• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEDISIPLINAN SHOLAT BERJAMAAH DAN KEDISIPLINAN BELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KEDISIPLINAN SHOLAT BERJAMAAH DAN KEDISIPLINAN BELAJAR"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KEDISIPLINAN SHOLAT BERJAMAAH DAN KEDISIPLINAN BELAJAR

A. Kedisiplinan Sholat Berjamaah

1. Pengertian kedisiplinan sholat berjamaah

Secara mendasar, ditinjau dari sudut ajaran keagamaan, disiplin adalah sejenis perilaku taat atau patuh yang sangat terpuji. Tetapi agama juga mengajarkan bahwa ketaatan dan kepatuhan boleh dilakukan hanya terhadap hal- hal yang jelas-jelas tidak melanggar larangan Tuhan.11

Kedisiplinan adalah suatu sikap yang taat dan patuh terhadap suatu peraturan yang berlaku. Kedisiplinan artinya suatu hal yang membuat manusia untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kehendak-kehendak langsung, ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata tertib.12

Disiplin berasal dari kata latin discipulus, yang berarti siswa atau murid. Dalam perkembangan selanjutnya, kata ini mengalami perubahan bentuk dan perluasan arti. Kata ini antara lain berarti ketaatan, metode pengajaran, mata pelajaran, dan perlakuan yang cocok bagi seorang murid atau pelajar. Di bidang psikologi dan pendidikan, kata ini berhubungan dengan perkembangan, latihan fisik, mental,

11 Madjid, Nurcholis, Masyarakat Religius....,hlm. 87.

12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 268

(2)

10 serta kapasitas moral anak melalui pengajaran dan praktek.

Sehubungan dengan definisi tersebut, kata ini juga berarti hukuman atau latihan yang membetulkan serta kontrol yang memperkuat ketaatan. Makna lain dari kata yang sama ialah seseorang yang mengikuti pemimpinnya.13

Sementara itu, kata disiplin dari bahasa Inggris (discipline) berarti ketertiban. Ketertiban sangat terkait antara perilaku seseorang dengan aturan/hukum/adat kebiasaan masyarakat di mana perilaku seseorang itu berlangsung.14

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kata disiplin sebenarnya mengarah pada tingkah laku yang mengikuti seorang pemimpin, seperti orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya. Disiplin sering dikaitkan dengan saat dimana anak melanggar aturan atau kebiasaan yang digariskan oleh orang tua, guru, maupun orang dewasa di lingkungan dia berada.15

Disiplin juga berarti suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok. Tata tertib itu bukan buatan binatang, tetapi buatan manusia sebagai pembuat dan pelaku. Sedangkan disiplin timbul dari

13 Dolet Unaradjan, Manajemen Disiplin., (Jakarta: PT Grasindo, 2003), hlm. 8.

14 Marijan, Metode Pendidikan Anak Membangun Karakter Anak yang Berbudi Mulia, Cerdas dan Berprestasi, (Yogyakarta: Sabda Media, 2012), hlm. 73.

15 Dolet Unaradjan, Manajemen Disiplin., hlm. 12.

(3)

11 dalam jiwa karena adanya dorongan untuk menaati tata tertib tersebut. Hal ini berarti bahwa disiplin adalah tata tertib, yaitu ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib dan sebagainya. Berdisiplin berarti menaati (mematuhi) tata tertib.16(Djamarah, 2002:12).

Berdasarkan pendapat di atas, maka disiplin menurut penulis adalah pengendalian diri seseorang terhadap bentuk- bentuk aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang telah diterapkan oleh orang yang bersangkutan maupun berasal dari luar serta bentuk kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya.

Sholat menurut bahasa adalah doa. Sedangkan menurut istilah seperti yang dikatakan Imam Rafi’i sholat adalah perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat yang telah ditentukan.17

Ia disebut sholat karena ia menghubungkan seorang hamba kepada penciptanya, dan sholat merupakan manifestasi penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah SWT. Dari sini maka, sholat dapat menjadi media permohonan pertolongan dalam menyingkirkan segala

16 Djamarah, Syaiful Bahri, Rahasia Sukses…, hlm. 12

17 Abu Abdillah Muhammad bin Qosim Asy-Syafi’i, Fathul Qarib Mujib (matan Tausyeh ala Ibn Qosim), (Jakarta: Dar Al-Kutub Al-Islamiyyah, 2002), hal. 97.

(4)

12 bentuk kesulitan yang ditemui manusia dalam perjalanan hidupnya.18

Shalat jamaah adalah sunnah muakkad. Jadi, seorang makmum harus berniat menjadi makmum mengecualikan imam, Diperbolehkan bermakmum seorang yang merdeka kepada hamba (budak) dan orang yang sudah baligh boleh bermakmum kepada orang yang hampir baligh. Tetapi tidak sah seorang laki-laki menjadi makmum seorang perempuan dan juga seorang yang lebih pandai bacaannya (fasih) tidak boleh menjadi makmum terhadap orang yang bodoh (tidak fasih bacaannya). Maksudnya adalah melaksanakan shalat di dalam masjid dan makmum itu lebih tahu shalatnya Imam.

Maka cukup baginya untuk tidak mendahului shalatnya imam. Jika imam melaksanakan shalat di dalam masjid, sedangkan makmum di luar masjid, namun dekat dengan imam dan mengetahui shalatnya imam dan tidak ada penghalang maka boleh.19

Dari beberapa pengertian di atas, maka kedisiplinan shalat berjamaah mengandung pengertian yaitu shalat yang dilakukan dengan ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan-peraturan (hukum) perintah wajib shalat, dilihat dari ketepatan waktu maupun pelaksanaannya, didirikan oleh

18 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah..., hlm. 145.

19 Muhammad bin Qasim Al-Ghazi, Fathul Qarib..., hlm. 17.

(5)

13 dua orang atau lebih secara bersama-sama, yang seorang di antara mereka menjadi imam sedang lainnya menjadi makmum orang yang mengikuti imam.

2. Dasar perintah kedisiplinan sholat berjamaah

Sholat disyari’atkan pelaksanaannya secara jamaah.

Dengan jamaah sholat ma’mum terhubung dengan sholat imamnya. Legalitas sholat jamaah ditetapkan dalam Alquran, sunah dan kesepakatan ulama’ (ijma’).20 Dalam Q.S. An-Nisa : 102, Allah SWT berfirman:

مِهيِف َتنُك اَذِإَو َتمَقَأَف

ُمَُلَ

لَف َةٰوَلَّصلٱ ُقَ ت ةَفِئاَط م مُهنِ م َكَعَّم ...

{ : ءاسنلا

۱۰۲ }

“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu...” (Q.S. An-Nisa :102)

Dalam hadis nabi juga di terangkan:

ٍعِفَنَ ْنَع ٍكِلاَم ىَلَع ُتْأَرَ ق َلاَق َيََْيَ ُنْب َيََْيَ اَنَ ثَّدَح َّنَأ َرَمُع ِنْبا ِنَع

ِ ذَفْلا ِةَلاَص ْنِم ُلَضْفَأ ِةَعاَمَْلْا ُةَلاَص َلاَق ملسو هيلع الله ىلص َِّللَّا َلوُسَر ةَجَرَد َنيِرْشِعَو ٍعْبَسِب .

ملسم هاور

21

“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya berkata: saya bacakan kepada Malik dari Nafi’ dari Ibn Umar, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Sholat jamaah lebih

20 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah..., hlm. 237.

21 Abi al-Husain Muslim, Shahih Muslim..., hlm. 122.

(6)

14 utama dari pada sholat sendirian dengan tingkat dua puluh tujuh derajat.”(H.R. Muslim)

3. Aspek kedisiplinan sholat berjamaah a. Ketetapan waktu dalam sholat

Dalam shalat dituntut adanya kesediaan untuk melaksanakannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Karena waktu-waktu shalat yang telah diatur itu merupakan peringatan bagi kaum muslimin agar dalam hidupnya berlaku disiplin dan menghargai waktu serta tidak menyia-nyiakannya untuk berbuat yang tak berguna.

Mengenai ketetapan dan batas waktu sholat yang telah ditentukan Nabi SAW bersabda:

ِبَِأ ِنْب ِنَلاُف ُنْب ِنَْحَّْرلا ُدْبَع ِنَِثَّدَح َناَيْفُس ْنَع َيََْيَ اَنَ ثَّدَح ٌدَّدَسُم اَنَ ثَّدَح َعيِبَر ْنَع َةَعيِبَر ِبَِأ ِنْب ِشاَّيَع ِنْب ِثِراَْلْا ُنْب ِنَْحَّْرلا ُدْبَع َوُه َدُواَد وُبَأ َلاَقَة

ٍمِعْطُم ِنْب ِْيَْ بُج ِنْب ِعِفَنَ ْنَع ٍميِكَح ِنْب ِميِكَح َلاَق َلاَق ٍساَّبَع ِنْبا ِنَع

ْيَلَع ُليِْبِْج ِنَِّمَأ ملسو هيلع الله ىلص َِّللَّا ُلوُسَر ِتْيَ بْلا َدْنِع ُمَلاَّسلا ِه

َِبِ ىَّلَصَو ِكاَرِ شلا َرْدَق ْتَناَكَو ُسْمَّشلا ِتَلاَز َيِْح َرْهُّظلا َِبِ ىَّلَصَف ِْيَْ تَّرَم ُمِئاَّصلا َرَطْفَأ َيِْح َبِرْغَمْلا ِنِْعَ ي َِبِ ىَّلَصَو ُهَلْ ثِم ُهُّلِظ َناَك َيِْح َرْصَعْلا اَشِعْلا َِبِ ىَّلَصَو ُماَعَّطلا َمُرَح َيِْح َرْجَفْلا َِبِ ىَّلَصَو ُقَفَّشلا َباَغ َيِْح َء

ُهَلْ ثِم ُهُّلِظ َناَك َيِْح َرْهُّظلا َِبِ ىَّلَص ُدَغْلا َناَك اَّمَلَ ف ِمِئاَّصلا ىَلَع ُباَرَّشلاَو َبِرْغَمْلا َِبِ ىَّلَصَو ِهْيَلْ ثِم ُهُّلِظ َناَك َيِْح َرْصَعْلا َِبِ ىَّلَصَو َرَطْفَأ َيِْح

َُّثُ َرَفْسَأَف َرْجَفْلا َِبِ ىَّلَصَو ِلْيَّللا ِثُلُ ث َلَِإ َءاَشِعْلا َِبِ ىَّلَصَو ُمِئاَّصلا

(7)

15

َْيَْ ب اَم ُتْقَوْلاَو َكِلْبَ ق ْنِم ِءاَيِبْنَلأا ُتْقَو اَذَه ُدَّمَُمُ َيَ َلاَقَ ف ََّلَِإ َتَفَ تْلا .ِْيَْ تْ قَوْلا ِنْيَذَه اد وبا هاور

22

دوو

“Dari Musadad dari Yahya dari Sufyan telah menceritakan kepadaku Abdurahman bin Fulan bin Abi Rabi’ah berkata Abu Daud dia adalah Abdurrahman bin Haris bin Ayyas bin Abi Rabi’ah dari Hakim bin Hakim dari Nafi’ bin Zubair bin Muth’im dari ibnu Abbas berkata; bersabda Rasulullah SAW Jibril AS mengunjungiku ketika di rumah dua kali, kemudian sholat dhuhur denganku ketika tergelincirnya matahari kira- kira tegak lurus, kemudian sholat ashar denganku ketika bayangannya sejajar dengannya, kemudian sholat maghrib denganku ketika berbuka bagi orang yang puasa dan sholat isya’ denganku ketika terbenamnya syafaq dan sholat shubuh denganku ketika diharamkannya makan dan minum bagi orang yang berpuasa. Maka keesokan harinya sholat dhuhur denganku ketika bayangannya sejajar dengannya, kemudian sholat ashar denganku ketika bayangannya duakali sejajar dengannya, kemudian sholat maghrib denganku hingga berbuka orang yang berpuasa, dan kemudian sholat isya’

denganku pada sepertiga malam dan sholat shubuh denganku hingga munculnya (matahari) kemudian memerhatikan pada ku, maka berkata; “wahai Muhammad ini adalah waktu nabi- nabi sebelum kamu dan waktu diantara kedua waktu.”(H.R.

Abu Daud)

Batas masing-masing waktu yang ditentukan itu adalah sebagai berikut:

1) Dhuhur : Dimulai tergelincir matahari sampai kepada waktu bayangan suatu benda (tongkat) sama panjang dengan tongkat itu.23

22 Abu Daud, Sunan Abi Daud, ( __ : Maktabah Musthofa Ulya, 1952), hlm. 98.

23 Taqiyuddin, Kifayatul Akhyar, (Beirut: Darl Khoer, 2005),hlm.

104.

(8)

16 2) Ashar : Dimulai apabila bayangan suatu benda (tongkat) lebih panjang dari benda tersebut, dan berakhir pada waktu matahari mulai terbenam.24 3) Maghrib : Dimulai ketika maahari terbenam dan

berakhir ketika safaq merah telah hilang.25

4) Isya’ : Dimulai ketika safaq merah telah lenyap dan berakhir pada waktu luang sampai sepertiga malam.

Dan diperbolehkan pula sampai terbitnya fajar yang ke dua (fajar shodiq).26

5) Subuh : Dimulai pada waktu terbitnya fajar (fajar sadiq) dan berakhir pada waktu luang terdapatnya mega kuning. Diperbolehkan pula sampai matahari terbit.27

b. Syarat-syarat berjamaah 1) Syarat imam

- Islam, karena itu adalah syarat utama dalam pendekatan diri seorang hamba kepada Allah SWT

- Akil - Baligh

24 Taqiyuddin, Kifayatul Akhyar..., hlm. 105.

25 Taqiyuddin, Kifayatul Akhyar...,hlm. 105.

26 Taqiyuddin, Kifayatul Akhyar...,hlm. 106.

27 Taqiyuddin, Kifayatul Akhyar...,hlm. 107.

(9)

17 - Laki-laki. Imam shalat jamaah harus seorang laki-

laki, dan wanita tidak boleh menjadi imam bagi laki-laki

- Imam haruslah orang yang mampu membaca al- quran dengan fasih.28

2) Syarat ma’mum

- Tidak boleh mendahului imam.29

- Mengetahui gerakan perpindahan imam, dengan melihat, mendengar atau mengikuti dengan jamaah lain.30

- Mengikuti imam, dalam artian bahwa gerakan ma’mum dalam sholat harus setelah gerakan imam.31

- Mengetahui status dan keadaan imam, apakah imamnya termasuk orang yang muqim (penduduk setempat) atau orang yang musafir.32

28 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah..., hlm. 245.

29 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah..., hlm. 245.

30 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah..., hlm. 246.

31 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah..., hlm. 247.

32 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah..., hlm. 248.

(10)

18 c. Keteraturan dan adab (tata krama) dalam berjamaah

1) Jika iqamah dikumandangkan sementara imam belum datang, maka jamaah sebaiknya tidak bergegas berdiri sampai mereka melihat imam.33 2) Lebih afdhal jika imam berdiri menghadap jamaah

ditengah-tengah shaff untuk merapatkan shaff.34 3) Memulai shaff tepat dari belakang imam dengan

memperhatikan barisan awal dan sebelah kanan.35 4) Barisan (shaff) yang berada didekat imam sebaiknya

adalah orang yang mempunyai keutamaan.36

5) Imam membaca surah-surah yang ringan (pendek) dan tidak memanjangkannya melebihi kadar yang disunnahkan.37

Adab-adab lainnya adalah (1) menyempurnakan rukuk dan sujud, sehingga mereka tumakninah; (2) diam sejenak sebelum dan sesudah membaca surah al-fatihah, dan juga ketika selesai membaca surah-surah setelahnya;

(3) menunggu orang yang merasa berat di dalam rukuk

33 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah..., hlm. 258.

34 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah..., hlm. 258.

35 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah..., hlm. 259.

36 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah..., hlm. 259.

37 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah..., hlm. 259.

(11)

19 selama tidak melampaui batas yang wajar; (4) menanti tetangga yang belum datang sebelum sholat selama tidak mengakhirkan waktunya; (5) berhenti sejenak diantara dua salam mengharapkan karunia Allah dengan penuh rasa takut ketika selesai sholat; (6) memperbanyak rasa syukur kepada Allah dan memelihara dzikir kepadaNya dengan segala kondisi.38

d. Ketaatan dalam sholat

Seorang muslim yang hendak melakukan sholat, selayaknya bersikap rendah hati, memelihara kekhusyukan, dan menampakkan kehinaan, menghadirkan kalbu, menghilangkan rasa was-was, dan menghindari perubahan baik lahir maupun batin. Ia juga hendaklah menundukkan kepala, dan meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri kemudian menghayati bacaan dan mengucapkan takbir dengan penuh ketakziman.

Melakukan rukuk dengan penuh ketundukan, bersujud dengan penuh kekhusyukan, bertasbih dengan penuh pengagungan, dan ucapkan sayang dengan penuh kasih sayang. Setelah itu akhiri sholat dengan penuh rasa takut dan berusaha mencari keridhaanNya.39

38 Imam Ghazali, Keagungan Salat (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 2005), cetakan ke IV, hlm. 55-56.

39 Imam Ghazali, Keagungan Salat..., hlm. 53.

(12)

20 B. Kedisiplinan Belajar Santri

1. Pengertian kedisiplinan belajar santri

Disebutkan bahwa kata disiplin sinonim dengan kata education. Dan dalam pemakaian modern pengertian dasarnya adalah control terhadap kelakuan, baik oleh sesuatu kekuatan luar, atau oleh individu itu sendiri-sendiri apa yang sesungguhnya didisiplinkan itu sendiri.40

Lebih menarik untuk dikaji lagi ialah kata-kata disiplin dewasa ini lebih sering muncul dalam berbagai pemakaian dan tujuan, bila dibandingkan dengan masa-masa lalu. Namun terkadang istilah itu terassa “kering”, termasuk pembicaraan disiplin dalam pemakaian ajaran Al-quran dan sunnah sebagai sumber pendidikan islam itu sendiri. Oleh sebab itu, kata disiplin perlu pengkajian dan pemaknaan kembali, paling tidak untuk menambah bobot arti, pada keterkaitannya dengan islam. Kajian ini penting pada psikologi belajar islam, karena pada pemahaman pada aspek- aspek psikologis ini dipandang dapat memberikan pendekatan dan pemahaman bagaimana sesungguhnya belajar (habituation

& instruction) itu berlangsung secara teoritis dan aplikatif, pun juga dengan teori-teori psikologi dalam dapat memberikan solusi bagi dunia roh untuk sukses pada tujuan akhirnya, dan

40 Habibuddin Ritongga, “Pengembangan Disiplin..., hlm. 345.

(13)

21 upaya itu sudah barang tentu harus berlangsug seumur hidup.41

Dalam aktivitas kegiatan manusia sehari-hari hampir tidak pernah lepas dari kegiatan belajar, baik ketika manusia melakukan aktivitas sendiri, maupun didalam suatu kelompok tertentu. Dipahami maupun tidak dipahami sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari kita merupakan belajar. Dengan demikian dapat kita katakan, tidak ada ruang dan waktu dimana manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, dan itu berati pula bahwa belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti.42

Belajar adalah suatu kegiatan yang kita lakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan.43 Belajar juga berati memahami dan selanjutnya memaknai. Belajar adalah memahami sesuatu yang baru . belajar akan membuat anak berkembang dan kemudian anak didorong untuk mencoba apa saja yang telah dipelajari dan dipahami secara konkret.

41 Habibuddin Ritongga, “Pengembangan Disiplin..., hlm. 346.

42 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 33

43Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2008),edisi revisi, hlm. 15.

(14)

22 Seorang anak dapat dikatakan memahami apabila dapat melakukan secara fisik apa yang diketahuinya.44

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.45

Pengertian belajar dapat kita temukan dalam berbagai sumber atau literatur. Meskipun kita melihat ada perbedaan- perbedaan di dalam rumusan pengertian belajar tersebut dari masing-masing ahli, namun secara prinsip kita menemukan kesamaan-kesamaannya. Sebagaimana beberapa pendapat berikut ini;

a. Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya kepada orang lain.

b. Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dengan demikian belajar menuntut adanya perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan atau perilaku seseorang karena pengalaman.

44 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2012), hal. 149.

45 Indah Khomsiyah, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta:

Teras, 2012), hlm. 2

(15)

23 c. Belajar merupakan suatu proses pribadi yang tidak harus dan atau merupakan akibat kegiatan mengajar.guru melakukan kegiatan mengajar tidak selalu diikuti terjadinya kegiatan belajar pada peserta didik.

Sebaiknya,peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar tanpa harus ada guru yang mengajar. Namun, dalam kegiatan belajar peserta didik ini ada kegiatan membelajarkan, yaitu misalnya yang dilakukan oleh penulis buku bahan belajar, atau pengembang paket belajar dan sebagainya.

Jika kita simpulkan dari sejumlah pandangan dan devinisi tentang belajar, kita menemukan beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut; pertama, belajar untuk menunjukkan aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.46

Disiplin yang dikaitkan dengan belajar dapat diartikan bahwa disiplin yang dimaksud adalah disiplin belajar.

Menurut Penulis berdasarkan definisi sebelumnya, kedisiplinan belajar bisa diartikan dengan sikap atau tingkah laku siswa yang taat dan patuh untuk dapat menjalankan kewajibannya untuk belajar guna memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan, baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah.

46 Indah Khomsiyah, Belajar dan Pembelajaran..., hlm. 2-3.

(16)

24 2. Upaya dalam mewujudkan kedisiplinan belajar

Untuk mewujudkan kedisiplinan dalam belajar. Di sini perlu diperhatikan mengenai prinsip-prinsip belajar agar peserta didik dapat mewujudkan kedisiplinannya dalam belajar di antaranya adalah:

a. Belajar adalah proses aktif di mana terjadi hubungan timbal balik, saling mempengaruhi secara dinamis antara anak didik dan lingkungannya.

b. Belajar harus selalu bertujuan, terarah dan jelas bagi anak didik.

c. Belajar yang paling efektif apabila di dasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumber diri dalam dirinya sendiri.

d. Belajar selalu menghadapi rintangan dan hambatan.

Oleh karena itu anak didik harus sanggup mengatasinya secara tepat.

e. Belajar memerlukan bimbingan.

f. Jenis belajar yang paling utama ialah belajar untuk berfikir kritis, lebih baik dari pada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.

g. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam pemecahan masalah melalui kerja kelompok.

h. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari, sehingga memperoleh pengertian-pengertian.

(17)

25 i. Belajar memerlukan latihan-latihan dan ulangan agar

yang diperoleh dan dipelajari dapat dikuasai.

j. Belajar harus disertai keinginan dan kemampuan yang kuat untuk mencapai tujuan atau hasil.

k. Belajar dianggap berhasil apabila si anak didik telah sanggup mentransferkan dan menerapkannya ke dalam bidang praktek sehari-hari.47

Untuk itu, pendidikan yang di berikan kepada peserta didik juga sangat menentukan akan kedisiplinan peserta didik dalam belajar.

a. Pendidikan melalui hukuman

Hukuman sesungguhnya tidak mutlak untuk diperlukan. Ada orang yang cukup dengan teladan dan nasihat saja, sehingga tidak perlu hukuman baginya. Tetapi manusia itu tidak sama seluruhnya. Siantar mereka ada yang harus dikenai hukuman sesekali.

M. Athiyah Al-Abrasyi mengemukakan tiga syarat dalam menghukum peserta didik, yaitu:

1) Sebelum berumur 10 tahun anak tidak boleh dipukul.

2) Pukulan tidak boleh dari 3 kali. (maksudnya adalah lidi atau tongkat kecil bukan tongkat besar).

3) Diberikan kesempatan kepada anak-anak untuk tobat dari apa yang ia lakukan dan memperbaiki

47 Indah Khomsiyah, Belajar dan Pembelajaran..., hlm. 12

(18)

26 kesalahannya tanpa perlu menggunakan pukulan atau merusak nama baiknya (menjadikannya malu).48

b. Motivasi

Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat. Motivasi sebagai suatu kekuatan yang mampu mengubah energi dalam diri seseorang dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.49 Kebutuhan yang kuat akan mendorong seseorang untuk mencapainya dengan sekuat tenaga. hanya dengan motivasilah anak didik dapat tergerak hatinya untuk belajar.

c. Bimbingan dalam belajar

Belajar merupakan inti dari kegiatan pada seluruh lembaga pendidikan. Sebab semua lembaga pendidikan diperuntukkan untuk keberhasilannya dalam proses belajar bagi setiap peserta didik yang sedang menempuh pendidikan pada suatu lembaga pendidikan tersebut.

Karena belajar merupakan inti kegiatan pengajaran di sekolah, maka wajiblah murid-murid dibimbing agar tercapai belajarnya. Tujuan bimbingan belajar secara umum adalah membantu murid-murid agar mendapat penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat belajar dengan efisien sesuai dengan

48 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan...,hlm. 221

49 Indah Komsiyah, Belajar dan Pembelajaran..., hlm. 13

(19)

27 kemampuan yang dimilikinya, dan mencapai perkembangan yang optimal.50

3. Aspek kedisiplinan belajar

Dalam belajar kita tidak dapat melepaskan diri dari beberapa hal yang dapat mengantarkan kita berhasil dalam belajar. Untuk mengantarkan pada keberhasilan belajar tersebut maka diperlukan beberapa aspek dalam mendisiplinkan belajar :

a. Keinginan belajar

Keinginan belajar merupakan hal sangat penting yang dapat meningkatkan efektivitas belajar. Keinginan belajar dapat timbul karena rasa tertarik yang mendalam terhadap suatu objek, atau pengetahuan atau keterampilan tertentu, atau dapat tumbuh dari dorongan atau motivasi dari orang lain.51

b. Belajar dengan teratur

Belajar dengan teratur merupakan pedoman mutlak yang tidak bisa diabaikan oleh seorang yang menuntut ilmu di sekolah atau di perguruan tinggi (universitas). Karena banyaknya bahan pelajaran yang harus dikuasai, menuntut pembagian waktu yang sesuai

50 Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakartaa:

PT. Rineka Cipta, 2013), Cetakan III, Hlm. 111.

51 Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cetakan II, hlm. 16.

(20)

28 dengan kedalaman dan keluasan bahan pelajaran.

Menunda waktu merupakan sikap yang kurang baik dalam belajar. Satu, dua, atau tiga hari akan ulangan baru belajar.

Hal itu adalah suatu tindakan yang kurang menguntungkan sebab dengan waktu yang relatif dekat itu tidak mungkin dapat menguasai semua bahan untuk semua mata pelajaran.52 Sikap yang terbiasa teratur adalah cerminan pribadi yang terpuji. Kepribadian yang teratur sebagai salah satu barometer dari kejernihan berfikir. Kejernihan berpikir harus dipertahankan selama menuntut ilmu.53 c. Disiplin dan bersemangat

Orang yang berhasil dalam belajar dan berkarya disebabkan mereka selalu menempatkan disiplin di atas semua tindakan dan perbuatan. Semua jadwal yang telah disusun , mereka taati dengan ikhlas. Mereka melaksanakannya dengan penuh semangat. Rela mengorbankan apa saja demi menegakkan disiplin pribadi.

Selain masalah disiplin, masalah semangat juga sangat penting dalam belajar. Orang yang tidak semangat dalam belajar berati lesu. Cara termudah menumbuhkan semangat belajar adalah dengan melihat dan mengamati

52Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses..., hlm. 16.

53Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses..., hlm. 17.

(21)

29 orang yang mempunyai semangat yang menyala-nyala dalam segala tindakan dan perbuatan.54

Semangat adalah kekuatan nonmaterial. Disiplin adalah kekuatan yang tidak tampak. Penyatuan keduanya melahirkan tenaga pendorong dalam perwujudan tata tertib, dengan gairah kerja yang rela berkorban demi perjuangan dalam menggapai cita-cita yang didambakan.55 d. Konsentrasi

Konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu masalah atau objek. Dalam belajar diperlukan konsentrasi dalam perwujudan perhatian terpusat. Pemusatan perhatian tertuju pada suatu ojek tertentu dengan mengabaikan masalah-masalah lain yang tidak diperlukan.56

e. Ketetapan hati

Ketetapan hati sangat menentukan apakah seseorang akan melanjutkan aktifitasnya atau tidak sama sekali. Sedangkan prasangka, kecurigaan, dan ketertutupan semuanya akan menghambat proses belajar yang efektif. Seorang peserta didik seharusnya memiliki ketetapan hati, yakni kesediaan untuk menerima ide-ide

54Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses..., hlm. 19.

55Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses..., hlm. 20.

56Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses..., hlm. 20.

(22)

30 baru walaupun mungkin ia tidak ingin belajar menetapkannya.57

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar a. Faktor Internal

1) Faktor Fisiologis

Secara umum fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses belajar.

Demikian juga kondisi saraf pengantrol kesadaran dapat berpengaruh pada proses belajar. Di samping kondisi-kondisi tersebut, hal yang penting juga mengenai kondisi pancar indra. Bahkan dikatakan Aminuddin Rasyad, pancaindra merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (Ice sense ari The Golden Gate of knowledge). Artinya, kondisi pancaindra tersebut akan memberi pengaruh pada proses dan hasil belajar.58

2) Faktor Psikologis

a) Ciri khas/ karakteristik siswa

Masalah-masalah belajar yang berkenaan dengan dimensi siswa sebelum belajar pada

57 Suprijanto, Pendidikan Orang..., hlm. 18.

58 Indah Khomsiyah, Belajar dan Pembelajaran..., hlm. 90.

(23)

31 umumnya berkenaan dengan minat, minat yang tinggi untuk belajar, maka ia akan berupaya akan mempersiapkan hal-hal yang akan di pelajar secara lebih baik.59

b) Sikap terhadap belajar

Dalam berbagai literatur kita menemukan bahwa sikap adalah kecenderungan seseorang untuk berbuat. Sikap sesungguhnya berbeda dengan perbuatan, karena perbuatan merupakan implementasi atau wujud nyata dalam sikap.

Dalam kegiatan belajar, sikap siswa dalam proses belajar, terutama sekali ketika memulai proses kegiatan belajar merupakan bagian penting untuk di perhatikan karena aktivitas belajar siswa selanjutnya banyak ditentukan oleh sikap siswa ketika akan memulai kegiatan belajar. Bilamana akan memulai kegiatan belajar siswa memiliki sikap menerima atau ada kesediaan emosional untuk belajar, maka ia akan cenderung untuk berusaha terlibat dalam kegiatan belajar dengan baik.60

59 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran..., hlm. 178.

60 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran..., hlm. 179.

(24)

32 c) Motivasi belajar

Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat.61 Motivasi dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadikan tenaga pendorong bagi siswa untuk menyalah gunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar. Siwa yang memiliki motivasi belajar akan nampak melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam proses belajar.62

d) Kognitif dan daya nalar

Pembahasan mengenai hal ini meliputi tiga hal, yakni persepsi, mengingat dan berfikir.

Persepsi adalah pengindraan terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya.

Pengindraan itu dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan.63 Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, Diana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh melalui pengalamannya di masa

61 Indah Khomsiyah, Belajar dan Pembelajaran..., hlm. 13.

62 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran..., hlm. 180.

63 Indah Khomsiyah, Belajar dan Pembelajaran..., hlm. 94.

(25)

33 lampau. berfikir oleh Jalaluddin Rahmat di bagi menjadi dua macam, yakni berfikir autistik dan berfikir realistik. Yang pertama mungkin lebih tepat disebut melamun, fantasi dan menghayal.

Berfikir realistik, disebut juga nalar ialah berfikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Dalam kebanyakan usaha pemanfaatan media pembelajaran yang dilakukan guru adalah berusaha untuk membawa para siswanya kepada pemahaman yang realistik. Dengan demikian, pemanfaatan media dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan daya nalar siswa.64

b. Faktor External

Yaitu faktor dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi sikap disiplin, faktor ini meliputi :

1) Latihan/ Pembiasaan

Perilaku disiplin dengan adanya latihan atau pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pembiasaan atau latihan, lama kelamaan akan tertanam jiwa disiplin yang kuat dalam diri individu, yang nantinya akan terbentuk dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari.

64 Indah Khomsiyah, Belajar dan Pembelajaran..., hlm. 95.

(26)

34 Latihan disiplin bagi seorang individu dapat dimulai di rumah, dari hal terkecil, misalnya : merapikan tempat tidur, menaruh sepatu dan pakaian kotor pada tempatnya, merapikan buku dan hal yang lainnya, sehingga dengan pembiasaan tersebut anak sedikit demi sedikit akan belajar bagaimana cara hidup disiplin yang nantinya disiplin ini, akan berkembang dalam lingkup yang lebih luas, misalnya lingkup sekolah sampai lingkup masyarakat. Jadi dengan adanya pembiasaan disiplin di dalam diri kita, maka akan tercermin dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan memupuk rasa tanggung jawab yang besar dalam melakukan sesuatu.

2) Faktor Lingkungan

Lingkungan dalam pengertian umum, artinya di sekitar kita. Lingkungan sering sebagai faktor luar, lain dengan pembawaan yang sering disebut sebagai faktor dalam. Lingkungan sering pula disebut dengan milleu dan envioronment.65 Lingkungan ini mengitari manusia sejak manusia dilahirkan sampai dengan meninggalnya. Antara lingkungan dan manusia ada pengaruh yang timbal balik, artinya lingkungan mempengaruhi manusia, dan sebaliknya, manusia juga mempengaruhi lingkungan sekitarnya.

65Sudomo Hadi, Dasar Kependidikan, Depdikbud, (Surakarta:

Dekdikbut, 1990), hlm. 60

(27)

35 Sebagai faktor eksternal, lingkungan terdiri atas dua macam yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Lingkungan sosial anak dalam sekolah adalah guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial anak dalam masyarakat adalah tetangga, teman-teman sepermainan disekitar perkampungan anak tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh dan anak-anak penganggur, misalnya akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar anak. Sedangkan yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal dan letaknya, alat-belajar. Keadaan cuaca dan waktu belajar. Faktor ini turut menentukan tingkat keberhasilan belajar.66

Tetapi lingkungan disini cakupannya adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Keluarga, dimana anak di asuh dan dibesarkan, akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya keadaan ekonomi rumah tangga, tingkat kemampuan orang tua merawat dan mendidik, serta tingkat pendidikan orang tua sangat besar pengaruhnya

66 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 137-138.

(28)

36 terhadap kemajuan pendidikan anak, khususnya tingkat kedisiplinan dalam belajar.67

Di dalam keluarga, seorang anak banyak menghabiskan waktunya. Di sinilah tempat pendidikan yang pertama bagi anak, maka sudah seyogyanya sebagai orang tua harus dapat menanamkan dan melatih sang anak untuk terbiasa hidup disiplin. Karena nilai-nilai disiplin dapat ditanamkan sejak dini oleh orang tua kepada anak- anaknya dalam lingkungan keluarga. Dan seorang anak juga harus dapat memanfaatkan dan membagi waktu dengan sebaik-baiknya, kapan waktu istirahat dan kapan waktu untuk belajar. Bila perlu orang tua harus dapat mengawasi dan membimbing anak saat belajar.

Lingkungan sekolah merupakan tempat pendidikan kedua bagi anak setelah lingkungan keluarga. Bentuk kedisiplinan di lingkungan sekolah misalnya, dalam hal mentaati peraturan sekolah, apabila pihak sekolah tidak mentaati peraturan itu sendiri maka disiplin akan sulit diterapkan. Contohnya tata tertib mengenai “ketepatan datang ke sekolah”.

Apabila peraturan ini dilanggar oleh pihak sekolah sendiri, maka sudah dipastikan anak didikpun akan

67 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 59.

(29)

37 berperilaku yang sama, yaitu tidak disiplin, karena seorang pendidik yang seharusnya sebagai suri tauladan tidak memberikan contoh kepada anak didiknya.

Masih berpijak pada hal di atas, contoh lain misalnya guru sering terlambat dan sering pula tidak masuk kelas tanpa alasan, kalaupun mengajar hanya beberapa kali pertemuan saja. Maka hal ini akan mempengaruhi proses belajar mengajar dan dapat dipastikan anak didikpun akan mengikuti kebiasaan sang guru. Hal tersebut juga dapat berpengaruh pada kedisiplinan belajar.

Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal atau lingkungan sekitar anak. Mereka juga termasuk teman-teman anak tapi di luar sekolah. Di samping itu, kondisi orang-orang di desa atau kota tempat anak tinggal juga turut mempengaruhi aktivitas belajar.

Anak kota umumnya lebih bersikap aktif bila dibandingkan dengan anak desa yang bersikap lebih lamban. Hal ini akan berpengaruh pada kedisiplinan dalam belajar.68

Pengaruh yang diterima anak dari lingkungan sekitarnya, dapat berupa pengaruh baik dan dapat pula pengaruh buruk, kelompok atau masyarakat dapat

68 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 131.

(30)

38 mempengaruhi kedisiplinan. Contohnya seseorang akan bisa disiplin apabila ia menjadi bagian dari suatu kelompok yang mempunyai sikap disiplin, begitu juga sebaliknya. Karena kelompok atau masyarakat yang dimasuki seorang anak akan mempengaruhi tingkat perkembangan jiwanya, termasuk sikap kedisiplinan.

Situasi lingkungan sosial yang dapat menganggu kegiatan belajar anak, seperti pengaruh negatif dari pergaulan, situasi masyarakat yang kurang memadai, permainan elektronik play station yang kesemuanya dapat mempengaruhi kedisiplinan belajar.69

5. Upaya dalam meningkatkan kedisiplinan belajar

Untuk meningkatkan kedisiplinan belajar. Maka sebaiknya kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan peserta didik harus diperhatikan. Di dalam memasuki proses belajar dan situasi, supaya anak dapat belajar dengan baik, kebutuhan dalam belajar harus dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan itu di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Memiliki kondisi fisik yang tetap sehat.

b. Memiliki jadwal belajar di rumah, yang disusun dengan baik dan teratur.

69 Halen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers,tth), hlm. 132.

(31)

39 c. Memiliki disiplin terhadap diri sendiri, patuh dan taat

dengan rencana belajar yang telah dijadwalkan.

d. Memiliki kamar/tempat belajar dengan seleranya sendiri dan mendorong kegiatan belajarnya.

e. Menyiapkan peralatan sekolah dengan baik sebelum belajar.

f. Menerangi dalam kamar/tempat belajar yang sesuai dan tidak mengganggu kesehatan mata.

g. Harus bisa memusatkan perhatian dan berkonsentrasi dalam belajar.

h. Memiliki kepercayaan terhadap kemampuan sendiri dalam belajar.70

C. Korelasi antara Kedisiplinan Sholat Berjamaah dengan Kedisiplinan Belajar Santri

Shalat merupakan ibadah yang terdiri dari perkataan maupun perbuatan yang dimulai dengan takbirotul ikhrom dan diakhiri dengan salam. Dalam agama Islam shalat merupakan kewajiban setiap muslim baik pria maupun wanita. Shalat merupakan tiang agama, maka jika tidak mengerjakan shalat, akan termasuk orang yang meruntuhkan agama, maka dari itu kebiasaan untuk melaksanakan shalat harus ditanamkan kepada anak-anak kita sejak dini, karena latihan-latihan yang berbau keagamaan yang merupakan ibadah kongkrit seperti shalat, puasa, membaca

70 Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar..., hlm.

113.

(32)

40 al-Qur’an dan berdo’a, bila dibiasakan pada anak-anak sejak dini, maka akan timbul rasa senang pada anak untuk melakukannya.

Dengan cara mengerjakan pendidikan shalat, maka diharapkan para siswa dapat melaksanakan shalat dengan tertib, benar dan mampu memahami serta menghayati setiap bacaan dan gerakan shalat itulah yang akhirnya akan melahirkan sikap pribadi yang disiplin dalam melaksanakan shalat maupun disiplin beribadah lainnya.

Disiplin adalah salah satu wujud prilaku positif sebagai hasil dari adanya keyakinan dalam diri seorang muslim. Dengan melaksanakan ajaran Islam secara teratur memberi dampak bagi perilaku keseharian. Misalnya semakin rajin dan tertib seorang muslim dalam menjalankan ibadah shalat, maka semakin rajin dan tertib pula ia mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lain. Dan dengan kedisiplinannya mengerjakan suatu pekerjaan maka ia tidak akan membebani orang lain untuk mengerjakan pekerjaan yang menjadi kewajibannya. justru ia memberi manfaat kepada lingkungannya dengan produktifitas dan kinerjanya yang tertib teratur dan berdisiplin. Seseorang yang dengan rajin dan tertib dalam menjalankan shalat dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan kedisiplinan seorang muslim. Keberhasilan menjalankan shalat yang tertib dan teratur dapat berimbas pada kedisiplinan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Semakin baik ibadah shalat seseorang semakin baik pula tingkat kedisiplinannya. Sebaliknya

(33)

41 semakin sering ia mengabaikan aspek ibadah, maka ia juga akan lebih mudah mengabaikan urusan-urusan di luar ibadah.

D. Kajian Pustaka

Pada dasarnya kajian penelitian yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang teori-teori yang ada kaitannya dengan judul penelitian ini sudah banyak dibahas oleh banyak peneliti. Namun berdasarkan penelitian yang penulis teliti ini bukanlah sama seperti dengan peneliti-peneliti yang lain. Di sini penulis meneliti pada obyek yang berbeda. Oleh karena itu, penulis mengambil skripsi dari beberapa peneliti sebagai bahan telaah pustaka dan acuan guna melaksanakan penelitian ini lebih lanjut. Diantar penelitian itu antara lain:

Pertama, skripsi karya Kholifatul Ifadah yang berjudul

“Studi Korelasi Antara Keteladanan Ibadah Shalat Berjamaah Orang Tua dengan Kedisiplinan Ibadah Shalat Berjamaah Siswa MI Nurul Huda Blerong Guntur Demak”. Skripsi ini membahas tentang Studi Korelasi Antara Keteladanan Ibadah Shalat Berjamah Orang Tua Dengan Kedisiplinan Ibadah Shalat Berjamaah Siswa MI Nurul Huda Blerong Guntur Demak. Kajian penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan dan kesenangan anak-anak usia sekolah dasar terhadap kegiatan-kegiatan keagamaan terutama ibadah shalat yang dikerjakan oleh orang dewasa dalam lingkungan mereka.

(34)

42 Jika dalam skripsi ini lebih menitik beratkan pada hubungan dan pengaruh akan keteladanan orang tua dalam melaksanakan sholat berjamaah terhadap kedisiplinan siswa dalam ibadah sholat berjamaah, dalam penelitian ini sepenuhnya difokuskan pada kegiatan santri dalam melaksanakan sholat berjamaah maupun dalam belajar.

Kedua, skripsi karya M. Sulaiman Zuhdi yang berjudul“Korelasi antara kedisiplinan shalat berjamaahdan perilaku sosial santri Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang”. Penelitian ini menggunakan metode survai dengan teknik korelasional. Adapun teknik pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, yaitu pengambilan sample dari suatu populasi dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sample. Sample dari penelitian diambil 20% dari jumlah populasi 200 santri, sehingga sample dalam penelitian ini sebanyak 40 santri. Sedangkan metode pengambilan data menggunakan metode angket.

Dalam penelitian di atas di fokuskan pada hubungan kedisiplinan sholat berjamaah terhadap perilaku sosial santri.

Sementara dalam penelitian ini di fokuskan pada hubungan antara kedisiplinan sholat berjamaah terhadap kedisiplinan belajar santri.

Jika dalam penelitian di atas lebih condong terhadap perilaku sosial santri, maka dalam penelitian ini memfokuskan pada kedisiplinan belajar santri.

(35)

43 Ketiga, skripsi karya Imronah yang berjudul “Pengaruh Intensitas Shalat Berjamaah terhadap Perilaku Sosial Keagamaan Siswa Kelas V dan Kelas VI MI Tambaksari Kec. Rowosari Kab.

Kendal Tahun Pelajaran 2004-2005”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Intensitas shalat berjamaah yang dilakukan siswa (x); 2) Sejauh mana perilaku sosial keagamaan siswa (y); 3) Apakah intensitas shalat berjamaah berpengaruh terhadap perilaku sosial keagamaan siswa kelas V dan kelas VI MI Tambaksari Kec.

Rowosari Kab. Kendal Tahun Pelajaran 2004-2005.

Jika dalam skripsi di atas ditujukan kepada siswa mengenai pengaruh intensitas sholat berjamaah terhadap perilaku sosial keagamaan. Maka dalam penelitian kali ini, skripsi ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kedisiplinan santri dalam melaksanakan sholat berjamaah terhadap kedisiplinan santri dalam belajar. Adakah pengaruh dalam melaksanakan sholat berjamaah secara disiplin terhadap kegiatan belajar santri.

E. Rumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasari pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat

(36)

44 dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.71

Adapun hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

“Ada hubungan yang positif antara kedisiplinan sholat berjamaah dengan kedisiplinan belajar santri Al-Hadid Gondoriyo, Ngaliayan, Semarang tahun 2015.”

Maksud dari hipotesis penelitian ini adalah semakin baik kedisiplinan santri dalam melaksanakan sholat berjamaah semakin baik pula kedisiplinan belajar Al-Hadid Gondoriyo, Ngaliayan, Semarang tahun 2015.

71 Sugiyono, Metode penelitian pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 96.

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa kepatuhan anak atau tat tertib mengenal juga naik turun, dimana hal tersebut disebabkan oleh adanya situasi tertentu yang mempengaruhi terhadap anak.

1) Adanya keberanian untuk mewujudkan minat, keinginan maupun dorongan dari anak dalam proses belajar mengajar. Anak tanpa rasa takut menyampaikan pendapatnya. 2)

Kesimpulan ciri-ciri dari pola asuh otoriter yaitu: orang tua memberi nilai tinggi pada kepatuhan, cenderung lebih suka menghukum dan penuh disiplin, orang tua meminta

Teknik membaca cerita dapat menimbulkan rasa senang pada anak terhadap cerita sehingga anak dapat menjadi pengguna bahasa yang baik dan lebih memahami makna (Gallets, 2005).

1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus. 2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.