• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang dengan selesainya penyusunan Modul Rambu, Marka, dan Delineasi.

Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta pendidikan dan pelatihan di bidang jalan yang berasal dari kalangan pegawai pemerintah daerah dan Aparatur Sipil Negara (ASN).

Modul Rambu, Marka, dan Delineasi ini disusun dalam 6 (enam) bab yang terdiri dari Pendahuluan dan Kegiatan Belajar. Penyusunan modul yang sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami segala kebutuhan terkait jalan berkeselamatan. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini diisi oleh adanya pergeseran aktivitas peserta latih dan pelatih yakni dengan menonjolkan peran serta aktif peserta latih.

Akhirya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.

Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Harapan kami tidak lain modul ini dapat memberikan manfaat.

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

(3)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...ii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 2

1.2. Deskripsi Singkat ... 3

1.3. Standar Kompetensi ... 3

1.4. Kompetensi Dasar ... 3

1.5. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ... 3

1.6. Estimasi Waktu ... 4

BAB 2 PRINSIP PERAMBUAN MARKA DAN DELINEASI ... 5

2.1. Peraturan terkait Rambu dan Marka ... 6

2.2. Prinsip rambu, Marka, dan Delineasi ... 7

2.3. Rangkuman ... 10

2.4. Latihan ... 12

BAB 3 PERAMBUAN ... 13

3.1. Jenis Rambu ... 14

3.2. Desain dan Pemilihan Rambu ... 17

3.3. Penempatan Rambu ... 20

3.4. Rangkuman ... 24

3.5. Latihan ... 27

BAB 4 MARKA ... 28

(4)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI iii

4.1. Jenis Marka ... 29

4.2. Marka Berupa Peralatan ... 31

4.3. Marka Berupa Tanda ... 32

4.4. Penempatan Marka ... 39

4.5. Rangkuman ... 41

4.6. Latihan ... 43

BAB 5 HARMONISASI RAMBU DAN MARKA SERTA PEMBUATANNYA ... 44

5.1. Harmonisasi Rambu dan Marka ... 45

5.2. Pembuatan Rambu dan Marka ... 49

5.3. Rangkuman ... 50

5.4. Latihan ... 52

BAB 6 DELINEASI... 53

6.1. Prinsip tentang Delineasi ... 54

6.2. Perangkat Delineasi ... 55

6.3. Rangkuman ... 58

6.4. Latihan ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

GLOSARIUM ... 61

(5)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Rambu Peringatan ... 15

Gambar 2 Rambu Larangan ... 16

Gambar 3 Rambu Perintah ... 16

Gambar 4 Rambu Petunjuk ... 16

Gambar 5 Rambu Sementara ... 17

Gambar 6 Penempatan Rambu Tiang F dan Tiang Portal ... 22

Gambar 7 Pemasangan rambu di tepid an di median jalan ... 24

Gambar 8 Paku Jalan (RRPM/ Mata Kucing) ... 31

Gambar 9 Kerucut Lalu Lintas ... 32

Gambar 10 Pagar Lalu Lintas ... 32

Gambar 11 Marka Membujur ... 33

Gambar 12 Marka Melintang ... 35

Gambar 13 Marka Serong ... 36

Gambar 14 Marka Simbol... 37

Gambar 15 Marka Kotak Kuning ... 38

Gambar 16 Marka Simbol untuk Lajur Sepeda dan Sepeda Motor ... 39

Gambar 17 Penempatan Warna Paku Jalan ... 39

Gambar 18 Marka Melintang di Persimpangan Termasuk Zebra Crossing ... 46

Gambar 19 Marka Melintang Solid dengan Rambu Stop ... 47

Gambar 20 Marka Melintang Putus-Putus dengan Rambu Beri Prioritas ... 47

Gambar 21 Marka Lambing Tulisan untuk Mempertegas Rambu ... 48

Gambar 22 Fasilitas Penyeberangan Jalan dengan Rambu dan Marka ... 48

Gambar 23 Posisi Rambu Terkait Garis Marka Tengah ... 49

Gambar 24 Rambu Penanda Lebar, digunakan untuk jalur yang menyempit ... 57

(6)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI v

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Ukuran Rambu Berdasarkan Kecepatan ... 18 Tabel 2 Penempatan Rambu Peringatan berdasarkan Kecepatan ... 22

(7)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI vi

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Petunjuk penggunaan modul Diklat Jalan Berkeselamatan ini digunakan untuk mempermudah peserta dalam memahami materi Rambu, Marka, dan Delineasi.

Adapun teknik penggunaannya adalah sebagai berikut:

1. Peserta Diklat Jalan Berkeselamatan membaca dengan seksama setiap bab dan coba dibandingkan dengan pedoman dari peraturan yang ada dan ketentuan terkait, kemudian disesuaikan dengan pengalaman peserta yang telah dialami di lapangan.

2. Jawablah pertanyaan dan latihan, apabila masih belum dapat menjawab dengan sempurna, hendaknya peserta Diklat Jalan Berkeselamatan latihan mengulang kembali materi yang belum dikuasai

3. Selanjutnya buatlah rangkuman, kemudian buatlah latihan dan diskusi dengan sesama peserta Diklat Jalan Berkeselamatan untuk memperdalam materi.

(8)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 1

BAB 1

PENDAHULUAN

(9)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 2

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Dalam pembangunan nasional, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mempunyai peranan penting dan strategis dalam menyediakan infrastruktur Transportasi Berkelanjutan berdasarkan tujuan Pemerintah termasuk membangun infrastruktur jalan berkeselamatan.

Keselamatan jalan di Indonesia telah diatur di Undang- Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, serta RUNK (Rencana Umum Nasional Keselamatan) jalan yang telah diluncurkan.

Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sebagai instansi yang bertanggung jawab dalam pembinaan jalan di Indonesia dan dalam pembangunan jalan nasional, telah melaksanakan berbagai upaya dalam peningkatan keselamatan jalan.

Di dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dinyatakan bahwa jalan wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan, antara lain: fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan penyandang cacat.

Kementerian Perhubungan, adalah instansi yang bertanggung jawab dalam pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan dan dalam penyelenggaraan perlengkapan jalan.

Kementerian PU-PR dan Kementerian Perhubungan telah berkomitmen akan mewujudkan ketersediaan infrastruktur yang berkeselamatan bagi semua pengguna jalan termasuk pejalan kaki dan pesepeda.

Upaya meningkatkan keselamatan jalan harus diupayakan tidak hanya kepada pengguna jalan semata, tetapi juga kepada pembuat kebijakan yaitu Aparatur Sipil Negara (ASN), dengan meningkatkan profesionalisme ASN melalui Pendidikan dan Pelatihan Jalan Berkeselamatan Dengan Modul Rambu, Marka, dan Delineasi.

Dengan demikian para ASN Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau Kemen PU-PR pada umumnya dan Ditjen Bina Marga khususnya

(10)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 3

diharapkan mampu menyediakan infrastruktur jalan yang memberikan keselamatan bagi penggunanya.

1.2. Deskripsi Singkat

Mata Diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang perlengkapan jalan, khususnya Rambu, Marka dan Delineasi agar tercipta jalan yang berkeselamatan. Diklat dilakukan dengan menggunakan metoda pelatihan orang dewasa (andragogi) yang meliputi ceramah, tanya jawab, pemaparan dan diskusi.

1.3. Standar Kompetensi

Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan mampu memahami tentang perambuan, marka dan delineasi di jalan agar lebih berkeselamatan.

1.4. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar yang akan dicapai dari pembelajaran ini antara lain:

1. Peserta mampu memahami prinsip perambuan, marka, dan delineasi di jalan agar lebih berkeselamatan

2. Peserta mampu memahami tentang perambuan 3. Peserta mampu memahami tentang marka

4. Peserta mampu memahami tentang harmonisasi rambu dan marka, serta pembuatannya

5. Peserta mampu memahmi tentang delineasi.

1.5. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

Dalam modul Rambu, Marka, dan Delineasi ada 5 (lima) materi yang akan dibahas, yaitu:

1. Prinsip Perambuan, Marka, dan Delineasi, meliputi:

a. Peraturan Terkait Rambu dan Marka b. Prinsip Rambu dan Marka

2. Perambuan, meliputi:

a. Jenis Rambu

b. Desain dan Pemilihan Rambu c. Penempatan Rambu

(11)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 4 3. Marka, meliputi:

a. Jenis Marka

b. Marka Berupa Tanda c. Penempatan Marka

4. Harmonisasi Rambu dan Marka, serta pembuatannya; meliputi:

a. Harmonisasi Rmbu dan Marka b. Pembuatan Rambu dan Marka 5. Delineasi, meliputi:

a. Prinsip tentang Delineasi b. Pembuatan Rambu dan Marka 1.6. Estimasi Waktu

Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mata diklat “Rambu, Marka, dan Delinesi”pada peserta diklat teknis ini adalah 5 (lima) jam pelajaran.

(12)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 5

BAB 2

PRINSIP PERAMBUAN MARKA DAN DELINEASI

(13)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 6

2. Prinsip Perambuan, Marka, dan Delineasi

Indikator keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu

- menjelaskan peraturan terkait rambu dan marka - menjelaskan prinsip rambu, marka, dan delineasi 2.1. Peraturan terkait Rambu dan Marka

a. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Pada pasal 25, tertera bahwa: Setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa, antara lain: rambu lalu lintas dan marka jalan. Sedangkan pada pasal 203 disebutkan bahwa: Pemerintah bertanggung jawab atas terjaminnya keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan.

b. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan

Peraturan ini mengatur tentang perlengkapan jalan, khususnya marka jalan. Pengaturan tentang marka jalan ini mencakup spesifikasi teknis, penyelenggaraan dan pembuatan marka jalan.

c. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas

Peraturan ini mengatur tentang perlengkapan jalan, khususnya rambu lalu lintas. Pengaturan tentang rambu lalu lintas ini mencakup spesifikasi teknis, penyelenggaraan dan pembuatan rambu lalu lintas.

d. Instruksi Direktur Jenderal Bina Marga No. 02/in/db/2012 Tentang Panduan Teknis Rekayasa Keselamatan Jalan

(14)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 7

Dalam rangka melaksanakan rencana aksi jalan yang berkeselamatan:

yaitu khususnya pada perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan jalan (termasuk perlengkapan jalan) yang berkeselamatan, selanjutnya diinstruksikan kepada para Direktur dilingkungan Ditjen Bina Marga (termasuk juga Kepala Badan Pengatur Jalan Tol, Kepalai Balai Besar/

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional di lingkungan Ditjen Bina Marga dan Kepala SNVT di lingkungan Ditjen Bina Marga ) untuk, antara lain:

o Mewujudkan infrastruktur jalan yang lebih berkeselamatan bagi pengguna jalan melalui program Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan.

o Melakukan rekayasa keselamatan jalan pada tahap perencanaan jalan, konstruksi jalan dan operasional jalan.

o Dalam melakukan rekayasa keselamatan jalan sebagaimana yang dimaksud, berpedoman pada:

i. Panduan Teknis-1: Rekayasa Keselamatan Jalan ii. Panduan Teknis-2: Manajemen Hazard Sisi Jalan iii. Panduan Teknis-3: Keselamatan di Zona Pekerjaan

Jalan.

Untuk mendukung Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan sistem informasi dan komunikasi yang terpadu berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. yang meliputi:

a. bidang prasarana Jalan;

b. bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan c. bidang registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi,

penegakan hukum, operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta pendidikan berlalu lintas.

2.2. Prinsip rambu, Marka, dan Delineasi

Sekitar 90% informasi yang diperlukan untuk mengemudi diterima oleh pengemudi secara visual, melalui mata. Hanya sedikit informasi yang diterima dengan pendengaran (klakson, marka kejut) dan indera perasa (marka berprofil/tactile, jalan kasar). Sebagian besar informasi didapatkan secara visual.

Dua perlengkapan paling umum yang digunakan ahli teknik untuk membekali mereka dengan informasi itu adalah rambu dan marka garis. Keduanya sangat

(15)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 8

umum digunakan di jalan sehingga sering dianggap remeh. Ini membuat beberapa rambu dan marka garis digunakan dengan tidak benar, tidak efisien atau tidak berkeselamatan.

Ahli keselamatan jalan yang berpengalaman mengerti bahwa rambu dan marka garis, jika digunakan dengan benar, akan sangat bermanfaat bagi keselamatan jalan. Rambu dan marka garis murah, jika digunakan dengan bijak.

Jika rambu dan marka digunakan secara kombinasi dan sinergis akan memberikan delineasi yang diperlukan oleh pengemudi dan pengguna jalan sehingga dapat tercipta suatu jalan yang berkeselamatan.

Delineasi adalah suatu pola informasi yang terstruktur untuk menuntun pergerakan kendaraan secara berkeselamatan pada sepenggal jalan, baik untuk kondisi siang dan malam maupun dalam kondisi kering dan basah. Delineasi yang efektif dapat memperbaiki efisiensi dan keselamatan sistem jalan raya melalui perbaikan: informasi bagi pengemudi, kenyamanan mengemudi dan arus lalu lintas.

Delineasi jarak pendek dapat mengendalikan penempatan kendaraan dan untuk mengidentifikasi batas pergerakan yang ditentukan dengan aman. Perlengkapan delineasi ini antara lain: marka dan penanda pada permukaan jalan peringatan.

Sedangkan delineasi jarak panjang untuk mengantisipasi alinyemen jalan, mengatur arah perjalanan dan mengenali situasi yang berpotensi bahaya.

Perlengkapan delineasi ini antara lain patok pengarah, rambu dan penanda alinyemen.

Pemanfaatan rambu dan marka akan lebih efektif apabila menggunakan konsep perambuan yang baik, yaitu:

1. Conspicuous (mencolok):

Rambu harus dapat dilihat dengan jelas (jika sebuah rambu yang diletakkan di belakang pilar jembatan, tidak terlihat).

2. Clear (terang)

Bentuk dan warna dari rambu seperti legenda, simbol harus mudah dibaca dengan jelas.

3. Comprehensible (mudah dipahami)

Rambu harus dapat dimengerti (misal rambu yang ditulis dengan bahasa asing, tidak dapat dimengerti).

(16)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 9

4. Credible (dapat dipercaya)

Pesan yang dibawa/disampaikan oleh rambu/marka harus dapat dipercaya oleh pengemudi jika tidak, akan cenderung diabaikan.

5. Consistent (tetap, konsekuen)

Situasi lalu lintas yang sama, harus dikelola dengan menggunakan rambu yang sama, dengan demikian mengurangi waktu pengemudi untuk bereaksi dan memperbaiki pemahaman pengemudi.

Penggunaan rambu dan marka standar sangat dianjurkan. Jika standar diikuti, sebagian besar permasalahan keselamatan jalan akan tertangani. Pada waktu yang sama seorang ahli jalan akan memberikan sinyal/tanda untuk memberitahu kapan dan di mana standar jalan akan dilampaui.

Permasalahan dalam penggunaan rambu dan marka, yang sering terjadi : 1. Rambu tidak selalu merupakan solusi dari seluruh permasalahan

keselamatan. Sebagai contoh persimpangan yang berbahaya mungkin lebih baik ditangani dengan memperbaiki tata letak simpang itu sendiri, daripada dengan rambu peringatan.

2. Rambu dan marka jarang digunakan untuk penyelesaian masalah karena kondisi geometri yang buruk dan membingungkan. Pengaturan kembali geometri jalan mungkin akan lebih masuk akal dan lebih baik untuk penanganannya.

3. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas yang bersifat perintah atau larangan harus diutamakan daripada Rambu Lalu Lintas dan/atau Marka Jalan.

4. Rambu Lalu Lintas yang bersifat perintah atau larangan harus diutamakan daripada Marka Jalan.

5. Dalam hal terjadi kondisi kemacetan Lalu Lintas yang tidak memungkinkan gerak Kendaraan, fungsi marka kotak kuning harus diutamakan daripada Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas yang bersifat perintah atau larangan.

6. Dalam keadaan tertentu untuk Ketertiban dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat melakukan tindakan:

a. memberhentikan arus Lalu Lintas dan/atau Pengguna Jalan;

b. memerintahkan Pengguna Jalan untuk jalan terus;

(17)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 10

c. mempercepat arus Lalu Lintas;

d. memperlambat arus Lalu Lintas; dan/atau e. mengalihkan arah arus Lalu Lintas.

Tindakan sebagaimana dimaksud pada (6) wajib diutamakan daripada perintah yang diberikan oleh Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan.

2.3. Rangkuman

1. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa, antara lain: rambu lalu lintas dan marka jalan dalam rangka terjaminnya keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan.

2. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas

Pengaturan tentang rambu lalu lintas ini mencakup spesifikasi teknis, penyelenggaraan dan pembuatan rambu lalu lintas.

3. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan Pengaturan tentang marka jalan ini mencakup spesifikasi teknis, penyelenggaraan dan pembuatan marka jalan.

4. Instruksi Direktur Jenderal Bina Marga No. 02/in/db/2012 Tentang Panduan Teknis Rekayasa Keselamatan Jalan.

Dalam rangka melaksanakan rencana aksi jalan yang berkeselamatan, yaitu khususnya pada perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan jalan (termasuk perlengkapan jalan) yang berkeselamatan, antara lain:

o Mewujudkan infrastruktur jalan yang lebih berkeselamatan bagi pengguna jalan melalui program Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan.

o Melakukan rekayasa keselamatan jalan pada tahap perencanaan jalan, konstruksi jalan dan operasional jalan.

o Dalam melakukan rekayasa keselamatan jalan sebagaimana yang dimaksud, berpedoman pada:

i. Panduan Teknis-1: Rekayasa Keselamatan Jalan

(18)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 11

ii. Panduan Teknis-2: Manajemen Hazard Sisi Jalan

iii. Panduan Teknis-3: Keselamatan di Zona Pekerjaan Jalan.

5. Rambu lalu lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi pengguna jalan.

6. Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.

7. Delineasi adalah suatu pola informasi yang terstruktur untuk menuntun pergerakan kendaraan secara berkeselamatan pada sepenggal jalan, baik untuk kondisi siang dan malam maupun dalam kondisi kering dan basah.

8. Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan dan/atau lingkungan.

9. Sekitar 90% informasi yang diperlukan untuk mengemudi diterima oleh pengemudi secara visual, melalui mata. Hanya sedikit informasi yang diterima dengan pendengaran (klakson, marka kejut) dan indera perasa (marka berprofil/tactile, jalan kasar). Sebagian besar informasi didapatkan secara visual.

10. Jika rambu dan marka digunakan secara kombinasi dan sinergis akan memberikan delineasi yang diperlukan oleh pengemudi dan pengguna jalan sehingga dapat tercipta suatu jalan yang berkeselamatan.

11. Penggunaan rambu dan marka standar sangat dianjurkan. Jika standar diikuti, sebagian besar permasalahan keselamatan jalan akan tertangani. Pada waktu yang sama seorang ahli jalan akan memberikan sinyal/tanda untuk memberitahu kapan dan di mana standar jalan akan dilampaui.

12. Delineasi yang efektif dapat memperbaiki efisiensi dan keselamatan sistem jalan raya melalui perbaikan: informasi bagi pengemudi, kenyamanan mengemudi dan arus lalu lintas.

(19)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 12

13. Rambu tidak selalu merupakan solusi dari seluruh permasalahan keselamatan sehimgga rambu dan marka jarang digunakan untuk penyelesaian masalah.

2.4. Latihan

1. Sebutkan peraturan yang memberikan peran perlengkapan jalan pada jalan yang berkeselamatan!

2. Uraikan pedoman yang menjadi dasar dalam melakukan rekayasa keselamatan jalan baik pada tahap perencanaan jalan, konstruksi jalan dan operasional jalan, di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga!

3. Apakah arti dari penggunaan rambu, marka dan delineasi yang berhubungan dengan keselamatan jalan?

(20)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 13

BAB 3

PERAMBUAN

(21)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 14

3. Perambuan

Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu:

- menjelaskan jenis rambu

- menjelaskan desain dan pemilihan rambu - menjelaskan penempatan rambu 3.1. Jenis Rambu

Rambu merupakan salah satu perlengkapan jalan. Menurut bentuknya terdapat 2 (dua) macam yaitu rambu konvensional dan rambu elektronik. Sedangkan menurut jenisnya, dibedakan seperti di bawah ini:

Rambu peringatan, digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan ada bahaya di jalan atau tempat berbahaya pada jalan dan untuk menginformasikan sifat bahaya.

Rambu larangan, digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pengguna jalan.

Rambu perintah, digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pengguna jalan.

Rambu petunjuk, digunakan untuk memandu pengguna jalan saat melakukan perjalanan atau memberikan informasi lain kepada pengguna jalan.

Selain rambu tetap/permanen terdapat juga rambu sementara yang umumnya digunakan hanya sementara tidak permanen, misalnya saat ada pekerjaan

pekerjaan jalan atau lainnya.

Pada rambu sementara yang berupa rambu peringatan, rambu larangan, rambu perintah dan rambu petunjuk, mempunyai bentuk, lambang, warna, arti, ukuran daun rambu, serta ukuran dan jenis huruf, angka dan simbol, sama dengan rambu

(22)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 15

yang tetap. Hanya pada rambu peringatan sementara, mempunyai warna dasar berbeda dengan yang tetap, yaitu warna dasar jingga dan bukan kuning.

Di samping itu, terdapat papan tambahan yang merupakan papan yang memberikan penjelasan lebih lanjut dari suatu rambu yang berisi ketentuan waktu, jarak, jenis kendaraan dan ketentuan lainnya yang dipasang untuk melengkapi rambu lalu lintas jalan.

Rambu konvensional terdiri atas : 1. daun rambu dan

2. tiang rambu.

Setiap daun rambu wajib dipasang stiker logo perhubungan.

Tiang rambu mempunyai 4(empat) jenis, yaitu:

1. tiang tunggal, 2. tiang F,

3. tiang kupu-kupu dengan tiang tunggal dan 4. tiang gawang/portal

a. Rambu Peringatan

Rambu ini memiliki warna dasar kuning dan garis tepi, simbol hitam.

Gambar 1 Rambu Peringatan

b. Rambu Larangan

Rambu ini mempunyai warna dasar putih, garis tepi dan kata-kata merah, serta lambang/huruf/angka hitam.

(23)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 16

Gambar 2 Rambu Larangan

c. Rambu Perintah

Rambu ini mempunyai warna dasar biru dan garis tepi/ lambang/

huruf/ angka serta kata-kata putih.

Gambar 3 Rambu Perintah

d. Rambu Petunjuk

Warna dasar rambu ini bermacam-macam, yaitu: hijau, biru, coklat atau putih. Bentuk dari rambu ini juga bermacam-macam: umumnya segi empat, bisa juga segi enam.

Gambar 4 Rambu Petunjuk

(24)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 17

e. Rambu peringatan sementara

Rambu peringatan sementara ini mempunyai warna dasar jingga.

Sedangkan rambu sementara lainnya mempunyai bentuk, lambang, warna, arti, ukuran daun rambu, serta ukuran dan jenis huruf, angka dan simbol sama seperti pada rambu tetap.

Gambar 5 Rambu Sementara

3.2. Desain dan Pemilihan Rambu

Rambu yang efektif harus memenuhi hal-hal berikut:

1. Memenuhi kebutuhan.

2. Menarik perhatian dan mendapat respek pengguna jalan.

3. Memberikan pesan yang sederhana dan mudah dimengerti.

4. Menyediakan waktu cukup kepada pengguna jalan dalam memberikan respon.

Ukuran rambu bergantung pada jarak keterbacaan legenda, dan waktu yang diperlukan untuk membacanya.

Rambu harus terlihat dan terbaca dari suatu jarak berkendara, ekuivalen dengan waktu membaca. Jarak maksimal keterbacaan rambu, dengan anggapan bahwa tidak ada gangguan objek yang menghalangi, dapat diperhitungkan. Jarak minimal keterbacaan rambu bergantung pada perpindahan sudut dari garis pandang lurus-ke-depan pengemudi. Penelitian menunjukkan bahwa begitu sebuah rambu berada di luar sudut pandang sejauh 10 derajat di sisi mana pun, atau 5 derajat di atas garis pandang lurus- ke-depan pengemudi, rambu tidak lagi terbaca dengan nyaman.

Waktu yang dibutuhkan saat berkendara pada kecepatan lalu lintas tertentu harus cukup bagi pengemudi untuk membaca pesan rambu. Waktu baca yang diterima secara umum adalah dari 0,3 detik per kata untuk kata pendek, sederhana dan dikenali (seperti kata-kata pada rambu peringatan atau perintah)

(25)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 18

sampai 0,7 detik untuk kata yang kurang dikenal, seperti nama pada rambu petunjuk arah.

Sebagai aturan umum:

 sediakan 2 detik agar rambu terbaca.

 sediakan 2 detik perjalanan antar rambu yang berurutan.

 batasi maksimal 5 baris informasi di semua rambu.

 hanya gunakan huruf standar.

 selalu gunakan material yang reflektif untuk bagian muka rambu.

Rambu harus berukuran memadai dan ditempatkan dengan benar, supaya pengemudi dapat membaca dan mengambil tindakan sesuai pesannya. Jeda antara rambu yang berturut-turut harus diatur supaya pengemudi dapat mengerti pesan rambu itu. Sebagai panduan dasar, rambu berturut-turut harus diberi jeda sedikitnya 0.6 V meter, dimana V adalah 85 persentil kecepatan kendaraan yang melalui rambu dalam satuan km/jam.

Ukuran daun rambu perlu memperhatikan kecepatan sebagai berikut:

Tabel 1 Ukuran Rambu Berdasarkan Kecepatan

Satu tiang hanya dapat dipasang maksimum 2(dua) daun rambu.

Bangunan, utilitas, media informasi, iklan, pepohonan, atau benda-benda lain dilarang menghalangi keberadaan rambu berakibat mengurangi atau menghilangkan arti rambu.

Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan pemasangan rambu:

1. Keseragaman bentuk dan ukuran rambu

(26)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 19

Keseragaman dalam alat kontrol lalu lintas memudahkan tugas pengemudi untuk mengenal, memahami dan memberikan respon.

Konsistensi dalam penerapan bentuk dan ukuran rambu akan menghasilkan konsistensi persepsi dan respon pengemudi.

2. Desain rambu

Warna, bentuk, ukuran, dan tingkat retrorefleksi yang memenuhi standar akan menarik perhatian pengguna jalan, mudah dipahami dan memberikan waktu yang cukup bagi pengemudi dalam memberikan respon.

3. Lokasi rambu

Lokasi rambu berhubungan dengan pengemudi sehingga pengemudi yang berjalan dengan kecepatan normal dapat memiliki waktu yang cukup dalam memberikan respon.

4. Operasi rambu

Rambu yang benar pada lokasi yang tepat akan memenuhi kebutuhan lalu lintas dan penggunaannya perlu konsisten.

5. Pemeliharaan rambu

Pemeliharaan rambu diperlukan agar rambu tetap berfungsi baik.

Pemeliharaan rambu jalan dilaksanakan untuk memastikan kebutuhan penggantian rambu jika diperlukan.

Pemeliharaan fisik perlengkapan jalan dimaksudkan untuk mempertahankan kinerja ‘keterbacaan’ dan ‘keterlihatan’, agar fungsi rambu dapat dipertahankan Pemeliharaan rambu dilakukan secara berkala dan insidentil.

 Pemeliharaan berkala dilakukan paling sedikit setiap 6 bulan: yaitu dengan menghilangkan benda-benda yang mengganggu fungsi rambu dan membersihkan rambu.

 Pemeliharaan insidentil dilakukan bila ada kerusakan rambu.

 Umur teknis rambu paling lama 5 tahun

(27)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 20

3.3. Penempatan Rambu

Persyaratan minimal penempatan lateral sebuah rambu adalah agar bebas dari kerusakan akibat lalu lintas yang lewat. Namun, rambu tidak seharusnya dipindahkan secara lateral lebih dari kebutuhan karena akan kehilangan wibawa dan waktu baca yang efektif.

Untuk rambu yang diletakkan di sisi jalan, tinggi minimal di area perdesaan diatur oleh kebutuhan untuk melihat rambu di atas tanaman di sisi jalan dan bebas dari cipratan lumpur. Di area perkotaan, ada kebutuhan untuk dapat melihat rambu di atas mobil yang diparkir dan warung. Bagian bawah rambu harus cukup tinggi (lebih dari 2,2 m) sehingga tidak menjadi hazard bagi pejalan kaki. Rambu yang diletakkan terlalu tinggi dapat berada di luar sinar lampu besar pada malam hari, atau dapat tersamar oleh pepohonan di sisi jalan. Tentunya semua rambu harus menghadap ke pengemudi/pengendara.

Penempatan rambu dilakukan sedemikian rupa, sehingga mudah terlihat dengan jelas bagi pemakai jalan dan tidak merintangi lalu-lintas kendaraan atau pejalan kaki.

Umumnya, rambu ditempatkan di sebelah kiri menurut arah lalu lintas, pada jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan dan tidak merintangi lalu lintas kendaraan atau pejalan kaki (paling sedikit 60 cm diukur dari bagian terluar daun rambu ke tepi paling luar bahu jalan dan harus tetap pada rumaja).

Jika dipasang pada median, dapat ditempatkan dengan jarak paling sedikit 30 cm diukur dari bagian terluar daun rambu ke tepi paling luar kiri dan kanan median.

Selanjutnya dengan pertimbangan teknis tertentu, rambu dapat ditempatkan di sebelah kanan atau di atas ruang manfaat jalan.

Lokasi penempatan rambu, khususnya rambu pengaturan, menunjukkan titik dimana kendali atau pengaturan dari rambu tersebut berlaku. Beberapa rambu lain, (seperti rambu pengarah di persimpangan) menunjukkan adanya persimpangan atau potensi hazard lainnya. Lokasi penempatan rambu di sepanjang jalan sudah tetap, jadi letak dan ukurannya harus dipilih secara cermat sehingga memberikan pengemudi/pengendara selang waktu untuk melihat dan membaca rambu, serta bereaksi terhadap rambu tersebut.

Rambu lain memberi peringatan dini akan hazard, titik pengambilan keputusan dan pengendalian peraturan.

(28)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 21

Jarak standar untuk rambu sebelum hazard atau titik pengambilan keputusan biasanya sekitar 50 m (perkotaan) sampai 200 m (pedesaan), bergantung pada kecepatan pendekat dan karakteristik hazard.

Penempatan rambu harus didesain memenuhi beberapa prinsip dasar yaitu:

 tidak menghalangi jarak pandang,

 tidak saling menghalangi,

 harus berada dalam jangkauan penglihatan pengguna jalan,

 harus ditempatkan dan dioperasikan dengan cara yang seragam dan konsisten serta tidak memasang rambu yang tidak diperlukan.

Penempatan rambu membutuhkan jarak yang cukup bagi pengguna jalan untuk mengambil keputusan yang tepat. Salah satu faktor penting terkait kebutuhan jarak tersebut adalah kecepatan lalu lintas. Dalam keadaan biasa, rambu ditempatkan ada sisi badan jalan sesuai arah pergerakan lalu lintas, dan untuk tujuan tertentu, juga dapat ditempatkan di atas badan jalan (portal). Khusus untuk rambu petunjuk arah dan rute dapat digunakan secara berulang sesuai kebutuhan karena dapat mendorong lalu lintas yang efisien dengan selalu menyediakan informasi lokasi kepada pengguna jalan.

Rambu pengarah tikungan (CAM) ditempatkan dengan ketinggian 120 cm diukur dari permukaan jalan sampai dengan sisi daun rambu bagian bawah, dan diletakkan di sisi tikungan luar dan dipasang sedikitnya 3 buah. Jika tidak terdapat bahu jalan, dapat dipasang di badan jalan.

Rambu ditempatkan paling tinggi 265 cm dan paling rendah 175 cm diukur dari permukaan jalan tertinggi sampai dengan sisi daun rambu bagian bawah atau papan tambahan bagian bawah jika rambu dilengkapi dengan papan tambahan.

Jika ada fasilitas pejalan kaki, diukur dari permukaan fasilitas pejalan kaki tersebut.

Jika rambu ditempatkan di atas rumaja, ketinggian rambu paling rendah 500 cm diukur dari permukaan jalan tertinggi sampai dengan sisi daun rambu bagian bawah atau papan tambahan bagian bawah.

(29)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 22

Gambar 6 Penempatan Rambu Tiang F dan Tiang Portal

Pada jalan lurus, posisi rambu diputar maksimum 5° menghadap permukaan jalan dari posisi tegak lurus sumbu jalan sesuai arah lalu lintas, kecuali rambu pengarah tikungan, rambu larangan berhenti dan rambu larangan parkir.

Rambu pengarah tikungan ditempatkan dengan posisi rambu diputar maksimum 3° menghadap permukaan jalan dari posisi tegak lurus sumbu jalan sesuai arus lalu lintas.

a. Rambu Peringatan

Ditempatkan sebelum atau pada lokasi kemungkinan ada bahaya.

Tabel 2 Penempatan Rambu Peringatan berdasarkan Kecepatan

b. Rambu Larangan

Rambu larangan ditempatkan pada awal bagian jalan dimulainya larangan.

(30)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 23

Panjang pemberlakuan rambu larangan parkir dan berhenti adalah 30 meter dari titik pemasangan rambu searah lalu lintas atau sesuai dengan yang dinyatakan dalam papan tambahan. Rambu-rambu ini dapat ditempatkan secara berulang.

c. Rambu Perintah

Rambu perintah ditempatkan sedekat mungkin pada awal dan/atau pada berakhirnya perintah.

d. Rambu Petunjuk

Semua rambu petunjuk kecuali rambu papan nama jalan, ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai daya guna sebesar-besarnya dengan memperhatikan keadaan jalan dan kondisi lalu lintas.

Untuk menyatakan jarak, dapat dilengkapi dengan papan tambahan atau dicantumkan pada rambu itu sendiri.

Rambu dapat diulangi dengan ketentuan jarak antara rambu dan obyek yang dinyatakan pada rambu, dengan papan tambahan.

e. Rambu Sementara

o Rambu sementara dapat ditempatkan pada bagian jalan sebelum, di dan sesudah lokasi bagian jalan yang rusak, keadaan tertentu, dan kegiatan tertentu.

o Rambu sementara yang ditempatkan sebelum lokasi berupa rambu peringatan.

o Rambu sementara yang ditempatkan pada lokasinya berupa rambu perintah atau rambu larangan.

o Rambu sementara yang ditempatkan sesudah lokasinya menyatakan akhir berlakunya rambu perintah atau larangan tersebut.

o Rambu sementara dapat dilengkapi dengan papan tambahan sesuai kebutuhan.

Contoh pemasangan rambu, seperti gambar di bawah ini.

(31)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 24

Gambar 7 Pemasangan rambu di tepid an di median jalan

3.4. Rangkuman

Rambu merupakan salah satu perlengkapan jalan. Menurut bentuknya terdapat 2 (dua)macam yaitu rambu konvensional dan rambu elektronik.

Sedangkan menurut jenisnya, dibedakan seperti di bawah ini:

 Rambu peringatan

 Rambu larangan

 Rambu perintah

 Rambu petunjuk

Selain rambu tetap/permanen terdapat juga rambu sementara yang umumnya digunakan hanya sementara tidak permanen, misalnya saat ada pekerjaan

pekerjaan jalan atau lainnya.

Pada rambu sementara yang berupa rambu peringatan, rambu larangan, rambu perintah dan rambu petunjuk, mempunyai bentuk, lambang, warna, arti, ukuran daun rambu, serta ukuran dan jenis huruf, angka dan simbol, sama dengan rambu yang tetap. Hanya pada rambu peringatan sementara, mempunyai warna dasar berbeda dengan yang tetap, yaitu warna dasar jingga dan bukan kuning.

Di samping itu, terdapat papan tambahan yang merupakan papan yang memberikan penjelasan lebih lanjut dari suatu rambu yang berisi ketentuan waktu, jarak, jenis kendaraan dan ketentuan lainnya yang dipasang untuk melengkapi rambu lalu lintas jalan.

(32)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 25

Rambu konvensional terdiri atas : 1. daun rambu dan

2. tiang rambu.

Setiap daun rambu wajib dipasang stiker logo perhubungan.

Tiang rambu mempunyai 4(empat) jenis, yaitu:

1. tiang tunggal, 2. tiang F,

3. tiang kupu-kupu dengan tiang tunggal dan 4. tiang gawang/portal

Rambu yang efektif harus memenuhi hal-hal berikut:

1. Memenuhi kebutuhan.

2. Menarik perhatian dan mendapat respek pengguna jalan.

3. Memberikan pesan yang sederhana dan mudah dimengerti.

4. Menyediakan waktu cukup kepada pengguna jalan dalam memberikan respon.

Ukuran rambu bergantung pada jarak keterbacaan legenda, dan waktu yang diperlukan untuk membacanya.

Rambu harus terlihat dan terbaca dari suatu jarak berkendara, ekuivalen dengan waktu membaca. Jarak maksimal keterbacaan rambu, dengan anggapan bahwa tidak ada gangguan objek yang menghalangi, dapat diperhitungkan. Jarak minimal keterbacaan rambu bergantung pada perpindahan sudut dari garis pandang lurus-ke-depan pengemudi.

Sebagai aturan umum:

 sediakan 2 detik agar rambu terbaca.

 sediakan 2 detik perjalanan antar rambu yang berurutan.

 batasi maksimal 5 baris informasi di semua rambu.

 hanya gunakan huruf standar.

 selalu gunakan material yang reflektif untuk bagian muka rambu.

Rambu harus berukuran memadai dan ditempatkan dengan benar, supaya pengemudi dapat membaca dan mengambil tindakan sesuai pesannya. Jeda

(33)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 26

antara rambu yang berturut-turut harus diatur supaya pengemudi dapat mengerti pesan rambu itu.

Satu tiang hanya dapat dipasang maksimum 2(dua) daun rambu.

Bangunan, utilitas, media informasi, iklan, pepohonan, atau benda-benda lain dilarang menghalangi keberadaan rambu berakibat mengurangi atau menghilangkan arti rambu.

Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan pemasangan rambu:

1. Keseragaman bentuk dan ukuran rambu 2. Desain rambu

3. Lokasi rambu 4. Operasi rambu 5. Pemeliharaan rambu

Persyaratan minimal penempatan lateral sebuah rambu adalah agar bebas dari kerusakan akibat lalu lintas yang lewat. Namun, rambu tidak seharusnya dipindahkan secara lateral lebih dari kebutuhan karena akan kehilangan wibawa dan waktu baca yang efektif.

Untuk rambu yang diletakkan di sisi jalan, tinggi minimal di area perdesaan diatur oleh kebutuhan untuk melihat rambu di atas tanaman di sisi jalan dan bebas dari cipratan lumpur. Di area perkotaan, ada kebutuhan untuk dapat melihat rambu di atas mobil yang diparkir dan warung. Bagian bawah rambu harus cukup tinggi (lebih dari 2,2 m) sehingga tidak menjadi hazard bagi pejalan kaki. Rambu yang diletakkan terlalu tinggi dapat berada di luar sinar lampu besar pada malam hari, atau dapat tersamar oleh pepohonan di sisi jalan.

Jarak standar untuk rambu sebelum hazard atau titik pengambilan keputusan biasanya sekitar 50 m (perkotaan) sampai 200 m (pedesaan), bergantung pada kecepatan pendekat dan karakteristik hazard. Tentunya semua rambu harus menghadap ke pengemudi/pengendara.

Penempatan rambu dilakukan sedemikian rupa, sehingga mudah terlihat dengan jelas bagi pemakai jalan dan tidak merintangi lalu-lintas kendaraan atau pejalan kaki.

(34)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 27

Umumnya rambu ditempatkan di sebelah kiri menurut arah lalu lintas, pada jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan.

Selanjutnya dengan pertimbangan teknis tertentu, rambu dapat ditempatkan di sebelah kanan atau di atas ruang manfaat jalan.

Lokasi penempatan rambu, khususnya rambu pengaturan, menunjukkan titik dimana kendali atau pengaturan dari rambu tersebut berlaku.

Penempatan rambu harus didesain memenuhi beberapa prinsip dasar yaitu:

 tidak menghalangi jarak pandang,

 tidak saling menghalangi,

 harus berada dalam jangkauan penglihatan pengguna jalan,

 harus ditempatkan dan dioperasikan dengan cara yang seragam dan konsisten serta tidak memasang rambu yang tidak diperlukan.

Penempatan rambu membutuhkan jarak yang cukup bagi pengguna jalan untuk mengambil keputusan yang tepat. Salah satu faktor penting terkait kebutuhan jarak tersebut adalah kecepatan lalu lintas.

3.5. Latihan

1. Uraikan rambu yang digunakan pada jalan yang berkeselamatan menurut jenisnya!

2. Sebutkan rambu yang umumnya digunakan pada saat ada pelaksanaan pekerjaan jalan atau lainnya.dan jelaskan perbedaannya dengan rambu yang tetap!

3. Apakah fungsi papan tambahan yang dipasang untuk melengkapi rambu lalu lintas jalan?

4. Uraikan tentang Rambu konvensional ! 5. Apakah persyaratan Rambu yang efektif ?

6. Pertimbangan apa saja yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan pemasangan rambu?

7. Jelaskan prinsip dasar penempatan rambu dalam rangka menunjang keselamatan jalan!

(35)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 28

BAB 4

MARKA

(36)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 29

4. Marka

Indikator Keberhasilan

Setelah mempelajari materi ini, peserta diklat diharapkan mampu:

- menjelaskan jenis rambu - menjelaskan marka berupa peralatan

- menjelaskan marka berupa tanda - menjelaskan penempatan marka 4.1. Jenis Marka

Marka jalan memiliki fungsi yang penting dalam menyediakan petunjuk dan informasi untuk pengguna jalan. Pada beberapa kondisi, marka jalan digunakan sebagai unsur untuk melengkapi perlengkapan jalan lainnya, misalnya rambu atau marka lainnya. Pada kondisi yang lain, marka jalan digunakan sendiri untuk, secara efektif, menyampaikan peraturan, petunjuk atau peringatan.

Marka jalan dapat berupa: peralatan atau tanda. Marka jalan dapat berwarna putih, di mana pengguna jalan wajib mengikuti perintah atau larangan sesuai bentuknya, warna kuning, di mana pengguna jalan dilarang berhenti pada area tersebut, warna merah, di mana menyatakan keperluan atau tanda khusus, dan warna lainnya (hijau atau coklat), di mana menyatakan daerah kepentingan khusus yang harus dilengkapi dengan rambu dan/atau petunjuk.

Marka jalan berupa peralatan meliputi: paku jalan, alat pengarah lalu lintas dan pembagi lajur atau jalur.

Marka jalan berupa tanda meliputi: marka-marka membujur, melintang, serong, lambang, kotak kuning dan lainnya.

Marka Jalan dibuat dengan menggunakan bahan berupa:

 cat;

(37)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 30

 termoplastic;

 coldplastic; atau

 prefabricated marking.

Marka Jalan harus terbuat dari bahan yang tidak licin, dan harus mampu memantulkan cahaya (retroreflective) dan memenuhi persyaratan teknis sesuai spesifikasi teknik marka jalan serta memiliki ketebalan paling rendah 2 (dua) milimeter dan paling tinggi 30 (tiga puluh) milimeter di atas permukaan jalan.

Kelebihan dari marka yang ada diperkerasan adalah terletak di atas jalan, di mana perhatian dari pengemudi/pengendara tercurah penuh sehingga mampu menyediakan informasi penting tanpa mengalihkan perhatian dari jalan. Marka pada perkerasan memberikan delineasi menerus bagi jalur kendaraan.

Namun, marka pada perkerasan akan kurang terlihat dalam cuaca buruk, terutama di malam hari atau tidak terlihat karena adanya genangan air atau endapan lumpur. Marka reflektif yang menonjol dan garis tepi taktil dapat membantu mengatasi masalah ini.

Marka perkerasan juga rentan pudar akibat gesekan dengan roda kendaraan, efek sinar matahari serta panas tinggi. Garis marka termoplastik dapat membantu mengatasi masalah ini.

Ketahanan marka dipengaruhi oleh karakteristik material, volume lalu lintas dan lokasi.

Selain Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek, setiap Kendaraan Bermotor dapat berhenti di setiap Jalan, kecuali:

a. terdapat rambu larangan berhenti dan/atau Marka Jalan yang bergaris utuh;

b. pada tempat tertentu yang dapat membahayakan keamanan, keselamatan serta mengganggu Ketertiban dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan/atau

c. di jalan tol.

Penggunaan Jalan Selain untuk Kegiatan Lalu Lintas yang mengakibatkan penutupan Jalan dapat diizinkan jika ada jalan alternatif. Dimana Pengalihan arus Lalu Lintas ke jalan alternatif harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas sementara. Izin Penggunaan Jalan Selain untuk Kegiatan Lalu Lintas diberikan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(38)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 31

4.2. Marka Berupa Peralatan

Marka berupa peralatan meliputi paku jalan, alat pengarah lalu lintas dan pembagi lajur atau jalur.

a. Paku Jalan

Paku jalan digunakan sebagai reflektor marka, khususnya pada keadaan gelap dan malam hari. Yang terbuat dari plastik, kaca, baja tahan karat atau alumunium campur. Paku jalan ini mempunyai ketebalan maksimum 20 mm di atas permukaan jalan dan dilengkapi dengan pemantul cahaya.

Pemantul cahaya berwarna putih, kuning dan merah, yang diletakkan di sisi kanan, pembagi lajur/jalur dan di sisi kiri jalan sesuai arah lalu lintas.

Gambar 8 Paku Jalan (RRPM/ Mata Kucing)

b. Alat Pengarah Lalu Lintas

Alat ini berupa kerucut lalu lintas, yang terbuat dari plastik atau karet, berwarna jingga yang dilengkapi dengan pemantul cahaya berwarna putih.

(39)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 32

Gambar 9 Kerucut Lalu Lintas

c. Pembagi Lajur/Jalur

Berfungsi mengatur lalu lintas dalam jangka waktu sementara dan untuk melindungi pengendara, pejalan kaki, dan pekerja pada daerah potensi kecelakaan tinggi, yang dilengkapi dengan pemantul cahaya berwarna putih.

Gambar 10 Pagar Lalu Lintas

4.3. Marka Berupa Tanda

Marka berupa tanda meliputi marka-marka membujur, melintang, serong, lambang, kotak kuning dan lainnya.

a. Marka Membujur

Berwarna putih, terdiri atas: garis utuh, garis putus-putus, garis ganda (garis utuh dan putus-putus atau 2 garis utuh).

Marka membujur mempunyai lebar sedikitnya 10 cm, disarankan 12 cm. Bila berfungsi sebagai tanda tepi jalur lalu lintas jalan tol, sedikitnya 15 cm.

Marka membujur garis utuh berfungsi sebagai:

(40)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 33

1. Larangan bagi kendaraan melintasi garis tsb.

2. Pembatas dan pembagi jalur.

Marka membujur garis putus-putus berfungsi sebagai:

1. Pembatas dan pembagi lajur 2. Pengarah lalu lintas dan/atau

3. Peringatan akan adanya marka membujur garis utuh di depan.

Marka membujur garis putus-putus mempunyai panjang:

1. 3 meter dan berjarak 5 meter untuk kecepatan rencana < 60 km/j.

2. 5 meter dan berjarak 8 meter untuk kecepatan rencana ≥ 60 km/j.

Gambar 11 Marka Membujur

Marka membujur garis ganda yaitu garis utuh dan garis putus-putus untuk menyatakan:

a. Lalu lintas di sisi garis putus-putus dapat melintasi garis ganda tersebut

b. Lalu lintas di sisi garis utuh dilarang melintasi garis ganda tersebut.

Marka membujur garis ganda yang terdiri dari 2 garis utuh untuk menyatakan lalu lintas pada kedua sisi garis ganda dilarang melintasi garis ganda tersebut.

Jarak antar 2 marka garis ganda adalah antara 10 – 18 cm.

(41)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 34

b. Marka Melintang

Marka melintang berwarna putih dan berupa garis utuh dan garis putus-putus.

Marka melintang garis utuh menyatakan batas berhenti kendaraan yang diwajibkan berhenti oleh APILL, rambu stop, tempat penyeberangan, atau zebra cross.

Marka melintang garis utuh mempunyai lebar 20 – 30 cm.

Marka melintang garis putus-putus menyatakan batas yang tidak dapat dilampaui kendaraan sewaktu memberi kesempatan kepada kendaraan yang mendapat prioritas pada persimpangan dan mempunyai panjang sedikitnya 60 cm dan lebar sedikitnya 20 cm serta jarak antar marka 30 cm.

(42)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 35

Gambar 12 Marka Melintang

c. Marka Serong

Berwarna putih dan berupa garis utuh yang dibatasi dengan rangka garis utuh atau garis utuh yang dibatasi dengan rangka garis putus- putus.

Marka serong garis utuh yang dibatasi dengan rangka garis utuh, untuk menyatakan:

o Daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan.

o Pemberitahuan awal akan melalui pulau lalu lintas atau median.

o Pemberitahuan awal akan ada pemisahan atau percabangan jalan.

(43)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 36

o Larangan bagi kendaraan untuk melintasi.

Marka serong garis utuh yang dibatasi dengan rangka garis putus- putus, menyatakan kendaraan tidak boleh memasuki daerah tersebut sampai mendapat kepastian selamat.

Marka serong garis utuh yang dibatasi dengan rangka garis utuh berpola chevron menghadap arah lalu lintas, untuk menyatakan:

1) Daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan pada lalu lintas satu arah.

2) Pemberitahuan awal akan melalui pulau lalu lintas atau median pada lalu lintas satu arah.

3) Pemberitahuan awal akan ada pemisahan atau percabangan jalan pada lalu lintas satu arah, atau

4) Larangan bagi kendaraan untuk melintasi pada lalu lintas satu arah.

Gambar 13 Marka Serong

d. Marka Lambang

Marka lambang berupa: panah, gambar, segitiga atau tulisan, yang berwarna putih dan digunakan untuk mengulangi maksud rambu atau memberitahu pengguna jalan yang tidak dapat dinyatakan dengan rambu.

Marka lambang panah memiliki panjang:

1) sedikitnya 5 meter untuk kecepatan rencana < 60 km/j.

(44)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 37

2) 7,5 meter untuk kecepatan rencana ≥ 60 km/j.

Marka lambang berupa gambar digunakan untuk memberi petunjuk, misalnya untuk lajur sepeda, sepeda motor atau mobil bus. Memiliki tinggi gambar sedikitnya 1 meter.

Marka lambang berupa segitiga digunakan untuk memberi hak utama kepada arus lalu lintas dari arah jalan utama.

Gambar 14 Marka Simbol

e. Marka Kotak Kuning

Marka kotak kuning berbentuk segi empat dengan 2 garis diagonal berpotongan, berwarna kuning dan berfungsi untuk melarang kendaraan berhenti di area. Ukuran marka disesuaikan dengan kondisi simpang atau kondisi lokasi akses jalan keluar masuk kendaraan menuju area tersebut. Memiliki lebar garis sedikitnya 10 cm.

(45)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 38

Gambar 15 Marka Kotak Kuning

f. Marka Lainnya

Marka lainnya terdiri atas:

1) Marka tempat penyeberangan

2) Marka larangan parkir atau berhenti di jalan

3) Marka peringatan perlintasan sebidang, antara jalan dan jalan rel 4) Marka lajur sepeda, marka lajur khusus bus, marka lajur sepeda

motor

5) Marka jalan keluar masuk lokasi pariwisata

6) Marka jalan keluar masuk pada lokasi gedung dan pusat kegiatan yang digunakan untuk jalur evakuasi

7) Marka kewaspadaan dengan efek kejut.

(46)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 39

Gambar 16 Marka Simbol untuk Lajur Sepeda dan Sepeda Motor

4.4. Penempatan Marka Paku jalan ditempatkan pada:

a. Batas tepi jalur lalu lintas

b. Marka membujur garis putus-putus sebagai tanda peringatan c. Sumbu jalan sebagai pemisah jalur/lajur

d. Marka membujur garis utuh sebagai pemisah lajur bus e. Marka serong berupa chevron

f. Pulau lalu lintas.

Gambar 17 Penempatan Warna Paku Jalan

Alat pengarah lalu lintas (kerucut lalu lintas) merupakan pelengkap atau pengganti marka jalan garis di permukaan jalan.

(47)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 40

Pembagi lajur atau jalur (concrete/water barrier) merupakan pelengkap atau pengganti marka jalan garis di permukaan jalan.

Pada jalan 2 arah dengan lebih dari 3 lajur, tiap arah harus dipisah dengan garis utuh membujur, dan saat mendekati persimpangan atau keadaan tertentu, dapat digunakan 2 garis utuh yang berdampingan.

Marka membujur berupa garis utuh ditempatkan pada:

a. Saat mendekati persimpangan sebagai pengganti garis putus-putus pemisah jalur.

b. Bagian tengah jalan yang berfungsi sebagai pemisah jalur atau median.

c. Bagian tepi jalur lalu lintas yang berfungsi sebagai tanda batas tepi jalur lalu lintas.

d. Jika jarak pandang terbatas, seperti di tikungan atau jalan sempit, untuk melarang kendaraan mendahului kendaraan lain.

Marka melintang garis putus-putus sebagai batas berhenti saat memberikan kesempatan pada kendaraan yang wajib didahulukan, ditempatkan pada persimpangan atau dilengkapi dengan gambar segitiga pada permukaan jalan.

Marka serong ditempatkan pada bagian jalan yang mendekati pulau lalu lintas.

Marka lambang panah ditempatkan pada bagian jalan yang mendekati persimpangan dan dilengkapi dengan marka membujur garis putus-putus untuk menunjukkan arah tujuan kendaraan.

Marka lambang gambar ditempatkan pada lajur yang secara khusus diperuntukkan bagi lajur sepeda, sepeda motor atau mobil bus.

Marka lambang segitiga ditempatkan pada persimpangan sebelum marka melintang garis putus-putus yang tidak dilengkapi dengan rambu larangan.

Marka untuk tempat penyeberangan pejalan kaki ditempatkan pada:

a. Persimpangan jalan; dan/atau

b. Ruas jalan di sekitar pusat kegiatan, antara lain pasar, kawasan industri, sekolah, tempat ibadah, dan tempat hiburan.

Marka untuk tempat penyeberangan pesepeda ditempatkan pada ruas jalan.

(48)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 41

Apabila arus lalu lintas kendaraan dan arus pejalan kaki cukup tinggi marka tempat penyeberangan pejalan kaki dan pesepeda dapat dilengkapi dengan APILL.

Marka larangan parkir atau berhenti ditempatkan pada sisi jalur lalu lintas.

Marka kotak kuning ditempatkan pada:

a. Persimpangan

b. Lokasi akses jalan keluar masuk kendaraan menuju instalasi gawat darurat, pemadam kebakaran, penanggulangan huru hara, search and rescue, dan ambulance.

Marka kotak kuning yang ditempatkan pada persimpangan (butir a di atas) untuk menyatakan kendaraan dilarang berhenti di dalam area kotak kuning dalam kondisi apapun. Marka kotak kuning yang ditempatkan pada butir b di atas, digunakan untuk menyatakan area bebas antrian kendaraan.

4.5. Rangkuman

Marka jalan memiliki fungsi yang penting dalam menyediakan petunjuk dan informasi untuk pengguna jalan. Pada beberapa kondisi, marka jalan digunakan sebagai unsur untuk melengkapi perlengkapan jalan lainnya, misalnya rambu atau marka lainnya. Pada kondisi yang lain, marka jalan digunakan sendiri untuk, secara efektif, menyampaikan peraturan, petunjuk atau peringatan.

Marka jalan dapat berupa:

1. Peralatan atau 2. Tanda.

Marka jalan dapat berwarna putih, di mana pengguna jalan wajib mengikuti perintah atau larangan sesuai bentuknya, warna kuning, di mana pengguna jalan dilarang berhenti pada area tersebut, warna merah, di mana menyatakan keperluan atau tanda khusus, dan warna lainnya (hijau atau coklat), di mana menyatakan daerah kepentingan khusus yang harus dilengkapi dengan rambu dan/atau petunjuk.

Marka jalan berupa peralatan meliputi:

1. Paku jalan,

2. Alat pengarah lalu lintas dan

(49)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 42

3. Pembagi lajur atau jalur.

Marka jalan berupa tanda meliputi:

1. Marka-marka membujur, 2. Melintang,

3. Serong, 4. Lambang,

5. Kotak kuning dan lainnya.

Marka Jalan dibuat dengan menggunakan bahan berupa:

 cat;

 termoplastic;

 coldplastic; atau

 prefabricated marking.

Marka perkerasan juga rentan pudar akibat gesekan dengan roda kendaraan, efek sinar matahari serta panas tinggi. Garis marka termoplastik dapat membantu mengatasi masalah ini. Ketahanan marka dipengaruhi oleh karakteristik material, volume lalu lintas dan lokasi.

Penempatan Paku jalan pada:

a. Batas tepi jalur lalu lintas

b. Marka membujur garis putus-putus sebagai tanda peringatan c. Sumbu jalan sebagai pemisah jalur/lajur

d. Marka membujur garis utuh sebagai pemisah lajur bus e. Marka serong berupa chevron

f. Pulau lalu lintas.

Alat pengarah lalu lintas (kerucut lalu lintas) merupakan pelengkap atau pengganti marka jalan garis di permukaan jalan. Pembagi lajur atau jalur (concrete/water barrier) merupakan pelengkap atau pengganti marka jalan garis di permukaan jalan.

Marka membujur berupa garis utuh ditempatkan pada:

a. Saat mendekati persimpangan sebagai pengganti garis putus-putus pemisah jalur.

(50)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 43

b. Bagian tengah jalan yang berfungsi sebagai pemisah jalur atau median.

c. Bagian tepi jalur lalu lintas yang berfungsi sebagai tanda batas tepi jalur lalu lintas.

d. Jika jarak pandang terbatas, seperti di tikungan atau jalan sempit, untuk melarang kendaraan mendahului kendaraan lain.

Marka melintang garis putus-putus sebagai batas berhenti saat memberikan kesempatan pada kendaraan yang wajib didahulukan, ditempatkan pada persimpangan atau dilengkapi dengan gambar segitiga pada permukaan jalan.

Marka serong ditempatkan pada bagian jalan yang mendekati pulau lalu lintas.

Marka lambang panah ditempatkan pada bagian jalan yang mendekati persimpangan dan dilengkapi dengan marka membujur garis putus-putus untuk menunjukkan arah tujuan kendaraan.

Apabila arus lalu lintas kendaraan dan arus pejalan kaki cukup tinggi marka tempat penyeberangan pejalan kaki dan pesepeda dapat dilengkapi dengan APILL. Marka larangan parkir atau berhenti ditempatkan pada sisi jalur lalu lintas.

Marka kotak kuning ditempatkan pada:

a. Persimpangan

b. Lokasi akses jalan keluar masuk kendaraan menuju instalasi gawat darurat, pemadam kebakaran, penanggulangan huru hara, search and rescue, dan ambulance.

Marka kotak kuning yang ditempatkan pada persimpangan (butir a di atas) untuk menyatakan kendaraan dilarang berhenti di dalam area kotak kuning dalam kondisi apapun. Marka kotak kuning yang ditempatkan pada butir b di atas, digunakan untuk menyatakan area bebas antrian kendaraan.

4.6. Latihan

1. Uraikan dan jelaskan Marka jalan yang berupa peralatan!

2. Uraikan dan jelaskan Marka jalan berupa tanda!

3. Sebutkan jenis bahan Marka Jalan!

4. Dimana Paku jalan ditempatkan?

5. Penempatan Marka membujur pada lokasi dimana saja?

(51)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 44

BAB 5

HARMONISASI RAMBU DAN MARKA

SERTA PEMBUATANNYA

(52)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 45

5. Harmonisasi Rambu dan Marka, Serta Pembuatannya

Indikator Keberhasilan

Setelah mempelajari materi ini, peserta diklat diharapkan mampu:

- menjelaskan harmonisasi rambu dan marka - menjelaskan pembuatan rambu dan marka 5.1. Harmonisasi Rambu dan Marka

Kecelakaan dapat terjadi kalau pengemudi tidak memperhatikan tanda-tanda lalulintas pada jalur jalan yang dilewatinya, apalagi kalau pengemudi tidak begitu mengenal kondisi medannya. Tanda-tanda lalulintas adalah rambu, marka, maupun sinyal yang dipasang di sepanjang ruas jalan. Tujuan dari pemasangan fasilitas perlengkapan jalan adalah untuk meningkatkan keselamatan jalan dan menyediakan pergerakan yang teratur terhadap pengguna jalan. Fasilitas perlengkapan jalan memberi informasi kepada pengguna jalan tentang peraturan dan petunjuk yang diperlukan untuk mencapai arus lalu lintas yang selamat, seragam dan beroperasi dengan efisien.

Marka pada perkerasan bisa tidak terlihat jelas untuk sementara karena adanya kendaraan di depan, akibat kemacetan lalu lintas. Genangan air di jalan akan mengurangi efektivitas pantulan cahaya dari marka garis pada malam hari.

Karena itu, jangan terlalu bergantung pada efektivitas marka di perkerasan, khususnya di lokasi berpotensi hazard. Memperkecil kekurangan-kekurangan tersebut, dapat dilakukan dengan memasang rambu di sisi jalan dan/atau memasang marka reflektif yang menonjol dan dapat juga dengan pengulangan marka, misalnya marka lambang panah.

(53)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 46

Koordinasi antara rambu dan marka jalan sangat diperlukan mengingat rambu lalu lintas dan marka jalan sama-sama berfungsi untuk mengarahkan arus dan untuk meningkatkan keselamatan jalan dan menyediakan pergerakan yang teratur terhadap pengguna jalan tetapi diperlukan adanya koordinasi dalam pemasangannya sehingga tidak menimbulkan pemahaman yang berbeda, antara lain :

a. Marka melintang berupa garis utuh menyatakan batas berhenti kendaraan yang diwajibkan oleh alat pemberi isyarat lalu lintas atau rambu larangan berjalan terus.

Gambar 18 Marka Melintang di Persimpangan Termasuk Zebra Crossing b. Marka melintang ditempatkan bersama dengan rambu larangan berjalan

terus atau wajib berhenti sesaat pada tempat yang memungkinkan pengemudi dapat melihat dengan jelas lalu lintas yang datang dari cabang persimpangan lain. Marka Melintang berupa garis berhenti juga dapat dilengkapi dengan garis membujur atau tulisan “STOP” pada permukaan jalan.

(54)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 47

Gambar 19 Marka Melintang Solid dengan Rambu Stop

c. Marka melintang berupa garis putus-putus menyatakan batas berhenti kendaraan sewaktu mendahulukan kendaran lain, yang diwajibkan oleh rambu larangan berjalan terus karena wajib memberi prioritas kepada arus lalu lintas dari arah yang diberi prioritas.

Gambar 20 Marka Melintang Putus-Putus dengan Rambu Beri Prioritas d. Marka lambang berupa panah, segitiga, atau tulisan, dipergunakan untuk

mengulangi maksud rambu-rambu lalu lintas atau untuk memberitahu pengguna jalan yang tidak dinyatakan dengan rambu lalu lintas jalan.

(55)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 48

Gambar 21 Marka Lambing Tulisan untuk Mempertegas Rambu e. Beberapa koordinasi penempatan rambu lalu lintas dan marka jalan

lainnya:

Gambar 22 Fasilitas Penyeberangan Jalan dengan Rambu dan Marka

(56)

MODUL 7 | RAMBU, MARKA, DAN DELINESI 49

Gambar 23 Posisi Rambu Terkait Garis Marka Tengah

Posisi rambu terkait dengan jalan.

Pada kondisi jalan yang melengkung ke kiri, rambu yang ditempatkan pada sisi jalan, dengan posisi rambu digeser maksimum 5° (derajat) searah jarum jam dan posisi tegak lurus sumbu jalan.

5.2. Pembuatan Rambu dan Marka

Pemeliharaan rambu dilakukan secara berkala dan insidentil.

a. Pemeliharaan berkala dilakukan paling sedikit setiap 6 bulan: yaitu dengan menghilangkan benda-benda yang mengganggu fungsi rambu dan membersihkan rambu.

b. Pemeliharaan insidentil dilakukan bila ada kerusakan rambu.

Penghapusan rambu ditentukan berdasarkan:

a. Umur teknis

b. Kebijakan pengaturan lalu lintas

c. Keberadaan fisik rambu (rusak atau hilang).

Umur teknis rambu paling lama 5 tahun.

Pembuatan rambu lalu lintas dilakukan oleh badan usaha yang telah memenuhi persyaratan yang terdaftar sebagai badan usaha pembuat rambu lalu lintas.

Pemeliharaan marka dilakukan dengan cara: berkala dan insidentil.

Gambar

Tabel 1 Ukuran Rambu Berdasarkan Kecepatan
Gambar 6 Penempatan Rambu Tiang F dan Tiang Portal
Gambar 7 Pemasangan rambu di tepid an di median jalan
Gambar 8 Paku Jalan (RRPM/ Mata Kucing)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan lingkungan yang telah terjadi dalam skala luas, khususnya di kawasan perdesaan, telah memberi dampak nyata terhadap penurunan jasa lingkungan DAS berupa hasil air

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas senyawa analog kalkon senyawa 5 diasumsikan mampu berikatan

Jika mengelola perputaran piutang secara efektif maka akan berdampak positif pada profitabilitas karena semakin tinggi tingkat rasio perputaran piutang karena akan semakin

bahwa dengan berlakunya Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Penelitian yang penulis lakukan ini berupaya menguji, Keterkaitan Antara Keinginan, Sikap, Akses Mendapatkan Modal: Peran Self Efficacy Sebagai Variabel Pemoderasi Norma

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap perlengkapan jalan seperti rambu lalu lintas, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, lampu penerangan jalan dan alat pengaman

Berdasarkan hasil pemeriksaan perlengkapan jalan seperti rambu lalu lintas, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, lampu penerangan jalan dan alat pengaman