• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43260/PP/M.I/16/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43260/PP/M.I/16/2013"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43260/PP/M.I/16/2013

Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Penyerahan BKP dan/atau JKP

Tahun Pajak : 2008

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah koreksi atas Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Penyerahan BKP dan/atau JKP Masa Pajak Desember 2008 sebesar Rp4.815.238.217,00;

Menurut Terbanding : bahwa koreksi penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sebesar Rp 4.815.238.217,00 dilakukan karena Pemeriksa tidak mengakui potongan penjualan sebagai unsur pengurang harga jual mengingat secara substansi potongan penjualan tersebut merupakan komisi penjualan. Hal ini didasarkan bahwa harga jual kepada konsumen ditentukan oleh Pemohon Banding (bukan retailer), sehingga fungsi retailer hanya sebagai pedagang perantara yang memperoleh penghasilan berupa fee atau komisi penjualan;

Menurut Pemohon Banding : bahwa Peredaran Usaha yang Pemohon Banding laporkan di dalam SPT PPh Badan telah sesuai dengan pembukuan yang Pemohon Banding selenggarakan berdasarkan metode pembukuan / akuntansi yang berlaku di Indonesia yang dilakukan secara taat azas. Atas pembukuan PT XXX, telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang dinyatakan wajar tanpa syaratn dengan demikian seharusnya tidak ada koreksi lagi atas peredaran usaha yang telah Pemohon Banding laporkan di dalam SPT PPh Badan Tahun 2008;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

Menurut Majelis : bahwa sengketa ini terjadi karena Terbanding melakukan koreksi atas Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai sebesar 4.815.238.217,00 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;

bahwa berdasarkan berkas sengketa dan keterangan selama persidangan, Majelis memperoleh data dan keterangan sebagai berikut:

bahwa koreksi ini terkait dengan sengketa atas koreksi peredaran usaha di Pajak Penghasilan Badan tahun 2008 sebesar Rp36.254.962.956,00 yang telah dilakukan pemeriksaan oleh Majelis;

bahwa oleh karena sengketa Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai ini mengikuti hasil pemeriksaan Majelis atas koreksi Peredaran Usaha di Pajak Penghasilan Badan Tahun 2008, maka Majelis berpendapat dasar-dasar pertimbangan Majelis di Putusan Pajak Penghasilan Badan tersebut, juga diterapkan dalam sengketa ini;

bahwa dalam pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Majelis atas sengketa Koreksi Peredaran Usaha di Pajak Penghasilan Badan, Majelis berpendapat penjualan yang dilakukan oleh Pemohon Banding kepada PT BB adalah penjualan secara konsinyasi;

bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000, dinyatakan antara lain:

a. Pasal 1A ayat (1) huruf g :

“Yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi“;

b. Pasal 13 ayat (1) :

“Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a atau huruf f dan setiap penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud Pasal 4 huruf c“;

c. Pasal 4 huruf a :

“Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha“;

d. Pasal 4 huruf c :

“Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha“;

e. Pasal 9 ayat (1) :

“Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak“;

bahwa Majelis berpendapat, karena penjualan oleh Pemohon Banding kepada PT Kelab 21 merupakan penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi,

(3)

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai kredit pajak;

pendapat Majelis : bahwa. menurut pendapat Majelis, Terbanding menggunakan nilai Kredit Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Desember 2008 sebesar (Rp 1.556.122.530,00) sebagai dasar untuk menerbitkan ketetapan semula, sedangkan Pemohon Banding melaporkan dalam SPT, Kredit Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Desember 2008 sebesar (Rp 1.613.265.957,00), sehingga selisih kredit pajak sebelum keberatan adalah sebesar Rp 57.143.427,00;

bahwa menurut pendapat Majelis, atas ketetapan Terbanding yang menyatakan Kredit Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Desember 2008 sebesar (Rp1.556.122.530,00), Pemohon Banding mengajukan keberatan dengan menyebutkan secara eksplisit besarnya Kredit Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Desember 2008 menurut perhitungan Pemohon Banding yaitu sebesar (Rp 1.613.265.957,00), sehingga nilai sengketa sampai dengan keberatan adalah sebesar Rp 57.143.427,00;

bahwa menurut pendapat Majelis, atas keberatan Pemohon Banding yang menyatakan Kredit Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Desember 2008 sebesar (Rp1.613.265.957,00), Terbanding menggunakan nilai Kredit Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Desember 2008 implisit sebesar (Rp 1.556.122.530,00) sebagai dasar untuk menerbitkan keputusan atas keberatan Pemohon Banding, sehingga nilai sengketa sebelum banding adalah sebesar Rp 57.143.427,00;

bahwa menurut pendapat Majelis, atas keputusan Terbanding yang menyatakan Kredit Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Desember 2008 sebesar (Rp1.556.122.530,00), Pemohon Banding mengajukan banding dengan menyebutkan secara eksplisit besarnya Kredit Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Desember 2008 menurut perhitungan Pemohon Banding yaitu (Rp 1.613.265.957,00), sehingga nilai sengketa sampai dengan Surat Banding adalah sebesar Rp 57.143.427,00;

Menimbang, bahwa pembahasan mengenai pokok sengketa adalah sebagai berikut:

Menurut Terbanding : bahwa dari penelitian terhadap Surat Setoran Pajak Pajak Pertambahan Nilai Jasa Luar Negeri diketahui bahwa pada baris NPWP diisi NPWP Wajib Pajak (0X.XXX.XXX.X-0XX.000), seharusnya disii dengan angka nol (0), dan pada baris Nama WP diisi "PT AA", seharusnya diisi nama orang atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan di luar Daerah Pabean yang menyerahkan BKP tidak berwujud atau JKP ke dalam Daerah Pabean;

Menurut Pemohon Banding : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan alasan dan pendapat yang digunakan oleh Terbanding didalam mempertahankan koreksi Pemeriksa (Terbanding) atas Pajak Pertambahan Nilai Masukan Jasa Luar Negeri sebesar Rp 57.143.427,00;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

Menurut Majelis : bahwa Terbanding melakukan Koreksi atas Pajak Masukan karena Pemohon Banding salah menuliskan SSP PPN Jasa Luar Negeri yaitu baris NPWP disisi dengan NPWP Pemohon banding yang seharusnya diisi dengan angka 0 dan kolom Nama Wajib Pajak disii dengan nama Pemohon Banding yang seharusnya diisi dengan nama orang atau Badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan di luar Daerah Pabean yang menyerahkan BKP Tidk Berwujud atau JKP ke dalam Daerah Pabean;

bahwa Pemohon Banding tidak melakukan upaya administratif apapun untuk memperbaiki kesalahan tersebut;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan alasan koreksi Terbanding terhadap Kredit Pajak Masukan, karena kesalahan yang dilakukan tersebut hanya bersifat administratif, tanpa disengaja dan tidak menimbulkan kerugian bagi Negara;

bahwa menurut Pemohon Banding kesalahan adminsitratif yang tidak diperkenankan hanyalah yang terkait dengan Faktur Pajak Standar saja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) dan Pasal 13 ayat (5) Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah;

bahwa Pasal 13 ayat (5) Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai menyebutkan : “Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat :

1) Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak

2) Nama, alamat, Nomor PokoK Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak

3) Jenis barang dan jasa, jumlah harga jual atau Penggantian dan potongan harga

4) Pajak pertambahan Nilai yang dipungut;

5) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

6) Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak dan

7) Nama, jabatan dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak

bahwa Pasal 5 ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 159/PJ/2006 tanggal 31 Oktober 2006 tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, Tatacara Penyampaian dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar, menyebutkan ”Faktur Pajak Standar yang tidak diisi secara lengkap, jelas, benar dan atau tidak ditanda tangani sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan Faktur Pajak cacat yaitu faktur pajak yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang- Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000”;

bahwa Pasal 11 ayat (1) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 159/PJ/2006 tanggal 31 Oktober 2006 tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, Tatacara Penyampaian dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar, menyebutkan : ”atas faktur pajak standar yang cacat, rusak, salah dalam pengisian atau salah dalam penulisan, sehingga tidak memuat keterangan yang lengkap, jelas dan benar, Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak Standar tersebut dapat menerbitkan Faktur Pajak Standar Pengganti yang tatacaranya diatur dalam lampiran VIII huruf A Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini”;

bahwa Pasal 2 huruf g Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP- 312/PJ/2001 tanggal 23 April 2001 tentang Perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-522/PJ/2000 tentang Dokumen-Dokumen Tertentu Yang Diperlakukan Sebagai Faktur Pajak Standar, menyebutkan

”Dokumen-dokumen tersebut di bawah ini sepanjang memenuhi persyaratan sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 diperlakukan sebagai Faktur Pajak Standar, yaitu Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean”;

bahwa Majelis berpendapat, berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, kesalahan penulisan Nama dan NPWP pada Surat Setoran Pajak Pajak Pertambahan Nilai Jasa Luar Negeri yang dilakukan oleh Pemohon Banding

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

Menimbang : bahwa oleh karena atas jumlah PPN yang masih harus dibayar yang disengketakan oleh Pemohon sebesar Rp. 538.667.249,00, tidak dikabulkan seluruhnya koreksi oleh Majelis, maka Majelis berketetapan untuk

menggunakan kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak untuk menolak banding Pemohon Banding;

Mengingat : Undang.undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan perundang.undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini;

Memutuskan : Menolak Banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-955/WPJ.07/2010 tanggal 4 Oktober 2010 mengenai keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Penyerahan BKP dan/atau JKP Nomor: 00093/407/08/056/09 tanggal 4 Desember 2009 Masa Pajak Desember 2008, atas nama : PT. XXX.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

Laporan keuangan adalah tolak ukur dalam menilai kesehatan perusahaan.IAI (2009:2) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi

Permohonan Wajib Pajak telah memenuhi ketentuan Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-10/PJ/2009 tanggal 11 Februari 2009 tentang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon kombinasi bahan organik dan varietas sorgum ratoon I yang tepat untuk produksi biomassa dan nira yang tinggi adalah pada dosis 10 ton/ha

Proses Wawancara Bersama Asisten Kepala (Askep) di Kantor Besar. Administratur Perkebunan PTPN

The financial information above is taken from the interim consolidated financial statements of PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ("Bank") and the subsidiaries dated

Untuk dapat menentukan model peramalan atau hasil ramalan yang dapat memberikan keakurasian data untuk metode 12 bulan mendatang model-model peramalan trend Line Analysis

12 Mengingat dalam penelitian ini permasalahan yang terjadi dalam konflik agraria di Kabupaten Mesuji di Desa Moro-moro sangatlah kompleksitas maka penelitian

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016, dengan ini kami