• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI / KERANGKA KONSEP

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi acuan bagi peneliti untuk memperkaya teori yang digunakan. Peneliti mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini:

2.1.1 Penelitian Terdahulu Pertama

Penelitian terdahulu pertama berjudul “Objektivitas Media di Tengah Pandemi Covid-19: Analisis Isi Berita tentang Penerapan New Normal di Indonesia pada Media Tirto.id” oleh Riky Rakhmadani tahun 2020.

Penelitian ini dilatarbelakangi pada kasus pandemi COVID-19 yang melanda dunia termasuk negara Indonesia. Pemerintah memberlakukan berbagai kebijakan guna mencegah penyebaran virus COVID-19, diantaranya social distancing, pembatasan sosial berskala besar hingga penerapan new normal. Berbagai media Indonesia turut memproduksi berita perkembangan COVID-19, termasuk Tirto.id. Media massa memiliki peran dalam memproduksi berita secara objektif. Penelitian ini bertujuan untuk

(2)

menganalisis objektivitas berita di media Tirto.id dari 31 Mei 2020 hingga 11 Juni 2020 dengan menggunakan metode analisis isi kuantitatif. Adapun aspek yang diteliti meliputi aspek faktualitas dan imparsialitas (Westerstahl, 1983). Prosedur pemilihan berita dilakukan melalui Tirto.id dengan kata kunci “Penerapan New Normal di Indonesia”. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 23 berita mengenai penerapan new normal di Indonesia.

Peneliti menggunakan unit tematik sebagai jenis unit pencatatan dan uji validitas muka dengan meminta ahli untuk menguji dan mengevaluasi alat ukur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberitaan mengenai penerapan new normal di Indonesia dari sisi jenis fakta yang disajikan baik fakta psikologis maupun fakta sosiologis cukup berimbang, kelengkapan berita yang meliputi unsur 5W+1H juga tinggi. Keberimbangan Tirto.id dalam menampilkan dua sisi cukup rendah, dimana berita didominasi mengutip satu narasumber. Meskipun demikian, Tirto.id menjaga netralitas dalam pemberitaan dengan tidak menyudutkan beberapa tokoh pro atau kontra terhadap apa yang diberitakan. Penyajian secara kebahasaan tidak reaktif serta sensasional dan juga tidak menyajikan berita yang bersifat menggiring opini.

Relevansi antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah topik yang dibahas, yaitu pemberitaan COVID-19 di media massa serta metode penelitian yang digunakan berupa analisis isi kuantitatif. Kemudian perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah media dan

(3)

konsep penelitian. Penelitian terdahulu membahas objektivitas pemberitaan COVID-19 di Tirto.id sedangkan penelitian ini membahas perbedaan elemen visual pemberitaan COVID-19 antara Liputan 6 dan Detikcom di media sosial Instagram.

2.1.2 Penelitian Terdahulu Kedua

Penelitian terdahulu kedua berjudul “Praktik Jurnalisme Bencana di Instagram: Analisis Isi Pemberitaan Bencana pada Akun Instagram Media Berita @detikcom dan @idntimes Periode Januari-Desember 2018” ditulis oleh Angelina Apriliyanti Legowo tahun 2019.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kejadian bencana di Indonesia yang terus meningkat secara signifikan dalam satu dekade terakhir, terlebih pada tahun 2018 yang memberikan dampak paling besar. Media memiliki peran penting untuk mengomunikasikan bencana pada audiens secara efektif. Peneliti membandingkan berita bencana antara dua media Detik dan IDN Times pada media sosial Instagram. Adapun tujuan penelitian untuk menjelaskan praktik jurnalisme yang diterapkan dalam pemberitaan bencana geologi di akun Instagram @detikcom dan @idntimes selama 2018, mengetahui informasi penanggulangan bencana yang disampaian pada pemberitaan bencana geologi di akun Instagram @detikcom dan @idntimes selama 2018, dan mendeskripsikan tampilan visual pada unggahan terkait

(4)

pemberitaan bencana geologi di akun Instagram @idntimes dan @detikcom selama 2018.

Metode yang digunakan berupa analisis isi kuantitatif deskriptif dengan total unit sampel sebesar 195 berita yang dibagi menjadi 65 berita Detikcom dan 130 berita IDN Times. Kemudian variabel-variabel yang diteliti berupa informasi bencana, tampilan visual berita, dan fitur Instagram yang digunakan kedua media. Hasil dari penelitian tersebut adalah berita dalam bentuk foto disampaikan secara lugas dan singkat tanpa unsur pembangun berita yang lengkap. Terlihat kedua media telah menjalankan fungsi media dengan baik. Serta berdasarkan teori normatif dalam komunikasi massa yang dikaitkan dnegan konsep jurnalisme, media cukup menjalankan kewajiban sosial dengan turut berperan dalam proses penyaluran bantuan. Namun, dalam informasi seputar mitigasi bencana, kewajiban sosial belum terlihat secara maksimal.

Relevansi antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah tujuan penelitian mendeskripsikan tampilan visual berita Instagram antara dua media, metode penelitian yang menggunakan analisis isi, kemudian unit sampel berupa berita di media sosial Instagram. Serta terdapat indikator penelitian yang sama berupa analisis fitur Instagram yang digunakan kedua media.

(5)

Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah tema pemberitaan. Penelitian terdahulu menganalisis pemberitaan bencana sedangkan penelitian ini menganalisis pemberitaan COVID-19.

2.2 Konsep

2.2.1 Gambar atau Foto Jurnalistik

Berita tidak terlepas dari gambar atau visual atau foto sebagai bukti maupun pelengkap peristiwa. Terlebih dalam media sosial Instagram yang mengedepankan visual, gambar merupakan elemen penting dalam pemberitaan. Menurut Santoso (2010, p. 15), foto jurnalistik diartikan membuat berita dengan menggabungkan foto sebagai media informasi. Sedangkan menurut Wijaya (2016, p. 5), foto jurnalistik berarti foto yang bernilai berita atau foto yang menarik bagi pembaca dan informasi tersebut disampaikan kepada masyarakat sesingkat mungkin. Foto jurnalistik bersifat aktual, mengandung fakta, dan informatif yang mampu menjelaskan peristiwa dalam berita.

Dalam mendefinisikan makna gambar jurnalistik maka diperlukan metode analisis isi visual. Analisis isi bersifat empiris (observasional) dan berprosedur objektif untuk mengukur 'audio-visual' (termasuk verbal) yang direkam menggunakan kategori yang dapat diandalkan dan didefinisikan secara eksplisit (nilai pada variabel independen) (Leeuwen & Jewitt, 2001, p.

(6)

13). Hal yang dianalisis berupa visual, verbal, grafis, segala jenis visual dan verbal yang bermakna (Leeuwen & Jewitt, 2001, pp. 14-15). Unit visual biasanya berbentuk paragraf, gambar berbingkai, halaman ataupun foto berita. Kategori dalam penelitian ini berfokus pada tema subjek atau objek dalam aspek main heading dan sub category pada gambar berita COVID-19 yang dipublikasikan oleh media Liputan 6 dan Detikcom di feed Instagram.

Main heading berupa pengelompokan subjek atau objek dalam gambar (tokoh politik, masyarakat Indonesia, kesehatan) sedangkan sub category merupakan rincian dari pengelompokan subjek atau objek dalam gambar (Presiden Joko Widodo, pasien COVID-19, vaksin / jarum suntik).

2.2.2 Infografis

Infografis berasal dari kata infographics dalam bahasa Inggris yang merupakan singkatan dari information + graphics (Saptodewo, 2014). Infografis adalah bagian dari visualisasi data yang mempresentasikan informasi kompleks secara lebih cepat dan jelas. Data visualisasi yang dimaksud berupa tanda, foto, peta, grafik (Siricharoen & Siricharoen, 2015). Pada 1626, Christoph Scheiner menerbitkan sebuah buku berjudul “Rosa Ursina komprehensif Sol” mengenai penelitian rotasi matahari. Infografis pada mulanya muncul dalam bentuk ilustrasi pola rotasi matahari (Saptodewo, 2014).

(7)

Menurut Redaktur Infografis Tempo, Yosep Suprayogi dalam berita di Kompas.com berjudul “Sebelum Membuat Infografis, Pahami Dulu Konsepnya…” (diakses pada 6 Oktober 2020), tampilan visual pada sebuah informasi seperti infografis membuat pembaca mengingat isi informasi sampai 80 persen. Hal ini menunjukkan infografis tidak hanya sebagai pemaparan berita atau informasi saja, melainkan tampilan visual juga penting sebagai daya tarik berita tersebut.

Kepentingan infografis adalah membuat informasi lebih menarik, menunjukkan ide-ide berharga, menarik perhatian, lebih mudah dipahami, lebih persuasif, mudah diingat, dan menyampaikan informasi dengan mudah. Tiga elemen utama dari infografis adalah elemen visual (warna, grafis, tanda, ikon, peta, dan lainnya), konten (fakta, statistik, teks, referensi, jangka waktu, dan lainnya), pengetahuan (kesimpulan cerita atau pesan) (Siricharoen & Siricharoen, 2015). Infografis selain berfungsi sebagai unsur estetika atau visual untuk menarik perhatian khalayak, juga berfungsi untuk memperjelas informasi yang disampaikan agar lebih mudah dipahami dan diingat oleh khalayak dalam waktu singkat (Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2018, p. 55).

Dilansir dari blog University of Mary Washington (2011) (diakses pada 2 september 2020), terdapat empat karakteristik infografis yang efektif, yaitu:

(8)

1. Kegunaan – infografis yang baik memiliki tujuan jelas dan mudah dipahami pembaca. Mencantumkan sumber reliabel dan informatif yang mana pembaca mendapat suatu informasi.

2. Keterbacaan – Infografis mudah dibaca, skema warna tidak menghalangi penglihatan, dan pilihan bentuk, ukuran, dan warna font terbaca jelas.

3. Desain – warna yang digunakan harus menarik namun tidak mengganggu, grafis harus mencerminkan tujuan pembuatan dan menarik pembaca, jarak gambar atau teks diperhatikan secara efektif (tidak berimpitan dan tidak terlalu berenggangan). Dengan kata lain, desain harus menarik tanpa menonjol dan sederhana tanpa membosankan.

4. Estetika – estetika infografis harus menarik dan memuaskan mata pembaca, data diorganisasi dengan baik (hindari informasi yang berlebihan). Susunan infografis harus memiliki tujuan jelas dan tidak membingungkan pembaca, serta mudah diikuti.

2.2.3 Ilustrasi

Ilustrasi berasal dari kata latin illustrare yang diartikan menerangi atau memurnikan (Witabora, 2012). Menurut KBBI, ilustrasi adalah gambar (foto, lukisan) untuk membantu memperjelas isi buku, karangan, dan sebagainya; gambar, desain, atau diagram untuk penghias (halaman sampul

(9)

dan sebagainya). Witabora (2012), mengartikan ilustrasi sebagai sebuah citra untuk memperjelas sebuah informasi melalui representasi secara visual. Maka dapat disimpulkan, ilustrasi adalah sebuah representasi visual dari gambar, desain, maupun diagram yang bertujuan untuk memperjelas sebuah informasi.

Sejarah awal ilustrasi berasal dari catatan visual atau gambar dari gua, manuskrip abad pertengahan sampai buku dan koran di abad ke—15-18 dengan menggunakan teknik cukil kayu, cetak tinggi, etsa, dan litografi. Masa kejayaan ilustrasi berada di masa penemuan mesin cetak, yaitu revolusi industri sekitar tahun 1890-1920. Namun 30 tahun berikutnya, masa kejayaan ilustrasi meredup seiring berkembangnya fotografi dan teknologi televisi. Kemudian pada akhir tahun 1999 menuju 2000, dunia ilustrasi kembali naik dengan menemukan peran di media baru.

Adapun jenis-jenis ilustrasi berdasarkan penampilan menurut (Soedarso, 2014):

1. Gambar Ilustrasi Naturalis

Gambar dengan bentuk dan warna sesuai dengan kenyataan (realis) yang ada di alam tanpa adanya pengurangan ataupun penambahan.

(10)

Gambar yang berfungsi untuk menghiasi sesuatu dengan bentuk yang disederhanakan atau dilebih-lebihkan (ilustrasi style).

3. Gambar Kartun

Gambar dengan bentuk lucu atau memiliki ciri khas tertentu. Contoh pada gambar kartun yang menghiasi majalah anak- anak, komik, dan cerita bergambar.

4. Gambar Karikatur

Gambar kritikan atau sindiran yang dalam penggambarannya telah mengalami penyimpangan bentuk proporsi tubuh. Gambar ini banyak ditemukan di majalah atau koran.

5. Cerita Bergambar (Cergam) adalah sejenis komik atau gambar yang diberi teks. Teknik menggambar cergam dibuat

berdasarkan cerita dengan berbagai sudut pandang

penggambaran yang menarik. 6. Ilustrasi Buku Pelajaran

Berfungsi untuk menerangkan teks atau suatu keterangan peristiwa baik ilmiah maupun gambar bagian. Bentuknya bisa berupa foto, gambar natural, juga bisa berbentuk bagan.

(11)

Gambar hasil pengolahan daya cipta secara imajinatif (khayal). Cara penggambaran seperti ini banyak ditemukan pada ilustrasi cerita, novel, roman, dan komik.

Ilustrasi juga memiliki karakteristik tertentu menurut (Witabora, 2012), yaitu:

1. Komunikasi

Bertujuan untuk mengomunikasikan sebuah konsep atau pesan. Ilustrasi juga dapat berupa opini atau komentar terhadap suatu permasalahan.

2. Hubungan antara kata dan gambar

Pada awalnya ilustrasi berfungsi sebagai pelengkap sebuah teks. Hubungan antara kata dan gambar menciptakan sebuah keselarasan.

3. Faktor menggugah

Gambar ilustrasi membuat pembaca merasakan sesuatu, membangkitkan emosi, menghadirkan drama. Faktor ini yang membuat orang merasa ada keterikatan dengan ilustrasi dan yang menentukan apakah ilustrasi itu berhasil atau tidak. 4. Produksi massal dan media cetak

Ilustrasi diciptakan dengan tujuan tertentu dan ditempatkan di media untuk memastikan pesan tersebut sampai.

(12)

5. Display

Medium terbaik untuk menikmati ilustrasi adalah media cetak, yaitu majalah, buku, dan lainnya yang mana keseluruhan konsep visual terlihat secara lengkap.

2.2.4 Media Sosial

Perkembangan internet membawa cara berkomunikasi baru di masyarakat. Media baru hadir mengubah kerangka berpikir cara orang berkomunikasi. Komunikasi terjadi tanpa batas ruang, waktu, dan jarak. New media atau media baru digunakan untuk menjelaskan kemunculan media yang bersifat digital, terkomputerisasi, dan berjaringan sebagai efek dari semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi (Sahar, 2014, p. 9). Media baru memungkinkan penggunanya mengakses konten media di mana pun dan kapan pun dari berbagai perangkat elektronik.

Menurut Sahar (2014, p. 9), media baru menekankan pada faktor interaktivitas dan kebebasan. Interaktivitas yang dimaksud adalah pengguna dapat dengan aktif memilih konten media yang diinginkan, dan memberikan feedback langsung terhadap konten tersebut. Bebas dalam arti pengguna dapat dengan bebas sebagai produsen membuat konten media yang diinginkan bahkan memegang kendali atas proses pendistribusian dan berperan sebagai konsumen produk kontennya sendiri.

(13)

Sebutan media baru menggambarkan karakteristik yang berbeda dari media sebelumnya. Media massa seperti televisi, radio, koran, majalah digolongkan sebagai media lama. Media sosial, blog, games, media online disebut sebagai media baru (Southeastern University, 2016).

Media sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah laman atau aplikasi yang memungkinkan pengguna dapat membuat dan berbagi isi atau terlibat dalam jaringan sosial (KBBI Daring). Sedangkan menurut Bossio (2017, p. 7), media sosial diartikan sebagai aplikasi atau layanan berbasi web yang memungkinkan serangkaian koneksi dilalukan secara online melalui konten media. Dari dua pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan media sosial berarti aplikasi berbasis web yang memungkinan serangkaian interaksi antar pengguna dan berbagi isi konten media dalam jaringan sosial.

Menurut Nurkarima, N. (2018), merebaknya penggunaan media sosial menimbulkan berbagai dampak terhadap pengguna. Percepatan penyebaran informasi dan komunikasi yang dapat dijangkau dari berbagai belahan dunia menjadi nilai lebih dari media sosial. Namun, media sosial juga menimbulkan ketergantungan, privasi yang tersebar luas, dan semakin berkurangnya komunikasi langsung atau tatap muka. Adanya media sosial membantu kehidupan masyarakat mendapatkan informasi lebih mudah dan teman, tetapi media sosial juga dapat menjauhkan diri dari lingkungan sekitar, dan ketidakamanan informasi privasi.

(14)

Berbagai macam media sosial saat ini yang disuguhkan dalam satu media elektronik, yaitu Instagram, Line, Facebook, Whatsapp, dan lain sebagainya. Dikutip dari situs analisis media sosial, NapoleonCat, menunjukkan bahwa pada Februari 2020, Facebook merupakan media sosial yang menduduki peringkat pertama dengan jumlah pengguna terbanyak di Indonesia sebesar 151.510.000. Instagram berada pada tingkat kedua dengan jumlah 62.470.000 pengguna.

2.2.4.1 Instagram

Instagram adalah aplikasi media sosial yang diluncurkan pada 6 Oktober 2010 oleh Kevin Systrom dan Michel Krieger. Awalnya aplikasi tersebut dibuat khusus untuk pengguna iOS. Kemudian Instagram melebarkan jangkauannya dengan merilis aplikasi di Android pada April 2012. Semenjak Agustus 2012, Facebook mengakuisisi Instagram senilai 1 miliar dolar. Dikutip dari NapoleonCat, pengguna Instagram di Indonesia mencapai 62.470.000 orang yang mana pengguna wanita sebesar 50,8% lebih banyak dibandingkan pria sebesar 49,2% pada Februari 2020. Umur pengguna berkisar antara 18 sampai 24 tahun merupakan pengguna Instagram terbanyak dengan total 23 juta jiwa.

(15)

Nama Instagram sendiri berasal dari sebutan foto dahulu yang terkenal, polaroid. Kata “insta” berasal dari kata “instan” seperti foto polaroid yang biasa disebut “foto instan”. Sedangkan kata “gram” adalah singkatan dari “telegram”, yaitu cara kerja telegram untuk mengirimkan informasi secepat mungkin. Media platform Instagram merupakan perkembangan luar biasa dalam media baru. Berbagai medium gambar yang ditampilkan melalui kamera, kertas foto, galeri foto, tempat penerbitan majalah sepanjang abad 19 dan 20 kini telah digabungkan ke dalam satu platform sederhana, Instagram (Manovich, 2017, p. 11). Tidak hanya mengambil, mengedit, dan mengunggah foto, Instagram juga memungkinkan pengguna melihat foto pengguna lain, mencari foto lain hingga berinteraksi dengan sesama pengguna (like,comment, repost, dan share).

Salah satu karakteristik media sosial terletak pada aksesibilitas (Adornato, 2018, p. 27). Aksesibilitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal yang dapat dijadikan akses, dan keterkaitan. Penelitian aksesibilitas media sosial bagi penyandang disabilitas dilakukan oleh Media Access Australia dan ditulis dalam jurnal berjudul “Sociability : Social Media for People with a Disability”. Penelitian ini berfokus pada bagaimana penyandang disabilitas mengakses media sosial dengan meneliti fitur-fitur di dalam media

(16)

sosial, seperti Facebook, Youtube, Twitter, Blogspot, dan lainnya. 49 responden penyandang disabilitas meminta ulasan aksesibilitas media sosial kepada peneliti, seperti apa kegunaan dan manfaat fitur media sosial? Bagaimana cara penggunaannya? Bagaimana cara mengatasi masalah aksesibilitas dengan fitur ini? Dan di mana saya mendapat bantuan?

Merujuk pada penelitian tersebut, penelitian ini juga berfokus pada aksesibilitas yang meneliti fitur-fitur media Instagram apa saja yang dipakai oleh media Liputan 6 dan Detikcom dalam meng-unggah berita. Fitur-fitur media sosial menurut Adornato (2018, p. 146), berupa:

1. Mention

Fitur paling dasar mengidentifikasi pengguna media sosial. Fitur mention ditandai dengan simbol ‘@’ di depan nama pengguna Instagram dalam komentar atau caption untuk menyinggung atau menarik perhatian pengguna Instagram yang dituju (di-mention) dan berkomunikasi (Herman, 2020). Notifikasi mention biasanya berbunyi “Liputan 6 mentioned you in a post / comment” (tergantung pengaturan Bahasa).

(17)

Hashtag atau tagar adalah raja di Instagram (Adornato, 2018, p. 156). Digunakan untuk mengelompokkan postingan yang terkait dengan suatu topik atau peristiwa. Bentuk berupa tanda ’#’ diawal kata, nomor, maupun emoji. Penting bagi jurnalis ketika mengunggah suatu berita menggunakan fitur ini untuk menjangkau audiens secara luas. Pengguna Instagram cenderung menggunakan tagar untuk mencari peristiwa atau topik tertentu. Tidak hanya akun Instagram, hashtag juga dapat diikuti, artinya pengguna dapat melihat postingan hashtag tersebut meskipun tidak mengikuti akun media Instagram (Newberry, 2020). Dengan kata lain, fitur ini memudahkan pencarian topik atau peristiwa di media sosial Instagram.

3. Tagging

Fitur tag memungkinan Anda menautkan foto atau video ke pengguna lain. Berbeda dengan mention, tag digunakan saat menyinggung pengguna lain di dalam foto atau video yang diunggah. Notifikasi tagging biasanya berbunyi “Liputan 6 took a photo of you”.

(18)

Gambar 2.1 Fitur tagging Instagram

Sumber: Instagram/Liputan6

Berbeda dengan fitur mention yang mana notifikasi dapat hilang, fitur tag selamanya disimpan pada suatu bagian di Instagram seperti yang digaris bawah dalam gambar 2.2.

4. Geo-location

Fitur lokasi digunakan pengguna untuk menunjuk lokasi peristiwa atau visual diambil (Adornato, 2018, p. 147). Fitur ini bermanfaat bagi jurnalis sebagai titik awal mencari sumber suatu peristiwa yang terkait dari lokasi. Pengguna media sosial juga dapat melakukan pencarian peristiwa dari sumber lokasi. Sesuai namanya, fitur ini mengandung unsur berita ‘di mana’. Audiens dapat segera mengetahui dan melihat lokasi peristiwa tanpa perlu membaca kata per kata atau kalimat di caption dan

(19)

melakukan pencarian peristiwa dari sumber lokasi dengan menekan fitur ini di berita yang diunggah. Berbagai unggahan yang terkait di lokasi peristiwa akan segera muncul. Dengan menggunakan fitur lokasi geografis, berbagai berita yang diunggah jurnalis memiliki lebih banyak kesempatan ditemukan audiens.

5. Notifikasi

Dengan mengatur notifikasi di akun media sosial, Anda akan diberitahu apabila mendapat pesan atau komentar dari pengguna lain. Bagi jurnalis atau media, fitur notifikasi dapat digunakan untuk memantau interaksi para audience. Selain itu Anda juga dapat mengatur notifikasi suatu akun media sosial Instagram yang mana apabila akun tersebut mengunggah gambar maka notifikasi akan langsung muncul di telepon pintar Anda.

Peneliti menentukan tiga konsep yang dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai bentuk visual berita yang diproduksi media Liputan 6 dan Detikcom serta pemanfaatan fitur media sosial Instagram di kedua akun media. Foto/gambar jurnalistik dianalisis berdasarkan aspek main heading dan sub category dengan

(20)

Pemberitaan COVID-19 pada feed media sosial Instagram Liputan 6 dan Detikcom periode 10 April – 4

Juni 2020

Analisis isi bentuk visual pemberitaan COVID-19 secara

kuantitatif menurut Eriyanto

Karakteristik ilustrasi menurut Witabora

Foto jurnalistik melalui aspek main

heading dan sub category

Karakteristik media sosial pada dimensi

aksesibilitas menurut Anthony menghitng subjek/objek (masyarakat, pemerintahan, kesehatan, dan lainnya) foto maupun video untuk menemukan fokus pemberitaan antara kedua media. Kemudian kedua media juga memproduksi

bentuk berita ilustrasi yang dianalisis peneliti menurut

karakteristiknya. Serta pemanfaatan fitur media sosial Instagram yang disediakan untuk mengoptimalkan penyebaran berita pada akun kedua media.

2.3 Alur Penelitian

(21)

Sumber: kajian peneliti, 2020

Dari 282 sampel pemberitaan COVID-19 yang dipecah sebesar 104 berita di Liputan 6 dan 178 berita di feed media sosial Instagram Detikcom selama periode 10 April – 4 Juni 2020, peneliti melakukan analisis isi kuantitatif bersifat deskriptif menurut pandangan Eriyanto. Terdapat tiga konsep yang digunakan berupa karakteristik ilustrasi menurut Witabora, foto jurnalistik melalui aspek main heading dan sub category, dan karakteristik media sosial pada dimensi aksesibilitas menurut Anthony Adornato. Kategorisasi pada konsep karakteristik ilustrasi menurut Witabora berupa komunikasi, hubungan antara kata dan gambar, dan faktor menggugah. Peneliti juga menggunakan empat indikator dalam dimensi aksesibilitas media sosial menurut Anthony Adornato, yaitu mention, hashtag, tagging, dan geo- location.

Tahap berikutnya menurunkan kategorisasi ke lembar coding untuk diukur. Kemudian menguji validitas, reliabilitas (apakah dapat dipercaya dan akurat). Apabila

Pengisian lembar coding

Pengujian validitas, reliabilitas

Analisis perbedaan bentuk visual pemberitaan COVID-19 dan penggunaan aksesibilitas pada feed media sosial

(22)

hasil uji validitas dan reliabilitas terpenuhi, barulah peneliti menganalisis perbedaan bentuk visual pemberitaan COVID-19 dan penggunaan aksesibilitas atau fitur pada feed media sosial Instagram antara Liputan 6 dan Detikcom sebagai hasil penelitian.

Gambar

Gambar 2.1 Fitur tagging Instagram
Foto jurnalistik  melalui aspek main

Referensi

Dokumen terkait

Menjalani profesi sebagai guru selama pelaksanaan PPL, telah memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa untuk menjadi seorang guru tidak hanya cukup dalam hal

Simpulan hasil penelitian ini terjadi peningkatan kepekaan sosial setelah diberi layanan bimbingan kelompok teknik experiential learning pada siswa kelas VII F SMP N 5

a. Manajemen harus bersedia secara sadar memberikan informasi kepada karyawannya. Setiap pelaksana harus memahami bahwa komunikasi merupakan tanggung jawab utama, dan dalam evaluasi

merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan selanjutnya pertanyaan tersebut diperdalam [8]. Melakukan observasi penelitian dilakukan secara langsung dengan

Fasilitas Pajak Penghasilan diberikan kepada Wajib Pajak badan dalam negeri berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan koperasi yang melakukan penanaman modal, baik

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi..

Jika ditangani dengan baik oleh tutor dan kelompok, langkah ini akan membuat mahasiswa belajar pada tingkat pemahaman yang lebih dalam. Menyusun penjelasan menjadi

Waktu pengukuran temperatur dilakukan setiap 5 menit pada evaporator, ruang palkah dan ikan laut di dalam palkah, jumlah waktu tersebut sebagai data saat ikan laut sudah