• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 4 OPTIMALISASI KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA GARAM RAKYAT RAKYAT (PUGAR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 4 OPTIMALISASI KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA GARAM RAKYAT RAKYAT (PUGAR)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Evaluasi PNPM Mandiri KP 2014

28 NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 4

OPTIMALISASI KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA GARAM RAKYAT RAKYAT (PUGAR)

RINGKASAN

Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) merupakan bagian PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan yang diprioritaskan untuk memberikan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat pegaraman.Pemberian bantuan melalui PUGAR telah banyak membantu petambak garam tradisional untuk mengembangkan usahanya, tetapi pelaksanaannya ditanggapi berbeda oleh kelompok penerima, stakeholder, maupun otoritas daerah. Tujuan penyusunan rekomendasi kebijakan ini adalah memperbaiki kinerja pelaksanaan program PUGAR, agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pendekatan yang digunakan dalam menyusun naskah menggunakan pendekatan keberlanjutan program, dengan mengidentifikasi kinerja input, proses, dan

output terhadap aplikasinya. Kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengoptim alkan

program PUGAR adalah kegiatan pengontrolan pelaksanaan program PUGAR, penambahan tenaga pendamping, pemberian bantuan yang tepat sasaran kepada kelompok penerima.

PENDAHULUAN

Garam adalah komoditas strategis yang dapat denganmudah diproduksi dengan cara mengeringkan air laut. Kebijakan tentanggaram telah dikeluarkan sejak zaman Belanda [1]. Penetapan kebijakan terkait dengan garam ini, dimaksudkan untuk membangun perekonomian sebagai penambah devisa negara.

“Pembangunan ekonomi dapat dikatakan sangat identik dengan perencanaan pembangunan. Apabila sekiranya ruang gerak ekonomi pembangunan berupaya mencari strategi pembangunan, perencanaan pembangunan merupakan alat yang ampuh untuk menerjemahkan strategi pembangunan tersebut dalam berbagai program kegiatan yang terkoordinir. Dengan melakukan koordinasi ini sehingga sasaran-sasaran, baik ekonomi maupun sosial, yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efisien. Dengan begitu, pemborosan-pemborosan dalam pelaksanaan pembangunan dapat dihindari”.[2]

Sasaran pembangunan ekonomi melalui PUGAR adalah mengangkat kondisi petambak garam yang usahanya tergolong berskala kecil, menjadi sejahtera. Klasifikasi golongan petambak garam seperti ini, dalam usahanya masih menggunakan teknologi yang sederhana. Program bantuan yang digulirkan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan kelompok petambak garam tradisional. Manfaat yang dirasakan ini seharusnya dibarengi pelaksanaan kinerja program yang baikdalam mencapai kondisi yang ideal.

(2)

Kajian Evaluasi PNPM Mandiri KP 2014

29

Permasalahan terhadap rendahnya harga garam (tidak sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah); penerapan teknologi yang belumtepat; serta sarana dan prasarana yang kurang memadai,merupakan kondisi klasik yang melekat pada petambak garam tradisional sampai saat ini. Upaya yang dilakukan pemerintah (Kementerian Kelautan dan Perikanan/KKP) melalui pemberian bantuan melalui program PUGAR, pada kenyataannya belum bisamenyelesaikan permasalahan. Rentang waktu yang terlalu lama sejak awal pengajuan proposal hingga pencairan bantuan, kuantitas tenaga pendamping yang belum memadai, seta pemberian bantuan yang tidak tepat sasaran (kelompok aspirasi), juga menjadi persoalan tersendiri dan harus disikapi dengan tegas oleh pemerintah (KKP).

Penelitian BBPSEKP [3] menunjukkan bahwa kinerja input, proses, dan output berpengaruh terhadap keberlanjutan pelaksanaan program PUGAR. Naskah rekomendasi kebijakan ini disusun untuk mengningkatkan optimalisasi pelaksanaan kebijakan program PUGAR dalam memberikan kesejahteraan petambak garam tradisional.

PELAKSANAAN PROGRAM PUGAR

Komitmen KKP untuk mendukung program swasembada garam nasional terus dilakukan, dengan memperkuat basis produksi garam rakyat [4]. Komitmen KKP dalam membantu petambak garam tradisional, sudah dilaksanakan sejak tahun 2011 dan dilaksanakan dengan mengalokasikan anggaran melalui progam PUGAR (Tabel 1). Tabel 1. Anggaran PUGAR 2011 – 2014 (Rp. 000)

Rincian Tahun 2011 2012 2013 2014 1. Anggaran pelaksanaan pusat 4.000.000 4.000.000 3.930.000 3.875.000 2. Anggaran pelaksanaan tugas pembantu 90.000.000 107.600.000 75.000.000 65.000.000 Bantuan langsung masyarakat (BLM) 72.000.000 84.736.300 54.952.400 37.192.500 Operasional tugas pembantuan 18.000.000 22.863.700 20.047.600 27.807.500 94.000.000 111.600.000 78.930.000 68.875.000 Sumber: [5]

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa alokasi anggaran PUGAR yang digulirkan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan, serta meningkatkan harga jual garam yang saat ini masih rendah. Pada konteks ini, otoritas tertinggi KKP menyikapinya dengan

(3)

Kajian Evaluasi PNPM Mandiri KP 2014

30

menciptakan industrialisasi garam nasional. Gambaran mengenai Keragaan Pugar tahun 2011 – 2014, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Keragaan PUGAR

Rincian 2011 2012 Tahun 2013 2014 Jumlah kabupaten  Target 40 40 42 43  Realisasi 40 40 42 Jumlah kelompok  Target 750 3.035 3.347 898  Realisasi 1.728 3.473 3.521 Jumlah petambak  Target 14.400 29.746 22.422 6.289  Realisasi 16.399 32.610 31.432 Jumlah BLM (Rp. 000)  Target 72.000.000 84.736.000 54.952.400 37.565.000  Realisasi 69.021.870 84.541.835 53.653.916 Luas lahan produksi (Ha)

 Target 4.365,00 16.569,75 22.043,00 26.778,51

 Realisasi 10.972,73 20.870,82 24.207,83 Produksi garam (Ton)

 Target 349.200,00 1.326.017,54 1.845.000 3.300.000

 Realisasi 856.356,72 2.020.109,70 1.041.472.55*) Sumber: [2]

Keterangan:

 Jumlah target kelompok 2011 adalah jumlah yang sesuai dengan RENSTRA PUGAR dan Target UKP4

 *) Anomali cuaca dengan masa produksi rata-rata 1,5 bulan

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa peningkatan produksi garam yang melebihi target, pada kenyataannya tidak diikuti dengan kesejahteraan petambak garam tradisional.

Permasalahan yang teridentifikasi pada penelitian yang dilaksanakan BBPSEKP [3] meliputi:

1. Pencairan dana bantuan yang terlalu lama dengan pengajuan proposal, menyebabkan produksi garam yang dihasilkan tidak optimal. Hal ini dikarenakan musim garam hanya berkisar 4-5 bulan dalam setahun dan tergantung faktor cuaca. Faktor perubahan iklim dan anomali cuaca yang tidak menentu, merupakan penentu berhasil tidaknya produksi garam yang dihasilkan. Pencairan dana yang tidak memperhatikan musim garam, dapat mengakibatkan produksi garam petambak tradisional tidak efektif dan penggunaanya tidak sesuai dengan peruntukannya.

2. Tenaga pendamping masih tidak sesuai dengan jumlah kelompok yang harus dibina. Berdasarkan hasil kajian, diketahui bahwa letak lahan tambak antara kelompok penerima PUGAR di beberapa lokasi penelitian sangat berjauhan. Infrastruktur jalan yang kurang memadai dan sarana transportasi yang ada untuk menuju lokasi lahan

(4)

Kajian Evaluasi PNPM Mandiri KP 2014

31

tambak, menjadi kendala tersendiri. Kondisi ini menyebabkan pelaksanaan monitoring terhadap kelompok penerima menjadi tidak efisien.

3. Kelompok penerima PUGAR masih ada yang tidak tepat sasaran.

Berdasarkan hasil kajian, penentuan kelompok masih ada yang berdasarkan kepentingan aspirasi pihaktertentu. Penentuan kelompok aspirasi harus menjadi catatan tersendiri oleh pemerintah (KKP), apabila ingin tujuan PUGAR terjabarkan dengan baik. Fenomena ini menyebabkan adanya pemborosan anggaran negara yang telah dialokasikan.

REKOMENDASI KEBIJAKAN Skenario Kebijakan

Keinginan untuk mensejahterakan petambak garam tradisional yang dilakukan oleh pemerintah (KKP), seharusnya sudah dapat dilakukan melalui kebijakan program PUGAR. Ekspektasi tinggi terhadap pencanangan program tersebut, pada kenyataannya belum dapat terealisasikan dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah perlu membuat perencanaan untuk membuat kebijakan dalam rangka memperbaiki kinerja program PUGAR:

Skenario 1. Pengontrolan Pelaksanaan Program PUGAR

Pengontrolan pelaksanaan program PUGAR merupakan upaya memperbaiki pengendalian yang dilakukan dengan merevisi/membuat pedoman petunjuk pelaksaanaan baru dalam mengawasi setiap kegiatan dari pengajuan proposal sampai dengan pencairan dana bantuan.

Skenario 2. Penambahan Tenaga Pendamping PUGAR

Penambahan tenaga pendamping merupakan upaya untuk mengoptimalkan pembinaan kelompok penerima PUGAR, agar dapat membantu dalam pemanfaatan dana dan peningkatan usaha petambak garam tradisional.

Skenario 3. Pengendalian Kelompok Penerima PUGAR yang Tidak Tepat Sasaran

Kegiatan ini merupakan upaya untuk menghindari pemborosan anggaran negara dan mengawal tujuan dibentuknya program PUGAR, agar penerima bantuan sesuai dengan yang diharapkan.

Program Prioritas Kebijakan

Skenario 1. Pengontrolan Pelaksanaan Program PUGAR

1. Penyusunan program yang detail untuk setiap agenda perencanaan sampai dengan ketapatan pencairan dana, dengan mempertimbangkan siklus musim garam. Program

(5)

Kajian Evaluasi PNPM Mandiri KP 2014

32

ini dapat dilaksanakan dengan merevisi/membuat pedoman petunjuk pelaksanaan baru, yang khusus mengatur program PUGAR. Materi yang termuat dalam pedoman tersebut meliputi: agenda musim garam (disesuaikan dengan target lokasi penerima PUGAR), pelaku yang mempunyai peran dalam program, hak dan kewajiban, dan pengaturan sanksi terhadap pelaksanaan yang tidak sesuai dengan dipedomani. 2. Pembentukan komisi program PUGAR di bawah pengawasan/koordinasi langsung dari

Menteri Kelautan dan Perikanan. Komisi ini bertugas, memonitor setiap agendapelaksanaan program dari pengajuan proposal hingga sebelum dan sesudah pencairan dana.

3. Optimalisasi peran dan fungsi tim monitoring program PUGAR di tingkat pusat dan daerah.

Skenario 2. Penambahan Tenaga Pendamping

1. Perekrutan tenaga baru yang dilakukan oleh pusat dengan sistem kontrak atau menempatkan tenaga penyuluh yang sudah ada untuk ditempatkan di lokasi program. 2. Mendorong pemerintah daerah untuk merekrut tenaga baru atau mengkaryakan

pegawai yang sudah ada untuk ditugaskan menjadi tenaga pendamping.

Skenario 3. Pengendalian Kelompok Penerima Program PUGAR yang Tidak Tepat Sasaran

1. Pembuatan regulasi baru dalam bentuk Keputusan Menteri untuk menyusun ketentuan/tata cara sistem pemantauan dalam mengawal identifikasi penentuan kelompok.

2. Pembentukan tim khusus yang memonitor penentuan kelompok penerima. Tim khusus ini bertugas untuk melakukan identifikasi dan mengevaluasi setiap kelompok penerima bantuan.

3. Penolakan tegas terhadap adanya kelompok penerima yang memiliki muatan politis oleh otoritas tertinggi KKP.

Langkah Eksekusi

1. Ditjen KP3K membentuk tim untuk mengevaluasi permasalahan ataupun kendala yang ada di lapangan, dikaitkan dengan ketentuan yang sudah dibuat. Hal ini untuk melihat kesesuaian perencanaan/pelaksanaan dalam pedoman dengan kenyataan/kondisi yang terjadi di lokasi kelompok penerima PUGAR.

2. BBPSE-KP melakukan penelitian terhadap kendala yang dialami oleh pemerintah daerah dan kelompok penerima, dari proses pengajuan proposal sampai dengan

(6)

Kajian Evaluasi PNPM Mandiri KP 2014

33

output setelah diterimanya dana PUGAR. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dampak program PUGAR secara komprehensif terhadap usaha garam petambak tradisional. 3. BPSDM-KP berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mengidentifikasi dan

mengevaluasi kebutuhan tenaga pendamping, dalam mengawal ataupun membina kelompok penerima PUGAR. Tujuan kegiatan ini, untuk mengupayakan agar dana bantuan PUGAR dapat dimanfaatkan dan mengoptimalkan kemampuan usaha petambak garam tradisional.

4. Ditjen KP3K berkoordinasi dengan BBPSE-KP dan Biro Hukum KKP, untuk membuat regulasi yang baru dalam bentuk Keputusan Menteri/KEPMEN. KEPMEN ini memuat ketentuan/tata cara sistem pemantauan dalam mengawal penentuan kelompok penerima bantuan. Pembuatan KEPMEN bertujuan untuk menghilangkan kelompok aspirasi dari pihak tertentu, maupun penerima program yang tidak sesuai dengan hasil identifikasi dan/atau rekomendasi otoritas daerah.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN Kesimpulan

PUGAR merupakan bagian PNPM Mandiri KP, sebagai upaya untuk meningkatkan: (1) kesempatan kerja; (2) akses permodalan, pemasaran, informasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi; (3) produksi garam konsumsi untuk mendukung swasembada garam konsumsi; (4) meningkatkan kualitas garam. Bergulirnya program PUGAR di satu sisi membawa manfaat bagi penerimanya, tetapi di sisi lain juga dirasakan belum mengangkat kondisi petambak garam tradisional menjadi sejahtera.Pelaksanaan yang baik terhadap pelaksanaan pencairan dan musim garam, penambahan tenaga pendamping, dan menghilangkan kelompok yang tidak sesuai dengan kriteria, dapat menjadi program PUGAR membantu untuk mensejahterakan petambak garam tradisional. Kondisi kinerja program PUGAR yang teridentifikasi pada lokasi penelitian semakin membuktikan, bahwa pencanangan misi KKP untuk meningkatkan produksi garam konsumsi dalam mendukung swasembada tahun 2015 hanya sebagai wacana saja.

Rekomendasi Kebijakan

Opsi rekomendasi untuk mengoptimalkan kinerja program PUGAR dalam mensejahterkan petambak garam tradisional meliputi:

1. Pengontrolan pelaksanaan program PUGAR

Program dan kegiatan yang harus disiapkan untuk melaksanakan opsi kebijakan ini yaitu: merevisi atau membuat pedoman petunjuk pelaksanaan baru dan membentuk

(7)

Kajian Evaluasi PNPM Mandiri KP 2014

34

tim khusus untuk mengawal implementasi dari pengajuan proposal hingga ketepatan waktu digulirkannya dana bantuan.

2. Penambahan tenaga pendamping

Program dan kegiatan yang harus disiapkan untuk melaksanakan opsi kebijakan ini yaitu: merekrut tenaga baru atau mengkaryakan tenaga yang sudah ada, baik di tingkat pusat maupun daerah.

3. Pengendalian kelompok penerima program PUGAR yang tidak tepat sasaran.

Program dan kegiatan yang harus disiapkan untuk melaksanakan opsi kebijakan ini yaitu: membentuk regulasi baru dalam bentuk KEPMEN, yang bertujuan untuk mengatur sistem penilaian kelompok penerima dana bantuan program PUGAR.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Widiarto, S.B., M. Hubeis, dan K. Sumantadinata. 2013. Efektivitas Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang, Indramayu. Jurnal manajemen IKM. Vol. 8, No. 2. ISSN 2085-8418. (144-154)

[2] Nursaulah.2013. Evaluasi Kelayakan Usaha Garam Rakyat Berpola Subsisten dalam Rangka Pembangunan Ekonomi di Kawasan Pesisir (Studi Pada Kelompok Petani Garam PUGAR Kabupaten Pasuruan). Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Barwijaya. Malang.

[3] Suryawati, S.H., A. Zamroni, M. Yulisti, Hikmah, R. Pramoda, S. Koeshendrajana, Y. Hikmayani, M.D. Erlina, B. Wardono, M. Firdaus, H. Maharani, R.H. Deswati, R. Triyanti. 2014. Kajian Evaluasi Dampak Program PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan. Balai Besar Penelitian Sosial Ekolomi Kelautan dan Perikanan Balitbang KP KKP. Jakarta.

[4] Sutardjo, S.C. 2014. KKP Perkuat Basis Produksi Garam Rakyat. Siaran Pers No. 31/PDSI/HM.310/III/2014. http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/10496/KKP-Perkuat-Basis-Produksi-Garam-Rakyat/?category_id. Diakses tanggal 1 Desember 2014

[5] Saad, S. 2014. Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). Disampaikan pada Temu Media 1. Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta

PENULIS REKOMENDASI

Radityo Pramoda dan Mei Dwi Erlina

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi-Kelautan dan Perikanan Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur-Jakarta Utara

Gambar

Tabel 1. Anggaran PUGAR 2011 – 2014 (Rp. 000)
Tabel 2. Keragaan PUGAR

Referensi

Dokumen terkait

Surface Plasmon dapat dihasilkan dalam lapisan tipis (30-50 nm) secara terus menerus dengan menggunakan konfigurasi saat cahaya masuk pada lapisan suatu medium dengan indek

Abstrak. Target yang akan dicapai melalui IbM adalah pada aspek produksi dan manajemen. Aspek produksi, yaitu meningkatnya teknologi produksi pembuatan souvenir,

Sidang Majelis Jemaat Khusus dengan agenda yaitu pembahasan Peraturan Pelaksana Majelis Jemaat (PPMJ) akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 November 2014 pukul 10.00, bertempat

Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah

Studi stabilitas peralihan (transient stability) ini menyangkut kemampuan sistem untuk tetap dalam keadaan sinkron (stabil) setelah terjadi gangguan yang besar secara

Diduga ekstrak rosella mampu menghambat kerja enzim α-amilase dari pankreas babi pada berbagai kondisi ekstraksi, disebabkan ekstrak rosella memiliki kemampuan

MNC Bank Internasional (BABP)) pada tahun 2016 menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 70 miliar, atau meningkat jika dibandingkan dengan capex

Pada permukaan di bagian baratlaut ditempati oleh endapan aluvium, di bagian tengah hingga ke tenggara ditempati oleh batuan granit,andesit dan granit Berdasarkan