• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI KERAKYATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI KERAKYATAN"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI KERAKYATAN

(Studi Kasus: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di Desa Paya Geli, Deli Serdang, Sumatera Utara)

SKRIPSI

DIAN OKTAVIANA BR. GINTING 150906054

Dosen Pembimbing :Warjio, MA,. Ph.D

Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatra Utara 2019

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

DIAN OKTAVIANA BR.GINTING (150906054)

PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI KERAKYATAN

(Studi Kasus : Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Desa Paya Geli, Sunggal, Kecamatan Deli Serdang)

ABSTRAK

Aktifitas partai politik bukan hanya menjelang pada saat pemilihan umum. Melainkan partai politik juga memiliki kewajiban untuk melakukan kegiatan pemberdayaan konstituen partai maupun masyarakat umum. Kerja politik suatu partai harus diimbangi dengan peningkatan kualitas hidup masyarakatnya. Tujuan yang hendak dicapai yaitu masyarakat desa mampu untuk mandiri secara sosial, maupun ekonomi.

Penelitian ini mencoba menguraikan fakta-fakta tentang peran dan strategi partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam melakukan pemberdayaa ekonomi kerakyatan melalui Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan yang ada di Desa Paya Geli, Sunggal Kecamatan Deli Serdang Sumatera Utara. Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori peran partai politik dan strategi pemberdayaan masyarakat dari Yves Meny dan Andrew Knapp, Amin Ibrahim, dan Mubyarto. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam melakukan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yaitu berperan sebagai wadah atau etalase kepada siapapun untuk mempelajari sistem beternak yang hemat, sehat dan mandiri dan juga sebagai penghubung antara masyarakat dengan pemerintah. Dengan strategi yang dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan mengenai konsep-konsep pertanian yang baik sehingga dapat meningkatkan hasil ekonomi masyarakat dengan bekerja sama dengan struktur partai lalu mengajari kader-kader PDI Perjuangan yang berprofesi petani dan peternak kemudian membuka kelas-kelas untuk umum.

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif, yaitu dengan menggunakan metode wawancara untuk mengeksplorasi tentang peran partai politik dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan (studi kasus: Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Desa Paya Geli, Sunggal)

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

DIAN OKTAVIANA BR.GINTING (150906054)

THE ROLE OF POLITICAL PARTIES IN ECONOMIC EMPOWERMENT OF PEOPLE

(Case Study: Community Economic Empowerment Agency, Paya Geli Village, Sunggal, Deli Serdang District).

ABSTRACT

The activities of political parties are not just before the general election.

Instead political parties also have an obligation to carry out activities to empower party constituents and the general public. The political work of a party must be balanced with an increase in the quality of life of its people. The aim to be achieved is that the village community is able to be independent socially and economically.

This study attempts to elaborate the facts about the role and strategy of the Indonesian Democratic Party of Struggle in empowering the people's economy through the Community Economic Empowerment Agency in Paya Geli Village, Sunggal, Deli Serdang District, North Sumatra. The theory used to explain these problems is the theory of the role of political parties and community empowerment strategies from Yves Meny and Andrew Knapp, Amin Ibrahim, and Mubyarto. The Indonesian Democratic Party of Struggle in carrying out community economic empowerment is to act as a container or storefront for anyone to learn about economical, healthy and independent farming systems and also as a liaison between the community and the government. With the strategy carried out is by providing education on good agricultural concepts so as to improve the economic results of the community by working with party structures and then teaching PDI-P cadres who work as farmers and farmers then open classes for the public.

In this study, qualitative research methods were used, namely by using interview methods to explore the role of political parties in the empowerment of people's economy (case study: Community Economic Empowerment Agency Paya Geli Village, Sunggal)

(4)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini berjudul “Peran Partai Politik dalam Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan, Studi Kasus : Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Desa Paya Geli, Sunggal. Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana peran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam melakukan pemberdayaan ekonomi kerakyatan kepada masyarakat khusunya petani dan peternak serta strategi apa yang dilakukan dalam pemberdayaan tersebut.

Dalam skripsi ini diuraikan bahwa peran partai politik dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang dilakukan Partai PDI Perjuangan memalui Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan yang ada di Desa Paya Geli adalah sebagai wadah atau etalase bagi masyarakat belajar untuk mempelajari sistem beternak yang hemat, sehat dan mandiri dan juga sebagai penghubung antara masyarakat dengan pemerintah sehingga dapat memberi kemudahan masyarakat dalam menjual hasil usaha mereka. Dengan strategi yang dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan mengenai konsep- konsep pertanian yang baik sehingga dapat meningkatkan hasil ekonomi masyarakat dengan bekerja sama dengan struktur partai lalu mengajari kader-kader PDI Perjuangan yang berprofesi petani dan peternak kemudian membuka kelas-kelas untuk umum.

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis diberikan rahmat berupa kesempatan dan kesehatan untuk menyelesaikan studi ini berupa penulisan skripsi. Penulis juga mengucapka terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Warjio, MA,.Ph.D selaku pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan berupa masukan dan kritik yang membangun yang sangat berharga bagi penulis. Semoga bapak selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa dan dimudahkan dalam rezekinya.

Kepada seluruh keluarga tercinta, Bapak dan Ibu serta adik yang telah memberi dukungan doa kepada penulis. Kepada teman-teman seperjuangan jurusan ilmu politik stambuk 2015, penulis banyak mengucapkan terima kasih karena banyak memperoleh pengalaman kehidupan perkuliahan yang diartikan sebagai persahabatan.

Kepada bapak dan Ibu selaku informan yang telah meluangkan waktunya dan memberikan informasi yang diperlukan, untuk semua itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan yang telah diberikan dengan pahala yang berlipat ganda.

Medan, 10 Juli 2019

Dian Oktaviana Br.Ginting 150906054

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ………... . i

Abstrak……….... . ii

Abstract……… … iii

Kata Pengantar……… … iv

Dasftar Isi………... v

Daftar Tabel dan Gambar………. viii

BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah………... 1

1.2. Rumusan Masalah……… 7

1.3. Batasan Masalah……….. 8

1.4. Tujuan Penelitian………. 8

1.5. Manfaat Penelitian……… 8

1.5.1 Manfaat Teoritis………. 9

1.5.2 Manfaat Praktis……….. 9

1.6. Kerangka Teori 1.6.1. Defenisi Peran……… 9

1.6.2. Partai Politik……….. 11

1.6.3. Peran Partai Politik……… 15

1.6.4. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat………….. 19

1.6.5. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan… 25 1.6.6. Strategi Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan…… 28

1.7. Metode Penelitian 1.7.1. Jenis dan Sifat Penelitian……… 32

1.7.2. Informan Penelitian……… 33

1.7.3. Teknik Pengumpulan Data………. 34

1.7.4. Teknik Analisis Data……….. 35 1.8. Sistematika Penulisan

(6)

BAB II Sekilas Tentang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan A. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

1. Sejarah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan………. 38

2. Visi Misi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan…….. 43

2.1. Visi PDIP……… 43

2.2. Misi PDIP……… 44

2.3. Fungsi PDIP……… 46

2.4. Tugas PDIP………. 46

3. Perspektif Ideologi dan Program PDIP……… 48

4. Otonomi dalam PDIP……… 51

5. Badan Partai……….. 51

6. Lambang PDIP………. 52

7. Agenda PDIP……… 52

8. Pengambilan Keputusan PDIP………. 54

B. Sekilas tentang Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan DPD PDI Perjuangan Provinsi Sumatera Utara……….. 58

C. Sekilas tentang Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Desa Paya Geli, Sunggal Kecamatan Deli Serdang………. 61

BAB III Analisis Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dalam Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan oleh Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Desa Paya Geli, Sunggal Kecamatan Deli Serdang 3.1. Peran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan 3.1.1. Peran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Sebagai Wadah………. 65

3.1.2. Peran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Sebagai Penghubung ………. 70 3.2. Strategi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam

Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan

(7)

3.3. Respon Masyarakat Desa Paya Geli, Sunggal terhadap Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan

Yang ada di Desa Paya Geli, Sunggal……….. 86 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan……… 84 B. Saran………... 87

Daftar Pustaka………. 89 Daftar Lampiran

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Transkip Wawancara dengan Sugianto Makmur

Lampiran 3. Transkip Wawancara dengan Siti Aminah Br.Perangin-Angin Lampiran 4. Transkip Wawancara dengan Juphiter Ginting

Lampiran 5. Transkip Wawancara dengan Agung Lampiran 6. Transkip Wawancara dengan Asriati Lampiran 7. Transkip Wawancara dengan Warianto Lampiran 8. Dokumentasi Wawancara

Lampiran 9. Surat Keputusan Struktur, Komposisi dan Personalia BPEK DPD PDIP Sumatera Utara

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Struktur, Komposisi, dan Personalia Badan Pemberdayaan

Ekonomi Kerakyatan DPD Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan Sumatera Utara……… 58

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Lambang PDIP……… 52

(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Secara umum partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir, anggota- anggotanya mempunyai orientasi nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah memperoleh kekuasaan politik dan merebut kekuasaan, kedudukan politik biasanya dilakukan dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.1 Ada tiga teori yang mencoba menjelaskan asal usul partai politik. Pertama, teori kelembagaan yang melihat ada hubungan antara parlemen awal dan timbulnya partai politik, kedua, teori situasi historik yang melihat timbulnya partai politik sebagai upaya suatu sistem politik untuk mengatasi krisis yang ditimbulkan dengan perubahan masyarakat secara luas.

Ketiga, teori pembangunan yang melihat partai politik sebagai produk modernisasi sosial ekonomi.2

Partai politik merupakan sarana bagi warga Negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam proses pengelolaan Negara. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengkajian tentang partai politik memang merupakan suatu perkara yang senantiasa harus diajukan mengingat banyak sekali keprihatinan atas kondisi partai politik saat ini, khususnya di Indonesia. Terdapat banyak kejadian-kejadian yang berupa

“penyimpangan” dan “penipuan” serta “korupsi politik” dalam praktik-praktik politik

1 Mariam, Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005) hlm.

159- 161.

2 Ramlan, Surbakti, Memahami Ilmu Politik ( Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,1992) hlm.113.

(10)

yang dilakukan oleh elite politik terhadap partai politik. Sebagai sebuah kendaraan politik, maka partai politik dipergunakan oleh para individu-individu untuk meraih kekuasaan. Memang benar, bahwa partai politik adalah mesin politik untuk dapat berpartisipasi dan meraih kekuasaan dalam proses pengelolaan Negara. Namun, ambisi meraih kekuasaan yang berasal dari kader-kader tertentu dalam sebuah partai politik telah mereduksi arti penting dari partai politik di Indonesia. Keadaan partai politik yang pada awalnya menjadi tumpuan untuk motor penggerak ide dan gagasan baru untuk sampai pada kesejahteraan rakyat telah berubah menjadi pertempuran egoisitas individu untuk berkuasa. Partai politik yang pada awalnya menjadi harapan besar lahirnya pemimpin-pemimpin bangsa yang berkualitas telah berubah menjadi arena “oportunis” kalangan eksternal untuk menunggu dipinang serta dicalonkan untuk menjadi legislatif atau eksekutif. Maka, bukan merupakan suatu masalah yang mengherankan ketika penilaian partai-politik di mata publik menjadi negatif. Belum lagi maraknya kasus korupsi politik yang diakibatkan oleh cost politik yang tinggi sehingga partai politik menjadi lumbung terciptanya bibit-bibit koruptor.3

Demokrasi merupakan kata yang senantiasa mengisi perbincangan lapisan masyarakat mulai dari masyarakat kelas bawah sampai masyarakat kelas elit, sebut saja tokoh masyarakat, politisi, mahasiswa, cendikiawan, dan seterusnya. Lebih dari itu, demokrasi diyakini sebagai salah satu alternatif sistem nilai yang berkembang dalam sendi kehidupan manusia dan masyarakat, bahkan Negara.4 Dari sudut

3 https://www.kompasiana.com/danial_darwis/552ae6706ea834b92f552d0c/partai-politik-di-indonesia- dan- permasalahanpermasalahan-yang-dihadapinya?page=all, diakses tanggal 8 agustus 2018.

4 Ubaidillah, Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000),hlm.161.

(11)

organisasi, demokrasi berarti pengorganisasian Negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di tangan rakyat.

Pendapat lain menyebutkan bahwa, demokrasi merupakan sistem politik yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil- wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas, prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.5

Pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan, ketika masyarakat dianggap apatis atau masa bodoh, selalu bergantung kepada penguasa atau pemimpin mereka, atau karena alasan- alasan yang pada akhirnnya, masyarakat hanya berperan sebagai obyek dalam kehidupan berpolitik dalam sistem penyelenggaraan Negara. Ketika demokrasi itu secara sederhana diartikan “ dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat”, maka keterlibatan rakyat dalam proses pengambilan keputusan untuk kebijaksanaan publik menjadi prasyarat. Sebab, jika tidak ada partisipasi rakyat, tidak akan ada “dari dan oleh rakyat”. Akan tetapi, rakyat tidak mungkin dapat terlibat dalam proses kebijaksanaan publik, ketika rakyat sangat apatis, masa bodoh, terpinggirkan, hanya sebagai pelengkap dalam sistem kenegaraan.6

Permendagri RI Nomor 7 Tahhun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat,dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan

5 Mahfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi (Yogyakarta: Gema Media, 1999), hlm. 8.

6 Ahmad Azizi Qodri, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Kehidupan Berdemokrasi Di Indonesia (Jakarta: Lemhannas, 2003) hlm.11.

(12)

kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 1 , ayat (8) ).7 Inti pengertian pemberdayaan masyarakat merupakan strategi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan oleh banyak elemen: pemerintah, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pers, partai politik, lembaga donor, aktoraktor masyarakat sipil, atau oleh organisasi masyarakat lokal sendiri. Birokrasi pemerintah tentu saja sangat strategis karena mempunyai banyak keunggulan dan kekuatan yang luar biasa ketimbang unsur-unsur lainnya: mempunyai dana, aparat yang banyak, kewenangan untuk membuat kerangka legal, kebijakan untuk pemberian layanan publik, dan lain-lain. Proses pemberdayaan bisa berlangsung lebih kuat, komprehensif dan berkelanjutan bila berbagai unsur tersebut membangun kemitraan dan jaringan yang didasarkan pada prinsip saling percaya dan menghormati8

Berdasarkan penelitian kepustakaan, proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan (Prijono, Onny, S, 1996) Pertama, proses pemberdayaan menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dilengkapi dengan upaya membangun aset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi. Kecenderungan pemberdayaan jenis ini disebut kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Kedua, kecenderungan

7 Permendagri RI Nomor 7 Tahhun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat (Bandung : Fokus Media,2007)

8 Sutoro Eko, Pemberdayaan Masyarakat Desa, Materi Diklat Pemberdayaan Masyarakat Desa, yang diselenggarakan Badan Diklat Provinsi Kaltim (Samarinda, Desember ,2002)

(13)

pemberdayaan yang dipengaruhi karya Paulo Freire yang memperkenalkan istilah konsientisasi (conscientization) (Freire,Paulo, 1972:13), Konsientasi merupakan suatu proses pemahaman dan penumbuhan kesadaran terhadap situasi yang sedang terjadi, baik dalam kaitannya dengan relasi-relasi politik, ekonomi, dan sosial.

Seseorang sudah berada dalam tahap konsientasi jika ia sanggup menganalisis masalah mereka, mengidentifikasi sebab-sebabnya, menetapkan prioritas dan memperoleh pengetahuan baru secara mandiri. Dalam kerangka ini, pemberdyaan diidentikkan dengan kemampuan individu untuk mengontrol lingkungannya9

Aktifitas partai politik bukan hanya menjelang pada saat pemilihan umum.

Melainkan partai politik juga memiliki kewajiban untuk melakukan kegiatan pemberdayaan konstituen partai maupun masyarakat umum. Kerja politik suatu partai harus diimbangi dengan dimensi pendidikan, serta peningkatan kualitas hidup setiap anak bangsa. Dukungan partai politik kepada pembangunan dan pengembangan sektor ekonomi masyarakat desa sebagai bagian dari sosialisasi politik. Hal ini dapat kita lihat dari muatan konsep sosialisasi meliputi partisipasi, rekrutmen dan komunikasi. Ketiga rangkaian tersebut dapat digulirkan sebagai awalan untuk mendorong pertumbuhan dan pengembangan sektor ekonomi masyarakat desa.

Partisipasi memenuhi unsur keterlibatan aktif dan keterwakilan. Setiap kalangan berperan aktif serta berinisiatif tanpa ada pemarjinalan maupun diskriminasi. Sejalan dengan itu, tahap komunikasi dapat dilakukan dengan efektif dalam membentuk

9 Zubaedi, Pengembangan Masyarakat : Wacana & Praktik (Jakarta : PT.Fajar Interpratama Mandiri,2013), hlm. 75.

(14)

pemahaman dan kesadaran terhadap tujuan bersama. Tidak ketinggalan, proses rekrutmen akan berjalan beriringan dengan proses regenerasi kepartaian.10

Melihat hal ini, perlu langkah hati-hati untuk meletakkan politik secara konsep kepartaian dengan konsep daya dukung pemberdayaan. Jika ada partai politik memiliki kegiatan maka hal itu dianggap sebagai cara partai mencari dukungan suara, dan menaikkan citra partai. Dengan kalimat lain, itu hanya bagian dari simulasi- simulasi kegiatan partai politik. Baudrillard menjelaskan simulasi merupakan proses reproduksi suatu kejadian, peristiwa yang menggambarkan sesuatu yang nyata dan utama. Tak jarang dalam simulasi, lakon atau peran yang dijalani melebihi realitas maupun fakta yang ada. Sehingga tidak bisa dibedakan mana aksi nyata dan sekedar tontonan. Apabila kita mengambil penjelasan Baudrillard maka terbuka makna perilaku yang terbentuk bisa mengarah pada tafsir aksi yang penuh dengan kepura- puraan. Pada kondisi seperti ini, baudrillard mengidentifikasi sebagai suatu kondisi hiperrealitas11

PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ) sebagai Partai Ideologis berasaskan Pancasila 1 Juni 1945, PDIP memiliki visi-misi menghimpun dan membangun kekuatan politik rakyat, memperjuangkan kepentingan rakyat di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya secara demokratis serta berjuang mendapatkan kekuasaan politik secara konstitusional guna mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.12

10 Rush, Michael dan Althoff, Phillip, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta: Rajawali Pers 2008), hlm.25.

11 George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Penerbit Kencana, 2004)

12 http://www.pdiperjuangan.or.id/, diakes 8 Agustus 2018

(15)

Perpektif-perspektif seperti diatas ini membuat penulis tertarik untuk membahas dan mengkaji lebih jauh tentang bagaimana peran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan di Desa Paya Geli, Deli Serdang, Sumatera Utara dan ini menarik untuk diteliti, sehingga penulis menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul: “Peran Partai Politik Dalam Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan (Studi Kasus : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di Desa Paya Geli, Deli Serdang, Sumatera Utara)”

Sehingga yang menjadi titik fokus dalam skripsi ini adalah lembaga pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang didirikan oleh partai PDIP tepatnya DPD PDIP Medan Sunggal di desa Paya Geli Kecamatan Sunggal dan bagaimana peran partai PDIP mendirikan lembaga tersebut untuk warga yang ada di desa Paya Geli.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam suatu penelitian, rumusan masalah menjadi landasan yang sangat penting dari sebuah penelitian karena akan memudahkan peneliti dalam proses pengumpulan dan analisis data. Permasalahan yang dibahas dari penelitian ini adalah:

1. Sejauh mana peran PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dalam melakukan ekonomi kerakyatan di desa Paya Geli, Deli Serdang, Sumatera Utara?

2. Apakah strategi yang dilakukan PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dalam melakukan pemberdayan ekonomi kerakyatan di desa Paya Geli, Deli Serdang, Sumatera Utara?

(16)

1.3 Batasan Masalah

Dalam melakukan penelitian ini, penulis perlu membuat pembatasan masalah terhadap masalah yang akan dibahas, supaya hasil penelitian yang diperoleh tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai, yaitu menjadi suatu karya tulis yang sistematis dan tidak melebar. Maka batasan masalah dalam penelitian ini penulis terfokus pada Peran dan strategi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi di Desa Paya Geli, Deli Serdang, Sumatera Utara.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana peran PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dalam melakukan ekonomi kerakyatan di desa Paya Geli, Deli Serdang, Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui apa strategi yang dilakukan PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dalam melakukan pemberdayan ekonomi kerakyatan di desa Paya Geli, Deli Serdang, Sumatera Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(17)

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu politik pada khususnya dalam kajian tentang peran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

2. Untuk menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa politik selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas ilmu pengetahuan.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Menjadi sumbangan pemikiran untuk kelembagaan akademisi dalam meningkatkan pemahaman tentang peran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

2. Untuk memberikan masukan – masukan kepada pihak – pihak atau lembaga – lembaga yang membutuhkannya, terutama bagi lembaga akademisi.

1.6 Kerangka Teori 1.6.1 Defenisi Peran

Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan pada peserta didik.13

Soekanto (1987: 221) menjelaskan, peran lebih banyak menunjukan pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Tepatnya adalah bahwa seseorang

13 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,2005), hlm. 854.

(18)

menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Dan apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan 14

Lebih lanjut Soerjono Soekanto (1987: 53) menjelaskan aspek-aspek peranan sebagai berikut:

a. Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi seseorang dalam masyarakat peranan, dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

b. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.15

Sedangkan menurut Poerwodarminta (1995: 571) “peran merupakan tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa”.

Berdasarkan pendapat Poerwadarminta maksud dari tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa tersebut merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : “Peran

14 Soekanto, Soerjono, Teori Peranan (Jakarta, Bumi Aksara,2002), hlm. 342.

15 ibid, hlm.342.

(19)

adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat”.16

Berdasarkan teori diatas, peranan dapat simpulkan sebagai suatu tindakan yang merupakan hak maupun kewajiban yang dilakukan dalam sebuah kondisi bermasyarakat. Jika dipahami dalam konteks peran partai politik, peran yang dimaksud merupakan sebuah status yang berupa tindakan untuk dapat dilaksanakan demi menjaga keseimbangan kehidupan bermasyarakat dan melaksanakan harapan- harapan masyarakat terhadap partai politik.

1.6.2 Partai Politik

Partai politik dalam dunia perpolitikan, khususnya dalam politik lokal akan mudah dipahami dengan mengerti terlebih dahulu definisi partai politik. Ada tiga teori yang mencoba menjelaskan asal usul partai politik. Pertama, teori kelembagaan yang melihat ada hubungan antara parlemen awal dan timbulnya partai politik, kedua, teori situasi historic yang melihat timbulnya partai politik sebagai upaya suatu sistem politik untuk mengatasi krisis yang ditimbulkan dengan perubahan masyarakat secara luas. Ketiga, teori pembangunan yang melihat partai politik sebagai produk modernisasi sosial ekonomi17

Partai politik pertama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partaipartai politik telah lahir secara

16 Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PT.Balai Pustaka,1995), hlm.571.

17 Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik (Jakarta :Gramedia Widya Sarana, 1992), hlm. 113.

(20)

spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat dan pemerintah. 18 Partai politik terlahir untuk mewujudkan suatu gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diikut sertakan dalam proses politik. Melalui partai politik inilah rakyat turut berpartisipasi dalam hal memperjuangkan dan menyalurkan aspirasi-aspirasinya atau kepentingan-kepentingannya. Dengan demikian, proses artikulasi kepentingan tersalurkan melalui partai politik.

Berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk wadah organisasi partai politik bisa menyatukan orang-orang yang mempunyai pikiran serupa sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa dikonsolidasikan. Dengan begitu pengaruh mereka bisa lebih besar dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan . 19Definisi partai politik telah dikemukakan oleh beberapa ahli politik, diantaranya :

1. Carl J. Friedrich mengataka bahwa Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil. (a political party is a group of human beings, stably organized with the objective of securing or maintaning for its leader the control of a goverment, with the futher objective of giving to

18 Sunggono, Bambang, Partai Politik Dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia. (Surabaya: PT Bina Ilmu,1992), hlm. 7.

19 Budiardjo, Miriam, , Dasar-Dasar Ilmu Politik ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,2010),hlm.403.

(21)

member of the party, through such control ideal and material benefits and advantages) 20

2. Sigmund Nemumann mengatakan bahwa Partai politik adalah organisasi dari aktifitas-aktifitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda (a political party is the articulate organization of society’s active political agent; those who are concerned with the control of govermental policy power, and who complete for popular support with other group or groups holding divergent view)21

3. Ramlan Surbakti mengatakan bahwa “partai politik merupakan sekelompok orang yang terorganisir secara rapi yang dipersatukan oleh persamaan ideologi yang bertujuan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemilihan umum guna melaksanakan alternative kebijakan yang telah mereka susun”. Alternatif kebijakan umum yang disusun ini merupakan hasil pemanduan berbagai kepentingan yang hidup dalam masyarakat, sedangkan cara mencari dan mempertahankan kekuasaan guna melaksanakan kebijakan umum dapat melalui pemilihan umum dan cara-cara lain yang sah.22

4. Huszar dan Stevenson mengatakan bahwa partai politik adalah sekelompok orang yang terorganisir serta berusaha untuk mengendalikan pemerintahan

20 ibid, Hlm. 404.

21 ibid, Hlm. 404.

22 Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Widya Sarana, 1992), hlm. 116.

(22)

agar dapat melaksanakan programnya dan menempatkan atau mendudukkan anggota-anggotanya dalam jabatan pemerintahan.23

5. Menurut RH Soltau, batasan partai politik dalam An Introduction to Politics ternyata sama dengan batasan yang diberikan oleh Raymond Garfield Gettel dalam Political Science. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah organisasi dengan mana orang ataupun golongan berusaha untuk memperoleh serta menggunakan kekuasaan.24

Dalam Undang-Undang No 2 Tahun 2008 tentang partai politik pasal 1 ayat 1, partai politik didefinisikan sebagai organisasi yg bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentigan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta mempelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam perspektif kelembagaan, partai politik adalah mata rantai yang menghubungkan antara rakyat dan pemerintah. Atau dalam bahasa lain, partai politik menjadi jembatan antara masyarakat sipil dengan pemerintah 25

Dari berbagai penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa partai politik merupakan sebuah organisasi yang dibentuk berdasarkan kumpulan orang-orang yang

23 Sukarna, Sistem Politik (Bandung: Penerbit Alumni,1981), hlm. 89.

24 Soelistyati Ismail Gani, Pengantar Ilmu Politik (Jakarta: Ghalia Indonesia,1984), hlm.112.

25 Cook, Timothy, E-Governing With The News : The News Media as a Political Institutions (Chicago : Chicago University Press,1998), hlm. 11.

(23)

memiliki kesamaan tujuan untuk mendapatkan sebuah kekuasaan dalam pemerintahan dan menjadi penghubung antara masyarakat sipil dengan pemerintah, yang memberikan informasi secara bottom up maupun top down.

1.6.3 Peran Partai Politik

Peran partai politik dirumuskan berdasarkan definisi peran dan definisi partai politik, yang kemudian dipermudah penentuannya dalam fungsi-fungsi partai politik.

Fungsi yang dilaksanakan partai politik menggambarkan peran yang sedang dilakukan partai politik. Adapun beberapa peran partai politik yang dapat dirumuskan berdasarkan fungsi fungsi partai politik adalah sebagai berikut:

Pertama, partai sebagai sarana komunikasi politik. Adalah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang.

Kedua, partai sebagai sarana sosialisasi politik. Di dalam ilmu politik, sosialisasi politik diartikan sebagai proses melalui mana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik. Biasanya proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari masa anak-anak sampai dewasa. Selain itu sosialisasi politik juga mencakup proses melalui manamasyarakat menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Ketiga, partai politik sebagai sarana rekrutmen. Partai politik melakukan seleksi dan pemilihan serta pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk

(24)

melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya.

Keempat, partisipasi politik. Partai politik sebagai wadah bagi warga negara dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan.

Kelima, partai politik sebagai pemandu kepentingan. Partai politik melakukan kegiatan menampung, menganalisis dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan menjadi beberapa alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik

Keenam, komunikasi politik, yaitu proses penyampaiaan informasi mengenai politik dari pemerintah kepada rakyat atau sebaliknya

Ketujuh, pengendalian konflik. Partai politik berfungsi mengendalikan konflik melalui dialog dengan pihak-pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirasi (cita-cita) dan kepentingan dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah dalam badan perwakilan rakyat (DPR) untuk mendapat penyelesaian berupa kepuitusan politik.

Berdasarkan fakta, tidak semua fungsi partai politik dilaksanakan dalam porsi besar dan tingkat keberhasilan yang sama. Tetapi semua fungsi dijalankan sesuai kepada sistem politik itu sendiri yang menjadi faktor yang melingkupi partai politik tersebut, tetapi juga ditentukan oleh faktor lain. Di antaranya yaitu berupa dukungan atau semangat yang diberikan anggota masyarakat terhadap partai politiknya.

(25)

Menurut pasal 11 ayat 1 dalam Undang-Undang Partai Politik. Partai Politik berfungsi sebagai sarana:

1. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

2. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat;

3. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;

4. Partisipasi politik warga negara Indonesia; dan

5. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.26

Dalam istilah Yves Meny dan Andrew Knapp, fungsi partai politik itu mencakup fungsi: 27

(i) mobilisasi dan integrasi,

(ii) sarana pembentukan pengaruh terhadap perilaku memilih (voting patterns);

(iii) sarana rekruitmen politik; dan

(iv) sarana elaborasi pilihan-pilihan kebijakan;

26 UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK & PERUBAHANNYA (2011), hlm. 14.

27 Meny, Yves and Andrew Knapp, Government and Politics in Western Europe: Britain (France, Italy, Germany, third edition : Oxford University Press, 1998).

(26)

Menurut Clark, partai politik juga memiliki peran penting untuk mengaitkan (linkage) antara rakyat dan pemerintahan. Paling tidak terdapat enam model keterkaitan yang diperankan parpol, yaitu 28:

1. participatory linkage ( hubungan paritisipan), yaitu ketika partai berperan sebagai agen dimana warga bisa berpartisipasi dalam politik.

2. Electoral linkage ( hubungan pemilih), dimana pemimpin partai mengontrol berbagai elemen dalam proses pemilihan.

3. Responsive linkage(hubungan timbal alik), yaitu ketika partai bertindak sebagai agen untuk meyakinkan bahwa pejabat pemerintah bertindak responsif terhadap pemilih.

4. Clientelistic linkage ( hubungan klien), yaitu pada saat partai bertindak sebagai sarana memperoleh suara.

5. Directive linkage(hubngan petunjuk), yaitu pada saat partai berkuasa mengontrol tindakan warga.

6. Organizational linkage (hubngan organisasi), yaitu pada saat terjadi hbungan antara elit partai dan elit organisasi dapat membolisasi atau “mengembosi”

dukungan suatu parpol.

Menurut Amin Ibrahim, mengenai peran parpol yang paling utama adalah memenuhi hakikatnya sebagai bagian terpenting dari inftrastruktur politik dan hakikatnya sebagai organisasi social politik yang bersifat sukarela, yaitu 29:

28 Clark, E. V, First Language Acquisition (Cambridge : Cambridge University Press, 2003), hlm.10

(27)

1. Peran sebagai mediator antara konstituennya ( masyarakat pada umnya) untuk menyalurkan aspirasi mereka kepada suprastruktur politik. Peran ini dilakukan melalui tindakan aktualisasi, yakni mengemas aspirasi tersebut secara nyata, menyatakannya diharpkan dapat membuat kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat tersebut.

2. Bentuk peran tersebut dapat saja dengan mengaktifkan fungsi-fungsi tersebut di atas secara nyata ( aksinya), seperti aksi-aksi partisipasi politik yang beraneka ragam dimensi dan intensitansya, kegiatan komunikasi politik, kampanye menjelang pemilu, dll.

3. Atas dasar keterkaitan antara fungsi dan peran tersebutlah, banyak pendapat yang tidak membedakan antara peran dan fungsi parpol, tetapi menyatukannya sebagai rangkaian yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain.

1.6.4 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan secara konseptual, berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.30

29 Ibrahim, Amin, Pokok-pokok Pengantar Ilmu Politik (Bandung : Penerbit CV Mandar Maju,2009)

30 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama,2002),hlm. 57.

(28)

Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Logika ini didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa memiliki daya. Setiap masyarakat pasti memiliki daya, akan tetapi kadang-kadang mereka tidak menyadari atau daya tersebut masih belum diketahui secara eksplisit. Oleh karena itu daya harus digali dan kemudian dikembangkan. Jika asumsi ini berkembang maka pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya, dengan cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Di samping itu hendaknya pemberdayaan jangan menjebak masyarakat dalam perangkap ketergantungan (charity), pemberdayaan sebaliknya harus mengantarkan pada proses kemandirian.31

Menurut Jim Ife (1995:182) ,pemberdayaan adalah memberikan sumber daya, kesempatan , pengetahuan dan keterampilan kepada warga untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menemukan masa depannya sendiri dan berpartisipasi dalam dan memengaruhi kehidupan dari masyarakatnya.32

Sementara itu, World Bank mengartikan pemberdayan sebagai perluasan aset dan kemampuan masyarakat miskin dalam menegoisasikan dengan, memengaruhi,

31 Winarni, Tri, Memahami Pemberdyaan Masyarakat Desa Partisipatif dalam Orientasi Pembangunan Masyarakat Desa menyongsong abad 21: menuju Pemberdayaan Pelayanan Masyarakat( Yogyakarta: Aditya Media,1998), hlm .76.

32 Zubaedi, Pengembangan Masyarakat : Wacana & Praktik (Jakarta : PT.Fajar Interpratama Mandiri,2013), hlm. 75.

(29)

mengontrol, dan mengendalikan tanggung jawab lembaga-lembaga yang memengaruhi kehidupannya.33

Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan sama atau menyatu satu sama lain karena mereka saling berbagi identitas, kepentingan- kepentingan yang sama, perasaan memiliki, dan biasanya satu tempat yan sama. Ada beberapa fungsi msyarakat: keamanan publik, sosialisasi, wadah dukungan bersama, atau gotong royong, control sosial, organisasi dan partisipasi politik34

Dengan demikian Pemberdayaan masyarakat secara lugas dapat diartikan sebagai suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat melalui pegembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat , dan pengorganisasian masyarakat.

Berkenaan dengan pemaknaan konsep pemberdayaan masyarakat, Winarni mengungkapkan bahwa inti dari pemberdayaan adalah meliputi tiga hal yaitu pengembangan, (enabling), memperkuat potensi atau daya (empowering), terciptanya kemandirian.35

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people centred, participatory, empowering, and

33 ibid

34 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2002),hlm. 60.

35 Winarni, Tri. 1998. Memahami Pemberdyaan Masyarakat Desa Partisipatif dalam Orientasi Pembangunan Masyarakat Desa menyongsong abad 21: menuju Pemberdayaan Pelayanan Masyarakat (Yogyakarta: Aditya Media,1998), hlm .75.

(30)

sustainable” (Chambers, 1995). Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu. Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang antara lain oleh Friedman (1992) disebut sebagai alternative development, yang menghendaki ‘inclusive democracy, appropriate economic growth, gender equality and intergenerational equaty”.36

Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu:37 pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih

36 Kartasasmita, Ginanjar, Pemberdayaan Masyarakat (Yogyakarta: Lembaga Pengabdian KepadaMasyarakat Universitas Gadjah Mada,1997)

37 Sumodiningrat , Gunawan, Memberdayakan Masyarakat (Jakarta: Perencana kencana Nusadwina ,2002)

(31)

positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana.

Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata- pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern,seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya. Yang terpenting disini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, pengamalan demokrasi.

Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil

(32)

dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.

Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertikarkan dengan pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.

Manusia yang berdaya adalah manusia yang mampu menjalankan harkat martabatnya sebagai manusia, merdeka dalam bertindak sebagai manusia dengan didasari akal sehat serta hati nurani. Artinya manusia tidak harus terbelenggu oleh lingkungan, akan tetapi semata-mata menjadikan nilai-nilai luhur kemanusiaan sebagai kontrol terhadap sikap perilakunya. Manusia dikaruniai hati nurani, sehingga mempunyai sifat-sifat baik dalam dirinya sesuai dengan fitrahnya. Wujud dari keberdayaan sejati adalah kepedulian, kejujuran, bertindak adil, tidak mementingkan diri sendiri, dan sifat-sifat baik lainnya. Manusiamanusia berdaya tidak akan merusak dan merugikan orang lain, tetapi memberikan cinta kasih yang ada pada dirinya kepada orang lain dengan tulus sehingga hidupnya bermakna bagi dirinya dan memberikan manfaat untuk lingkungannya. Terciptanya komunitas yang berdaya

(33)

akan dapat menanggulangi kemiskinan yang diakibatkan oleh lunturnya nilai-nilai kemanusiaan.38

Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan masyarakat"

apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek. Di sini subyek merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat (bahasa Inggris: beneficiaries) atau obyek saja.39

1.6.5 Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan

Setelah Indonesia merdeka, dan merumuskan UUD, maka masuklah sistem ekonomi kerakyatan dalam UUD 1945. Bahkan dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila butir-butirnya menggambarkan konsep ekonomi kerakyatan. Tidak berlebihan jika ekonomi kerakyatan merupakan terminologi Bung Hatta setelah kolonial Hindia Belanda hengkang dari Tanah Pertiwi . Pada saat itu kaum pribumi secara strata sosial berada di garis paling bawah. Dibangunnya ekonomi kerakyatan sebagai langkah untuk menjadikan kaum pribumi menjadi tuan di negeri sendiri.

Kerja keras Bung Hatta, dapat menghantarkan sistem ekonomi kerakyatan ke ranah konstitusi Republik Indonesia yang dituangkan dalam pasal 33 UUD 1945, yang rinciannya, (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak (harus) harus dikuasai oleh negara. (3) Bumi,

38 Febrina,Erni. “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Bidang Ekonomi Untuk Mewujudkan Ekonomi Nasional yang Tangguh dan Mandiri”.Mei 2012. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol.3, No.2, Hlm.79

39 Arief Budiman , Pembangunan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (Jakarta:Rajawali,1985), hlm.

124.

(34)

air, dan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.40

Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dalam proses pembangunan. Sistem ekonomi kerakyatan mencakup administrasi pembangunan nasional mulai dari sistem perencanaan hingga pemantauan dan pelaporan. Sesungguhnya ekonomi kerakyatan adalah demokrasi ekonomi yang dikembangkan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 khususnya Pasal 33 beserta penjelasannya yang menyatakan “Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang per orang. Sebab itu perekonomian disusun sebagaiusaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan.41

Swasono mengatakan bahwa pemberdayaan ekonomi kerakyatan mengandung maksud pembangunan ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai agenda utama pem bangunan nasional sehingga langkah-langkah yang nyata harus diupayakan agar pertumbuhan ekonomi rakyat berlangsung dengan cepat. Dengan adanya pemberdayaan ekonomi masyarakat maka diharapkan dapat meningkat-kan kehidupan masyarakat kearah kehidupan yang lebih baik.42

40Apipudin. ”Ekonomi Kerakyatan Reinkarnasi Ekonomi Shariah”. Hlm.5, http://apipudin.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/3072/Ekonomi+Kerakyatan+Apipudin.pdf.

22 Februari 2019

41Natalia, Artha.“Strategi Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan”. Desember 2015.

Intregritas.Vol.1,No.4, Hlm.2-3

42 Cornelis Rintuh dan Miar, M.S, Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat. Edisi Pertama (Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta,2005), hlm. 84.

(35)

Kehidupan yang lebih baik menurut Goulet pada dasarnya meliputi:

kebutuhan hidup, kebutuhan harga diri, kebutuhan kebebasan. Oleh karena itu, ahli ekonomi mengemukakan bahwa sasaran pemberdayaan ekonomi masyarakat yang minimal dan harus mengutamakan apa yang disebut keperluan mutlak, syarat minimum untuk mmenuhi kebutuhan pokok serta kebutuhan dasar.43

Mubyarto dan Sri Edi Swasono menyebut ekonomi kerakyatan itu dengan istilah Sistem Ekonomi Pancasila. Menurut Mubyarto (2009), sistem ekonomi Pancasila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut44:

1. Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial dan moral.

2. Kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah keadaan pemerataan sosial (egalitarianisme), sesuai asas-asas kemanusiaan.

3. Prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional yang tangguh, yang berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijaksanaan ekonomi.

4. Koperasi merupakan soko guru perekonomian dan merupakan bentuk paling kongkret dari usaha bersama.

5. Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat nasional dengan desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi untuk menjamin keadilan sosial

Ada 5 garis besar yang meliputi sasaran pokok ekonomi kerakyatan , yaitu45:

43 Suryana, Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, Edisi Ketiga (Jakarta:

Penerbit Salemba, 2006),hlm. 6.

44 S,Marojohan. “Pengembangan Sistem Ekonomi Kerakyatan Dalam Perspektif Negara Hukum kesejahteraan Berdasarkan UUD 1945”. Februari 2012. Jurnal wawasan Hukum. Vol.26, No.1, Hlm.10.

(36)

1. Tersedianya peluang kerja dan penghidupan yang layak bagi seluruh anggota masyarakat.

2. Terselenggaranya sistem jaminan sosial bagi anggota masyarakat yang membutuhkan, terutama fakir miskin dan anak-anak terlantar.

3. Terdistribusikannya kepemilikan modal material secara relatif merata di antara anggota masyarakat.

4. Terselenggaranya pendidikan nasional secara cuma-cuma bagi setiap anggota masyarakat.

5. Terjaminnya kemerdekaan setiap anggota masyarakat untuk mendirikan dan menjadi anggota serikat-serikat ekonomi.

1.6.6 Strategi Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan

Strategi adalah cara untuk mengerahkan tenaga,dana, daya, dan peralatan yang dimiliki gunamencapai tujuan yang ditetapkan. Arti pemberdayaanmasyarakat itu sendiri adalah suatu proses yangmengembangkan dan memperkuat kemampuanmasyarakat untuk terus terlibat dalam prosespembangunan yang berlangsung secara dinamissehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalahyang dihadapi serta dapat mengambil keputusansecara bebas (independent) dan mandiri46

45 Natalia,Artha.”Ekonomi Kerakyatan Sebagai Paradigma dan Strategi Baru Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia”. Januari 2016. Jurnal Ilmiah Research Sains. Vol.2, No.1, Hlm.4

46 Hadiyanti, Puji. “Penerapan Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keterampilan Produktif di PKBM Rawasari”. Desember 2011. Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI. Vol.6, No.2, Hlm.127

(37)

Menurut Sumidiningrat, konsep pemberdayaan ekonomi secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut:47

1. Perekonomian rakyat adalah pereknomian yang diselenggarakan oleh rakyat.

Perekonomian yang deselenggarakan oleh rakyat adalah bahwa perekonomian nasional yang berakar pada potensi dan kekuatan masyarakat secara luas untuk menjalankan roda perekonomian mereka sendiri. Pengertian rakyat adalah semua warga negara.

2. Pemberdayaan ekonomi rakyat adalah usaha untuk menjadikan ekonomi yang kuat, besar, modern, dan berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar yang benar. Karena kendala pengembangan ekonomi rakyat adalah kendala struktural, maka pemberdayaan ekonomi rakyat harus dilakukan melalui perubahan struktural.

3. Perubahan struktural yang dimaksud adalah perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi kuat, dari ekonomi subsisten ke ekonomi pasar, dari ketergantungan ke kemandirian.

Langkah-langkah proses perubahan struktur, meliputi: (1) pengalokasian sumber pemberdayaan sumberdaya; (2) penguatan kelembagaan; (3) penguasaan teknologi; dan (4) pemberdayaan sumberdaya manusia.

4. Pemberdayaan ekonomi rakyat, tidak cukup hanya dengan peningkatan produktivitas, memberikan kesempatan berusaha yang sama, dan hanya memberikan suntikan modal sebagai stumulan, tetapi harus dijamin adanya

47 Sumidiningrat, Gunawan, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial (Jakarta : Gramedia,1999), Hlm.30

(38)

kerjasama dan kemitraan yang erat antara yang telah maju dengan yang masih lemah dan belum berkembang.

5. Kebijakannya dalam pembedayaan ekonomi rakyat adalah: (1) pemberian peluang atau akses yang lebih besar kepada aset produksi (khususnya modal);

(2) memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat, agar pelaku ekonomi rakyat bukan sekadar price taker; (3) pelayanan pendidikan dan kesehatan; (4) penguatan industri kecil; (5) mendorong munculnya wirausaha baru; dan (6) pemerataan spasial

6. Kegiatan pemberdayaan masyarakat mencakup: (1) peningkatan akses bantuan modal usaha; (2) peningkatan akses pengembangan SDM; dan (3) peningkatan akses ke sarana dan prasarana yang mendukung langsung sosial ekonomi masyarakat lokal.

Ada beberapa strategi atau upaya yang harus diperhatikan dalam merealisasikan atau mengembangkan ekonomi kerakyatan agar terlaksana dengan baik, yaitu:48

1. Melakukan identifikasi terhadap pelaku ekonomi, seperti koperasi, usahakecil, petani dan kelompok tani mengenai potensi dan pengembanganusahanya.

2. Melakukan program pembinaan terhadap pelaku-pelaku tersebut melaluiprogram pendamping.

48 Zulkarnain, Membangun Ekonomi Rakyat:Persepsi Tentang Pemberdayaan EkonomiRakyat (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2003),Hlm.14

(39)

3. Program pendidikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan mereka pada saatmengembangkan usaha

4. Melakukan koordinasidan evaluasi kepada yang terlibat dalam prosespembinaan, baik pembinaan terhadap permodalan, SDM, Pasar, informasipasar, maupun penerapan teknologi.

Sedangkan menurut Mubyarto (1997), strategi pemberdayaan ekonomi rakyat dapat dilihat dari tiga sisi yaitu :49

Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Asumsinya, setiap manusia dan kelompok manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya.

Kedua, memperkuat potensi ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat itu.

Upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, pencerahan , peningkatan derajat kesehatan serta terbukanya kesempatan untuk memanfaatkan peluang ekonomi.

Ketiga,melindungi rakyat dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta mencegah eksploitasi golongan ekonomi yang kuat atas yang lemah.

49 Indra, Ismawan, Sukses di Era Ekonomi Liberal bagi Koperasi dan Perusahaan Kecil Menengah (Jakarta : PT. Grasindo, 2001), Hlm.97

(40)

1.7 Metode Penelitian

Suatu penelitian memerlukan metode untuk mendapatkan data yang akurat, sehingga dapat diuji kebenarannya.Ini juga bertujuan untuk mempermudah mendapatkan data yang berkenaan dengan masalah yang sedang dibahas, sehingga penelitian berjalan sesuai dengan yang diharapkan.Metode dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat esensial, sebab dengan adanya metode, akan dapat memperlancar penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode :

1.7.1 Jenis dan Sifat Penelitian a. Jenis Penelitian

Dalam menyusun skripsi ini penulis menggunkan metode yang bersifat deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan memberikan gambaran terhadap keadaan seseorang, lembaga, atau masyarakat sekarang ini, berdasarkan faktor-faktor, latar belakang pendidikan yang nampak dalam situasi yang diselidiki.

b. Sifat Penelitian

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan atau melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Nawawi dan Martini (1996: 73).

Penelitian deskriptif kualitatif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 50

50 Mukhtar. Metode Penelitian Deskriftif Kualitatif (Jakarta : GP Press Group,2013),hlm. 28.

(41)

1.7.2 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi ataupun sampel seperti dalam penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan atau permasalahan.

Menurut Suyanto , Informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu : 51 1. Informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi

pokok yang diperlukan dalam penelitian

2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti

3. Informan tambahan, merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi yang diteliti.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menggunakan informan kunci, informan utama, dan informan tambahan dalam penelitian ini yaitu :

1. Informan kunci yaitu Bapak Sugianto Makmur sebagai Bendahara Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Desa Paya Geli.

51Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial (Jakarata : Kencana Prenanda Media Group,2005), Hlm.172

(42)

2. Informan tambahan yaitu Ibu Siti Aminah Perangin-Angin dan Bapak Juphiter Ginting selaku Ketua dan Wakil Sekretaris Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Desa Paya Geli, Sunggal.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau teknik) menunjukkan suatu data yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: wawancara, pengamatan, dan lainnya.

Dan peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan tergantung dari masalah yang dihadapi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Wawancara

Yaitu proses tanya jawab yang dilakukan oleh penulis kepada Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDIP) dan masyarakat sekitar yang ada di Desa Paya Geli, Deli Serdang, Sumatera Utara, wawancara digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih jelas dan akurat berkaitan dengan hal yang diteliti. 52

b. Observasi ( Penelitian Lapangan)

Peneliti mengadakan pengamatan secara langsung ke lapangan, hal ini dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang

52 Metedologi Penelitian Sosial, Terapan dan Kebijaksanaan (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah,2000), hlm. 39.

(43)

terjadi di lapangan.

c. Dokumentasi

Pengumpulan data-data sekunder didapatkan dari berbagai sumber tertulis seperti arsip, dokumen resmi, foto, data statistik dan sejenisnya yang diharapkan dapat mendukung analisis penelitian.

1.7.4 Teknik Analisi Data

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis secara kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data di lapangan sacara berkesinambungan. Diawali dengan proses klarifikasi data agar tercapai konsistensi di lapangan dengan langkah abstrkaksi-abstraksi teoritis terhadap informas di lapangan, dengan mempertimbangkan, menghasilkan pernyataan-pernyataan yang sangat memungkinkan yang dianggap mendasar dan universal.53

1.8 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II :SEKILAS TENTANG PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN

Bab ini berisi tentang Sekilas Tentang Partai Demokrasi Indonesia

53 Burhan Bagin, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo,2004) Cet. Ke-3, hlm. 101.

Referensi

Dokumen terkait

Berangkat dari keadaan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut bagaimana strategi marketing politik partai PDI Perjuangan dalam upaya mendapatkan suara

Pancasila Partai Indonesia Baru, Partai Kristen Indonesia, PNI Supeni, Partai Aliansi Demokrasi, PDI Perjuangan, Partai Abul Yatama, Partai Kebangkitan Merdeka, Partai

Peran Partai Politik dalam Kebijakan Pendidikan (Studi Kasus Peran PDI Perjuangan Kabupaten Batang dalam Program Insentif Guru Madrasah Diniyah Kabupaten Batang, Jawa

Pancasila Partai Indonesia Baru, Partai Kristen Indonesia, PNI Supeni, Partai Aliansi Demokrasi, PDI Perjuangan, Partai Abul Yatama, Partai Kebangkitan Merdeka, Partai

Bila memungkinkan Partai (PDI Perjuangan) dapat mengusung calonnya sendiri. Pandangan DPP Partai Gerindra dengan terbatasnya kesempatan partai politik yang tidak memenuhi

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, Model Perencanaan Komunikasi Pemerintahan Kecamatan Padang Tualang Dalam Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan memiliki

Pemilu pasca Orde Baru kemudian melahirkan kekuatan politik kepartaian yang berbasis aliran yang disebut partai sekuler yaitu PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Demokrat,

Bila dikaji secara mendalam, konsep ekonomi kerakyatan berdasarkan Program Perencanaan Nasional 2000-2004, merupakan penjabaran yang lebih operasional dalam rangka