• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PUU-XVI/2018 TENTANG PENGUJIAN UNDANG- UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILU DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PUU-XVI/2018 TENTANG PENGUJIAN UNDANG- UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILU DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PUU-XVI/2018 TENTANG PENGUJIAN UNDANG- UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILU

DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD HAMZE NASIHUDDIN NIM: S20183056

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS SYARIAH

JANUARI 2023

(2)

i

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PUU-XVI/2018 TENTANG PENGUJIAN UNDANG- UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILU

DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Hukum (S.H.) Fakultas Syariah

Program Studi Hukum Tata Negara

Oleh :

MUHAMMAD HAMZE NASIHUDDIN NIM: S20183056

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS SYARIAH

JANUARI 2023

(3)

ii

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PUU-XVI/2018 TENTANG PENGUJIAN UNDANG- UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILU

DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Fakultas Syariah

Program Studi Hukum Tata Negara

Oleh :

MUHAMMAD HAMZE NASIHUDDIN NIM: S20183056

Disetujui Pembimbing

H. Robitul Firdaus, S.H.I., M.SI., PH.D.

NUP. 201603104

(4)

iii

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PUU-XVI/2018 TENTANG PENGUJIAN UNDANG- UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILU

DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Fakultas Syariah

Program Studi Hukum Tata Negara

Hari : Rabu

Tanggal : 4 Januari 2023 Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Sholikul Hadi, S.H., M.H.

NIP.19750701 200901 1 009

Ahmad Faris Wijdan, M.H.

NUP. 201907177 Anggota:

1. Dr. Hj. Mahmudah, S.Ag., M.E.I.

( ) 2. H. Robitul Firdaus, S.H.I., M.SI., Ph.D. ( )

Menyetujui, Dekan Fakultas Syariah

Prof. Dr. Muhammad Noor Harisudin, M.Fil.I.

NIP. 19780925 200501 1 002

(5)

iv MOTTO





















































Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.

Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa: 58)1

1 Al-Qur‟an, Q,S An Nisa Ayat 58, (Kudus: Menara Kudus, 2018)

(6)

v

PERSEMBAHAN

Rasa syukur yang mendalam dipersembahkan kepada Allah SWT sebagai umat yang tak lupa selalu berdoa dan sudah memberi ridho serta limpahan rahmat dalam penyelesaian karya sederhana ini. Berkat Ridho luar biasa serta limpahan kasih sayang dari Allah SWT, saya diberi kemampuan dalam berfikir dan diberi kesempurnaan akal untuk dapat menyelesaikan studi sarjana ini. Saya bersyukur sekaligus mengharap ridho agar studi yang saya tempuh dapat menjadi batu loncatan untuk menjadi pribadi yang mapan, baik dan juga bermanfaat bagi manusia lainnya. Saya mempersembahkan hasil skripsi ini untuk :

1. Ayah Holik dan Ibu Murni, sebagai tanda bakti, hormat dan yang selalu memanjatkan doa dalam setiap sujud lima waktu dan sunnahnya, yang telah memberikan semangat, membimbing, mendukung, serta memberikan ilmu yang bermanfaat kepada saya agar menjadi seseorang yang lebih baik dan sukses. Terima kasih banyak yang telah mencetak generasi yang berpendidikan walau dengan seribu satu kesulitan. Semoga dengan ini bisa menjadi salah satu hal untuk bisa membuat ayah dan ibu bangga dan senang.

2. Kakak saya Hidayat terima kasih telah memberi semangat dan selalu mendoakan selama ini. Mendukung mulai dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, ucap syukur bagi Dzat yang memiliki segalanya Allah SWT. Segala kemuliaan serta karunianya skripsi sederhana ini akhirnya sukses dan dapat terselesaikan dengan baik dan lancar sebagai tugas akhir yang mengantarkan peneliti kejenjang kelulusan dan mendapatkan gelar Sarjana.

Rampungnya penelitian skripsi ini tentu saja adanya dukungan, serta peran banyak pihak yang telah diterima peneliti. Maka dengan terselesaikanya tugas akhir ini, peneliti banyak-banyak mengucapkan syukur serta terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memimpin kampus ini dengan sebaik mungkin, hingga mampu mengembangkan lembaga ini.

2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Noor Harisuddin, M.Fil.I selaku Dekan Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis sehingga skripsi ini selesai dengan baik.

3. Bapak Sholikul Hadi, S.H., M.H selaku Koordinator program studi Hukum Tata Negara yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan dan motivasi kepada seluruh mahasiswanya.

4. Bapak Robitul Firdaus, S.H.I., M.SI., Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang sudah memberikan ilmu dan arahan serta membimbing selama peneliti menyusun skripsi ini hingga rampung.

(8)

vii

5. Seluruh Dosen pengajar Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember karena sudah memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman serta bantuan selama proses perkuliahan.

6. Sahabat-sahabat penulis yaitu kelas HTN-2 yang selalu memberi support dan dukungan selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Teman KKN Lumajang yang penulis sayangi yang sudah memberikan semangat moral selama ini.

8. Teman-teman PKL segala kebaikan kalian penulis kenang dan semoga kebaikan kalian menjadi berkah.

9. Kepada guru-guru dari TK hingga Madrasah Aliyah yang telah memberikan ilmu sehingga dapat mengantarkan peneliti ke perguruan tinggi.

Dalam menyususun skripsi ini, peneliti memohon maaf apabila belum bisa membantu kebaikan kepada pihak-pihak yang sudah membantu. Peneliti ucapkan banyak terima kasih. Semoga dengan adanya skripsi yang telah ditulis dapat menjadi ilmu yang manfaat bagi sesama.

Jember, 4 Januari 2023

Peneliti

(9)

viii

ABSTRAK

Muhammad Hamze Nasihuddin, 2022 : Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-XVI/2018 Tentang Pengujian Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu dalam Perspektif Fikih Siyasah

Kata Kunci: Mahkamah Konstitusi, Pemilu, Presidential Treshold, Fikih Siyasah Presidential Threshold merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh Capres dan Cawapres untuk bisa mencalonkan dalam konteks pemilu presiden dan wakil presiden yang ada di Indonesia. Ketentuan presidential threshold terdapat dalam pasal 222 UU Nomor 2017 tentang pemilu. Namun pasal ini menjadi polemik dan tidak mencerminkan hak berdemokrasi. Sehingga hak sebagai warga negara menjadi terbatas untuk memilih dan dipilih.

Ada dua topik pembahasan dalam skripsi ini, ialah : 1) Bagaimana pertimbangan majelis hakim Mahkamah Konstitusi dalam putusan nomor 49/PUU-XVI/2018 tentang pemilu?. 2) Bagaimana pandangan fikih siyasah atas putusan Mahkamah Konstitusi nomor 49/PUU-XVI/2018?. Adapun tujuan diadakannya penelitian ini ialah: 1) Untuk mengetahui pertimbangan majelis hakim Mahkamah Konstitusi dalam putusan nomor 49/PUU-XVI/2018 tentang pemilu. 2) Untuk mengetahui pandangan fikih siyasah atas putusan Mahkamah Konstitusi nomor 49/PUU-XVI/2018.

Dalam proses penelitian, peneliti menggunakan penelitian yuridis normatif merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan kaidah menelaah bahan yang bersumber dari studi kepustakaan juga peraturan perundang-undangan. Jenis penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian pustaka, yang mana penelitian hanya difokuskan serta dilakukan untuk menganalisis secara mendalam sumber- sumber kepustakaan baik berupa bahan primer maupun sekunder yang berkaitan dengan permasalahan juga pembahasan untuk membantu dalam pemahamandengan pendekatan perundang-undangan, dan pendekatan konseptual yang dalam analisisnya menggunakan studi kepustakaan dengan mengumpulkan literatur-literatur hukum maupun non hukum.

Dalam penelitian ini, diperoleh 2 kesimpulan yakni: 1) Pertimbangan Hakim MK mengenai putusan perkara Nomor 49/PUU-XVI/2018 mengenai pasal 222 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu Secara yuridis menyatakan Pasal 222 UU tentang Pemilu bahwa MK dalam pertimbangannya menyatkan konstitusional dan tetap belaku. Bahwa dalam menambahkan syarat ambang batas Capres dan Cawapres tidak akan mengeliminasai Capres dan Cawapres alternatif dan juga mengenai Pasal tersebut ialah satu norma yang nyata mengenai penjabaran dari Pasal 6A ayat (2) UUD 1945 ialah kebijakan hukum terbuka (open legal policy) yang didelegasikan oleh Pasal 6A ayat (5) UUD 1945. 2) Presidential threshold dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU- XVI/2018 tentang pemilu menurut pandangan Fikih Siyasah tidak boleh karena dalam putusan tersebut tidak menimbulkan kemaslahatan yang cukup besar melainkan memunculkan kemafsadatan yang cukup besar. Karena bertentangan dengan al-Quran. Juga dapat mencederai hak hak warga dan partai politik.

(10)

ix

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Sampul ... i

Lembar Persetujuan Pembimbing ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Motto ... iv

Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

Abstrak ... viii

Daftar Isi... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Istilah ... 9

F. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Penelitian Terdahulu ... 16

B. Kajian Teori ... 26

1. Mahkamah Konstitusi ... 26

2. Presidential Treshold di Indonesia ... 31

3. Pemilihan Umum di Indonesia ... 40

4. Fikih Siyasah ... 45

5. Konsep Maslahat dan Mafsadat ... 51

BAB III METODE PENELITIAN ... 54

A. Jenis Penelitian ... 54

B. Pendekatan Penelitian ... 55

C. Sumber Bahan Hukum ... 56

D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 57

E. Analisis Bahan Hukum ... 58

(11)

x

F. Keabsahan Data ... 58

G. Tahap-tahap Penelitian ... 58

BAB IV PEMBAHASAN ... 59

A. Pertimbangan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu ... 59

B. Pandangan Fikih Siyasah atas Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-XVI/2018 ... 82

BAB V PENUTUP ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pernyataan Keaslian Tulisan 2. Biodata Penulis

(12)

xi

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu ... 24 4.2 Perbandingan Maslahat Adanya PT dan Maslahat Adanya PT ... 87 4.3 Perbandingan Mafsadah Adanya PT dan MafsadahTidak Adanya... 92

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kedaulatan rakyat merupakan suatu sistem yang menempatkan kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat. Usulan gagasan dari rakyat akan menghasilkan sebuah gagasan aturan hukum untuk bisa melindungi hak-hak mereka. Agar semuanya itu dapat dilaksanakan dengan baik dan maksimal maka diperlukan sebuah peraturan. Peraturan tersebut harus menjadi dasar dari kehidupan yang bernegara agar dapat menjamin dan melindungi semua hak-hak rakyat yang dengan baik tanpa mendiskriminasi pihak-pihak lain. Peraturan seperti itu di sebut dengan istilah konstitusi. Dalam kontitusi asas kedaulatan rakyat disebut dengan asas demokrasi. Setiap negara mempunyai peraturan atau sistem dalam mengatur pelaksanaan asas tersebut dengan negara yang menganut sistem presidensil.2

Terdapat peraturan untuk pegangan kita yaitu UUD 1945. Dalam UUD 1945 terdapat pasal mengenai kedaulatan bagi rakyat yaitu tepatnya pasal 1 ayat (2) UUD 1945 berbunyi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD 1945”. Bisa diartikan jika kekuasan tertinggi terdapat pada rakyat oleh karena itu jika tidak diselenggarakan tanpa adanya peraturan yang baik dan benar maka akan ada kekacauan yang bisa membuat bangsa Indonesia terpecah belah karena tidak ada persatuan dan kesatuan.

2Cora Elly Novianti, “Demokrasi dan Sistem Pemerintahan,” Konstitusi, Vol. 10, No. 2 (2013): 334-335.

(14)

Semua rakyat Indonesia mempunyai hak adil dalam memilih sebuah keputusan yang baik dengan cara pemilihan langsung ataupun tidak langsung.

Bisa juga melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang ada di Indonesia untuk mewakili kepentingan rakyat. Kerangka hukum harus adil tanpa adanya diskriminasi dari sisi lain. Dengan demokrasi menjamin semua kebebasan yang disuarakan oleh rakyat tanpa ada campur tangan yang merugikan rakyat.

Pemerintahan yang demokratis dapat memberikan pendapat untuk memberi suara dari hati rakyat. Dengan demokrasi maka akan terciptanya suasana yang kondusif dan terkendali di lingkungan masyarakat yang ada di seluruh wilayah Indonesia tanpa terkecuali.3

Pemilu yang ada di Indonesia sebagai bentuk yang paling nyata dalam mewujudkan demokrasi yang ada di Indoneia. Tujuan adanya sistem pemilu demi menciptakan pemilihan Presiden dan Wapres yang tertib dan teratur. Karena pemilu merupakan kerangka politik untuk mewujudkan kepentingan rakyat. Maka dari itu, betapa pentingnya pemilu untuk tercapainya asas-asas yang sudah ditetapkan. Dalam UUD 1945 pemilihan umum wajib dilakukan dengan cara umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.4

Pemilihan Presiden terdapat dalam UUD 1945 pada Pasal 6A ayat (1) berbunyi : “Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat”.5 Dapat diartikan dalam pemilu rakyatlah yang berkuasa dalam memberikan suara siapa yang layak menjadi calon Presiden dan Wapres

3 Sunarso, Membedah Demokrasi (Sejarah, Konsep dan implementasinta di Indonesia) (Yogyakarta: Uny Press, 2015), 42-44.

4 Budiyono,“Mewujudkan Pemilu 2014 Sebagai Pemilu Demokratis,” Ilmu Hukum, Vol.

7, No. 3 (2013): 282-283.

5 Undang-undang Dasar Negara Repulik Indonesia 1945, pasal 6A Ayat (1).

(15)

agar dapat memimpin bangsa ini kedepannya. Dalam undang-undang tersebut sudah dijelaskan secara terperinci bagaimana proses pemilu yang demokratis.

Pada tanggal 15 Agustus 2017 tepatnya 5 tahun yang lalu Jokowi selaku Presiden Indonesia mengesahkan UU Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu yang di dalamnya terdiri dari 573 pasal, penjelasan, dan 4 lampiran. Terdapat pasal kontroversial yaitu pada pasal 222 yang menyatakan “Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah secara nasional pada Pemilu anggota DPR sebelumnya”.6

Terdapat pasal yang bertolak belakang dengan Pasal 6A ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi : “Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum”.7 Setiap partai politik berhak memilih siapa saja calon Presiden dan Wakilnya yang terpilih tanpa adanya batasan sama sekali.

Sehingga partai yang sudah memiliki kandidat Capres dan Cawapres bisa langsung mencalonkan diri sesuai dengan UUD 1945 di Indonesia.

Kebijakan ambang batas atau presidential threshold menyebabkan tertutupnya hak demokrasi memilih dan dipilih. Sehingga dampak lain dengan adanya ambang batas tidak bisa memunculkan calon-calon baru yang mempunyai kemampuan lebih. Adanya Pasal 222 UU tentang pemilu yang memang menimbulkan polemik karena tidak mencerminkan hak demokrasi. Sehingga

6 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Pasal 222.

7 Undang-undang Dasar Negara Repulik Indonesia 1945, pasal 6A Ayat (2).

(16)

calon Presiden dan Wakil Presiden (Wapres) harus bisa membujuk atau mendekati salah satu atau gabungan partai politik agar bisa mengusungkan minimal 20% dari kursi DPR.8

Pelaksaanaan presidential threshold yang dijadikan batasan dalam pencalonan Presiden mempunyai banyak problematika. Dalam penerapannya akan menyulitkan partai politik untuk mengusulkaan kandidatnya karena persyaratan tersebut. Sehingga harus membentuk koalisi dengan partai lain. Menurut Firdaus, jika demokrasi dilakukan dengan sistem multipartai, maka hal itu bisa mengalami pemerintahan yang instabilitas, dan saat yang sama maka akan dijadikan sebuah alasan oleh pemerintah kita untuk membatasi partai lain yang ada di Indonesia dengan cara otoriter.9

Dalam pelaksanaan presidential threshold tepatnya Pasal 222 UU tentang pemilu, sudah diuji materikan di Mahkamah Konstitusi sehingga Mahkamah Konstitusi memutuskan atau mengadili dengan perkara Nomor 49/PUU-XVI/2018 bahwasannya hakim MK dalam putusannya menolak seluruhnya permohonan para pemohon dalam uji Pasal 222 UU tentang Pemilu terhadap UUD 1945. Bahwa dalam permohonan ke MK diajukan oleh Rocky Gerung, Angga Dwimas dkk, permohonan pemohon kepada Mahkamah Konstitusi dapat dilakukan dengan uji materiil terhadap Pasal 222 tentang sistem presidential threshold.

Mahkamah Kontitusi mengenai putusannya Nomor 49/PUU-XVI/2018 yakni menolak seluruhnya permohonan pemohon dalam uji pasal 222 UU tentang

8 Vanni Anggara, “Dinamika Presidential Threshold dalam Sistem presidential di Indonesia,” Transformative, Vol. 5, No. 2 (2019): 18-19.

9 Firdaus, Consitutional Engineering: Desain Stabilitas Pemerintahan Demokrasi &

Sistem Kepartaian (Bandung: Yrama Widya, 2015), 376.

(17)

pemilu dalam putusannya hakim yang terdiri dari 9 orang berpendapat bahwa pada pasal tersebut memiliki hukum yang mengikat dan merupakan open legal policy pembuat UU. Sebenarnya penerapan presidential threshold di Indonesia tidak relevan dengan UUD 1945.10

Sedangkan pemilihan umum dalam masa Nabi Muhammad tidak ada sama sekali, melainkan bukan pemilihan umum tetapi dengan musyawarah untuk memilih calon pemimpin dengan ajaran hukum syariah pada masa Rasulullah.

Pada zaman Rasulullah pemimpin negara disebut sebagai Imamah ataupun Khalifah. Imamah sangat dibutuhkan untuk bisa menggantikan kenabian agar bisa memelihara agama dan juga mengaturnya yang dikemukakan menurut Al- Mawardi. Pemberian jabatan kepada pemimpin yang bisa melaksanakan tugasnya dengan baik. Dalam bukunya yang dikemukakan imam Al-Mawardi dikatakan terdapat orang berpendapat bahwa mengangkat pemimpin hukumnya wajib berdasarkan akal pikiran.11

Dalam Al-Quran Allah berfirman yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan ulil „amri di antara kalian....”

sudah dijelaskan diatas bahwasannya kita harus mentaati seorang pemimpin yaitu para imam yang memiliki kedudukan tertinggi dari sebuah negara. Sehingga apapun pemimpin wajib melaksanakan pekerjaan sesuai aturan untuk menjamin kebutuhan hidup kita dan menjalankan tugasnya dengan baik. Karena pemimpin yang sebenarnya harus benar-benar pilihan rakyat atau rakyatlah yang berhak memilih. Indonesia sebagai negara yang demokrasi menjadikan pemimpin yang

10 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-XVI/2018

11 Imam Al-Mawardi, Al-Ahkãm Al-Sulthaniyyah: Hukum-Hukum Penyelengaraan Negara dalam Syari‟at Islam (Bekasi: PT. Darul Falah, 2016), 1-2.

(18)

memberikan kemaslahatan untuk rakyatnya yang bisa menjadikan mediator antara keduanya yaitu rakyat dan pemerintah. Adanya pemilihan umum merupakan bagian dari demokrasi.

Istilah fikih siyasah bisa diartikan sebagai salah satu aspek hukum di mana yang dibahas ialah terkait pengaturan dan urusan kehidupan manusia untuk mewujudkan kemaslahatan bagi manusia itu sendiri. Dengan begitu fikih siyasah memiliki tingkatan yang penting sekaligus tempat posisi strategis dalam komunitas muslimin guna mencari dasar pemikirkan, merumuskan dan menetapkan suatu kebijakan politik praktis, bermanfaat bagi kepentingan umat Islam pada umumnya. Fikih siyasah juga memiliki sumber referensi untuk dijadikan pedoman. Secara umum, ada dua sumber utama fikih siyasah yaitu: Al- Qur'an dan Hadits, dan sumber fikih siyasah lainnya berasal dari pikiran manusia dan lingkungannya, Ijma`, Qiyas, pendapat para ahli politik, yang urf atau terkait adat-istiadat masyarakat serta qonun-qonun yang pernah dibuat sebelumnya.

Problem ini juga sesuai dengan obyek pembahasan yang dikaji dalam fikih siyasah yaitu mengatur hubungan antara penguasa dan rakyat, termasuk hak dan kewajiban masing-masing dalam usaha mencapai tujuan sebuah negara.12

Oleh sebab itu, dengan munculnya presidential threshold ini maka menimbulkan banyak konflik perselisihan antara rakyat dengan pemerintah selaku pembuat aturan di Negeri ini. Karena itu dapat menimbulkan perselisihan dan juga pembatasan karena hak-hak partai yang ada di Indonesia dalam mencalonkan Presiden dan Wapres. Berdasarkan paparan yang sudah dijelaskan pada latar

12 J. Suyuti Pulungan, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), 25

(19)

belakang diatas, peneliti sangat ingin melakukan sebuah penelitian skripsi mengenai “Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-XVI/2018 tentang Pengujian Undang-undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu dalam Perspektif Fikih Siyasah”.

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, perlu dibentuk rumusan masalah agar dapat mencapai tujuan penelitian, yakni:

1. Bagaimana pertimbangan majelis hakim Mahkamah Konstitusi dalam putusan Nomor 49/PUU-XVI/2018 tentang Pemilu ?

2. Bagaimana pandangan Fikih Siyasah atas putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-XVI/2018 ?

C. Tujuan Penelitian

Dari berbagai penjelasan fokus penelitian maka tujuan penulis mengangkat judul ini, yakni:

1. Untuk mengetahui pertimbangan majelis hakim Mahkamah Konstitusi dalam putusan Nomor 49/PUU-XVI/2018 tentang Pemilu.

2. Untuk mengetahui pandangan Fikih Siyasah atas putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-XVI/2018.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang berjudul “Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-XVI/2018 Tentang Pengujian Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu Dalam Perspektif Fikih Siyasah” merupakan wujud rasa ingin tahu peneliti lebih dalam lagi mengenai judul di atas. Tentu saja, tidak dapat

(20)

dipungkiri, setiap penelitian harus memilik banyak manfaatnya baik secara teoritis dan praktis kepada masyarakat luas yang paling utama bagi peneliti itu sendiri, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diupayakan bisa memperbanyak dari berbagai aspek keilmuan dan juga memberikan sebuah ilmu pengetahuan dalam bidang hukum terutama terkait analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-XVI/2018 Tentang Pengujian Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu Dalam Perspektif Fikih Siyasah. Sehingga adanya penelitian ini bisa memberikan pemikiran dan masukan-masukan dalam pengembangan hukum kedepannya yang ada di Indonesia ini.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Menumbuhkan gagasan keilmuan baru sehingga kedepannya khususnya penulis sendiri dapat mengembangkan cakrawala dalam pola berpikir yang kritis yaitu dalam bidang Hukum Tata Negara.

b. Bagi UIN Khas Jember

Penelitian ini bisa diharapkaan menambah referensi wawasan baru bagi semua akademis. memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat terutama di dalam bidang Hukum Tata Negara dan tidak lupa pula sebagai sumber data terhadap penelitian berikutnya.

(21)

c. Bagi Masyarakat

Diharapkan memberikan informasi tambahan pemahaman dan keilmuan baru bagi masyarakat mengenai problematika tentang hasil Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-XVI/2018 dalam penyelenggaraan Pemilu yang ada di Indonesia ini.

d. Bagi Pemerintah

Penelitian ini juga memberikan sedikit masukan dan pemikiran kepada pemerintah Indonesia yang memiliki wewenang dalam peradilan dan juga bagi lembaga legislatif dalam membuat suatu kebijakan- kebijakan kedepannya.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah merupakan konsekuensi dimana mencorakkan sebuah pandangan penelitian ini.13 Menjadi fokus dalam Skripsi yang berjudul “Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-XVI/2018 Tentang Pengujian Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu Dalam Perspektif Fikih Siyasah”. Adapun tujuan dari adanya definisi istilah, untuk memahami maupun menafsirkan judul, definisi istilah dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Analisis

Berdasarkan Arti dari KBBI analisis adalah analisis tentang hal-hal dengan upaya memahami keadaan yang seharusnya terjadi. 14 Menurut Komaruddin, pengertian analisis ialah usaha untuk mengamati sesuatu secara terperinci dengan teknik menguraikan komponen-komponen pembentuknya

13 Tim Penyususun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (IAIN JEMBER, 2020), 45.

14 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Pusat Bahasa, 2008).

(22)

maupun menyusun komponen tersebut guna dikaji lebih lanjut. Sehingga untuk melakukan sebuah penelitian maka harus menganalisis terlebih dahulu.15 Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa analisis ialah suatu aktifitas dalam berfikir untuk menjelaskan suatu masalah untuk menemukan titik terang dari masalah tersebut. Jadi secara umum, definisi analisis sendiri ialah aktifitas yang memulai dari serangkaian kegiatan seperti: membedakan, mengurai dan memilah sesuatu untuk digabungkan kembali menurut kesesuaian masing-masing sehingga dapat dicari kaitannya lalu ditafsirkan artinya.

2. Putusan Mahkamah Konstitusi

Menurut pandangan Mukti Arto putusan merupakan satu pernyataan hakim yang diucapkan oleh hakim dan dituangkan dalam bentuk tertulis disidang terbuka untuk umum, untuk hasil pemeriksaan dari perkara gugatan (kontentius). Sedangkan penetapan adalah juga pernyataan dari hakim yang diucapkan oleh hakim dan dilimpahkan dalam bentuk tertulis dalam sidang terbuka dimuka umum sebagai dari pemeriksaan hasil permohonan (voluntair).Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan putusan yang tidak hanya mengikat para pihak (inter parties) tetapi juga harus ditaati oleh siapapun (erga omnes).16

Sementara itu, menurut penjelasan Undang-undang No. 7 tahun 1989, putusan ialah perkara gugatan dimana terdapat sengketa yang diperebutkan antara kedua kelompok atau kedua belah pihak yang diputuskan di

15 Komaruddin, Ensilopedia Manajemen (Jakarta: Edisi ke 5 Bumi Aksara, 2001), 89.

16 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), 168

(23)

pengadilan.17 Putusan merupkan proses akhir pemeriksaan perkara di muka sidang pengadilan yang berisikan pertimbangan hukum, pertimbangan berdasarkan realita, dan putusan pokok perkaranya. Putusan hakim yaitu pernyataannya hakim, selaku pejabat Negara yang mempunyai kewenangan untuk memberikan putusan terhadap perkara tersebut, yang diucapkan didalam ruang persidangan sekaligus dihadapan penggugat dan tergugat serta peserta sidang lainnya tujuannya untuk mengakhiri atau menyelesaikan sebuah perkara ataupun sengketa yang terjadi.18

3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

Undang-undang merupakan peraturan yang mempunyai hukum yang mengikat. Dalam fungsinya Undang-undang untuk melaksanakan sebuah aturan agar di suatu negara atau daerah tersebut berjalan dengan baik dan tentram. Peraturan perundang-undangan dibentuk oleh kelembagaan yang disebut badan Legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dengan disetujui oleh Presiden. Adanya UU begitu pentingnya karena mengikat seluruh rakyat pada negara tersebut. Tanpa Undang-undang maka sebuah negara akan mengalami sebuah fenomena kehancuran. Karena tidak adanya peraturan yang diterapkan.19

17 Raihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), 200.

18 Zulkarnaen & Dewi Mayaningsih, Hukum Acara Peradilan Agama di Indonesia (Bandung: CV Pustaka Setia, 2017), 306.

19 Zaky, “Pengertian Undang-Undang Beserta Definisi, Fungsi & Syarat Berlakunya,”

Seluncur.id,https://www.seluncur.id/pengertianundangundang/#:~:text=Pengertian%20undangund ang%20%E2%80%93%20Undangundang%20adalah%20setiap%20peraturan%20yang,mengikat%

20pada%20tiap%20warga%20negara%20di%20daerah%20tertentu, diakses pada 12 Juni 2022.

(24)

Undang-Undang (UU) Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu) yang disahkan oleh Presiden Joko Widodo pada 15 Agustus 2017, terdiri atas 573 pasal, penjelasan, dan 4 lampiran. UU ini telah diundangkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H. Laoly pada 16 Agustus 2017. Dalam UU ini telah ditetapkan, bahwa jumlah kursi anggota DPR sebanyak 575 (lima ratus tujuh puluh lima), dimana daerah pemilihan anggota DPR adalah provinsi, kabupaten/kota, atau gabungan kabupaten/

kota, dan jumlah kursi setiap daerah pemilihan anggota DPR paling sedikit 3 (tiga) kursi dan paling banyak 10 (sepuluh) kursi.

4. Perspektif

Menurut pandangan Martono Perspektif adalah cara pandang terhadap suatu permasalahan dengan cara melihat sisi pandang tertentu dalam suatu fenomena tersebut. Ardianto menyebutkan perspektif adalah cara melihat atau sudut pandang kita terhadap sesuatu hal. Sehingga setiap orang punya sudut pandang masing-masing yang mereka tuangkan dalam pikirannya.

Secara etimologi perspektif adalah sebagai cara seseorang menilai suatu hal yang akan dikaji dalam bentuk tertulis maupun secara lisan. Karena hampir setiap orang pasti terdapat sudut pandang masing-masing dalam pikiran untuk mengungkapkan sesuatu hal. Pastinya pemikiran masing- masing orang mempunyai pola pikir yang beragam antara orang lain.20

20 “Pengertian Perspekstif Adalah,” Akuntt.com, Pengertian Perspektif Adalah - AkunTT.com. diakses pada 12 Juni 2022.

(25)

5. Fikih Siyasah

Secara istilah (terminologis), para ulama fikih mendefinisikan fikih merupakan suatu wawasan mengenai hukum-hukum yang sesuai dengan syara‟ terkait amal perbuatan yang diperincikan dari hukum-hukum atau dalil khusus yang dikutip dari dasar-dasar Al-Qur‟an dan Hadist. Secara singkat Fikih ialah cabang ilmu pengetahuan terkait dengan hukum-hukum islam.21

Sedangkan Siyasah asalnya dari kata sasa artinya mengurus, mengatur, serta memerintah. Dapat pula diartikan sebagai pemerintahan serta politik, atau juga membuat suatu kebijakan. Sehingga secara etimologi Siyasah memuat beberapa makna yakni mengurus, mengatur, memimpin, memerintah, membuat kebijakan pemerintah serta politik untuk mencapai tujuan.

Dapat disimpulkan Fikih Siyasah yaitu urusan pemerintahan yang memiliki tujuan untuk kemaslahatan semua umat atau sebagai ilmu hukum Islam mengenai urusan bernegara. Atau Fikih Siyasah merupakan suatu cabang ilmu yang pembahasan dan seluk beluknya berkaitan dengan penataan urusan negara juga warganya dengan berbagai bentuk pengaturan, hukum, serta kebijakan yang dibuat dan disepakati oleh para pemangku kekuasaan yang berlandaskan pada ajaran serta syari‟at demi tercapainya kemaslahatan umat.22

21 J. Suyuti Pulungan, Fikih Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), 22.

22 Suwoto, Kekuasaan dan tanggung Jawab Presiden RI, disertati Fakultas Pasca sarjana Universitas Airlangga Surabaya (1990), 10.

(26)

Dari definisi istilah yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka pada bagian ini akan dijelaskan lebih rinci terkait judul yang telah dipilih oleh peneliti. Adapun maksud dari judul “Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-XVI/2018 tentang Pengujian Undang-undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu dalam Perspektif Fikih Siyasah ” adalah mengenai bagaimana putusan Mahkamah Konstitusi dalam UU No. 7 tahun 2017 tentang pemilu dan juga bagaimana pandangan jika dilihat dari konsep Fikih Siyasah

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mengetahui skripsi ini secara umum dan bertahap sesuai dengan pembahasan, maka banyak pembahasan yang sistematis dari skripsi penelitian ini, yang menjelaskan isi bab-bab skripsi penelitian, penjelasan sesuai dengan pedoman. Maka peneliti menyusun sistematika penelitian yakni :

Bab I, terdapat latar belakang masalah, fokus kajian, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang terdiri dari dua sub bab yaitu manfaat secara praktis dan manfaat secara teoritis, definisi istilah, danberakhir dengan sistematika pembahasan.

Bab II, kajian teori yang didalamnya berisi 2 (dua) sub bab penting.

Pertama, penelitian terdahulu sebagai alat bantu untuk memperluas pandangan dan perumusan penelitian, serta sebagai tolak ukur dari keaslian suatu penelitian.

Kedua, tinjauan teori membahas tentang teori yang digunakan dalam melakukan penelitian.

(27)

Bab III, metode penelitian yang di dalamnya terdapat pendekatan dan jenis penelitian, sumber bahan hukum, metode pengumpulan bahan hukum, analisis bahan hukum, keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV, berisi hasil penelitian di dalamnya terdapat pembahasan dari temuan hasil yang terkait dengan “ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PUU-XVI/2018 TENTANG PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILU DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH”.

Bab V, bagian terakhir atau bab penutup dari penulisan skripsi yang berisi tentang kesimpulan dari semua penulisan pada bab-bab sebelumnya. Lalu diakhiri dengan saran serta rekomendasi dari peneliti yang diberikan sesuai dengan permasalahan yang ada.

(28)

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian terdahulu

Penelitian ini didasarkan pada sejumlah penelitian sebelumnya untuk memfasilitasi proses penelitian dan menunjukkan keunikannya yang terkait dengan fokus kajian pada skripsi “Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-XVI/2018 tentang Pengujian Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu dalam Perspektif Fikih Siyasah”. Adapun pemaparan penelitian terdahulu diharapkan bisa menjadi telaah pustaka sebagai perbandingan bagi peneliti untuk menciptakan produk penelitian yang lebih akurat.

a. Skripsi yang ditulis oleh Fajar Tri Laksono. Mahasiswa Program studi Ilmu Hukum Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyajarta 2019. Adapun skripsi tersebut berjudul, “Analisis Pertimbangan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Nomor 49/PUU-XVI/2018 Tentang Presidential Threshold”.23

Secara umum, penelitian ini membahas analisis pertimbangan putusan Mahkamah Konstitusi tentang presidential threshold. Dalam penelitian juga membahas bahwa ambang batas minimum Capres dan Cawapres berpotensi mengambil hak-hak warga negara secara konstitusional dalam mencalonkan

23 Fajar Tri Laksono, “Analisis Pertimbangan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Nomor 49/PUU-XVI/2018 Tentang Presidential Treshold” (Skripsi, UIN Kalijaga Yogyakarta, 2019).

(29)

diri sebagai Capres dan Cawapres. Karena dalam penerapannya tidak memunculkan sikap yang demokratis bagi seluruh warga.

Hasil dari penelitian ini bahwa menurut pertimbangan Mahkamah Kontitusi pada pasal 222 UU pemilu mengenai pasal presidential threshold sudah sesuai tentang tata cara mencalonkan Capres dan Cawapres. Karena pasal tersebut tidak menghilangkan esensi pasangan Capres dan Cawapres serta pasal presidential threshold ialah pemaparan dari pasal 6A ayat (2) UUD 1945 menurut putusan MK hal ini merupakan kebijakan dari hukum terbuka (open legal policy). Sebaliknya, menurut peneliti bunyi pasal tentang ambang batas (presidential threshold) bisa membatasai partai politik dalam mencalonkan Capres dan Cawapres. Hal itu juga tidak sesui dengan bunyi pasal 22E ayat (1), pasal 27 ayat (1) dan pasal 28D ayat (1) dan (3) UUD 1945. Kemudian dalam penggunaan hasil perolehan suara pemilu anggota DPR sebagai syarat jika ingin mengisi posisi Eksekutif juga bisa merusak sistem dalam presidensial. Penggunaan hasil suara pemilu sebelumnya bisa menghilangkan makna kedaulatan rakyat dalam pemilu.

Adapun persamaan yang ditulis peneliti ialah sama-sama menjelaskan Mahkamah Konstitusi mengenai putusan Nomor 49/PUU-XVI/2018 tentang pemilu dimana di dalamnya terdapat pasal yang kontroversial yaitu pada pasal 222 tentang pemilu. Karena dalam pasal 222 terdapat aturan ambang batas Capres dan Cawapres. Pendekatan penelitian juga sama-sama memakai metode yuridis normatif. Perbedaan terletak pada fokus penelitian skripsi ini membahas pertimbangan putusan Mahkamah Konstitusi dari segi

(30)

konstitusional dan juga Undang-undang yang ada di Indonesia. Sedangkan skripsi peneliti membahas mengenai putusan Mahkamah Konstitusi dari segi Kemaslahatan dan kemafsadatannya.

b. Skripsi yang ditulis oleh Fazwi Ali Akbar Rasfanjani. Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 2021. Adapun skripsi tersebut berjudul, “Problematika Sistem Presidential Threshold dalam Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Dalam Perspektif Sistem Presidensial di Indonesia”.24

Secara umum, penelitian ini membahas dampak dari peraturan mengenai presidential threshold dalam penggunaan sistem pemilihan Capres dan Cawapres. Selain itu, penelitian ini juga membahas hubungan mengenai presidential threshold dengan pemilihan serentak yang diputuskan akan dilaksanakan pada tahun 2019 dalam praktik presidensial di negara Indonesia.

Bahwa sistem presidential threshold menjadikan suatu hal yang bisa mengontrol keberadaan parpol dalam suatu negara.

Hasil dari penelitian ini bahwa adanya aturan presidential threshold dapat dirasakan akibatnya yaitu orang-orang yang memiliki kepentingan pada pemilu serentak. Parpol yang menjadi dampak dari aturan presidential threshold dikarenakan terdapat persyaratan-persyaratan yang tidak bisa terpenuhi. Pada penggunaan hasil suara pemilihan Legistatif pada tahun sebelumnya menjadikan tidak jelas dalam sistem presidential threshold.

Karena bisa dilihat syarat dukungan perolehan suara sebelumnya yang

24 Fazwi Ali Akbar Rasfanjani, “Problematika Sistem Presindensial Treshold Dalam Pemilihn Presiden Dan Wakil Presiden Dalam Perspektif Sistem Presidensial Di Indonesia”

(Skripsi, UIN Alaudddin Makasar, 2021).

(31)

didasarkan jumlah kursi pemilihan Legislatif nasional tidak relevan dari segi konsep presidensial itu sendiri.

Adapun persamaan yang ditulis peneliti ialah sama-sama membahas mengenai pemiluyang menggunakan sistem presidential threshold atau ambang batas Capres dan Cawapres dalam pemilihan umum di Indonesia yang menyebabkan banyak permasalahan yang terjadi pada sistem presidential threshold. Pendekatan penelitian juga sama-sama memakai metode yuridis normatif. Perbedaan terletak pada fokus penelitian skripsi ini membahas pemilihan umum secara serentak dengan sistem pemerintahan presidensialisme yang kuat dan stabil dengan sistem kepartaian namun tidak relevan dengan sistem presidential threshold atau ambang batas dari sudut pandang presidensial di Indonesia. Sedangkan, skripsi peneliti membahas mengenai analisis pertimbangan Mahkamah Konstitusi nomor 7 tahun 2017 mengenai Pemilu yang terdapat pasal kontrofersial yakni pada pasal 222.

c. Tesis yang ditulis oleh Abdurrohman Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2018. Adapun tesis tersebut berjudul, “Presidential Threshold dalam Pemilu di Indonesia Perspektif Imam Al-Marwady”.25

Secara umum, penelitian ini membahas kedudukan hukum yaitu sistem presidential threshold atau disebut dengan ambang batas setelah Mahkamah Konstitusi mengeluarkan keputusan Nomor 70/PUU-XV/2017.

penelitian ini juga membahas relevansi sistem presidential threshold dalam

25 Abdurrohman, “Presidential Threshold dalam Pemilu di Indonesia Perspektif Imam Al- Marwady” (Tesis, UIN Sunan Ampel Surabya, 2018).

(32)

pemilu Presiden dan Wapres menurut pandangan imam Al-Mawardy mengenai memilih pemimpin. Karena menurut imam Al-Mawardy memiliki pandangan lain mengenai memilih pemimpin.

Hasil dari penelitian ini bahwa menurut Mahkamah Konstitusi yang sudah memutuskan yaitu Nomor 70/PUU-XV/2017 tentang ambang batas Capres dan Cawapres bahwa presidential threshold tidak melanggar UUD 1945. pemilihan Presiden dan Wapres tepatnya pada tahun 2019 menggunakan sistem ambang batas hasil suara pileg pada tahun 2014 sebagai amanat pasal 222 UU nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu. menurut pandangan imam Al-Mawardy bahwa memilih calon pemimpin ditunjuk oleh pemimpin (imam) sebelumnya. Bisa juga dengan dipilihnya Ahl Aqdi wa ahl Halli, proses memilih pemimpin seperti yang dilakukan di berbagai negara yang menggunakan sistem demokrasi.

Adapun persamaan yang ditulis peneliti ialah sama-sama membahas mengenai pemilu yang menggunakan sistem ambang batas (presidential threshold). Perbedaan terletak pada fokus penelitian skripsi ini membahas kepemimpinan menurut pandangan Imam Al-Mawardy dalam pemilihan pemimpin harus mendasari pada sejarah pada zaman setelah Rasululullah yaitu tentang pengangkatan Khulafaur Rasyidin dalam menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. sedangkan skripsi peneliti membahas Mahkamah Konstitusi mengenai putusan Nomor 49/PUU-XVI/2018 tentang pemilihan umum ditinjau dari sudut pandang perspektif Fikih Siyasah.

(33)

d. Skripsi yang ditulis oleh Mawar Diyah Simaibang Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sumatera Utara 2018. Adapun skripsi tersebut berjudul, “Syarat Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia dengan Pendapat Al-Farabi”.26

Secara umum, penelitian ini membahas mengenai apa saja syarat- syarat untuk mencalonkan diri sebagai kepala negara menurut pandangan Al- Farabi. Selain itu, peneliti juga membahas relevansi UU nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu menurut pandangan Al-Farabi. Al-Farabi adalah tokoh yang terkenal dengan filsuf islam karena memiliki banyak keilmuan dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, beliau sangat terkenal dan memiliki banyak karya buku.

Hasil dari penelitian ini bahwa pemilihan kepala negara ketika masa umat islam bisa kita telusuri pada zaman Khulafaur Rasyididin. Pada saat itu Khalifah dipilih secara berbeda-beda karena terdapat berbagai pendapat.

Pemilihan Khalifah pertama dan kedua dipilih secara musyawarah yaitu pada saat dipilihnya Khalifah Abu Bakar dan Umar Bin Khathabt. Kemudian pemilihan Khalifah ketiga yaitu Utsman bin Affan dengan cara dibentuknya dewan dan menunjuk beberapa orang untuk musyawarah. Selanjutnya pemilihan Khalifah keempat Ali Bin Abi Thalib dengan cara kesepakatan umat islam. Berbeda dengan pendapat Al-Farabi bahwa kriteria calon pemimpin tidak boleh memiliki cacat fisik. Al-Farabi juga berpendapat tidak semua warga negara bisa menjadi pemimpin negara karena hanya masyarakat

26 Mawar Diyah Simaibang, “Syarat Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia dengan Pendapat Al-Farabi” (Skripsi, UIN Sumatera Utara, 2018), 37.

(34)

atau manusia yang sempurna saja dari kelas tertinggi dan juga memiliki dukungan dari pihak-pihak dengan kelas yang sama yang bisa menjadi pemimpin negara.

Adapun persamaan yang ditulis peneliti ialah sama-sama membahas mengenai pemilihan seorang pemimpin dalam pandangan hukum islam.

Dalam memimpin pasti memiliki kriteria dalam pandangan Islam. Perbedaan terletak pada fokus penelitian skripsi ini membahaspemilihan Presiden dari sudut pandang pemikiran Al-Farabi pada suatu negara. sedangkan skripsi peneliti membahas mengenai putusan MK tentang ambang batas (presidential threshold).

e. Skripsi yang ditulis oleh Alvino Bimo Sayogo Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang 2018. Adapun skripsi tersebut berjudul. “Presidential Threshold Berdasarkan Perolehan Suara Pemilu Sebelumnya Sebagai Syarat Pencalonan Presiden dalam Perspektif Kedaulatan Rakyat”.27

Secara umum, skripsi ini membahas penggunaansistem presidential threshold berdasarkan hasil perolehan pemilu sebelumnya. Selain itu, peneliti juga membahas pengaturan ambang batas (presidential threshold) dengan penggunaan sistem pemilu berdasarkan prisnsip kedaulatan rakyat. Bahwa sistem ambang batas memiliki problem dan ketidak sesuaian yang sudah diamanatkan oleh UUD 1945. Apalagi dengan sistem demokrasi yang sekarang ini diterapkan di Indonesia.

27 Alvino Bimo Sayogo, “Presidential Threshold Berdasarkan Perolehan Suara Pemilu Sebelumnya Sebagai Syarat Pencalonan Presiden dalam Perspektif Kedaulatan rakyat” (Skripsi, UIN Brawijaya malang, 2018), 40.

(35)

Hasil dari penelitian ini bahwa Mahkamah Konstitusi berpendapat pemilihan dengan dua tahap merupakan inkonstusional oleh sebab itu dilaksankan secara bersama-sama atau serentak dalam pengertian pada pasal 22E UUD 1945. Untuk sistem presidential threshold yang dijalankan secara bersama-sama dengan pemilu serentak memang digunakan untuk kesesuaian dalam pemilu dan lembaga perwakilan. Bahwa untuk memperkuat sistem presidensial maka digunakannlah presidential threshold dan juga memperkecil biaya dalam Pemilu. Kedaulatan rakyat dalam sistem presidential threshold sesuai yang dicita-citakan perwakilan diamanatkan para founding fathers.

Adapun persamaan yang ditulis peneliti ialah sama-sama membahas mengenai pemilihan umum dengan menggunakan sistem presidential threshold yang ada di Indonesia. Metode penelitian sama-sama menggunakan yurudis normatif. Perbedaan terletak pada fokus penelitian skripsi ini membahas mengenai sistem presidential threshold tentang kesesuaian dengan hakikat kedaulatan rakyat dalam pemilihan umum.

Sedangkan skripsi peneliti membahas putusan Mahkamah Konstitusi mengenai presidential threshold menurut perspektif Fikih Siyasah dan juga menganalisa hasil putusan dari Mahkamah Kosntitusi.

(36)

Tabel 2.1

Tabel Perbandingan Penelitian Terdahulu

NO NAMA JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN

1. Fajar Tri Laksono

Analisis Pertimbangan Mahkamah Konstitusi Dalam Perkara Nomor 49/PUU- XVI/2018 Tentang Presidential Threshold

Menganalisis Mahkamah Konstitusi

mengenai putusan Nomor 49/PUU- XVI/2018 tentang pemilu

Perbedaan terletak pada fokus

penelitian skripsi ini membahas

pertimbangan putusan Mahkamah Konstitusi dari segi konstitusional dan juga undang-undang yang ada di

indonesia,

sedangkan skripsi peneliti membahas mengenai putusan Mahkamah

Konstitusi menurut pandangan

FikihSiyasah.

2. Fazwi Ali Akbar Rasfanjani

Problematika Sistem Presidential Threshold dalam Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Dalam

Perspektif Sistem

Presidensial di Indonesia

Membahas mengenai Pemilu yang

menggunakan sistem

presidential threshold atau ambang batas Capres dan Cawapres dalam pemilihan umum di Indonesia

Fokus penelitian skripsi ini membahas pemilihan umum secara serentak dengan sistem pemerintahan presidensialisme yang kuat dan stabil sedangkan skripsi peneliti membahas mengenai analisis pertimbangan Mahkamah

Konstitusi nomor 7 tahun 2017

mengenai Pemilu yang terdapat pasal kontrofersial yakni pada pasal 222 3. Abdurrohm

an

Presidential Threshold dalam Pemilu di

Indonesia Perspektif Imam

Membahas mengenai pemilu yang

menggunakan sistem ambang

Fokus penelitian skripsi ini membahas kepemimpinan menurut pandangan Imam Al-Mawardy

(37)

Al-Marwady batas

(presidential threshold)

dalam pemilihan pemimpin

sedangkan skripsi peneliti membahas Mahkamah

Konstitusi mengenai putusan Nomor 49/PUU-XVI/2018 tentang pemilihan umum ditinjau dari sudut pandang perspektif Fikih Siyasah

4. Mawar Diyah Simaibang

Syarat Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia dengan Pendapat Al- Farabi

Membahas mengenai Pemilihan seorang

pemimpin dalam pandangan hukum islam

Fokus penelitian skripsi ini membahas pemilihan Presiden dari sudut pandang pemikiran Al-Farabi dalam memimpin suatu negara.

sedangkan skripsi peneliti membahas mengenai putusan MK mengenai ambang batas (presidential threshold).

5. Alvino Bimo Sayogo

Presidential Threshold Berdasarkan Perolehan Suara Pemilu

Sebelumnya Sebagai Syarat Pencalonan Presiden dalam Perspektif Kedaulatan Rakyat

Membahas mengenai

pemilihan umum dengan

menggunakan sistem

presidential threshold yang ada di Indonesia.

Fokus penelitian skripsi ini membahas mengenai sistem presidential thresholdtentang kesesuaian dengan hakikat kedaulatan rakyat dalam pemilihan umum.

Sedangkan skripsi peneliti membahas mengenai putusan Mahkamah

Konstitusi mengenai sistem presidential threshold menurut perspektif

FikihSiyasah

(38)

B. Kajian Teori

1. Mahkamah Konstitusi

a. Hakikat Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi memiliki 2 kata, ialah Mahkamah dan Konstitusi. Pertama dalam arti kata Mahkamah dalam KBBI memiliki arti yaitu pengadilan dan bisa pula dimaknai memutuskan suatu perkara hukum atau pelanggaran yang sedang terjadi. Sedangkan kata kedua yakni Konstitusi memiliki makna semua aturan ketentuan tentang ketatanegaraan (UUD dan lain sebagainya), serta bisa juga diartikan UUD suatu negara. Dapat kita lihat melalui laman Mahkamah Konstitusi Indonesia bahwa Mahkamah Konstitusi ialah lembaga peradilan dimana kekuasaannya mengadili suatu perkara seperti peraturan UU yang tidak sesuai dengan amanat UUD 1945. Amanat tersebut tercantum pada pasal 1 UU Nomor 4 Tahun 2003 yang tertulis bahwa Mahkamah Konstitusi ialahsalah satu pelaku suatu kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.28

Mahkamah Konstitusi ialah lembaga peradilan negara sudah ada di Indonesia ini sejak terbentuknya amandemen UUD 1945. Mengenai amandemen tersebut Mahkamah Konstitusi dalam memegang kekuasaan kehakiman selain peradilan politik berdasarkan ketentuan yang sudah ada didalam kitab UUD Negara Republik Indonesia 1945 atau Mahkamah Agung yang memiliki tugas tertentu yang sudah ada aturannya untuk

28 Pranala, https://kbbi.web.id/mahkamah, diakses pada 5 September 2022

(39)

menangani peradilan ketatanegaraan yang ada di Indonesia. Mahkamah Konstitusi dibentuk untuk memantau jalannya konstitusi sebagai hukum yang bisa dikatakan teratas selain itu juga dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya menurut amanat UUD 1945.29

Mahkamah Konstitusi dapat diartikan seperti the guardian of the constitution. Karena dalam hal ini Mahkamah Kontitusi sebagai pelindung agar dalam hal ini Konstitusi kita tetap bersih.30 Maksudnya ialah adanya suatu pandangan dibentuknya lembaga Mahkamah Konstitusi agar bisa dilaksanakannya peradilan untuk menegakkan keadilan dan hukum yang ada di Indonesia. Mahkamah Konstitusi memegang keputusan dalam mengadili tingkat pertama juga pada tingkat terakhir dimana dalam keputusaannya bersifat final sehingga tidak dapat diganggu gugat oleh pihak siapapun mengenai pengujian UU terhadap UUD 1945, dan tidak hanya itu Mahkamah Konstitus memiiliki kewenangan lainnya.31

b. Fungsi Mahkamah Konstitusi

Adanya Mahkamah Konstitusi sangat dibutuhkan oleh nagara ini sebagai pengawas terhadap bidang ketatanegaraan. Sebagai lembaga yang memiliki kekuasaan dalam bidang kehakiman. Lembaga Mahkamah Konstitusi mempunyai fungsi konstitusional ialah tugas

29 Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta: Kencana, 2010), 221.

30 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 130.

31 Nanang Sri Darmadi, “Kedudukan dan Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia,” Hukum, Vol. 26, No. 2 (2011): 670-671.

(40)

peradilan dalam menegakkan hukum dengan seadil-adilnya. Latar belakang pembentukan bisa kita telusuri sebagai fungsi dari Mahkamah Kontitusi yaitu dalam rangka menegakkan supremasi konstitusi yang sudah tertulis UU. Dalam hal bahwa sudah dipaparkan mengenai fungsi dan tugas Mahkamah Konstitusi menurut UUD 1945 ialah menangani tentang permasalahan ketatanegaraan ataupun permasalahan konstitusional untuk melindungi konstitusi.32

Mahkamah Konstitusi juga memiliki tanggung jawab yang dimana mengawasi jika terjadinya penyalahgunaan kewenangan. Sesuai dengan harapan rakyat dan cita-cita yang demokratis yang diinginkan.

Sesuai dengan tugasnya MK mempunyai empat fungsi dan dijalankan sesuai wewenangnya. Inilah empat fungsi Mahkamah Konstitui sebagai berikut:33

1) Sebagai penafsir konstitusi 2) Sebagai penjaga HAM 3) Sebagai pengawal konstitusi 4) Sebagai penegak demokrasi c. Wewenang Mahkamah Konstitusi

Dalam negara pasti terdapat kekuasaan dalam hal menjalankan tugasnya masing-masing. Kelembagaan setiap negara pasti terdapat kemajuan dengan berkembangnya hukum. Bisa dibagi menjadi 3 kekuasaan dalam hal kelembagaan yakni lembaga Legislatif, Eksekutif,

32 Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (Jakarta:

Sinar Grafika, 2012), 7.

33 Siahaan, 8.

(41)

dan Yudikatif. Tiga kelembagaan tersebut pasti ada dalam suatu negara untuk bisa menjalankan pemerintahan. Lembaga Yudikatif bisa diartikan sebagai lembaga kehakiman yang sudah tertulis dalam pasal 24 ayat (1) UUD 1945. Mengenai pasal tersebut bahwakelembagaan kehakiman yang ada di Indonesia memiliki wewenang yakni Mahkamah Konstitusi beserta Mahkamah Agung juga lembaga peradilan dibawahnya seperti Pengadilan Negeri, Militer dan lain sebagainya. Kemudian bisa disimpulkan kewenangan dari Mahkamah Konstitusi memiliki kekuasaan kehakiman tertinggi dengan diciptakan untuk menegakkan rasa keadilan dalam wewenang yang dimilikinya sesuai amanat yang tertulis dalam UUD 1945.34

Indonesia memiliki kehakiman yang kedudukannya tertinggi antara lain Mahkamah Konstitusi dan juga Mahkamah Agung yang tingkatannya sejajar dalam hal peradilan, serta setingkat juga dengan lembaga yang lain dari kekuasaan yang berbeda. Maka terdapat pemisaahan atau diartikan pembagiaan kekuasaan masing-masing antara lain :

1. Presiden

2. Badan Penyelidik Keuangan (BPK) 3. Dewan Perwakilan rakyat (DPR) 4. Dewan Peradilan Daerah (DPR)

5. Majelis Permusyawaratan rakyat (MPR)

34 Siahaan, 9.

(42)

Pastinya dalam setiap kelembagaan menjalankan perannya sesuai amanat konstitusi yang sudah ada. Demi kelancaran dalam menjalankan suatu pemerintahan dalam bernegara.35 Pada pasal 2 UU Nomor 24 Tahun 2003 mengenai MK dijelaskan kelembagaan negara memiliki ataupun melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam kekuasaan kehakiman yakni Mahkamah Konstitusi demi menegakkan hukum di Indonesia.

Fungsi dibentuknya agar bisa menjalankan pemerintahan yang kondisional dan pastinya menjalankan fungsi secara aktual.36

Amanat konstitusi tertulis pada pasal 24C UUD 1945 bahwasannya lembaga Yudikatif yaitu Mahkamah Konstitusi sudah diperintahkan pada Pasal 24C ayat (1). Sementara itu, tugas atau wewenangnya yang diembannya tertulis pada ayat (2) UUD 1945 sebagai suatu landasan konstitusional. Selanjutnya dalam kewenangan Mahkamah Konstitusi ditegaskan dalam Pasal 10 UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi diantaranya:

1) Mahkamah Konstitusi memiliki wewenang dalam mengadili tangkat pertama maupun tingkat terakhir dimana hasil dari putusannya bersifat final atau tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun:

a) Mengadili perselisihan hasil pemilu b) Mengadili pembubaran dalam parpol

35 Siahaan, 10.

36 Mahkfudz, Hukum Administarasi Negara (Yogyakarta: Graha llmu, 2013), 124.

(43)

c) Mengadili sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

d) Mengkaji UU terhadap UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2) Mahkamah Konstitusi harus dapat memberikan sebuah keputusan atas pendapat DPR tentang spekulasi adanya pelanggaran Presiden atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.37 Kewenangan Mahkamah Konstitusi tertulis secara khusus diatur pada Pasal 10 UU Mahkamah Konstitusi dengan rincian antara lain:

a) Kewenangan menguji UU terhadap UUD

b) Kewenangan mengadili sengketa lembaga negara c) Kewenangan mengadili pembubaran parpol d) Kewenangan mengadili hasil perselisihan Pemilu e) Memutus pendapat DPR dalam proses impeachment 2. Presidential Threshold di Indonesia

a. Definisi Presidential Threshold

Menurut istilah presidential threshold memiliki dua suku kata yakni asal usulnya dari bahasa Inggris. Menurut etimologi kata presidential memiliki definisi “mengenai presiden”, dan kata kedua yaitu threshold memiliki definisi "ambang pintu”. 38 Sementara itu, berdasarkan terminology presidential threshold ialah ambang batas hasil

37 Mahkfudz, 125-126.

38 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), 445.

(44)

perolehan kursi dan juga hasil suara minimum parpol atau gabungan parpol mengenai pileg untuk bisa mendaftarakan diri menjadi pasangan Capres dan Cawapres. Presidential threshold atau bisa di sebut ambang batas ini diterapkan pada peraturan pemilu dalam merumuskan perolehan suara dan kursi pada sistem perwakilan proporsional. Sehingga ketika mencalonkan maka harus mendapat dukungan dari partai politik yang memiliki presentase yang sudah ditetapkan.39

Tidak hanya sistem presidential threshold pemilu yang diterapkan di negara kita juga memiliki sistem parliamentari threshold atau bisa disebut penyederhanaan parpol. Sistem parliamentari threshold merupakan ambang batas dalam memperoleh suara minimum parpol pemilihan Legislatif untuk mendapatakan kursi di DPR. Penerapan ini ditetapkan pada tahun 2009 dan diciptakan untuk menstabilkan kepartaian untuk melaksanakan ketentuan UUD 1945 agar mengoptimalkan sistem presidensial dan menjunjung tinggi hak-hak berdemokrasi yang tercantum UUD1945.40

Sistem threshold pada awalnya diterapkan untuk melihat siapa saja parpol yang bisa menempati kursi di daerah pemilihan dengan menggunakan sistem pemilu proporsional. Mengenai hal tersebut berkaitan dengan besaran wilayah daerah pemilihan dan metode mendapatakan kursipartai dalam kuota yang ada. Persepsi seperti inilah

39 Abdurrohman, Presidential Threshold dalam Pemilu di Indonesia, Perspektif Imam Al- Mawardy, Tesisi. Surabaya ( Surabaya: Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel 2018), 64.

40 Titik Triwulan Tutik, Restorasi Hukum Tata Negara Indonesia Berdasarkan Undang- undang Dasar Republik Indonesia 1945 (Jakarta: Prenadamedia Group, 2017), 419.

(45)

bahwa bertambah besar wilayah daerah pemilihan, maka semakin kecil persentase mendapatkan suara dalam memperoleh kursi, sebaliknya semakin kecil wilayah daerah pemilihan, maka bertambah besar persentase mendapatkan suara dalam memperoleh kursi.41

Presidential threshold sebagai rule of game alat yang dapat memastikan parpol siapa saja yang dapat mencalonkan paslon dalam pemilu yang akan berlansung di Indonesisa. Sistem presidential threshold ini juga banyak dikritisi oleh berbagai kalangan karena tidak bersifat demokratis. Salah satunya dikritik oleh partai-partai kecil atau partai baru yang perolehan suaranya sedikit dan tidak mencukupi ketentuan yang ada dalam aturan presidential threshold. Partai-partai kecil dan partai baru memandang bahwa ini berbenturan dengan hak konstitusional bagi warga negara mekipun terdapat solusi untuk parpol yang memiliki suara yang minim dari ketetapan presidential threshold.

Maka dari itu parpol bergabung dengan parpol lain dengan menyatukan ideologi dan gagasan yang sama.42

Penerapan hak-hak demokrasi yang diadopsi dalam sistem pemilu presidential threshold atau bisa disebut ambang batas sebagai representasi “Kedaulatan tertinggi berada ditangan rakyat” yang dilaksanakan sesuai UU yang diamanatkan pada Pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Pertama-tama, mengenai Capres dan Cawapres mengarah pada

41 Agus Adhari, Eksistensi Presidential Trheshold Pada Pemilihan Umum Serentak 2019, 3

42 Dwi Rianisa Mausili, “Presidential Threshold Anomaly in Indonesian Government System: Parlementer Reduction in Indonesian Presidential Syste,” Bappenas Working Paper, Vol.

2 No. 1 (2019): 34.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan tanah (soil) berarti bahan atau material di permukaan atau di bawah permukaan yang menyusun dan membentuk lahan di permukaan bumi. Berdasarkan pengertian tersebut,

Bagi ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf e, f dan g yang menyatakan mereka memiliki kewenangan atau kekuasaan untuk mempengaruhi atau mengendalikan perseroan terbatas tanpa harus

Pemeliharaan berkala yang bersifat perbaikan dimaksudkan untuk memperbaiki sebagian prasarana sungai yang telah mengalami kerusakan agar kembali berfungsi sesuai dengan

Siswa dalam kelompok menggunakan bahan yang tersedia untuk melakukan pembuktian sesuai instruksi yang ada dalam LK dengan mencari garis tinggi sampai

Bergegaslah membuka bisnis kecil‐kecilan dengan menjadi penyuplai maupun agen resmi dari Cv.Surga Bisnis ﴾Surga Pewangi Laundry﴿. BERIKUT INI TARGET MARKET  PRODUK

Bergulirnya program PUGAR di satu sisi membawa manfaat bagi penerimanya, tetapi di sisi lain juga dirasakan belum mengangkat kondisi petambak garam tradisional

Akan tetapi, sebelum mengajukan dispensasi nikah ke Pengadilan Agama ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh pemohon, Sebelum masuk ke tahap persidangan di Pengadilan

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terjadi perubahan situs metilasi antara ortet normal dan ES kotiledon abnormal.. Hasil analisis RP-HPLC menunjukkan bahwa