• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL DENGAN KEJADIAN BABY BLUES PADA IBU NIFAS PRIMIPARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL DENGAN KEJADIAN BABY BLUES PADA IBU NIFAS PRIMIPARA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL DENGAN KEJADIAN BABY BLUES PADA IBU NIFAS PRIMIPARA

Endah Ernawati

Akademi Kebidanan Pamenang Pare, Kediri

ABSTRAK

Faktor sosial pada ibu nifas primipara merupakan salah satu faktor penting untuk menghindarkan ibu dari kejadian Baby Blues, meskipun Baby Blues jarang ditemui dan jarang terlihat jelas tanda dan gejalanya, akan tetapi lebih baik dicegah agar tidak terjadi Baby Blues yang mempunyai dampak pada ibu dan bayi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor sosial dengan kejadian Baby Blues pada ibu nifas primipara. Desain penelitian ini adalah analitik korelasi dengan pendekatan pengumpulan data Recall dengan populasi ibu nifas primipara yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Pare Kabupaten Kediri menggunakan tehnik accidental sampling dengan jumlah sampel 16 orang. Dalam penelitian ini menggunakan uji statistik korelasi Regresi. Hasil penelitian menunjukkan dari 16 responden yaitu sebagian besar (50%) responden mempunyai faktor sosial kurang dan sebagian kecil (18,8%) responden mempunyai faktor sosial baik. Kejadian Baby Blues sebagian besar 10 responden (62,5%) mengalami depresi, sebagian kecil (0,0%) mengalami Baby Blues ringan.

Berdasarkan hasil korelasi Regresi ada hubungan yang positif cukup dekat yang digambarkan dalam diagram pencar titik menggerombol pada garis kiri bawah ke kanan atas. Dimana semakin kurang faktor sosial ibu nifas primipara maka akan semakin mengalami Baby Blues yang berkelanjutan menjadi depresi.

Kata kunci : faktor sosial, Baby Blues ABSTRACT

Social factors on the parturition primipara is one important factor to avoid the mother of baby blues scene , although baby blues are rarely found and rarely seen clear signs and this shows a tendency to , however better prevented to avoid baby blues who have an impact on the mother and infant .The purpose of this study is to find factors social relations with the genesis baby blues on the primipara who have just given birth .The design of this study is analytic the correlation with different approaches to data collection recall with a population of parturition primipara mother who was in the working areas of puskesmas pare kabupaten kediri tehnik accidental use of sampling with the total sample 16 people .In this research test use of statistical correlation regression .The research results show of 16 respondents where most ( 50 % ) respondents own social factors lacking and a fraction ( 18.8 % ) of respondents have good social factors .Baby blues scene most of 10 respondents ( 62.5 % ) leads Experience light baby blues .Based on the results there is a regression a positive correlation close enough described in the diagram scatter menggerombol point on a line to the right over the lower left .Where becomes less social factors mother parturition primipara the more one is experienced sustainable baby blues into a depression.

Keywords : social factors , baby blues

(2)

PENDAHULUAN

Baby Blues adalah perubahan mood (perasaan) yang cepat, dan berganti-ganti yang dirasakan oleh ibu yang baru melahirkan (Andri, 2006).

Baby Blues juga merupakan bentuk depresi pasca kelahiran yang paling sering terjadi. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan terutama wanita yang baru pertama kali melahirkan (primipara). Pada sebagian wanita primipara ada yang tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala yang mungkin karena kurangnya pengetahuan ibu primipara tentang perubahan fisiologis dan psikologis yang dialami akibat proses kelahiran. (Once Upon A. Time, 2005)

Baby Blues dialami oleh sekitar 2/3 atau sekitar 50% - 75% wanita yang baru pertama kali melahirkan di Indonesia. Lebih banyak terjadi pada ibu primipara (ibu yang baru pertama kali melahirkan) dibandingkan ibu multipara (ibu yang lebih dari satu kali melahirkan) dikarenakan ibu yang pertama kali melahirkan belum ada pengalaman dalam proses persalinan

sehingga kurangnya penyesuaian diri terhadap perubahan fisiologis dan psikologisnya. Karena gejala yang timbul tidak terlalu berat sering orang mengabaikan kejadian Baby Blues pada ibu nifas akan tetapi bila Baby Blues terus berlanjut dan tidak ditangani dengan baik dapat berakibat post partum depression (depresi setelah persalinan) atau disebut juga psikosis postpartum yaitu gangguan pada masa nifas yang lebih berat yang dapat berakibat ibu bunuh diri atau membunuh bayinya. Hal yang paling membedakan keduanya terletak pada frekuensi, intensitas, serta durasi berlangsungnya gejala-gejala yang timbul. Sehingga apabila ibu mengalami depresi setelah melahirkan (psikosis postpartum) segera dikonsultasikan dengan dokter ahli (Women Solution, 2007).

Dari studi pendahuluan dengan cara mewawancara ke bidan-bidan wilayah kerja Puskesmas Pare di dapatkan kasus Baby Blues 10 orang.

Banyak faktor diduga berperan menyebabkan ibu mengalami Baby Blues. Banyak peneliti dan klinis yang melaporkan bahwa ada empat faktor yang menyebabkan terjadinya Baby Blues yaitu faktor hormonal (hormon kortisol sebagai hormon pemicu stress

(3)

meningkat), faktor psikologis (perubahan pada mental ibu), faktor fisik (kelelahan ibu dalam mengasuh bayi), faktor sosial (penyesuaian diri terhadap lingkungan).

Dalam hal ini faktor sosial cukup erat hubungan dengan terjadinya Baby Blues karena ibu yang pertama kali melahirkan merasa sulit menyesuaikan diri dengan peran barunya sebagai ibu.

Apalagi gaya hidupnya akan berubah drastis. Ibu juga merasa dijauhi oleh lingkungannya karena ibu merasa lebih terikat pada bayinya. sehingga ibu yang baru melahirkan harus selalu diberi dukungan baik dukungan dari keluarga atau orang lain terutama dukungan suami. Seorang suami yang selalu mendampingi istrinya membantu kesulitan-kesulitan istri dalam merawat bayinya, bisa menerima keluh kesah istri serta bisa meyakinkan istri bahwa dia akan selalu berada disisinya. Dengan begitu gejala-gejala Baby Blues yang timbul dapat segera teratasi (Once Upon a Time, 2005).

Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara faktor sosial dengan kejadian Baby Blues pada ibu nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pare Kabupaten Kediri.

METODE PENELITIAN

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis analitik korelasi. Waktu penelitian dilaksanakan pada 11 – 30 Mei 2013 dan tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Wilayah Kerja Puskesmas Pare Kabupaten Kediri.

Populasi dalam penelitian ini adalah Semua ibu nifas primipara hari ke 3- 5 di Wilayah Kerja Puskesmas Pare Kabupaten Kediri sebanyak 16 orang. Pada penelitian ini sample yang diambil adalah Ibu nifas primipara yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 16 orang karena teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Accidental Sampling.

Variabel bebas dari penelitian ini adalah faktor sosial, sedangkan variabel terikatnya adalah kejadian Baby Blues pada ibu nifas primipara.

Indikator faktor sosial antara lain peran keluarga, peran baru, gaya hidup, sulit menyesuaikan diri dan merasa terikat pada bayi. Alat ukurnya dengan menggunakan kuesioner dengan skala ordinal.

Indikator kejadian baby blues antara lain Mengalami gejala Baby Blues : konsentrasi kurang, minat terdahulu hilang, kesepian, merasa tidak aman,

(4)

emosi positif kurang, kontrol emosi hilang, serangan cemas, hilang rasa takut, merasa bersalah, berpikiran tentang kematian, menangis tanpa sebab, berkeringat dingin,sesak nafas, sulit tidur, kehilangan nafsu makan. Alat ukur yang digunakan adalah Skala depresi Post Partum dengan skala nominal.

Setelah menentukan populasi, sampel, besar sampel, sampling, menentukan instrumen penelitian, menemui responden pada hari ke 3-5 dengan prakunjungan rumah untuk menyampaikan maksud dan tujuan diadakannya penelitian ini kemudian responden diberi penjelasan cara mengisi kuesioner setelah kuisioner terisi dan terkumpul peneliti kemudian melakukan pengolahan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang akan digunakan untuk mengukur faktor sosial pada ibu nifas primipara dan angka kejadian Baby Blues.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur faktor sosial yaitu dengan kuesioner sebanyak 10 pertanyaan yang dibuat sendiri oleh peneliti yang mengacu pada study literature. Sedang angka kejadian Baby Blues di ukur dengan menggunakan Skala Depresi Postnatal Edinburgh yang

sudah baku yang pernah digunakan oleh peneliti lain dan sudah diujicobakan.

Penelitian ini menggunakan uji korelasi regresi dengan diagram pencar, yang digunakan dalam analisis regresi untuk mengembangkan suatu persamaan variabel dari variabel kedua yang diketahui

HASIL PENELITIAN 1. Data umum

A. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Diagram 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pare pada tahun 2013

Berdasarkan diagram 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden (68,8%) berumur 21- 25 tahun dan sebagian kecil 1 responden (6,3%) berumur 16-20 tahun.

(5)

B. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Diagram 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pare pada tahun 2013

Berdasarkan diagram 4.2 diketahui hampir sebagian besar 7 responden (43,8%) dengan pendidikan SMA dan sebagian kecil 2 responden (12,5%) dengan pendidikan SD.

C. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Digram 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pare pada tahun 2013.

Berdasarkan diagram 4.3 diketahui sebagian besar 10 responden (62,5%) bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) dan sebagian kecil 1 responden (6,3%) bekerja sebagai tani dan Pegawai Negri Sipil (PNS).

2. Data Khusus

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Sosial

Diagram 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Sosial Pada Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pare pada tahun 2013

Berdasarkan diagram 4.4 diketahui sebagian besar 8 responden (50,0%) dengan faktor sosial kurang dan sebagian kecil didapatkan 3 responden (18,8%) dengan faktor sosial baik.

(6)

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Kejadian Baby Blues

Diagram 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Kejadian Baby Blues Pada Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pare Pada tahun 2013

Berdasarkan diagram 4.5 dapat diketahui sebagian besar 10 responden (62,5%) mengalami depresi, sebagian kecil (0,0%) mengalami Baby Blues ringan.

c. Hubungan faktor sosial dengan kejadian Baby Blues pada ibu nifas primipara

Tabel 4.1 Tabulasi Silang Hubungan Faktor Sosial Dengan Kejadian Baby Blues Pada Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pare Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan dari 16 responden sebagian besar yaitu 8 responden (50,0%) yang faktor sosial kurang dengan mengalami depresi, dan sebagian kecil tidak ada responden (0,0%) yang mempunyai faktor sosial baik, cukup maupun kurang yang mengalami Baby Blues ringan 3. Analisa Korelasi Regresi

Setelah data terkumpul maka peneliti menganalisa data dengan cara digambar dengan scatter diagram (diagram pencar).

Keterangan :

X : variabel dependent (kejadian Baby Blues)

Y : Variabel independent (faktor sosial)

Kejadian .Blues

Faktor sosial

Depresi Berat Sedang Ringan

% % % %

Baik Cukup Kurang

0 2 8

0,0 12,5 50,0

2 2 0

12,5 12,5 0,0

1 1 0

6,25 6,25 0,0

0 0 0

0,0 0,0 0,0

Total 1

0

62,5 4 25,0 2 12,5 0 0,0

(7)

Dari diagram pencar tersebut dapat dilihat bahwa :

Titik-titik pada diagram pencar itu, terletak saling berdekatan dengan garis yang ditarik dari kiri ke kanan atas. Variabel-variabel tersebut mempunyai hubungan positif yang cukup dekat berarti semakin kurang faktor sosial ibu nifas primipara maka akan semakin mengalami Baby Blues yang berkelanjutan menjadi depresi.

Dari hasil uji korelasi regresi maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada hubungan antara faktor sosial dengan kejadian Baby Blues pada ibu nifas primipara.

PEMBAHASAN

1. Faktor sosial pada ibu nifas primipara Menurut Stright (2004, 194) pada masa nifas dibagi menjadi beberapa periode yaitu periode Taking-In, Taking-Hold dan Letting Go. Dari ketiga periode tersebut pada periode Taking-Hold ibu menaruh perhatian pada kemampuannya untuk menjadi orang tua yang berhasil untuk menerima peningkatan tanggung jawab terhadap bayinya, dan dalam periode ini seorang ibu perlu informasi yang akurat dan terus

menerus sehingga perlu interaksi dengan orang lain untuk itu ibu sangat membutuhkan perhatian dari orang lain karena ibu butuh orang lain untuk membantunya mengasuh bayi. Karena dalam penelitain ini terdapat sebagian besar ibu nifas primipara yang faktor sosialnya kurang, dalam hal ini keluarga punya kesibukan sendiri sehingga ibu kurang diberi perhatian.

Pada dasarnya di dalam suatu keluarga faktor sosial adalah penting apalagi ada ibu nifas yang baru melahirkan, mereka sangat membutuhkan perhatian seseorang disekitarnya

Faktor sosial ibu nifas primipara yang sebagian kecil baik berdasarkan hasil anamnesa bahwa keluarga mereka sering membantunya dalam mengasuh bayinya. Misalnya membantu mengganti popok bayi jika basah, suami ikut bangun pada malam hari bila bayi menangis bahkan keluarga juga menggantikan ibu menggendong bayi sehingga ibu bisa istirahat.

Oleh karena itu faktor sosial dari ibu tersebut harap dipertahankan dan bahkan bisa dicontoh oleh keluarga yang faktor sosialnya kurang. Dari pihak tenaga kesehatan pun

(8)

diharapkan lebih membei motivasi kepada keluarga ibu nifas terutama primipara sehingga kejadian Baby Blues dapat dicegah agar kejadian yang lebih parah pun tidak terjadi.

2. Kejadian Baby Blues pada ibu nifas primipara

Menurut Helen (1999: 226) pada ibu nifas terjadi perubahan psikologis perubahan yang mendadak dan dramatis pada status normal menyebabkan ibu yang berada dalam masa ini menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang dalam keadaan normal mampu diatasinya. Baby Blues sering terjadi dan banyak ibu yang baru pertama kali mempunyai anak mendapatkan dirinya menangis, paling tidak satu kali hanya karena masalah yang sering sepele. Dengan begitu ibu akan merasa lebih tertekan dan tidak senang hati mengasuh bayinya. Bahkan ibu akan malas mengasuh bayinya sendiri.

Pada penelitian ada sebagian kecil ibu nifas primipara yang mengalami Baby Blues dikarenakan ibu belum siap mempunyai momongan serta menyandang peran barunya sebagai ibu sehingga merasa terbebani dengan tanggung jawab barunya.

Oleh karena itu bagi ibu yang mengalami Baby Blues diharapkan keluarga dan orang sekitar lebih memperhatikan dan lebih mendukung agar ibu tidak semakin terpuruk dan Baby Blues tidak menjadi semakin parah yang bisa berdampak buruk pada ibu dan bayi. Dan diharapkan pada para tenaga kesehatan khususnya bidan bisa lebih mensejahterakan ibu nifas primipara dengan cara memberi motivasi dan penyuluhan tentang bagaimana tanggung jawab wanita sebagai ibu agar tidak terjadi Baby Blues yang berkelanjutan.

Seorang petugas kesehatan terutama bidan diharapkan bisa memberikan penyuluhan kepada wanita usia subur (WUS) ataupun Pria Usia Subur (PUS) tenbtang umur yang tepat untuk menikah (berumah tangga) agar mereka bisa berfikir lebih dewasa dan akan lebih siap mengasuh anak-anaknya kelak. Selain itu ibu nifas primipara diharapkan menambah wawasan bagaimana cara mengasuh anak yang baik dan benar agar tidak menimbulkan beban dan depresi pada ibu itu sendiri.

Berdasarkan karakteristik responden menurut tingkat pendidikan dari sebagian besar

(9)

berpenndidikan SMA sebanyak 43,8%. Menurut Azwar (2002 : 30- 37) tingkat pendidikan memegang peranan penting pada setiap perubahan untuk mencapai tujuan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka seseorang tersebut mempunyai pemikiran untuk berperilaku yang lebih baik.

Berdasarkan hasil anamnesa ibu dapat mengerti semua pertanyaan yang diajukan peneliti dan bisa mengerti perubahan yang terjadi pada ibu. Ibu pun sudah mengerti cara mengasuh bayi yang baik dan benar karena pada saat sebelum hamil ibu sering membaca majalah, menonton televisi yang banyak hubungannya dengan ibu dan anak sehingga ibu paling tidak mengetahui tanggung jawab menjadi orang tua baru dalam mengasuh bayi.

Oleh karena itu tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan mampu memberikan penyuluhan/pendidikan kepada ibu nifas primipara tentang bagaimana cara mengasuh bayi yang baik dan benar, dan bidan pun diharapkan mampu memberi motivasi kepada ibu nifas primipara agar tidak stress dalam mengahadapi peran barunya sebagai ibu dengan begitu ibu tidak akan mengalami Baby Blues

yang bila dibiarkan akan berdampak buruk pada ibu dan bayi.

3. Hubungan faktor sosial dengan kejadian Baby Blues pada ibu nifas primipara

Titik-titik pada diagram pencar itu, terletak saling berdekatan dengan garis yang ditarik dari kiri ke kanan atas. Variabel-variabel tersebut mempunyai hubungan positif yang cukup dekat berarti semakin kurang faktor sosial ibu nifas primipara maka akan semakin mengalami Baby Blues yang berkelanjutan menjadi depresi.

Dari hasil uji korelasi regresi maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada hubungan antara faktor sosial dengan kejadian Baby Blues pada ibu nifas primipara.

Menurut Women Solution (2007) hubungan faktor sosial dengan kejadian Baby Blues dapat dipengaruhi oleh faktor sosial ibu nifas primipara tersebut karena dalam faktor sosial banyak hal yang mempengaruhi yaitu peran keluarga, peran baru ibu nifas, gaya hidup ibu nifas, sulitnya penyesuaian diri ibu nifas, dan ibu merasa terikat pada bayinya. Dan dalam penelitian ini sebagian besar 8 responden (50,0%) faktor sosial ibu nifas primipara yang

(10)

kurang mengalami depresi dari pada Baby Blues ringan, sedang, bahkan yang berat.

Oleh karena itu bagi ibu yang mengalami depresi tidak lagi Baby Blues diharapkan konsultasi atau rujuk ke dokter. Dan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan haruslah lebih memperhatikan ibu tersebut karena apabila dibiarkan akan bertambah lebih parah bahkan ibu bisa bunuh diri atau membunuh bayinya. Keadaan seperti memerlukan terapi dari dokter bisa juga dengan kehadiran orang - orang terdekat terutama suami dan keluarga yang bisa memberi dukungan pada ibu dan perhatian yang lebih pada ibu sehingga ibu bisa merasa nyaman dan ibu merasa tidak sendiri dalam mengsuh anaknya (Irnawati, tahun 2007).

Faktor sosial yang baik seharusnya membebaskan seorang ibu nifas primipara mengalami Baby Blues, sehingga butuh motivasi bagi keluarga dan suami ibu nifas primipara untuk memperhatikan dan membantunya dalam mengasuh bayinya. Dengan begitu faktor soisal ibu baik dan ibu tidak mengalami Baby Blues sehingga terbina keluarga

yang sejahtera, kesehatan ibu dan anak terjamin, tumbuh kembang anak kelak akan menjadi lebih baik.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Ada hubungan yang positif cukup dekat yang digambarkan dalam diagram pencar titik menggerombol pada garis kiri bawah ke kanan atas.

Dimana semakin kurang faktor sosial ibu nifas primipara maka akan semakin mengalami Baby Blues yang berkelanjutan menjadi depresi.

B. Saran

1) Bagi Tempat Penelitian

Bagi tempat penelitian perlu adanya penyuluahn tentang perlunya peningkatan faktor sosial yang baik untuk ibu nifas primipara agar kejadian Baby Blues dapat dicegah sedini mungkin.

2) Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan variabel lain yang bisa menjelaskan penyebab terjadinya Baby Blues.

(11)

3) Bagi perkembangan ilmu kebidanan.

Bagi perkembangan ilmu kebidanan diharapkan faktor- faktor sosial yang mempengaruhi terjadinya baby blues dapat dicegah dengan adanya motivasi dari lingkungan sosial..

4) Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat memperdalam pemberian materi tentang Baby Blues sehingga dapat menjadi bekal bagi mahasiswa di kemudian hari saat terjun di masyarakat.

5) Bagi ibu nifas primipara

Bagi ibu nifas terutama ibu nifas primipara diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya sebagai ibu serta belajar mengasuh bayi yang baik dan benar sehingga tidak terjadi baby blues.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Syaifudin, dkk (2000). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Admin (2008). Post Partum Blues http://www.melaticyber.com/

(Diakses, 11 Maret 2013. Jam 15.30)

Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Astuti, Andri (2006). Baby Blues http://digilib.ums.ac.id/go.php?i d=jptums_gdl_ S1_2006) (diakses tanggal 26 Des 2008) Dr. Suparto (2008). Pengertian Sosial

http://www.wikipedia.com (Diakses, 11 Maret 2013. Jam 11.00 WIB)

Farrer, Helen. (1999). Perawatan Maternitas Ed. 2. Jakarta : EGC.

Hanifa, Wiknjosastro (2005). Ilmu Kebidanan Ed. 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Hidayat, A. Aziz Alimul (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data Ed. 1.

Jakarta : Salemba Medika

Mochtar, Rustam (1998) Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Murkoff, Heidi (2007). Mengatasi Trauma Pasca Persalinan. ‘Alih Bahasa’ Ed. 1. Klate : Image Press

Notoatmodjo, Soekidjo (2005).

Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed. 3. Jakarta : Asdi Mahasaty.

Nursalam (2010). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan Ed 1. Jakarta : Salemba Medika.

(12)

Nuswantari (1998). Kamus Kedokteran Dorlan. Jakarta : EGC

Once Upon A Time (2005) Post Partum Blues.

http://www.postpartumblues.co m (Diakses, 23 Maret 2013) Rahmi (2009). Menghindari Depresi

Post Partum (Baby Blues).

http://www/halohalo.co.id/berita / (Diakses, 25 Maret 2013. Jam 11.00 WIB)

Ramali (2003). Kamus Kedokteran.

Jakarta : Djambatan

Straight, Barbara R. (2004). Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir Ed.3. Jakarta : EGC

Sumintarahardja, Elmira N. (2009).

Sosial

http://Iib.atmajaya.ac.id/default.a spx? tabID:61 (Diakses, 2 Maret 2013. Jam 19.00 WIB)

Ummu Syifa (2008).Baby Blues Syndrom

http://nuru3.babybluessyndrome.

ugm.ac.id. (Diakses, 15 Desember 2013. Jam 16.00 WIB)

Uzzi Reiss, M.D OB / GYN dan Ayfat M. Reiss (2000). Menjadi Ibu Bahagia Pasca-Persalinan.

Varney, Helen. Jan M. Kriebs and Carolyn L. Gegor (2001). Buku Saku Bidan. Alih Bahasa.

Jakarta : EGC

Wicaksono (2007). Depresi Post Partum http://klinis.wordpress.com/depresi postpartum (Diakses, 29 Maret 2013.jam 11.00 WIB)

Wikipedia (2008). Pengertian Sosial.

http://www.wikipedia.com (Diakses, 29 Maret 2013. Jam 19.00 WIB)

Woods (2008). Pengertian Sosial http://www.wikipedia.com (Diakses, 29 Maret 2013. Jam 19.00 WIB)

Women Solution (2007). Membebaskan Diri Dari Baby Blues.

http://www.connectique.com/tip s_solution/pregnancybabydeliver y/article.php? article_id=5027 (Diakses, 11 Maret 2013. Jam 09.00 WIB).

Yayat Suratmo (2009). Baby Blues Berbahaya Jika Tak Segera Ditanggulangi

https://www.kabarinews.com/

(Diakses, 22 Februari 2013. Jam 19.00 WIB)

Gambar

Diagram 4.2   Karakteristik  Responden  Berdasarkan  Pendidikan  Ibu  Nifas  Primipara  di  Wilayah  Kerja  Puskesmas  Pare pada tahun 2013
Diagram 4.5   Karakteristik  Responden  Berdasarkan  Kejadian  Baby  Blues  Pada  Ibu  Nifas  Primipara  di  Wilayah  Kerja  Puskesmas Pare Pada tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

telah diujikan dalam sidang munaqosyah oleh Dewan Penguji Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

yang berkualitas. Juga tidak kalah pentingnya dari itu semua adalah pesantren harus mengorientasikan diri kepada menjawab kebutuhan dan tantangan yang terus muncul

Justeru, kesopanan dan strategi komunikasi yang digunakan oleh pengerusi dan pemeran-pemeran utama dalam peristiwa bahasa perbincangan interaktif di televisyen ini

In teaching and learning English there are some factors that must be taken much by the teacher as the main person who teaches the English materials for her

terhadap anak di Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Semarang. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya mengatasi

Bagi para peserta yang keberatan atas penetapan pemenang tersebut diatas diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara online melalui aplikasi LPSE kepada

pada acara pelatihan pendampingan karya tulis ilmiah ini sudah diproses review saat ini. Review yang dilakukan terhadap karya tulis ilmiah guru-guru terkait dengan tata

Tujuan dari penelitian ini adalah pembuatan aplikasi pengembangan corak batik dengan motif karang jenis pavona venosa berbasis web dengan menggunakan metode Random Walk.. Hasil