• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS DENGAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GERGUNUNG KECAMATAN KLATEN UTARA KABUPATEN KLATEN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS DENGAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GERGUNUNG KECAMATAN KLATEN UTARA KABUPATEN KLATEN."

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS DENGAN MEDIA

AUDIO-VISUAL PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 1

GERGUNUNG KECAMATAN KLATEN UTARA KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Rizka Ocvi Nur Laila NIM 10108241009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS DENGAN

MEDIA

AUDIO-VISUAL

PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

NEGERI 1 GERGUNUNG KECAMATAN KLATEN UTARA KABUPATEN

KLATEN

” yang disusun

oleh Rizka Ocvi Nur Laila, NIM 10108241009 ini telah

disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, Maret 2015

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Hidayati, M. Hum.

AM. Yusuf, M. Pd.

(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.

Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang dituliskan

atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti

tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam lembar pengesahan adalah asli.

Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode

berikutnya.

Yogyakarta, Januari 2016

Yang menyatakan,

(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS DENGAN

MEDIA

AUDIO-VISUAL

PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

NEGERI 1 GERGUNUNG KECAMATAN KLATEN UTARA KABUPATEN

KLATEN

yang disusun oleh Rizka Ocvi Nur Laila, NIM 10108241009 ini telah

dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 24 Agustus 2015 dan

dinyatakan lulus

DEWAN PENGUJI

Nama

Jabatan

Tanda

Tangan

Tanggal

Hidayati, M. Hum.

Ketua Penguji

...

...

Mujinem, M. Hum.

Sekretaris Penguji

...

...

Isniatun Munawaroh, M.

Pd.

Penguji Utama

...

...

AM. Yusuf, M. Pd.

Penguji Pendamping

...

...

Yogyakarta,...

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

Dekan,

Dr. Haryanto, M. Pd.

(5)

MOTTO

“Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.”

(Winston Chuchill)

“Sungguh bersama kesukaran dan keringanan. Karna itu bila kau telah selesai (mengerjakan yang lain). Dan kepada Tuhan, berharaplah.”

(Terjemahan Q.S Al Insyirah : 6-8)

“Semangat, kerja keras, dan keyakinan untuk berhasil di tengah rintangan akan memperoleh akhir yang membahagiakan.”

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku Bapak Muh. Mansyuri dan Ibu Musyarofah Alda yang telah memberikan banyak semangat dan doa untuk penulis.

2. Sahabat, teman-teman dan semua orang yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

(7)

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS DENGAN MEDIA

AUDIO-VISUAL PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 1

GERGUNUNG KECAMATAN KLATEN UTARA KABUPATEN KLATEN

Oleh

Rizka Ocvi Nur Laila NIM 10108241009

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat belajar IPS dengan media audio-visual pada siswa kelas III SD N 1 Gergunung Kecamatan Klaten Utara Kabupaten Klaten. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kolaboratif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III yang berjumlah 34 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2014. Data hasil penelitian diperoleh dari skala dan observasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas III SD N 1 Gergunung. Hasil skala pra siklus rata-rata minat belajar 67% dengan kategori minat belajar rendah meningkat menjadi 74% di siklus I dengan kategori minat belajar rendah dan meningkat menjadi 81% di siklus II dengan kategori minat baik. Pada siklus II minat belajar siswa sudah mencapai kategori baik yaitu ≥76%. Dengan demikian penggunaan media audio-visual pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan minat belajar siswa SD N 1 Gergunung.

(8)

KATA PENGANTAR

Atas rahmat serta hidayah dari Allah SWT yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis dan dengan upaya yang penulis lakukan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Minat Belajar IPS Dengan Media Audio-Visual Pada Siswa Kelas III SD Negeri 1 Gergunung Kecamatan Klaten Utara Kabupaten Klaten”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini berkat rahmat dan hidayah Allah SWT juga atas bantuan moral maupun material dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu sudah selayaknya dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Ilmu Pendidikan dalam penulisan skripsi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk menyusun skripsi.

(9)

5. Bapak A.M. Yusuf, M. Pd., sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen PGSD FIP UNY yang telah membekali ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan tersebut dapat penulis gunakan sebagai bekal dalam penyusunan skripsi ini.

7. Guru dan siswa kelas III SD Negeri 1 Gergunung yang telah meluangkan waktu untuk membantu penelitian skripsi.

8. Teman-teman Kampus II Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penulisan skripsi.

9. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut berperan serta membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga amal kebaikan Bapak/ Ibu/ Saudara/ teman-teman mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Yogyakarta, Januari 2016

(10)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Minat Belajar... 9

B. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Kelas Awal ... 13

C. IPS di Sekolah Dasar... 16

D. Media Belajar Audio-Visual ... 22

E. Pengunaan Media Audio-visual (video) dalam Pembelajaran IPS Berdasarkan Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar ... 36

F. Penggunaan Media Audio-visual (Video) dalam meningkatkan Minat Belajar IPS Siswa Kelas III SD ... 39

(11)

H. Hipotesis Penelitian ... 42

I. Defunisi Operasional Variabel ... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneltian ... 43

B. Subjek Penelitian ... 44

C. Setting Penelitian ... 45

D. Desain Penelitian ... 46

E. Variabel Penelitian ... 47

F. Rancangan Penelitian ... 48

G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 51

H. Teknik Analisis Data ... 55

I. Indikator Keberhasilan ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 58

B. Pembahasan ... 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 116

B. Saran... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 119

(12)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Materi Pelajaran IPS Kelas III ... 21

Tabel 2. Subjek Penelitian ... 44

Tabel 3. Kisi-kisi Skala Minat Belajar ... 53

Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa... 54

Tabel 5. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ... 55

Tabel 6. Pedoman Penilaian ... 56

Tabel 7. Hasil Analisis Skala Minat Belajar Pra Siklus ... 59

Tabel 8. Data Persentase Minat Belajar Pra Siklus ... 60

Tabel 9. Skala Minat Belajar Siswa Siklus I ... 77

Tabel 10. Perbandingan Hasil Analisis Skala Pra Siklus dan Siklus I... ... 78

Tabel 11. Data Rekapitulai Minat Belajar ... 79

Tabel 12. Aktivitas Guru Siklus I ... 80

Tabel 13. Aktivitas Siswa Siklus I ... 81

Tabel 14. Rincian Refleksi Siklus I dan Rekomendasi Siklus II ... 82

Tabel 15. Skala Minat Belajar IPSSiklus II ... 97

Tabel 16. Perbandingan Hasil Siklus Pra Siklus, Siklus I, Siklus II.... ... 99

Tabel 17. Kriteria Skor Skala Minat Belajar Siklus II... 100

Tabel 18. Aktivitas Guru Siklus II ... 101

Tabel 19. Aktivitas Siswa Siklus II ... 103

Tabel 20. Rekapitulasi Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II... 105

Tabel 21. Rekapitulasi Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II ... 106

(13)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Desain Penelitian Menurut Kemmis dan Mc. Taggart ... 46

Gambar 2. Grafik Rata-rata Minat Belajar Siklus I ... 80

Gambar 3. Grafik Rata-rata Minat Belajar Siswa pada Siklus II ... 101

Gambar 4. Grafik Rata-rata Aktivitas Guru ... 102

Gambar 5. Grafik Rata-rata Aktivitas Siswa... 103

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 121

Lampiran 2. RPP ... 139

Lampiran 3. Hasil Penelitian ... 174

Lampiran 4. Foto Kegiatan Pembelajaran ... 199

Lampiran 5. Catatan Lapangan ... 206

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu sistem kegiatan belajar mengajar mempunyai sejumlah komponen pembelajaran yaitu tujuan, bahan pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat (media) pembelajaran, sumber belajar, dan evaluasi pembelajaran. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 41)

Komponen pembelajaran digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan tersebut akan tercapai dengan baik jika proses pembelajaran terlaksana dengan lancar, yaitu bergantung pada lancarnya komunikasi atau penyampain pelajaran. Seperti pendapat Dr. Hujair AH Sanaky (2013; 11), proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi yaitu penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau media tertentu.

Bagi seorang guru tidak hanya dituntut untuk mampu berkomunikasi saja, tetapi harus mampu menciptakan pembelajaran yang menarik. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010: 37), kegiatan belajar mengajar merupakan suatu suasana yang menggairahkan dan menyenangkan yang secara sengaja diciptakan oleh guru untuk membelajarkan siswanya.

(16)

bagi siswa adalah melalui penggunaan media belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Dr. Ahmad D. Marimba dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 47), bahwa alat pembelajaran (media) adalah sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Maka diperlukannya saluran atau media yang dapat digunakan untuk memperlancar proses pembelajaran sehingga tujuan dapat tercapai.

Penggunaan media pembelajaran mempunyai arti penting bagi jalannya proses KBM, karena ketidakjelasan bahan pelajaran yang disampaikan dapat dibantu dan disederhanakan dengan menghadirkan media sebagai perantara (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010: 37). Salah satunya yaitu pada pelajaran IPS yang memiliki banyak konsep abstrak. Melalui penggunaan media, pembelajaran IPS dapat dilaksanakan secara efektif. Namun pemilihan media harus disesuaikan dengan tujuan, materi, dan subjek belajar.

Pelajaran IPS kelas III SD dengan materi memelihara lingkungan, dijabarkan ke dalam tiga indikator yaitu mengetahui keadaan lingkungan, memahami cara memelihara lingkungan dengan cara yang baik dan mempraktikkan cara memelihara lingkungan. Pada materi tersebut media belajar dapat digunakan untuk membantu menyampaikan materi. Media yang digunakan tentunya disesuaikan dengan karakterisktik siswa kelas III SD dan materi memelihara lingkungan.

(17)

Dengan kata lain, apabila anak dihadapkan pada sesuatu masalah secara verbal tanpa adanya bahan yang konkret, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan baik.

Dari pendapat di atas, maka perlu media belajar yang sesuai dengan tahap berpikir siswa SD yang konkret. Salah satu media yang sesuai dengan karakteristik siswa SD dan sesuai dengan materi memelihara lingkungan yaitu media audio-visual. Hal tersebut di atas didukung oleh Dwyer (1967), bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika digunakan bahan-bahan AVA

(Audio Visual Aid) yang mendekati realitas. Begitu pula dengan Miller, dkk (1957), mengemukakan bahwa lebih banyak sifat bahan audio-visual yang mempunyai realisasi, sehingga belajar menjadi semakin mudah (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 47).

Penggunaan media belajar juga dapat digunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa sperti pendapat Azhar Arsyad, (2010: 3), bahwa penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan membantu keefektifan proses pembelajaran dalam penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan memadatkan informasi.

(18)

satunya dengan penggunaan media audio-visual pada materi memelihara lingkungan. Sehingga menciptakan suasana belajar IPS yang menarik, menyenangkan, efektif, efisien dan konkret. Hasilnya tercapailah pembelajaran yang ideal. Seperti pendapat Moh. Uzer Usman dalam Yuni Farchanah, (2010: 14-15), bahwa minat sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dikatakan efektif jika adanya minat dan perhatian dalam belajar.

Melalui minat belajar pula akan berimbas pada prestasi siswa. Siswa yang memiliki minat yang besar akan cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah (Dalyono, 2009: 57).

Namun realitanya, pembelajaran IPS kelas III, Sekolah Dasar Negeri 1 Gergunung belum mencapai ideal. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti pada tanggal, 26 Agustus 2014, dan 28 Agustus 2014, didapati dalam proses pembelajaran IPS Kelas III SD Negeri I Gergunung terdapat masalah yang menghambat pembelajaran ideal, antara lain sebagai berikut.

Pertama, proses pembelajaran IPS masih didominasi ceramah. Hal ini menyebabkan siswa menjadi pasif ketika pembelajaran berlangsung. Guru lebih banyak berbicara sementara siswa hanya menjadi objek dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi membosankan.

(19)

menyampaikan materi tersebut. Padahal materi memelihara lingkungan memiliki cakupan yang luas, sehingga perlu digunakannya multi media yang lebih menarik dan konkret. Hal inilah yang menyebabkan pembelajaran terlihat tidak efektif. Padahal keberhasilan suatu proses belajar mengajar di berbagai jenjang pendidikan dari SD sampai Perguruan Tinggi sangat ditentukan oleh beberapa faktor salah satu diantaranya adalah penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran itu sendiri.

Ketiga, kurangnya perhatian dan konsentrasi siswa pada proses pembelajaran IPS. Perhatian siswa tampak tidak fokus mengikuti pelajaran, dan asik dengan dunia siswa sendiri. Kelas pun menjadi kurang kondusif. Hal ini menunjukkan sedikitnya minat siswa belajar IPS. Padahal untuk mencapai kesuksesan belajar diperlukan minat belajar yang tinggi.

Peneliti juga melakukan wawancara secara klasikal terkait pelajaran IPS yang selama ini berlangsung. Siswa mengakui bahwa pelajaran IPS membosankan karena banyak materi yang harus dihafalkan. Terlebih lagi materi yang banyak dan cukup sulit. Selain itu, siswa menyampaikan terkait penggunaan media yang jarang sekali dilakukan oleh guru ketika pelajaran IPS. Siswa mengakui bahwa jarangnya guru menggunakan media belajar itulah yang juga mengurangi rasa senang belajar IPS.

(20)

minat belajar IPS sangat kurang. Hasilnya membuat pembelajaran IPS di kelas III SD N 1 Gergunung belum mencapai ideal.

Menanggapi permasalahan tersebut, oleh karena itu dalam pembelajaran IPS diperlukan kemampuan guru untuk menciptakan suasana belajar yang dapat memancing minat belajar siswa. Solusi yang akan diberikan oleh peneliti adalah dengan cara mengubah pembelajaran IPS dengan suasana belajar lebih menarik, menyenangkan, dan konkret menggunakan media belajar audio-visual. Apabila suasana belajar menyenangkan, maka akan mempengaruhi minat belajar siswa. Namun belum diketahui secara jelas apakah penggunaan media belajar audio-visual dapat meningkatan minat belajar IPS siswa Kelas III SD Negeri 1 Gergunung. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan media audio-visual pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan minat belajar siswa Kelas III SD Negeri 1 Gergunung, kecamatan Klaten Utara, Klaten.

B. Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang permasalahan, maka muncul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi di SD Negeri 1 Gergunung sebagai berikut.

1. Pembelajaran IPS kelas III SD N 1 Gergunung cenderung teacher centered.

2. Guru masih menggunakan media statis untuk menyampaikan materi memelihara lingkungan sehingga siswa kurang tertarik.

(21)

4. Minat belajar siswa mengikuti pembelajaran IPS kurang.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dengan melihat kondisi serta permasalahan yang komplek, maka penelitian ini akan dibatasi pada masalah kurangnya minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran IPS kelas III SD Negeri 1 Gergunung.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang sudah dikemukakan oleh peneliti, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan media Audio-Visual

dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas III SD Negeri 1 Gergunung?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan minat belajar IPS siswa Kelas III SD Negeri 1 Gergunung dengan menggunakan media Audio-Visual.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

(22)

penggunaan media audio-visual dalam pembelajaran terhadap minat belajar siswa.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini memberikan masukan sekaligus pengetahuan untuk mengetahui upaya meningkatnkan minat belajar IPS dengan menggunakan media audio-visual pada siswa Kelas III SD Negeri 1 Gergunung.

b. Bagi Guru

1) Sebagai bahan masukan agar proses pembelajaran menjadi lebih baik terkait penggunaan media oleh guru.

2) Sebagai dorongan positif bagi guru kelas di SD dalam rangka meningkatkan kreativitas penggunaan media dalam pembelajaran. 3) Sebagai acuan guru kelas di SD dalam rangka meningkatkan

minat belajar siswanya terutama dalam mata pelajaran IPS. c. Bagi Siswa

Siswa akan mendapat pembelajaran IPS yang menarik dan menyenangkan sehingga meningkatkan minat belajar, alhasil dapat meningkatkan pula prestasi belajarnya.

d. Bagi Lembaga Sekolah Dasar

(23)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Minat Belajar

Slameto (2010: 182), menyatakan bahwa minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya.

Selain minat merupakan suatu ketertarikan yang timbul dari hasil belajar, juga adanya unsur keinginan atau kebutuhan, misalnya minat belajar. Hal itu sesuai dengan pendapat Arief S. Sadiman (Djaali, 2010: 125) yang mengatakan bahwa minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.

(24)

diutarakan oleh Muhibbin Syah (2010: 134), minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Misalnya siswa yang memiliki minat di bidang olahraga, maka ketika pelajaran olahraga perhatian siswa tersebut akan terlihat jelas dan berbeda dengan teman-temannya.

Kegiatan belajar mengajar akan berjalan lancar bila disertai dengan minat siswa. Perlu diketahui bahwa minat sebagai alat motivasi yang utama yang dapat menggairahkan belajar siswa dalam rentang waktu tertentu (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 167). Dengan adanya minat belajar yang besar ketika mengikuti pelajaran, akan berdampak terhadap pemusatan perhatian terhadap guru (Muhibbin Syah, 2010: 134). Oleh karena itu, guru agar berusaha dalam meningkatkan minat belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Selain dapat memusatkan perhatian siswa, adanya minat belajar siswa yang tinggi juga dapat menciptakan pembelajaran yang efektif. Seperti pendapat Moh. Uzer dalam Yuni Farchanah, (2010: 14-15), bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, minat sangatlah diperlukan. Kondisi kegiatan belajar mengajar dikatakan efektif adalah jika adanya minat dan perhatian dalam belajar mengajar.

(25)

Berdasarkan pemaparan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar merupakan kecenderungan siswa dalam memusatkan perhatian atau memiliki ketertarikan ketika kegiatan belajar mengajar untuk mencapai kegiatan belajar mengajar yang efektif.

Adapun cara guru dalam meningkatkan dan mengembangkan minat belajar siswa menurut Slameto (1020: 180-181), antara lain sebagai berikut.

1. Menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. 2. Membentuk minat-minat baru pada siswa.

3. Memberikan insentif yang digunakan sebagai alat membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau dilakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik.

Siswa yang memiliki minat belajar ketika kegiatan belajar mengajar seperti yang diungkapkan Syaiful Bahri Djamarah (2011: 166-167), bisaanya diekspresikan melalui:

1. Pertanyaan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya.

2. Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan.

3. Perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati tanpa menghiraukan yang lain.

Sependapat dengan itu, Slameto (2010: 180) mengutarakan bahwa siswa yang berminat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

1. Ada rasa suka dan rasa senang pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh.

2. Diekspresikan melalui suatu pernyataan. 3. Lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya.

(26)

5. Cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

Safari (2005: 111), menejelaskan tentang indikator minat belajar antara lain sebagai berikut.

1. Perasaan Senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu pelajaran misalnya, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan pelajaran itu. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut. Adapun yang menjadi indikator perasaan senang adalah:

a. Gairah siswa terhadap pelajaran b. Respon siswa saat mengikuti pelajaran 2. Ketertarikan Siswa

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong siswa untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, atau bisa berupa pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

3. Perhatian Siswa

(27)

4. Keterlibatan Siswa

Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut.

Dari pemaparan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat dirumuskan minat belajar siswa dibagi menjadi 4 indikator dalam penelitian ini yaitu:

1. Perhatian dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Perasaan senang terhadap kegiatan belajar mengajar. 4. Ketertarikan terhadap kegiatan belajar mengajar.

Keempat indikator minat yang telah dijabarkan di atas selanjutnya akan digunakan oleh peneliti untuk menyusun kisi-kisi pada skala minat belajar siswa.

B. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Kelas Awal

Syamsu Yusuf (2007: 178-184) mengungkapkan bahwa anak usia sekolah dasar memiliki beberapa karakteristik perkembangan sebagai berikut. 1. Perkembangan Intelektual

(28)

berfikir konkret (berkaitan dengan dunia nyata). Periode ini ditandai dengan tiga kecakapan baru, yaitu: (1) kemampuan mengelompokkan benda-benda berdasarkan ciri-ciri yang sama, (2) menghubungkan atau menghitung angka-angka atau bilanagn, dan (3) memecahkan masalah yang sederhana. Selain itu, anak usia sekolah dasar sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual maupun melaksanakan tugas belajar (membaca, menulis, dan menghitung).

2. Perkembangan Bahasa

Kemampuan mengenal dan menguasai vocabulary anak usia sekolah dasar berkembang sangat pesat. Pada masa awal, anak usia sekolah dasar sudah menguasai sekitar 2.500 kata dan pada masa akhir (11-12 tahun) telah menguasai sekitar 50.000 kata. Pada masa ini, tingkat berfikir anak sudah lebih maju dan sudah banyak menanyakan soal waktu dan sebab akibat.

3. Perkembangan Sosial

Anak usia sekolah dasar sudah mulai memiliki kesanggupan untuk menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap bekerjasama maupun sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Selain itu, anak mulai berminat dengan kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan adanya keinginan untuk diterima dalam anggota kelompok.

4. Perkembangan Emosi

(29)

Kemampuan anak untuk mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan pembisaaan. Selain itu emosi anak usia sekolah dasar memiliki ciri-ciri diantaranya: (1) berlangsung relatif singkat, (2) emosi anak kuat atau hebat, (3) mudah berubah, (4) tampak berulang-ulang, (5) respon emosi anak berbeda-beda, (6) emosi anak dapat dideteksi melalui tingkah lakunya, (7) emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya, dan (8) perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosinya. Pendapat lain dikemukakan oleh Rita Eka Izzaty (2008: 116), bahwa siswa usia sekolah dasar kelas awal memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. 2. Suka memuji diri sendiri.

3. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggap tidak penting.

4. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain. 5. Suka meremehkan orang lain.

Anak usia sekolah dasar kelas awal berada pada tahap operasi-konkret dalam berfikir, dari kosep yang awalnya samar-samar menjadi lebih konkret. Anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah yang actual yang bersifat konkret. Sehingga anak sudah mampu berfikir logis meski masih terbatas pada situasi sekarang (Rita Eka Izzaty, 2008: 106).

(30)

memecahkan soal cerita yang bersifat sederhana dan kemampuan mengkategorisasi membantu anak untuk berpikir logis. Kemampuan berfikir anak ini berkembang dari tingkat sederhana dan konkret ke tingkat lebih rumit dan abstrak nantinya. Kemampuan berfikir ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental seperti mengingat, memahami, dan memecahkan masalah secara runtut (Rita Eka Izzaty, 2008: 107).

Berdasarkan pendapat di atas, karakteristik anak usia sekolah dasar kelas awal dalam tahapan berpikir konkret mengalami perkembangan dimana anak mulai dapat berpikir logis untuk memecahkan masalah, dan telah memahami tentang putusan sebab-akibat. Hal inilah yang menjadi perhatian dalam penelitian ini, di mana penggunaan media disesuaikan dengan tahapan berpikir anak SD kelas awal agar minat anak dapat meningkat.

C. IPS di Sekolah Dasar 1. Pengertian IPS SD

(31)

IPS adalah salah satu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan. Pembelajaran IPS yang merupakan pengetahuan sintetik, karena konsep generalisasi, bahan pelajaran yang bersifat informatif dan temuan-temuan penelitian tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Depdiknas, 2004).

Adapun pendapat ahli lain seperti Martorella (Hidayati, 2002), IPS merupakan gabungan dari pengalaman dan ilmu pengetahuan yang memperhatikan pada hubungan manusia untuk tujuan pendidikan kewarganegaraan. Serta Saidiharjo (2005: 19) IPS merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial yang berguna bagi kemajuan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

IPS merupakan mata pelajaran yang diberikan untuk memberi bekal bagi siswa menghadapi permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar siswa tinggal. Permasalahan tersebut dipengaruhi adanya perkembangan Iptek di era global, sehingga dengan IPS siswa memiliki bekal untuk menghadapi kehidupannya kelak.

(32)

2. Tujuan Mata Pelajaran IPS di SD

Hidayati (2002: 22) tujuan utama IPS adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan siswa dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih siswa untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik.

Adapun tujuan IPS dijelaskan pula oleh Chapin dan messick (Hidayati, 2002 adalah sebagai berikut.

a. Memberi pengetahuan kepada siswa tentang pengalaman manusia dalam kehidupan masyarakat pada masa lalu, sekarang dan dimasa yang akan datang.

b. Mengembangkan keterampilan untuk memproses informasi (mencari, mengolah dan menyampaikan informasi).

c. Mengembangkan nilai dan sikap demokratis yang tepat dalam kehidupan masyarakat.

d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mencapai pendidikan kewarganegaraan.

(33)

pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai bagi para siswa untuk dapat menyesuaikan diri di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Sedangkan menurut Depdiknas (2004) tujuan IPS adalah sebagai berikut.

a. Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannnya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen serta kesadaran terhadap nilai – nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global. e. Menumbuhkan sikap rasa cinta kepada tanah air dengan

keanekaragaman budaya.

(34)

Selain tujuan IPS secara umum, IPS juga memiliki tujuan dalam pembelajarannya. Seperti yang dikemukakan oleh Nursid Sumaatmadja (Hidayati, 2002: 24) tujuan pembelajaran IPS yaitu sebagai berikut.

a. Membekali siswa dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan di masyarakat.

b. Membekali siswa dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

c. Membekali siswa dengan dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.

d. Membekali siswa dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupannya yang tidak terpisah.

(35)

3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS SD

Ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD yang masih menggunakan KTSP adalah kelas III dan VI. Adapun aspek-aspek ruang lingkupnya adalah sebagai berikut:

a. Manusia, Tempat, dan Lingkungannya b. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan c. Sistem Sosial dan Budaya

d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan (Sardjiyo, dkk, 2011: 129)

[image:35.612.165.507.369.567.2]

Berdasarkan silabus materi IPS bagi siswa kelas III Semester 1 adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Materi Pembelajaran kelas III Semester 1 Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

1. Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah

1.1Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah 1.2Memelihara lingkungan alam dan buatan

di sekitar rumah

1.3Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah

1.4Melakukan kerjasama di lingkungan rumah, sekolah, dan kelurahan/desa

(36)

D. Media Belajar Audio-visual

Media berasal dari bahasa latin, “medius” yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely yang disadur oleh Azhar Arsyad (2006: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Pengertian media tersebut dapat diartikan bahwa secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Arief S. Sadiman, dkk. (2003: 6), media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, R. Ibrahim dan Nana Syaodih (2003: 112) media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar-mengajar.

(37)

menyalurkan pesan yaitu, berupa bahan pembelajaran, sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

1. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Heinich, dkk (Beni Agus Pribadi dan Dewi Padmo Putri, 2001: 3) mengklasifikasikan jenis media pembelajaran yaitu:

a. Media yang tidak diproyeksikan (non projected media)

Media ini sering disebut sebagai media pameran atau displayed media. Jenisnya antara lain: model, bahan grafis, dan display.

b. Media yang diproyeksikan

Media yang tergolong sebagai media yang diproyeksikan adalah overhead transparansi dan slide suara.

c. Media audio

Media yang efektif digunakan pada beberapa bidang studi seperti bahasa, drama dan seni music.

d. Media audio-visual

Video sebagai media audiovisual memiliki unsur gerakan dan suara dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar di semua bidang studi. e. Media berbasis computer

Media berbasis computer dimanfaatkan dalam pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran.

(38)

Multi media kit adalah paket bahan ajar yang terdiri dari beberapa jenis media yang digunakan untuk menjelaskan suatu topik/materi tertentu yang dilengkapi dengan study guide, lembar kerja.

Jenis-jenis media pembelajaran juga diungkapkan oleh Hujair A. Sanaky (2013: 46), sebagai berikut.

a. Media pembelajaran dilihat dari sisi aspek bentuk fisik; media elektronik dan non-elektronik.

b. Dilihat dari aspek panca indera; meliputi media audi0, media visual, dan media audio-visual.

c. Dilihat dari aspek alat dan bahan yang digunakan; meliputi alat perangkat keras (hard ware) dan perangkat lunak (soft ware).

Berdasarkan beberapa penjelasan jenis media pembelajaran tersebut, pada penelitian ini peneliti menggunakan media yang efektif untuk menyampaikan materi memelihara lingkungan pada pelajaran IPS yaitu media audio-visual jenis video. Penggunaan media audio-visual (video) dirasa kuat mampu meningkatkan minat belajar siswa dan memberikan pemahaman kepada siswa.

2. Media Audio-Visual Jenis Video

(39)

Media audio-visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. (Wina Sanjaya, 2008: 172).

Selain pengertian media audio-visual secara teknis, media ini juga berkaitan dengan proses pendidikan seperti pendapat Hamalik (Ishak A., dan Deni Darmawan, 2013: 84), mengemukakan tentang media audio-visual pada hakikatnya adalah suatu representasi (penyajian realistis, terutama melalui penginderaan penglihatan dan pendengaran yang bertujuan untuk mempertunjukkan pengalaman-pengalaman pendidikan yang nyata kepada siswa.

Begitu pula dengan Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 58), media

audio-visual memberikan pengalaman konkret dan tidak hanya didasarkan pada verbalisme belaka. Media audio-visual tidak harus digolongkan sebagai pegalaman belajar yang diperoleh dari penginderaan alat pandang dan pendengaran, tetapi sebagai alat teknologis yang memberikan pengalaman konkret kepada siswa.

(40)

Adapun fungsi media audio-visual berdasarkan dari pengembangan media audio-visual untuk membantu pembelajaran sesuai pendapat (Ishak A., dan Deni Darmawan, 2013: 90-92) adalah sebagi berikut.

a. Adopsi teknologi informasi sebagai isi dari AVA

Audio-visual atau AVA berperan sebagai pengontrol aktivitas dan keberhasilan pembelajaran yang merupakan sebuah teknologi pendidikan rancangan untuk pemecahan masalah.

b. Sebagai tutor atau guru

Media audio-visual sebagai pengganti atau pelengkap apa yang terjadi di kelas. Tujuannya adalah menyediakan sumber pengajaran tambahan pada sekolah.

c. Sebagai agen social

Menjadikan media komersial sebagai bahan belajar siswa. d. Sebagai motivasi untuk pembelajaran

Sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Solomon dan Clark (1986) membuktikan bahwa ada peningkatan motivasi belajar siswa melalui penggunaan media.

e. Sebagai alat mental untuk berpikir dan memecahkan masalah

Melalui media yang digunakan, dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam proses berpikir siswa dan menyelesaikan masalah.

(41)

Pengembangan media berbasis teknologi informasi dijadikan sebagai alat dalam pembelajaran yang bertujuan memajukan kualitas pembelajaran.

Dalam penelitian ini, fungsi media audio-visual adalah digunakan sebagai media belajar siswa yang membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran IPS kepada siswa. Maka guru sebelumnya sudah harus memahami media yang akan digunakannya dalam kegiatan pembelajaran. Adapun jenis media audio-visual menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 124), adalah sebagai berikut.

a. Berdasarkan sifatnya

1) Audio-visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slide), dan film rangkai suara.

2) Audio-visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette.

b. Dilihat dari segi keadaannya

1) Audio-visual murni yaitu unsur suara maupun unsur gambar berasal dari suatu sumber seperti film audio cassette.

(42)

Berdasarkan klasifikasi jenis media audio-visual di atas, media audio-visual yang digunakan dalam penelitian ini adalah video yang jika ditinjau dari sifatnya termasuk ke dalam audio-visual gerak, dan jika ditinjau dari segi keadaanya termasuk ke dalam audio-visual murni.

3. Manfaat Menggunakan Media Audio-visual (Video) dalam

Pembelajaran

Beberapa manfaat menggunakan media berbasis audio-visual secara umum, yaitu:

a. Audio-visual dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, praktik, dan lain-lain. Film merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika berdenyut;

b. Audio-visual dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu.

c. Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya.

d. Audio-visual yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.

e. Audio-visual dapat menyajikan peristiwa yang berbahya bila dilihat secara langsung;

(43)

g. Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar, frame demi frame, film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan satu atau dua menit. Arief S. Sadiman (2006: 180-195).

Sedangkan Sharon E. Smaldino, Deborah L. Lowther dan James D. Russell (terjemahan Arif Rahman, 2011: 406) menjelaskan tentang beberapa manfaat penggunaan media audio-visual lebih khusus yaitu media video di ruang kelas, yaitu:

a. Video merupakan sarana untuk mendokumentasikan kejadian aktual dan menghadirkannya di ruang kelas.

b. Video bisa membawa siswa ke tempat-tempat yang mungkin tidak bisa mereka kunjungi.

c. Video memiliki kemampuan untuk membuat para siswa terpesona ketika drama kemanusiann ditampilkan di hadapan mereka.

d. Pencitraan kisah melalui video memungkinkan para siswa untuk kreatif menyampaikan gagasan melalui kisah.

e. Video memungkinkan untuk meningkatkan atau mengurangi jumlah waktu yang dibutuhkan untuk memahami suatu kejadian.

f. Video memungkinkan untuk melihat fenomena pada jarak dekat atau sangat jauh.

Berdasarkan penjelasan di atas, manfaat keberadaan media audio-visual video di dalam kelas tidak diragukan lagi. Melalui audio-visual

(44)

secara langsung, berbahaya, maupun peristiwa lampau yang tidak bisa dibawa langsung ke dalam kelas. Siswa pun dapat memutar kembali video tersebut sesuai dengan kebutuhan dan keperluan mereka.

Pembelajaran dengan media audio-visual jenis video ini dapat menumbuhkan minat serta memotivasi siswa untuk selalu memperhatikan pelajaran. Pada pembelajaran IPS mengenai materi memelihara lingkungan, guru dapat menggunakan video terkait materi tersebut seperti, kerusakan lingkungan, bencana alam, dan contoh memelihara lingkungan sekitar sebagai alat bantu pembelajaran agar minat siswa untuk belajar meningkat.

4. Langkah Penggunaan Media audio-visual (Video) di Ruang Kelas

Arief S. Sadiman (2006: 198-200) mengungkapkan langkah-langkah penggunaan media audio-visual sebagai berikut.

a. Persiapan sebelum menggunakan media

Supaya penggunaan media dapat berjalan dengan baik, kita perlu membuat persiapan yang baik pula.

1) Pertama yang dilakukan guru adalah membaca atau mencari sumber cara menggunakan peralatan media yang ada.

(45)

3) Mengkomunikasikan media. Jika media digunakan perkelompok atau perorangan perlu ada komunikasi terlebih dahulu agar memiliki perhatian dan pemikiran yang sama.

4) Peralatan media ditempatkan dengan baik sehingga dapat melihat dan mendengar progamnya dengan jelas.

b. Kegiatan selama pelaksanaan

1) Menjaga suasana ketenangan agar tidak megganggu perhatian dan konsentrasi.

2) Menciptakan ruangan yang tidak terlalu gelap agar siswa dapat melihat lingkungannya dengan jelas seperti mencatat hal-hal yang tidak jelas ketika media digunakan.

3) Memperhatikan media yang akan digunakan apakah digunakan perorangan atau kelompok. Sehingga dapat mengontrol tindakan dan pengelolaan yang akan dilakukan.

4) Mengkondisikan siswa agar tenang dan tidak mengganggu konsentrasi siswa lain ketika media berjalan.

5) Siswa dan guru menyimpulkan pelajaran dengan media yang telah digunakan.

c. Kegiatan tindakan lanjut

(46)

Sharon E. Smaldino, Deborah L. Lowther dan James D. Russell (terjemahan Arif Rahman, 2011: 415), menjelaskan secara lebih khusus pengguanaan media video di dalam kelas hendaknya memperhatikan hal-hal berikut.

a. Garis pandang, periksa pencahayaan, tempat duduk, dan control volume agar yakin bahwa setiap siswa dapat melihat dan mendengar penyajian.

b. Control tata cahaya, ketika menggunakan proyeksi video dengan rekaman video atau DVD, redupkan cahaya. Matikan lampu jika peredupan tidak tersedia.

c. Persiapan mental, persiapkan mental para siswa dengan tanggung jawab secara singkat mengenai materi sebelumnya dan topic terakhir yang dibahas.

d. Pengelolaan pendahuluan, daftar poin-poin utama yang akan dibahas dalam presentasi.

e. Kosakata, pratinjau kosakata baru.

f. Segmen-segmen singkat, tampilkan hanya 8 hingga 12 menit dari video tersebut pada satu waktu daripada menayangkan video berdurasi 30 menit dari awal sampai akhir.

g. Melibatkan diri sendiri dalam program yang ada pada tayangan video. h. Tindak lanjut, perkuat penyajian video dengan kegiatan tindak lanjut

(47)

Berdasarkan dari penjelasan langkah penggunaan media audio-visual

(video) di atas, sebelum penggunaan media video di ruang kelas, sebaiknya guru melakukan seleksi terhadap media yang akan digunakan. Video yang dipilih harus sesuai dengan materi memelihara lingkungan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah penggunaan video di ruang kelas sesuai dengan pendapat Arief S. Sadiman

5. Kelebihan Media Video

Sharon E. Smaldino, Deborah L. Lowther dan James D. Russell (terjemahan Arif Rahman, 2011: 411), mengemukakan keuntungan dan keterbatasan penggunaan media audio-visual (video) dalam proses pembelajaran yaitu:

a. Bergerak, gambar-gambar bergerak memiliki keuntungan yang jelas dari pada gambar diam dalam menampilkan konsep dimana gerakan sangatlah penting.

b. Proses, pengoperasian seperti tahapan proses perakitan atau percobaan ilmiah, di mana gerakan berurutan sangatlah penting bisa ditampilkan lebih efektif.

c. Pengamatan yang bebas resiko, video memungkinkan para siswa untuk mengamati fenomena yang mungkin saja terlalu berbahaya untuk dilihat secara langsung.

(48)

e. Pembelajaran keterampilan, melalui video siswa dapat melihat sebuah penampilan berulang kali untuk bisa menyamai.

f. Pembelajaran efektif, video berpotensi besar untuk dampak emosional sehingga bisa bermanfaat dalam pembentukan sikap dan social.

g. Penyelesaian masalah, dramatisasi yang berakhiran terbuka sering kali digunakan untuk menyajikan situasi tak terselesaikan, yang membuat para pemirsa mendiskusikan berbagai cara untuk mengatasi masalah tersebut.

h. Pemahaman budaya, kita bisa mengembangkan apresiasi yang mendalam terhadap budaya orang lain dengan melihat penggambaran kehidupan sehari-hari dalam masyarakat lainnya.

i. Membentuk kebersamaan keterbatasan, melihat program video bersama-sama, sebuah kelompok orang yang berbeda-beda bisa membangun dasar kebersamaan pengalaman untuk membahas sebuah isu efektif.

Selain itu, Arief S. Sadiman (2009: 74) juga mengemukakan pendapatnya tentang kelebihan dan keterbatasan video dalam proses pembelajaran yaitu:

a. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari rangsangan lainnya.

(49)

c. Demonstrasi yang sulit dapat direkam sebelumnya, sehingga dalam waktu mengajar guru dapat memusatkan perhatian dan penyajiannya. d. Menghemat waktu.

e. Volume suara dapat diatur sesuai dengan keinginan.

f. Guru dapat mengatur dimana ia akan menghentikan gerakan gambar, dengan arti kontrol sepenuhnya ada pada guru.

Pendapat lain dikemukakan oleh Azhar Arsyad (2003: 49) tentang kelebihan dan kekurangan media video antara lain:

a. Film dan video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika mereka membaca, berdiskusi, praktik, dan lain-lain. Film merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika berdenyut.

b. Film dan video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang.

c. Selain mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video menanamkan segi-segi afektif lainnya.

d. Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif daoat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok peserta didik.

e. Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya.

(50)

Berdasarkan pendapat di atas, banyak sekali keuntungan yang dapat diperoleh jika menggunakan media audio-visual (video) dalam pembelajaran. Pada penelitian ini penggunaan media video difokuskan untuk meningkatkan minat belajar siswa.

E. Pengunaan Media Audio-visual (video) dalam Pembelajaran IPS

Berdasarkan Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar

Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa sekolah atau sekolah dasar. Masa ini dialami anak pada usia 6 tahun sampai usia 12 tahun. Masuk sekolah untuk pertama kalinya memberikan pengalaman baru yang menuntut anak untuk mengadakan penyesuaian dengan lingkungan sekolah. Pengalaman siswa masuk kelas satu juga merupakan peristiwa penting bagi kehidupan anak, sehingga mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku. Pada awal masuk sekolah sebagian anak mengalami gangguan keseimbangan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah (Rita Eka Izzaty, 2008: 104).

(51)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pembelajaran IPS penting untuk anak sekolah dasar kelas awal untuk membekali dan membantu memecahkan permasalahan di lingkungannya yang faktual. Namun pelajaran IPS yang dialami siswa dalam proses pembelajaran kurang maksimal, sehingga IPS yang memiliki banyak konsep abstrak kurang dapat dipahami siswa. Padahal siswa kelas III SD berada pada tahap berpikir konkret. Maka dalam pembelajaran IPS media audio-visual dapat digunakan sebagai sarana untuk menkonkretkan konsep IPS yang bersifat abstrak, agar mudah diterima siswa. Hal ini diperkuat oleh Dwyer (dalam syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 47), bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika digunakan bahan-bahan audio-visual yang mendekati realitas (konkret). Pada materi memelihara lingkungan alam dan buatan, jenis media audio-visual yang digunakan dalam penelitian ini adalah video yang terkait materi tersebut. Media disesuaikan dengan karakteristik siswa dimana video telah melalui proses filterisasi, yaitu peneliti mencari dan menggunakan video yang memiliki konten sesuai dengan materi, dan durasi video yang digunakan maksimal 15 menit agar siswa kelas III SD tidak bosan dan tetap fokus terhadap penyajian video oleh guru.

Berikut ini langkah-langkah pembelajaran IPS dengan menggunakan media audio-visual dengan mengacu pada pendapat Arief S. Sadiman, (2006: 198-200), yaitu:

(52)

1) Pertama yang dilakukan guru adalah membaca atau mencari sumber cara menggunakan peralatan media audio-visual (video) melalui sumber buku, internet, dan sharing dengan peneliti.

2) Menyiapkan peralatan media yang akan digunakan: LCD, Proyektor, Roll Kabel, Laptop, dan Video yang akan ditampilkan dalam pembelajaran materi memelihara lingkungan.

3) Mengkomunikasikan media: guru menjelaskan kepada siswa pembelajaran akan dilangsungkan secara kelompok, sehingga setiap kelompok harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh media

audio-visual (video) yang akan diputar guru.

4) Peralatan media ditempatkan dengan baik sehingga dapat melihat dan mendengar progamnya dengan jelas, yaitu diletakkan di depan kelas dengan proyektor di gantungkan di papan tulis kelas III.

b. Kegiatan selama pelaksanaan

1) Guru mengarahkan dan mengkondisikan siswa untuk menjaga suasana ketenangan agar tidak megganggu perhatian dan konsentrasi.

2) Guru mensetting ruangan yang tidak terlalu gelap agar siswa dapat melihat lingkungannya dengan jelas seperti mencatat hal-hal yang tidak jelas ketika media digunakan.

(53)

4) Guru mengkondisikan siswa agar tenang dan tidak mengganggu konsentrasi siswa lain ketika media berjalan.

5) Siswa dan guru menyimpulkan pelajaran dengan media yang telah digunakan.

c. Kegiatan tindakan lanjut

Guru dan siswa malakukan refleksi pembelajaran materi memelihara lingkungan alam dan buatan guna memantapkan pemahaman yang disampaikan melalui media. Kemudian dilanjtutkan dengan evaluasi di akhir pelajaran.

F. Penggunaan Media Audio-visual (Video) dalam meningkatkan Minat

Belajar IPS Siswa Kelas III SD

Suatu kegiatan pembelajaran penting sekali peran seorang guru untuk membuat suasana kelas menjadi menarik, kondusif dan menumbuhkan minat belajar siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru yaitu dengan memilih media pembelajaran yang tepat sebagai alat bantu proses pembelajaran IPS. Seperti pendapat Wina Sanjaya (2008: 171), bahwa penggunaan media belajar memiliki nilai praktis dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.

(54)

konkret melalui media video. Hasilnya siswa akan lebih mudah menerima pesan pembelajaran, dan memperoleh hasil belajar yang memuaskan, sehingga minat siswa dalam belajar IPS akan meningkat. Hal ini didukung oleh pendapat Miller (dalam syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 47), bahwa lebih banyak sifat bahan audio-visual yang menyerupai realisasi (konkret), sehingga membuat semakin mudah terjadinya proses belajar mengajar.

Selain itu Dr. Hujair A.H. Sanaky (2013: 5), juga memiliki pendapat yang sama, bahwa dengan penggunaan media yang menarik dapat menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi dan minat belajar. Selain itu ahli tersebut juga mengemukakan bahwa penggunaan media belajar yang menarik akan menyebabkan situasi belajar yang menyenangkan tanpa tekanan, sehingga merangsang siswa memiliki motivasi belajar dan minat untuk belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, penggunaan media audio-visual jenis video yang menarik dan menyenangkan akan meningkatkan minat belajar siswa.

G. Kerangka Pikir

(55)

adalah minat terhadap pelajaran IPS ynag selama ini dipandang sebelah mata pelajaran yang tidak diminati siswa.

Selama ini proses pembelajarn IPS yang ditemui masih konvensional seperti ceramah, dan tanya jawab. Idealnya, pelajaran IPS adalah bukan menekankan pada konsep yang terus menerus diberikan kepada siswa, melainkan menekankan pada transfer pengetahuan dan menciptakan pegalaman konkret kepada siswa guna membekali siswa menghadapi masalah yang ada di masyarakat dan lingkungannya. Maka dari itu pelajaran IPS haruslah diberikan secara menarik, efektif, dan efisien.

Penciptaan pembelajaran IPS yang menarik, efektif, dan efisien, salah satunya adalah dengan penggunaan media belajar yang menarik bagi siswa dan tentunya disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Salah satu media yang digunakan adalah media audio-visual. Media audio-visual merupakan salah satu media yang menarik dan efektif untuk pembelajarn IPS yang memang memiliki banyak konsep. Selain itu, media audio-visual juga memberikan pengalaman yang lebih konkret kepada anak ketika digunakan dalam menyajikan suatu konsep ketika pelajaran IPS. Hasilnya, pelajaran IPS menjadi lebih menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa.

(56)

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu, media audio-visual dapat meningkatkan minat belajar IPS siswa kelas III SD Negeri 1 Gergunung.

I. Definisi Operasional Variabel

1. Minat belajar merupakan kecenderungan siswa dalam memusatkan perhatian atau memiliki ketertarikan ketika kegiatan belajar mengajar untuk mencapai kegiatan belajar mengajar yang efektif.

2. Karakteristik anak usia sekolah dasar kelas awal adalah anak dalam tahapan berpikir konkret mengalami perkembangan dimana anak mulai dapat berpikir logis untuk memecahkan masalah, dan telah memahami tentang putusan sebab-akibat.

3. IPS SD dalam penelitian ini adalah memelihara lingkungan alam dan buatan yang memiliki konsep mengenalkan lingkungan kepada anak SD, dan cara memeliharanya agar tetap lestari.

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto, 2010: 4).

Suharsimi Arikunto (2010: 4) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi di mana saja tempatnya, yang penting ada sekelompok anak yang sedang belajar. Sedangkan menurut Rochiati Wiriaatmadja (2006: 13) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran, dan belajar dari pengalaman yang didapat ketika proses pembelajaran.

(58)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 1 Gergunung yang berjumlah 34 siswa. Selain siswa, subjek penelitian ini juga melibatkan seorang guru yang menjabat sebagai guru kelas serta wali kelas.

[image:58.612.150.488.321.434.2]

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 1 Gergunung. Jumlah siswa yang ada di kelas III SD Negeri 1 Gergunung Tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 34 siswa. Adapun rinciannya secara lebih jelas adalah sebagai berikut: (Tabel 2)

Tabel 2. Subjek Penelitian Siswa kelas III SD Negeri 1 Gergunung

No Siswa Jumlah

1 Laki-laki 18

2 Perempuan 16

Jumlah 34

C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Gergunung, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten. Karakteristik siswa kelas III SD N 1 Gergunung yaitu kurang percaya diri, dan memiliki minat belajar kurang. Tindakan dalam penelitian ini menggunakan media audio-visual yang diputarkan setiap pertemuan dengan dilanjutkan kegiatan tindak lanjut berupa diskusi dan kegiatan aplikasi langsung.

(59)

sebanyak 8 kelompok. Alat-alat yang akan digunakan untuk memutar media video berada di depan kelas, dengan LCD proyektor di tempelkan ke papan tulis. Guru berada di depan kelas sebelah samping kiri ruangan kelas III. Ketika pemutaran akan dimulai, ruang kelas dibuat redup cahaya dengan menutup seluruh jendela dan pintu kelas.

Pada siklus II juga dilakukan hal yang sama, hanya saja pada siklus II dilakukan kegiatan aplikasi langsung yang dilanjutkan kegiatan di luar kelas. Namun dari tiga kali pertemuan, pertemuan 1 kegiatan aplikasi bersih sampah, pertemuan 2 kegiatan membuat ajakan berupa poster untuk mencintai lingkungan, dan pertemuan 3 melakukan kegiatan penghijauan sekolah, hanya pada pertemuan dua saja yang berlokasi di dalam kelas. Dan pada pertemuan 1 kegiatan bersih sampah, siswa dibagi ke dalam 6 kelompok sesuai jadwal piket. Sedangkan pertemuan 2 membuat poster, dan pertemuan 3 kegiatan penghijauan dibentuk 8 kelompok dengan acak.

D. Desain Penelitian

(60)
[image:60.612.175.441.130.349.2]

Berikut ini adalah model penelitian Kemmis dan Taggart:

Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan Kelas

Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti dalam penelitian dalam setiap siklus sebagai berikut:

a. Perencanaan

Dalam perencanaan meliputi kegiatan sebagai berikut:

1) Guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan media audio-visual yang akan digunakan untuk melaksanakan penelitian.

2) Menyusun lembar observasi untuk keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media audio-visual, lembar observasi minat belajar siswa dan skala untuk mengukur minat belajar siswa.

(61)

b. Tindakan

Tindakan yang akan dilakukan meliputi sebagai berikut. 1) Guru mempersiapkan peralatan terkait media audio-visual.

2) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah disusun pada tahap perencanaan.

c. Pengamatan

Hal-hal yang diamati dalam tahap ini berdasarkan lembar observasi untuk guru dalam kegiatan belajar mengajar. Selain melakukan pengamatan, pada tahap ini juga melakukan dokumentasi kegiatan belajar mengajar.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian mendiskusikan bersama peneliti untuk mengevaluasi implementasi rancangan tindakan (Suharsimi Arikunti, dkk, 2010: 19).

Hasil refleksi dari tindakan akan dijadikan pertimbangan dalam menyusun rancangan tindakan pada siklus berikutnya.

E. Variabel Penelitian

(62)

tidak bebas yaitu variabel tidak bebas atau terikat. Yang diduga sebagai akibat yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya.

Macam-macam variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah berupa tindakan terencana dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan media audio-visual. Sedangkan vairabel terikatnya adalah minat belajar siswa.

F. Rancangan Penelitian

Adapun rancangan penelitian yang dilakukan dalam penelitian penggunaan media audio-visual adalah sebagai berikut.

1. Pra-tindakan

Tahap pra-tindakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi yang dilakukan secara langsung untuk melakukan pengamatan dalam rangka penjajagan dan kesediaan sekolah yang bersangkutan untuk dijadikan tempat penelitian.

b. Mengadakan observasi dan wawancara penelitian untuk mendapatkan gambaran keadaan situasi yang ada, yaitu dengan melakukan pengamatan kegiatan belajar mengajar IPS di kelas III SD Negeri 1 Gergunung.

2. Siklus I a. Perencanaan

(63)

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi yang akan diajarkan menggunakan media audio-visual. RPP disusun oleh peneliti dengan guru kelas.

2) Menyusun dan mempersiapkan media pembelajaran audio-visual

yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

3) Menyusun lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dan lembar observasi minat belajar IPS siswa kelas III SD Negeri 1 Gergunung.

4) Menyusun lembar skala minat belajar IPS siswa. Lembar skala ini digunakan untuk mengetahui minat belajar IPS siswa.

b. Tindakan

Pada tahap ini guru melaksanakn pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat pada tahap perencanaan, yaitu melaksanakan pembelajaran IPS menggunakan media audio-visual. Sementara itu, peneliti mengamati proses pembelajaran di kelas dan aktivitas siswa yang kaitannya dengan minat belajar siswa dalam pelajaran IPS melalui penggunaan media audio-visual.

c. Observasi

Observasi dilakukan selama pembelajaran menggunakan media

(64)

siswa selama pelaksanaan pembelajaran. Untuk kejadian yang tidak tercatat dalam lembar observasi dicatat dalam catatan lapangan.

d. Refleksi

Pada tahap ini, peneliti mendiskusikan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan dengan guru kelas yang bersangkutan untuk memperoleh perbaikan dan mengontrol pelaksanaan penelitian berikutnya agar berjalan sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang diperoleh selama observasi dianalisis untuk mengetahui peningkatan minat belajar IPS siswa. Dengan adanya refleksi, peneliti dan guru dapat mengetahui peningkatan minat belajar IPS siswa sekurang-kurangnya dari siklus I, sehingga dapat dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

3. Siklus II a. Rencana

1) Mengidentifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternatif masalah.

2) Menentukan indikator pencapaian hasil belajar 3) Pengembangan program tindakan siklus II b. Tindakan

(65)

c. Observasi

Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung ketika proses pembelajaran. Pada tahap observasi ini merupakan perbaikan dari hasil observasi siklus I.

d. Refleksi

1) Membahas hasil evaluasi pada siklus II.

2) Mengadakan diskusi tentang hasil tindakan pada siklus II.

Pada tahap refleksi, peneliti bersama guru melihat kembali apa yang telah dilakukan kemudian mendiskusikan dan mengevaluasi apa yang sudah berhasil dilakukan dalam melakukan tindakan untuk dipertahankan, serta apa yang kurang akan diperbaiki pada siklus tindakan selanjutnya.

G.Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Skala

(66)

Pada penelitian ini, skala diberikan kepada siswa sebanyak dua kali yaitu pra siklus dan setelah pelaksanaan tindakan di setiap siklus.

b. Observasi

Suharsimi Arikunto (2010: 199) menyatakan bahwa pengamatan merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Observasi pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk melakukan pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran dengan media audio-visual yang dilakukan oleh guru dan minat belajar siswa.

2. InstrumenPenelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai perencana, pengamat, pengumpul data dan pelapor penelitian. Suharsimi Arikunto (2010: 192) menyatakan bahwa instrument penelitian adalah alat pada waktu peneliti menggunakan sesuatu metode. Untuk mendukung keperluan pengambilan dan penggalian data, maka instrumen yang digunakan antara lain:

a. Skala minat belajar siswa

(67)
[image:67.612.152.489.107.518.2]

Tabel 3. Kisi-kisi Skala Minat Belajar Siswa

Variabel Aspek Indikator

Skala Minat Butir Item

P N T

Minat Belajar Perhatian dalam KBM

-Perhatian terhadap pelajaran IPS 3, 9 4, 10 4 -Memiliki tanggung

jawab di setiap tugas yang diberikan guru 1 5 2 6 4 -Perhatian memahami materi pelajaran 7 11 8 12 4 Senang mengikuti KBM -Senang menyelesaikan soal IPS dengan mandiri 21 23 22 24 4

-Gairah pelajaran IPS 17, 19 18, 20 4 -Senang belajar IPS

mandiri 13, 15 14 16 4 Partisipasi dalam KBM

-Keterlibatan aktif belajar IPS 25, 27 26 28 4 Ketertarik an terhadap KBM -Ketertarikan terhadap media belajar IPS

-Keinginan untuk berhasil 35 29, 31 33 36 30 32 34 2 6 Jumlah 36

b. Lembar Observasi Minat Belajar Siswa

(68)

Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa dalam Pembelajaran IPS Menggunakan media Audio-Visual

Variabel Aspek Indikator

Lembar Observasi Nomor Butir item Minat Belajar Perhatian dalam KBM

-Perhatian terhadap pelajaran IPS

1, 3 -Memiliki tanggung jawab di

setiap tugas yang diberikan guru

-Perhatian memahami materi pelajaran

Senang mengikuti KBM

-Senang menyelesaikan soal IPS dengan mandiri

0 -Gairah pelajaran IPS

-Senang belajar IPS mandiri Partisipasi

dalam KBM

-Keterlibatan aktif belajar IPS 4, 5 Ketertarikan

terhadap KBM

-Ketertarikan terhadap media belajar IPS

-Keinginan untuk berhasil

2

Jumlah 5

c. Lembar observasi pembelajaran IPS dengan media audio-visual.

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan media

(69)
[image:69.612.178.504.132.340.2]

Tabel 5. Lembar Observasi Pelaksanaan pelajaran dengan media audio- visual.

Variabel Aspek yang diamati

Sub Aspek Deskripsi No Item Penggunaa n media Audio-Visual Penggunaan media Audio-Visual dalam pembelajar-an IPS Mempersiapka n media Audio-Visual Guru dapat mempersiapkan dan menggunaakan media Audio-Visual di depan kelas 1, 2 Mengkaitkan kegiatan pembelajaran dengan media Audio-Visual yang digunakan Guru dapat mengkaitkan kegiatan pembelajaran dengan media Audio-Visual yang ditunjukkan di depan kelas.

3,4,5, 6

d. Human Instrument

Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpul data. Karena penelitian tindakan kelas ini bersifat

Gambar

Tabel 1. Materi Pembelajaran kelas III Semester 1
Tabel 2. Subjek Penelitian Siswa kelas III SD Negeri 1 Gergunung
Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3. Kisi-kisi Skala Minat Belajar Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari uraian diatas, maka yang dimaksud prestasi belajar IPS dalam penelitian ini adalah nilai belajar siswa yang diperoleh melalui tes dan dinyatakan

Pada siklus ketiga tindakan penelitian kelas ini didapatkan hasil yang optimal di mana siswa yang berminat dalam mengikuti pelajaran Bahasa Inggris dapat meningkat secara signi fi

cenderung prestasi belajarnya akan baik. Sebaliknya siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar akan nampak tidak senang, tidak tertarik dan kurang menampakkan

Menurut Hendra Surya ( 2009, 2) minat pembelajaran dipandang dari 2 sisi yaitu: a) Minat sebagai sebab, maksudnya minat sebagai tenaga pendorong yang

siswa hanya diam, duduk, mendengarkan, dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Faktor lain yang menyebabkan siswa kesulitan belajar IPS adalah kurangnya variasi

a. Minat belajar mahasiswa rendah akibat kurang adanya motivasi untuk meraih prestasi belajar yang lebih baik. Minat belajar mahasiswa rendah karena kurangnya pengetahuan

Ativitas guru yang diamati pada siklus 1 secara keseluruhan mendapat skor 46,75 dari skor ideal 70 dengan presentase 66,78% namun hal ini masih belum dapat dikategorikan

Oleh karena pada siklus III sudah sebanyak 88% siswa atau 22 siswa memiliki minat belajar IPS tinggi atau sangat tinggi dan rata-rata skor per aspek minat belajar IPS