• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS KENAIKAN HARGA ALAT KESEHATAN DI E-COMMERCE PADA MASA PANDEMI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS KENAIKAN HARGA ALAT KESEHATAN DI E-COMMERCE PADA MASA PANDEMI COVID-19"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS KENAIKAN HARGA ALAT KESEHATAN DI E-COMMERCE

PADA MASA PANDEMI COVID-19

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Program Studi Ilmu Hukum Pada Bagian Hukum Perdata Fakultas

Hukum Universitas Sriwijaya

Oleh:

SYAVIRA RAMADHANTI 02011381722351

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG 2021

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 2

DAFTAR TABEL ... xiii

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 16

F. Kerangka Teori ... 17

1. Teori Perlindungan Hukum ... 17

1. Teori Keadilan... 20

G. Metode Penelitian ... 24

1. Jenis Penelitian ... 24

2. Pendekatan Penelitian ... 24

3. Jenis dan Sumber Bahan Hukum ... 25

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 27

(11)

xi

5. Teknik Analisis Bahan Hukum ... 28 6. Teknik Penarikan Kesimpulan ... 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan KonsumenError! Bookmark not defined.

1. Pengertian Hukum Perlindungan KonsumenError! Bookmark not defined.

2. Hak dan Tanggung Jawab Pelaku Usaha dan Konsumen ... Error!

Bookmark not defined.

3. Perbuatan yang Dilarang Bagi Pelaku UsahaError! Bookmark not defined.

4. Sanksi Terhadap Pelanggaran Undang – Undang Perlindungan Konsumen ... Error! Bookmark not defined.

B. Tinjauan Umum Tentang E-Commerce .. Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian E-Commerce ... Error! Bookmark not defined.

2. Jenis-Jenis Transaksi E-Commerce ... Error! Bookmark not defined.

3. Pengaturan Izin E-Commerce ... Error! Bookmark not defined.

4. Proses Transaksi E-Commerce... Error! Bookmark not defined.

C. Tinjauan Umum Tentang Corona Virus Disease (COVID-19) ... Error!

Bookmark not defined.

1. Sejarah Corona Virus Disease (COVID-19)Error! Bookmark not defined.

2. Pengertian Corona Virus Disease (COVID-19)Error! Bookmark not defined.

D. Tinjauan Umum Tentang Alat KesehatanError! Bookmark not defined.

1. Pengertian Alat Kesehatan ... Error! Bookmark not defined.

(12)

xii

2. Pengaturan Alat Kesehatan di IndonesiaError! Bookmark not defined.

3. Alat Kesehatan Pencegahan Corona Virus Disease (COVID-19) Error! Bookmark not defined.

BAB III PEMBAHASAN

A. Perlindungan Konsumen Terhadap Kenaikan Harga Alat Kesehatan di E-Commerce ... Error! Bookmark not defined.

1. Kasus Kenaikan Harga Alat Kesehatan di Indonesia ... Error!

Bookmark not defined.

2. Perlindungan Hukum Secara Preventif Terhadap Konsumen Atas Kenaikan Harga Alat Kesehatan di E-CommerceError! Bookmark not defined.

3. Perlindungan Hukum Secara Represif Terhadap Konsumen Atas Kenaikan Harga Alat Kesehatan di E-commerceError! Bookmark not defined.

B. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Konsumen Terkait Kenaikan Harga Alat Kesehatan Pada Masa Pandemi COVID-19 ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV KESIMPULAN

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... 29 LAMPIRAN

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kenaikan Alat Kesehatan Terkait COVID-19………9 Tabel 2 Jenis-Jenis Alat Kesehatan Terkait COVID-19……….17 Tabel 3 Necara Supply dan Demand Alat Kesehatan Nasional…………..69

(14)

xiv

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesatnya pembangunan dan perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi. Kemajuan dIbidang ilmu pengetahuan, teknlogi telekomunikasi, dan informatika juga turut mendukung perluasan ruang gerak transaksi barang dan/atau jasa hingga melintasi batas – batas wilayah suatu negara. Kondisi demikian pada satu pihak sangat bermanfaat bagi kepentingan konsumen karena kebutuhannya akan barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis kualitas barang dan/atau jasa sesuai dengan kemampuannya.1

Perkembangan teknologi informasi telah merubah kebiasaan masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli. Kebiasaan masyarakat yang dari sebelumnya melakukan transaksi jual beli secara langsung atau dengan tatap muka, kini perlahan berubah menjadi sebuah gaya baru yaitu transaksi jual beli melalui internet atau transaksi online. Transaksi online merupakan cara baru dalam melakukan kegiatan jual beli dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Tansaksi online berkembang dimasyarakat sebagai

1 Susanti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Arbitrase dan Penerapan Hukumnya (Jakarta: Kencana, 2017).

(16)

2

dampak dari adanya perkembangan teknologi serta semakin meningkatnya jumlah pengguna internet di Indonesia.2

Internet membawa perekonomian dunia memasuki babak baru yang lebih populer dengan istilah digital economic atau ekonomi digital.

Keberadaannya ditandai dengan semakin maraknya kegiatan perekonomian yang memanfaatkan internet sebagai media komunikasi. Perdagangan misalnya, semakin banyak mengandalkan perdagangan elektronik atau electronic commerce (e-commerce) sebagai media transaksi.3 Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan membuat teknologi menjadi selalu baru, tanpa terkecuali bidang telekomunikasi khususnya media internet. Adanya perkembangan tersebut membuat ruang gerak transaksi barang dan/atau jasa dapat melintasi batas-batas wilayah suatu negara dengan bebas. Kondisi sedemikian rupa mendukung efek pertumbuhan ekonomi yang lebih luas di dunia. Indonesia juga merasakan efek tersebut sehingga perkembangan arus barang dan/jasa menjadi mudah didapatkan terkhususnya yang diuntungkan adalah konsumen.4

Teknologi yang diciptakan berkembang seiring dengan kebutuhan manusia untuk memudahkan hidup dari yang sebelumnya. Kegiatan teknologi informasi dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk saling berkomunikasi,

2 Rifan Adi Nugraha Jamaluddin Mukhtar Hardika dan Fajar Ardianto, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi Online,” Serambi Hukum 8, No. 02 (2015): hlm.

91.

3 Richardus Eko Indrajit, Kiat e-Commerce dan Strategi Bisnis di Dunia Maya (Jakarta:

Gramedia, 2001).

4 Francis Fukuyama, The end of history and the last man (Simon and Schuster, 2006), hlm. 4.

(17)

3

dimanfaatkan untuk penyebaran dan pencarian data, dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar, dimanfaatkan untuk memberi pelayanan, dan dimanfaatkan untuk melakukan transaksi bisnis.5 Dengan perdagangan lewat internet ini berkembang pula sistem bisnis virtual, seperti virtual store dan virtual company. Pelaku bisnis menjalankan bisnis dan perdagangannya

melalui media internet dan tidak lagi mengandalkan bisnis perusahaan konvensional yang nyata. Dengan adanya fenomena yang demikian ini, yakni semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktifitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran usaha, maka perlindungan hukum terhadap konsumen dipandang sangat penting keberadaannya. Sebab dalam rangka mengejar produktifitas dan efisiensi tersebut, pada akhirnya baik secara langsung atau tidak langsung, konsumenlah yang menanggung dampaknya.6

Saat ini, salah satu aktivitas perdagangan di dunia maya yang paling berkembang dalam kaitan dengan penggunaan internet adalah electronic commerce. Electronic Commerce atau E-Commerce adalah segala aktivitas

jual beli yang dilakukan melalui media elektronik. Meskipun sarananya meliputi televisi dan telepon, kini e-commerce lebih sering terjadi melalui internet. E-Commerce tersebut terbagi atas dua segmen yaitu business to business e-commerce (perdagangan antar pelaku usaha) dan business to

5 Heldia Natalia, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi E- Commerce,” Melayunesia Law 1, No. 1 (2017): hlm. 122.

6 Sri Redjeki, Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen pada Era Perdagangan Bebas (Mandar Maju, Bandung, 2000), hlm. 33.

(18)

4

consumer e-commerce (perdagangan antar pelaku usaha dengan konsumen).

Makin banyak kegiatan perekonomian dilakukan melalui media internet.

Misalnya, semakin banyak mengandalkan jual beli sistem online (e- commerce) sebagai media transaksi. Sangat wajar, mengingat melalui internet

masyarakat memiliki ruang gerak yang lebih luas dalam memilih produk (barang dan jasa) yang akan dipergunakan, tentunya dengan berbagai kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan keinginannya.7

Kehadiran e-commerce memberikan kemanjaan yang luar biasa kepada konsumen, karena konsumen tidak perlu keluar rumah untuk berbelanja disamping itu pilihan barang/jasa pun beragam dengan harga yang relatif lebih murah. Hal ini menjadi tantangan yang positif dan sekaligus negatif.

Dikatakan positif karena kondisi tersebut dapat memberikan manfaat bagi konsumen untuk memilih secara bebas barang/jasa yang diinginkannya.

Konsumen memiliki kebebasan untuk menentukan jenis dan kualitas barang/jasa sesuai dengan kebutuhannya. Dikatakan negatif karena kondisi tersebut menyebabkan posisi konsumen menjadi lebih lemah dari pada posisi pelaku usaha yang dapat mengakibatkan kekecewaan dan kerugian.8

Perlindungan Konsumen merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan adanya hukum yang memberikan perlindungan kepada

7 Elina Rudiastari, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli Melalui E-Commerce di Indonesia,” Soshum: Jurnal Sosial dan Humaniora 5 No. 1 (2017):

hlm. 70.

8 Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan (Yogyakarta: Visimedia, 2008), hlm. 54.

(19)

5

konsumen dari kerugian atas penggunaan produk barang dan/atau jasa.9 Perlindungan hukum terhadap konsumen yang melakukan transaksi melalui media elektronik diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Dalam undang – undang ini dinyatakan bahwa upaya pemberdayaan konsumen merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat yang diselenggarakan berdasarkan asas – asas yang relevan dengan asas – asas pembangunan nasional. Dengan demikian, diharapkan masyarakat konsumen yang dirugikan akan merasa terlindungi.10

Perlindungan konsumen mempunyai cakupan yang luas, meliputi perlindungan konsumen terhadap barang dan jasa, yang berawal dari tahap kegiatan untuk mendapatkan barang dan jasa hingga sampai akibat-akibat dari pemakaian barang dan/atau jasa tersebut. Cakupan perlindungan konsumen itu dapat dibedakan dalam dua aspek, yaitu:11

1. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada konsumen tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati.

2. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil kepada konsumen.

Permasalahan yang di hadapi konsumen di Indonesia saat ini, seperti juga yang dialami konsumen di negara – negara berkembang lainnya, tidak hanya pada soal cara memilih barang, teteapi jauh lebih kompleks, yaitu

9 Burhanuddin Susamto, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen dan Sertifikasi Halal (UIN-Maliki Press, 2011), hlm. 1.

10 Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya (Kencana, 2008).

11 Meliala Adrianus, “Praktik Bisnis Curang” (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993).

(20)

6

mengenai kesadaran semua pihak, baik dari pengusaha pemerintah maupun konsumen sendiri tentang pentingnya perlindungan konsumen. Pelaku usaha menyadari bahwa mereka harus menghargai hak – hak konsumen dengan memproduksi barang dan jasa yang berkualitas, aman dimakan/digunakan, mengikuti standar yang berlaku, serta harga yang sesuai (reasonable).

Tingginya perkembangan pengguna internet di Indonesia yang pada tahun 2020 mencapai 175,5 juta jiwa dari jumlah populasi sebanyak 268.583.016 penduduk, diiringi dengan peningkatan volume transaksi yang semakin pesat baik melalui media sosial maupun platform e-commerce.

Namun, potensi timbulnya masalah yang merugikan konsumen juga akan semakin besar, antara lain yang berkaitan dengan keamanan transaksi, mulai dari ketidaksesuaian jenis dan kualitas barang yang dijanjikan, ketidaktepatan waktu pengiriman barang, serta ketidakamanan transaksi.12

Sebagaimana diketahui dunia saat ini tengah mengalami permasalahan sangat serius akibat munculnya virus baru yang ditemukan pertama kali pada Desember 2019 di Wuhan Provinsi Hubei, Tiongkok.13 Pasalnya, virus yang diberi nama oleh World Health Organization (WHO) sebagai Coronavirus Deseas (COVID-19) ini telah menyebarluas dan menginfeksi banyak orang di hampir seluruh belahan dunia. Dimana sampai saat ini metode penyembuhan

12 Mochammad Januar Rizki, “Ragam Pelanggaran Terhadap E-Commerce di Masa Pandemi”, (https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5ee09493ac6f8/ragam-pelanggaran- terhadap-konsumen-e-commerce-di-masa-pandemi/, diakses Tanggal 2 Februari 2020 Pukul 13.09 WIB)

13 Adityo Susilo et al., “Coronavirus disease 2019: Tinjauan literatur terkini,” Jurnal Penyakit Dalam Indonesia 7, No. 1 (2020): hlm. 155.

(21)

7

ataupun obatnya belum juga ditemukan. Penyebaran yang sangat cepat dari manusia ke manusia lainnya menyebabkan jenis virus baru ini juga ditetapkan sebagai pandemi global.14 Akibatnya, tidak hanya terhadap angka infeksi maupun kematian yang terus meningkat, fenomena tersebut juga telah berimbas pada hampir semua aspek kehidupan seperti ekonomi hingga hukum.

Di bidang ekonomi, banyak negara telah menanggung beban ekonomi yang sangat serius dan akhirnya menimbulkan inflasi besar-besaran di semua lini.

Dampak lebih lanjut akan terpuruknya ekonomi negara adalah sulitnya ekonomi masyarakat yang tidak jarang kemudian menimbulkan berbagai macam pelanggaran ekonomi baik secara individu bahkan secara masal guna memenuhi kebutuhan ekonominya di tengah wabah virus yang masih belum terhenti.

Pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia berdampak pada pertumbuhan industri e-commerce yang cukup signifikan. Kebijakan pembatasan social berskala besar (PSBB) dari pemerintah dan rasa khawatir masyarakat terhadap risiko tertular virus Corona membuat transaksi secara online menjadi lebih banyak dipilih seperti transaksi produk kesehatan dan

makanan. Menurut data dari Kominfo, penjualan produk sanitasi secara online meningkat hingga 600% dan penjualan produk makanan & minuman naik hingga 260% selama pandemi. Data tersebut belum termasuk peningkatan transaksi online pada produk-produk lainnya. Hampir semua kebutuhan

14 World Health Organization, “WHO Timeline - COVID-19”, (https://

www.who.int/news-room/detail/27-04-2020-who-timeline---COVID-19, diakses tanggal 28 Januari 2021 Pukul 10.20 WIB)

(22)

8

masyarakat dipenuhi dengan berbelanja di toko online, marketplace, ataupun forum jual beli, terlebih saat pandemi. Hingga kini, transaksi e-commerce B2C (Business to Consumer) atau antara penjual dan pembeli masih mendominasi di Indonesia. Namun mungkin tak banyak yang menyadari bahwa transaksi B2B (Business to Business) secara online juga menjadi pilihan banyak pelaku usaha dan pelanggan.15

E-commerce sebenarnya sudah mampu menarik banyak konsumen di

Indonesia bahkan sebelum terjadinya wabah COVID-19. E-commerce juga merupakan salah satu pendorong utama yang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan nilai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara mencapai $40 miliar pada tahun 2019 dan dipresiksi meningkat hingga $130 miliar pada tahun 2025. Dengan semakin banyaknya toko retail dan konsumen yang terpaksa beralih ke e-commerce, pertumbuhannya dapat ditingkatkan lebih jauh.

Di satu sisi, keberadaan e-commerce pada masa pandemi telah memberikan akses pada masyarakat agar tetap dapat bertransaksi di tengah hambatan logistik dan operasional akibat COVID-19. Di sisi lain, konsumen juga dihadapkan oleh proses transaksi tanpa adanya kesempatan untuk memeriksa, menguji atau mengevaluasi barang sebelum transaksi.16

15 Kustoro Budiarta, Sugianta Ovinus Ginting, dan Janner Simarmata, Ekonomi dan Bisnis Digital (Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2020).

16 Desty Anggie Mustika, “Halal Product Guarantee in Indonesia Online Consumer Protection is Weak in The Middle of The Covid-19 Pandemic,” PROSIDING LPPM UIKA BOGOR, 2020.

(23)

9

Tabel 1

Kenaikan Alat Kesehatan Terkait COVID-19

No. Jenis Alat

Kesehatan

Harga Sebelum Terjadinya

Pandemi COVID-19

Harga Setelah Terjadinya

Pandemi COVID-19 1. Masker N95 Rp. 195.000 Rp. 1.600.000 2. Masker Medis

Biasa

Rp. 16.000 – 20.000

Rp. 350.000

3. Hand Sanitizer Rp. 15.000 – 20.000

Rp. 40.000

Sumber: Kementerian Perdagangan, Analisis Pengawasan Perdagangan Produk Alat Kesehatan Terkait Pandemi COVID-19, 2020.

Berdasarkan tabel diatas, pada masa pandemi saat ini, komoditas pangan, masker, hand sanitizer, obat-obatan dan vitamin termasuk ke dalam barang penting. Pasca dikonfirmasinya dua pasien pertama yang positif tertular COVID-19 oleh Presiden Joko Widodo, krisis ini telah menimbulkan banyak kekhawatiran sekaligus juga rasa kepanikan di masyarakat. Kepanikan tersebut muncul dalam bentuk beberapa hal, misalnya saja tindakan panic buying atau berbelanja dalam jumlah besar. Dimana banyak orang tiba-tiba

membeli kebutuhan makanan, bahan bakar, obat-obatan, vitamin, hand sanitizer, masker dan hal lainnya yang dianggap perlu sebanyak mungkin

karena merasa khawatir akan sesuatu kemungkinan yang buruk terjadi.17 Akibat tingginya permintaan dan kelangkaan pada alat kesehatan dimasa

17 Ibid.

(24)

10

pandemi COVID-19 ini, Mengakibatkan harga masker melonjak tajam hingga beberapa kali lipat.18

Hasil tersebut disebabkan dari berbagai factor seperti sedikitnya supply alat kesehatan, dan juga demand yang terlalu tinggi dari konsumen.

mengakibatkan krisis alat kesehatan ditengah masyarakat khususnya di Indonesia, yang kemudian banyak dimanfaatkan oleh pelaku usaha nakal yang melanggar aturan seperti melakukan penimbunan masker, penjualan hand sanitizer ilegal, naiknya harga vitamin-c serta kelangkaan alat pendukung

kesehatan lainnya.

Harga masker dan cairan hand sanitizer telah mengalami kenaikan hampir 300 persen setelah terkonfirmasinya dua warga Indonesia positif terkonfirmasi virus corona atau COVID-19 sejak Senin, 2 Maret 2020.19 Dimulai dari harga masker di beberapa e-commerce, satu pack masker standar isi 50 pieces yang semula dijual seharga Rp20.000,- kini melambung tinggi menjadi Rp500.000,- per pack.

Tidak hanya harga masker dan hand sanitizer yang mengalami kenaikan, vitamin c juga mengalami kenaikan harga. di Indonesia berbagai produk vitamin c laris terjual karena dianggap mampu menaikkan imun.20 Imbasnya, harga jual vitamin c pun melonjak. Bukan tanpa alasan, vitamin c

18 Ibid.

19 Ferry Sandi, “Hand Sanitizer Diburu Gegara Corona di RI, Harga pun Melejit”, (https://www.cnbcindonesia.com/news/20200312125654-4-144343/hand-sanitizer-diburu-gegara- corona-di-ri-harga-pun-melejit diakses Tanggal 25 Januari 2021 Pukul 10.00 WIB)

20 Wening Purbatin Palupi Soenjoto dan Agus Mujiyono, “Fenomena Panic Buying dan Scarcity di Masa Pandemi Covid 19 Tahun 2020 (Kajian Secara Ekonomi Konvensional dan Syariah),” Jurnal Istiqro 6 (2020): 126–39.

(25)

11

memang memiliki beragam manfaat yang tidak bisa diberikan nutrisi lain dan diyakini menjadi salah satu sumber nutrisi penting untuk menjaga imunitas kesehatan.21

Akibat banyaknya permintaan dan semakain menipisnya ketersediaan alat kesehatan yang ada, kesempatan ini tidak luput pula untuk dimanfaatkan oleh oknum – oknum tidak bertanggung jawab yang kemudian menimbun alat kesehatan. Penimbunan alat kesehatan ini bermaksud untuk mendapatkan keuntungan yang banyak dengan cara menaikkan harga alat kesehatan tersebut berkali kali lipat kepada masyarakat sebagai konsumen yang membutuhkan dengan dalih langkanya alat kesehatan dimasa pandemic COVID-19 ini. Hal ini berpotensi melanggar ketentuan Pasal 107 Undang - Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan:

“Pelaku Usaha yang menyimpan Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang penting dalam jumlah dan waktu tertentu pada saat terjadi kelangkaan Barang, gejolak harga, dan/atau hambatan lalu lintas Perdagangan Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).”22

21 Lynda Hasibuan, “Giliran Vitamin C Langka & Harga Naik Gila – Gilaan di Pasar!”

(https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20200403210203-33-149733/giliran-vitamin-c-langka- harga-naik-gila-gilaan-di-pasar diakses Tanggal 25 Januari 2021 Pukul 21.30 WIB)

22 Pasal 107 Undang – Undang No. 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

(26)

12

Pasal ini berkaitan juga dengan ketentuan Pasal 29 ayat (1) UU Perdagangan yang isinya berupa larangan menimbun barang pada kondisi tertentu. 23

Jika dilihat dari pasal 4 ayat 1 Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat24, maka tegas dikatakan bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Fenomena pandemi COVID-19 ini juga telah mengabaikan hak-hak konsumen yang sebagaimana telah diatur dalam Undang – Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Hak-hak konsumen diatur dalam Pasal 4 UUPK yang menyatakan bahwa :

a. hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

23 Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), “Masker Untuk Cegah Corona, BPKN Inhatkan Pasal 107 UU Perdagangan”, (https://www.bpkn.go.id/posts/show/id/1496, diakses Tanggal 4 Februari 2020 Pukul 13.20 WIB)

24 Pasal 4 Ayat (1) Undang - Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

(27)

13

c. hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Pada dasarnya UUPK sudah sangat efektif mengatur mengenai hak- hak konsumen, sehingga jika terdapat hal-hal yang melanggar hukum yang dilakukan oleh pelaku usaha konsumen dapat menuntut haknya. Hanya saja pada jual beli secara transaksi elektronik pihak konsumen bersifat pasif dan pasrah akan kejadian yang menimpanya mengingat transaksi elektronik ini sangat sulit bagi konsumen ingin menuntut akan haknya. Hal ini di karenakan rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat konsumen, tidak mustahil

(28)

14

dijadikan lahan bagi pelaku usaha dalam transaksi yang tidak mempunyai iktikad baik dalam menjalankan usaha, yaitu berprinsip mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan memanfaatkan seefisien mungkin sumber daya yang ada.25

Pemberdayaan konsumen sangat penting karena bukan hanya mendorong kesadaran dan kewajiban konsumen untuk meningkatkan kualitas dan pertumbuhan industri, namun juga perekonomian nasional.26 Dalam hal ini konsumen harus lebih dapat mengerti tentang hak dan perlindungan apa saja yang didapat saat melakukan kegiatan transaksi di E-Commerce, terlebih lagi saat terjadinya kenaikan harga alat kesehatan di masa pandemic COVID-19.

Berdasarkan dari pemaparan diatas maka penulis ingin melakukan peneletian yang berhubungan dengan permasalahan hukum, dengan judul:

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS KENAIKAN HARGA ALAT KESEHATAN DI E-COMMERCE PADA MASA PANDEMI COVID-19”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis buat diatas, maka dirumuskan beberapa identifikasi masalah pembahsan skripsi ini dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

25 Desy Ary Setyawati, Dahlan Ali, dan M Nur Rasyid, “Perlindungan Bagi Hak Konsumen dan Tanggung Jawab Pelaku Usaha Dalam Perjanjian Transaksi Elektronik,” Syiah Kuala Law Journal 1, No. 3 (2017): hlm. 34.

26 Andika Primasiwi, Konsumen Indonesia Belum Melek dan Memahami Hak Haknya”, (https://www.suaramerdeka.com/news/ekonomi-dan-bisnis/225276-konsumen-indonesia-belum- melek-dan-memahami-hak-haknya diakses pada tanggal 15 Agustus 2020 Pukul 23.00 WIB)

(29)

15

1. Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Atas Kenaikan Harga Alat Kesehatan di E-Commerce?

2. Bagaimana Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Konsumen Terkait Kenaikan Harga Alat Kesehatan Pada Masa Pandemi COVID- 19?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini sebagai berikut adalah:

1. Untuk Mengetahui dan Menganalisis Perlindungan Hukum terhadap Konsumen atas Kenaikan Harga Alat Kesehatan di E-Commerce.

2. Untuk Mengetahui Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Konsumen Terkait Kenaikan Harga Alat Kesehatan Pada Masa Pandemi COVID-19.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan memperoleh manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Manfaat Teoritis

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan pemikiran dan juga dapat menjadi tambahan wawasan serta pengetahuan di Kalangan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya dalam rangka pengembangan Ilmu Hukum Perdata Khususnya di Bidang Hukum Perlindungan Konsumen, dan juga diharapkan masyarakat sekitar agar dapat

(30)

16

lebih tau dan sadar terhadap hak yang dimiliki oleh konsumen dikemudian hari sehingga tidak terjadi pelanggaran hak konsumen.

2) Manfaat Praktis

Penelitian skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi dalam bidang Hukum Perindungan Konsumen serta dapat diajadikan pedoman terhadap Pemerintah dalam hal ini: BPKN (Badan Perlindungan Konsumen Nasional) dan YLKI (Yayasan Lembaga dan Konsumen Indonesia), Praktisi Hukum, Dosen Pengajar, Mahasiswa, maupun Masyarakat sekitar.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Hukum Perlindungan Konsumen memiliki aspek yang luas oleh sebab itu guna memperjelas permaslahan dan pembahasan dari penulisan ini maka penulis membatasi ruang lingkup penulisan skripsi ini pada Perlindungan hukum terhadap Konsumen terkait kenaikan harga alat kesehatan meliputi masker N95, masker medis, alat pelindung diri, hand sanitizer di e-commerce pada masa pandemic COVID-19 di tahun 2020. Adapun jenis-jenis alat Kesehatan sebagai berikut:

(31)

17

Tabel 2

Jenis-Jenis Alat Kesehatan Terkait COVID-19

No. Jumlah Produk Peraturan Perundang – Undangan Yang

Mengaturnya

1. Masker N95

Peraturan Menteri Perdagangan No. 23 Tahun 2020 Tentang Larangan Sementara Ekspor Antiseptik, Bahan Baku Masker, Alat Pelindung Diri, dan Masker

2. Masker Bedah

3. Masker Kain

4. Pakaian Bedah (Gown/Surgical Gown)

5. Pakaian Pelindung Medis (Coverall)

Sumber: Kementerian Perdagangan, Analisis Pengawasan Perdagangan Produk Alat Kesehatan Terkait Pandemi COVID-19, 2020

F. Kerangka Teori

Kerangka teori ialah sebuah dasar dari kompilasi pemikiran untuk menyusun sebuah penelitian yang bertujuan agar dapat membantu penulis dalam menentukan maksud dan tujuan yang ingin dicapai, penulis akan memanfaatkan beberapa teori yang berhubungan dengan dengan permasalahan – permasalahan yang akan dibahas. Dalam menganalisis dan menjelaskan penelitian ini, membutuhkan berbagai macam teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diangkat oleh penulisn dalam penelitian ini antara lain sebgai berikut:

1. Teori Perlindungan Hukum

Indonesia merupakan negara hukum yang mana unsur penting didalam suatu Negara Indonesia ini ialah perlindungan hukum, dianggap penting karena dalam rangka pembentukan Negara hukum pasti diikuti pula dengan dibentuknya aturan-aturan yang mengatur setiap masyarakat demi

(32)

18

menciptakan keamanan dan keseimbangan masyarakat, dan juga perlindungan hukum sebagai kewajiban negara kepada setiap masyarakat untuk melindungi hak-hak masyarakat tersebut.27

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang lisan maupun yang tertulis. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri dari fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa hukum memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian. Dalam menjalankan dan memberikan perlindungan hukum dibutuhkannya suatu tempat atau wadah dalam pelaksanaannya yang sering disebut dengan sarana perlindungan hukum. Sarana perlindungan hukum dibagi menjadi dua macam yang dapat dipahami, yaitu sarana Perlindungan Hukum Preventif dan sarana perlindungan Hukum Represif.28

Perlindungan hukum preventif subyek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa sedangkan Perlindungan hukum preventif artinya bagi tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong

27 Siti Risma, Murzal Zaidan, dan Ahmaturrahman Ahmaturrahman, “Perlindungan Hukum Terhadap Kreditor Dalam Pengalihan Objek Jaminan Fidusia Oleh Debitor Tanpa Sepengetahuan Kreditor (PADA PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Palembang)”

(Sriwijaya University, 2021).

28 Wahyu Simon Tampubolon, “Upaya Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Ditinjau Dari Undang Undang Perlindungan Konsumen,” Jurnal Ilmiah Advokasi 4, No. 1 (2016): 53–61.

(33)

19

untuk bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi. Di indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum preventif.29

Perlindungan hukum preventif subyek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa sedangkan Perlindungan hukum preventif artinya bagi tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi. Di indonesia belum ada pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum preventif.30

Selain itu terdapat beberapa doktrin dari ahli mengenai teori perlindungan hukum, seperti menurut Satjipto Rahardjo berpendapat bahwa perlindungan hukum merupakan upaya dalam rangka memberikan suatu perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia yang dirugikan orang lain serta memperoleh perlindungan untuk masyarakat agar merasakan seluruh hak yang diberikan oleh hukum.31

Setiono berpendapat bahwa perlindungan hukum adalah upaya perlindungan dalam rangka melindungi rakyat dari tindakan yang semaunya atas penguasa yang tidak mematuhi aturan hukum, dalam rangka menciptakan

29 Ibid, hlm. 45

30 Ibid.

31 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Edisi 5 (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000).

(34)

20

keamanan serta keseimbangan sehingga manusia dapat menikmati harkat dan martabat sebagai manusia.32

Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa perlindungan hukum adalah sebuah kaidah yang dapat melindungi suatu hal dari hal yang lainnya dalam upaya menciptakan keseimbangan dalam hubungan sesama masyarakat.33

2. Teori Keadilan

Pada dasarnya suatu konsep keadilan cenderung relatif, karena setiap orang memiliki perspektif berbeda-beda dalam menilai keadilan. Sederhanya adil menurut satu orang belum tentu sama dengan dengan adil orang lain dan ketika seseorang menegaskan bahwa ia melakukan suatu keadilan, hal itu tentunya harus relevan dengan ketertiban umum dimana suatu skala keadilan diakui. Dan kalau melihat dari definisi keadilan berasal dari kata adil, menurut Kamus Bahasa Indonesia adil adalah tidak sewenang-wenang, tidak memihak, tidak berat sebelah. Adil terutama mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma objektif. Skala keadilan sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, setiap skala didefinisikan dan sepenuhnya ditentukan oleh masyarakat sesuai dengan ketertiban umum dari masyarakat tersebut.34

Keadilan pada dasarnya adalah suatu konsep yang relatif, setiap orang tidak sama, adil menurut yang satu belum tentu adil bagi yang lainnya, ketika

32 Ibid.

33 M Hadjon Philipus, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia (Surabaya: Bina Ilmu, 1987).

34 Agus Santoso, Hukum, Moral, dan Keadilan: Sebuah Kajian Filsafat Hukum (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 85.

(35)

21

seseorang menegaskan bahwa ia melakukan suatu keadilan, hal itu tentunya harus relevan dengan ketertiban umum dimana suatu skala keadilan diakui.

Dalam filsafat hukum, teori-teori hukum alam sejak Socrates hingga Francois Geny, tetap mempertahankan keadilan sebagai mahkota hukum.

Teori Hukum Alam mengutamakan “the search for justice”.35 Terdapat macam-macam teori mengenai keadilan dan masyarakat yang adil. Teori-teori ini menyangkut hak dan kebebasan, peluang kekuasaan, pendapatan dan kemakmuran.

Pandangan Aristoteles tentang keadilan terdapat dalam karyanya nichomachean ethics, politics, dan rethoric. Lebih khususnya, dalam buku nicomachean ethics, buku itu sepenuhnya ditujukan bagi keadilan yang berdasarkan filsafat umum Aristoteles, mesti dianggap sebagai inti dari filsafat hukumnya, “karena hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya dengan keadilan.36

Selain itu Aristoteles juga membedakan antara keadilan distributif dengan keadilan korektif. Keadilan distributif menurutnya adalah keadilan yang berlaku dalam hukum publik, yaitu berfokus pada distribusi, honor kekayaan, dan barang-barang lain yang diperoleh oleh anggota masyarakat.

Kemudian keadilan korektif berhubungan dengan pembetulan sesuatu yang salah, memberikan kompensasi kepada pihak yang dirugikan atau hukuman yang pantas bagi pelaku kejahatan. Sehingga dapat disebutkan bahwa ganti

35 Raisul Muttaqim dan Carl Joachim, Filsafat Hukum: Perspektif Historis (Bandung:

Nusa Media, 2016), hlm. 24.

36 Muttaqim dan Joachim, Filsafat Hukum: Perspektif Historis.

(36)

22

rugi dan sanksi merupakan keadilan akorektif menurut Aristoteles. Teori keadilan menurut Arsitoteles yang dikemukakan oleh Theo Huijbers adalah sebagai berikut:37

1. Keadilan dalam pembagian jabatan dan harta benda publik. Disini berlaku kesamaan geometris. Misalnya seorang Bupati jabatannya dua kali lebih penting dibandingkan dengan Camat, maka Bupati harus mendapatkan kehormatan dua kali lebih banyak daripada Camat.

Kepada yang sama penting diberikan yang sama, dan yang tidak sama penting diberikan yang tidak sama.

2. Keadilan dalam jual-beli. Menurutnya harga barang tergantung kedudukan dari para pihak. Ini sekarang tidak mungkin diterima.

3. Keadilan sebagai kesamaan aritmatis dalam bidang privat dan juga publik. Kalau seorang mencuri, maka ia harus dihukum, tanpa mempedulikan kedudukan orang yang bersangkutan. Sekarang, kalau pejabat terbukti secara sah melakukan korupsi, maka pejabat itu harus dihukum tidak peduli bahwa ia adalah pejabat.

4. Keadilan dalam bidang penafsiran hukum. Karena Undang- Undang itu bersifat umum, tidak meliputi semua persoalan konkret, maka hakim harus menafsirkannya seolah-olah ia sendiri terlibat dalam peristiwa konkret tersebut. Menurut Aristoteles, hakim tersebut harus memiliki epikeia, yaitu “suatu rasa tentang apa yang pantas”.

37 Hyronimus Rhiti, Filsafat Hukum Edisi Lengkap (dari klasik ke postmodernisme) (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2015), hlm. 245.

(37)

23

Nantinya dalam karya tulis ilmiah ini berfokus bagaimana pelaksanaan teori keadilan korektif menurut Aristoteles sebagaimana pemberian sanksi terhadap pihak yang menaikan harga alat kesehatan dimasa pandemi COVID-19 ini tanpa mempertimbangkan keadaan masyarakat atau kebutuhan publik terhadap alat kesehatan yang terjangkau demi mendapatkan keuntungan.

Selanjutnya Menurut Thomas Hobbes keadilan ialah suatu perbuatan dapat dikatakan adil apabila telah didasarkan pada perjanjian yang telah disepakati. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa keadilan atau rasa keadilan baru dapat tercapai saat adanya kesepakatan antara dua pihak yang berjanji. Perjanjian disini diartikan dalam wujud yang luas tidak hanya sebatas perjanjian dua pihak yang sedang mengadakan kontrak bisnis, sewa- menyewa, dan lain-lain. Melainkan perjanjian disini juga perjanjian jatuhan putusan antara hakim dan terdakwa, peraturan perundang- undangan yang tidak memihak pada satu pihak saja tetapi harus saling mengedepankan kepentingan dan kesejahteraan publik.38 Oleh sebab yang dimaksud keadilan dalam perlindungan konsumen tidak hanya memperhatikan perjanjian jual beli antar para pihak akan tetapi harus memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan publik dalam hal ini ketersedian dan kebutuhan alat kesehatan dengan harga yang normal.

38 Muhammad Syukri Albani Nasution, Zul Pahmi Lubis, dan Ahmad Faury Iwan, Hukum dalam Pendekatan Filsafat (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 217-218.

(38)

24

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara – cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu, sehingga pada gilirannya dapat memahami, memecahkan dan mengatisipasi masalah. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian hukum yuridis – normatif. Dimana penelitian hukum yang dilakukan secara yuridis normatif adalah hukum yang dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.39 Penelitian hukum normatif ini diadasrakan kepada bahan hukum primer dan sekunder, yaitu penelitian yang mengacu kepada norma- norma yang terdapat dalam peraturan perundang- undangan.40

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan yaitu:

1. Pendekatan Undang – Undang (Statue Approach)

Pendekatan Undang – Undang (statute approach) adalah pendekatan hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

39 Amirudin Dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2020), hlm. 118.

40 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia UI-Press, 2006), hlm. 20.

(39)

25

pustaka yaitu undang – undang dan regulasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam hal ini penulis akan menggunakan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang perlindungan Konsumen.

2. Pendekatan Analisis (Analytical Approach)

Pendekatan Analisis adalah pendekatan yang digunakan untuk memahami makna yang tercantum oleh istilah-istilah yang digunakan dalam peraturan perundang-undangan secara konsepsional. 41 Dalam pendekatan analisis akan menganalisis pengertian hukum, asas hukum, kaidah hukum, sistem hukum dan berbagai konsep yuridis.

3. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Jenis dan sumber bahan hukum yang digunakan dalam penulisan skrispi ini ialah sebagai berikut:

A. Bahan Hukum Primer

1) Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

2) Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

3) Undang – Undang No. 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

4) Undang – Undang No. 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

41 Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris (Jakarta: PT. Prenada Media, 2018), hlm. 130.

(40)

26

5) Undang – Undang No. 5 Tahun 1999 Tentag Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

6) Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2019 Tentang Perdagangan Melalui Ssistem Elektronik

7) Peraturan Menteri Perdagangan No. 23 Tahun 2020 Tentang Larangan Sementara Ekspor Antiseptik, Bahan Baku Masker, Alat Pelindung Diri, dan Masker

8) Peraturan Menteri Perdagangan No. 57 Tahun 2020 Tentang Ketentuan Ekspor Bahan Baku Masker, Masker, dan Alat Pelindung Diri

9) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 69 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Barang Beredar dan/atau Jasa

10) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50 Tahun 2020 Tentang Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik

B. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder ialah bahan hukum yang membantu dan memperkuat bahan hukum primer memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang ada sehingga dapat di lakukan analisa dan pemahaman yang lebih mendalam42 berupa dokumen atau bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer

42 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan 16 (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2014), hlm. 23.

(41)

27

seperti pendapat para ahli hukum, buku-buku, artikel, jurnal, hasil penelitian, pendapat para sarjana, makalah dan lain sebagainya yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas.

C. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier, ialah bahan hukum pelengkap yang bersifat memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tersier dapat berupa: Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ensiklopedia, dan bahan-bahan dari media internet yang signifikan dengan penelitian ini..43

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum ialah menggunakan cara Studi Kepustakaan (Library Research). Yaitu pengumpulan bahan hukum dengan melakukan penelusuran bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Penelitian kepustakaan ini akan menjelaskan dengan metode kualitatif yaitu melangsungkan uraian secara deskriptif dari buku-buku literatur dan media elektronik atau bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang telah dikumpulkan sesuai permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini.44

43 Ibid, hlm. 54.

44 Nasution Bahder Johan, “Metode Penelitian Ilmu Hukum,” Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm. 35.

(42)

28

5. Teknik Analisis Bahan Hukum

Metode yang digunakan dalam menganalisis dan mengolah data- data yang ada adalah analisis kualitatif. Maksud dari penggunaan metode ini adalah memberikan gambaran terhadap permasalahan yang ada dengan berdasarkan pada pendekatan yuridis normatif.45 Pada metode ini data-data yang diperoleh yaitu bahan hukum primer yaitu peraturan perundang - undangan serta bahan hukum sekunder yaitu doktrin para ahli hukum lalu dikaitkan dengan isi permasalahan hukum yang berkaitan dalam penulisan skripsi ini stelah dilakukan proses inventarisasi dan penyusunan data secara sistematis46 yang kemudian dirumuskan dalam bentuk kesimpulan.47

6. Teknik Penarikan Kesimpulan

Teknik penarikan kesimpulan yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deduktif, yaitu dimana pola pikir yang didasarkan pada suatu fakta yang bersifat umum, selanjutnya ditarik sebuah kesimpulan pada suatu fakta yang bersifat khusus 48 Sehingga dapat menjawab permasalahan yang ada didalam skripsi ini.

45 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Praktik dan Teori (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hlm. 145.

46 Ibid

47 Soekanto dan Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat.

48 Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum.

(43)

29

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adrianus, Meliala. “Praktik Bisnis Curang.” Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993.

Amran, Andi Muh Aqsha. “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Mengedarkan Obat Tanpa Izin Edar (Studi Kasus Putusan Nomor 102/Pid.

Sus/2018/Pn. Mam).” Universitas Hasanuddin, 2020.

Andika, Ni Putu Icha Putri, dan I Made Dedy Priyanto. “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Atas Melonjaknya Harga Masker Akibat Virus Covid- 19.” Jurnal Kertha Semaya 9 (4) (2021): 556–68.

Asikin, Amirudin Dan Zainal. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2020.

Barkatullah, Abdul Halim. Hukum Transaksi Elektronik di Indonesia sebagai Pedoman dalam Menghadapi Era Digital Bisnis E-Commerce di Indonesia.

Jakarta: Nusa Media, 2017.

Budiarta, Kustoro, Sugianta Ovinus Ginting, dan Janner Simarmata. Ekonomi dan Bisnis Digital. Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2020.

Disease, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian. “Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Coronavirus Disease (COVID-19) Maret 2020.”

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020.

Dwisana, I Made Arya, dan I Wayan Wiryawan. “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Atas Produk Yang Memiliki Nilai Nominal Berbeda Dengan Harga Pada Display Rak,” n.d.

Efendi, Jonaedi, dan Johnny Ibrahim. Metode Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris. Jakarta: PT. Prenada Media, 2018.

Fukuyama, Francis. The end of history and the last man. Simon and Schuster, 2006.

Gunawan, Widjaja, dan Ahmad Yani. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Indrajit, Richardus Eko. Kiat e-Commerce dan Strategi Bisnis di Dunia Maya.

Jakarta: Gramedia, 2001.

Johan, Nasution Bahder. “Metode Penelitian Ilmu Hukum.” Mandar Maju,

(44)

30

Bandung, 2008.

Nugroho, Susanti Adi. Penyelesaian Sengketa Arbitrase dan Penerapan Hukumnya. Jakarta: Kencana, 2017.

———. Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya. Kencana, 2008.

of the International, Coronaviridae Study Group. “The species Severe acute respiratory syndrome-related coronavirus: classifying 2019-nCoV and naming it SARS-CoV-2.” Nature microbiology 5, no. 4 (2020): 536.

Philipus, M Hadjon. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. Surabaya: Bina Ilmu, 1987.

Putra, Adithya Wirawan. “Perlindungan Konsumen Terhadap Peredaran Suplemen Makanan Tanpa Izin Badan Pom Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen.” Universitas Indonesia, 2014.

Raditio, Resa. Aspek Hukum Transaksi Elektronik: Perikatan, Pembuktian Dan Penyelesaian Sengketa. Jakarta: Graha Ilmu, 2014.

Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum. Edisi 5. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000.

Redjeki, Sri. Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen pada Era Perdagangan Bebas. Mandar Maju, Bandung, 2000.

Rhiti, Hyronimus. Filsafat Hukum Edisi Lengkap (dari klasik ke postmodernisme). Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2015.

Santoso, Agus. Hukum, Moral, dan Keadilan: Sebuah Kajian Filsafat Hukum.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

Shofie, Yusuf. Perlindungan Konsumen & Instrumen-Instrumen Hukumnya.

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia UI-Press, 2006.

Soekanto, Soerjono, dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Cetakan 16. Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2014.

Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Praktik dan Teori. Jakarta: Rineka Cipta, 2015.

Susamto, Burhanuddin. Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen dan Sertifikasi Halal. UIN-Maliki Press, 2011.

(45)

31

Susanto, Happy. Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan. Yogyakarta: Visimedia, 2008.

Widjaja, Gunawan, dan Ahmad Yani. “Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT.” Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Zein, Yahya Ahmad. Kontrak Elektronik & Penyelesaian Sengketa Bisnis E- Commerce Dalam Transaksi Nasional & Internasional. Mandar Maju, 2009.

PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

Undang – Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 42 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821

Undang – Undang No. 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang -Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 251 Tahun 2016, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5952

Undang – Undang No. 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 45 Tahun 2014, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5512

Undang – Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaiangan Usaha Tidak Sehat, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 33 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3817

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 80 Tahun 2019 Tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik Lembaran Negara Republik Indonesia No. 222 Tahun 2019, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 6420

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 69 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Barang Beredar dan/atau Jasa

Peraturan Menteri Perdagangan No. 23 Tahun 2020 Tentang larangan Ekspor Sementara Sementara Ekspor Antiseptik, Bahan Baku Masker, Alat Pelindung Diri, dan Masker

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50 Tahun 2020 Tentang Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan dan Pengawasan Pelaku Usaha Dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik

(46)

32

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 Tahun 2020 Tentang K etentuan Ekspor Bahan Baku Masker, Masker, dan Alat Pelindung Diri

JURNAL

Amran, Andi Muh Aqsha. “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Mengedarkan Obat Tanpa Izin Edar (Studi Kasus Putusan Nomor 102/Pid.

Sus/2018/Pn. Mam).” Universitas Hasanuddin, 2020.

Andika, Ni Putu Icha Putri, dan I Made Dedy Priyanto. “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Atas Melonjaknya Harga Masker Akibat Virus COVID-19.” Jurnal Kertha Semaya 9 (4) (2021): 556–68.

https://doi.org/10.24843/KS.2021.v09.i04.p01.

Anggarani, Cornelia Dewi, dan Mariske Myeke Tampi. “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Terkait Harga Masker Yang Melonjak Tinggi Disaat Pandemi COVID-19 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.” Jurnal Hukum Adigama 3, no. 2 (2021): 992–1018.

Asri, Dyah Permata Budi. “Perlindungan hukum preventif terhadap ekspresi budaya tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan undang- undang nomor 28 tahun 2014 tentang hak cipta.” JIPRO: Journal of Intellectual Property 1, no. 1 (2018):12

Bahtiar, Rais Agil. “Potensi, Peran Pemerintah, dan Tantangan dalam Pengembangan E-Commerce di Indonesia [Potency, Government Role, and Challenges of E-Commerce Development in Indonesia].” Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik 11, no. 1 (2020): 13–25.

Cahyono, Imam, Marsitiningsih Marsitiningsih, dan Selamat Widodo. “Peran Badan Pengawas Obat dan Makanan terhadap Peredaran Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat Berbahaya dalam Perlindungan Konsumen.” Kosmik Hukum Volume 19, no. 2 (2020): 1–8.

Dermawan, Rizki. “Pemanfaatan Tanda Tangan Digital Tersertifikasi di Era Pandemi.” Jurnal Hukum Lex Generalis 2, no. 8 (2021): 762–81.

Disease, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian. “Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Coronavirus Disease (COVID-19) Maret 2020.” Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020.

Dwisana, I Made Arya, dan I Wayan Wiryawan. “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Atas Produk Yang Memiliki Nilai Nominal Berbeda Dengan Harga Pada Display Rak,” n.d.

Garner, Bryan. Black’s Law Dictionary: 8th Edition. Vol. 825. St. Paul Minn:

(47)

33

West Group, St. Paul Minn, 2004.

Gunanta, Remon, dan Niki Hadian. “18 Imperative E–Commerce: Analisis Kesiapan Pelaku UMKM Kota Bandung Dalam Mengembangkan Industri Kreatif Digital.” Jurnal Akuntansi 11, no. 1 (2019): 187–98.

Harahap, Nurhotia. “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Terkait Dengan Kenaikan Harga Masker Di Masa Pandemi COVID-19.” Yurisprudentia:

Jurnal Hukum Ekonomi 7, no. 1 (2021): 107–25.

Hardika, Rifan Adi Nugraha Jamaluddin Mukhtar, dan Fajar Ardianto.

“Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi Online.”

Serambi Hukum 8, no. 02 (2015): 23092.

Indrajit, Richardus Eko. “Kiat e-Commerce dan Strategi Bisnis di Dunia Maya.”

Gramedia, Jakarta, 2001.

Kartika, I Made Surya, dan A A Sagung Wiratni Darmadi. “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Periklanan dalam Memberikan Informasi yang Lengkap dan Benar.” Jurnal Kertha Semaya 3, no. 04 (2016).

Liemantoro, Silvia. “Tanggung Gugat Pelaku Usaha Atas Produk Albothyl Yang Mengandung Policresulen.” Al Qodiri: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Keagamaan 18, no. 3 (2021): 676–89.

Lukito, Imam. “Tantangan Hukum dan Peran Pemerintah dalam Pembangunan E- Commerce.” Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum 11, no. 3 (2017): 349–67.

Makarim, Edmon. Notaris dan Transaksi Elektronik: Kajian Hukum tentang Cybernotary atau Electronic Notary. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Mubarok, Iqbal Kamil. “Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli Pupuk Bersubsidi Secara Paketan Prespektif Undang-Undang Perlindungan Konsumen Dan Hukum Islam (Studi Kasus Di Desa Sanan Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung).” IAIN Tulungagung, 2021.

Mustika, Desty Anggie. “Halal Product Guarantee in Indonesia Online Consumer Protection is Weak in The Middle of The Covid-19 Pandemic.” PROSIDING LPPM UIKA BOGOR, 2020.

Muttaqim, Raisul, dan Carl Joachim. Filsafat Hukum: Perspektif Historis.

Bandung: Nusa Media, 2016.

Nasution, Muhammad Syukri Albani, Zul Pahmi Lubis, dan Ahmad Faury Iwan.

Hukum dalam Pendekatan Filsafat. Jakarta: Kencana, 2016.

Natalia, Heldia. “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi E- Commerce.” Melayunesia Law 1, no. 1 (2017): 111–26.

(48)

34

Nugroho, Susanti Adi. “Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya,” 2008.

of the International, Coronaviridae Study Group. “The species Severe acute respiratory syndrome-related coronavirus: classifying 2019-nCoV and naming it SARS-CoV-2.” Nature microbiology 5, no. 4 (2020): 536.

Perdana, Andre Pebrian. “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Akibat Kerugian yang Ditimbulkan Oleh Pelaku Usaha Toko Online di Instagram.” Inovasi Pembangunan: Jurnal Kelitbangan 9, no. 02 (2021):

177.

Purba, Perjaka, Ketut Sudiatmaka, dan Dewa Gede Sudika Mangku.

“Implementasi Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Penyelesaian Sengketa Konsumen Di Kabupaten Buleleng.” Jurnal Komunitas Yustisia 2, no. 3 (2020): 156–67.

Putra, Adithya Wirawan. “Perlindungan Konsumen Terhadap Peredaran Suplemen Makanan Tanpa Izin Badan Pom Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen.” Universitas Indonesia, 2014.

Putri, NMSA, I Made Sarjana, dan I Made Dedy Priyanto. “Pelaksanaan Penyelesaian Sengketa Konsumen Oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Di Kota Denpasar.” Jurnal Kertha Semaya, 2017.

Ranto, Roberto. “Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik.” Jurnal Ilmu Hukum:

ALETHEA 2, no. 2 (2019): 145–64.

Rianti, Ni Komang Ayu Nira Relies. “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Konsumen Dalam Hal Terjadinya Hortweighting Ditinjau Dari Undang- Undang RI No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.” Jurnal Magister Hukum Udayana 6, no. 4 (2017): 521–37.

Rudiastari, Elina. “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli Melalui E-Commerce di Indonesia.” Soshum: Jurnal Sosial dan Humaniora 5, no. 1 (2017): 71.

Setiantoro, Arfian, Fayreizha Destika Putri, Anisah Novitarani, dan Rinitami Njatrijani. “Urgensi Perlindungan Hukum Konsumen Dan Penyelesaian Sengketa E-Commerce Di Era Masyarakat Ekonomi Asean.” Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional 7, no. 1 (2018): 1–17.

Setyawati, Desy Ary, Dahlan Ali, dan M Nur Rasyid. “Perlindungan Bagi Hak Konsumen dan Tanggung Jawab Pelaku Usaha Dalam Perjanjian Transaksi Elektronik.” Syiah Kuala Law Journal 1, no. 3 (2017): 46–64.

Soenjoto, Wening Purbatin Palupi, and Agus Mujiyono. “Fenomena Panic Buying

(49)

35

Dan Scarcity Di Masa Pandemi Covid 19 Tahun 2020 (Kajian Secara Ekonomi Konvensional Dan Syariah).” Jurnal Istiqro no. 6 (2020): 126–39.

Susilo, Adityo, Cleopas Martin Rumende, Ceva Wicaksono Pitoyo, Widayat Djoko Santoso, Mira Yulianti, Herikurniawan Herikurniawan, Robert Sinto, Gurmeet Singh, Leonard Nainggolan, dan Erni Juwita Nelwan.

“Coronavirus disease 2019: Tinjauan literatur terkini.” Jurnal Penyakit Dalam Indonesia 7, no. 1 (2020): 45–67.

Tampubolon, Wahyu Simon. “Upaya Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Ditinjau Dari Undang Undang Perlindungan Konsumen.” Jurnal Ilmiah Advokasi 4, no. 1 (2016): 53–61.

Wu, Zunyou, dan Jennifer M McGoogan. “Characteristics of and important lessons from the coronavirus disease 2019 (COVID-19) outbreak in China:

summary of a report of 72 314 cases from the Chinese Center for Disease Control and Prevention.” Jama 323, no. 13 (2020): 1239–42.

Yarti, Rini, dan A M Tri Anggraini. “Perlindungan Hukum Konsumen Pengguna Produk Masker Shiseido Yang Menggunakan Bahasa Asing (Studi Terhadap Kemasan Shiseido Dalam Bahasa Jepang Di Wilayah Tangerang).” Jurnal Hukum Adigama 1, no. 2 (2019): 929–55.

SKRIPSI

Risma, Siti, Murzal Zaidan, dan Ahmaturrahman Ahmaturrahman. “Perlindungan Hukum Terhadap Kreditor Dalam Pengalihan Objek Jaminan Fidusia Oleh Debitor Tanpa Sepengetahuan Kreditor (PADA PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Palembang).” Sriwijaya University, 2021.

INTERNET

Andika Primasiwi, 2020. Konsumen Indonesia Belum Melek dan Memahami Hak Haknya”, di https://www.suaramerdeka.com/news/ekonomi-dan- bisnis/225276-konsumen-indonesia-belum-melek-dan-memahami-hak- haknya diakses 15 Agustus 2020)

Arif Budiansyah, 2020. Ledakan Harga Masker di E-Commerce dan Respon Para Unicorn, di https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200401084832-37- 148921/ledakan-harga-masker-di-e-commerce-respons-para-unicorn (diakses Pada Tanggal 10 Oktober 2021)

Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), 2020. Masker Untuk Cegah Corona, BPKN Inhatkan Pasal 107 UU Perdagangan, di https://www.bpkn.go.id/posts/show/id/1496, (diakses 4 Februari 2020)

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini ditentukan dalam Pasal 19 UUPK yang menyebutkan bahwa tanggung jawab pelaku usaha dalam perlindungan konsumen apabila terjadi kerugian di pihak konsumen,

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen karena pelaku.. usaha e-commerce sangat

Pentingnya hukum perlindungan konsumen tentang tanggung jawab pelaku usaha atas produk yang merugikan konsumen yang menganut prinsip-prinsip hukum salah satunya tanggung jawab

Untuk mengetahui dan Menganalisis peraturan perundang-undangan yang terkait dengan jual beli online terutama aspek perlindungan konsumen dan juga pelaku usaha

Untuk mewujudkan pemenuhan perlindungan konsumen negara mengeluarkan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang dalam Pasal 1 angka 2 UUPK menyebutkan

Perlindungan konsumen atas kerugian pelayanan dan kenaikan biaya indihome yaitu bahwa konsumen belum sepenuhnya mendapatkan perlindungan hukum, karena PT.Telkom Kota

Hal ini ditentukan dalam Pasal 19 UUPK yang menyebutkan bahwa tanggung jawab pelaku usaha dalam perlindungan konsumen apabila terjadi kerugian di pihak konsumen,

Gunawan, Johanes, Tanggung Jawab Pelaku Usaha Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Dalam Seminar Nasional : Antisipasi Pelaku Usaha Terhadap Undang-Undang