• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PARTAI POLITIK DALAM PENGKADERAN DAN PENETAPAN CALON LEGISLATIF DALAM PEMILIHAN UMUM 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERANAN PARTAI POLITIK DALAM PENGKADERAN DAN PENETAPAN CALON LEGISLATIF DALAM PEMILIHAN UMUM 2019"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PARTAI POLITIK DALAM PENGKADERAN DAN PENETAPAN CALON LEGISLATIF DALAM PEMILIHAN UMUM 2019

(Studi Kajian : DPC. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Simalungun)

EVA SIHOMBING 150906053

Dosen Pembimbing : Drs.Tony P Situmorang, M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Medan 2019

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

EVA SIHOMBING (150906053)

PERANAN PARTAI POLITIK DALAM PENGKADERAN DAN PENETAPAN CALON LEGISLATIF DALAM PEMILIHAN UMUM 2019 (STUDI KAJIAN : DPC. PDI PERJUANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN)

Rincian isi Skripsi : 94 halaman, 13 buku, 2 skripsi, 2 jurnal

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba untuk membahad san menjelaskan tentang partai politik yang merupakan sebuah organisasi yang berperan untuk mempersiapkan kader atau anggota yang siap untuk memperjuangkan hak-hak atau menyampaikan aspirasi masyarakat di pemerintahan. Sehingga untuk itu ada proses dan tahapan- tahapn yang dikerjakan oleh partai politik secara struktural. Dalam tahapannya, mulai dari melakukan rekrutmen terhadap anggota baru partai, kemudian pembobotan anggota atau kader bahkan sampai kepada tahapan penetapan calon legislatif yang di usulkan oleh partai melalui keputusan Dewan Pimpinan Pusat Partai bekerja sama dengan Dewan Pimpinan Cabang Partai tetap mengupayakan untuk menjalankan setiap prosesnya dengan baik. Sehingga partai politik secara organisasi serta calon legislatif yang ditetapkan oleh partai baik itu kader maupun tokoh masyarakat yang diboboti oleh partai dipercayai dapat, diyakini oleh masyarakat dan memperoleh simpatik atau respon yang positif dari masyarakat secara umum disamping banyaknya partai atau calon legislatif yang juga berusaha untuk menarik perhatian masyarakat.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode kualitatif.Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan melalui penjelasan tentang objek dan fenomena yang dikaji oleh peneliti.Termasuk didalamnya bagaiamana unsur-unsur atau komponen yang terkait didalamnya saling berkaitan, berpengaruh sehingga satu kesatuan dapat berinteraksi dengan baik dan memiliki hasil diperoleh semaksimal mungkin atau sesuai dengan yang diharapkan.

(3)

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Partai PDI Perjuangan dalam menjalankan fungsinya khusunya dalam bidang kaderisasi dan penetapan calon legislatif telah dijalankan dengan baik dan maksimal, sehingga dalam pemilihan umum yang telah terselenggara pada 17 April 2019 lalu partai politik ini memperoleh peningkatan hasil dibandingkan pemilihan umum yang sebelumnya.

Kata Kunci : Partai Politik, PDI Perjuangan, Pengkaderan , Calon Legislatife, Pemilihan Umum.

(4)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT O POLITICAL SCIENCE

EVA SIHOMBING (150906053)

THE ROLE OF POLITICAL PARTIES IN THE FORMATION AND ESTABLISHENT OF LEGISLATIVE CANDIDATES IN THE 2019 GENERAL ELECTION ( CASE STUDY : BRANCH LEADERSHIP COUNCIL OF THE INDONESIAN DEMOCRATIC PARTY OF STRUGGLE, SIMALUNGUN DISTRICT)

Detail of skripsi :

ABSTRACT

This research tries to discuss and explain political parties which are an organization whose role is to prepare cadres or member who are ready to fight for rights or convey the aspiration of the people in the government. So that there is a process and stages carried out by political parties structurally. In the stages, starting from recruiting new party members, then weighting members or cadres up to the stage of determining the legislative candidates proposed by the party through the deision of the Party Leadership Council in collaboration with the Branch Leadership Council. The party still strives to ruun every process properly.

So that political parties in organizations and legislative candidates determined by political parties, both cadres and community leaders who are weighted by the party can be trusted, trusted by the community and obtain a shympathetic or positive response from the public in general in addition to the many parties or legislative candidates who also try to attract the attention of the public.

This research type is descriptive with qualitative methods. Descriptive research is research conducted with the aim of describing through an explanation of the objects and phenomena exmined by the researcher. Including how the elements or components related to it are interrelated, influential so that one unit can interact well and obtain maximum results or as expected.

The results of this study concluded that the PDI Perjuangan party incarrying out its functions, especially in the field of regeneration and the determination of candidates for thr legislature, had been implemented well and maximally, so that in the general elections held on 17April 2019 the political parties had increased results ccompared to the previous elections.

Keywords : Political Parties, PDI Perjuangan, Cadre, Legislative Candidates, and General Elections.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur serta kemuliaan bagi Yesus Kristus Anak Allah yang memberkati, menuntun penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan studi melalui penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas segala keperkasaanNya yang senantiasa memberikan sukacita melalui Muzijat yang selalu penulis rasakan selama menjalani proses perkuliahan, ketika memulai untuk menjadi seorang mahasiswa di Departemen Ilmu Politik-FISIP-USU Tuhan berkarya dalam pembaharuan hidup bagi penulis bahkan Tuhan boleh mengijinkan penulis untuk mengakhiri masa studi ini.

Skripsi ini berjudul “Peranan Partai Politik dalam Pengkaderan dan Penetapan Calon Legislatif dalam Pemilihan Umum 2019 (Studi Kajian : DPC.

PDI Perjuangan Kabuapten Siamlungun)”, skripsi ini membahas dan menjelaskan bagaimana Partai Politik khususnya PDI Perjuangan yang ada di Kabupaten Simalungun mempersiapkan kader yang menjadi calon legislatif yang nantinya menjadi bagian dari pejabat publik di kursi parlemen. Dalam skripsi ini akan diketahui bagaimana keseriusan partai untuk ikut sebagai agen yang berperan untuk memajukan kualitas para elit politik yang menjadi tumpuan masyarakat menyampaikan harapan-harapanya.

Penulis sungguh bersyukur dan berterimaksih ketika telah memutuskan untuk melakukan penelitian dapat menyelesaikannya dengan baik. Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih kepada:

(6)

1. Orangtua yang sudah melahirkan, membesarkan dan menyekolahkan, hingga saat ini tetap menjadi salah satu penyemangat bahkan setelah kepergian Bapak tercinta pada Tahun 2014 semakin memotivasi penulis untuk lebih baik, semoga Mama tercinta nantinya boleh menikmati dan selalu mendoakan masa depan penulis.

2. Terimakasih juga kepada semua abang, kakak, adik dan juga semua kakak ipar saya (Jon Edy Sabardin Saragih, Jenal Saragih, Jon Hepri Anto Saragih, James Saragih, Riyanti Saragih, Yenro Sihombing, Sorta Marbun, Eva Simangunsong, Lusi Ana Sitepu, dan Riyanto Simanjuntk) bahkan terimakasih kepada seluruh keponakan yang sehari-hari boleh menghibur dan juga menjadi inspirasi penulis (Charlos Saragih, Chelsia Saragih, Hizkia Saragih, Joice Saragih, Maria Saragih, Fanny Saragih, Anjelus Saragih, Grace Saragih, Putra Simanjuntak, Rebecca Simanjuntak, Ester Simanjuntak dan Rivaldi Simanjuntak).

3. Terimakasih kepada seluruh Dosen dan Staf/Pegawai di Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Khususnya bagi Pak Drs.Tony P. Situmorang, M.Si sebagai dosen pembimbing penulis dan Pak Warjio, Ph.D sebaga Ketua Jurusan Ilmu Politik.

4. Terimakasih kepada Joni Bastian Sidabalok, yang senantiasa setia untuk memotivasi, menemani dan mendukung dalam setiap hal yang penulis lalui selama perkuliahan.

(7)

5. Terimakasih kepada IMAS-USU, salah satu Organisasi yang sangat mendukung penulis melalui seluruh anggotanya yang dapat menghantarkan dan membantu penulis untuk menikmati setiap hal dalam masa perkuliahan.

6. Terimakasih kepada Rekan Juang dalam Dewan Pengurus Organisasi (DPO) IMAS-USU Periode 2017/2018 yang juga memberi semangat dan dukungan bagi penulis juga membantu untuk dapat menikmati setiap proses. (Andhika Patrio Purba, Ray B A Sitanggang, Dina R Saragih, Gemini Arja Saragih, Ferdinan Simarmata, Soni F Saragih, Jhon Elif Saragih, Herlina Girsang dan Sophia H Manurung).

7. Terimakasih kepada Adek asuh ku di IMAS-USU semoga dapat menyelasaikan masa studinya dengan baik dan tepat waktu (Miralda Saragih : Matematika-USU, Okto Reynaldo Purba : STAN).

8. Terimakasih kepada orang tua dan teman yang juga memotivasi penulis di Kos Pelita No. 19 ( Abriani Siahaan, Siska M Sitanggang, Marta Silitonga, Andre Manurung, Dedy Nababan, Risdearma Sinaga, Heri Simanjuntak, Budi Naibaho, Yoki, dan Miftah).

9. Terimakasih kepada Kelompok Kecil “Ekaptha Tryferos” yang selalu setia mendukung dan mendoakan penulis (Kak Sry Sihotang, Yohansen Gultom, Vebisani Sitorus, Jekonia Tarigan, dan Daud Siahaan)

10. Terimakasih kepada Super Girl , wanita-wanita yang selalu memotivasi penulis dan setia dalam mendukung sejak masa kanak-kanak hingga saat

(8)

ini dan semoga untuk selamanya (Ronika Saragih dan Vanny Apriella Sumbayak).

11. Terimakasih kepada Rekan-rekan seperjuangan Politik 2015, semoga semuanya dapat menyelesaikan masa studi masing-masing dengan baik.

12. Terimakasih kepada seluruh teman-teman yang selama ini berperan sebagai inspirator penulis yang tidak dapat saya sebutan satu persatu, semoga Tuhan yang selalu menyertai dan memberi mujizatnya untuk kita semua.

Penulis menyadari dari setiap yang telah dikerjakan, bahkan dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan.Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat untuk penelitian berikutnya.

(9)

DAFTAR ISI

Abstrak ………i

Kata Pengantar ………iii

DAFTAR ISI ... viii

BAB 1... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 15

1.3 Batasan Masalah ... 16

1.4 Tujuan Penelitian ... 16

1.5 Manfaat Penelitian ... 17

1.6 Kerangka Teori ... 18

1.6.1 Teori Partai Politik ... 18

1.6.2 Teori Demokrasi ... 24

1.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operaasional ... 29

1.7.1 Defenisi Konsep ... 29

1.7.2 Defenisi Operasional ... 30

1.8 Metodologi Penelitian ... 32

1.8.1 Jenis Penelitian ... 32

1.8.2 Objek Penelitian ... 32

1.9 Teknik Pengumpulan Data ... 32

1.9.1 Data Primer ... 33

1.10 Sistematika Penulisan ... 34

BAB II ... 35

PROFIL DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDIP) KABUPATEN SIMALUNGUN ... 35

2.1 Sejarah Singkat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ... 35

2.1.1 Kepengurusan Partai PDI-Perjuangan ... 37

2.2 Deskripsi tentang Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kabupaten Simalungun ... 40

2.3 Keanggotaan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kabupaten Simalungun ... 49

(10)

2.3.1 Kewajiban dan Hak Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan (PDIP) Simalungun ... 50

PENGKADERAN DAN PENETAPAN CALON LEGISLATIF DALAM PEMILIHAN UMUM 2019 OLEH DPC PDI PERJUANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN ... 59

3.1 Sistem Kaderisasi Partai PDI Perjuangan ... 59

3.2 Proses dan Tahapan Penetapan Calon Legislatif... 64

BAB IV ... 86

PENUTUP DAN SARAN ... 87

4.1 Kesimpulan ... 87

4.2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengkaderan merupakan salah satu fungsi partai politik, yang harus menjadi bukti dan sebagai bentuk pertanggugjawaban nyata dari kinerja partai politik di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan negara. Pengkaderan adalah bagian dari pendidikan politik terhadap anggota yang telah berhasil direkrut menjadi bagian dari anggota partai politik.Sebagaimana fungsi partai politik dibentuk untuk menjalankan kekuasaan politik, ketika membentuk pemerintahan atau ketika partai politik sebagai oposisi di dalam pemerintahan.Singkatnya dapat dipahami bahwa seorang kader politik pasti anggota partai yang telah memperoleh pendidikan dan pembobotan politik selama menjadi anggota partai politik, tetapi seorang anggota belum tentu sebagai kader jika hanya terdaftar sebagai anggota tetapi belum menerima pendidikan atau pembobotan politik.

Kader diperoleh melalui kaderisasi yang mengandung makna sebagai suatu proses membentuk dan mempersiapkan tenaga-tenaga potensial militan yang terlatih dan terdidik untuk mengarahkan serta menggerakkan berbagai kekuatan/sumber daya, juga mampu memimpin dan melaksanakan tugas-tugas pencapaian misi organisasi secara optimal dimanapun berada, dengan penuh dedikasi, semangat dan tanggap terhadap situasi yang ada. Kandidat atau tokoh yang dipersiapkan oleh partai politik sebagai pengusung ataupun koalisi untuk menduduki jabatan strategis yang dituju disebut dengan “kader”, istilah kader

(12)

berasal dari bahasa inggris Cadre, yaitu sebutan yang diberikan kepada seseorang yang karena berbagai kelebihan atau potensi yang dimiliki dipandang mampu sebagai kandidat untuk memegang jabatan penting atau strategis di masa-masa mendatang.1Kader yang dilahirkan dengan proses ini dapat berjenis kader formal dan kader informal yang masing-masing memiliki kualifikasi sendiri.2Kader formal dibentuk melalui upaya-upaya yang secara sengaja dilakukan oleh organisasi, sedangkan kader informal adalah kader yang dipersiapkan atau dibentuk seseorang oleh orang per orang.

Permasalahan saat ini adalah, kader-kader yang telah menjabat dan menduduki posisi strategis di pemerintahan Indonesia banyak yang belum sesuai dengan kriteria kader yang seharusnya, atau belum sesuai dengan kualifikasi dan defenisi kader itu sendiri. Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa banyak kader yang sejauh ini menciderai citra politik dan merusak makna politik yang sesungguhnnya dengan melanggar salah satu atau beberapa ketetapan yang telah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Dasar yang berlaku di Indonesia, hal-hal demikian yang kemudian membuat masyarakat hilang kepercayaan akan kader- kader selanjutnnya untuk menempati posisi atau berniat menempati kursi pemerintahan. Pelanggaran atau kasus yang sejauh ini banyak menghampiri para pejabat publik misalnya KKN (korupsi, Kolusi dan Nepotisme), Politik Uang (money politic) ada juga yang terlibatkasus Narkoba dan kasus-kasus pidanalainnya.

1 Bambang Yudoyono, OTONOMI DAERAH : Desentralisasi dan Pengembangan SDM Aparatur PEMDA dan Anggota DPRD, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001),hlm. 131

2Ibid., hlm. 132

(13)

Penyebab atau yang menjadi latar belakang kasus-kasus tersebut terjadi hingga saat ini belum pasti dan tidak ada yang berani untuk menarik kesimpulan, apakah karena kader yang sejauh ini terjerat dalam kasus-kasus tersebut sebelumnya tidak menerima pendidikan dan pembobotan dari partai politk pengusung atau koalisinya, atau partai politik sebagai pengusung bahkan mungkin koalisinya yang tidak menjalankan fungsi pengkaderannya karena mungkin membutuhkan biaya yang besar atau waktu yang lama, sehingga tidak jarang partai politik dalam pencalegan mengambil jalan pintas dengan megangkat atau memunculkan public figure yang memang sudah tenar didalam masyarakat, namun belum diboboti oleh partai dan pengetahuan tentang politiknya sama dengan masyarakat awam yang melihat politik dengan kasat mata saja, dan mungkin yang menjadi latar belakangnya adalah komitmenatau motivasi dari individu yang menjadi anggota legislatif tersebut yang bermasalah.

Menumbuhkan partai politik yang sehat dan fungsional memang bukan perkara mudah, diperlukan sebuah landasan yang kuat untuk menciptakan partai politik yang benar-benar berfungsi sebagai alat artikulasi masyarakat.Tentunya dengan kondisi pejabat publik yang masih demikian buruk akan berpengaruh terhadap kehidupan berbangsa dan negara. Oleh karena itu akan menjadi salah satu evaluasi bagi seluruh partai politik untuk dipelajari dan menjadi tugas terpenting oleh partai politik untuk menjalankan fungsi-fungsinya dan melahirkan kader-kader yang benar-benar bisa dipercayai oleh masyarakat bisa memimpin dan menampung serta menyalurkan aspirasi rakyat akan kebutuhan dan kepentingan perkembangan bangsa mendatang.

(14)

Indonesia yang berawal dari masa penjajahan telah banyak melalui proses, baik proses sosial, proses politik, proses ekonomi maupun pengetahuan akan hal lainnya telah memberi dampak yang begitu besar bagi Indonesia dalam menatap dan mempersiapkan masa depan hingga mampu bertahan, terbukti pada tahun 1945 bangsa Indonesia dengan persiapan membentuk BPUPKI (badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan Indonesia) dan PPKI (panitia persiapan kemerdekaan Indonesia) merencanakan, berusaha dan berhasil untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945.

Proses tersebut memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Indonesia harus belajar dari sejarah sebagaimana ungkapan yang pernah dilontarkan oleh Ir.Soekarno “Jas Merah”, jangan sampai engkau melupakan sejarahmu dan juga sejarah bangsa ini”3, inilah salah satu ungkapan yang seharusnya boleh menjadi pelajaran dan pengingat bagi setiap elit dijajaran pemerintah atau seluruh warga negara sebagai satu kesatuan yang utuh dalam negara untuk membuat dan menjalankan kebijakan untuk masa depan bangsa yang lebih baik.

Pada tanggal 21 Mei 1998 dengan berhentinya Soeharto dari jabatan sebagai presiden Negara Indonesia karena gelombang unjuk rasa besar-besaran, yang dimotori oleh mahasiswa, pemuda, dan berbagai komponen bangsa lainnya di Jakarta dan di daerah-daerah saat di tengah kondisi krisis ekonomi dan moneter yang sangat memberatkan kehidupan masyarakat Indonesia menjadi awal

3Fatahullah Jurdi, SEJARAH POLITIK INDONESIA MODERN : Kajian Politik, Politik Islam,Pemerintahan Demokrasi dan Civil Society di Indonesia, (Yogyakarta: Calpulis, 2016), hlm.78

(15)

dimulainya era reformasi di tanah air.4 Era reformasi memberikan harapan besar bagi terjadinya perubahan menuju penyelenggaraan negara yang lebih demokratis, transparan, dan memiliki akuntabilitas tinggi serta terwujudnya good governance dan adanya kebebasan berpendapat, semuanya itu diharapkan mampu mendekatkan bangsa pada pencapaian tujuan nasional sebagaimana terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan juga sebagai pendorong perubahan mental bangsa Indonesia baik pemimpin maupun rakyat sehingga mampu menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, keadilan, kejujuran, tanggungjawab, persamaan, serta persaudaraan.

Sebagaimana diketahui, UUD 1945 telah mengalami empat kali tahap perubahan , yaitu perubahan pertama pada tahun 1999, perubahan kedua pada tahun 2000, perubahan ketiga pada tahun 2001 dan perubahan yang keempat pada tahun 2002 ini juga perubahan yang tidak terlepas dari tuntutan kemajuan dan perubahan untuk kesiapan bangsa dalam memasuki setiap jaman dan perkembangan. Hasil perubahan UUD 1945 dan hasil seluruh peninjauan setiap materi dan status hukum Ketetapan MPRS dan MPR harus dipahami oleh seluruh elemen masyarakat.Disinilah pentingnya arti sosialisasi yang dimaksud sebagai upaya pembelajaran bagi masyarakat untuk memperoleh pengetahuan yang memadai tentang konstitusi pada khusunya dan tentang dinamika ketatanegaraan pada umumnya, yang dapat menumbuhkan sikap dan perilaku masyarakat luas

4Sekretariat Jenderal MPR RI, PANDUAN PEMASYARAKATAN : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Iindonesia, (Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI, 2012), hlm. 5

(16)

untuk menjawab tantangan-tantangan kedepan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun, hingga saat ini masih terlalu banyak hal yang terjadi sebagai gambaran atas ketidaksetiaan atau ketidakpahaman terhadap sejarah danmasa lalu yang seogiyanya menjadi bekal dalam kedudukan sebagai warga negara untuk membuktikan dan mempertahankan hasil perjuangan para pendahulu yang telah bersusah payah untuk mampu mengibarkan bendera Sang Merah Putih di tanah air. Orang-orang Indonesia yang sudah amat rasional, ahli matematika, telah menghitung atom sampai kepada partikelnya yang paling kecil, banyak juga yangtidak dapat menghindarkan diri dan tertarik kedalam gerakan kebatinan, baik akibat dilanda kebimbangan dan ketidakpastian, maupun juga karena didorong oleh berbagai maksud hasrat hati, seperti ingin berkuasa, hendak mendapatkan jabatan tinggi, ingin mempertahankan kekuasaan dan kedudukan, atau hendak mengumpulkan harta dan sebagainya. Lahiriah manusia adalah tubuhnya dan segala nafsu-nafsunya.5

Untuk mengontrol dan membenahi masyarakat lebih menghargai dan bisa berperan sebagaimana mestinya warga negara yang peduli akan masa depan bangsa, untuk masa kini sebenarnya yang perlu dibenahi adalah bagaimana supaya masyarakatmenjadi pemikir-pemikir, memiliki gagasan atau ide dan menjadi manusia berjiwa Pancasila yang digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Harmoni antara individu dan antara orang perorangan dengan

5 Mochtar Lubis, MANUSIA INDONESIA, ( Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2001), hlm. 6

(17)

masyarakat, Kerakyatan dan Keadilan Sosial merupakan tiang kehidupan demokrasi yang bersumber pada rakyat. Maka untuk masa depan bangsa masyarakat menjadi motor pendorong yang teguh untuk melaksanakan pembangunan lahir dan batin bangsa Indonesia.6

Dalam kehidupan saat ini, banyak masyarakat menyatakan bahwa politik masa kini adalah politik kotor bahkan masyarakat cenderung tidak percaya dengan politik itu lagi, politik dianggap sebagai bisnis yang kotor penuh dengan dusta.Setidaknya itulah anggapan orang-orang sinisme dan paragmatis.Tak sedikit politisi yang tidak bersungguh-sungguh menerapkan defenisi politik yang sebenarnya, padahal bukan politiknya yang kotor tetapi orang-orang yang bergelut didalamnyalah yang kotor dan menciderai citra politik yang sesungguhnya.Karena seharusnya, bagi dunia politik yang wilayah kerjanya empirik dan lapangan membutuhkan aktor politik, sedangkan dunia akademik atau idealis membutuhkan orang yang konsen pada wilayah pemikiran. Disinilah keduanya akan saling mengisi, aktor politik menjalankan aktivitas politik, sehingga pesan-pesan politik mampu dipraktikan ke dalam realitas politik.

Politik pada umunya adalah perjuangan untuk mendapatkan tiket ke pentas politik, artinya ada kader yang telah ditetapkan oleh partai politik atau koalisi partai politik sebagai calon legislatif (pencalegan oleh partai politik atau koalisi), yang melibatkan semua orang, untuk mendapatkan kekuasaan, untuk memperjuangkan keadilan, kesejahteraan dan kebijaksanaan bagi masyarakat.Dari sudut kepentingan, politik juga diartikan sebagai ajang untuk memperjuangkan

6Ibid., hlm. 10

(18)

kepentingan masing-masing, dalam konteks politik tidak ada namanya kawan sejati ataupun sahabat sejati, yang ada hanya kepentingan sejati. Dari sudut kepentingan ilmu politik tidak akan sejalan dengan realitas politik, karena ilmu politik bekerja ideal sedangkan realitas politik bekerja secara pragmatis dan cenderung mengikuti irama kepentingan yang ada, dengan mereduksi makna dan hakikat politik yang sesungguhnya. Oleh karena itu, didalam politik itu harus ada gagasan-gagasan besar yang harus mampu diterjemahkan kedalam tataran praktis sehingga wilayah idealis politik tidak berkurang nilainya ketika dihadapkan dengan realitas politik yang ada.

Pandangan politik harus sejalan dengan teori politik yang ada, karena pandangan politik adalah akumulasi penafsiran terhadap teori politik sebagai awal gagasan-gagasan politik.7Dalam rezim politik yang demokratis, kecenderungan antara gagasan dan tingkah laku politik merupakan salah satu komitmen yang harus dijalankan. Karena dalam tingkah laku inilah seorang politisi dinilai, sejauh mana komitmen politik yang dibangun oleh kader sehingga ketika memperoleh suara mayoritas dan memperoleh kekuasaan melalui Pemilihan umum yang selanjutnya disingkat dengan Pemilu dalam menjalankan aktivitas politik tidak terjadi disparitas antara nilai, identitas dan komitmen politik yang dibangun.

Pemilihan umum merupakan salah satu bentuk kegiatan memperjuangkan kepentingan politik dalam bentuk perwujudan lahirnya wakil rakyat dan pemimpin dalam rangka pertahahan atas demokrasi di suatu negara. Karena

7Fatahullah Jurdi, Op.Cit.,hlm. 9

(19)

pemilihan umum merupakan suatu kegiatan yang membuktikan akan adanya wadah untuk menampung aspirasi dan kepentingan rakyat, yang kemudian akan dirumuskan dalam berbagai bentuk kebijakan yang akan dijalankan dalam pemerintahan, sejalan dengan pengertian pemilihan umum yang diutarakan oleh Ramlan (1992:181) Pemilu diartikan sebagai “ mekanisme penyeleksian dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang dipercayai.

Pemilihan umum sebagai perwujudan demokrasi atau wadah memepertahankan demokrasi akan membentuk sistem kekuasaan yang berkedaulatan rakyat yang digariskan sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945). Karena UUD 1945 adalah dasar dari setiap kebijakan yang diberlakukan dalam negara Indonesia. Jadi prinsip dasar negara demokrasi adalah setiap warga negara harus berperan aktif dalam proses politik. Baik memilih ataupun dipilih dan untuk proses keberlangsungan itu yang berwenang untuk membentuk dan menyelenggarakan pemilihan umum adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Mereka yang mampu untuk menduduki jabatan-jabatan dan menjangkau pusat kekusaan adalah selalu merupakan yang terbaik yang telah direkrut dan dikader oleh partai politik sebagai pengusung atau koalisi yang dibentuk.

Merekalah yang disebut dengan istilah “elite”. Elite, merupakan orang-orang

(20)

berhasil dan memiliki posisi yang lebih tinggi di tengah-tengah masyarakat berdasarkan status atau jabatan di pemerintahan.8

Mengingat pentingnya memepertahankan dan mewujudkan negara yang demokratis, di tengah-tengah kondisi masyarakat yang plural dan kepentingan- kepentingan yang berbeda, sehingga perlu secara tertulis untuk mendukung demokrasi tersebut dengan membuat kebijakan yang berkaitan dengan perbaikan atau menjaga ketertiban dalam perwujudan demokrasi melalui Pemilihan Umum yang selanjutnnya disingkat dengan Pemilu. Sebagai hasil amandemen yang keempat tahun 2002 , ditetapkan Undang-undang yang pertama mendukung dan mengatur tentang keberlangsungan Pemilu adalah UUD 1945 Bab VII B Pasal 22 Ayat 1-6 Tentang Pemilihan umum dinyatakan sebagai berikut:

(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali.

(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat adalah Partai poitik.

(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah perseorangan.

8Sitepu P. Antonius, Teori-Teori Politik, Yogyakarta ; Graha Ilmu, 2012, Hlm. 33.

(21)

(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suau komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.

(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang- undang.9

Untuk mendukung, Pemerintah menetapkan dan mengundangkan UU No.

15 Tahun 2011 tentang penyelenggara pemilu, dan untuk menyesuaikan dengan kondisi negara demokratis yang semakin modern maka pemerintah juga membentuk sebuah institusi, yaitu Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). DKPP merupakan produk wacana perbaikan kualitas demokrasi melalui pemilihan umum. Tugas dari DKPP ini adalah menjadikan nilai (value) sebagai sistem norma yang bisa dipercayai masyarakat. Negara hendak menjadikan DKPP sebagai instrumen demokrasi yang mencitrakan atau menunjukkan dirinya dengan nilai kebaikan bersama tanpa keberpihkan.10

Sebagai negara yang memiliki asas dan prinsip demokrasi, Indonesia sejak era kolonialisme hindia belanda sudah mulai berkembang sebagai sebuah bentuk manifestasi bangkitnya kesadaran nasional, sehingga setelah masa itu partai politik telah tumbuh dari masa kemasa. Awalnya kepartaian di Indonesia menunjukkan pola keberagaman, ada yang bertujuan sosial seperti Budi Utomo dan Muhammadiyah, ada yang menganut asas politik berdasarkan keagamaan seperti Masyumi, Partai Serekat Islam, Partai Katolik dan Partai Kristen, ada juga

9Bintangg Indonesia Jakarta,UUD 1945: Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, (Jakarta: Bintang Indonesia Jakarta, 2011), hlm.98

10Jimly Asshidiqie, Menegakkan Etika Penyelenggaraan Pemilu (Jakarta: Raja Grafindo,2013), hlm. 87

(22)

yang berasaskan ideologi seperti Partai Nasional Indonesia dan Partai Komunis Indonesia.

Berhubungan dengan pembahasan partai politik tersebut, Indonesia menganut sistem banyak partai (multi party) oleh karena itu tidak heran jika pertumbuhan partai di Indonesia telah mengalami pasang surut. Hingga saat ini, di Indonesia tercatat jumlah partai ada sejumlah 16 partai politik secara umum dan 4 partai lokal di Aceh yang terdaftar sebagai partai peserta pemilihan umum legislatife tahun 2019, diantaranya adalah:

Tabel 1.1 : Daftar Partai Politik Peserta pemilihan Umum Legislatif 2019

No. Urut Lambang Nama Partai

1 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

2 Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)

3 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)

4 Partai Golongan Karya (Golkar)

5 Partai NasDem

6 Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Partai Garuda)

(23)

7 Partai Berkarya

8 Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

9 Partai Persatuan Indonesia (Perindo)

10 Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

11 Partai Solidaritas Indonesia (PSI)

12 Partai Amanat Nasional (PAN)

13 Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)

14 Partai Demokrat

15 Partai Aceh (PA)

16 Partai SIRA (Sira)

17 Partai Daerah Aceh (PD Aceh)

18 Partai Nanggroe Aceh (PNA)

(24)

19 Partai Bulan Bintang

20 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)

Sesuai dengan fungsinya, partai politik adalah salah satu wadah yang dibentuk guna mendukung dan mempersiapkan kandidat untuk bertarung dalam kontes politik, yang merupakan perwujudan dari demokrasi yaitu Pemilihan Umum. Partai politik memiliki tugas-tugas yang signifikan sebagai sebuah organisasi untuk melahirkan tokoh-tokoh yang pantas ditempatkan di masing- masing kedudukan yang ditargetkan. Pemilihan umum dilakukan untuk memilih mereka yang akan duduk atau menjabat sebagai birokrat Indonesia atau di dalam partai politik disebut penetapan calon legislatif, mulai dari yang terendah hingga tertinggi jajaran birokrasi pemerintahan berdasarkan ketentuan-ketentuannya masing-masing.

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengkaji dan mengetahui bagaimana partai sebenarnya berperan akan kehadiran kader-kader baru untuk menempati posisi-posisi startegis didalam pemeritahan. Karena salah satu kunci dasar bagi kader adalah pendidikan, pembobotan politik sebagai proses kaderisasi dari partai politik sebagai pengusung dan atau perwakilan partai di kursi pemerintahan, yang kemudian membuat kader tersebut percaya diri untuk melibatkan masyarakat banyak bersedia untuk mempercayainya duduk dan menjabat di birokrasi Indonesia.

(25)

Peneliti, mengangkat judul tentang peranan partai dalam penetapan kader legislatif karena, mengetahui secara umum calon legislatif yang akan menempati posisi di DPRD Tk I , DPRD Tk II, DPR RI dan Presiden adalah calon-calon yang dihadirkan dari masing-masing partai politik sebagai pengusung atau membentuk koalisi, dalam pemilihan umum. Pemilihan Partai PDI-Perjuangan yang menjadi objek penelitian inikarena partai PDI-Perjuangan adalah salah satu partai yang terus aktif dan selalu terdaftar sebagai partai peserta pemilu di Indonesia. Untuk tahun yang peneliti ambil adalah tahun 2019, karena pada April 2019 Indonesia kembali menggelar pesta demokrasi atau pemilihan umum sekaligus, yaitu Eksekutif (presiden dan wakil presiden) dan Pemilihan Legislatif untuk DPRD Tk-I, DPRD Tk-II, DPR RI dan DPD RI. Oleh karena itu adalah kesempatan yang tepat untuk melihat dan meneliti aktifitas atau persiapan partai menjelang hari itu.Untuk lebih spesifik, peneliti memilih lokasi penelitian ini di DPC.Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Simalungun. Hal tersebut membuat peneliti tertarik dan mengangkat judul “Peranan Partai Politik Dalam Pengkaderan Dan Penetapan Calon Legislatif Dalam Pemilihan Umum 2019 (Studi Kajian :DPC. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Simalungun).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, terdapat permasalahan yang akan menjadi kajian peneliti yaitu, untuk mengetahui bagaimana Peranan Partai PDI- Perjuangan dalam Pengkaderan terhadap anggota, sebelum dan atau saat setelah kader tersebut dietetapkansebagai calon legislatif dari Partai Demokrasi Indonesia

(26)

Perjuangan untuk Pemilihan Umum Tahun 2019 yang difokuskan pada DPC.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kabupaten Simalungun.

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah merupakan salah satu upaya menetapkan fokus pembahasan dalam sebuah penelitian.Untuk lebih memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan menghasilkan uraian yang jelas, diperlukan adanya pembatasan masalah agar masalah yang di angkat tidak menyimpang dari tujuan utama peneliti. Adapun batasan masalahnya adalah:

1. Penelitian ini fokus untuk meneliti bagaimana peranan partai PDI- Perjuanagan secara umum dan DPC. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kabupaten Simalungun secara khusus dalam pengkaderan dan penetapan calon legislatif menuju pemilihan umum tahun 2019.

2. Penelitian ini hanya berfokus kepada pengurus partai dan kader-kader yang telah dipilih atau ditetapkan sebagai calon legislatif menuju pemilihan umum tahun 2019 oleh DPC. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kabupaten Simalungun

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana peranan partai politik dalam pengkaderan anggota yang dipersiapkan menjadi calon legislatif tahun 2019.

(27)

2. Untuk mengetahui bagaimana proses partai politik menetapkan calon legislatif yang diusung oleh partai tersebut dalam pemilihan umum tahun 2019.

3. Untuk mengetahui siapa saja yang telah di kader oleh partai dan berhasil menjadi calon legislatif di pemilihan umum tahun 2019.

4. Untuk mengetahui kesimpulan sederhana tentang permasalahan anggota legislatif yang terjerat dalam kasus apakah karena kelalaian partai menjalankan fungsinya sebelum mencalonkan atau komitmen dan motivasi dari anggota legislatif tersebut yang salah saat atau setelah terpilih menjadi anggota legislatif, sesuai dengan hasil penelitian.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini, adapun manfaat yang diharapkan adalah:

1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang jelas akan peranan partai PDI-Perjuanagan secara umum dan DPC.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kabupaten Simalungun secara khusus dalam pengkaderan dan penetapan calon legislatif menjelang pemilihan umum tahun 2019.

2. Secara Akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara mengenai Peranan Partai Dalam Pengkaderan dan Penetapan Calon Legislatif pada Partai PDIPerjuangan baik secara langsung dan maupun kalangan akademisi.

(28)

3. Secara Praktis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam membuat karya ilmiah.

- Memberikan penjelasan dari hasil penelitian mengenai Peranan Partai dalam Pengkaderan dan Penetapan Calon Legislatif Tahun 2019, khususnya pada DPC. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kabupaten Simalungun.

- Sebagai perbandingan bagi penelitian yang serupa dimasa yang akan datang dan segala pemanfaatan dari penelitian ini.

1.6 Kerangka Teori

Untuk lebih memahami penjelasan akan penelitian ini, ada beberapa teori yang berhubungan dan akan diangkat oleh peneliti dalam proses penulisan penelitian ini, yaitu:

1.6.1 Teori Partai Politik

Secara etimologis, kata partai berasal dari bahasa latin, yaitu partire yang artinya “membagi” atau “memilah” atau juga bisa diselaraskan dengan kata part dalam bahasa inggris artinya “bagian” apabila part dilanjutkan kedalam kata kerja berubah menjadi to participate , yang artinnya “turut ambil bagian”. Dengan artian tersebut , partai memiliki makna “memilah” dan “turut ambil bagian”.

Dengan pengertian tersebut, partai bisa dipahami sebagai “bagian dari masyarakat yang ambil bagian dalam kegiatan tersebut.11 Sedangkan kata Politik berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Polis” yang berarti kota atau negara kota.

11Damsar, PENGANTAR SOSIOLOGI POLITIK, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2010), hlm. 245

(29)

Dari Polis berkembang konsep Polites yang bermakna “warga negara”

dan konsep Politikos yang berarti “kewarganegaraan”. Dari defenisi diatas, maka politik dapat diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan antara warga negara pada suatu (negara) kota, sedangkan akar katanya dari bahasa Inggris adalah Politics,yang artinya bijaksana. Sehingga ketika dilanjutkan sebenarnya

pemahaman secara etimologis dari bahasa Yunani dan bahasa Inggris, maka politik dapat dipahami sebagai suatu proses, sistem penentuan dan pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan warga negara dalam negara (kota).12

Menurut G.Sartori dalam bukunya memberi pengertian bahwa Partai Politik sebagai kelompok politik yang ikut serta dalam pemilihan umum dan mampu menempatkan melalui pemilihan umum para calon untuk duduk dalam legislatif dan pemerintahan. Sedangkan menurut Miriam Budiarjo membuat batasan dan menyebutkan bahwa Partai Politik sebagai suatu kelompok terorganisasi yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai serta cita- cita yang sama, dan yang mempunyai tujuan untuk memperoleh kekuasaan politik dan melalui kekuasaan itu, melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. Sehingga dapat disimpulkan secara umum berdasarkan dua defenisi yang dinyatakan oleh ahli tersebut bahwa pengertian Partai Politik adalah kelompok yangg terorganisir ditandai dengan adanya visi,misi,tujuan, platform, program,agenda dan mengikuti pemilihan umum untuk meraih kekuasaan atau jabatan legislatif dan eksekutif. 13

12Ibid.,hlm. 10

13Ibid.,hlm.246

(30)

Para ahli ilmu politik telah menghabiskan banyak waktu dan mengeluarkan sejumlah argumentasi mengenai kebaikan yang relatif sistem partai tunggal dan partai kompetitif yang mendesahkan didalam negara.14 Dalam batasan pembangunan politik, betapapun yang terpenting bukanlah jumlah partai yang ada, tetapi sejauh mana kekokohan dan adaptabilitas sistem kepartaian yang berlangsung. Dalam sistem multi partai, tidak ada satupun partai yang secara mandiri mampu baik membentuk pemerintahan ataupun berdiri tegas di atas lawan-lawan politiknya. Sejumlah partai terlalu perkasa dibanding yang lain, tetapi penyusunan komposisi pemerintahan membutuhkan koalisi atas beberapa partai, dan akan terlihat dalam tatanan di pemerintahan, sejumlah partai besar akan merupakan dasar di pemerintahan.

Partai Politik merupakan salah satu institusi (lembaga) politik yang merupakan inti daripada pelaksanaan demokrasi modern. Demokrasi modern mengandaikan sebuah keterwakilan dalam lembaga formal kenegaraan formal kenegaraan seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) maupun keterwakilan aspirasi masyarakat didalam institusi kepartaian. Partai-partai yang cukup besar dan dapat mempertahankan prestasinya atau dedikasi yang dimiliki serta memperoleh pengakuan didalam masyarakat, pastinya tidak terlepas dari bagaimana partai politik tersebut dapat menyesuaikan diri dan berperan sesuai dengan stabilitas sistem politik yang sedang berkembang, karena stabilitas dari sistem politik sangat tergantung atas kekokohan partai politik yang dimiliki.

14Samuel P.Huntington, TERTIB POLITIK: Di Tengah Pergeseran Kepentingan Massa, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 499

(31)

Partai juga hanya dapat menjadi kuat karena sejauh apa partai tersebut mampu melembagakan dukungan massa, kompleksitas akan kedekatan organisasional artinya bagamaimana hubungan atau keakraban partai dengan sejumlah organisasi sosial ekonomi seperti buruh dan organisasi-organisasi paguyuban, selain itu partai juga akan semakin kokoh ketika melihat sejauh mana aktivitas politik dan pendamba kekuasaan identik dan larut bersama dalam partai artinya bagaimana partai itu menjadi wadah atau wahana guna mencapai berbagai tujuan, seperti awal permulaan perkembangan Partai Politik di negara-negara barat seperti Inggris dan Prancis. Kegiatan-kegiatan politik pada mulanya dipusatkan pada kelompok-kelompok politik dan parlemen..

Sebagai sebuah organisasi, “Partai Politik” sebagaimana telah disebutkan dalam defenisinya sendiri tidak terlepas dari posisi (status) dan peranan (role) yang sangat penting dalam setiap sistem demokrasi. Karena atas keberhasilan partai politik dalam menjalankan fungsinya akan menjadi salah satu kekuatan bagi kelompok tersebut. Secara umum dalam negara demokrasi, fungsi dari Organisasi

“Partai Politik” diantaranya adalah :

1. Partai Politik Sebagai Sarana Komunikasi

Dalam fungsi ini, artinya partai politik memiliki fungsi untuk memperbincangkan, menyebarluaskan rencana-recana dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Jadi partai politik berfungsi sebagai jembatan atau penghubung antara pemerintah dan masyarakat sebagai yang diperintah dalam proses komunikasi, karena partai politik akan merumuskan usulan-usulan atau mengaggregasikan

(32)

kebijakan yang bertumpu pada aspirasi dari masyarakat. Kemudian rumusan tersebut diartikulasikan kepada pemerintah agar dapat diwujudkan dalam bentuk kebijakan. Ini juga merupakan sebuah peluang bagi partai politik untuk tetap eksis dalam kancah politik nasional. Maka, partai politik sering disebut sebagai perantara dan alat pendengar, sedangkan masyarakat sebagai pengeras suaranya.

2. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Partai Politik memiliki fungsi sebagai penghubung yang mensosialisasikan nilai-nilai politik generasi yang satu ke generasi lain atau generasi berikutnya.

Pelaksanaan fungsi sosialisasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui media massa, ceramah-ceramah, seminar, penataran, kursus kader dan cara-cara lainnya. Fungsi ini juga merupakan salah satu cara partai politik untuk menciptakan citra atau kesempatan untuk memperbaiki image dari partai politik yang mementingkan kepentingan bersama, untuk kebaikan bangsa.

3. Sebagai Sarana Rekruitmen Politik

Partai politik pada dasarnya berkewajiban untuk melakukan seleksi dan rekrutmen untuk mengisi posisi dan jabatan politik tertentu.Dengan adanya rekrutmen politik maka kemungkinan besar akan terjadi rotasi calon mobilitas politik. Fungsi ini merupakan fngsi yang mencegah diktatorisme dan stagnansi politik dalam sistem politik. Fungsi ini akan menjamin keberlangsungan atau kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus menjalankan fungsi kaderisasi untuk menjaring dan melatih calon-calon pemimpin yang akan terlibat dalam pemerintahan.

(33)

4. Sebagai Sarana Pengatur konflik (Conflict Mnagement)

Sejalan dengan fungsi yang pertama, Partai Politik menjadi penghubung psikologis dan organisasional antara warga negara dengan pemerintah. Partai juga melakukan konsolidasi dan artikulasi tuntutan-tuntutan yang beragam yang berkembang sesuai dengan kondisi ditengah kelompok masyarakat. Sesuai dengan UU No. 2 Tahun 2008 tentang partai Politik, tujuan terbentuknya partai politik adalah untuk mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945.15

Indonesia dalam sistem politiknya yang berlaku hingga saat ini tetap mengakui sistem multy party (banyak partai), berbeda dengan negara-negara lain yang menggunakan sistem Partai Tuggal atau Dwi Partai, artinya dari segi jumlah partai yang berkembang di Indonesia sungguh sangat subur bahkan sebgai catatan sejarah di Indonesia pada awalnya ada sejumlah 36 partai, dan ada 27 partai yang memperoleh kursi di Parlemen. Karena sistem ini memperlihatkan keberadaan lebih dari dua partai yang memiliki peran dalam lembaga legislatif. Sistem yang demikian mengkomodasi kemajemukan dalam latar belakang etnis, agama, suku, daerah dan ideologi.

Jika sistem Multy Party yang berlaku,sangat sulit ditemukan ada partai yang mampu meraih Single Majority (mayoritas tunggal). Sehingga pemerintahan di Indonesia selalu dibentuk oleh dua atau lebih partai dalam wadah koalisi. Oleh karena itu, masing-masing partai politik yang ada di Indonesia harusnya lebih

15Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia, 1985), hal. 163-164.

(34)

berhati-hati dan konsisten untuk berjalan sesuai dengan ketetapan Perundang- undangan yang berlaku di Indonesia secara umum dan peraturan Perundang- undangan yang berkaitan atau mengatur tentang Partai Politik di indonesia.

Peraturan yang mengatur tentang partai politik dan tujuan pembentukannya dijelaskan dalam UU No. 2 Tahun 2008, yangtelah direvisi menjadi UU No. 2 Tahun 2011, dan dengan ketetapan PP No. 1 Tahun 2018.

1.6.2 Teori Demokrasi

Demokrasi sebagai sebuah konsep positif sebenarnya masih baru. Karena, dimasa Yunani Kuno “Demokrasi” merupakan konsep bet noire yang dibenci oleh kalangan ilmuan dan elit terdidik, bahkan pada era Pencerahan Eropa (abad ke 18), demokrasi masih merupakan istilah yang bukan hanya tidak disukai tetapi tidak dikehendaki. Pemahaman klasik bahwa Demokrasi sebagai kehendak rakyat, pada pandangan lainnya, demokrasi dipahami sebagai hasil budi manusia yang pertama yang bersumber pada sebuah bentuk pengelolaan pemerintahan yang pertama kalinya dibentuk oleh negara kota (city state) di Athena. Salah satu ungkapan sejarahwan dari Inggris “Lord Acton, yang menyatakan bahwa Power tends to corrupt, but absolute power corrupts absolutely yang diartikan oleh

Miriam Budiarjo bahwa : manusia yang mempunyai kekuasaan cenderung untuk menyalahgunakan kekuasaan itu, tetapi manusia yang mempunyai kekuasaan tak terbatas akan menyalahgunakannya. Ungkapan tersebut yang melatarbelakangi timbulnya demokrasi konstitusional pada akhir abad ke 19, yang berpandangan bahwa pembatasan atas kekuasaan negara sebaiknya diselenggarakan dengan suatu konstitusi tertulis yang tegas menjamin hak-hak asasi dari warga negara.

(35)

Disamping itu, kekuasaan dibagi sedemikian rupa sehingga kesempatan untuk penyalahgunaan kekuasaan itu semakin kecil. Perumusan yuridis dari pinsip yang demikian terkenal dengan istilah Rechstaat (negara hukum) dan Rule of Law16 dan pandangan tentang pembagian kekuasaan negara yang dikenal pertama kali dikemukakan oleh Montesquieu dalam buku “L’espirit de Lois”. Ajaran Montesquieu ini dipopulerkan oleh Imannuel Kant dengan istilah Trias Politica yang mengkehendaki dalam sebuah negara perlu dilakukan pembagian kekuasaan negara dalam tiga bidang pokok yang masing-masing berdiri sendiri, lepas dari kekuasaan lainnya. Satu kekuasaan mempunyai satu fungsi yang jelas17, yaitu : 1) Kekuasaan Legislatif, menjalankan fungsi membentuk Undang-undang, 2) Kekuasan Eksekutif, memiliki Fungsi menjalankan Undang-undang pemerintahan, 3) Kekuasaan Yudikatif, menjalankan fungsi peradilan.

Dengan dilandasi pertimbangan terhadap nilai-nilai dan kepentingan masyarakat, Henry B.Mayo memberi defenisi sistem politik yang demokratis adalah: 1)Penyelesaian konflik dengan cara perundingan yang terbuka untuk mencapai kompromi atau kesepakatan, 2) perubahan sosial yang terjadi secra damai, 3) pergantian pemimpin yang teratur, 4) menghindari adanya tekanan dan penggunaan kekerasan terutama terhadap golongan minoritas, 5) mengakui adanya keanekaragaman (Diversity) dalam masyarakat, 6) menjamin tegaknya keadilan.

16Edie Toet Hendratno, Negara Kesatuan, Desentralisasi, dan Federalisme, (Jakarta: Graha Ilmu dan Penerbit Universitas Pancasila,2009), hlm. 75

17Ibid., hlm. 83

(36)

Ditinjau dari sudut pandang ilmu politik modern, Leo Agustino menyebutkan beberapa ciri pokok suatu sistem politik yang demokratis, antara lain: 1) Adanya partisipasi politik yang luas dan otonom bagi setiap individu ataupun kelompok, 2) Terwujudnya kompetisi politik yang sehat dan adil sebagai penyalur suara masyarakat, 3) Adanya suksesi atau sirkulasi kekuasaan yang berkala, terkelola, serta terjaga dengan bersih dan transparan, khususnya melalui pemilihan umum, 4) Adanya monitor, kontrol dan pengawasan terhadap kekuasaan (eksekutif, legislatif dan yudikatif, birokrasi dan militer) secara efektif (check and balance) diantara lembaga-lembaga negara, 5) Adanya tatakrama, nilai, dan norma yang disepakati bersama dalam masyarakat,berbangsa dan negara.18

John Locke yakin bahwa pemerintahan harus konstitusional, serta mendapatkan persetujuan dari yang diperintah (rakyat), untuk melengkapi dari tata pemerintahan tersebut. Sesuai dengan pendapat Robert Dahl,yang menyatakan bahwa demokrasi berbicara tentang tersedianya ruang persaingan terbuka untuk meraih kedudukan atau jabatan politik serta juga tersedianya ruang partisipasi politik bagi semua warga negara. Lebih dalam dari hal tersebut Robert Dahl juga menyatakan ada delapan syarat terbentuknya sistem politik yang demokratis yaitu: 1). Kebebasan berasosiasi dan berkoalisi , 2) hak mengemukakan pendapat secara bebas, 3) hak memilih “hak pilih aktif”, 4) hak untuk dipilih “hak pilih pasif”, 5)hak untung bersaing mendapatkan dukungan politik dari pemilih, 6) adanya kebebasan informasi, 7) pemilihan yang bebas dan

18Ibid.,hlm. 77

(37)

adil, 8) keberadaan institusi yang memungkinkan kebijakan pemerintahan tergantung kepada suara pemilih dan tuntutan preferensi publik.19

Pada era sekarang ini demokrasi ini merupakan wacana terbuka dan terus berkembang seiring dengan hasrat meyakini kemampuan demokrasi itu sendiri dalam memenuhi aspek hak sipil dan hak politik rakyat indonesia. Konsep demokrasi itu sendiri harus dapat dicerminkan oleh negara dalam pemerintah dengan sistem yang memang sudah seharusnya menyesuaikan modelnya dengan arah dari nilai Demokrasi. Demokrasi itu sendiri, sesungguhnya telah bergelut dalam falsafah Indonesia meskipun tidak dijelaskan secara luas, tetapi rujukan ungkapan tentang demokrasi itu telah tercantum, seperti “Bahwa kemerdekaan Indonesia ialah hak segala bangsa (Pembukaan UUD 1945), keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Sila ke lima Pancasila)”, dan ungkapan lain yang senada tentunya dapat dipahami dan disinkronkan dengan pemahaman konsep demokrasi.

Bila dibahas dan ditelaah lebih dalam, memiliki pandangan dan pemahaman bahwa, seluruh warga negara berhak untuk memperoleh kebebasan yang sama (kemerdekaan), dan hak mendapatkan keadilan. Walaupun demokrasi hanya menawarkan dan mendukung peluang bagi setiap individu atau kelompok dan tidak menjadi jaminan, Robert Dahl juga menyebutkan keuntungan atau manfaat dengan pemberlakuan sistem demokrasi dalam sebuah negara , setidaknya ada sepuluh manfaat yaitu20,

19Rudi Salam Sinaga, POLITIK KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN DAERAH, (Semarang: Perdana Publishing,2016), hlm. 31

20Edie Toet Hendratno, Op.Cit.,hlm. 79

(38)

1) Demokrasi menolong mencegah tumbuhnya pemerintahan oleh kaum otokrat yang tidak manusiawi,

2) Demokrasi menjamin warga negaranya dengan sejumlah hak asasi yang tidak diberikan dan tidak dapat diberikan oleh sistem yang non demokratis,

3) Demokrasi menjamin kebebasan pribadi yang lebih luas bagi warga negaranya, 4) Demokrasi membantu rakyat untuk melindungi kepentingan dasar mereka,

5) Demokrasi membantu manusia untuk mengembangkan dirinya lebih baik dari alternatif sistem politik lain yang memungkinkan,

6) hanya pemerintahan demokratis yang dapat memberikan kesempatan sebesar- besarnya bagi orang-orang untuk menggunakan kesempatan dan menentukan nasibnya sendiri,

7) hanya pemeintahan demokrasi yang dapat memberikan kesempatan sebesar- besarnya untuk menjalankan tanggungjawab moral,

8) hanya pemerintahan yang demokratis yang dapat membantu perkembangan tingkat persamaan politik yang tinggi,

9) negara-negara demokrasi modern tidak berperang satu dengan lainnya, dan

10) negara-negara dengan pemerintahan yang demokratis cenderung lebih makmur daripada negara-negara dengan pemerintahan non-demokratis.

(39)

1.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operaasional 1.7.1 Defenisi Konsep

Defenisi konsep dalam sebuah penelitian adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisai dari sejumlah karakteristik keadilan, keaadaan, kelompok atau individu yang akan menjadi fokus perhatian bagi peneliti dalam ruang lingkup ilmu sosial 21. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan defenisi konsep sebagai berikut:

1. Pengkaderan adalah sebuah kegiatan yang merupakan bagian dari rekrutmen sebagai fungsi dari partai politik. Pengkaderan salah satu hal yang wajib dilakukan oleh partai politik sebagai tahapan mempersiapkan sumber daya manusia yang terlatih, terampil dan memiliki disiplin ilmu yang dipersiapkan menjadi pemimpin-pemimpin yang mampu membangun peran dan menjalankan fungsi organisasi dengan lebih baik dalam jabatan-jabatan administrartif maupun politik aktif di kehidupan dan keberlangsungan pemerintahan.

2. Calon Anggota Legislatif adalah seseorang yang akan dipilih dan atau terpilih menjadi bagian dari susunan administratif pemerintahan, yang menjadi wakil dari partai politiknya sebagai pengsung sekaligus menjadi wakil rakyat dan memiliki kewajiban untuk menjalankan fungsinya di lembaga legislatif, setelah dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum.

21 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, Jakarta : LP3S, 1989, hlm.33

(40)

1.7.2 Defenisi Operasional

Yang dimaksud dengan defenisi operasional adalah penyederhanaan sebuah konsep menjadi variabel, yang berarti sesuatu yang diubah menjadi variasi nilai. Oleh karena adanya defenisi operasional akan mempermudah peneliti untuk memberikan parameter-parameter dan indikator-indikator dari nilai variabel yang akan diteliti. Maka, adapun yang menjadi defenisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kaderisasi

Untuk mengukur kaderisasi dapat dilihat dari empat indikator yaitu :

a. Mengikuti rekrutmen anggota partai politik,

b. Mengikuti pelatihan dan pendidikan politik yang dilakukan oleh partai politik,

c. Memiliki kedudukan atau memegang sebuah jabatan didalam susunan kepengurusan partai politik, dan

d. Menerima dan menjalankan tugas-tugas serta tanggungjwab yang diberikan partai politik.

2. Calon Anggot Legislatif

Untuk mengukur calon anggota legislatif dapat dilihat dari tiga indikator berikut;

a. Menjalani proses rekrutmen calon anggota legislatif

Rekrutmen merupakan proses penyeleksian atau memilih seseorang atau beberapa untuk diusulkan menjadi calon anggota legislatif,

(41)

yangsesuai dengan kriteria dan syarat dari partai politik sebagai pengusung. Fungsi rekrutmen ini penting bagi partai politik, karena merupakan proses keberlanjutan dari partai politik untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan. Cara yang lebih baik dalam melakukan rekrutmen adalah diadakannya penilaian terhadap kemampuan dan kapabilitas seseorang sebagai tolak ukur dalam rekrutmen. Dengan demikian akan diperoleh hasil penilaian yang lebih tepat.

b. Menjalani proses pedidikan dan pelatihan

Pendidikan dan pelatihan dalam hal ini yang dimaksud adalah suatu usaha dari partai politik untuk membentuk dan memboboti kader partai menjadi lebihtangguh, memiliki kualitas yang unggul dan siap menjadi calon legislatif.

c. Menjalankan tugas dan tanggungjawab partai politik

Para calon legislatif akan diberikan tanggungjawab atas terbentuknya sumber daya manusia yang unggul dan lebih berkualitas sesuai dengan kompetensi kader itu sendiri, sehingga nantinya bisa lebih optimal dalam menujukkan visi dan menjalankan misi partai ditengah- tengah masyarakat. Calon anggota legislatif, dibebankan untuk membangun dan menunjukkan citra partai yang baik, yang positif di pandangan masyarakat secara berkesinambungan dan terus menerus , hingga akhirnnya tidak hanya dipercayai oleh partai sebagai pengsung tetapi juga dipercyai oleh masyarakat sebagai pemilih sebagai perwakilan

(42)

rakyat di administrasi pemerintahan dengan fungsi juga tanggungjawab yang baru.

1.8 Metodologi Penelitian 1.8.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif dengan metode Kualitatif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan dan mendeskripsikan objek dan fenomena yang ingin diteliti.

Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel atau sub sistem yang saling berhubungan atau memiliki korelasi satu sama lain. Sejalan dengan defenisi Deskriptif yang dikemukakan oleh Hidayat Syah “Penelitian Deskriptif adalah Metode Penelitian yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnnya terhadap objek penelitian pada suatu masa tertentu.22

1.8.2 Objek Penelitian

Objek dalam peneitian ini adalah DPC. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kab.Simalungun, Sumatera Utara.

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah bagaimana cara-cara yang akan dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data sehingga dapat menghasilkan data yang valid. Adapun teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

22Hidayat Syah, Pengantar Umum Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan (Pekan Baru:

Suska Press,2010), hlm. 49

(43)

teknik pengumpulan data primer dengan metoode wawancara dan data sekunder menggunakan buku, jurnal dan website yang dapat membantu peneliti.

1.9.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data secara langsung dari subjek sebagai sumber informasi yang dicari.23Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara.

Wawancara

Wawancaraakan dilakukan oleh peneliti terhadap orang yang lebih mengerti dan memahami bagaimana peranan partai politik dalam pengkaderan dan penetapan calon legislatif dari DPC. Partai PDI-Perjuangan Kabupaten Simalungun tahun 2019, dalam hal ini yang lebih memahami dan mengerti adalah pengurus partai DPC.Partai PDI-Perjuangan

1.9.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah semua data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dari buku-buku referensi, jurnal, skripsi maupun website yang sesuai dengan objek kajian penelitian dan dapat membantu peneliti dalam pengerjaan penelitian ini. Dalam hal ini mengenai bagaimana peranan partai poitik dalam pengkaderan dan penetapan calon lgislatif yang dilakukan oleh partai politik dan nantinyaakan dijadikan sebagai panduan dalam melakukan penelitian.

23Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1998), hlm. 91

(44)

1.10 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab in terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistemtika penulisan hasil peneitian.

BAB II : PROFIL DPC. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDIP) KABUPATEN SIMALUNGUN

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang gambaran umum Partai PDI-Perjuanagan (PDIP) secara umum dan DPC. Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP) Simalungun secara khusus, sebagai objek dalam penelitian ini.

BAB III : PAPARAN DATA, ANALISIS DAN TEMUAN PENELITIAN Pada bab ini akan memuat uraian data, analisis dan temuan penelitian yang telah diperoleh selama berlangsungnya penelitian.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini, sebagai Bab terakhir penulis akan membuat rangkuman dan saran-saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

(45)

BAB II

PROFIL DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDIP) KABUPATEN SIMALUNGUN

2.1 Sejarah Singkat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)24

Sejarah berdirinya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dimulai dari pembentukan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan partai hasil fusi dari beberapa partai politik antara lain Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Musyawarah Masyarakat Banyak (MURBA), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) dan juga partai Keagamaan yaitu Partai Kristen indonesia (Parkindo) dan Partai Katolik pada tanggal 10 Januari 1973.

Seiring perjalannya di kancah perpolitikan nasional pada tahun 1993 ada permasalah internal partai tersebut, Megawati Soekarno Putri yang terpilih secara aklamasi menjadi ketua umum partai PDI tersebut, kepemimpinanya terganggu dengan kongres yang berlangsung di kota Medan pada tahun 1996 yang memilih Bapak Soerjadi sebagai ketua umum PDI yang baru. Hasil kongrestersebut ditindaklanjuti dengan upaya pengambilalihan kedudukan dari kepemimpinan ibu Megawati hingga terjadi perpecahan yaitu peristiwa 27 Juli 1996 (Kuda Tuli).

Setelah peristiwa tersebut, Ibu Megawati mendirikan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) diresmikan pada tanggal 1 Februari 1999 yang mampu bertahan dan berkibar hingga saat ini. Walaupun pada masa itu Ibu Megawati

24m.antara news.com , Copryght antara 2014

(46)

menjabat sebagai DPR Komisi 1, setelah peristiwa tersebut namanya semakin dikenal dalam kancah perpolitikan nasional dan mampu tampil sebagai Presiden Republik Indonesia pada tahun 2001 walaupun pada tahun 2004 Ibu Megawati tidak mampu melanggengkan jabatannya dan digantikan oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang merupakan pimpinan Partai Demokrat.

o Lambang PDI Perjuangan berupa gambar banteng hitam bermoncong putih dengan latar merah di dalam lingkaran bergaris hitam dan putih.

o Warna dasar merah melambangkan berani mengambil resiko dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran untuk rakyat.

o Mata merah dengan pandangan tajam melambangkan selalu waspada terhadap ancaman dalam berjuang.

o Moncong putih melambangkan dapat dipercaya dan berkomitmen dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran

o Lingkaran melambangkan tekad yang bulat dan perjuangan yang terus-menerus tanpa terputus,

Ketua umum : Megawati Soekarnoputri

(47)

Sekretaris jenderal : Hasto Kristiyanto

Ketuafraksi diDPR : Utut Adianto

Didirikan:

10 Januari 1973; 46 tahun lalu (sebagai PDI) 1 Februari1999 (sebagai PDI-P)

Kantor pusat: Jalan Diponegoro No.58, Menteng, Jakarta Pusat Anggota: 339.224 (2017)

Ideologi:

Pancasila Marhaenisme

Kursi di DPR (2014) : 109 / 560

Website :http://www.pdiperjuangan.id/

Tabel 1.1 Pencapaian PDI-Perjuangan

Tahun Suara Kursi Peringkat 1999 35.689.073 (33,74%) 153 (33,12%) 1

2004 21.026.629 (18,53%) 109 (19,82%) 2 2009 14.600.091 (14,03%) 95 (16,96%) 3 2014 23.681.471 (18,95%) 109 (19,46%) 1

2.1.1 Kepengurusan Partai PDI-Perjuangan25

Susunan Pengurus

25http://www.pdiperjuangan.id/

Gambar

Tabel 1.1 : Daftar Partai Politik Peserta pemilihan Umum Legislatif 2019
Tabel  1.1 Pencapaian PDI-Perjuangan
Tabel 2.1.1  Pengurus DPP Partai PDI Perjuangan   No
Tabel 2.2a Dapil Pemilu 2014 dan 2019  Dapi
+3

Referensi

Dokumen terkait

dan biaya yang diperlukan dalam perkawinan adat terlalu tinggi, factor. ekonomi, dan juga

Topik: Konversi Tabel Kebenaran ke dalam Persamaan Boolean Kegiatan: Dosen memberikan materi tentang konversi tabel.. kebenaran ke dalam persamaan Boolean serta penerapannya

[r]

mengirimkan data dengan panjang kata 32 bit, terdapat berapa jenis kombinasi data kah yang terkandung pada setiap kata?.. 25. Kombinasi Bit

Climbing An Infinite Ladder... Induction

Manajemen berkeyakinan bahwa tidak terdapat perubahan signifikan atas nilai wajar properti investasi selama periode sejak tanggal laporan penilai independen sampai dengan tanggal

\ used in s ome mathematical software, such as GNU Octave. They allow the operands to be written in the reverse order by using the backslash as the division operator: b \

Pada penelitian ini peneliti meneliti tentang INDUSTRI GARAM MASYARAKAT MADURA, adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses sistem industri garam pada petani garam