i
PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, SISTEM PENGENDALIAN INTERN DAN PEMAHAMAN ATAS REGULASI
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH (Studi Kasus SKPD di Kabupaten Badung)
SKRIPSI
Oleh :
IDA AYU ENNY KIRANAYANTI NIM : 1215351119
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
i
PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, SISTEM PENGENDALIAN INTERN DAN PEMAHAMAN ATAS REGULASI
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH (Studi Kasus SKPD di Kabupaten Badung)
SKRIPSI
Oleh :
IDA AYU ENNY KIRANAYANTI NIM : 1215351119
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana Denpasar
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal: 13 Januari 2016
Tim Penguji: Tanda tangan
1. Ketua : Ni Made Adi Erawati, SE., Msi ……….
2. Sekretaris : ……….
3. Anggota : ……….
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi
(Dr.A.A.G.P Widana Putra,SE.,Msi.,Ak) NIP. 19650323 199103 1 004
Pembimbing
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 13 Januari 2016 Mahasiswa,
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Sumber Daya
Manusia, Sistem Pengendalian Intern Dan Pemahaman Atas Regulasi Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Skpd Di Kabupaten Badung)”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktu dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Bapak Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, SE. M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 4. Bapak Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE.,M.Si.,AK selaku Pembimbing
v
5. Ibu Ni Made Adi Erawati, SE.,M.Si selaku dosen pembimbing telah berkenan meluangkan waktunya, memberikan bimbingan, masukan, kesabaran serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Ibu Ni Putu Sri Harta Mimba, SE..M.Si.,Ak.,Phd. selaku dosen pembahas
yang teah memberikan saran dan masukan untuk penulisan skripsi ini. 7. Segenap dosen pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana atas segala bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
8. Ida Ayu Yutri Indahgustari, SE., MM. serta seluruh pegawai Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung yang tidak bisa penuls sebutkan satu – persatu yang telah banyak membantu memberikan data dan informasi yang diperlukan penulis dalam penelitian.
9. Keluarga, Ida Bagus Nyoman Parwata, Jero Sulasih, dan Ida Ayu Ivon Trisnayanti atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada hentinya untuk memotivasi, memberikan doa, masukan dan nasehat kepada penulis dalam studi.
10. Ida Bagus Agung Indra Parasara yang selau memberikan dukungan, motivasi, serta membantu dan memberi masukan/saran selama pembuatan skripsi ini.
vi
12. Sahabat, Ayunda Ratna Mentari, Tri Istri Utami, Anggi Jayastini, Ria Arista Dewi, Putri Sari Talamaosandi, Ayu Puspita Dewi, dan Ayu Pramitari yang selalu memberikan dukungan dan saran kepada penulis.
13. Rekan-rekan di BE SMFEB UNUD periode 2014, Winda Parascintya Bukian, Desy Mustikayani, Yanti Astika Dewi, Cokorda Istri Indah, Tangkas Pemayun, Bandem Wicitra, Herry Wiguna, Pria Juni Prasetya, Indah Kusuma, Ira Kusumawardani dan teman- teman lain yang telah memberikan banyak dukungan dan motivasi kepada penulis.
14. Seluruh Pegawai dan Staf di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, yang telah memberikan bantuan dalam proses pengadministrasian skripsi.
15. Semua piha yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan motivasi dan perhatian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini.
Denpasar, 2015
vii
Judul : Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Sistem Pengendalian Intern dan Pemahaman Atas Regulasi Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasi Akrual terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus SKPD di Kabupaten Badung)
Nama : Ida Ayu Enny Kiranayanti NIM : 1215351119
ABSTRAK
Otonomi daerah menuntu Pemerintah daearh untuk dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat. Salah satu bentuk pelayanan tersebut adalah memberikan informasi keuangan yang transparan dan akuntabel. Faktor-faktor yang sangat berpotensi dalam mempengaruhi baik buruknya kualitas laporan keuangan pemerintah daerah adalak kompetensi sumber daya manusia, sistem pengendalian intern dan pemahaman atas regulasi sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi sumber daya manusia, sistem pengendalian intern dan pemahaman atas regulasi sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrualterhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Badung.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil objek pada Pemerintahan Daerah Kabupaten Badung. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Kuisioner disampaikan kepada 108 pegawai SKPD Kabupaten badung yang bekerja di bagian akuntansi/keuangan, sebanyak 108 kuisioner (100%) kembali diisi dengan lengakap dan dapat diolah. Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan program software SPSS. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya manusia, sistem pengendalian intern, dan pemahaman atas regulasi sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
viii DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ………. i
HALAMAN PENGESAHAN ……… ii
PERNYATAAN ORISINALITAS……… iii
KATA PENGANTAR ……… vi
ABSTRAK ………... vii
DAFTAR ISI ………... viii
DAFTAR TABEL ………... x
DAFTAR GAMBAR ……….. xi
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….... 1
1.2 Rumusan Masalah……… 8
1.3 Tujuan Penelitian ……… 9
1.4 Kegunaan Penelitian ……….. 9
1.5 Sistematika Penyajian ……… 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory ... 12
2.1.2 Laporan Keuangan ... 13
2.1.3 Kualitas Laporan keuangan ... 15
2.1.4 Kompetensi Sumber Daya Manusia ... 18
2.1.5 Sistem Pengendalian Intern ... 19
2.1.6 Pemahaman Atas Regulasi Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual ... 21
2.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya ... 23
2.3 Hipotesis Penelitian 2.3.1 Hubungan Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 26
2.3.2 Hubungan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 27
2.3.3 Hubungan pemahamana atas regulasi sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual ……. ... 29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian……… 30
3.2 Lokasi Penelitian ... 31
3.3 Obyek Penelitian ... 31
3.4 Identifikasi Variabel ... 31
3.5 Definisi Operasional Variabel ... 32
3.6 Jenis Data... ……… 35
ix
3.8 Populasi dan Sampel... 37
3.9 Metode Pengumpulan Data ... 38
3.10 Teknik Analisis Data ... 39
3.10.1 Uji Instrumen……… ... 39
3.10.2 Uji Asumsi Klasik……… ... 40
3.10.3 Analisis Regresi Linier Berganda………... 42
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung 4.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung ... 44
4.1.2 Struktur Organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah ... 48
4.2 Deskripsi Responden ... 48
4.3 Karakteristik Responden……… 50
4.4 Hasil Penelitian ... 52
4.4.1 Uji Instrumen ... 52
4.4.2 Deskripsi Variabel Penelitian ... 55
4.4.3 Uji Asumsi Klasik ... 61
4.4.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... 64
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 69
4.4.1 Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 69
4.4.2 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 70
4.4.3 Pengaruh Pemahaman Atas Regulasi Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual ... 71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 73
5.2 Saran…………. ... . 74
DAFTAR PUSTAKA……… 75
x
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
1.1 Hasil Pemeriksaan Pada Pemerintah Daerah dan BUMD……… ... 2
3.9 Penentuan Skor ... 10
4.1 Rincian Pengiriman Kuisioner ... 49
4.2 Karakteristik Responden ... . 51
4.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 53
4.2 Hasil Uji Reliabilitas Penelitian... 54
4.5 Klasifikasi Rata-rata Deskripsi Data Penelitian ... 55
4.6 Deskripsi Persepsi Responden Terhadap Variabel Sumber Daya Manusia… ... 56
4.7 Deskripsi Persepsi Responden Terhadap Variabel Sistem Pengendalian Intern………. .. 57
4.8 Deskripsi Persepsi Responden Terhadap Variabel Pemahaman Atas Regulasi Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual………. .. 59
4.9 Deskripsi Persepsi Responden Terhadap Variabel Kualitas Laporan Keuangan………. ... 60
4.10 Hasil Uji Normalitas… ... 62
4.11 Hasil Uji Multikoleniaritas… ... 63
4.12 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 64
4.13 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda.. ... 65
4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)… ... 67
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
1 Kuisioner………... ... 81
2 Tabulasi Data Ordinal………. 86
3 Tabulasi data Interval……… 87
4 Deskripsi Data Penelitian……….. 88
5 Hasil Uji Validitas... ... ... 99
6 Hasil Uji Reliabilitas……….. 102
7 Hasil Uji Normalitas………. ... …... 107
8 Hasil Uji Multikolinearitas………. 108
9 Hasil Uji Heterokedastisitas……… 109
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud
pertanggungjawaban kepada masyarakat atas kinerja pemerintah menjadi suatu
tuntutan yang umum. Menguatnya tuntutan tersebut mengharuskan lembaga
pemerintah memberikan informasi atas aktivitas dan kinerjanya kepada publik
(Soimah, 2014). Organisasi sektor publik yang sering dihubungkan dengan
pemerintah yang bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan publik untuk
memenuhi kesejahteraan di berbagai bidang kehidupan. Pemerintah merupakan
entitas publik yang harus mempertanggungjawabkan kinerjanya dalam bentuk
laporan keuangan. Pemerintah berkewajiban untuk melaksanakan pengelolaan
keuangan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif dan transparan (Hariyanto, 2012). Sebagai salah satu bentuk
pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintah yang diatur dalam
undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, upaya konkrit untuk
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah
adalah dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan
keuangan (Yosefrinaldi, 2013).
Fenomena kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia merupakan
dari fakta bahwa terdapat penyimpangan-penyimpangan yang berhasil ditemukan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan dalam pelaksanaan audit laporan keuangan
pemerintah. Seperti tulisan dalam temuan pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah Kabupaten Badung Tahun Anggaran 2008 dimana BPK RI
memberikan opini “Tidak Memberikan Pendapat”, pada tahun 2013 BPK RI
member opini “Tidak Wajar” atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Badung.
Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia
adalah menguatnya tuntutan atas kualitas laporan keuangan pemerintah. Laporan
keuangan pemerintah yang dihasilkan harus memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu
dan disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 (Nurillah, 2014). Karakteristik
kualitatif yang disyaratkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan, yakni relevan, andal, dapat dibandingkan, dan
dapat dipahami.
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah akan
digunakan oleh beberapa pihak yang berkepentingan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, informasi yang terdapat di dalam
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) harus bermanfaat dan sesuai
dengan kebutuhan para pemakai (Nurillah, 2014). Informasi akan bermanfaat
apabila informasi tersebut dapat mendukung pengambilan keputusan dan andal.
disajikan dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian,
dan pengambilan keputusan (Husna, 2013).
Penyusunan Laporan Keuangan yang berkualitas membutuhkan SDM yang
kompeten dan memahami aturan penyusunan laporan keuangan dengan standar
akuntansi pemerintahan. Menurut Ihsanti (2014) kompetensi SDM adalah
kemampuan untuk melaksanakan fungsi-fungsi untuk mencapai tujuannya secara
efektif dan efisien. SDM merupakan faktor penting demi terciptanya laporan
keuangan yang berkualitas. Dalam hal ini adanya kompetensi SDM mendasari
seseorang mencapai kinerja yang tinggi dalam pekerjaannya memiliki peranan
yang sangat penting untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan
entitas yang bersangkutan (Wati dkk, 2014).
Tingginya kualitas laporan keuangan pemerintah daerah juga ditentukan
oleh seberapa baik pengendalian internal yang dimiliki institusi pemerintah
daerah. Pengendalian intern yang lemah menyebabkan sulitnya mendeteteksi
kecurangan/ketidakakuratan proses akuntansi sehingga bukti audit yang diperoleh
dari data akuntansi menjadi tidak kompeten (Winidyaningrum, 2009). Pemilihan
ini dilakukan di Pemerintahan Daerah Kabupaten Badung di karenakan pada
tahun 2008 BPK RI memberikan opini “Tidak memberikan pendapat”, pada tahun
2013 BPK RI memberikan opini “Tidak Wajar”. Selanjutnya pada Tahun 2014
BPK RI memberikan opini “Wajar Tanpa Pengecualian” dalam menyajikan
laporan keuangan Pemerintah Daerah. Meskipun opini yang dierikan BPK
tersebut baik pada Pemerintah Kabupaten Badung, namun dari pelaksanaan
sistem pengendalian interin dan temuan yang terkait dengan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan. Seperti diketahui, opini merupakan keluaran dari
sebuah proses pemeriksaan laporan keuangan. Opini BPK merupakan salah satu
indikator yang digunakan oleh para pemangku kepentingan (stakeholders) untuk
mendapatkan tingkat kepercayaan atas sebuah laporan keuangan yang disajikan.
Pemilihan Kabupaten Badung ini karena Kabupaten Badung sumbang
pertumbuhan ekonomi Bali terbesar dimana pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Badung yang mencapai 7,3 dalam tahun 2012 disertai dengan distribusi
pendapatan dengan pemerataan yang tinggi, terjadinya penurunan tingkat
kemiskinan yang cukup signifikan dengan angka mencapai 2,10 dalam tahun 2013
serta terjadinya peningkatan belanja APBD dalam tahun 2014 ini tembus 3,2 T
sebagai akibat meningkatnya pendapatan asli daerah yang bersumber dari
pendapatan atas Pajak dan restoran sehingga hal ini juga berimplikasi terhadap
peningkatan besarnya bantuan keuangan kepada provinsi dan enam kabupaten
se-bali yang dalam tahun 2013 mencapai 195 Milyar lebih semntara dalam tahun
2014 di anggaran induk ini mencapai 187 M lebih. melalui peningkatan belanja
ini maka pemerintah Kabupaten Badung juga dapat meningkatkan besarnya
anggaran pada berbagai bidang dan sektor termasuk pada pembangunan di sektor
pertanian terutama melalui pembangunan petani mandiri dan sejahtera
(TANIMAS) dengan anggaran dalam tahun 2014 ini sebesar 4,3 Milyar lebih.
Dalam pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Badung tersebut di atas, BPK mempertimbangkan sistem pengendalian intern
tujuan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan dan tidak ditujukan
untuk memberikan keyakinan atas sistem pengendalian intern. BPK menemukan
kondisi yang dapat dilaporkan berkaitan dengan sistem pengendalian intern dan
operasinya. Pokok-pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas
Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Badung yang ditemukan BPK adalah
Pengelolaan Dana BOS Reguler yang Bersumber dari Pemerintah Pusat Belum
Sepenuhnya Sesuai Ketentuan, Proses Validasi Data Piutang PBB P2 Belum
Selesai Seluruhnya, Pengelolaan Uang Retribusi Tidak Sesuai Ketentuan dan
Tanah Fasilitas Sosial yang Diserahkan Pengembang Belum Tercatat di Neraca
per 31 Desember 2014.
Isu tentang sistem pengendalian internal pemerintahan (SPIP) tersebut
mendapat perhatian cukup besar belakangan ini. Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) selaku auditor eksternal senantiasa menguji “kekuatan” SPI ini di setiap
pemeriksaan yang dilakukannya untuk menentukan luas lingkup (scope)
pengujian yang akan dilaksanakannya. Beberapa lembaga pemantau (watch) juga
mengkritisi lemahnya SPI yang diterapkan di pemerintahan, sehingga membuka
peluang yang sangat besar bagi terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan
anggaran (APBN/APBD).
Fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa dari hasil pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Pada Semester II Tahun 2014, BPK
melakukan pemeriksaan terhadap 479 objek pemeriksaan di pemerintah daerah
dan BUMD. Pemeriksaan tersebut meliputi 69 objek pemeriksaan keuangan 181
(PDTT). Hasil pemeriksaan mengungkapkan 5.746 temuan yang di dalamnya
terdapat 7.329 permasalahan senilai Rp 4,52 triliun. Permasalahan tersebut
meliputi 1.810 kelemahan sistem pengendalian intern (SPI) dan 5.519
permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
senilai Rp 4,52 triliun (Tabel 1.1). Selain itu, BPK juga telah memberikan opini
atas 68 LKPD TA 2013 dan 1 LK PDAM Tahun 2013. Jumlah kasus tiap-tiap sub
kelompok temuan disajikan dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Hasil Pemeriksaan pada Pemerintah Daerah dan BUMD
(Sumber :www.bpk.go.id – IHPS II Tahun 2014)
Salah satu faktor penentu lainnya yaitu dapat menentukan tinggi rendahnya
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah adalah Pemahaman Regulasi Sistem
Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual. Definisi pemahaman regulasi adalah
pemahaman anggota/pegawai mengenai peraturan, prosedur dan kebijakan tentang
peraturan daerah. Peraturan yang dimaksud adalah pedoman yang harus dilakukan
serta prosedur terkait dengan serangkaian strategi untuk mencapai tujuan. Dalam
rangka peningkatan kualitas informasi pelaporan keuangan, pemerintah merevisi
PP No. 24 Tahun 2005 dengan mengeluarkan PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP
yang berbasis akrual. Penerapan akuntansi berbasis akrual diperlukan untuk
menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik, serta untuk memfasilitasi
manajemen keuangan/aset yang lebih transparan dan akuntabel. Perubahan
sehingga diperlukan pemahaman yang utuh mengenai konsep akuntansi. Jika
pemahaman regulasi atas PP 71 tahun 2010 rendah maka kualitas laporan
keuangan menjadi rendah. Dasar pemikirannya adalah pemahaman terhadap
aturan yang tidak penuh mengindikasikan implementasi aturan cendrung
menggunakan insting dibandingkan aturan yang berlaku. Rendahnya keterampilan
dasar mengenai pemahaman menjadi salah satu hambatan dalam penerapan
standar akuntansi pemerintah berbasis akrual di Fiji (Tickell, 2010). Sehingga,
tinggi-rendahnya tingkat pemahaman regulasi akan berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan yang disajikan (Kartikasari, 2012).
Penelitian mengenai pemahaman regulasi masih relatif terbatas dalam
artian baru dilakukan oleh Kartikasari (2012), Rahayu (2014), Dora (2014) dan
Hariyanto (2012). Akan tetapi, penelitian yang dilakukan belum menggunakan
pemahaman regulasi terkait PP 71 tahun 2010 dan belum menguji pemahaman
regulasi terhadap kualitas laporan keuangan. Berbeda dari penelitian terdahulu,
dalam penelitian ini pemahaman regulasi yang digunakan adalah pemahaman
regulasi mengenai PP 71 tahun 2010 yang dikaitkan dengan kualitas laporan yang
disusun oleh pemerintah daerah.
Dengan ditetapkannya PP No. 71 Tahun 2010 maka penerapan sistem
akuntansi pemerintah berbasis akrual telah mempunyai landasan hukum dan
penerapan akuntansi pemerintahan mempunyai kewajiban untuk segera
menerapkan SAP berbasis akrual. Berdasarkan uraian di atas tinggi rendahnya
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah diindikasikan tidak lepas dari
atas regulasi sistem akuntansi berbasis akrual (Dora, 2014). Sehingga, penelitian
ini diberi judul: “Pengaruh Sumber Daya Manusia, Sistem Pengendalian Intern
Dan Pemahaman Atas Regulasi Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi kasus pada SKPD
di Kabupaten Badung)“.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Apakah kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah?
2) Apakah Sistem Pengendalian Intern berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah?
3) Apakah pemahaman atas regulasi sistem akuntansi pemerintahan berbasis
akrual berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah yang ada diatas,
maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengaruh kompetensi sumber daya manusia terhadap
2) Untuk mengetahui pengaruh Sistem Pengendalian Intern terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah di SKPD Kabupaten Badung.
3) Untuk mengetahui pengaruh pemahaman atas regulasi sistem akuntansi
pemerintahan berbasis akrual berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah di SKPD Kabupaten Badung.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis
sebagai berikut :
1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang pengaruh
Kompetensi Sumber Daya Manusia, SPI, dan Pemahaman Atas Regulasi
Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual di SKPD Kabupaten
Badung. Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat menambah referensi
dalam rangka pengembangan khasanah ilmu pengetahuan, khususnya
mengenai teori-teori tentang faktor yang mempengaruhi kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah.
2) Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan tambahan
referensi bagi SKPD di Kabupaten Badung untuk mengembangkan sumber
daya manusia, sistem pengendalian intern dan pemahaman atas regulasi
sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang dapat mempengaruhi
5. Sistematika Penyajian
Secara garis besar, sistematika penyajian penelitian dibagi menjadi lima bab,
yaitu.
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, serta sistematika
penyajian.
Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini diuraikan mengenai teori yang relevan dengan penelitian
yaitu Agency Theory, Laporan Keuangan, Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah, Kompetensi Sumber Daya Manusia, Sistem
Pengendalian Intern, Pemahaman Atas Regulasi Sistem Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual. Selain itu, dalam bab ini juga diuraikan
mengenai pembahasan hasil penelitian sebelumnya dan hipotesis
penelitian.
Bab III Metode Penelitian
Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yaitu desain
penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel,
definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, responden
penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik
analisis data.
Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran umum instansi yang
terdiri dari sejarah, struktur organiasasi instansi dan uraian tugas
masing-masing bagian. Selain itu dibahas pula mengenai rumusan
masalah penelitian yang dikemukakan pada bab I.
Bab V Penutup
Dalam bab ini diuraikan mengenai simpulan yang diperoleh dari
pembahasan pada bab sebelumnya serta saran yang dapat diberikan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Agency Theory
Mardiasmo (2004) menjelaskan akuntabilitas publik adalah kewajiban
pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban,
menyajikan, melaporan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang
memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.
Yudhaningsih (2010) menyatakan adanya desentralisasi fiskal, berarti ada delegasi
dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Delegasi dalam hal ini
merupakan situasi dimana pemerintah daerah bertindak sebagai agen pemerintah
pusat dalam mengeksekusi fungsi-fungsi pemerintah pusat yang telah
didelegasikan kepada pemerintah daerah. Ini berarti pemerintah daerah lebih
leluasa dalam mengatur proporsi pelayanan publik, tetapi juga harus mengikuti
aturan dan permintaan pemerintah pusat. Namun pada kenyataanya pemerintah
daerah terkadang berperilaku tidak sesuai dengan yang diinginkan pemerintah
pusat sehingga menimbulkan konfil kepentingan. Teori keagenan adalah teori
yang menjelaskan hubungan principal dan agen yang berakar pada teori ekonomi,
teori keputusan, sosiologi dan teori organisasi.
Berkaitan dengan masalah keagenan, praktek pelaporan keuangan dalam
keagenan. Dalam pelaporan keuangan, pemerintah yang bertindak sebagai agen
mempunyai kewajiban menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para
pengguna informasi keuangan pemerintah yang bertindak sebagai principal dalam
menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial,
maupun politik. Dalam suatu pemerintahan demokrasi, hubungan antara
pemerintah dan para pengguna informasi keuangan pemerintah dapat
digambarkan sebagai suatu hubungan keagenan (agency relationship). Dalam hal
ini pemerintah berfungsi sebagai agen yang diberi kewenangan untuk
melaksanakan kewajiban tertentu yang ditentukan oleh para pengguna informasi
keuangan pemerintah sebagai principal, baik secara langsung atau tidak langsung
melalui wakil-wakilnya. Dalam hubungan keagenan, pemerintah sebagai agen
harus melaksanakan apa yang menjadi kepentingan para pengguna informasi
keuangan pemerintah sebagaisuatu hubungan keagenan (Rosalin, 2011).
2.1.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah
organisasi yang dimana diterbitkan oleh perusahaan yang dimaksudkan sebagai
sarana mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak eksternal. Laporan
keuangan dapat dikatakan sebagai data juga dapat dikatakan sebagai informasi.
Data dapat berubah menjadi informasi kalau diubah kealam konteks yang
memberikan makna (Lillrank, 2003). Menurut PSAK No. 1 Paragraf ke 7 (Revisi
2009), “Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan
diterbitkan harus disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku agar laporan
keuangan tersebut dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya atau dibandingkan dengan laporan keuangan entitas lain. Laporan
keuangan pada dasarnya merupakan asersi dari pihak manajemen pemerintah yang
menginformasikan kepada pihak lain, yaitu para pemangku kepentingan
(stakeholder), tentang kondisi keuangan pemerintah. Di Indonesia, laporan
keuangan pokok yang harus dibuat oleh pemerintah sebagaimana tercantum dalam
pasal 30 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara meliputi: (1) Laporan
Realisasi APBN/D, (2) Neraca, (3) Laporan Arus Kas, (4) Catatan atas Laporan
Keuangan, dan (5) Lampiran laporan keuangan perusahaan negara/daerah (Desi
dan Ertambang, 2008).
Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan
adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan
arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Tujuan umum laporan keuangan yakni
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan
kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan untuk
tujuan umum juga mempunyai peranan prediktif dan prospektif, menyediakan
dihasilkan dari dan untuk operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan
ketidakpastian yang terkait (Nurillah,2014).
2.1.3 Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, laporan
keuangan merupakan laporan terstruktur mengenai laporan posisi keuangan dan
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Dalam peraturan
pemerintah No 8 Tahun 2006, tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi
pemerintah, menyatakan bahwa laporan keuangan adalah bentuk pertanggung
jawaban pengelolaan keuangan negara dan daerah selama satu periode (Diani,
2014). Menurut peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 adalah
“laporan keuangan daerah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh pemerintah
daerah selama satu periode pelaporan”(Wati dkk, 2014).
Dalam PP Nomor 71 tahun 2010, karakteristik kualitatif laporan keuangan
merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah
dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki, yaitu:
1) Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan, apakah informasi yang termuat
didalamnya dapat mempengaruhi ke-putusan pengguna dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi
masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa
a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengkoreksi
ekspektasi mereka di masa lalu.
b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan
datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
c. Tepat Waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna
dalam pengambilan keputusan.
d. Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin,
yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan.Informasi yang melatarbelakangi setiap butir
informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan
dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat
dicegah.
2) Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan
dan kesalahan yang material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat
diverifikasi.
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.
b. Dapat Diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila
pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya
tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
c. Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
3) Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan
ke-uangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan
secara internal dan eksternal.
4) Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam lapor-an keuangan dapat dipahami oleh
peng-guna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas
pe-mahaman para pengguna untuk mem-pelajari informasi yang dimaksud.
Kompetensi merupakan suatu karakteristik dari seseorang yang memiliki
keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan kemampuan (ability) untuk
melaksanakan suatu pekerjaan (Hevesi, 2005). Kompetensi merupakan
karakteristik yang mendasari seseorang mencapai kinerja yang tinggi dalam
pekerjaannya. Pegawai yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dalam
bekerja akan banyak menemui hambatan yang mengakibatkan pemborosan bahan,
waktu dan tenaga (Zuliarti, 2012). Dengan adanya kompetenri sumber daya
manusia maka waktu pembuatan laporan keuangan akan dapat dihemat. Hal ini
karena sumber daya manusia tersebut telah memiliki pengetahuan dan
pemahaman mengenai hal-hal yang harus dikerjakan, sehingga laporan keuangan
yang disusun dapat diselesaikan dan disajikan tepat pada waktunya. Semakin
cepat laporan keuangan disajikan maka akan semakin baik dalam hal pengambilan
keputusan (Wati dkk, 2014). Sumber daya manusia merupakan pilar penyangga
utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha me-wujudkan visi dan
misi serta tujuan dari organisasi tersebut (Delanno dan Deviani, 2013).
Menurut Yosefrinaldi (2013), sumber daya manusia merupakan salah satu
elemen organisasi yang sangat penting, oleh karena itu harus dipastikan bahwa
pe-ngelolaan sumber daya manusia dilakukan sebaik mungkin agar mampu
memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.
Dalam pengelolaan keuangan daerah yang baik, SKPD harus memiliki sumber
daya manusia yang berkualitas, yang didukung dengan latar belakang pendidikan
akuntansi, sering mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan mempunyai
sistem akuntansi, sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tersebut akan
mampu memahami logika akuntansi dengan baik. Kegagalan sumber daya
manusia Pemerintah Daerah dalam memahami dan menerapkan logika akuntansi
akan berdampak pada kekeliruan laporan keuangan yang dibuat dan
ketidaksesuaian laporan dengan standar yang ditetapkan pemerintah.
2.1.5 Sistem Pengendalian Intern
Sistem Pengendalian Intern menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 yaitu proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
asset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Weygandt et
all (2005) mengungkapkan bahwa: “Jika suatu pengendalian internal telah
ditetapkan maka semua operasi, sumber daya fisik, dan dataakan dimonitor serta
berada di bawahkendali, tujuan akan tercapai, risiko menjadikecil, dan informasi
yang dihasilkan akan lebih berkualitas. Dengan ditetapkannya pengendalian
internal dalam sistem akuntansi, maka sistem akuntansi akan menghasilkan
informasi akuntansi yang lebih berkualitas (tepat waktu, relevan, akurat, dan
lengkap), dan dapat diaudit (Auditabel). Pengendalian intern Pengawasan intern
pemerintah dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan (BPK).
Lingkungan Pengendalian Pimpinan Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara lingkungan dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian intern dan manajemen yang sehat.
Penilaian risiko
Pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam.
Kegiatan pengendalian
Kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa arahan pimpinan Instansi Pemerintah dilaksanakan. Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi.
Informasi dan komunikasi
Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan Instansi Pemerintah dan pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan pimpinan Instansi Pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya.
Pemantauan
Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segera ditindaklanjuti.
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern dilakukan pengawasan intern dan pembinaan
penyelenggaraan SPIP. Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari
kegiatan pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian independen atas
pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah serta keandalan data akuntansi
dan mendorong kepatuhan terhadpa kebijakan manajemen yang ditentukan
aktivitas pengendalian yang berhubungan dengan pelaporan keuangan adalah (1)
perancangan yang memadai dan penggunaan dokumen-dokumen dan
catatan-catatan bernomor; (2) pemisahan tugas; (3) otorisasi yang memadai atas
transaksi-transaksi; (4) pemeriksaan independen atas kinerja; dan (5) penilaian yang
sesuai/tepat atas jumlah yang dicatat.
2.1.6 Pemahaman Atas Regulasi Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual
Pemahaman regulasi merupakan pemahaman mengenai peraturan,
prosedur, dan kebijakan tentang keuangan daerah. Adanya regulasi tentang
keuangan daerah ditujukan untuk membantu anggota dewan dalam melaksanakan
perannya dalam hal ini yaitu melakukan pengawasan keuangan daerah. Regulasi
ini berfungsi sebagai pedoman untuk memastikan apakah pelaksanaan keuangan
daerah telah sesuai dengan tujuan dan peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan. Pegawai yang memiliki pemahaman regulasi yang baik mengenai
keuangan daerah akan mudah mengawasi apakah APBD telah berjalan sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkansebelumnya atau tidak dan mendeteksi
terjadinya kebocoran anggaran (Kartikasari,2012). Akuntansi berbasis akrual
adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya
diakui, dicatat dan disajikan dlam laporan keuangan pad saat terjadinya transaksi
tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan
(Guthrie, 1998). Penggunaan basis akrual merupakan salah satu ciri dari praktik
manajemen keuangan modern (sektor publik) yang bertujuan untuk memberikan
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan di dalam pemerintah dengan
menggunakan informasi yang diperluas (Widyastuti dkk, 2015).
Adanya PP Nomor 71 Tahun 2010 yang berbasis akrual akan meningkatkan kualitas laporan keuangan dan perwujudan good governance serta mengetahui kinerja pemerintah. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP berbasis akrual. Menurut Van Der Hoek (2005) penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual diberbagai negara memberi manfaat antara lain mendukung manajemen kinerja, memfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik, memperbaiki pengertian akan biaya program, memperluas dan
meningkatkan informasi alokasi sumber daya, meningkatkan pelaporan keuangan, serta memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset (termasuk kas). PP Nomor 71 Tahun 2010 menyempurnakan jenis-jenis laporan keuangan dari semula 4 (empat) menjadi 7 (tujuh) jenis laporan keuangan, yaitu LRA, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, LAK, dan CaLK serta adanya perubahan basis dari basis kas menuju akrual
menjadi basis akrual. Dengan basis akrual dapat diketahui kinerja anggaran, kinerja operasional pemerintahan, perubahan kekayaan pemerintah, sumber-sumber penerimaan dan alokasi-alokasi pengeluaran, posisi keuangan pemerintah serta arus kas pemerintah. Dengan adanya PP Nomor 71 Tahun 2010 akan
menyempurnakan PP Nomor 24 Tahun 2005 dan menunjukkan perbedaan dengan pengelolaan keuangan pemerintahan sebelum adanya reformasi pengelolaan keuangan pemerintah (Rahayu, 2014).
2.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya
Nurillah (2014) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
kompetensi sumber daya manusia, penerapan sistem akuntansi keuangan daerah
(SAKD), pemanfaatan teknologi informasi, dan sistem pengendalian intern
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah (studi empiris pada SKPD
kota Depok). Dalam penelitian ini menunjukkan kompetensi SDM, penerapan
SAK, pemanfaatan teknologi informasi dan sistem pengendalian intern
Penelitian Zuliarti (2012) dengan judul penelitian pengaruh kapasitas
sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian intern
akuntansi terhadap nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah (studi
pada pemerintah kabupaten kudus) yang mengatakan kapasitas SDM tidak
berpengaruh positif signifikan, pemanfataan teknologi informasi berpengaruh
positif dan signifikan, pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif
signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah
sedangkan terhadap ketepat waktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah
kapasitas SDM berpengaruh positif signifikan.
Penelitian Desi Indriasari dan Ertambang Nahartyo (2008) yang berjudul
“Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi,
Dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan
Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada Pemerintah Kota Palembang Dan
Kabupaten Ogan Ilir)”.Adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
Pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian intern akuntansi memiliki
pengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah
daerah.Kapasitas SDM berpengaruh negatif. Pemanfaatan teknologi informasi,
dan kapasitas SDM memiliki pengaruh positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan
keuangan pemerintah daerah.
Penelitian Yosefrinaldi (2013) yang berjudul “Pengaruh Kapasitas Sumber
Daya Manusia Dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Dengan Variabel Intervening Sistem Pengendalian
Daerah Se-Sumatera Barat) menunjukkan bahwa Kapasitas Sumber Daya
Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan sistem pengendalian intern
pemerintah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah.
Penelitian Fadila Ariesta (2013) yang berjudul “Pengaruh Kualitas Sumber
Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi informasi, dan pengendalian Intern
Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Pasaman Barat,
menunjukkan bahwa Kualitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi
informasi berpengaruh signifikan terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan.
Pengendalian intern akuntansi berpengaruh signifikan terhadap keterandalan.
Selanjutnya penelitian Agus Yudianta dan Adi Erawati (2012) yang
berjudul “Pengaruh Sumber Daya Manusia, Teknologi Informasi dan
Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan, menunjukkan
Kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi dan
pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap kualitas informasi
akuntansi pelaporan keuangan.
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada pokok permasalahan, landasan teori dan kajian hasil
2.3.1 Hubungan Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Sumber daya manusia adalah seseorang atau individu yang mempunyai
tanggungjawab untuk melaksanakan tugas. Kemampuan sumber daya manusia
sangat berperan penting dalam proses penyusunan laporan keuangan pemerintah
daerah dengan hasil laporan yang berkualitas. Sumber daya manusia yang
berkaitan langsung dengan sistem akan dituntut untuk memiliki keahlian
akuntansi yang cukup memadai atau paling tidak memiliki kemauan untuk terus
belajar dan menambah keahlian dibidang akuntansi. Kegagalan yang dialami oleh
sumber daya manusia dalam memahami serta menerapkan ilmu akuntansi akan
memiliki dampak pada laporan keuangan, seperti adanya kekeliruan laporan yang
dibuat dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah, sehingga kualitasnya
menjadi buruk (Soimah,2014). Hal ini menunjukkan semakin baik kapasitas
sumber daya manusia semakin baik kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan uraian di atas telah
dilakukan oleh Nurillah (2014) yang menyatakan bahwa kompetensi SDM,
penerapan SAK, pemanfaatan teknologi informasidan sistem pengendalian intern
berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah.
Roviyantie (2011) menemukan hasil penelitian bahwa kompetensi sumber daya
manusia berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan Daerah.
berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah. Ariesta (2013), hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa kapsitas
sumber daya manusia berpengaruh signifikan terhadap keterandalan dan
ketepatwaktuan. Delanno dan Deviani (2013), hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa kapasitas sumber daya manusia berpengaruh signifikan positif terhadap
nilai pelaporan keuangan daerah. Semakin baik kapasitas sumber daya manusia,
maka semakin baik pula kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Namun,
Zuliarti (2012) mengungkapkan hal berbeda, yakni sumber daya manusia tidak
berpengaruh terhadap nilai informasi laporan keuangan. Berdasarkan uraian dan
hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah:
H1 : Kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
2.3.2 Hubungan Sistem Pengendalian Intern terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah
Tujuan sistem pengendalian internal menurut Warren et al. (2005) salah
satunya adalah untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Dengan
sistem akuntansi, risiko terjadinya kekeliruan dan kesalahan pencatatan atau
perhitungan dapat diminimalisasi sehingga mengurangi kemungkinan pemerintah
daerah mengalami kekeliruan. Suatu sistem yang berkualitas, dirancang, dibangun
dan dapat bekerja dengan baik apabila bagian-bagian yang terintegrasi dengan
sistem tersebut beroperasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya
kelancaran kerja sistem informasi akuntansi tersebut adalah pengendalian internal
(internal control).
Masih ditemukannya penyimpangan dan kebocoran di dalam laporan
keuangan oleh BPK, menunjukkan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah
belum memenuhi karakteristik/nilai informasi yang disyaratkan. Hasil audit yang
dilakukan oleh BPK, BPK memberikan opini “tidak wajar dan/atau disclaimer”
diantaranya disebabkan oleh kelemahan sistem pengendalian intern yang dimiliki
oleh pemerintah daerah terkait (Badan Pemeriksa Keuangan, 2011 dalam Nurillah,
2014). Menurut Yudianta dan Erawati (2012) pengendalian intern akuntansi
berpengaruh positif terhadap kualitas informasi akuntansi. Hal ini didukung
dengan hasil penelitian Zuliarti (2012) bahwa, pengendalian intern akuntansi
berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan.
Delanno dan Deviani (2013), dengan hasil bahwa pengawasan keuangan daerah
berpengaruh signifikan positif terhadap nilai informasi pelaporan keuanngan
daerah. Desi dan Ertambang (2008) hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa
pengendalian intern akuntansi memiliki pengaruh positif terhadap keterandalan
pelaporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian Yosefrinaldi (2013)
menemukan hasil bahwa, sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh
positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan uraian
dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah:
2.3.3 Hubungan Pemahaman Atas Regulasi Sistem Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah
Pemahaman regulasi berkaitan dengan tingkat pemahaman suatu institusi
terhadap regulasi yang diterapkan. Penelitian mengenai pemahaman regulasi
dilakukan oleh Kartikasari (2012). Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa
pemahaman regulasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap peran anggota
DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.
Pemahaman regulasi terkait dengan penerapan akuntansi basis akrual baru
diwajibkan pada tahun 2015 walaupun sudah diundangkan sejak tahun 2010.
Alasan penerapan yang cukup lama ini mengindikasikan bahwa masih adanya
institusi yang perlu diberikan pelatihan mengenai aturan baru. Pemahaman atas
regulasi memegang pernan penting dalam kualitas laporan keuangan. Semakin
tinggi tingkat pemaham institusi terhadap regulasi baru maka semakin tinggi
kualitas laporan keuangan institusi tersebut. Pemahaman atas regulasi berfungsi
sebagai pedoman untuk memastikan pelaksanaan pelaporan keuangan telah sesuai
dengan tujuan dan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan. Institusi
sektor publik yang memiliki pemahaman regulasi yang baik mengenai PP 71 2010
akan mudah menyusun laporan keuangan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.