• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Besaran Dan Satuan Di Kelas X MIA.1 SMA Negeri 1 Beutong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Besaran Dan Satuan Di Kelas X MIA.1 SMA Negeri 1 Beutong"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1551

Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Besaran Dan Satuan Di Kelas

X MIA.1 SMA Negeri 1 Beutong

Buraidah

Guru SMA Negeri 1 Beutong Kabupaten Nagan Raya Email : buraidah.beutong@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Fisika pada siswa kelas X MIA.1 SMAN 1 Beutong pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020.

Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran Kuantum dengan melalui dua tahapan siklus pelaksanaan yang dimana pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi. Subyek penelitian adalah siswa kelas X yang berjumlah 25 orang. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan memberikan tes kepada siswa tentang materi besaran dan satuan. Data yang telah dikumpul kemudian di olah dengan metode analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah hasil belajar yang dicapai siswa dari pra siklus yaitu sebesar 44%, siklus I rata-rata mencapai ketuntasan sebesar 84%, dan pada siklus 2 pencapaian ketuntasan rata-rata 100%. Terjadi rata-rata peningkatan skor sebesar 56% yang membuktikan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan berhasil dalam meningkatkan hasil belajar siswa

Kata kunci: Kuantum, Peningkatan Hasil Belajar, Besaran Dan Satuan PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena pendidikan bukanlah sekedar wacana untuk membentuk anak-anak muda menjadi generasi yang kompeten, melainkan pendidikan menekankan bagaimana proses tersebut dapat diterapkan. Majunya suatu negara tercermin dari kualitas pendidikan. Seperti yang tertulis pada UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sanjaya, 2010: 2).

Saat ini kurikulum pendidikan di Indonesia mengalami perubahan sistem pendidikan dari KTSP menjadi Kurikulim 2013 dan sekarang akan diganti kembali menjadi revisi 2013 yang disebut sebagai kurikulum nasional. Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang diterapkan dalam kurikulum nasional diketahui bahwa sasaran pembelajaran fisika di tingkat SMA mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Keterampilan siswa diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta yang terdapat dalam proses pembelajaran (Permendikbud No. 22, 2016: 4).

(2)

1552

Fisika merupakan bagian dari IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau sains, sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis berupa penemuan, fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan pengetahuan di dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah untuk membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap, sehingga dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi (Depdiknas, 2003).

Fisika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari. Banyak sekali manfaat dari ilmu fisika. Beberapa masalah yang berkaitan dengan fenomena alam sering kali dipecahkan dengan ilmu fisika. Pemanfaatan ilmu fisika sering kali digunakan dalam bidang kesehatan, komunikasi, energi dan lain sebagainya. Hukum-hukum dan konsep fisika sangat diperlukan untuk memecahkan masalah dalam bidang tersebut. Cabang- cabang ilmu yang memanfaatkan ilmu fisika antara lain kedokteran, teknik mesin, teknik sipil, teknik elektro, dan lain sebagainya. Cabang-cabang ilmu tersebut merupakan ilmu terapan yang memanfaatkan ilmu fisika yang dipadukan dengan ilmu lain. (Ekawati et al., 2014: 54)

Di dalam Kurikulum K13 disebutkan, pembelajaran Fisika bertujuan agar siswa mampu mengapresiasi berbagai ragam secara representatif dan produktif tujuan tersebut mengandung arti bahwa siswa SMA diharapkan mampu memahami, menikmati, menghargai, dan memanfaatkan karya untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan, dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Untuk itu tujuan pembelajaran Fisika di SMA lebih diarahkan agar siswa mampu mengapresiasi Fisika sehingga tumbuh kesadaran berpikir kreatif, emosi yang terkendali, imajinasi, serta meluaskan dimensi kehidupan melalui pengalaman-pengalaman yang baru.

Salah satu pokok bahasan materi pembelajaran Fisika di SMA adalah Besaran dan Satuan. Materi ini diajarkan kepada siswa Kelas X MIA.1 dalam semester Ganjil.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, kemampuan siswa dalam materi Besaran dan Satuan di SMA masih rendah. Hal ini juga terjadi pada siswa SMA Negeri 1 Beutong.

Pada umumnya rata-rata kemampuan memahami materi Besaran dan Satuan siswa SMA Negeri 1 Beutong masih rendah. Gejala tersebut di atas muncul akibat dari sistem pembelajaran yang belum mampu memotivasi siswa agar bergairah dalam mengikuti pelajaran. Banyak hal yang menyebababkan siswa tidak termotivasi dalam pembelajaran, diantaranya adalah menyangkut metode atau model yang diterapkan guru di kelas. Di samping itu, berdasarkan observasi penulis, ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran antara lain adalah; 1) kurang variatifnya guru dalam menyajikan pelajaran, 2) rendahnya respon siswa terhadap materi yang disampaikan guru ketika pembelajaran berlangsung, 3) rendahnya inisiatif siswa untuk menyampaikan pendapat selama proses pembelajaran berlangsung, 4) tidak ada atau kurang terciptanya kesenangan pada saat proses pembelajaran antara guru dan siswa di kelas.

Salah satu penyebab munculnya faktor-faktor tersebut di atas adalah model yang diterapkan oleh guru pada saat proses pembelajaran Fisika berlangsung. Guru sering kali menggunakan model pembelajaran konvensional dan monoton, sehingga siswa merasa

(3)

1553 cepat bosan dan tidak bergairah. Dengan demikian akan menjadi penghambat upaya peningkatan kemampuan belajar siswa. Demikian pula dalam proses pembelajaran Fisika, terutama materi Besaran dan Satuan. Oleh karena itu perlu adanya upaya lebih untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa dalam mata pelajaran fisika. Salah satunya melalui penerapan model pembelajaran yang relefan (Suryanti, dkk 2008: 3). Guru diharapakan mampu menerapkan model-model pembelajaran yang dapat merangsang motivasi siswa belajar materi Besaran dan Satuan. Apabila guru mampu menerapkan model pembelajaran Fisika yang dapat merangsang motivasi belajar siswa, maka upaya untuk meningkat pembelajaran Besaran dan Satuan pada siswa akan terwujud.

Berdasarkan pengamatan penulis, guru Fisika di SMA Negeri 1 Beutong belum menerapkan model pembelajaran yang dapat merangsang siswa belajar Fisika khususnya Besaran dan Satuan. Alternatif model pembelajaran yang dianggap cocok untuk meningkatkan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran Quantum Teaching atau model pembelajaran kuantum untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami Besaran dan Satuan. Yuniarti (2016: 3) menyatakan bahwa model Quantum Teaching memberikan strategi kepada guru untuk meingkatkan pembelajaran dan membuat proses belajar lebih menyenangkan. Saryono (2001:75) menyebutkan: “Model Pembelajaran Kuantum adalah model pembelajaran yang menekankan pada pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal serta memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat digarisbawahi bahwa Model Pembelajaran Kuantum mengutamakan faktor lingkungan, situasi dan kondisi, serta kreativitas guru yang maksimal. Jika hal ini terlaksana, maka pembelajaran model kuantum merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat memudahkan guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Kelebihan lain dari model ini adalah dapat memfasilitasi siswa dalam mengalami pembelajaran secara langsung, sehingga mereka akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya (Turnip, 2014: 3). Melalui model pembelajaran ini penulis berharap dapat meningkatkan pembelajaran fisika. Untuk itu penulis memilih penelitian ini dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kuantum untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Besaran dan Satuan di Kelas X MIA1 SMA Negeri 1 Beutong”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Beutong pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020. Subyek penelitian adalah siswa kelas X MIA.1 yang berjumlah 25 orang. Teknik Pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Teknik tes pilihan ganda. Soal-soal tes penulis susun sesuai materi pada masing-masing pertemuan. Soal untuk pertemuan Pra Siklus tidak sama dengan soal pada Siklus 1.

Demikian juga dengan soal-soal untuk kegiatan tes Siklus 2. Untuk mengolah data diperlukan teknik analisis data yang tepat agar data-data yang telah dikumpulkan dapat diolah dengan benar dan valid. Untuk mengolah data penelitian ini penulis menggunakan Teknik Analisis Depskriptif, di mana data penulis kumpulkan berdasarkan kelompoknya kemudian penulis analisis sesuai dengan tingkat kesulitan soal. Prosedur yang penulis

(4)

1554

tempuh dalam melakukan penelitian ini adalah dengan membagi atas 3 tahapan, yaitu tahap Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2. Langkah-langkah yang penulis tempuh dalam setiap siklus terdiri atas Tahap Perencanaan, Tahap Pelaksanaan, Tahap Pengamatan, dan Tahap Refleksi dan Tindak Lanjut.

HASIL PENELITIAN DA N PEMBAHASAN Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal proses pembelajaran di kelas sebelum penulis menerapkan Model Pembelajaran Kuantum, berlangsung secara konvensional. Sebelumnya penulis memberikan pelajaran kepada siswa hanya dengan menggunakan metode ceramah.

Kegiatan proses pembelajaran hanya berlangsung sepihak. Guru aktif memberikan dan menjelaskan materi, sedangkan siswa hanya mendengar saja, cenderung tanpa reaksi.

Ketika guru telah selesai memberikan materi, siswa hanya fakum saja, tidak ada yang mengajukan pertanyaan. Bahkan ketika guru menyarankan siswa bertanya, siswa hanya diam tanpa komentar apa pun. Hal ini menyebabkan pembelajaran tidak bergairah dan berlangsung kaku, sehingga hasil yang dicapai pun tidak memuaskan. Hasil akhir pembelajaran tidak mencapai ketuntasan. Dari pengalaman penulis mengajar di kelas, penulis mendapati kenyataan bahwa sebelum Siklus 1 berlangsung (Pra Siklus), hasil belajar siswa pada materi menganalisis Unsur-unsur Hikayat yang penulis berikan kepada siswa belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yakni 75.

Saat Pra Siklus berlangsung, hasil tes dari 25 orang jumlah siswa secara individu hanya 5 (20%) orang yang memperoleh nilai baik, 6 (24%) orang siswa memperoleh nilai cukup, 12 (48%) orang memperoleh nilai kurang, dan 2 (8%) orang siswa memperoleh nilai sangat kurang, sedangkan nilai sangat baik tidak diperoleh siswa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Nilai Tes Siswa pada Pra Siklus

No. Nama Siswa Nilai yang

Diperoleh Keterangan

1. A. Annisaussakinah Q. 80 Baik

2. Adam Aria Maqhfira 60 Kurang

3. Ade Amelia Ansari 70 Cukup

4. Afif Fulhaq 60 Kurang

5. Aguswanto 80 Baik

6. Ahmad Yani 70 Cukup

7. Andi Kurniawan 60 Kurang

8. Andri Gunandar 70 Cukup

9. Ardi Yuliandi 60 Kurang

10. Ari Ferdiansyah 80 Baik

11. Asri Diana 60 Kurang

12. Burhanuddin 60 Kurang

13. Ciptaning Wahyadi 80 Baik

14. Cut Ari Putri 60 Kurang

15. Cut Eka Parasamya 70 Cukup

(5)

1555

16. Cut Mustika Suri 60 Kurang

17. Debbie Silviana 70 Cukup

18. Dian Mardalena 70 Cukup

19. Efna Wida 60 Kurang

20. Eka Junita 60 Kurang

21. T. Mohd. Fachrul Rozie 50 Sangat Kurang

22. Tanti Jernita 80 Baik

23. Putri Wulandari 60 Kurang

24. Putri Sundari 60 Kurang

25. Zahrani 40 Sangat Kurang

Jika dilihat hasil nilai tes pada Pra Siklus di atas membuktikan bahwa hasil belajar masih di bawah KKM. Dengan demikian hasil tes tersebut belum menunjukkan ketuntasan belajar. Perolehan nilai rata-rata yang dicapai siswa pada kegiatan pembelajaran Pra Siklus ini adalah 60. Untuk lebih jelas dapat diperhatikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Nilai Rata-rata Kelas pada Pra Siklus

No. Keterangan Nilai

1. Tertinggi 80

2. Terendah 40

Rata-rata 65,2

Selanjutnya persentase nilai siswa Kelas X MIA.1 yang diperoleh siswa pada proses pembelajaran Pra Siklus dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Persentase Nilai yang Diperoleh Siswa pada Pra Siklus No. Nilai Angka Nilai Huruf Jumlah Siswa Persentase Keterangan

1. 85 - 100 A - 0% Sangat Baik

2. 75 - 84 B 5 20% Baik

3. 65 - 74 C 6 24% Cukup

4. 55 - 64 D 12 48% Kurang

5. ≤ 54 E 2 8% Sangat Kurang

Jumlah - 25 100%

Sesuai dengan data hasil tes Pra Siklus yang terlihat pada tabel di atas dapat penulis jelaskan bahwa jumlah siswa yang memperoleh A (sangat baik) tidak ada, yang memperoleh nilai B (Baik) hanya 5 orang (20%), siswa yang memperoleh nilai C (Cukup) 6 orang (24%), yang memperoleh nilai D (Kurang) sejumlah 12 orang (48%) dan yang memperoleh nilai E (Sangat Kurang) sebanyak 2 orang (8%).

Berdasarkan data tersebut di atas, diperoleh informasi bahwa dari 25 orang jumlah siswa, yang sudah mengalami ketuntasan belajar hanya sebanyak 5 orang. Sesuai dengan ketentuan, siswa baru dapat dinyatakan tuntas belajar apabila ≥ 80% dari seluruh siswa mengalami ketuntasan. Dengan berpedoman pada data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pada Pra Siklus siswa yang menjadi subjek penelitian ini belum mengalami

(6)

1556

ketuntasan belajar. Perlu diketahui bahwa pada Pra Siklus proses pembelajaran masih berlangsung dengan menggunakan metode ceramah. Guru menjadi fokus perhatian, sementara siswa bersifat fasif.

Deskripsi Siklus I a. Perencanaan

Pada tahap ini penulis terlebih dulu menganalis materi yang akan penulis sajikan kepada siswa terutama menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Penulis berpedoman pada Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam menentukan materi pembelajaran tersebut.

Langkah selanjutnya adalah menyiapkan RPP yang akan penulis jadikan pedoman dalam pembelajar, menyusun instrumen sebagai alat mengumpulkan data, dan langkah terakhir adalah menyusun alat evaluasi yaitu tes berupa soal-soal pilihan ganda.

b. Pelaksanaan

Berpedoman pada RPP yang telah penulis siapkan, penulis melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Kuantum. Pada awal pembelajaran Siklus 1 ini siswa masih belum sepenuhnya dapat mengikuti proses pembelajaran secara maksimal. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut. Siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran yang penulis terapkan, sehingga kondisi awal pembelajaran berjalan agak kaku. 2. Siswa belum memahami langkah-langkah Model Pembelajaran Kuantum yang penulis terapkan. 3. Siswa masih merasa asing dengan metode pembelajaran yang penulis laksanakan di kelas. 4. Siswa belum terbiasa beraktivitas secara kolektif dalam kelompok.

Setelah mengetahui kenyataan sebagaimana di atas penulis mengatasi hal tersebut dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Menjelaskan secara terperinci dan detil kepada siswa mengenai model pembelajaran yang akan penulis terapkan dan langkah- langkah yang harus ditempuh oleh siswa. 2. Membimbing siswa secara intensif untuk mengikuti kegiatan proses pembelajaran. 3. Membantu siswa dalam melaksanakan tugas- tugas kelompok.

Setelah kegiatan pembelajaran pada Siklus I selesai dan penulis melakukan pengamatan dengan cermat dan teliti, penulis memperoleh beberapa masukan. Masukan- masukan dalam bentuk data tersebut penulis analisa dengan cermat, selanjutnya penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut. 1. Setelah penulis menerapkan Model Pembelajaran Kuantum, siswa mulai terbiasa mengikuti pembelajaran. 2. Siswa merasa termotivasi dan betah belajar secara berkelompok. 3. Siswa mampu mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang telah penulis tetapkan.

c. Observasi dan Evaluasi (observation and evaluation)

Dalam melaksanakan kegiatan pengamatan penulis dibantu oleh teman sejawat mulai dari tahap awal hingga tahap akhir pembelajaran. Setelah berlangsung diskusi kelompok, diperoleh hasil nilai/skor baik secara individu maupun kelompok terhadap aktivitas dan kerjasama siswa dalam kelompoknya masing-masing, seperti terlihat dalam tabel berikut ini.

(7)

1557 Tabel 4. Nilai Tes Siswa pada Siklus 1

No. Nama Siswa Kelompok Nilai yang

Diperoleh Keterangan 1. A. Annisaussakinah Q.

Indra Bangsawan

90 Sangat Baik

2. Adam Aria Maqhfira 80 Baik

3. Ade Amelia Ansari 70 Cukup

4. Afif Fulhaq 70 Cukup

5. Aguswanto 100 Sangat Baik

6. Ahmad Yani

Indra Budiman

80 Baik

7. Andi Kurniawan 80 Baik

8. Andri Gunandar 80 Baik

9. Ardi Yuliandi 70 Cukup

10. Ari Ferdiansyah 100 Sangat Baik

11, Asri Diana

Malem Dagang

90 Sangat Baik

12. Burhanuddin 70 Cukup

13. Ciptaning Wahyadi 90 Sangat Baik

14. Cut Ari Putri 80 Baik

15. Cut Eka Parasamya 100 Sangat Baik

16. Cut Mustika Suri

Malem Diwa

100 Sangat Baik

17. Debbie Silviana 60 Kurang

18. Dian Mardalena 90 Sangat Baik

19. Efna Wida 90 Sangat Baik

20. Eka Junita 60 Kurang

21. T. Mohd. Fachrul Rozie

Hang Tuah

80 Baik

22. Tanti Jernita 80 Baik

23. Putri Wulandari 60 Kurang

24. Putri Sundari 70 Cukup

25. Zahrani

50 Sangat

Kurang Pada tabel di atas terlihat hasil evaluasi kegiatan pembelajaran pada Siklus 1 bahwa siswa mengalami perubahan atau mengalami peningkatan hasil tes dibandingkan dengan hasil evaluasi pada Pra Siklus. Hasil tes tertinggi adalah 100 dan hasil tes terendah adalah 79,6. Jadi hasil tes rata-rata yang diperoleh siswa pada Siklus 1 ini adalah 90 + 50 = 140 : 2 = 70. Dengan demikian nilai rata-rata adalah 70. Untuk lebih jelas melihat persentase nilai siswa pada Siklus 1 ini dapat dijabarkan sebagaimana tertera pada tabel berikut.

Tabel 5. Persentase Nilai yang Diperoleh Siswa pada Siklus 1

No. Nilai Angka Nilai Huruf Jumlah Siswa Persentase Keterangan

1. 85 - 100 A 9 36% Sangat Baik

2. 75 - 84 B 7 28% Baik

(8)

1558

3. 65 - 74 C 5 20% Cukup

4. 55 - 64 D 3 12% Kurang

5. ≤ 54 E 1 4% Sangat Kurang

Jumlah 25 100%

Dari tabel di atas kelihatan bahwa siswa yang mencapai nilai A (sangat baik) sebanyak 9 orang (36%), siswa yang mendapat nilai B (baik) 7 orang (28%), siswa yang memperoleh nilai C (cukup) 4 orang (20%), yang memperoleh nilai D (kurang) sebanyak 3 orang (12%), dan siswa yang memperoleh nilai E (sangat kurang) 1 orang (4%). Melalui data tersebut kelihatan bahwa siswa yang telah mengalami ketuntasan belajar adalah 16 orang siswa. Data hasil tes ini menunjukkan bahwa lebih 80% siswa telah mengalami ketuntasan belajar. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pada Siklus 1 ini, secara rata-rata siswa telah mengalami ketuntasan belajar. Jika dilihat hasil tes pada Siklus 1 di atas, maka akan terlihat persentase jumlah siswa yang tuntas belajar. Lebih jelas dapat diperhatikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus 1

No. Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Persentase

1. Tuntas 16 64%

2. Belum Tuntas 9 36%

Jumlah 25 100%

Selanjutnya untuk melihat persentase hasil tes berdasarkan kelompok dapat dijabarkan sebagai berikut. Kelompok Indra Bangsawan semua anggota kelomponya telah mengalami ketuntasan belajar (100%), Kelompok Indra Budiman semua anggota kelompok sudah tuntas (100%), Kelompok Malem Dagang sudah tuntas (100%), Kelompok Malem Diwa 3 orang siswa (12%) sudah tuntas dan 2 orang (8%) belum tuntas, dan Kelompok Hang Tuah 3 (12%) sundah tuntas dan 2 orang siswa (8%) belum mengalami ketuntasan belajar. Untuk lebih jelas dapat diperhatikan pada tabel di berikut ini.

Tabel 7. Persentase Ketuntasan Belajar Kelompok pada Siklus 1 No. Kelompok

Jlh. Siswa yg Memperoleh Nilai Jumlah

A B C D E Tuntas Blm.

Tuntas

1. Indra Bangsawan 2 2 1 - - 5 -

2. Indra Budiman 1 3 1 - - 5 -

3. Malem Dagang 3 1 1 - - 5

4. Malem Diwa 3 - - 2 - 3 2

5. Hang Tuah - 2 1 1 1 3 2

Persentase 36% 28% 20% 12% 4% 84% 16%

(9)

1559 Berdasarkan nilai tertinggi dan nilai terendah yang telah diperoleh siswa sebagaimana data pada tabel di atas, maka nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah 75.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Nilai Rata-rata Kelas pada Siklus 1

No. Keterangan Nilai

1. Tertinggi 100

2. Terendah 50

Rata-rata 75

d. Refleksi

Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran pada Siklus 1, ada beberapa pengalaman yang penulis peroleh yang menjadi masukan bagi penulis sebagai berikut. 1.

Guru masih menoton dalam mengajar karena masih terbiasa menggunakan metode pembelajaran konvensional sehingga penulis masih sulit memotivasi siswa untuk belajar.

2. Siswa belum terbiasa dengan Model Pembelajaran Kuantum sehingga menyebabkan siswa masih agak kaku mengikuti pelajaran. 3. Ketika siswa belajar kelompok belum dapat mengkoordinasikan kelompoknya pada saat mengerjakan tugas, sehingga hasil kerja kelompok masih belum maksimal. 4. Berdasarkan hasil tes pada Pra Siklus dibandingkan dengan hasil tes pada Siklus 1 hasilnya sudah menggembirakan, walaupun pada Siklus 1 masih juga ada siswa yang memperoleh nilai kurang. 5. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa pada Siklus 1 dibandingkan dengan Pra Siklus. Peningkatan tersebut terlihat jelas pada tabel 4.9 di atas, di mana jumlah siswa yang mengalami ketuntasan (pencapaian KKM) meningkat drastis. Jika pada Pra Siklus hanya 5 siswa yang mengalami ketuntasan, maka pada Siklus 1 terjadi peningkatan yaitu terdapat 16 siswa yang telah mencapai nilai KKM. Untuk lebih jelas perbandingan nilai hasil tes Pra Siklus dengan Siklus 1 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 9. Perbandingan Nilai Hasil Tes Pra Siklus dengan Siklus 1 No. Rentangan Nilai Hasil

Tes

Jumlah Siswa yang Berhasil Pra Siklus Siklus 1

1. 85 – 100 (A) - 9

2. 75 – 84 (B) 5 7

3. 65 – 74 (C) 6 5

4. 55 – 64 (D) 12 3

5. ≤ - 54 (E) 2 1

Jumlah 25 25

Deskripsi Siklus II a. Perencanaan

Perencanaan pada Siklus 2 ini penulis lakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Memotivasi setiap kelompok siswa agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. 2. Membimbing dan memberi pengarahan kepada siswa untuk melaksanakan tugas-tugas secara kolektif. 3. Menyusun materi pembelajaran sesuai SK,

(10)

1560

KD, dan Indikator yang telah penulis tetapkan. 4. Menjelaskan hal-hal dan unsur-unsur hikayat yang harus dianalisis oleh siswa.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan meliputi: 1. Siswa memulai kegiatan pembelajaran dengan menyiapkan naskah hikayat yang akan dianalisis. Penulis memulainya dengan mengajukan beberapa pertanyaan menyangkut pembelajaran yang telah lalu. 2. Penulis menjelaskan kepada siswa tentang materi pembelajaran yang akan penulis sajikan kepada siswa pada Siklus 2. 3. Penulis memberikan arahan kepada siswa tentang Model Pembelajaran Kuantum, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan naskah yang telah disiapkan oleh masing-masing kelompok. 4. Siswa mengerjakan tugas secara bersama-sama. Penulis membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengerjakan tugas, memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan siswa. 5.

Siswa menjawab beberapa pertanyaan tertulis yang penulis ajukan berkenaan dengan analisis unsur-unsur hikayat. 6. Penulis mengevaluasi hasil kerja siswa.

Selanjutnya, setelah menempuh langkah-langkah seperti tersebut di atas penulis memperoleh beberapa masukan tentang perkembangan siswa antara lain sebagai berikut: 1.

Siswa termotivasi dengan baik untuk mengikuti pembelajaran, rata-rata 90% siswa mengikuti pembelajaran dengan serius. 2. Suasana pembelajaran berlangsung semarak, lebih efektif, kelihatan hidup, menyenangkan, dan bergairah. 3. Siswa berdiskusi dengan sangat bersemangat. Setiap kelompok memaparkan hasil pembahasannya, dan anggota kelompok lain menanggapi dan bertanya dengan serius. 4. Siswa mengerjakan tugas yang penulis ajukan secara bersama-sama dengan penuh kesadaran. 5. Siswa serius mengerjakan tugas yang penulis berikan, baik tugas individu maupun tugas-tugas kelompok.

c. Observasi dan Evaluasi

Pengamatan dilakukan terhadap proses pembelajaran mulai dari tahap awal hingga tahap akhir. Sebagaimana pada Siklus 1, pengamatan pada Siklus 2 ini dilakukan untuk mengetahui secara detil dan terperinci setiap kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Setiap kelompok mendapat pengamatan secara cermat. Selanjtnya diberikan penilaian terhadap masing-masing kelompok menyangkut aktivitas dan kerjasama setiap kelompok. Hasil tes siswa pada Siklius 2 ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 10. Nilai Tes Siswa pada Siklus 2

No. Nama Siswa Kelompok Nilai yang

Diperoleh Keterangan 1. A. Annisaussakinah

Q.

Indra Bangsawan

100 Sangat Baik

2. Adam Aria Maqhfira 100 Sangat Baik

3. Ade Amelia Ansari 90 Sangat Baik

4. Afif Fulhaq 90 Sangat Baik

5. Aguswanto 100 Sangat Baik

6. Ahmad Yani

Indra Budiman

100 Sangat Baik

7. Andi Kurniawan 100 Sangat Baik

8. Andri Gunandar 100 Sangat Baik

(11)

1561

9. Ardi Yuliandi 90 Sangat Baik

10. Ari Ferdiansyah 100 Sangat Baik

11, Asri Diana

Malem Dagang

100 Sangat Baik

12. Burhanuddin 80 Baik

13. Ciptaning Wahyadi 100 Sangat Baik

14. Cut Ari Putri 100 Sangat Baik

15. Cut Eka Parasamya 100 Sangat Baik

16. Cut Mustika Suri

Malem Diwa

100 Sangat Baik

17. Debbie Silviana 90 Sangat Baik

18. Dian Mardalena 100 Sangat Baik

19. Efna Wida 100 Sangat Baik

20. Eka Junita 90 Sangat Baik

21. T. Mohd. Fachrul Rozie

Hang Tuah

100 Sangat Baik

22. Tanti Jernita 80 Baik

23. Putri Wulandari 80 Baik

24. Putri Sundari 90 Sangat Baik

25. Zahrani 80 Cukup

Dari tabel di atas dapat diperhatikan bahwa terjadi peningkatan hasil tes siswa pada Siklus 2. Persentase peningkatan hasil tes tersebut cukup signifikan. Untuk lebih jelas dapat diperhatikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 11. Persentase Nilai yang Diperoleh Siswa pada Siklus 2 No. Nilai Angka Nilai Huruf Jumlah

Siswa Persentase Keterangan

1. 85 - 100 A 21 84% Sangat Baik

2. 75 - 84 B 4 16% Baik

3. 65 - 74 C - - Cukup

4. 55 - 64 D - - Kurang

5. ≤ 54 E - - Sangat Kurang

Jumlah 25 100%

Dari tabel di atas kelihatan bahwa siswa yang mencapai nilai A (sangat baik) sebanyak 21 orang (84%), siswa yang mendapat nilai B (baik) 4 orang (16%), siswa yang memperoleh nilai C (cukup) tidak ada sementara itu tidak ada siswa yang memperoleh nilai D (kurang) dan nilai E (sangat kurang). Berdasarkan data pada tabel 4.11 tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa semua siswa mengalami ketuntasan belajar. Data hasil tes ini menunjukkan bahwa pada Siklus 2, l00% siswa Kelas X MIA.1 SMA Negeri 1 Beutong telah mengalami ketuntasan belajar. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini.

(12)

1562

Tabel 12. Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus 2 No. Ketuntasan Belajar Jumlah

Siswa Persentase

1. Tuntas 25 100%

2. Belum Tuntas - 0%

Jumlah 25 100%

Selanjutnya untuk melihat persentase hasil tes berdasarkan kelompok dapat penulis uraikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 13. Persentase Ketuntasan Belajar Kelompok pada Siklus 2

No. Kelompok

Jlh. Siswa yg Memperoleh

Nilai Jumlah

A B C D E Tunta

s

Blm.

Tuntas 1. Indra

Bangsawan 5 - - - - 5 -

2. Indra

Budiman 5 - - - - 5 -

3. Malem Dagang 4 1 - - - 5 -

4. Malem Diwa 5 - - - - 5 -

5. Hang Tuah 2 2 1 - - 5 -

Persentase 84

% 12% 4% 0% 0% 100% 0%

Untuk melihat nilai tertinggi dan nilai terendah serta nilai rata-rata kelas yang telah diperoleh siswa pada Siklus 2 dapat diperhatikan pada tabel 4. 14 di bawah ini.

Tabel 14. Nilai Rata-rata Kelas pada Siklus 2

No. Keterangan Nilai

1. Tertinggi 100

2. Terendah 70

Rata-rata 85

Pada Siklus 2 ini di samping mengambil nilai tes individu, penulis juga mengambil nilai aktivitas kelompok. Nilai aktivitas kelompok penulis berikan bukan atas dasar tes, tetapi atas dasar penilaian keaktifan yang diperlihatkan siswa dalam kelompok pada saat berlangsungnya diskusi. Butir penilaian menyangkut aktif bertanya, tepat memberikan jawaban, tepat pemanfaatan waktu, kekompakan, dan kesesuaian materi dengan pembahasan. Untuk melihat hasil skor yang diperoleh siswa dalam kelompok pada Siklus 2 ini dapat diperhatikan dalam tabel berikut.

(13)

1563 Tabel 15. Hasil Perolehan Skor Siswa dalam Kelompok pada Siklus 1

Nama Kelompok Skor

yang Diperoleh

Skor Maksimal

Persen-

tase Keterangan

Indra Bangsawan 19 20 95 % Skor Tertinggi

Indra Budiman 19 20 95%

Malem Dagang 18 20 90%

Malem Diwa 19 20 95%

Hang Tuah 17,5 20 87,5% Skor Terendah

Rata-rata 18,5 - 91,25%

Demikian uraian dan penjabaran penulis dari data-data yang penulis peroleh dalam kegiatan observasi dan evaluasi pada Siklus 2.

d. Refleksi

Setelah penulis selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memperoleh hasil pada Siklus 1 dan Siklus 2 sebagaimana yang telah penulis jabarkan di atas, selanjutnya dapat penulis kemukakan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan Model Kuantum dapat meningkatkan kemampuan siswa menganalisis unsur-unsur hikayat.

Peningkatan tersebut bukan hanya terjadi pada kemampuan individual, tetapi juga dalam kelompok. Berdasarkan perencanaan yang penulis siapkan, proses pembelajaran berjalan dengan baik, aman, dan tertip. Hasil tes persiklus, baik individu maupun kelompok menunjukkan peningkatan yang signifikan. Untuk membandingkan hasil yang diperoleh siswa selama pelaksanaan pembelajaran Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2, dapat diamati dalam tabel berikut.

Tabel 16. Perbandingan Hasil Tes Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 No. Interval Nilai Hasil Evaluasi Pra

Siklus

Siklus 1

Siklus 2 Lambang Arti Lambang

1. 85 – 100 A Sangat Baik - 9 21

2. 75 – 84 B Baik 5 7 4

3. 65 – 74 C Cukup 6 5 -

4. 55 – 64 D Kurang 12 3 -

5. ≤ -- 54 E Sangat Kurang 2 1 -

Jumlah 25 25 25

Selanjutnya penulis menjelaskan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar dari Pra Siklus ke Siklus 1, dan dari Siklus 1 ke Siklus 2. Untuk melihat perbandingan ketuntatasan belajar dan frekwensi jumlah siswa yang tuntas belajar antara Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 dapat penulis jabarkan dalam tabel berikut berikut.

(14)

1564

Tabel 17. Perbandingan Ketuntasan Belajar dan Nilai Rata-rata Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2

No. Uraian Jumlah Siswa Rata-rata %

Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tidak Tuntas

1. Pra Siklus 5 20 20% 80%

2. Siklus 1 16 9 64% 36%

3. Siklus 2 25 - 100% 0%

Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan dan sesuai dengan data pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok Di samping itu Model Pembelajaran Kuantum juga dapat memotivasi siswa untuk belajar, membangun kerjasama antar kelompok, dan melahirkan rasa tanggung jawab secara kolektif. Perolehan skor dalam kelompok pada Siklus 2 juga meningkat. Hal ini menunjukkan peningkatan kreatiitas dan aktivitas siswa dalam belajar kelompok. Tabel berikut memperlihatkan peningkatan hasil belajar siswa dalam kelompok.

Tabel 18. Hasil Perolehan Skor Siswa dalam Kelompok pada Siklus 2

Nama Kelompok Skor

yang Diperoleh

Skor Maksimal

Persen-

tase Keterangan

Indra Bangsawan 20 20 100 % Skor Tertinggi

Indra Budiman 19 20 95%

Malem Dagang 19 20 95%

Malem Diwa 20 20 100%

Hang Tuah 18 20 90% Skor Terendah

Rata-rata 19 - 96%

PENUTUP Simpulan

Sehubungan dengan hasil yang telah penulis peroleh dan uraikan pada bagian sebelumnya, pada bagian ini penulis menarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut.

1. Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya materi Besaran dan Satuan. 2. Berdasarkan observasi dan data yang penulis peroleh dalam penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam belajar baik secara individu maupun kelompok. 3. Dari kegiatan pembelajaran yang telah penulis laksanakan di kelas, penulis memperoleh data yang menunjukkan peningkatan hasil belajar dari Pra Siklus ke Siklus 1 dan Siklus 2. Peningkatan hasil belajar tersebut mencapai KKM yang telah ditetapkan. 4. Model Pembelajaran Kuantum ternyata dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa sehingga mencapai 100% pada Siklus 2.

(15)

1565 DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ekawati, R., Susetyarini, E., Pantiwati, Y., dan Husamah. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC). Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia.

ISSN 2442-3750, Vol 1 (3): 295-303.

Permendikbud. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: Kemendikbud.

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Prenada Media Group

Suryanti, Isnawati, dkk. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surabaya: UNESA.

Saryono, Djoko. 2001. Pembelajaran Kuantum sebagai Model Pembelajaran yang Menyenangan. Jaro: UNM.

Turnip, Jaidun dan Keysar Panjaitan. 2014. Penerapan Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Autocad Teknik Gambar Bangunan. Jurnal Teknologoi Pendidikan, Volume 7, Nomor 2.

Yuniarti, Ary, 2016. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran. Vol 1. No 1. Hal 11-18.

Gambar

Tabel 1. Nilai Tes Siswa pada Pra Siklus
Tabel 3. Persentase Nilai yang Diperoleh Siswa pada Pra Siklus  No.  Nilai Angka  Nilai Huruf  Jumlah Siswa  Persentase  Keterangan
Tabel 5. Persentase Nilai yang Diperoleh Siswa pada Siklus 1
Tabel 6. Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan jawaban siswa pada soal nomor 7, 8, dan 9, sebanyak 53% siswa sudah memahami jika gaya yang diberikan pada benda tidak menyebabkan perpindahan maka

Pada KTT ASEAN Ke-12, para pemimpin ASEAN menegaskan komitmen yang kuat untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 sejalan dengan Visi ASEAN 2020 dan BALI

Selain itu juga diharapkan karya ilmiah ini dapat dijadikan sumber rujukan bagi kalangan medis, untuk digunakan dalam penelitian yang. lebih mendalam mengenai

Link TCP dan UDP pada ketiga jaringan juga memiliki pola throughput yang sama dengan simulasi-simulasi sebelumnya dimana throughput link UDP berkisar antara 4-7

Dengan kembalinya warga ke desa pada Februari 2014, maka dari itu peneliti ingin melihat, bagaimana kondisi kehidupan masyarakat Desa Kutambelin saat ini dalam bidang sosial

Penelitian ini menyimpulkan bahwa untuk mewujudkan konstitusi yang hidup sehingga responsif terhadap perubahan masyarakat, maka penafsiran terhadap kaidah konstitusi

Kerja Instansi / Lembaga Nomor Surat Penugasan