• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI/KERANGKA KONSEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KERANGKA TEORI/KERANGKA KONSEP"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

25

Bayangan Kehidupan: Wayang Kulit, Martinus Ragita Yomelyanimar, Universitas Multimedia Nusantara

BAB II

KERANGKA TEORI/KERANGKA KONSEP Penelitian Terdahulu

Tinjauan karya sejenis atau penelitian terdahulu menjadi dasar landasan penulis untuk membuat karya baru. Dasar landasan tinjauan karya sejenis sudah dipublikasikan dan dapat digunakan sebagai acuan dari proses pembuatan karya buku foto reporting based project. Penulis menjadikan karya sejenis terdahulu sebagai acuan dan referensi.

2.1.1. Tanah Yang Hilang

Jenis : Buku Foto

Pencipta : Mamuk Ismuntoro Negara : Indonesia

Terbit : 2014

Sumber: YouTube Unobtainium Photobooks

(2)

26

Bayangan Kehidupan: Wayang Kulit, Martinus Ragita Yomelyanimar, Universitas Multimedia Nusantara

Gambar 2.1 Tanah Yang Hilang\

Karya buku foto Tanah Yang Hilang dari Mamuk Ismuntoro mempunyai cerita tentang kemanusiaan dan kerusakan lingkungan. Tanah Yang Hilang menyampaikan perjuangan masyarakat yang menuntut ganti

rugi tanah tempat tinggalnya. Tanah sebagai tempat tinggal masyarakat hilang begitu saja karena adanya kerusakan lingkungan. Lumpur tiba-tiba muncul di tengah permukiman masyarakat dan membuat tenggelam tempat tinggal mereka. Setelah diselidiki, lumpur muncul karena adanya kesalahan kerja pengeboran minyak oleh PT Lapindo Brantas. Lumpur terus menyebar ke beberapa wilayah di sekitarnya, dan kerusakan alam ini biasa disebut Lumpur Lapindo. Peristiwa yang terangkum dalam buku foto Tanah Yang Hilang

terjadi pada tahun 2006 di Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.

Tanah Yang Hilang menghadirkan 25 foto, serta memiliki konsep

pengemasan, kertas dan isi buku foto menyerupai sertifikat tanah. Pemilihan jenis font digunakan sesuai dengan jenis font pada sertifikat tanah yang asli.

Buku foto Tanah Yang Hilang dari konsep yang menyerupai sertifikat tanah menyampaikan pesan secara tidak langsung. Bahwa tanah masyarakat yang memiliki sertifikat tanah sudah hilang dan hanya menjadi kenangan sejarah melalui buku foto yang menyerupai sertifikat tanah asli.

Penulis menjadikan tinjauan karya sejenis pada buku foto Tanah Yang Hilang karena ada beberapa hal yang relevan atau menjadi referensi. Buku foto hasil Mamuk Ismuntoro, menjadi referensi dalam pengemasan buku foto penulis. Tanah Yang Hilang, buku yang diciptakan melalui kreatifitas dalam

(3)

27

Bayangan Kehidupan: Wayang Kulit, Martinus Ragita Yomelyanimar, Universitas Multimedia Nusantara

konsep bentuk luaran dan kreatifitas dihubungkan dengan pesan dari buku foto. Buku foto Tanah Yang Hilang menjadi relevan dengan nilai berita human interest terhadap karya buku foto penulis.

2.1.2 Saujana Sumpu

Jenis : Buku Foto Pencipta : Yoppy Pieter Negara : Indonesia Terbit : 2015

Sumber : bukufotoindonesia.com

Gambar 2.2 Saujana Sumpu

Karya buku foto Saujana Sumpu bercerita tentang masyarakat Minangkabau. Saujana Sumpu membawa pembaca untuk mengetahui kehidupan dari daerah Sumatera Barat. Kehidupan seorang masyarakat di sekitar Danau Singkarak menjadi hal utama di buku Saujana Sumpu. Penulis buku foto ini, ingin memberikan gambaran tentang masyarakat yang berimigrasi dari desa hingga menjadi penduduk kota dan menetap. Bermula dari seorang pemuda yang diberikan harapan oleh keluarganya untuk mencari

(4)

28

Bayangan Kehidupan: Wayang Kulit, Martinus Ragita Yomelyanimar, Universitas Multimedia Nusantara

pengalaman di kota. Namun, pemuda tersebut belum tentu kembali untuk memajukan desanya dulu.

Hal ini menjadi menarik, ketika sebuah buku foto dapat memberikan visual isu konflik. Visual foto yang ditampilkan berwarna hitam putih, serta hasil foto detail dan terkesan dramatis. Saujana Sumpu menghadirkan 37 foto untuk memberikan gambaran cerita tentang masyarakat Minangkabau yang berimigrasi. Foto yang ditampilkan memiliki banyak makna yang tersirat dan dapat memberikan kesan untuk para pembaca. Desain dan tata letak minimalis digunakan untuk menggabungkan seluruh foto menjadi alur cerita.

Ruang kosong putih digunakan pada tiap halaman untuk memfokuskan pembaca saat melihat visual foto.

Dalam penyusunan buku foto, penulis menjadikan buku foto Saujana Sumpu sebagai referensi. Saujana Sumpu, sudah memberikan visual tentang

masyarakat Minangkabau yang terlahir dan hidup bersama dengan warisan budaya Indonesia. Hal tersebut menjadi pedoman penulis dalam penyusunan buku foto, karena Saujana Sumpu memiliki tema dan topik yang sama, yaitu budaya Indonesia. Penulis mengangkat budaya wayang kulit sebagai topik dalam penyusunan buku foto.

(5)

29

Bayangan Kehidupan: Wayang Kulit, Martinus Ragita Yomelyanimar, Universitas Multimedia Nusantara

2.1.3 Tanpa Batas

Jenis : Buku Foto

Pencipta : Tjandra Moh. Amin Negara : Indonesia

Terbit : 2018

Sumber: YouTube Unobtainium Photobooks

Gambar 2.3 Tanpa Batas

Buku foto Tanpa Batas, dibuat atas dasar kepentingan pengarsipan sebuah band bernama Slank. Namun, tidak sekadar pengarsipan, tetapi buku foto ini bercerita tentang perjalanan karier Slank pada tahun 2000 hingga 2007. Foto berisi susunan visual aktivitas grup band seperti, pentas di panggung, belakang panggung, latihan, dan aktivitas lain yang masih berkaitan dengan Slank. Buku foto ini memiliki banyak adegan interaksi manusia terutama antara penggemar dengan Slank., Tanpa Batas juga menampilkan keterangan tempat seperti stadion, panggung, lingkungan alam, studio rekaman, rumah sakit dan basecamp.

Tanpta Batas menghadirkan 144 foto untuk dapat merekam segala aktivitas grup band Slank dengan format warna visual hitam dan putih.

Pengemasan buku foto ditampilkan secara minimalis dengan format kotak.

(6)

30

Bayangan Kehidupan: Wayang Kulit, Martinus Ragita Yomelyanimar, Universitas Multimedia Nusantara

Karya Tanpa Batas menjadi relevan dengan karya buku foto penulis karena adanya persamaan unsur foto pentas atau pagelaran, belakang panggung, dan aktivitas latihan. Buku foto penulis mengangkat tentang pagelaran wayang kulit, yang menggunakan teknik visual relevan dengan pengambilan gambar dari buku Tanpa Batas.

Teori atau Konsep yang Digunakan

Penulis menggunakan teori atau konsep untuk membantu proses pembuatan karya buku foto jurnalistik. Teori atau konsep merupakan hal penting dan menjadi pedoman bagi penulis dalam pengerjaan karya buku foto. Berikut, teori atau konsep yang digunakan dalam pembuatan karya buku foto,

2.2.1 Proses Produksi

Proses produksi dibagi menjadi 3 tahapan yaitu, praproduksi, produksi dan pasca produksi. Pra produksi bagian awal dari proses pembuatan karya yaitu membuat rencana liputan. Kemudian, produksi adalah proses liputan secara langsung. Terakhir, pasca produksi sebagai proses terakhir untuk mengevaluasi serta penyuntingan hasil liputan dan menyelesaikan hasil liputan (Latief, 2021, p. 148). Suksesnya sebuah karya, bergantung dengan perencanaan, pengerjaan dan pasca produksi (Wijaya, 2016, p. 85). Pra produksi tempat menyusun rencana liputan, dengan menentukan sudut pandang serta mengumpulkan informasi awal. Tujuannya supaya ruang lingkup tidak meluas dan fokus pada topik peliputan (Tempo Institute, 2017, p. 106). Pengumpulan informasi awal termasuk pra produksi untuk membantu

(7)

31

Bayangan Kehidupan: Wayang Kulit, Martinus Ragita Yomelyanimar, Universitas Multimedia Nusantara

tahapan produksi. Eugene J. Webb dan Jerry R.Salancik dalam buku Ishwara (2011, p. 92) judul Jurnalisme Dasar, menyebutkan beberapa cara pengumpulan informasi awal yaitu,

1. Riset,

2. Pencarian bahan-bahan dari publik, 3. Observasi, dan

4. Jendela internet.

Bagian produksi adalah proses liputan secara langsung, pada proses pembuatan buku. Produksi merupakan bagian setelah pra produksi, jurnalis turun ke lapangan yang ditentukan dan melakukan peliputan secara langsung.

Pada pembuatan buku foto jurnalistik, penulis melakukan liputan dengan cara mengambil foto objek peliputan. Kegiatan memotret objek sebaiknya mengambil gambar foto dengan jumlah banyak, karena nantinya membantu saat pasca produksi. Semakin banyak foto, mempermudah pembuatan buku foto jurnalistik (Wijaya, 2016, p.94).

Pasca produksi merupakan bagian terakhir untuk menyunting hasil liputan (Latief, 2021, p. 148). Pembuatan buku foto jurnalistik melalui proses penyuntingan atau editing. Jurnalis melakukan proses editing dengan cara memilah foto. Hasil penyuntingan atau editing diteruskan ke tahap penyusunan buku foto seperti cropping, tata letak dan desain, hingga buku foto terusun selesai. Namun, jika ada rencana liputan belum terpenuhi, jurnalis harus kembali melakukan liputan foto (Wijaya, 2016, p. 94).

(8)

32

Bayangan Kehidupan: Wayang Kulit, Martinus Ragita Yomelyanimar, Universitas Multimedia Nusantara

2.2.2 Topik

Munculnya topik berawal dari ide, seorang jurnalis harus dapat menemukan ide setiap hari untuk dicatat. Ide dapat muncul dari kehidupan sehari-hari jurnalis melalui peristiwa yang didengar, dilihat dan dibaca (Tempo Institute, 2017, p. 87). Jurnalis harus tahu topik atau tema menarik dan berdampak bagi pembaca. Setelah menentukan topik, jurnalis dapat mengembangkan unsur-unsur keunikan, dramatik dan luar biasa. Namun, jurnalis harus mengembangkan topik cerita sesuai dengan fakta kejadian (Ishwara, 2011, p. 57).

Jurnalis dapat mengangkat topik yang sudah dikuasai. Jika tidak menemukan topik, jurnalis dapat menggunakan jendela dunia melalui internet. Topik akan mudah dikembangkan ketika jurnalis memiliki rasa antusias. Jika jurnalis memilih topik yang menarik bagi dirinya, maka dengan mudah jurnalis berkreasi. Pada akhirnya topik yang dikembangkan sesuai hati dan tentunya akan menarik pembaca (Wijaya, 2016, pp. 85-86).

2.2.3 Riset

Riset dalam jurnalistik merupakan kegiatan mendalami topik yang diangkat. Melalui riset jurnalis dapat mencari informasi awal, mencari narasumber berkaitan dengan topik, dan lokasi peliputan. Kemudian, hasil riset dapat membantu verifikasi terhadap narasumber untuk menghasilkan karya jurnalistik yang tidak menyesatkan. Kegiatan riset dapat dilakukan dengan cara, mencari melalui internet, relasi, hasil penelitian, buku dan masyarakat. Riset adalah kewajiban bagi jurnalis dalam proses pembuatan

(9)

33

Bayangan Kehidupan: Wayang Kulit, Martinus Ragita Yomelyanimar, Universitas Multimedia Nusantara

karya jurnalistik. Walaupun topik atau berita sederhana, seorang jurnalis tetap harus melakukan riset untuk membantu proses liputan. Riset menjadi bekal jurnalis dalam melakukan wawancara, kemudian dapat melakukan penyusunan hasil liputan. Kegiatan riset sebelum melakukan liputan, jurnalis dapat menguasai bahan liputan dengan detail dan melakukan wawancara secara lancar (Fikri, 2016, pp. 16-17).

Dalam kegiatan jurnalistik, riset memudahkan proses pengumpulan bahan, seperti dalam observasi di lapangan. Jurnalis juga harus dapat menentukan pencarian sumber riset sesuai topik berita (Tempo Institute, 2017, pp. 95-96). Kunci keberhasilan dalam menulis berita adalah riset.

Jurnalis foto menghasilkan foto dengan cerita kuat melalui riset. Tanpa melakukan riset atau mencari informasi awal, jurnalis dapat mempunyai resiko di waktu, uang dan energi (Wijaya, 2016, p. 88).

2.2.4 Foto Jurnalistik

Foto jurnalistik adalah gabungan beberapa foto dan teks berdasarkan fakta peristiwa yang terjadi. Berbeda dengan jenis foto lainnya, foto jurnalistik memiliki syarat dalam ketepatan dan kecepatan (Sugiarto, 2014, pp. 23-27). Sebelumnya, jurnalistik adalah bentuk kegiatan untuk mencari, memproses dan menyusun bahan fakta kejadian menjadi berita layak konsumsi publik. Salah satu produk jurnalistik adalah foto jurnalistik (Qorib, Saragih, & Suwandi, 2019, p. 16). Foto jurnalistik bukan berfungsi sebagai pemanis teks. Namun, foto digunakan sebagai bukti fakta kejadian dan merekam peristiwa. Foto jurnalistik dapat menjadi sukses, jika sanggung

(10)

34

Bayangan Kehidupan: Wayang Kulit, Martinus Ragita Yomelyanimar, Universitas Multimedia Nusantara

membuat orang percaya hingga menggiring untuk seakan-akan melihat kejadian dari foto potongan adegan peristiwa (Tempo Institute, 2017, p. 237).

Penulis memilih foto jurnalistik sebagai media di karya buku foto, karena foto jurnalistik menerapkan pengambilan gambar foto sesuai fakta kejadian dan beberapa syarat kaidah jurnalistik. Format video jurnalistik atau gambar bergerak dengan durasi tidak mengganggu keberadaan foto jurnalistik. Ciri khas foto jurnalistik adalah menghentikan waktu, kemudian menjelaskan gambaran fakta kejadian bahwa waktu dapat membuat sejarah.

Sifat dokumentatif pada foto jurnalistik dapat membuat masyarakat mampu melihat rekaman yang sudah mereka lakukan. Foto jurnalistik mampu menjelaskan lingkungan, diri masyarakat dan mengingatkan segala sesuatu yang harus diwaspadai (Wijaya, 2021, p. 15).

Foto jurnalistik adalah pesan berita dan informasi melalui gambar, serta memiliki fungsi to inform (mengirimkan), to persuade (menyakinkan) dan to entertain (menghibur) (Thresia, Bungsudi, & Rasmana, 2020, p. 61). Foto

jurnalistik memiliki kaidah jurnalisme dan bersifat 5W + 1H (Who, What, Where, Why, When + How). Foto jurnalistik tidak dapat direkayasa, dengan

menambah atau mengurangi unsur fakta peristiwa yang sudah tertangkap kamera (Wijaya, 2016, p. 5). Menurut Wijaya (2021, pp. 23-25) dalam buku berjudul Foto Jurnalistik, foto jurnalistik dapat dikategorikan sebagai berikut, 1. Spot news adalah berita lempang atau biasa disebut hardnews, contohnya seperti foto kecelakaan, bencana, kebakaran, kerusuhan, kriminal dan sejenisnya,

(11)

35

Bayangan Kehidupan: Wayang Kulit, Martinus Ragita Yomelyanimar, Universitas Multimedia Nusantara

2. General news adalah foto yang kejadian yang tersorot oleh media, seperti foto feature,

3. Foto nature adalah foto perubahan alam seperti terjadi hal aneh, serta foto tumbuhan dan satwa,

4. Contemporary issues adalah foto yang menangkap gambar kejadian tentang politik, budaya dan sosial,

5. Sports adalah kategori foto berhubungan dengan olahraga yang terjadi di luar maupun di lapangan,

6. Potrait adalah foto orang terkenal atau orang biasa yang tersorot oleh masyarakat.

Foto jurnalisitk dapat diambil dari keseharian, segala aktivitas manusia yang tentunya menarik. Melalui foto jurnalistik pembaca mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru. Sementara itu, foto jurnalistik dapat menjadi kritik dan pengingat masyarakat dengan menampilkan hal buruk di tengah masyarakat seperti foto kemacetan dan sampah di sungai. Foto seperti itu bertujuan untuk mencapai kualitas hidup lebih baik di masyarakat (Wijaya, 2021, p. 20).

2.2.5 Foto Cerita

Foto cerita merupakan metode pendekatan cerita melalui rangkaian foto dan tambahan narasi teks untuk menjelaskan sesuatu. Foto cerita mampu menjelaskan pesan dengan kuat, memunculkan perasaan baru, meningkatkan semangat, menghibur dan menghadirkan perdebatan. Foto cerita dapat menceritakan isu dari berbagai sisi (Wijaya, 2016, pp. 14-17). Merangkum

(12)

36

Bayangan Kehidupan: Wayang Kulit, Martinus Ragita Yomelyanimar, Universitas Multimedia Nusantara

cerita dan melampirkan peristiwa dalam gambar diam merupakan tugas foto.

Namun, sisi lain dari fotografi menghadirkan cerita dalam bentuk lain seperti, menghadirkan cerita memiliki awal, tengah dan akhir. Penjelasan tersebut merupakan ciri dari foto cerita (Wijaya, 2021, p. 39). Pada foto cerita, Wijaya (2021, p. 41) dalam buku berjudul Foto Jurnalistik, membagi tiga bentuk umum seperti,

1. Deskriptif, bentuk foto menampilkan hal menarik dari sudut pandang fotografer atau penulis. Ciri pada bentuk foto ini, dapat mengubah susunan foto tanpa mengganggu isi cerita.

2. Naratif, bentuk cerita bergantung dengan foto dan sebaliknya. Alur foto diubah menyebabkan cerita pun berubah.

3. Esai Foto, cerita dengan topik tertentu serta dikerjakan secara serius dan mendalam. Adanya teks dalam foto esai berguna untuk menyampaikan argument. Foto esai disajikan dalam bentuk baba tau blok-blok.

Tata letak foto dan susunan teks membangun cerita lebih mendalam, sementara itu ditambahkan bentuk multimedia seperti suara dan visual bergerak mampu menjelaskan argument dan latar belakang. Wijaya (2021, pp. 42-43) di buku berjudul Foto Jurnalistik menjelaskan elemen dasar untuk menyusun foto cerita seperti,

1. Establishing Shot, menampilkan visual secara luas dan cakupan lingkungan pada cerita yang berlangsung,

(13)

37

Bayangan Kehidupan: Wayang Kulit, Martinus Ragita Yomelyanimar, Universitas Multimedia Nusantara

2. Medium, memberikan visual lebih sempit dan mendekatkan pembaca kepada subjek cerita. Elemen ini berfokus pada seseorang atau kelompok orang dalam cerita,

3. Detail, foto detail diambil secara dekat atau foto close up. Foto detail diambil dari cerita penting seperti ekspresi wajah, tangan beberapa benda,

4. Potrait, foto tokoh utama pada cerita. Foto potrait dapat diambil melalui peristiwa penting dalam cerita. Format foto potrait dapat dilakukan pengambilan komposisi setengah badan atau foto subjek berada di dalam lingkungannya,

5. Interaction, berupa foto tentang kegiatan antarpelaku atau interaksi tokoh dengan lingkungan dalam cerita,

6. Signature, Inti cerita dalam foto sebagai momen penentu. Foto berupa rangkuman dari keseluruhan cerita, dan

7. Clincher, foto yang berada dibagian terakhir sebagai argumen penutup cerita dan kesimpulan, bahkan memunculkan pertanyaan di pembaca.

Jurnalis foto juga dapat menggunakan metode EDFAT, pemahaman ini berguna untuk menjadi pedoman dalam kepekaan mencari foto cerita. Metode ini diperkenalkan oleh Hoy dalam buku Wijaya (2021, pp. 65-66) berjudul Foto Jurnalistik, EDFAT terdiri dari,

1. Entire, memotret dengan cakupan luas pada lingkungan utama.

2. Detail, memotret detail subjek secara dekat.

(14)

38

Bayangan Kehidupan: Wayang Kulit, Martinus Ragita Yomelyanimar, Universitas Multimedia Nusantara

3. Framing, memotret dengan memanfaatkan unsur komposisi seperti foreground dan berkreasi untuk menciptakan pesan tersendiri.

4. Angle, memotret dengan sudut pandang berbeda.

5. Time, memotret memanfaatkan waktu dan menangkap momen subjek beraksi.

Pada umumnya foto cerita memiliki struktur seperti tubuh tulisan.

Pembuka menjadi awalan struktur pada foto cerita, bagian pembuka menjadi perkenalkan foto cerita. Pembuka foto cerita memiliki karakter penting untuk disampaikan. Foto pembuka pada foto cerita memberi alasan bagi pembaca untuk melanjutkan atau mencari tahu lebih dalam. Foto pembuka tampil dengan keunikan dan menarik secara visual untuk mengundang pembaca melanjutkan membuka halaman selanjutnya. Pada bagian kedua adalah isi, jurnalis harus dapat menampilkan foto hasil perasaan, penggalian ide dan pengalaman. Foto ditampilkan dengan unsur detail, interaksi, konflik dan perasaan. Bagian struktur isi menjadi benang merah dan menghubungkan antara pembuka dan penutup. Pada bagian terakhir yaitu penutup, foto ditampilkan untuk memberi kesan, dan selalu diingat oleh pembaca. Foto penutup dapat menjadi gagasan bagi pembaca untuk merenungkan dari semua susunan foto cerita (Wijaya, 2016, pp. 39-44).

2.2.6 Nilai Berita

Karya buku foto cerita merupakan kegiatan jurnalistik. Pembuatan karya jurnalistik dihasilkan untuk menarik publik. Sebuah karya jurnalistik

(15)

39

Bayangan Kehidupan: Wayang Kulit, Martinus Ragita Yomelyanimar, Universitas Multimedia Nusantara

dibuat memiliki tujuan kepada khalayak. Pesan pada karya jurnalistik memiliki nilai berita sebagai pedoman dalam proses pembuatan (Ishwara, 2011, p. 76). Menurut J.B Wahyudi dalam buku Wahyudi (2020, p. 18) berjudul Rambu-Rambu Jurnalistik (Bagaimana Menulis Berita yang Layak Baca) menjelaskan suatu karya jurnalistik adalah uraian tentang hal yang

menarik dan mengandung nilai berita. Tidak ada aturan jumlah penulisan dalam menggunakan nilai berita. Namun, jumlah nilai berita semakin banyak, maka berita semakin kuat dan berkualitas (Abrar, 2019, p. 52).

Nilai berita seperti konflik, kemajuan, konsekuensi, kemasyuran, keterdekatan, keganjilan, human interest, seks dan aneka lainnya (Ishwara, 2011, p. 76). Pembuatan buku foto jurnalistik oleh penulis mengarah ke nilai berita keterdekatan dan human interest. Nilai berita human interest merupakan unsur dominan penampilan maupun dibalik penampilan kejadian fakta manusia. Penampilan peristiwa atau kejadian yang bersinggungan dengan tekanan batin maupun emosi terhadap manusia. Nilai berita human interest dapat menekankan segi kemanusiaan terhadap perasaan takut,

hiburan dan emosional (Sugiarto, 2014, pp. 9-10).

Sementara itu, nilai berita keterdekatan atau proximity merupakan penyeleksian keterdekatan wilayah secara geografis dan kultural dalam aksesbilitas khalayak. Nilai berita ini berkaitan terhadap lokasi lingkungan dengan masyarakat (Santana, 2017, p. 106). Dapat disederhakan, nilai berita proximity merupakan kedekatan dengan tempat berlangsungnya peristiwa (RN & Harun, 2016, p. 188).

(16)

40

Bayangan Kehidupan: Wayang Kulit, Martinus Ragita Yomelyanimar, Universitas Multimedia Nusantara

2.2.7 Visual

Foto cerita membawakan dua unsur visual dan pesan. Namun, foto cerita tidak dapat hanya bergantung terhadap pesan cerita yang disampaikan.

Fotografer dapat menarik pembaca melalui tampilan visual menarik dan mengajak pembaca untuk melihat susunan foto cerita lebih dalam. Dalam penyusunan karya foto cerita tetap memperhatikan kesinambungan visual menarik dengan pesan. Foto atau visual yang menarik jika tidak mempunyai hubungan dengan cerita dapat merusak susunan foto cerita (Wijaya, 2016, p.

47).

Aspek visual foto yang menarik diciptakan melalui kecermatan dan persiapan fotografer dalam pengambilan foto. Fotografer dituntun untuk dapat memilih visual foto yang dapat memperkuat pesan. Nilai point of interest harus digunakan oleh fotografer dalam pengambilan gambar, berguna

menentukan titik sebagai pusat perhatian (Andhita, 2021, pp. 55-56).

Penyusunan foto cerita untuk menggabungkan foto satu dan lainnya digunakan pictorial devices yang berisi subjek, objek, mood, tema, perspektif, dan teknik fotografi (Wijaya, 2016, p. 47). Teknik pengambilan gambar seperti, pencahayaan, intesitas cahaya, ruang ketajaman, sudut pandang dan kecepatan rana berguna sebagai pendukung visual dalam foto cerita. Adanya Teknik komposisi untuk memperkuat pesan atau makna yang ingin disampaikan, dengan cara menempatkan subjek atau objek (Andhita, 2021, p.

56). Warna pada visual dapat mempengaruhi mood foto cerita. Foto cerita

(17)

41

Bayangan Kehidupan: Wayang Kulit, Martinus Ragita Yomelyanimar, Universitas Multimedia Nusantara

menjadi runtut karena warna dan mood berkesinambungan pada visual (Dharsito, 2015, p. 45).

Gambar

Gambar 2.2 Saujana Sumpu
Gambar 2.3 Tanpa Batas

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian terdahulu kedua berjudul “Praktik Jurnalisme Bencana di Instagram: Analisis Isi Pemberitaan Bencana pada Akun Instagram Media Berita @detikcom dan

Kerangka untuk membuat sebuah keterangan foto atau caption pada foto sendiri pun tidak dilakukan dengan sembarangan atau dengan asal, sebuah keterangan foto atau caption

Kebijakan Redaksi Metro TV dalam Memproduksi Tayangan Breaking News (Studi Kasus Pemberitaan Covid-19), Rahma Amelia Wiharti, Universitas Multimedia Nusantara..

Kemudian, media Harian Waspada dari Sumatera Utara juga ikut mendirikan portal online yang disebut Waspada Online (www.waspada.co.id). Diikuti dengan kehadiran media

Bila unsur-unsur ini terdapat dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang diperlukan, baik orang, perlengkapan, bahan ataupun produk, mereka hanya akan menambah nilai,

Penelitian kedua merupakan skipsi mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara, Angelia (2017), yang berjudul “Praktik Penggunaan Instagram dalam Aktivitas Jurnalisme: Studi

1. Transference, adalah di mana seorang selebriti atau brand ambassador mewakili suatu merek yang memiliki keterkaitan dengan profesi mereka. Attractiveness, adalah tampilan dari

Fungsi lain dari media adalah bersifat persuasif. Maksudnya, media bisa dijadikan sebagai sarana untuk meyakinkan pembaca atau khalayak. Adapun bentuk persuasi media