pembabadan atau penebangan hutan dan semak belukar, yang mana akan dijadikan sebuah pedukuhan yang baru letaknya di sebelah barat dari Keraton Dalem tanah Cirebon. Dalam pertemuan itu Pangusten Cirebon memberikan tugas kepada Ki Danalampa dan Ki Werdi juga beserta sahabat-sahabatnya untuk membantu dalam hal pembabadan hutan tersebut. Pada saat pertemuan itu diadakan yang mana dihadiri pula oleh Ki Paluamba, Ki Jaya Lelana, Pangeran Purbaya, Ki Lasem dan Nyi Lasem.

Hutan yang akan dijadikan padukuhan itu adalah merupakan daerah yang angker dan masih banyak semak belukar juga belum pernah dijamah oleh kaki tangan manusia setempat maupun dari luar daerah. Pangusten Dalem Cirebon merasa antusias dan yakin kepada Ki Danalampa dan Ki Werdi beserta sahabat-sahabatnya akan kemampuan dan kesanggupannya dalam pelaksanaan pembabadan hutan tersebut.

Mereka semua adalah mantan kerajaan Galuh Pajajaran yang terkenal mempunyai ilmu kesaktian yang sangat tinggi, berhati luhur, tabah, kuat

1 Diambil dari data Desa Karangmulya Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon (dalam bentuk file)

(2)

fisiknya dan juga memiliki rasa tanggung jawab yang besar. Setelah meminta doa restu dari Panguste Dalem Cirebon, akhirnya mereka pun meminta ijin untuk berangkat menuju ke tempat yang akan dijadikan Padukuhan yang baru. Tempat yang akan dijadikan Padukuhan itu adalah sebuah daerah hutan lebat dengan semak belukarnya yang masih rimbun, yang masih dihuni oleh binatang-binatang buas dan berbisa seperti, ular, babi, rusa, pelanduk elan dan yang lainnya.

Tempat tersebut adalah yang bernama Karangasem yang letaknya di sebelah utara jalan kemudian dipecah atau dimekarkan menjadi Karangmulya yang letaknya disebelah selatan jalan raya. Disebelah baratnya terbentang aliran sungai soka dan timur aliran sungai Sigundul, apabila musim kemarau telah tiba, maka banyak binatang buas berkumpul ditepi sungai tersebut melepaskan dahaganya atau sekedar mandi untuk mendiginkan badan.

Demikianlah abstraksi daerah Karangasem yang masih rawan itu, dan masih asing untuk dijamah oleh manusia.

Setelah sampai pada tempat yang dituju itu, maka mulailah para prajurit yang gagah perkasa dan berani untuk mengadakan pembabadan hutan dengan menggunakan senjata perangnya berupa pedang, kampak dan golok. Karena pada saat itu peralatan yang canggih seperti gergaji mesin belum ada. Setelah beberapa waktu berlalu walaupun bersimbah keringat, namun dengan penuh keuletan dan kesabaran juga ketabahan yang dibekali ilmu, akhirnya hutan lebat dan semak belukar yang dikenal angker itu mereka berhasil membabadnya dan dirubahnya tanah kosong yang luas.

Selanjutnya dengan ilmu pengetahuan yang mereka miliki tanah lapang itu diolahnya menjadi lahan pertanian yang lengkap dengan pengairannya/irigasinya. Kayu hasil penebangan tersebut dijadikan untuk sebuah bangunan, Disamping itu pula untuk mempermudah dan lancar dan jalanya alat transportasi maka dibuatnya jalan-jalan utama yang dipakai untuk alat pengangkutan barang, yang pada saat itu masih berupa gerobak ( pedati yang ditarik oleh seekor kerbau atau sapi), juga binatang tunggangan lainnya yang dianggap kuat untuk melakukan perjalanan jauh.

(3)

Ki Danalampah dan Ki Werdi mengatur membuat balai padukuhan dan tempat ibadah yang terletak dipinggir jalan, dengan atap yang masih sederhana berupa alang-alang, dengan bilik bambu yang dianyam tebal, Balai pedukuhan tersebut dibangun untuk mengatur segala rencana yang akan mereka kerjakan untuk kegiatan selanjutnya. Akhirnya tanah garapan Ki Danalampah dan Ki Werdi beserta para sahabatnya itu berubah menjadi pedukuhan yang indah. Kemudian setelah itu maka berdatanganlah orang- orang dari padukuhan lain menuju tempat padukuhan Ki Danalampah dan Ki Werdi.

Mereka sangat antusias dan tertarik akan keindahan dan keramah tamahannya, dan pada akhirnya mereka ikut bergabung dan menetap menjadi bagian masyarakat padukuhan Ki Werdi dan Ki Danalampah. Kemudian padukuhan tersebut berubah menjadi ramai dan berkembang pesat. Para pendatang itu tidak hanya tertarik pada padukuhannya saja, Tetapi mereka juga tertarik pada pemimpinnya yang begitu ramah dan sangat akrab terhadap masyarakatnya sehingga banyak yang senang terhadap kedua pemimpin tersebut.

Dan masyarakat banyak yang menghormatinya sehingga kedua tokoh itu menjadi panutannya. Selanjutnya padukuhan Ki Werdi setelah melalui kesepakatan para warganya untuk diberi nama dengan namanya yaitu padukuhan Karangasem, diambil dari sebuah pohon asem. Karena tempat tersebut banyak ditumbuhi pohon asem. Adapun Padukuhan Ki Danalampah diberi nama padukuhan gombang, Karena sebelum menjadi padukuhan banyak dijumpai kedung (lubuk). Kemudian Ki Werdi dan Ki Danalampah melaporkan dan meyerahkan hasil tugasnya kepada Pangusten Dalem Cirebon, agar daerah baru itu disyahkan dan dapat di terima sebagai bagian dari wilayah Cirebon, dengan melalui permusyawaratan, maka disertai dengan penuh kebijaksanaan.

Maka pangusten Dalem Cirebon mensyahkan dan meresmikan nama padukuhan tersebut dengan pembagian daerah, yaitu :

1. Padukuhan Karangasem yang dipimpin oleh Ki Werdi

(4)

2. Padukuhan Gombang yang dipimpin oleh Ki Danalampah.

Dalam mengatur dan melaksanakan tugas sebagai pemimpin Padukuhan tersebut, Keduanya bekerja dengan baik sampai akhir hidupnya, kemudian keduanya dimakamkan di Padukuhan Karangasem, Sedangkan Ki Danalampah dimakamkan di gombang yang oleh masyarakat disebutnya Pakuburan danalampah dan merupakan nenek moyang Padukuhan Gombang.

Susunan atau urutan Kepala Padukuhan/ Desa karangasem setelah Ki Werdi meninggal dunia maka tumpuk kepemimpinan padukuhan itu mengalami pergantian. Adapun urutan kepala Padukuhan tersebut adalah :

1. Ki Kuwu Kasan

2. Ki Kuwu Kasan Ngabehi Wirayuda 3. Ki Kuwu H. Nurahman

4. Ki Kuwu H. Durahman 5. Ki Kuwu Kamar

6. Ki Kuwu Suta menjabat sampai dengan tahun 1943 7. Ki Kuwu Bali dari tahun 1943 s/d 1965

8. Ki Kuwu Bakiya dari tahun 1965 s/d 1982 9. Ki Kuwu Ramadi dari tahun 1982 s/d 1992

10. Jabatan Ki Kuwu sementara oleh Masduki sebagai juru tulis dari tahun 1994

11. Ki Kuwu Rudi Mustakim dari tahun 1994 s/d 2012 12. Nyi Kuwu Sumarni dari tahun 2012 sampai sekarang.

Kemudian pada masa selanjutnya Desa Karangsem mengalami perkembangan yang sangat pesat, Akhirnya untuk meningkatkan pelayanan Pemerintah Desa kepada masyarakatnya, maka Pemerintah Daerah (Pemda) melakukan pemekaran Desa. Adapun Kepala Desa Karangasem hasil pemekaran dijabat oleh Ki Kuwu Bakiyah, Sedangkan untuk Desa Karangmulya ditunjuk pejabat sementara yang pada saat itu Ki Kuwu Ramadi.

Desa Karangmulya merupakan Pemekaran dari Desa Karangasem Jadi Desa Karangmulya adalah sebuah Desa yang merupakan hasil dari pemekaran

(5)

dari Desa Karangasem. Dan dikuatkan lagi berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Cirebon, Tertanggal 1 Juni 1982 dengan nomor : 22/pm.024-1-pm/SK/82, maka Desa Karangasem di mekarkan menjadi dua buah Desa, yaitu : di sebelah utara jalan raya dinamakan Desa Karangasem, sedangkan di sebelah selatan jalan raya dinamakan Desa Karangmulya.

Desa Karangmulya ini semenjak 15 tahun kedepan mengalami perkembangan yang begitu pesat, terbukti dengan semakin bertambahnya penduduk dan bertambah meningkatnya pendapatan masyarakat. Dengan banyaknya masyarakat yang bekerja dan membuka lapangan pekerjaan, seperti didirikannya perusahaan-perusahaan rotan yang meluas di Desa Karangmulya. Demikianlah sejarah singkat Desa Karangmulya yang lahir dari pemekaran Desa Karangasem.

B. Letak Geografis dan Sosiokultural Desa Karangmulya 1. Peta Desa Karangmulya

Sumber: Papan Peta di Balai Desa Karangmulya

Gambar 3.1 Peta Desa Karangmulya

(6)

Desa Karangmulya adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon, dengan koordinat 6o27’50 LS dan 108o15’57 BT serta memiliki luas wilayah 69,867 Ha, sedangkan untuk populasi Desa Karangmulya berjumlah 3188 jiwa. Desa ini berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara : Desa Karang Asem.

b. Sebelah Selatan : Desa Gombang.

c. Sebelah Barat : Desa Plumbon.

d. Sebelah Timur : Desa Gombang.

Iklim Desa Karangmulya, sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai Iklim Kemarau dan Penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Karangmulya pada umumnya. Berdasarkan hidrologinya, aliran-aliran sungai yang ada di wilayah Desa Karangmulya membentuk pola Daerah Aliran Sungai (DAS).

Tercatat beberapa sungai maupun solokan yang terdapat di Desa Lebakwangi, yaitu sungai Soka (yang berbatasan dengan Desa Plumbon/Kecamatan Plumbon). Kondisi ketinggian tanah dari permukaan air laut adalah 17 m dengan suhu rata-rata 35 DC. Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan 1 Km. Penduduk Desa Karangmulya pada umumnya menggunakan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air untuk sehari-hari. Desa Karangmulya terdiri dari 4 RW dengan 22 RT.

2. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Karangmulya2

Desa Karangmulya di kepalai oleh seorang kepala Desa yang disebut Bu Kuwu. Kepala desa dibantu oleh perangkat desa yang memiliki tugasnya masing-masing, misalnya kuwu bertugas mempimpin desa dan memimpin acara-acara yang diselenggarakan di desa, sekretaris desa yang bertugas dalam pengelolaan administrasi dan manajemen kearsipan desa.

2 Diambil dari data Desa Karangmulya Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon (dalam bentuk file)

(7)

Adapun struktur organisasi pemerintahan desa Karangmulya sebagai berikut :

Keterangan garis: --- (menunjukkan garis koordinasi) (menunjukkan garis komando)3

3 Wawancara dengan bapak Apri sebagai bendahara desa, pada tanggal 6 april 2016 pukul 13.40 WIB

AMIR SARIFUDIN BPD

SUMARNI KUWU

SEK DES

A.TARAFANUR KAUR UMUM

KANA KAUR KESRA

KOMARUDIN KADUS I

APRI KARYAWAN BENDAHARA

ADD SUSANTO KAUR KEU

UGIARTO KADUS II MARJUKI

KAUR EKBANG ARYADI

KAUR PEMERINTAHAN

TAUFIK HIDAYAT KADUS III

(8)

C. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Desa Karangmulya

1. Kesejahteraan Sosial Masyarakat

Tabel 3.1 Kesejahteraan Sosial Masyarakat

No

MASALAH KESEJAHTERAAN

SOSIAL

JUMLAH KETERANGAN

1 Anak Terlantar -

2 Anak Nakal -

3 Anak balita Terlantar -

4 Anak Jalanan -

5 Lansia Terlantar -

6 Pengemis -

7 Gelandangan -

8 Korban NAPZA -

9 Pekerja Seks Komersial

(PSK) -

10 Eks Narapidana -

11 Penyandang cacat 2

12 Keluarga Miskin Sosial 13 Keluarga Bermasalah

Sosial Psikologis -

14 Keluarga Rumah Tidak

layak Huni 50

15 Korban Bencana Alam -

16 Pemulung 4

17 Masyarakat yang tinggal

di daerah bencana -

(9)

Sumber: renstra Kabupaten Cirebon Desa Karangmulya Kec. Plumbon

Menurut data yang diperoleh bahwa desa Karangmulya dalam masalah kesejahteraan sosial masyarakatnya diketahui ada 2 penyandang cacat, 50 keluarga rumah tidak layak huni, dan 4 pemulung. Sedangkan sisanya bisa dikatakan sudah sejahtera.

2. Jumlah Penduduk

Desa Karangmulya mempunyai jumlah penduduk 3.192 jiwa, yang tersebar dalam 4 wilayah RW dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk

S NO

DUSUN RW JUMLAH RT

JUMLAH KEPALA KELUAR

GA

JUMLAH JIWA DALAM KELUARGA

LAKI- LAKI

PEREM PUAN

JUMLA H

1 I 01 5 200 395 424 819

2 II 02 6 150 363 367 730

3 II 03 5 180 398 396 794

4 III 04 6 285 428 421 849

JUMLAH 22 815 1.584 1.608 3.192

(10)

Sumber: renstra Kabupaten Cirebon Desa Karangmulya Kec. Plumbon

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa keseluruhan jumlah penduduk yang ada di desa Karangmulya berjumlah 3.192 yang terdiri dari 4 RW.

NO URAIAN LAKI-

LAKI

PEREMPUAN JUMLAH

1 00-01 Thn 26 15 41

2 02-05 Thn 46 45 91

3 06-09 Thn 95 83 177

4 10-14 Thn 189 165 354

5 15-19 Thn 148 75 224

6 20-24 Thn 96 110 206

7 25-29 Thn 82 62 144

8 30-34 Thn 103 103 206

9 35-39 Thn 84 89 173

10 40-44 Thn 105 98 203

11 45-49 Thn 114 104 218

12 50-54 Thn 74 99 173

13 55-59 Thn 106 134 240

14 60-64 Thn 142 209 351

15 65-69 Thn 104 120 224

16 70-74 Thn 36 73 109

17 75-79 Thn 13 8 21

18 80-85 Thn 3 4 7

19 85 Thn keatas 3 4 7

JUMLAH 1569 1600 3169

(11)

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Kelompok Umur

Sumber: renstra Kabupaten Cirebon Desa Karangmulya Kec. Plumbon

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dilihat dari kelompok umur secara keseluruhan jumah perempuan terdiri dari 1600 jiwa dan laki-laki 1569 jiwa.

3. Perekonomian Masyarakat

Menurut RPJM Desa Karangmulya, berikut adalah data perekonomian masyarakat yang ada di Desa Karangmulya :

1. PNS

2. Pegawai Swasta 3. Petani

4. Pedagang 5. Wiraswasta 6. Lain-lain 7. Tidak Bekerja

: 119 Orang : 188 Orang : 7 Orang : 230 Orang : 89 Orang : 800 Orang : 1.759 Orang

Jumlah : 3.192 Orang Presentase 34.4 %

Menurut data perekonomian masyarakat diatas bahwa cukup besar jumlah masyarakat yang tidak bekerja mencapai 1.759 orang di desa Karangmulya. Dan yang paling sedikit yaitu petani hanya 7 orang, dikarenakan kurang adanya lahan pertanian yang luas di desa tersebut.

Masyarakat Desa Karangmulya, dalam suasana Desa perkotaan, dalam sosial ekonomi yang berkembang dari masa ke masa mengalami pergeseran terutama dari masyarakat petani kearah perkembangan pekerja dan industri. Karena hal ini pula menjadi salah satu yang menguatkan visi Desa Karangmulya dalam membangun desa ke masa

(12)

depan, mengingat Desa Karangmulya sendiri terus berkembang terutama dalam kependudukan dimana berbagai etnis berdomisili dan membaur dengan masyarakat.

Rata-rata warga Desa Karangmulya memiliki mata pencaharian yang beragam hal ini dikarenakan lahan di desa ini sebagian besar dialih fungsikan untuk membuat perumahan. Desa Karangmulya ini dahulunya merupakan desa gombang yang semula di wilayah pertanian yang begitu luas dan banyak penduduk yang memiliki area sawah sendiri. Selain itu, penduduk usia produktif banyak yang menjadi guru, pegawai pemerintahan, atau menjadi tenaga kerja di luar negeri, dan sebagian yang lain berdagang keliling atau membuka warung dan toko.

Desa Karangmulya termasuk daerah home industry yang hasil utamanya adalah rotan, kue, sangkar burung dan ayam. Perekonomian Desa Karangmulya mayoritas berasal dari home industry, setiap orang hampir semua warga mempunyai produksi masing-masing sedangkan sisanya menjadi buruh, pegawai, dan PNS. Berdasarkan data yang ada, jumlah masyarakat di Desa Karangmulya 3.192 orang. Untuk warga desa Karangmulya yang memiliki usaha home industry ini pemasarannya sudah bagus mencakup berbagai daerah.4

D. Sumber Daya Pengrajin Rotan di Desa Karangmulya

Di desa Karangmulya terdapat empat yang memiliki usaha rotan atau bisa disebut home industry. Berikut adalah profil dari kempat usaha kecil rotan atau home industry rotan di desa Karangmulya.

1. Profil Usaha Rotan Milik Bapak Rasidi

Yang pertama yaitu usaha rotan milik bapak Rasidi yang berada di RT 03 RW 02. Usaha ini terbilang usaha rotan yang paling besar untuk saat ini di desa Karangmulya yang memiliki tenaga kerja dan memproduksinya rotannya pun cukup banyak. Jumlah tenaga kerjanya ada 16 orang, 4 orang

4 Data dari renstra kabupaten Cirebon, RPJM desa 2012-2018 Karangmulya

(13)

perempuan, dan 12 laki-laki. Dibawah ini data nama tenaga kerja usaha rotan milik Bapak Rasidi:

Tabel 3.4 Data nama tenaga kerja usaha rotan milik Bapak Rasidi:

1. Mudaim 2. Abas 3. Arkani 4. Bobi 5. Jalak 6. Idris 7. Hermawan 8. Taufik

9. Aminah 10. Uun 11. Darti 12. Hasinah 13. Zaenal 14. Hilmawan 15. Ali

16. Asnadi

Semua tenaga kerjanya pun berasal dari desa Karangmulya. Usaha rotan milik bapak Rasidi berdiri pada bulan desember tahun 2006. Alasan bapak Rasidi mendirikan usaha rotan karena jika bekerja terus menerus hanya menghasilkan penghasilan yang terbatas, dan semenjak itu beliau berfikir ingin membuka usaha, disertai dengan memiliki kemampuan, lahan, dan kreativitas. Pada akhirnya bapak Rasidi membuka usaha rotan tersebut dan sampai sekarang usaha rotannya masih berjalan dengan lancar serta memiliki tenaga kerja yang lumayan banyak.5

2. Profil Usaha Rotan Milik Bapak H. Tubani

Selanjutnya yaitu usaha rotan milik bapak H. Tubani ini sebelumnya memang sangat maju dan memiliki banyak tenaga kerjanya. Tetapi karena zaman sudah berbeda, usaha rotan ini terpaksa ditutup karena tidak adanya tenaga kerja. Sebelum ditutup, usaha rotan milik bapak H. Tubani memiliki 26 tenaga kerja, sebagian besar memang berasal dari masyarakat setempat.

5 Hasil wawancara dengan bapak Rasidi di desa Karangmulya pada tanggal 23 maret 2016 pukul 11.30 WIB

(14)

Usaha rotan milik bapak H. Tubani didirikan dari tahun 1989, alasan membuka usaha rotan karena pada tahun 90-an bekerja sebagai pengrajin rotan adalah pekerjaan yang sangat menjanjikan, karena tidak ada pekerjaan yang semudah itu. Pada tahun itu juga anak-anak SD, SMP, SMA banyak disuruh belajar rotan dari mulai menganyam, membuat kerangka rotan. berbeda dengan anak zaman sekarang yang kalau sudah lulus sekolah malah merantau keluar kota.

Lain halnya pada anak-anak zaman sekarang yang sudah mengenal gadget, karena pada zaman dahulu anak-anak sekolah tidak ada yang memakai gadget jadi masih bisa membantu orangtua dengan bekerja di usaha rotan. Begitu juga karena berkurangnya tenaga kerja yang sebagian besar berpindah profesi, ada yang berjualan, menjadi pekerja bangunan, dan juga ada yang merantau keluar daerah. Biasanya setelah lulus sekolah anak-anak sekolah tersebut bekerja di rotan. Tetapi bagi pandangan mereka dengan merantau keluar daerah lebih menguntungkan.

Pada tahun 2004, usaha rotannya mulai kekurangan tenaga kerja.

Tenaga kerjanya banyak yang beralih ke profesi seperti berjualan, bekerja di bangunan. Dan pada akhirnya pada tahun 2015 usaha rotannya ditutup karena memang sudah benar-benar tidak ada minat masyarakat yang ingin bekerja disitu lagi. Bapak H. Tubani masih berharap jika masyarakat ingin kembali meminta pekerjaan sebagai pengrajin rotan di usahanya.

Dampak yang diperoleh akibat bangkrutnya usaha rotan tersebut bukan hanya dirasakan oleh keluarga dan pemilik rotannya saja, tetapi dirasakan juga oleh masyarakat setempat dan pedagang keliling seperti pedagang bubur kacang hijau, pedagang soto ayam ikut merasakan dampaknya. Karena biasanya sewaktu usaha tersebut masih berjalan, pedagang keliling ikut merasakan manisnya karena jika berjualan di depan rumah industri tersebut dagangan mereka laku, banyak tenaga kerja yang membeli makanan dari pedagang itu.

(15)

Dan sekarang bapak H. Tubani membuka usaha sampingan dengan berjualan. Harapannya sebagai pengrajin rotan memang masih ada tapi apalah daya karena tidak adanya tenaga kerja yang berminat lagi.6

Dibawah ini data nama tenaga kerja usaha rotan milik Bapak H.

Tubani:

Tabel 3.5 Data nama tenaga kerja usaha rotan milik Bapak H.

Tubani 1. Dirga

2. Joni 3. Herman 4. Sugiono 5. Muri 6. Wendi 7. Madi 8. Dikin 9. Manu 10. Wawan 11. Rudi 12. Boni 13. Dadang

14. Nining 15. Ria 16. Saenah 17. Mela 18. Een 19. Anah 20. Binung 21. Ratna 22. Yani 23. Komala 24. Hendra 25. Tati 26. Ijah

3. Profil Usaha Rotan Milik Bapak H. Bani

Usaha rotan milik bapak H. Bani yang berada di RT 04 RW 02. Usaha rotan milik H. Bani hampir sama dengan usaha rotan milik bapak Ade jika dilihat dari segi jumlah tenaga nya, karena jumlah tenaga kerja di usaha rotan milik H. Bani ada sekitar 6 orang, tenaga kerjanya laki-laki semua dan tidak ada perempuannya. Usaha ini hanya memproduksi bahan rotannya saja (lasio) tidak membuat anyaman atau kerangka rotan.

6 Hasil wawancara dengan bapak H. Tubani di desa Karangmulya pada tanggal 23 maret 2016 pukul 11:50 WIB

(16)

Sebagian besar tenaga kerjanya berasal dari masyarakat desa Karangmulya. Bapak H. Bani membuka usaha rotannya sudah lama sejak tahun 1985, alasan membuka usaha rotan karena beliau sangat ingin membuka lapangan pekerjaan yang baru dan memang pada tahun 1980-an pekerjaan rotan sedang naik daun serta pekerjaan yang sangat menjamin penghasilannya.

Tidak seperti sekarang, pandangan mengenai rotan itu turun dan sebagaian ada yang mengatakan kalau memang bekerja di rotan tidak adanya jaminan seperti kalau bekerja di pabrik. Sampai saat ini usaha rotan tersebut masih berjalan. Bapak H. Bani memiliki hobi berdagang, itu bisa menjadi salah satu alasan lagi beliau membuka usaha rotan.7

Dibawah ini data nama tenaga kerja usaha rotan milik Bapak H. Bani:

Tabel 3.6 Data nama tenaga kerja usaha rotan milik Bapak H.

Bani 1. Banol

2. Kadijeu 3. Karno

4. Toto 5. Hendi 6. Iwan

4. Profil Usaha Rotan Milik Bapak Ade Johandi

Dan yang terakhir yaitu usaha rotan milik bapak Ade yang berada di RT 04 RW 03. Usaha ini memiliki tenaga kerja sebanyak 7 orang, 1 perempuan dan 6 laki-laki. Sebagian besar tenaga kerjanya pun berasal dari desa Karangmulya. Usaha milik bapak Ade ini hanya membuat anyaman rotannya saja yang proses akhirnya akan menjadi kursi rotan.

Bapak Ade membuka usaha rotannya dari tahun 2002, sejak anak pertamanya masih duduk di sekolah dasar bapak Ade sudah membuka usaha rotannya dan masih bertahan sampai sekarang. Alasan membuka usaha rotan karena untuk mencukupi keluarganya, jika hanya terus bekerja

7 Hasil wawancara dengan bapak H. Bani di desa Karangmulya pada tanggal 23 maret 2016 pukul 12.25 WIB

(17)

saja pada orang lain menurut beliau tidak cukup untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.

Lantas berfikir ingin membuka lapangan pekerjaan sendiri yang sekiranya bisa menguntungkan dan bisa membantu orang sekitarnya yang membutuhkan pekerjaan.8

Dibawah ini data nama tenaga kerja usaha rotan milik Bapak Ade:

Tabel 3.7 Data nama tenaga kerja usaha rotan milik Bapak Ade 1. Aminah

2. Wandi 3. Sakira 4. Satira

5. Wahid 6. Hadi 7. ahmad

Hemat penulis, pada dasarnya alasan pemilik rotan membuka usahanya yaitu karena tidak ingin bergantung pada pekerjaan orang lain, artinya ingin berpenghasilan pada setiap harinya agar bisa lebih mencukupi kebutuhan keluarganya, serta ada pula yang mengembangkan hobinya yaitu berdagang dan akhirnya membuka usaha rotan sendiri. serta untuk menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat yang kesulitan mendapatkan kerja di perusahaan-perusahaan besar.

Sudah mempunyai usaha sendiri, dan kini yaitu tinggal bagaimana upaya pengrajin rotan tersebut dalam membawa masyarakatnya supaya bisa bergabung dan berpartisipasi dalam usaha rotan tersebut.

8 Hasil wawancara dengan bapak Ade di desa Karangmulya pada tanggal 23 maret 2016 pukul 15.30 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran hiperkontraksi serabut otot jantung tikus wistar yang terpapar arus listrik bolak balik (alternating current) 31-60 mA secara langsung dengan mikroskop cahaya.. Olympus

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Emik Iriyanti dkk (2016), menyimpulkan bahwa lokasi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Rekomendasi dari penelitian ini berupa desain sebuah desain aplikasi rotasi pekerjaan dengan mengambil faktor-faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan

Pada tahap refleksi (see) guru model dan pengamat berupaya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pada proses pembelajaran yang selanjutnya dievaluasi cara mengajar

Salah satu gaya kepemimpinan yang menuntut kemampuan dari seorang pemimpin tersebut yaitu gaya kepemimpinan transfomasional dengan memotivasi para bawahan

Penelitian hubungan kekerabatan fenetik di antara kultivar tomat dipandang perlu, karena dapat diperoleh informasi kedekatan hubungan di antara kultivar tomat

Melalui koswer yang dibangunkan, pihak Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM) dapat menjadikan koswer ini sebagai salah satu bahan yang boleh disyorkan di sekolah bagi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas, respon dan tes hasil belajar siswa selama proses pembelajaran mata diklat Gambar Sket kompetensi dasar Gambar Proyeksi