• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN CONTINUOUS RUNNING DENGAN INTERVAL RUNNING DAN KOLESTEROL TERHADAP VO2 MAX ATLET SEPAKBOLA PPLP PROVINSI ACEH TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN CONTINUOUS RUNNING DENGAN INTERVAL RUNNING DAN KOLESTEROL TERHADAP VO2 MAX ATLET SEPAKBOLA PPLP PROVINSI ACEH TESIS"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN CONTINUOUS RUNNING DENGAN INTERVAL RUNNING DAN KOLESTEROL TERHADAP VO2 MAX ATLET

SEPAKBOLA PPLP PROVINSI ACEH

TESIS

OLEH : AMIRUL HADI

137008015

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(2)

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN CONTINUOUS RUNNING DENGAN INTERVAL RUNNING DAN KOLESTEROL TERHADAP VO2 MAX ATLET

SEPAKBOLA PPLP PROVINSI ACEH

TESIS

Diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Magister Biomedik dalam Program Magister Kedokteran Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

AMIRUL HADI 137008015

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis :PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN CONTINUOUS RUNNING DENGAN INTERVAL RUNNING DAN KOLESTEROL TERHADAP VO2 MAX ATLET SEPAKBOLA PPLP PROVINSI ACEH

Nama Mahasiswa : AMIRUL HADI

Nomor Induk Mahasiswa : 137008015

Program Studi : ILMU BIOMEDIK

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(DR. Imran Akhmad, M,pd) (Prof.Em.dr.Yasmeini Yazir)

Ketua Anggota

Ketua Program studi Dekan

Dr.Med.dr. Yahwardiah Siregar Dr.dr. Aldy Safruddin Rambe,Sp.S (K) NIP :19550807 198503 2 001 NIP : 19660524 199203 1 002

Tanggal lulus : 16 September 2016

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 16 september 2016

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : DR. Imran Akhmad, M. Pd Anggota : 1. Prof. Em. dr. Yasmeini Yazir 2. Prof. Jon Piter Sinaga , M. Kes 3. dr. T Helvi Mardiani ,M. Kes

(5)

ABSTRAK

Prestasi yang baik senantiasa didukung oleh peforma yang baik, menurunnya performa seorang atlit salah satunya disebab kan oleh faktor kelelahan. Kelelahan bisa timbul akibat terjadinya ketidak mampuan olahdaya Aerobik untuk mengimbangi olahdaya Anaerobik,hal itu disebabkan : (1) Olahdaya Anerobik yang terlalu besar, yang bearati bahwa kerja/olahraga yang sedang dilakukan terlalu berat, (2) kemampuan olahdaya aerobik (kapasitas Aerobik) yang terlalu rendah. Jadi meningkatkan olahdaya areobik adalah untuk mempertahankan kelangsungan kerja/olahraga yang sedang terjadi, oleh karena itu salah satu cara menghilangkan kelelahan ialah dengan proses oksidasi (proses aerobik). Salah satu cara penting untuk menentukan kinerja kardiovaskular dengan mengukur besarnya VO2Max seseorang. VO2 max adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan oksigen selama kegiatan maksimal.

Desain penilian yang dipakai pada penilitian ini adalah penelitian Eksperimental dengan menggunakan tes awal (pretest) - tes akhir ( posttest) dan desain faktorial 2x2.

Pada penelitian ini peneliti memilih beberapa yaitu di stadion Harapan bangsa , Lhong Raya Banda Aceh dan Laboratorium Rumah sakit Tgk. Fakinah Banda Aceh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya perbedaan pengaruh latihan fisik dan kolesterol terhadap VO2 maks atlet sepak bola. Sehingga diperoleh hasil adanya perbedaan secara keseluruhan antara latihan Continous running dengan Interval running terhadap Vo2maks atlet sepakbola dan terdapat perbedaan pengaruh antara latihan Countinous running dengan Interval running terhadap Vo2maks atlet sepakbola yang memiliki kadar kolesterol tinggi dan kolesterol rendah

(6)

ABSTRACT

A good achievement always supported by a good performance, decreased athletic performance one of them caused by fatigue. Fatigue can arise due to the inability to offset Aerobic exercise Anaerobic exercise, it is caused :(1) Aerobic exercise is too large, which means that work / exercise is being done too heavy (2) the ability of aerobic exercise (Aerobic capacity) is too low. So improving aerobic exercise is to maintain the continuity of the work / sport is going, because it's one way to eliminate fatigue is by oxidation (aerobic process). One important way to determine cardiovascular performance by measuring the amount of a person's VO2max.

VO2 max is a person's ability to use oxygen during maximal activity.

Judging design used in this research is experimental research using the scratch test (pretest) - final test (posttest) and a 2x2 factorial design. In this study, researchers chose a couple that is in the stadium Harapan Bangsa , Lhong Raya Banda Aceh and Hospitals Laboratory TGK. Fakinah Banda Aceh.

The purpose of this study was to prove the difference in the effect of physical exercise and the cholesterol of soccer athletes VO2 max. Thus obtained results of the overall difference between continuous running exercises with interval running against VO2maxsoccer athletes and there is a difference between the effects of exercise countinous running with interval running against VO2max soccer athletes who have high cholesterol levels and lower cholesterol.

Keywords: Continuous running, interval running, VO2max, physical exercise, Cholesterol

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kemampukan penulis dalam menyelesaikan seluruh rangkaian punyusunan tesis yang berjudul: ―PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN CONTINUOUS RUNNING DENGAN INTERVAL RUNNING DAN KOLESTEROL TERHADAP VO2 MAX ATLET SEPAKBOLA PPLP PROVINSI ACEH‖ sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Tidak ada satupun karya tulis dapat diselesaikan seorang diri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam penyelesaian tesis ini, baik ketika penulis melakukan penelitian maupun saat penulis menyusun setiap kata demi kata dalam penyusunan proposal dan hasil penelitian, ada banyak pihak yang membantu, memberikan dorongan dan masukan kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, ijinkanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih dan perhargaan yang setinggitingginya kepada:

1. Yang terhormat Dr. Imran Akhmad, M.Pd, selaku pembimbing utama penulis, yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberi saran dan koreksi kepada penulis selama proses penyusunan tesis ini.

2. Yang terhormat Prof. Em. dr. Yasmeini Yazir, selaku pembimbing kedua penulis, yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberi saran dan koreksi kepada penulis selama proses penyusunan tesis ini

3. Yang terhormat Dr. med. Dr. Yahwardiah Siregar sebagai Ketua Program Studi Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan banyak membantu penulis selama menjalani pendidikan, dan dengan penuh

(8)

kesabaran membimbing, memberikan saran dan koreksi kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

4. Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H. , M.Hum yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Yang terhormat Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr.dr.

Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) , yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Yang terhormat dr. T. Helvi Mardiani,M.Kes dan Prof. Dr. Jon Piter Sinaga, M.Kes.

sebagai tim penguji, yang telah memberikan saran dan koreksi selama penyusunan tesis ini.

7. Yang terhormat seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan membimbing penulis selama menjalani pendidikan.

8. Yang tercinta Ayahanda (Alm) Drs. Rusli Budiman, M.pd dan Ibunda Nurliah, yang dengan penuh cinta, kasih sayang, keikhlasan, doa, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa untuk mengasuh, mendidik, dan membesarkan saya, dan tidak bosan-bosannya memotivasi saya untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Kiranya hanya Allah SWT yang dapat membalas segalanya.

9. Yang tercinta Istri saya dr. Dara Mauliza yang dengan penuh cinta, kasih sayang, keikhlasan, doa, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa yang tidak bosan-bosannya

(9)

memotivasi saya untuk terus menyesaikan pendidikan , Kiranya hanya Allah SWT yang dapat membalas segalanya.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan atau kekhilafan yang telah penulis lakukan selama menjalani masa pendidikan dan selama proses penyusunan tesis.

Dan akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, penulis panjatkan doa kepada Allah Subhanahu wata`ala agar memberkati dan melindungi kita semua. Amin.

Medan, Septembar 2016 Penulis

Amirul Hadi

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Amirul Hadi

NIM : 137008015

Tempat dan Tanggal Lahir : Aceh Besar, 23 Mei 1987 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : kawin

Alamat : Jl.Peukan biluy – Cot gue,Desa Lagang, kec.Darul Imarah kab. A.Besar

Contact Person : Hp .085360095676 e-mail. [email protected]

Pendidikan Formal

a. SD/Setara : SDN

Tempat Pendidikan : SDN III Lampeneurut,Kec. Darul Imarah Kab. Aceh besar Ijazah Tahun : 1999

b. SLTP/Setara : MTsN

Tempat Pendidikan : MTsN Model, Banda Aceh Ijazah Tahun : 2002

c. SLTA/Setara : MAN

Tempat Pendidikan : MAN Model, Banda Aceh Ijazah Tahun :2005

d. Strata pertama (S-1) : Fakultas Kedokteran

Tempat Pendidikan : Universitas Abulyatama Aceh

Jurusan : Kedokteran Umum

(11)

e. Profesi : Dokter Umum

TempatPendidikan : Universitas Abulyatama Aceh

Jurusan : Kedokteran

IjazahTahun : 2012

Pengalaman Profesional / Pekerjaan

1. Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama

Pekerjaan : Dosen

Periode Kerja : 2012 s/d sekarang

2. Tempat : RSU Bhayangkara Polda – Aceh.

Pekerjaan : Dokter Umum / IGD Periode Kerja : 2011 s/d Januari 2015

3. Tempat : RSU Tgk. Fakinah

Pekerjaan : Dokter Umum / IGD Periode Kerja : 2012 s/d sekarang

4. Tempat : RSU Pertamedika Ummi Rosnati Pekerjaan : Dokter Umum / IGD

Periode Kerja : 2015 s/d sekarang

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan khusus ... 6

1.1. Hipotesis ... 6

1.2. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Volume Oksigen Maksimal ( VO2Maks ) ... 9

2.2. Latihan Daya Tahan Fisik ... 17

2.3. Kolesterol ... 37

2.4. Adaptasi metabolic pada Latihan Fisik ... 41

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 56

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 57

3.3. Populasi dan Sampel ... 58

3.4. Kriteria Inklusi dan Eklusi ... 58

3.5. Besar Sampel ... 59

3.6. Cara Kerja ... 60

3.6.1. Vo2 Maks ... 60

3.6.2. Latihan Fisik ... 64

3.6.3. Kolesterol ... 65

3.7. Identifikasi Variabel ... 66

3.8. Analisa Data ... 67

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 70

(13)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 93 5.2. Saran ... 95

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. ... 27

Table 2.2 ... 31

Table 3.1 ... 56

Table 3.2 ... 60

Table 4.1 ... 71

Table 4.2 ... 72

Table 4.3 ... 73

Table 4.4 ... 75

Table 4.5 ... 76

Table 4.6 ... 77

Table 4.7 ... 78

Table 4.8 ... 79

Table 4.9 ... 80

Table 4.10 ... 81

Table 4.11 ... 82

Table 4.12 ... 84

Table 4.13 ... 86

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 ... 22

Gambar 2.2 ... 22

Gambar 2.3 ... 23

Gambar 2.4 ... 24

Gambar 2.5 ... 49

Gambar 3.1 ... 60

Gambar 3.2 ... 61

Gambar 3.3 ... 62

Gambar 4.1 ... 71

Gambar 4.2 ... 75

Gambar 4.3 ... 79

Gambar 4.4 ... 80

(16)

ABSTRAK

Prestasi yang baik senantiasa didukung oleh peforma yang baik, menurunnya performa seorang atlit salah satunya disebab kan oleh faktor kelelahan. Kelelahan bisa timbul akibat terjadinya ketidak mampuan olahdaya Aerobik untuk mengimbangi olahdaya Anaerobik,hal itu disebabkan : (1) Olahdaya Anerobik yang terlalu besar, yang bearati bahwa kerja/olahraga yang sedang dilakukan terlalu berat, (2) kemampuan olahdaya aerobik (kapasitas Aerobik) yang terlalu rendah. Jadi meningkatkan olahdaya areobik adalah untuk mempertahankan kelangsungan kerja/olahraga yang sedang terjadi, oleh karena itu salah satu cara menghilangkan kelelahan ialah dengan proses oksidasi (proses aerobik). Salah satu cara penting untuk menentukan kinerja kardiovaskular dengan mengukur besarnya VO2Max seseorang. VO2 max adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan oksigen selama kegiatan maksimal.

Desain penilian yang dipakai pada penilitian ini adalah penelitian Eksperimental dengan menggunakan tes awal (pretest) - tes akhir ( posttest) dan desain faktorial 2x2.

Pada penelitian ini peneliti memilih beberapa yaitu di stadion Harapan bangsa , Lhong Raya Banda Aceh dan Laboratorium Rumah sakit Tgk. Fakinah Banda Aceh.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya perbedaan pengaruh latihan fisik dan kolesterol terhadap VO2 maks atlet sepak bola. Sehingga diperoleh hasil adanya perbedaan secara keseluruhan antara latihan Continous running dengan Interval running terhadap Vo2maks atlet sepakbola dan terdapat perbedaan pengaruh antara latihan Countinous running dengan Interval running terhadap Vo2maks atlet sepakbola yang memiliki kadar kolesterol tinggi dan kolesterol rendah

(17)

ABSTRACT

A good achievement always supported by a good performance, decreased athletic performance one of them caused by fatigue. Fatigue can arise due to the inability to offset Aerobic exercise Anaerobic exercise, it is caused :(1) Aerobic exercise is too large, which means that work / exercise is being done too heavy (2) the ability of aerobic exercise (Aerobic capacity) is too low. So improving aerobic exercise is to maintain the continuity of the work / sport is going, because it's one way to eliminate fatigue is by oxidation (aerobic process). One important way to determine cardiovascular performance by measuring the amount of a person's VO2max.

VO2 max is a person's ability to use oxygen during maximal activity.

Judging design used in this research is experimental research using the scratch test (pretest) - final test (posttest) and a 2x2 factorial design. In this study, researchers chose a couple that is in the stadium Harapan Bangsa , Lhong Raya Banda Aceh and Hospitals Laboratory TGK. Fakinah Banda Aceh.

The purpose of this study was to prove the difference in the effect of physical exercise and the cholesterol of soccer athletes VO2 max. Thus obtained results of the overall difference between continuous running exercises with interval running against VO2maxsoccer athletes and there is a difference between the effects of exercise countinous running with interval running against VO2max soccer athletes who have high cholesterol levels and lower cholesterol.

Keywords: Continuous running, interval running, VO2max, physical exercise, Cholesterol

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Dalam dunia olahraga kondisi fisik atlit memegang peranan penting dalam menjalankan program latihannya, Fisik seorang atlit juga salah satu syarat yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi atlet, bahkan dapat dikatakan dasar landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

Prestasi yang baik senantiasa didukung oleh peforma yang baik, menurunnya performa seorang atlit salah satunya disebab kan oleh factor kelelahan, semakin tinggi aktivitas yang dilakukan semakin cepat pula kelelahan akan timbul ( Giriwijiyo, 2010)

Kelelahan bisa timbul akibat terjadinya ketidak mampuan olahdaya Aerobik untuk mengimbangi olahdaya Anaerobik,hal itu disebabkan : (1) Olahdaya Anerobik yang terlalu besar, yang bearati bahwa kerja/olahraga yang sedang dilakukan terlalu berat, (2) kemampuan olahdaya aerobic (kapasitas Aerobik) yang terlalu rendah. Jadi meningkatkan olahdaya areobik adalah untuk mempertahankan kelangsungan kerja/olahraga yang sedang terjadi, oleh karena itu salah satu cara menghilangkan kelelahan ialah dengan proses oksidasi (proses aerobic) ( Giriwijoyo, 2010)

Kelelahan juga bisa disebabkan oleh penumpukan asam laktat di dalam jaringan otot, hal ini disebabkan oleh kemampuan tubuh menetralisir penumpukan asam laktat tidak sebanding dengan kecepatan asam laktat terbentuk akibat beratnya aktivitas atau

(19)

2

performa seseorang (Bompa, 2000). Asam laktat adalah produk akhir yang dihasilkan dari asam piruvat selama glikolisis anaerobic ( sheerwood, 2014 ).

Atlet membutuhkan ketersediaan energi. Energi berfungsi sebagai bahan bakar yang mengaktifkan proses kontraksi otot dan memaksimalkan performa atlet. Energi anaerobik bearti energi yang dapat dihasilkan dari makanan tanpa disertai pemakaian oksigen, energi aerobik bearti energi yang dapat dihasilkan dari makanan hanya dengan metabolisme oksidatif ( Guyton, 2009).

Kebutuhan energi pada saat berolahraga dapat dipenuhi melalui sumber-sumber energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui pembakaran karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui pemecahan protein (Irawan,2007)

Dalam sepakbola karakteristik sistem energi yang paling dominan digunakan adalah sistem energi anaerobik karena para pemain banyak melakukan sprint berkali-kali untuk melakukan serangan, merebut bola maupun berlari untuk mengamankan daerahnya, namun dengan lamanya waktu pertandingan maka perlu didukung oleh sistem energi aerobik. Sistem energi aerobik banyak membutuhkan oksigen untuk terus menerus di salurkan pada serabut otot sebagai bahan metabolisme aerobik bersama dengan karbohidrat, lemak dan protein untuk diubah menjadi energi. Kecepatan maksimal penggunaan energi melalui sistem aerobik yang memerlukan oksigen dibatasi oleh kecepatan maksimal sistem respiratoricardiovaskuler dalam mengirimkan oksigen ke otot ( Pate,1993)

(20)

3

Indikator tingkat kebugaran jasmani seseorang adalah kemampuan atau kapasitas seseorang untuk menggunakan oksigen sebanyak-banyaknya (Kapasitas Aerobik Maksimal = VO2Max), salah satu cara penting untuk menentukan kinerja kardiovaskular dengan mengukur besarnya VO2Max seseorang (Sastropanoelar, 1992)

VO2 max adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan oksigen selama kegiatan maksimal. Besarnya pasokan energi yang berasal dari sistim aerobik maksimal disebut dengan daya aerobik maksimal. Sukarman dalam Sulistyarto (2008) mengatakan bahwa daya aerobik maksimal juga disebut dengan VO2 max, yaitu banyaknya ambilan oksigen persatuan waktu pada saat tubuh melakukan pengerahan tenaga maksimum.

Kent dalam sulistyarto (2008) Kapasitas aerobik maksimal biasanya dinyatakan dengan maksimal uptake dan merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang prestasi kerja dan ketahanan fisik seseorang.

Menurut Pate (1984) bahwa untuk meningkatkan daya tahan aerobik seseorang harus berlatih pada daerah latihan 70-80% DJM (Denyut Jantung Maksimal), dan berlangsung lama. Tetapi untuk olahragawan yang mengutamakan dayatahan, sesekali latihan harus berada pada intensitas latihan 85-90% DJM, dengan waktu tidak lama. Hal ini menunjukkan bahwa olahragawan yang penampilannya mengutamakan daya tahan, latihan harus menggunakan intensitas latihan aerobik dan juga anaerobik.

Latihan aerobik merupakan istilah yang dipergunakan atas dasar system energi predominan yang dipakai dalam aktivitas fisik tertentu (Fox, 1988). Pada latihan aerobik sisten oksigen merupakan sumber energi utama. Latihan aerobik ini merangsang kerja

(21)

4

dengan kecepatan tertentu, dan dalam waktu tertentu. Kecepatan yang pasti sangat bervariasi, tetapi intensitas harus cukup merangsang ambang anaerobik agar terjadi adaptasi fisiologis (Janssen, 1989)

Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Aceh saat ini sedang mempersiapkan Atlet sepakbola untuk menghadapi kompetisi Kejuaran Nasional PPLP seindonesia, dimana latihan peningkatan ketahanan fisik menjadi hal utama yang sangat perlu ditingkatkan, disamping latihan taktik dan strategi permainan. Hal ini disampaikan langsung oleh Pelatih sepakbola PPLP aceh Saiful Imran disesi latihan rutin (PPLP Aceh,2016 )

Atlet sepakbola PPLP aceh pada wawancara langsung pada bulan January 2016 mengatakan pola latihan saat ini, mereka melakukan latihan 3 kali dalam seminggu dengan rincian lebih kurang 3 jam satiap kali latihan, 10-15 menit pemanasan, 20-30 menit lari keliling lapangan bola, 20-30 menit combinasi latihan ( sit-up, push-up, squat dan speed running), 90 menit latihan bertanding dan istihat lebih kurang 5-10 menit satiap sesi latihan, namun hal ini tidak dapat meningkatkan daya tahan fisik atlet khusus nya VO2 maks yang mampu bertahan untuk sekali bertanding.

Untuk meningkatkan daya tahan aerobik banyak metode yang dapat dipilih. Fox (1988),berpendapat bahwa untuk mengembangkan daya tahan aerobik dapat digunakan beberapa metode antara lain: 1) Countinuous Training, 2) Interval Training, 3) Circuit Training.

Continuous Training atau latihan kontinyu atau sering disebut latihan terus

(22)

5

menerus tanpa berhenti. Waktu yang digunakan untuk latihan kontinyu relative lama, antara 30- 60 menit. Latihan kontinyu menggunakan intensitas 60-80% dari HR.Max.

Latihan yang baik 3-5 hari perminggunya. Ada bermacam-macam bentuk latihan kontinyu seperti: jogging, jalan kaki, lari diatas treadmill, bersepeda statis, bersepeda, atau berenang. (Fox,1988)

Interval training atau latihan berselang adalah latihan yang bercirikan adanya interval kerja diselingi interval istirahat (recovery). Bentuknya bisa interval running (lari interval) atau interval swimming (berenang interval). Latihan interval biasanya menngunakan intensitas tinggi, yaitu 80-90% dari Kemampuan makasimal. Waktu (durasi) yang digunakan antara 2-5 menit. Lama istirahat antara 2-8 menit. Perbandingan latihan dengan istirahat adadah 1:1 atau 1:2. Repetisi (ulangan) 3-12 kali (Fox, 1988)

Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengkaji Perbedaan pengaruh metode latihan Continuous Running dengan Interval Running dan kolesterol terhadap Vo2 max Atlet Sepakbola PPLP Provinsi Aceh.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah secara keseluruhan terdapat perbedaan latihan countinous running dengan interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh ?

2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara latihan countinous running dengan interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol tinggi ?

(23)

6

3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara latihan countinous running dengan interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol rendah ?

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk membuktikan adanya perbedaan pengaruh latihan fisik dan kolesterol terhadap VO2 maks atlet sepak bola.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan countinous running dengan interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh

2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan countinous running dengan interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol tinggi

3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan countinous running dengan interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol rendah

1.4. HIPOTESIS

Dari rumusan masalah diperoleh hipotesis penelitian sebagai berikut:

(24)

7

1. H0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh secara keseluruhan antara latihan countinous running dengan interval running terhadap VO2Max atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh

Ha : Terdapat perbedaan pengaruh secara keseluruhan antara latihan countinous running dengan interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh

2. H0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh antara latihan countinous running dengan interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol tinggi

Ha : Terdapat perbedaan pengaruh antara latihan countinous running dengan interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol tinggi

3. H0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh antara latihan countinous running dengan interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol rendah

Ha : Terdapat perbedaan pengaruh antara latihan countinous running dengan interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh bagi atlet yang memiliki kadar

(25)

8

MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Dapat menunjukkan bukti-bukti secara ilmiah mengenai perbedaan pengaruh metode continous running dan interval running terhadap VO2maks dan kadar kolesterol atlit sepak bola aceh ,sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menyusun program latihan fisik kepada pemain muda.

2. Dapat menunjukkan bukti-bukti secara ilmiah mengenai pengaruh kolesterol terhadap peningkatan VO2 maks , sehingga dapat memberi pelajaran pentingnya menerapkan pola hidup sehat.

3. Mengetahui program latihan yang tepat dan sesuai terhadap peningkatan VO2 Maks sesuai kadar kolesterol pada pemain sepakbola.

4. Memberikan sumbangan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi rekan- rekan di bidang olahraga dan sejawat di bidang kedokteran olahraga.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Volume Oksigen Maksimal ( VO2Max)

Untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani seseorang dapat dilihat dari indikator-indikator yang terjadi. Menurut Sastropanoelar (1992)

―Indikator tingkat kebugaran jasmani seseorang adalah kemampuan atau kapasitas seseorang untuk menggunakan oksigen sebanyak-banyaknya (Kapasitas Aerobik Maksimal=VO2Max)‖. Salah satu cara penting untuk menentukan kesegaran kardiovaskular adalah mengukur besarnya VO2Max.

VO2max adalah hasil dari curah jantung maksimal dan ekstraksi O2 maksimal oleh jaringan, dan keduanya meningkat dengan latihan. Perubahan yang terjadi pada otot rangka dengan latihan adalah peningkatan jumlah mitokondria dan enzim yang berperan dalam metabolisme oksidatif. Terjadi peningkatan jumlah kapiler dengan distribusi darah ke serat otot menjadi lebih baik. Efek akhir ialah ekstraksi O2 yang lebih sempurna dan akibatnya untuk beban kerja yang sama, peningkatan pembentukan laktat lebih rendah.

Peningkatan aliran darah ke otot menjadi lebih rendah dan karena hal ini, kecepatan denyut jantung dan curah jantung kurang meningkat dibanding orang yang tidak terlatih (Ganong, 2001).

VO2max merupakan nilai tertinggi dimana seseorang dapat mengkonsumsi oksigen selama latihan, serta merupakan refleksi dari unsur kardiorespirasi dan hematologik dari pengantaran oksigen dan mekanisme oksidatif otot, Orang dengan tingkat kebugaran yang baik memiliki nilai VO2

(27)

yang tidak dalam kondisi baik. Tenaga aerobik maksimal, sering kali disebut penggunaan oksigen maksimal, adalah tempo tercepat dimana seseorang dapat menggunakan oksigen selama olahraga yang dalam litelatur fisiologis tenaga aerobik maksimal disingkat sebagai VO2 max (Pate, 1993).Berikutnya Pate juga menjelaskan bahwa VO2 max adalah kecepatan terbesar pemakaian oksigen dan merupakan ukuran mutlak kecepatan terbesar dimana seseorang dapat menyediakan energi ATP dengan metabolisme aerobik.

Hampson dalam Agung (2014), sorang ahli fisiologis menggambarkan VO2 max atau volume oksigen maksimal, Merupakan suatu ukuran kapisitas setiap individu dalam menghasilkan energi yang diperlukan saat aktifitas daya tahan. Dan VO2 max adalah salah satu faktor yang paling utama untuk menentukan kemampuan individu berlatih yang lebih panjang dibanding latihan selama empat atau lima menit.

VO2 max adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan oksigen selama kegiatan maksimal. Besarnya pasokan energi yang berasal dari sistim aerobik maksimal disebut dengan daya aerobik maksimal. Sukarman dalam Sulistyarto (2008) mengatakan bahwa daya aerobik maksimal juga disebut dengan VO2 max, yaitu banyaknya ambilan oksigen persatuan waktu pada saat tubuh melakukan pengerahan tenaga maksimum. Kent dalam sulistyarto (2008) Kapasitas aerobik maksimal biasanya dinyatakan dengan maksimal uptake dan merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang prestasi kerja dan ketahanan fisik seseorang.

(28)

Menurut Sovndal dan murphy (2005) Volume oksigen maksimal adalah ―jumlah maksimum oksigen yang didapat oleh tubuh saat pengeluaran tenaga maksimal dalam latihan, saat tubuh mengubah makanan ke dalam energi, semakin besar oksigen yang dikonsumsi semakin besar energi atau kecepatan yang dihasilkan‖.

VO2 max dinyatakan sebagai volume total oksigen yang digunakan per menit sehingga dalam pengukuran tingkat VO2 max seseorang bisa menggunakan satuan liter per menit atau cc per kg berat badan (BB) per menit (Kokasih, 1985). Sumber lain mengatakan bahwa satuan VO2 max adalah mililiter per Kg Berat Badan (BB) per menit atau biasa dikenal dengan ml/Kg/menit. Hal ini bukanlah sebuah masalah karena besaran CC atau CM3 sebanding dengan besaran ML atau Mililiter.

Menurut Mahardika (2008) jenis tes kebugaran jasmani yang paling baik dan fisibel untuk dilaksanakan diantaranya sebagai berikut:

1. Tes jalan lari 15 menit (Tes Balke)

2. Multistage Fitness Test (MFT) atau 20 meter shuttle run test.

3. Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) 4. Tes Kebugaran Jasmani Lari 2.4 Km Cooper 5. Tes Kebugaran Jasmani Lari 12 menit Cooper 6. Naik Turun Bangku

Dari beberapa metode tes yang bisa digukan, Tes MFT atau Multistage Fitness Test adalah metode tes yang paling mudah untuk digunakan. Hal ini karena pada saat pelaksanaan tes MFT tidak

(29)

memerlukan lintasan lari yang terlalu panjang yaitu hanya sekitar 20 meter. Selain itu, hasil tes yang berupa tingkat VO2 max dapat langsung dilihat pada tabel hasil MFT tanpa perlu melakukan perhitungan terlebih dahulu

Tingkat VO2 Max setiap orang pasti akan berbeda-beda. Beberapa ahli menyebutkan ada beberapa faktor yang menentukan tingkat VO2 max seseorang. Menurut Engkos Kokasi (1985), Beberapa faktor yang dapat menentukan tingkat VO2 max seseorang antara lain :

1. Faktor genetik atau keturunan.

2. Faktor latihan yang dijalankan.

3. Faktor teknik yang dipakai dalam latihan.

4. Faktor kemajuan teknik atau perlengkapan yang menunjang.

Sedangkan menurut Pate, (1993), Faktor-Faktor yang Menentukan Nilai VO2 max antara lain :

1. Fungsi Paru Dan Kardiovaskuler.

a. Fungsi Paru – Paru

Pada saat melakukan aktivitas fisik yang intens, terjadi peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot yang sedang bekerja.

Kebutuhan oksigen ini didapat dari ventilasi dan pertukaran oksigen dalam paru-paru. Ventilasi merupakan proses mekanik untuk memasukkan atau mengeluarkan udara dari dalam paru. Proses ini berlanjut dengan pertukaran oksigen dalam alveoli paru dengan cara difusi. Oksigen yang terdifusi masuk dalam kapiler paru untuk

(30)

selanjutnya diedarkan melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh.

Untuk dapat memasok kebutuhan oksigen yang kuat, dibutuhkan paru- paru yang berfungsi dengan baik, termasuk juga kapiler dan pembuluh pulmonalnya. Pada seorang atlet yang terlatih dengan baik, konsumsi oksigen dan ventilasi paru total meningkat sekitar 20 kali pada saat ia melakukan latihan dengan intensitas maksimal. Dalam fungsi paru, dikenal juga istilah perbedaan oksigen arterivena (A-VO2diff). Selama aktivitas fisik yang intens, A-V O2 akan meningkat karena oksigen darah lebih banyak dilepas ke otot yang sedang bekerja, sehingga oksigen darah vena berkurang. Hal ini menyebabkan pengiriman oksigen ke jaringan naik hingga tiga kali lipat daripada kondisi biasa.

Peningkatan A-VO2diff terjadi serentak dengan peningkatan cardiac output dan pertukaran udara sebagai respon terhadap olah raga berat.

b. Fungsi Kardiovaskuler

Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung dalam satu menit. Curah jantung merupakan hasil kali stroke volume dengan denyut jantung. Volume sekuncup (stroke volume) adalah volume darah yang dipompa keluar dari ventrikel kanan atau kiri per menit. Denyut jantung adalah jumlah kontraksi jantung per menit.

Curah jantung pada individu dalam keadaan istirahat rata-rata sekitar 5 liter/menit. Detak jantung individu tidak terlatih dalam keadaan normal adalah sekitar 72 kali per menit, sehingga volume sekuncupnya sekitar 70 mililiter. Volume sekuncup akan meningkat dengan olahraga dan

(31)

curah jantung maksimal pada individu yang sangat terlatih bisa mencapai 40 liter/menit. Kemampuan untuk menghasilkan curah jantung yang tinggi merupakan penentu utama untuk memiliki nilai ambilan oksigen maksimal yang tinggi (Ganong, 2001)

2. Jumlah hemoglobin dalam sel darah merah

Pada sebagian besar individu, jumlah hemoglobin dalam darah sekitar 15 gram/ 100 ml darah. Setiap gram hemoglobin dapat mengikat sekitar 1,34 ml oksigen. Jadi, 15 gram hemoglobin dalam 100 ml darah dapat membawa oksigen sekitar 20 ml setelah melewati paru-paru.

Kemampuan jaringan untuk mengambil oksigen dari darah disebut sebagai ekstraksi oksigen (Ganong, 2001)

3. Komposisi Tubuh dan Jumlah otot yang terlibat dalam latihan dan kemampuan otot untuk memanfaatkan oksigen yang dipasok

Jaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak mendukung kemampuan untuk secara langsung menggunakan oksigen selama olah raga berat. Maka, jika VO2 max dinyatakan relatif terhadap berat badan, berat lemak cenderung menaikkan angka penyebut tanpa menimbulkan akibat pada pembilang VO2 max; VO2 (mk/kg/menit) = VO2 (LO2) x 1000 : Berat badan (kg) Jadi, kegemukan cenderung mengurangi VO2 max (Pate, 1993).

Semakin besar massa otot rangka yang diberikan beban kerja, semakin besar potensi untuk meningkatkan ambilan oksigen tubuh. Otot yang terbiasa terhadap latihan memiliki kemampuan yang lebih besar/baik

(32)

untuk mengekstraksi oksigen dari darah karena otot-otot tersebut menggunakan oksigen dengan cepat dan memiliki lebih banyak kapiler- kapiler pembuluh darah (Ganong, 2001)

4. Umur

Penelitian cross-sectional dan longitudinal nilai VO2 max pada anak usia 8-16 tahun yang tidak dilatih menunjukkan kenaikan progresif dan linier dari puncak kemampuan aerobik, sehubungan dengan umur kronologis pada anak perempuan dan laki-laki. VO2 max anak laki-laki menjadi lebih tinggi mulai umur 10 tahun, walau ada yang berpendapat latihan ketahanan tidak terpengaruh pada kemampuan aerobik sebelum usia 11 tahun. Puncak nilai VO2 max dicapai kurang lebih pada usia 18-20 tahun pada kedua jenis kelamin. Secara umum, kemampuan aerobik turun perlahan setelah usia 25 tahun. Penelitian dari Jackson AS et al.

menemukan bahwa penurunan rata-rata VO2 max per tahun adalah 0.46 ml/kg/menit untuk pria (1.2%) dan 0.54 ml/kg/menit untuk wanita (1.7%).

Penurunan ini terjadi karena beberapa hal, termasuk reduksi denyut jantung maksimal dan isi sekuncup jantung maksimal.

5. Jenis Kelamin

Kemampuan aerobik wanita sekitar 20% lebih rendah dari pria pada usia yang sama. Hal ini dikarenakan perbedaan hormonal yang menyebabkan wanita memiliki konsentrasi hemoglobin lebih rendah dan lemak tubuh lebih besar. Wanita juga memiliki massa otot lebih kecil daripada pria. Mulai umur 10 tahun, VO2 max anak laki-laki menjadi

(33)

lebih tinggi 12% dari anak perempuan. Pada umur 12 tahun, perbedaannya menjadi 20%, dan pada umur 16 tahun VO2 max anak laki-laki 37% lebih tinggi dibanding anak perempuan. Sehubungan dengan jenis kelamin wanita, Lebrun et al dalam penelitiannya tahun 1995 pada 16 wanita yang mendapat latihan fisik sedang, melakukan pengukuran serum estradiol dan progesteron untuk memantau fase-fase menstruasi. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa VO2 max absolut meningkat selama fase folikuler dibanding dengan fase luteal.

6. Suhu tubuh

Pada fase luteal menstruasi, kadar progesteron meningkat. Padahal progesterone memiliki efek termogenik, yaitu dapat meningkatkan suhu basal tubuh. Efek termogenik dari progesteron ini rupanya meningkatkan BMR, sehingga akan berpengaruh pada kerja kardiovaskuler dan akhirnya berpengaruh pula pada nilai VO2 max. Sehingga, secara tidak langsung, perubahan suhu akan berpengaruh pada nilai VO2 max.

7. Keadaan latihan

Latihan fisik dapat meningkatkan nilai VO2 max Namun begitu, VO2 max ini tidak terpaku pada nilai tertentu, tetapi dapat berubah sesuai tingkat dan intensitas aktivitas fisik. Contohnya, bed-rest lama dapat menurunkan VO2 max antara 15%-25%, sementara latihan fisik intens yang teratur dapat menaikkan VO2max dengan nilai yang hampir serupa.

Latihan fisik yang efektif bersifat endurance (ketahanan) dan meliputi durasi, frekuensi, dan intensitas tertentu. Sehingga dengan begitu dapat

(34)

dikatakan bahwa kegiatan dan latar belakang latihan seorang atlet dapat mempengaruhi nilai VO2 max –nya. (Pate, 1993)

Tenaga aerobik maksimal paling tepat diukur dengan mengamati tingkat pemakaian oksigen pada seseorang yang melakukan olahraga aktifitas dimana intensitasnya ditingkatkan sampai terjadi kelelahan (Pate,1993).

Perkiraan valid dari VO2 max dapat diperoleh dengan mengerahkan baik tenaga maksimal maupun dengan mengamati kecepatan detak jantung sebagai tanggapan terhadap latihan standar submaksimal.

(Pate,1993)

2.2. Latihan Daya Tahan Fisik

Meraih suatu prestasi dalam olahraga diperlukan latihan, latihan harus dilaksanakan dengan benar, terprogram dan berkesinambungan. Bompa (1983) mengemukakan ―Latihan merupakan proses yang sistematis atau bekerja secara berulang-ulang dalam jangka panjang, yang ditingkatkan secara bertahap dan individu yang ditujukan pada pembentukan fungsi fisiologis dan psikologis untuk memenuhi tuntutan tugas‖.

Sedangkan Harsono (1988) mengemukakan ―Latihan adalah proses sistematis berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan atau bekerja‖. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latihan pada prinsipnya adalah memberikan tekanan fisik pada tubuh secara teratur, sistematik, berkesinambungan

(35)

sehingga akan menambah kemampuan organ tubuh dan penampilan pemain yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan pemain atau atlet.

Tujuan akhir dari sebuah program adalah prestasi. Untuk memperoleh semua itu seseorang yang akan melakukan salah satu keterampilan gerak olahraga harus didukung oleh kualitas yang ada pada dirinya yang tercermin dari gerak yang ditampilkan. Menurut Sukadiyanto (2005) latihan adalah suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktik, menggunakan metode, dan aturan, sehingga tujuan dapat tercapai tepat pada waktunya.

latihan merupakan proses yang dilakukan secara sistematik dan berkelanjutan dengan menambah jumlah beban untuk meningkatkan kinerja olahragawan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan (Imran: 2013).

a. Prinsip Latihan

Pengertian prinsip adalah landasan konseptual yang merupakan suatu acuan. Artinya, selama dalam proses berlatih melatih beberapa prinsip latihan harus dipatuhi dan dilaksanakan. Tujuannya agar sasaran latihan dapat tercapai seperti yang diharapkan.

Proses latihan tersebut secara langsung harus mampu mengembangkan potensi fisik dengan memperhatikan dasar-dasar fisiologis dan ciri cabang olahraga yang dimaksud. Oleh sebab itu, sebagai langkah optimalisasi proses latihan harus menerapkan berbagai prinsip dalam latihan sebagai landasan dalam latihan. Bompa (2000) membagi prinsip latihan kedalam; 1) prinsip partisipasi aktif, 2) prinsip

(36)

perkembangan menyeluruh, 3) prinsip kekhususan, 4) prinsip individual, 5) prinsip variasi latihan, 6) prinsip model latihan, dan 7) prinsip peningkatan beban secara bertahap.

1. Partisipasi Aktif

Bagian ini menjadi salah satu faktor penting, dimana atlet harus berusaha berpartisipasi aktif dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan selama proses latihan berjalan. Fase ini sangat dominan berlaku pada fase persiapan yang panjang. Tidak ada batas tentang partisipasi aktif atlet ketika sesi-sesi latihan berlangsung.

2. Prinsip Perkembangan Menyeluruh (Multilateral)

Sebelum atlet mengkhususkan dirinya dalam suatu cabang olahraga sebaiknya atlet muda itu menerapkan prinsip perkembangan menyeluruh atau prinsip multilateral. Dia perlu melibatkan diri dalam berbagai kegiatan fisik sehingga mengalami perkembangan yang menyeluruh dalam unsur kemampuan fisiknya seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, koordinasi dan sebagainya

3. Prinsip Kekhususan (Spesialisasi)

Setelah atlet yang dibila menjalasi proses perkembangan menyeluruh, selanjutnya diarahkan pada cabang olahraga yang sesuai dengan karakteristik fisik secara fisiologis dan anatomikal. Selain itu juga diarahkan pada cabang olahraga yang paling digemari dan berpotensi dalam cabang olahraga pilihannya. Spesialisasi dimaksudkan adalah atlet yang memiliki keahlian keterampilan dalam

(37)

cabang olahraga yang menjadi pilihannya. Misalnya sepakbola dapat memilih menjadi penjaga gawang, kiri luar, pemain tengah.

4. Prinsip Perorangan (individualisasi)

Setiap atlet sebagai manusia yang terdiri dari jiwa dan raga pasti berbeda-beda dalam segi fisik, mental, watak dan tingkat kemampuan. Perbedaan-perbedaan itu perlu diperhatikan oleh pelatih agar pemberian dosis latihan, metode latihan dapat serasi untuk mencapai mutu prestasi tiap-tiap individu.

5. Variasi Latihan

Latihan yang dilakukan dengan benar biasanya menuntut banyak waktu, pikiran dan tenaga atlet. Karena itu bukan mustahil jika latihan yang intensif dan berkesinambungan kadang-kadang menimbulkan rasa bosan berlatih (baredom). Kalau rasa bosan sudah berkecamuk pada atlet, gairah dan motivasinya biasanya menurun atau bahkan hilang sama sekali. Hal ini dapat juga menjadi penyebab penurunan prestasi, karena kebosanan merupakan musuh dari usaha peningkatan prestasi.

6. Prinsip Model Latihan

Keberhasilan latihan sangat dipengaruhi oleh bagaimana pelatih merancang model latihan yang kreatif. Berbagai model latihan akan menbantu menekan stres-stres yang terjadi pada latihan.

Pemanfaatan berbagai model latihan akan membantu secara psikologis maupun fisiologis. Stres psikologis terjadi dikarenakan terjadinya

(38)

kejenuhan proses latihan yang telah dilaksanakan, sedangkan stres fisiologi terjadi dimana fungsi faal tubuh seperti otot jenuh terhadap aktivitas sejenis. Sehingga mutlak adanya memanfaatkan berbagai model latihan untuk mencapai tujuan latihan.

7. Prinsip beban berlebih (Over Load)

Latihan makin lama makin meningkat beratnya, tetapi kenaikan beban latihan harus sedikit demi sedikit. Hal ini penting untuk menjaga agar tidak terjadi overtraining dan proses adaptasi atlet terhadap beban latihan akan terjamin keteraturannya dan daya adaptasi organisme atlet ada keterbatasannya. Beban latihan diperberat sedikit demi sedikit dengan mengubah salah satu atau semua ciri-ciri beban latihan, seperti;

intensitas, volome, recovery, frekuensi. Kenaikan beban latihan yang meloncat terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya overtraining dan penghentian prestasi atlet. Peningkatan beban latihan juga jangan dilakukan setiap kali latihan, sebaiknya dua atau tiga kali latihan baru dinaikkan. Hal tersebut akan memberikan kesempatan kepada atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya yang memerlukan waktu paling sedikit dua puluh empat jam, agar timbul super kompensasai.

Mengingat pentingnya peningkatan pada latihan, maka kedudukan latihan beban sangatlah strategis dalam upaya meyusun program latihan yang efektif. Peningkatan bebannyapun secara bertahap seperti yang di ungkapkan oleh Bompa peningkatan beban

(39)

latihan didasarkan pada frekwensi mingguan. Adapun model peningkatan beban latihan untuk microcycle sebagai berikut:

High Medium

3

Medium Low

2 4

1

Gambar 2.1 Peningkatan beban latihan untuk 4 minggu

Kemudian pada siklus yang lebih panjang digambarkan sebagai berikut (Bompa 1999):

Gambar 2.2 Peningkatan beban latihan untuk jangka panjang b. Aspek Latihan

Tujuan utama pelatihan olahraga prestasi adalah untuk meningkatkan keterampilan atau prestasi semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan itu Bompa (2009) ada empat aspek latihan yang perlu dilatih secara seksama, yaitu; 1) fisik, 2) teknik, 3) taktik dan 4) mental.

Keempat faktor tersebut saling keterkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

(40)

Masing-masing determinan dari aspek tersebut sangat berbeda, dimana fisik menjadi faktor utama dan dilanjutkan teknik, taktik dan mental.

Determinan aspek latihan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Mental Taktik Teknik Fisik

Gambar 2.3 Aspek-Aspek Latihan Olahraga

Pelaksanaan pelatihan meski berdasarkan pada prinsip-prinsip pelatihan yang telah teruji keterandalannya berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman dalam pembinaan di lapangan.

c. Latihan fisik

Latihan fisik dalam pelaksanaannya lebih difakuskan pada proses pembinaan kondisi fisik atlet secara keseluruhan dan merupakan salah satu faktor utama dan terpenting yang harus dipertimbangnkan sebagai unsure dalam latihan guna mencapai prestasi optimal. Tujuan latihan kondisi fisik adalah untuk meningkatkan potensi fungsional atlet dan mengembangkan kemampuan biomotor kederajat tertinggi.

Latihan fisik adalah latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi fisik, yaitu faktor yang amat penting bagi setiap atlet. Tanpa kondisi fisik yang baik atlet atlet tidak akan dapat mengikuti latihan-

(41)

fisik dasar yang perlu dikembangkan antara lain kekuatan, daya tahan, kelentukan, kelincahan dan kecepatan. Latihan kondisi fisik adalah proses perkembangan kemampuan aktivitas jasmani yang dilakukan secara sistematis dan ditingkatkan secara progresif untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat jasmani agar tercapai kemampuan kerja jasmani secara optimal. Berikut Bompa (1999) digambarkan keterkaitan masing- masing unsur fisik.

Gambar 2.4 Hubungan unsur-unsur kondisi fisik d. Proses latihan

Prinsip proses latihan yang bertujuan agar pencapaian secara optimal perlu diperhatikan;

1. Intensitas Latihan

(42)

Intensitas latihan diartikan suatu porsi atau jatah latihan yang harus dilakukan oleh seseorang, menurut program yang telah ditentukan. Intensitas latihan adalah prinsip penting dalam proses gerak agar terjadi sistem metabolisme tubuh yang optimal, dengan kata lain bahwa intensitas latihan diartikan kapasitas latihan berdasarkan kemampuan dari orang yang mengikuti proses gerak. Intensitas juga dapat diartikan sebagai ukuran yang menunjukkan kualitas (mutu) suatu rangsang yang diberikan selama latihan berlangsung. Adapun rangsangnya berupa aktivitas motorik (gerak). Adapun ukuran intensitas latihan dapat ditentukan antara lain dengan cara:

a. Denyut jantung per menit, artinya parameter yang digunakan adalah hitungan denyut jantung saat latihan. Dasar perhitungan denyut jantung maksimal adalah 220 dikurangi usia olahragawan.

Untuk menghitung denyut jantung latihan agar masuk dalam zona latihan (training zone) harus diketahui usia olahragawan, denyut jantung istirahat, dan denyut jantung maksimal. Denyut jantung istirahat dihitung saat olahragawan bangun tidur pada pagi hari dan masih di tempat tidur, sehingga belum melakukan aktivitas fisik yang berarti. Bila denyut jantung maksimal 200/menit dan dalam latihan mencapai 180/menit berarti intensitas latihannya mencapai 90%. Sebaliknya dengan cara lain bila denyut jantung maksimal tetap 200/menit, intensitas latihan yang ditentukan

(43)

sebesar 80% berarti pada saat latihan denyut jantungnya harus mencapai 160/menit.

b. 1 RM (satu repetisi maksimal) adalah kemampuan melakukan atau mengangkat beban secara maksimal dalam satu kali kerja. Pada cara ini intensitas ditentukan oleh Pada pembebanan superkompensasi, intensitas latihan 100-125% dilakukan dengan metode eksentrik. Contoh bagi olahragawan yang memiliki kemampuan 1 RM 100Kg dengan intensitas beban 110%, maka angkatan olahragawan 110kg dengan 1 angkatan dan dibantu oleh teman. Ini dilakukan dengan tujuan untuk superkompensasi. Cara lain jika dengan pembebanan sedang yaitu, 80%, kemampuan 1RM 90 kg, maka program angkatan adalah 89 kali 90 dibagi 100.

Jumlah angkatan adalah 72 kg.

c. Kecepatan (waktu tempuh), yang dimaksud dengan kecepatan adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan waktu tertentu untuk menempuh jarak tertentu. Sebagai contoh, olahragawan yang menempuh lari 100 meter dengan waktu tempuh 10 detik.

Untuk menentukan intensitasnya adalah jarak tempuh dibagi dengan waktu tempuh, sehingga 100m/10 detik = 10 m/detik.

d. Jarak tempuh, yang dimaksud dengan jarak tempuh adalah kemampuan seseorang dalam menempuh jarak tertentu dalam waktu tertentu. Sebagai contoh, olahragawan yang berlari selama

(44)

15 menit menempuh jarak 3200 meter, sehingga hasil jarak tempuh (3200 m) merupakan ukuran intensitasnya.

e. Jumlah Repetisi (ulangan) per menit, adalah jumlah repetisi yang dapat dilakukan dalam satuan waktu tertentu (menit/detik).

Sebagai contoh, sit-ups dan push-ups selama satu menit dihitung jumlah repetisi yang mampu dilakukan oleh olahragawan dengan sikap sempurna selama satu menit.

f. Rentang waktu recovery dan interval. Cara ini pada umumnya digunakan untuk menentukan intensitas latihan teknik cabang olahraga. Sebab intensitas teknik dapat ditentukan menggunakan beberapa ukuran intensitas tersebut di atas, sehingga penentuan intensitas teknik menggunakan lama singkatnya pemberian waktu recovery (interval). Oleh karena itu, semakin lama waktu recovery (interval) yang diberikan semakin rendah intensitas latihannya, sebaliknya semakin singkat waktu recovery (interval) yang diberikan maka semakin tinggi intensitas latihannya.

Sedangkan berkenaan dengan pembebanan yang baik dapat dilihat pada tabel di bawan ini:

Tabel 2.1 Persentase perbandingan intensitas/pembebanan

INTENSITAS

PERSENTASE

ENDURANCE VO2MAX

KERJA KEKUATAN DENYUT

NADI

Maksimal 95 -100 90 - 100 190 + 100

Sub Maksimal 85 -95 80 - 90 180 - 190 90

Tinggi 75 - 85 165 75

Sedang 65 - 75 70 - 80 150 60

Ringan 50 - 65 50 – 70

Rendah 30 - 50 30 - 50 140 50

(45)

2. Volume Latihan

Volume latihan diartikan waktu yang berhubungan dengan beberapa isi latihan yang diperlukan seseorang dalam menjalankan program latihan sehingga dapat meningkatkan kemampuan fisiknya.

Volume latihan adalah waktu yang diperlukan, sehingga dapat menimbulkan efek baik dari hasil latihan, dimana waktu lama latihan ini antara 15-25 menit tiap hari yang disesuikan dengan training Zone.

Sebagai salah satu komponen penting dalam latihan, volume adalah total kuantitas aktivitas yang ditampilkan atlet selama latihan pada phase atau sesi-sesi tertentu. (Bompa, 1999)

Bompa (1999) membagi volume latihan sebagai berikut:

 Waktu atau lamanya latihan

 Jarak atau berat beban per waktu atau per unit

 Repetisi dari latihan atau waktu yang ditampilan atlet dalam

melakukan teknik gerak.

Dengan demikian maka, lama latihan perlu memperhatikan waktu yang diperlukan agar efek dari hasil latihan dapat dicapai secara optimal serta tidak membahayakan seseorang yang berlatih. Ukuran volume latihan dapat berupa meter, atau kilometer pada latihan daya tahan (pada latihan lari, renang, sepeda,), dapat juga berupa menit / jam (bermain futsal selama 2 x 15 menit, latihan daya tahan lari dengan space yang

(46)

berbeda selama 60 menit, berenang gaya bebas selama 20 menit, dan lain lain).

Sebagai contoh Latihan daya tahan kecepatan bagi pelari jarak jauh adalah latihan interval 2 set, @ 20 x 300 meter dengan kecepatan 36 detik / 300 meter. Volume latihan daya tahan kecepatan bagi pelari jarak Jauh adalah 2 x 30 x 200 meter = 1200 meter.

3. Frekuensi Latihan

Frekuensi latihan adalah prinsip latihan fisik ketiga yang sangat menentukan keberhasilan pencapaian latihan. Frekuensi latihan berapa kali seseorang melakukan latihan yang cukup intensif dalam satu mingguan, bulan dan tahun, Frekuensi adalah jumlah sesi latihan (tatap muka) yang dilakukan dalam periode waktu satu mingguan. Pada umumnya frekuensi merupakan jumlah tatap muka latihan yang dilakukan dalam satu minggu.

Untuk memberi efek peningkatan latihan dibutuhkan waktu yang lama, minimal 3 sampai dengan 6 bulan.(Fox .1988)

Menurut Fox (1988) frekuensi latihan yang baik untuk menjaga kesehatan 3 kali perminggu dan 6-7 kali perminggu untuk atlet endurance.

Latihan dengan frekuaensi tinggi membuat tubuh tidak cukup waktu untuk pemulihan. Kegagalan menyediakan waktu pemulihan yang memadai akan dapat menimbulkan cedera. Tubuh membutuhkan waktu untuk bereaksi terhadap rangsangan latihan, pada umumnya membutuhkan waktu lebih dari 24 jam. Semakin bertambah usia semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan. Pada kenyataannya, individu yang tidak

(47)

terlatih membutuhkan waktu 48 jam untuk pemulihan dan beradaptasi dengan rangsangan latihan (Sharkey, 2003)

4. Sesi / Unit Latihan.

Sesi atau unit adalah materi program latihan yang harus dilakukan dalam satu kali tatap muka (satu kali pertemuan). Dalam satu harinya bagi para olahragawan profesional dapat melakukan dua sesi latihan, yaitu materi latihan yang dilakukan pada pagi hari dan sore/malam hari.

Selanjutnya, untuk memperjelas makna dan cara penggunaan serta penulisan komponen-komponen latihan tersebut di atas, maka berikut ini disajikan contoh cara penulisan dan penggunaan komponen-komponen latihan yang dituangkan ke dalam penyusunan menu program latihan.

Adapun

contoh yang digunakan adalah menu program latihan yang bertujuan untuk meningkatkan power.

Secara garis besar komponen latihan intensitas dan volume, dari periodesasi transisi sampai persiapan tahap kedua, umumnya bersifat atau hukumnya berbanding terbalik. Artinya, bila intensitas latihannya Sasaran Latihan : daya ledak

Intensitas : 40-70% kekuatan maksiman (1RM). 40 bagi pemula, sedang 70 % untuk terlatih

Volume : 5 set/sesi latihan (8-16 repetisi/set) Istirahat antar set : 90 detik

Frekwensi : 7 kali seminggu

Metode latihan : berbeban dengan sirkuit sistem 8 pos

(48)

maksimal (tinggi), maka volume latihannya menjadi rendah. Sebaliknya bila volume latihannya tinggi, maka intensitasnya menjadi rendah sampai sedang. Namun, dalam waktu-waktu tertentu hukum antara intensitas dan volume dapat sejajar sama tingginya selama dalam latihan, yaitu pada saat memasuki periode kompetisi. Oleh karena pada periode kompetisi, semua bentuk latihan harus disimulasikan menyerupai dengan situasi permainan yang sesungguhnya, yaitu cepat dan penuh dengan power (speed and power).

Sebaliknya dapat pula sejajar rendah, yaitu pada saat permulaan melatih teknik dimana intensitas dan volume latihannya akan sama-sama rendah. Berikut ini disajikan salah satu contoh tabel proporsi antara intensitas dan volume, nampak bahwa semakin berat beban yang harus diangkat (intensitas) semakin sedikit repetisi yang dilakukan (volume), demikian sebaliknya semakin ringan beban yang diangkat semakin banyak repetisinya.

Tabel 2.2 Proporsi intensitas dan volume Intensitas

100% Maksimum

80-90% Submaksimum

60-70% Medium

0-50% Rendah

15-20 repetisi 10-15 repetisi 8-10 repetisi

3-5 repetisi --- Volume ---

(49)

Perbandingan intensitas latihan dengan volume latihan disesuaikan dengan periodesasi latihan dan kondisi tibuh manusia karena tubuh manusia memiliki keterbatasan baik fisiologi maupun psikologis.

Keterbatasan tersebut mengharuskan setiap latihan menentukan porsi latihan sesuai kebutuhan fisiologis setiap olahragawan. Latihan tinggi intensitas dibarengi dengan tinggi volume hanya akan merusak fungsi organ tubuh dan kondisi psikologis. Tekanan latihan yang tinggi secara terus menerus akan menimbulkan tingkat stress yang tinggi dan kelelahan yang memuncak dan akan mempermudah timbulnya cidera. Artinya bahwa proporsi latihan harus membandingkan tingkat intensitas dan volume latihan, atau penentuan antara volume dan intensitas ditentukan oleh fase-fase latihan dalam satu periodesasi.

5. Pemulihan

Tubuh akan mengalami fase maksimal dalam bekerja, sehingga akan menimbulkan kelelahan. Hal ini memerlukan waktu untuk tubuh kembali prima. Ini lah yang dikenal dengan masa pemulihan. Dimana metabolisme tubuh akan disesuaikan dengan kebutuhan selanjutnya.

Seluruh jaringan dan organ akan beradaptasi dengan kegiatan latihan.

6. Durasi latihan (Time)

Durasi dan intensitas latihan saling berhubungan. Peningkatan pada salah satunya, yang lain akan menurun. Durasi dapat berarti waktu, jarak, atau kalori. Durasi menunjukan pada lama waktu yang digunakan untuk latihan. Jarak menunjuk pada panjangnya langkah, atau pedal, atau

(50)

kayuhan yang dapat ditempuh. Kalori menunjuk pada jumlah energi yang digunakan selama latihan.Durasi minimal yang harus dlakukan pada aktivitas aerobik adalah 15-20 menit (Egger, 1993). Menurut Sharkey (2003) individu dengan tingkat kebugaran rendah tidak bereaksi terhadap durasi latihan yang panjang, atau berintensitas tinggi.

Penelitian dari Wenger dan Bell tahun 1986 membuktikan bahwa untuk mendapatkan kebugaran yang lebih besar, latihan lebih lama dari 35 menit, hal ini mungkin karena proporsi metabolisme lemak terus naik pada 30 menit pertama latihan. Karena itu untuk mendapatkan kebugaran, kontrol berat badan dan keuntungan metabolisme lemak, dan untuk menurunkan lipid darah, perlu menambah durasi latihan. Namun tidak ada bukti yang meyakinkan untuk merekomendasikan latihan melebihi 60 menit. Bagi atlet yang berlatih lebih 60 menit, bertujuan memantapkan stamina, bukan untuk mendapatkan kesehatan. Dengan demikian latihan aerobik memerlukan durasi latihan antara 15-60 menit per sesi latihan.

e. Continuous Running

Continuous running atau latihan lari kontinyu atau sering disebut lari terus menerus adalah latihan yang dilakukan tanpa jeda istirahat, dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti. Waktu yang digunakan untuk latihan kontinyu relative lama, antara 1 sampai 2,5 jam. Latihan kontinyu menggunakan intensitas 60-80% dari HR.Max. atau HR 150 sampai 170 per menit. Latihan yang baik 3-5 hari perminggunya.

(51)

Latihan dengan metode kontinyu dengan intensitas rendah banyak menggunakan lemak sebagai sumber tenaga. Oleh karena itu latihan dengan model tersebut banyak menyimpan glikogen otot. Latihan lari kontinyu berlangsung untuk waktu yang lama dan akan menghasilkan adaptasi aerobic dengan baik. Latihan lari kontinyu biasanya berlangsung untuk waktu yang lama, lari terus-menerus yang lebih dari 30 menit dengan tempo dibawah ambang rangsang anaerobic akan menghasilkan adaptasi aerobic dengan baik. Menurut Sukadiyanto (2010) metode latihan lari kontinyu adalah metode yang di dalamnya membutuhkan waktu yang lama dan harus bertahap pengaruh latihan tidak dapat langsung diadaptasi secara mendadak untuk mencapai kemampuan maksimal. Pencapaian prestasi maksimal harus didukung oleh berbagai kemampuan dan keterampilan gerak. Menurut Rushall Dean Pyke. (1992) latihan lari metode kontinyu adalah latihan yang berlangsung secara kontinyu dan sifatnya semakin progresif dari waktu ke waktu. Jika seorang melakukan latihan selama tiga minggu, maka beban latihan sudah dapat teradaptasi, bila beban latihan tidak ditingkatkan maka akan menjadi beban latihan di bawah ambang rangsang hal itu akan meningakibatkan tidak terjadinya peningkatan kekuatan, karena beban latihan dibawah ambang rangsang kemampuan orang yang melakukan latihan tersebut,

Menurut Sukadiyanto (2010) cara meningkatkan beban latihan secara progresif antara lain dengan: (a) diperberat (jumlah beban, repetisi, set, seri/sirkuit), (b) dipercepat, dan atau (c) diperlama. Latihan kontinyu

(52)

(misalnya lari terus menerus tanpa istirahat) biasanya berlangsung untuk waktu yang lama. Lari terus menerus yang lebih dari 30 menit dengan tempo dibawah ambang rangsang anaerobic akan menghasilkan adaptasi aerobic yang baik. Ada 2 model latihan kontinyu dengan intensitas rendah, yaitu lari atau renang dengan denyut nadinya berkisar 70%-80% dari denyut nadi maksimal (MHR). Sebagai contoh MHR atlet adalah 200, maka 70%-80% dari MHR adalah 140- 160d.n atau menit. Dengan pace (tempo lari) yang rendah ini kadar asam laktatnya umumnya kurang dari 3 mmol yaitu sedikit lebih tinggi dari tingkat istirahat yang 1-2 mmol. Kalau bagi atlet tersebut intensitasnya terlalu rendah, yaitu dibawah 140 d.n atau menit, maka tidak akan terasa dampak latihanya. Lari kontinyu dengan intensitas rendah banyak menggunakan lemak sebagai sumber tenaga.

Karena itu akan bisa banyak menyimpan glikogen otot.

f. Interval running

Interval training atau latihan berselang adalah latihan yang bercirikan adanya interval kerja diselingi interval istirahat (recovery).

Bentuknya bisa interval running (lari interval) atau interval swimming (berenang interval). Latihan interval biasanya menngunakan intensitas tinggi, yaitu 80-90% dari Kemampuan makasimal. Waktu (durasi) yang digunakan antara 2-5 menit. Lama istirahat antara 2-8 menit. Perbandingan latihan dengan istirahat adadah 1:1 atau 1:2. Repetisi (ulangan) 3-12 kali.

Interval running merupakan salah satu variasi bentuk latihan untuk meningkatkan ketahanan aerobic dan anaerobic, ada perbedaan antara

(53)

interval running dengan metode yang lainnya, meskipun jenis aktifitas yang sama, dimana perbedaannya terletak pada pengaturan antara lari dengan waktu istirahat. Terdapat tiga jenis interval running, yaitu interval running jarak pendek, interval running jarak menengah dan interval running jarak jauh.

Pada dasarnya istilah interval running terkait erat dengan recovery sebab kedua istilah tersebut memiliki makna yang sama, yaitu pemberian waktu istirahat yang diberikan pada saat antar set atau antar repetisi (ulangan) Sukadiyanto (2010). Latihan interval running adalah suatu metode latihan yang diselingi oleh interval yang berupa istirahat. Interval running untuk daya tahan biasanya intensitas larinya rendah sampai medium sekitar 50% -70% dari kemampuan maksimal. Ada beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam menyusun interval training yaitu :

a. lamanya latihan b. intensitas latihan c. ulangan

d. masa istirahat setiap repetisi latihan

menurut Sukadiyanto (2010) metode latihan interval running adalah suatu metode latihan yang diselingi oleh interval yang berupa istirahat, interval adalah waktu istirahat yang diberikan pada saat antar seri, antar sirkuit, atau antar sesi per unit latihan. Selanjutnya Sukadiyanto (2010) pemberian waktu recovery dan interval merupakan faktor penting agar latihan kekuatan dapat diadaptasi oleh otot. Waktu recovery dan

(54)

interval tergantung dari macam kekuatan yang dilatih, jumlah otot yang terlibat, kemampuan olahragawan, irama dan durasi latihan. Sedangkan menurut Suharno HP (1992) latihan interval yang diselingi dengan istirahat, baik pasif maupun aktif akan memberikan keuntungan seperti :

a. Menghindari terjadinya overtraining

b. Memberikan kesempatan organisme seseorang untuk beradaptasi dengan beban latihan sebelumnya.

c. Adanya pemulihan tenaga dalam proses latihan.

2.3.Kolesterol.

Kolesterol terdapat dalam diet semua orang dan dapat diabsorbsi dengan lambat dari saluran pencernaan masuk kedalam limfe usus. Kolesterol sangat larut dalam lemak, tetapi hanya sedikit larut dalam air, dan mampu membentuk ester dengan asam lemak. Lebih kurang 70% kolesterol plasma berada dalam bentuk ester kolesterol (Guyton, 1991). Kolesterol yang diperoleh dari diet disebut kolesterol eksogen, sedang kolesterol endogen disintesis di dalam tubuh. Sintesis kolesterol terbanyak terjadi di hepar dan sedikit di usus. Fungsi kolesterol adalah mengatur proses kimiawi di dalam tubuh. Kolesterol di dalam tubuh digunakan untuk menyusun membran sel, membuat hormon seks, hormon korteks adrenalin, vitamin D dan garam empedu, sehingga kolesterol merupakan lemak yang sangat penting bagi tubuh. Kolesterol adalah hasil metabolisme hewan sehingga terdapat dalam segala makanan yang berasal dari hewan seperi kuning telur, daging, hati dan otak ( Murray et al.2006).

Gambar

Gambar 2.1 Peningkatan beban latihan untuk 4 minggu
Gambar 2.4  Hubungan unsur-unsur kondisi fisik  d.   Proses latihan
Tabel 2.1 Persentase perbandingan intensitas/pembebanan
Tabel 2.2 Proporsi intensitas dan volume  Intensitas    100%  Maksimum  80-90%  Submaksimum  60-70%  Medium  0-50%  Rendah  15-20 repetisi  10-15 repetisi  8-10  repetisi  3-5  repetisi  ------------------------------------------- Volume ------------------
+7

Referensi

Dokumen terkait

Feri Prastiana S,Ag beliau berpendapat bahwasanya ketika seseorang akan melaksanakan pernikahan terlebih dahulu mereka harus memenuhi syarat dan rukun nikah

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Gambaran Akibat yang Ditimbulkan dari Kecelakaan Lalu Lintas yang Terjadi pada Pengendara Sepeda Motor di Kota Medan

Isikan tempat kosong dengan perkataan yang betul.. Manusia bertanggungjawab untuk memelihara dan (d) membangunkan alam ini demi kesejahteraan seluruh

Khamir ini secara alami ada pada umbi dahlia dan mempunyai enzim inulinase yang mampu mengubah inulin menjadi fruktosa sebagai bahan dasar pembuatan

[r]

Populasi dari penelitian ini merupakan kejadian kecelakaan lalu lintas di wilayah kota Medan yang tercatat oleh Unit Laka lantas Satlantas Polresta Medan tahun 2015,

Hasil penelitian dengan melakukan survey pada 90 orang dengan menggunakan teknik cluster random sampling meliputi dokter, bidan, perawat, tenaga administrasi,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kredit yang disalurkan dengan rasio LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA), sedangkan ukuran